analisa komunikasi gender sebagai negosiator di …

115
ANALISA KOMUNIKASI GENDER SEBAGAI NEGOSIATOR DI BAGIAN PURCHASING PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK. Oleh Citra Febriani 009200700038 Skripsi ini dipersembahkan kepada fakultas Komunikasi President University untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Public Relation Maret 2012

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISA KOMUNIKASI GENDER

SEBAGAI NEGOSIATOR DI

BAGIAN PURCHASING

PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK.

Oleh

Citra Febriani

009200700038

Skripsi ini dipersembahkan kepada fakultas Komunikasi

President University untuk memenuhi syarat kelulusan

Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Public Relation

Maret 2012

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Penguji menyatakan bahwa skripsi berjudul ‘Analisa Komunikasi Gender sebagai

negosiator di Bagian Purchasing PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.’ Yang

diajukan oleh Citra Febriani sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas

Komunikasi Universitas President dinilai telah memenui persyaratan dan disetujui

untuk mengikuti ujian lisan tangal 12 Maret 2012.

M. Raudy Gathmyr, S.Sos, Msi

Dosen Penguji dan Pembimbing

Achmad Supardi S.IP, MA.

Dosen Penguji 1

Dindin Dimyati, S.Sos, M.M.

Dosen Penguji 2

PEMBIMBING SKRIPSI

SURAT REKOMENDASI JUDUL

Skripsi dengan judul ‘Analisa Komunikasi Gender sebagai negosiator di

Bagian Purchasing PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.’ dipersiapkan oleh

Citra Febriani sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Komunikasi Program studi Public Relation President University, telah

direvisi dan dapat diujikan. Saya merekomendasikan skripsi ini untuk

sidang lisan.

Cikarang, 12 Maret 2012

M. Raudy Gathmyr S.Sos, M.si Dra. Baby Pernomo M.A

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ‘Analisa Komunikasi

Gender sebagai negosiator di Bagian Purchasing PT. Multistrada Arah Sarana

Tbk’ adalah murni hasil karya pribasi , yang disusun berdasarkan ilmu

pengetahuan yang telah saya peroleh selama ini.

Cikarang, 12 Maret 2012

Citra Febriani

ABSTRACT

GENDER’S COMMUNICATION ANALYS AS NEGOTIATOR

PURCHASING DEPARTMENT IN PT. MULTISTRADA ARAH SARANA

TBK.

PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. or MASA is a tire manufacturer in

Indonesia which is located at Jl. Raya Lemahabang KM. 58.3 Cikarang Karangsari,

Cikarang – Bekasi West Java 17 510. The tire manufactures motorcycles and four-

wheel either own brand (Achilles, Corsa and Strada) and offtake, with the marketing

area of domestic and international market.

PT. Multistrada Arah sarana Tbk. now employs over 4000 employees and

together with all employees strive to achieve the goals, vision and mission that has

been set. One of department that supports the company is Purchasing Department.

Employees who become negotiators positioned more women than men, it is counter

to the theory of Gender and the negotiation of a man who claimed more dominant and

have a high success rate in the working process

This research method using research methods of qualitative research

instruments in-depth interviews. Research subject is a competent source for the

information held in connection with the research. In this study, which became the

subject of study is four sources. This source was chosen because it is quite competent

and credible as well as understanding the context and experience so as to provide

information related to the research topic, All four have over 7 years experience in the

field of Purchasing . The results of research in the purchase of PT. Multistrada Arah

Sarana Tbk. that women are far superior both in terms of communication,

relationship, work process and the outcome of negotiations. Thus the preferred female

negotiators in accepting responsibility as a negotiator in the PT. Multistrada Arah

sarana Tbk.

ABSTRAK

ANALISA KOMUNIKASI GENDER SEBAGAI NEGOSIATOR DI BAGIAN

PURCHASING PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK.

PT. Multistrada Arah Sarana Tbk, atau MASA (perseroan), Merupakan

produsen Ban di Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Lemahabang KM. 58,3 Desa

Karangsari Cikarang Timur – Bekasi Jawa Barat 17510. MASA memproduksi ban

luar kendaraan bermotor roda dua dan roda empat baik merek sendiri (Achilles, Corsa

& Strada) maupun offtake, dengan area pemasaran dipasar domestik dan

internasional.

PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. kini mempekerjakan 4000 karyawan dan

bersama-sama dengan seluruh karyawan berusaha keras untuk mencapai tujuan, visi

dan misi yang telah di tetapkan. Salah satu department yang mendukung proses

perusahaan yaitu Department Pembelian. Karyawan yang menjadi negosiator

diposisikan lebih banyak wanita daripada pria, hal itu kontra terhadap teori Gender

dan negosiasi yang menyatakan pria lebih banyak dominan dan memiliki tingkat

keberhasilan tinggi dalam proses kerjanya.

Metode penelitian ini mengunakan metode peneltian kualitatif dengan

instrumen penelitian in-depth interview. Subjek penelitian adalah sumber yang

berkompeten untuk dimintai informasi sehubungan dengan penelitian. Dalam

penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah empat narasumber. Sumber ini

dipilih karena dianggap cukup kompeten dan memiliki kredibilitas serta pemahaman

konteks dan pengalaman yang cukup sehingga dapat memberikan informasi terkait

dengan topik penelitian. Keempatnya memiliki pengalaman diatas 7 tahun di bidang

purchasing. Hasil penelitian di Bagian pembelian PT. Multistrada Arah Sarana Tbk

yaitu perempuan jauh lebih unggul baik dari segi komunikasi, relationship, proses

kerja dan hasil negosiasi. Dengan demikian negosiator perempuan lebih disukai

dalam menerima tanggung jawab sebagai negosiator di PT. Multistrada Arah Sarana

Tbk.

KATA PENGANTAR

Ini semua karena Alloh SWT., karena DIA, karena cintaNYA, Segala puji

syukur yang berlimpah dan tak berkesudahan untukNYA, pembuka jalan, penenang

hati dan keajaiban-keajaiban yang IA ciptakan dalam proses pembuatan skripsi ini.

Juga Baginda Rasullulah Muhammad SAW. Karena rasa syukur dan semangat yang

senantiasa di limpahkan di hati telah menjadi pendukung paling utama bagi penulis

dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul ‘Analisa

Komunikasi Gender Sebagai Negosiator di Bagian Purchasing PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk.’. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat kelulusan tingkat

sarjana di fakultas ilmu komunikasi program studi Ilmu Komunikasi, konsentrasi

Public Relations, President University. Skripsi ini jauh dari sempurna dan penulis

mengakui masih banyak kekurangan, namun penelitian ini murni hasil karya penulis

dan dengan perjuangan sekuat-kuatnya.

Pada kesempatan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini

dapat terselesaikan atas peran banyak pihak yang mendukung. Oleh sebab itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Vincentius Winarto , PhD selaku dekan fakultas komunikasi President

University

2. Bapak Mohammad Raudy Gathmyr S.Sos, M.si selaku ketua proram studi

Ilmu Komunikasi President University

3. Bapak Mohammad Raudy Gathmyr S.Sos, Msi dan Ibu Baby Poernomo M.A

selaku dosen pembimbing yang selalu mampu memberi semangat, memberi

pengarahan dan bimbingannya yang sangat berarti bagi penulisan penelitian

ini

4. Seluruh civitas akademik President University atas bantuannya yang sangat

berharga.

5. Narasumber dan rekan yang sangat kooperatif di Bagian pembelian PT.

Multistrada Arah Sarana Tbk. (Ermika, Herlin, Nisya, Amelda, Intan dan Lina)

6. Sahabat-sahabat terbaik yang saya miliki dalam menempuh pendidikan di

President University; Afrieska Laura Trisyana, Restiti Maharani Galbraith,

Rani Wijayanti, Samuel Adalapata Meda, Endah Fajarwati, Ade Riza

Kurniawan dan Achmad Adi Maulana dan seluruh PR Batch 2007 terimakasih

untuk hangatnya persahabatan ini; ‘We will still be friends forever’.

7. Ibu (Sumiati) dan Bapak (H. Juanda) yang mengajarkan saya menjadi anak

yang mandiri, bercita-cita besar dan pantang menyerah. I did it!

Adik-adikku; Futri Febrianti dan Noor Saharani, kalian adalah malaikat-

malaikat Bumi yang mendorong saya untuk selalu maju.

8. Erik Teguh Prawira, Imam dalam hidup, suami sekaligus sahabat terbaik dan

Lintang Samudera Prawira (alm.) , My Son, My Darling star in heaven. Ini

adalah persembahan cinta kasih dari saya untuk keluarga kita, I love you...

9. Serta semua pihak yang turut membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dibidang ilmu komunikasi.

Cikarang, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL SKRPSI ............................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ........................................................................ ii

SURAT REKOMENDASI ...........................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................................ 5

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.1 Teori Gender .................................................................................................. 8

2.2. Teori Komunikasi Gender ........................................................................... 12

2.2.1. Teori Stand Point .................................................................................. 14

2.2.2 Muted Group Teori ................................................................................ 15

2.3. Gaya Komunikasi ....................................................................................... 16

2.3.1 Gaya Komunikasi Wanita ....................................................................... 16

2.3.2 Gaya Komunikasi Pria ......................................................................... 19

2.4. Purchasing dan Negosiasi ............................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ........................................................................................... 28

3.2. Instrumen Penelitian .................................................................................. 28

3.3. Subjek Penelitian ...................................................................................... 30

3.4. Instrumen Penelitian ................................................................................. 34

3.5. Defini Konsep dan Fokus Penelitian ......................................................... 35

3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum objek penelitian ..................................................................... 3

4.1.1 Lokasi dan waktu penelitian ...................................................................... 37

4.1.2 Profil Perusahaan ....................................................................................... 38

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ......................................................................... 40

4.2 Hasil Pembahasan ................................................................................................ 40

4.2.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 41

BAB V KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 46

5.2. Saran ........................................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49

LAMPIRAN ................................................................................................................ 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Secara alamiah telah terdapat keunikan antara pria dan wanita. Walaupun di

berikan kesetaraan nilai -nilai, pria dan wanita berbeda dari sisi desain dan fungsi.

Perbedaan gender yang paling jelas secara fisik dan perilaku . Perbedaan gender yang

paling jelas adalah secara fisik dan perilaku. Pria dan wanita berbeda dalam cara

mereka berpikir, merasa, bertindak, dan berbicara. Bahkan salah satu perbedaan

paling mencolok antara kedua gender adalah cara yang unik saat pria dan wanita

berkomunikasi (Kelley, 1996).

Dalam beberapa tahun terakhir, gaya komunikasi pria dan wanita telah

dipelajari secara ilmiah dan perbedaan perbedaan yang ditemui telah

didokumantasikan. Tujuan utama dari pengamatan terhadap gaya komunikasi bukan

untuk menentukan gaya komunikatif yang terbaik atau memotivasi orang lain agar

berubah sepenuhnya. Ketika pria dan wanita lebih mengenali perbedaan untuk tujuan

pemahaman dan adaptasi, mereka dapat bekerja untuk meningkatkan komunikasi

mereka sendiri dengan anggota lawan jenis.

Komunikasi antara pria dan wanita dapat dianggap komunikasi lintas-budaya.

Orang-orang di budaya yang berbeda berbicara dengan dialek yang berbeda. Bahkan,

John Gray dalam bukunya, Pria dari Mars, Wanita dari venus, menunjukan bahwa

pria dan wanita berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Sehingga mereka tampak

dari planet yang berbeda.

Pop psikolog John Gray, telah menulis dan mengajar tentang perbedaan

antara pria dan wanita. Dia khusus membahas berbagai bahasa yang diucapkan oleh

2

pria dan wanita, seolah-olah mereka dua bahasa asing. Dia menawarkan saran tentang

cara untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik dan komunikasi antara

kedua jenis gender.

Menurut Tannen, pria dan wanita mengekspresikan diri dengan cara yang

berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Pria menggunakan komunikasi untuk

mempertahankan kemerdekaan, sementara wanita berbicara untuk mempertahankan

keintiman. Entah sadar atau tidak sadar, pria sering berbicara dengan menetapkan

status dari orang lain. Wanita menggunakan kata-kata untuk menghubungkan diri

secara emosional, untuk mengekspresikan perasaan, atau membangun hubungan baik.

Stereotip bahwa pria dan wanita tumbuh berbeda juga mempengaruhi jenis cara mereka

masing-masing berkomunikasi. Bagaimana mereka secara khusus telah berbeda, membuat

pria dan wanita saling berdebat atau bahkan memiliki percakapan normal. Alasan bahwa pria

dan wanita tidak berkomunikasi dengan baik adalah bahwa pria dan wanita menggunakan

bahasa berbeda. Wanita mengambil sikap bahwa percakapan adalah untuk mengeksplorasi

solusi untuk segala masalah sedangkan pria lebih menyibukkan diri dengan mendapatkan

informasi dan data pasti dari percakapan (Tannen, 1990)

Tulisan mengenai gender dan type berbahasa membuat banyak pernyataan

bahwa pria dan wanita memiliki gaya yang berbeda dalam berkomunikasi. Sebagai

contoh, Deboirah Tannen dalam bukunya ‘You just don’t understand’ (1990) dan

‘Talking from 9 to 5’ (1994).

Penelitian mengungkapkan bahwa type budaya mempertimbangkan gender seringkali

memperlihatkan perbedaan antara pria dan wanita (Hall and carter, 1999)

Sebagai tambahan banyak penelitian dalam gender stereotypes menunjukan bahwa

pada umumnya public mempertimbangkan pria lebih matang daripada wanita dan

wanita lebih terbuka daripada pria (for example williams and Best, 1990)

Walaupun banyak peneliti tidak selalu memperlihatkan efek gender dalam

berkomunikasi , ketika perbedaan di laporkan, typikal tersebut lebih kepada

penegasan status, dominasi dan komunikasi negatife adalah typikal komunikasi pria.

Lebih bekejasama, hangat dan lebih mendukung adalah typikal komunikasi wanita

(Carli, 2001; Carli and Bukatko, 2000)

Pria lebih mengedepankan dominasi yang di sertai dengan kekuasaan dan

status yang dapat di ukur dalam beberapa kali eye contact ketika berbicara daripada

melakukan eye contact ketika mendengarkan orang lain (Dovidio, Brown 1998) di

bandingkan dengan wanita, pria seringkali mengacuhkan pembicaraan dengan orang

lain (Fishman, 1978; leet-pellegrini, 1980)

Penelitian lainnya mengungkapkan lebih sering menyela (menginterupsi)

dibandingkan wanita, biasanya melakukan interupsi langsung di tengah-tengah

pembicaraan (Anderson and Leaper, 1998) Pada akhirnya, pria berbicara lebih

banyak daripada wanita di berbagai fariasi sosial dan konteks profesional (James and

Drakich, 1993)

Kini, mungkin sebagian wanita telah memasuki dunia kerja dalam jumlah

yang lebih besar dan perbedaan gaya komunikatif yang jelas antara pria dan wanita

telah didiskusikan secara terbuka. Dalam dunia kerja tersebut terdapat bagian

pembelian yang kini tidak hanya di dominasi pria, tetapi juga wanita.

Bagian Pembelian adalah bagian yang paling banyak menghabiskan uang

dalam setiap perusahaan, dengan demikian begitu banyak perusahaan yang mencari

sumberdaya yang memiliki kompetensi tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai

seorang pembeli di sebuah perusahaan. Menjadi seorang purchaser dianggap

pekerjaan profesional dan setiap kepala departmen pembelian memiliki kewajiban

untuk memiliki pengetahuan dan keahlian yang profesional, saat ini bagian pembelian

tidak lagi sama dengan istilah ‘beli’ yang diasumsikan seperti sebelumnya. Kini,

4

tujuan utama yang paling penting dari pembagian pembelian adalah meningkatkan

profit (Abdulrahman, 2010)

Salah satu fungsi pembelian adalah membeli bahan baku dengan harga paling

rendah namun memiliki konsistensi terhadap kualitas. Dengan demikian bagian

pembelian harus memiliki keahlian dalam negosiasi .

Negosiasi di bagian pembelian yang pada mulanya lebih di dominasi oleh Pria

di dunia kerja kini posisi tersebut juga telah ditempati oleh banyak wanita

Namun begitu, Negosiator pria diatur dengan harapan pencapaian yang tinggi

daripada negosiator wanita terutama dalam kondisi persaingan yang sangat tinggi.

Penelitian menunjukkan (Bowles et al., 2005) bahwa kedua jenis gender

sama-sama kompeten dalam situasi di mana individu bekerja untuk memaksimalkan

hasil mereka sendiri tanpa memperhatikan kinerja orang lain. Pria, bagaimanapun,

mengungguli wanita dalam lingkungan yang kompetitif di mana hadiah ditentukan

dengan membandingkan hasil peserta. Wanita tidak menyerah di bawah tekanan

persaingan, tetapi orang lebih meningkatkan kinerja mereka dalam situasi kompetitif

(Pradel et al., 2006). Negosiasi kompetitif sehingga bertindak sebagai pemicu jenis

gender, sesuai dengan harapan masyarakat bahwa pria lebih mungkin untuk bertindak

secara kompetitif (Niederle dan Vesterlund, 2007)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang telah diuraikan diatas, di bagian Pembelian PT.

Multistrada Arah Sarana Tbk. , dimana terdapat wanita dan pria yang mengisi posisi

sebagai Negosiator (pembeli), maka perumusahan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah Gender mempengaruhi kemampuan berkomunikasi

dalam proses negosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. ?

2. Gender mana kah, yang dipercayai memiliki kemampuan

komunikasi dan negosiasi di Bagian pembelian PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk.?

3. Hambatan apa yang dihadapi Negosiator Gender saat

melakukan komunikasi dalam negosiasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai oleh peneliti dalam penulisan skrispsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah gender mempengaruhi kemampuan

berkomunikasi dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah

Sarana Tbk.

2. Untuk mengetahui Gender mana kah, yang dipercayai memiliki

kemampuan komunikasi dan negosiasi di Bagian pembelian

PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.?

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender

saat melakukan negosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.?

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat penelitian ini bagi akademis adalah menambah penelitian mengenai

Komunikasi Gender dan memberikan kontribusi positif di ilmu Komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai kontribusi positif bagi perusahaan (PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk.) Baik sebagai peninjauan ulang atas rekomendasi hasil penelitian

atau refferensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian pada tempat yang

berbeda. Penelitian ini di lakukan dan di tujukan kepada PT. Multistrada Arah Sarana

Tbk. Sebagai wacana dalam mempertimbangkan jenis gender yang akan di posisikan

di Bagian Pembelian dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari lima babyang saling berkaitan satu sama

Lain , yaitu :

1. Pendahuluan

Bab satu menguraikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian

2. Kerangka Teoritis

Pada Bab yang kedua akan dibahas dua hal, yakni tentang tinjauan pustaka

dan landasan teori yang berkaitan dengan topik yang telah di bahas di bab satu

yaitu mengenai Komunikasi Gender dalam melakukan Negosiasi Pembelian.

3. Metodologi Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan, jenis

dumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisa data.

4. Analisa dan Pembahasan

Bagian ini menguraikan tentang hasil analisa dan pembahasan topik

5. Kesimpulan dan Saran

Bab lima merupakan penutup sebagai kesimpulan yang diperoleh dari hasil

analisa dan pembahasan topik disertai saran-saran yang berhubungan.

8

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Teori Gender

Deborah Tannent mendiskripsikan ketidakmengertian (misunderstanding)

antara pria dan wanita berkenaan dengan fakta bahwa fokus pembicaraan wanita

adalah koneksitas, sementara pria pada pelayanan status dan kemandiriannya.

Istilah Genderlect telah diciptakan untuk menentukan bahasa jenis kelamin.

Mirip dalam bentuk dengan "dialek" kata (bahasa yang unik dari orang di wilayah

geografis tertentu), genderlect adalah "berbagai bahasa yang terikat tidak untuk

geografi atau latar belakang keluarga atau peran tetapi dengan pembicara gender "

Suzette Haden Elgin menunjukkan teknik komunikasi untuk memerangi perbedaan

gaya gender dalam bukunya berjudul Genderspeak. Deborah Tannen, seorang

dihormati linguistik profesor dan sarjana, telah melakukan penelitian dan buku yang

diterbitkan tentang komunikasi Gender termasuk buku terlaris nasional itu ‘you just

dont understand’ bahwa wanita dan pria gagal dalam memahami satu sama lain

karena mereka berbicara dalam kode bahasa yang berbeda dan mendengarkan dengan

berbagai prioritas yang berbeda (Ballantine, 1990).

Genderlect Styles membicarakan gaya berkomunikasi bukan apa yang

dikatakan tetapi bagaimana mengatakannya. Tanent meyakini bahwa terdapat gap

antara pria dan wanita, dikarenakan masing-masing berada pada posisi lintas budaya

(cross culture), untuk itu perlu mengantisipasi berkenaan dengan gap itu. Kegagalan

mengamati perbedaan gaya bercakap dapat membawa masalah yang besar.

Kecenderungan feminis versus maskulin, hal ini harus dipandang sebagai dua

dialek yang berbeda antara :

a. Superior dan inverior dalam pembicaraan.

b. Komunitas feminis – untuk membangun relationship;

menunjukkan responsif.

c. Komunitas maskulin – menyelesaikan tugas; menyatakan diri;

mendapatkan kekuasaan.

Dari keterangan diatas bisa disimpulkan Wanita berhasrat pada koneksi versus

pria berhasrat untuk status. Koneksi berhubungan erat dengan kedekatan, status

berhubungan erat dengan kekuasaan (power).

Terdapat dua tipe pembicaraan antar pria dan wanita yaitu Raport talk versus

Report talk. Perbedaan budaya linguistik berperan dalam menstruktur kontak verbal

antara pria dan wanita. Raport talk adalah istilah yang digunakan untuk menilai

obrolan wanita yang cenderung terkesan simpatik. Report talk adalah istilah yang

digunakan menilai obrolan pria yang cenderung apa adanya, pokoknya dapat

disampaikan dan dimengerti.

Berkenaan dengan kedua nilai ini, Tanent menemukan temuan-temuan yang

terkategorikan sebagai berikut:

a. Publik speaking versus Private speaking, dalam kategori ini diketemukan

bahwa wanita lebih banyak bicara pada pembicaraan pribadi. Sedangkan pria

lebih banyak terlibat pembicaraan publik, pria menggunakan pembicaraan

sebagai pernyataan fungsi perintah; menyampaikan informasi; meminta

persetujuan.

b. Telling story, cerita-cerita menggambarkan harapan-harapan, kebutuhan-

kebutuhan, dan nilai-nilai si pencerita. Pada kategori ini pria lebih banyak

bercerita dibanding wanita-khususnya tentang guyonan. Cerita guyonan

merupakan suatu cara maskulin menegosaisi-kan status.

10

c. Listening, wanita cenderung menjaga pandangan, sering manggut,

berguman sebagai penanda ia mendengarkan dan menyatakan

kebersamaannya. Pria dalam hal mendengarkan berusaha mengaburkan kesan

itu- sebagai upaya menjaga statusnya.

d. Asking questions, ketika ingin bicara untuk menyela pembicara, wanita

terlebih dahulu mengungkapkan persetujuan. Tanent menyebutnya sebagai

kooperatif-sebuah tanda raport simpatik daripada kompetitif. Pada pria,

interupsi dipandang oleh Tanent sebagai power-kekuasaan untuk

mengendalikan pembicaraan. Dengan kata lain, pertanyaan dipakai oleh

wanita untuk memantapkan hubungan, juga untuk memperhalus

ketidaksetujuan dengan pembicara, sedangkan pria memakai kesempatan

bertanya sebagai upaya untuk menjadikan pembicara lebih lemah.

e. Conflict, wanita memandang konflik sebagai ancaman dan perlu dihindari.

Pria biasanya memulai konflik namun kurang suka memeliharanya.

Teori Genderlect mengemukakan bahwa ada perbedaan bahasa berdasarkan

jenis gender, ada sudut pandang yang berbeda yang diatur dalam berbahasa yang

digunakan antara pria dan wanita dalam pencampuran budaya dan bagaimana bahasa

memiliki fungsi untuk mejelaskan identitas untuk wanita (dan laki-laki) dalam

konteks sosial gender.

Teory Genderlect yang ditulis pada sebuah artikel pada tahun 1974 yang

ditulis oleh Cheris Kramer (Kemudian dikenal sebagai Kramarae) dan diterbitkan

dalam pidato jurnal triwulan, dalam teory ini Kramer mempertimbangkan bukti dalam

gender dan sistem penggunaan bahasa. Pengamatan Kramer pada tata bahasa,

fonologi dan aspek bahasa semantik dan juga mempertimbangkan lebih banyak lagi

perbedaan bahasa yang digunakan oleh wanita dan pria.

Theory Genderlect tersebut dimaksudkan untuk menambah bidang

Sosialonguistik, yang berfokus pada bagaimana variable sosial yang terkait dalam

menggunakan bahasa. Sosialinguistik mempelajari lect, istilah yang mengacu pada

beragamnya sosial atau variasi berbicara. Genderlect adalah seperangkat fitur bahasa

yang mencirikan bahasa yang digunakan yang dapat mendefinisikan jenis gender

(misalnya ‘wanita/gadis’ dan Pria /Anak laki-laki) Para ahli genderlect mencari

hubungan berbahasa antara wanita dan pria menggunakan bahasa terutama fanologi,

sintaks, morfologi, semantik dan suprasegmental fonem (fitur yang berhubungan

dengan suara pidato, pengaturan suara, pola dan intonasi)

Pergerakan perempuan pada tahun 1970 (disebut sebagai kebangkitan

feminisme gelombang kedua) membentuk munculnya bidang bahasa dan gender.

Fokus utamanya dalam bidang ini adalah walaupun wanita dan pria, ketika mereka

berbicara, dianggap menggunakan bahasa yang sama (contoh; bahasa inggris) dalam

kenyataannya menggunakan sistem tata bahasa yang berbeda. Teory awal genderlect

mengeksplorasi bagaimana pola komunikasi gender sering diposisikan kurang,

terpinggirkan, melemahakan atau bahkan membungkam posisi perempuan

dibandingkan dengan pria.

Robin Lakoff dalam teory gender dalam buku ‘Bahasa dan tempat wanita’

menegaskan bahwa wanita mengalami diskrimanasi penggunaan bahasa yang

mengidentifikasi mereka, bahwa perempuan diajarkan sebagai anak perempuan untuk

menggunakan bahasa yang lemah dibandingkan laki-laki yang belajar sepanjang

hidup mereka untuk mengunakan bahasa yang lebih kuat dan bahasa yang lebih

percaya diri. Lakoff lebih lanjut berpendapat bahwa perempuan tidak memiliki

bahasa untuk menyampaikan ketegasan, kepastian dan untuk mengekpresikan diri.

Seperangkat bahasa yang terdiri dari bahasa perempuan memicu serentetan studi pada

jenis variasi bahasa seperti intonasi yang naik pada akhir kalimat;

12

("Aku pikir kita harus makan malam sekarang ↑ "vs" Saya pikir

seharusnya kita makan malam sekarang ") ↓ .

("Ini adalah yang terbaik, bukan?" Vs "Ini adalah yang terbaik”)

Sedangkan analisa Lakoff bahwa secara alamiah menekankan bagaimana

bahasa wanita harus berubah dan menjadi lebih kuat untuk mencegah gangguan

kesenjangan anatara jenis Gender. Penjelasan Tannen melibatkan konsep budaya

untuk mendukung proposi, menekankan bahwa perbedaan yang diperlukan untuk

terungkap dan difahami sehingga komunikasi anatar jenis gender dapat ditingkatkan.

2.2. Teori Komunikasi Gender

2.2.1 Teory Stand Point

Sandra harding dan Julia Wood sepakat bahwa pria dan wanita mempunyai

perspektif terpisah, dan mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang setara.

Lokasi-lokasi yang berbeda dalam hirarkhi sosial mempengaruhi apa yang dilihat.

Mereka beranggapan bahwa wanita dan minoritas yang lainnya mempersepsi dunia

secara berbeda daripada kelompok yang berkuasa.

Standpoint merupakan tempat dari mana melihat pemandangan dunia, apapun

sudut pandangnya. Sinonim dari istilah ini adalah perspektif; view point, out look;

dsb.

Dasar filosopi teori ini adalah perjuangan kelas- seperti filsafati kaum proletar

karya Karl Marx dan Friederich Engels. Sandra harding dan Julia Wood

menganjurkan harus ada perjuangan terhadap diskriminasi gender. Mereka tidak

mencirikan perbedaan gender pada insting atau biologis atau intuisi, tetapi perbedaan

itu sebagai hasil harapan-harapan budaya dan perlakuan kelompok dalam hal

menerima kelompok yang lain. Budaya tidak dialami secara identik, budaya adalah

aturan hirarkhi sehingga kelompok yang punya posisi cenderung menawarkan

kekuasaan, kesempatan pada anggota-anggotanya. Dalam hal ini teori ini menyatakan

bahwa wanita terposisikan pada hirarkhi yang rendah dibanding posisi pria. Gender

adalah sistem makna, sudut pandang melalui posisi dimana kebanyakan pria dan

wanita dipisahkan secara lingkungan, material, simbolis.

Dalam kelompok kecil, membahas perbedaan antara sudut pandang dan

perspektif. Marxis-terinspirasi Teori sudut pandang feminis Hartsock bertumpu pada

pemikiran bahwa pria dan wanita terlibat dalam pekerjaan yang berbeda berdasarkan

jenis gender yangmenghasilkan pembagian kerja menurut jenis kelamin. Tidak hanya

divisi ini hanya menetapkan orang untuk tugas yang berbeda berdasarkan jenis

kelamin, tetapi juga mengeksploitasi perempuan dengan menuntut bekerja tanpa

memberikan upah sementara membuat "perempuan bertanggung jawab atas berupah

pemeliharaan dan reproduksi dari angkatan kerja saat ini dan masa depan "

(Chafetz, 1997, hal. 104).

Selanjutnya, ketidakadilan bahwa perempuan menderita dalam

tempat kerja ketika terlibat dalam tenaga kerja untuk upah terkait dengan tanggung

jawab mereka untuk pekerjaan rumah tangga berupah.

Selain itu, Nancy Hirschmann (1997) sudut pandang feminis "memungkinkan

perempuan untuk mengidentifikasi kegiatan yang mereka lakukan di rumah sebagai

'pekerjaan' dan 'kerja,' produktif 'nilai', bukan hanya yang diperlukan dan penting

sebagai produk sampingan dari 'alam' atau fungsi biologi yang 'pasif' untuk wanita

alami "

14

2.2.2 Muted Group Theory

Berdasarkan analisis feminis, Cheris Kramarae memandang pembicaraan pria

dan wanita sebagai pertukaran yang tidak setara antara mereka yang mempunyai

kekuasaan di masyarakat dan yang tidak. Ia meyakini bahwa kurang bisanya

mengartikulasikan diri/memperjuangkan diri dibanding pria di sector public- sebab

kata dalam bahasa dan norma-norma yang mereka gunakan itu telah dikendalikan

pria. Sepanjang pembicaraan wanita sebagai tentatif dan sepele, posisi dominan pria

aman. Kramarae yakin bahwa kebisuan wanita itu cenderung menipis, kontrol mereka

dalam kehidupan akan meningkat.

Cheris Kramarae (dalam Sendjaja:1994) mengemukakan asumsi-asumsi dasar

dari teori ini sebagai berikut:

a. Wanita menanggapi dunia secara berbeda dari pria karena pengalaman

dan aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja.

b. Karena dominasi politiknya, sistem persepsi pria menjadi lebih

dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif

wanita.

c. Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, wanita harus mengubah

perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima pria.

Kramarae mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai komunikasi wanita

berdasarkan beberapa temuan penelitian.

a. Wanita lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri

dibanding pria.

b. Wanita lebih mudah memahami makna pria daripada pria memahami

makna wanita.

c. Wanita telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri di luar sistem

pria yang dominan.

d. Wanita cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak ketidakpuasan

tentang komunikasi dibanding pria.

e. Wanita seringkali berusaha untuk mengubah aturan-aturan komunikasi

yang dominan dalam rangka menghindari atau menentang aturan-

aturan konvensional.

f. Secara tradisional wanita kurang menghasilkan kata-kata baru yang

populer dalam masyarakat luas; konsekuensinya, mereka merasa tidak

dianggap memiliki kontribusi terhadap bahasa.

g. Wanita memiliki konsepsi humoris yang berbeda dari pria

Beberapa peneliti (Dinding Gannonleary, 1999) berpendapat bahwa

memahami proses-proses ini adalah kontribusi paling penting yang MGT

dapat membuat penelitian komunikasi.

Houston dan Kramarae (1991) menunjukkan bahwa pidato perempuan yang

disepelekan. "Pria melabeli wanita, suka bergosip, mengomel, mengeluh’.

Perempuan sendiri sering menyebut mereka sendiri sebagai pengoceh atau bergosip.

2.3. Gaya komunikasi

2.3.1. Gaya Komunikasi wanita

Gaya pembicaraan pria dan wanita dipengaruhi oleh sosial grup yang

menentukan siapa yang di dengar dan paling banyak dibicarakan. Penelitian

mengungkapkan banyak wanita yang merasa lebih nyaman berbicara di kelompok

kecil dan dengan individu (Tannen, 2002)

16

Wanita lebih sering menggunakan pengalaman pribadi dan beberapa contoh

yang mudah dimengerti dari sudut pandang dan dari penggunaan bahasa dalam

pembicaraan pribadi.

Kebanyakan wanita menggunakan komunikasi di tempat kerja sebagai

pemberitahuan, juga untuk meredakan stress dan merasa lebih baik, menciptakan

ikatan emosional untuk menguatkan hubungan dan sebagai stimulasi kreatifitas dan

menemukan ide baru (Eagly & Johannesen – schimdt)

Harga diri wanita di dapatkan dari relasi pekerjaan mereka, bukan dari berapa

banyak uang yang dihasilkan tapi dukungan, kepercayaan, komunikasi,

menghabiskan waktu bersama lebih banyak, memberi dukungan, menolong dan

melindungi satu sama lain.

Bagi wanita yang meraih kesuksesan di kantor, kerap mencoba lagi

membangun hubungan dan pengakuan orang lain atas keberhasilan yang di raih,

hanya dengan menghargai yang lain, wanita membiarkan pria untuk berasumsi,

mereka tidak bertanggung jawab utuk keberhasilannya dan meragukan

kemampuannya

Wanita mengharapkan bahasan untuk di diskusikan dahulu dan dibuat dengan

pertimabangan (Tannen, 1990). Peneliti merasa wanita menghargai diskusi itu sendiri

sebagai bukti keterlibatan dan komunikasi (Tannen, 1990)

Nilai dari prestasi individual tidak sebagus kesuksesan team begitu juga

hubungan yang terjalin pada saat melalu prosesnya. Wanita di dunia kerja berbicara

dengan cara menempatkan mereka di situasi yang buruk (Tannen, 2000). Wanita

menggunakan gaya tidak langsung, bahasa yang pasif untuk berbicara dengan orang

lain. Banyak orang tidak ingin menghadapai keluhan seperti ; ‘ saya tidak tahu

apakah ini berguna untuk kamu,, atau’ ‘ sepertinya ini ide buruk, tapi...’(holmes,

2006)

Dalam menggunakan kritik wanita melibatkan yang lain dalan memikirkan

proses dan juga membiarkan team bekerja sama juga, wanita mengurangi sedikit

kepercayaan dirinya dalam memikirkan apa yang harus dikatakan berupa ide-ide

mereka.

Penelitian mengindikasikan bahwa wanita sangat sering menggunakan kata-

kata terimakasih, atau maaf di tempat kerja (Holmes, 2006). Wanita akan

menggunakan kata terimakasih diberbagai kesempatan walau tidak diperlukan.

Bahkan manager mengucapkan terimakasih ketika pekerjanya bekarja untuknya dan

mengerjakan apa yang diperintahkan padanya. Kata maaf lebih sering diucapkan

untuk sesuatu yang belum selesai, mereka meminta maaf jika mengalami kecelakaan,

mengiteruspi pembicaraan, berbicara saat orang lain bicara dan ketika membuat

kesalahan. Wanita selalu ingin memastikan mereka senantiasa menjaga hubungan

kerjanya dengan rekan kerjanya (Holmes, 2006)

Sebaliknya Saat ini, pria jarang sekali mengucapkan maaf atau terimakasih untuk

sesuatu yang harusnya telah mereka kerjakan wanita lebih merendahkan dirinya di

tempat kerja dengan mengucapkan maaf atau terimakasih (Tannen, 1994)

Ketika wanita memerintahkan sesuatu secara tidak sengaja mengucapkan; ‘Apakah

kau bisa?’, ‘Aku harap kau bisa?’, ‘Mungkin ..., mungkin kah mengerjakan ini?’,

‘Jika ?’, ‘Bisakah?’, ‘Saya fikir..’ membuktikan bahwa wanita tidak diciptakan untuk

membuat permintaan (Gray 2002, p.237)

Untuk wanita berkomunikasi adalah proses hubungan dalam membuat setiap

orang menyukainya. Namun, wanita menggunakan bahasa tidak langsung, sehingga

mereka tidak merasa kasar atau bossy. Wanita ingin bekerjasama dan lebih

18

menghindari konflik dengan menyetujui, mendukung dan membuat saran daripada

memerintah. Sekali wanita menggunakan bahasa langsung (maskulin) dia dianggap

sebagai orang yang tidak sopan dan kasar.

Seperti catatan Tannen (1994), Pria yang belajar bicara lebih berani akan

dianggap lebih maskulin, tapi tidak untuk wanita karena konsekuensi untuknya akan

sangat berbeda.

Robin Lakoff (dalam Griffin, 2003) mencoba mengklasifikasikan keberaturan

pembicaraan wanita, dan membedakan antara woman talk dari man talk.

Ia mengklaim bahwa percakapan wanita mempunyai karakter sebagai berikut:

a. Ditandai apologis.

b. Pernyataan tidak langsung.

c. Pertanyaan yang minta persetujuan

d. Mengkualifikasikan.

e. Perintah yang sopan.

f. Menggunakan istilah color.

g . Cenderung menghindari bahasa vulgar.

h. Sedikit berbicara, banyak mendengarkan

2.3.2 Gaya komunikasi Pria

Pria belajar bahwa status yang dimilikinya memudahkan untuk meminta

orang lain melakukan sesuatu dan mereka merasa berhak untuk memberikan perintah.

Nilai mereka yaitu kekuatan, kemampuan, efisiensi tindakan prestasi, dirinya

sendiri dan mampu membangun kekuatan mereka dan kemampuannya. Sense pria di

bentuk dari kemampuan mereka menghasilkan keberhasilan (Tannen, 2000)

Penelitian menunjukan bahwa pria bergerak lebih cepat dalam posisi di

tempat pekerjaannya daripada wanita. Pria memiliki kemampuan membimbing,

membina networking dan lebih terang-terangan bertanya tentang peningkatan gaji dan

promosi jabatan.

Kebanyakan pembimbing adalah pria karenanya sedikit saja wanita berada

dalam posisi manager. Pembimbing menyediakan informasi yang berharga mengenai

tempat kerja dan perusahaan. Organinasi bisnis, clubs, alumni association dan sport

menyediakan waktu yang penting untuk membicarakan tentang perkembangan bisnis

dan promosi. Pria juga lebih agresif ketika mereka menginginkan sesuatu di tempat

kerja. Bertanya mengenai perkembangan dan promosi, untuk membuka pintu

kesempatan dimana wanita sangat jarang memiliki keberanian untuk melakukannya

(Gray, 2002)

Penelitian menyarankan agar pria lebih mengikat konflik dengan

beragumentasi, memberikan perintah dan tidak memihak (Holmes,2006; Tannen,

1994).

20

Type pria konfrontasional di tempat kerja dan agresive dalam cara mereka

berkomunikasi. Mereka berkomunikasi langsung misalnya; ‘Buatkan catatan’

‘Selesaikan pekerjaan itu’, ‘Printkan’, ‘Aku butuh itu’ (Holmes, 2006, P.27).

Pria berekspresi terhadap apa yang mereka inginkan dengan jalan yang cepat,

pada umumnya pria tidak khawatir akan anggapan atau fikiran orang lain yang akan

menganggap mereka terlalu cerewet atau terlalu bossy. Pria lebih memikirkan

keikutsertaannya dalam meraih tujuan dan menghindari isolasi di tempat kerja tapi

mreka tidak fokus kepada tujuan itu dan mereka menempatkan nya sebagai oposisi.

Kebanyakan interaksi pekerjaan adalah penuh kerjasama, dengan tujuan

pekerjaan efektif dengan orang lain membutuhkan kompromi, komunikasi yang

terbuka, terbuka terhadap ide baru dan saling menghormati. Penelitian menyarankan

pria dan wanita tidak berkomunikasi dengan cara yang sama jadi ketika ada masalah

yang mempengaruhi hal ini, mereka dapat mencari jalan keluar.

Wanita cenderung untuk bertanya mengenai kerjasama karena mereka

merasabutuh untuk melibatkan orang lain dalam pekerjaan mereka dalam

membangun hubungan (Tannen, 1994)

Wanita meletakan dirinya di tempat yang lebih rendah karena orang yang memberi

masukan lebih terlihat memliki kekuasaan.

Gray (2002) menyatakan membentuk team untuk wanita dan pria sangatlah

sulit. Untuk pria, team berarti semua anggotanya memiliki bakat yang khusus, tugas

dan departmen mereka bekerja untuk mensupport satu sama lain tapi tidak menukar

pekerjaan, sementara bagi wanita dalam team berarti berbagi kemampuan, pekerjaan

dan tugas.

Wanita melakukannya bersama-sama dan disana tidak jelas siapa yang akan

melakukan pekerjaan tersebut. Mereka lebih flexible. Peneliti menemukan bahwa pria

membutuhkan perasaan sebagai pelaksana, bertanggungjawab dan dihitung sebagai

yang membuat hasil (Tannen, 1994).

Pria di kendalikan oleh kesuksesan pribadi sementara wanita dikenadalikan oleh

kesuksesan team.

Dalam percakapan dan pertemuan antara pria yang lebih sering interupsi dan

agresive ketika berbicara (Tannen, 2000) interupsi tersebut dapat diartikan berbeda-

berbeda, terlalu banyak pembicaraan yang mendominasi atau malah sebagai kerja

sama yang terlalau berlebihan.

Kerjasama yang berlebihan muncul ketika interuspi telah berusaha berbicara banyak

dengan pembicara bukan dengan tujuan untuk menginterupsi akan tetapi untuk

menunjukan antusis pendengar dan partisipasinya yang aktif (Tannen, 1994)

Tannen (1994) menemukan perkembangan stress dalam grup pria dan wanita

yang ada dalam satu team bersama-sama mendiskusikan sebuah masalah. Pria

membutuhkan perasaan jika sesuatu telah selesai dikerjakan atau dikerjakan sesuai

dengan perintahnya jika tidak mereka akan sangat tidak sabar dan strees. Wanita

melanjutkan mengenali masalah dengan berbagi dan mendengarkan, dan mereka

lebih memiliki kemampuan untuk mengatasi tress.

Gray (2002) menyatakan bahwa pria menginterupsi untuk menawarkan

solusi, wanita yang prustasi, ketika wanita tetap mengenali masalah. Mendapatkan

inti bukan berati wanita harus bicara lebih sedikit, wanita tidak perlu bicara terlalu

banyak. Ketidak-adilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran

yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan

hanya menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki – laki. Meskipun secara

agregat ketidak-adilan gender dalam berbagai kehidupan ini lebih banyak dialami

oleh perempuan, namun hal itu berdampak pula terhadap laki – laki.

22

Bentuk – bentuk ketidak-adilan akibat diskriminasi itu meliputi :

• Marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) perempuan yang mengakibatkan

kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di Negara berkembang seperti

penggusuran dari kampung halaman, eksploitasi, banyak perempuan tersingkir dan

menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang

hanya memfokuskan pada petani laki – laki.

• Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis gender

dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Ada

pandangan yang menempatkan kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki –

laki.

• Stereotype merupakan pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negatif

secara umum selalu melahirkan ketidak-adilan pada salah satu jenis kelamin tertentu.

• Kekerasan (violence), artinya suatu serangan fisik maupun serangan non fisik yang

dialami perempuan maupun laki – laki sehingga yang mengalami akan terusik

batinnya.\

• Beban kerja (double burden) yaitu sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidak-

adilan gender dimana beberapa beban kegiatan diemban lebih banyak oleh salah satu

jenis kelamin.

2.4. Purchasing dan Negosiasi

2.4.1. Purchasing (Pembelian)

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai artikel telah mencatat pentingnya

strategis dan potensi kompetitif dari fungsi pembelian ([Long, 1988], [Pearson dan

Gritzmacher, 1990], [Spekman et al, 1992.], [Welch dan Nayak, 1992 ], [Gadde dan

Hakansson, 1994], [Carter dan Narasimhan, 1996a] dan [Anderson dan Katz, 1998])

dan bahkan dipertimbangkan kepentingan peningkatan di masa depan ([Carter dan

Narasimhan, 1996b] dan [Trent dan Monczka, 1998 ]). [Porter, 1980] dan [Porter,

1986] pengakuan bahwa pemasok merupakan elemen kunci untuk kompetisi

pemahaman, serta keberhasilan sistem produksi Jepang pada 1980-an, yang krusial

bergantung pada manajemen pasokan, menjabat sebagai pemicu awal penghargaan

yang lebih besar pembelian sebagai senjata strategis ([Ellram dan Carr, 1994], [Watts

et al, 1995.] dan [Krause et al, 2001.]).

Fungsi pembelian berkontribusi besar untuk kinerja bisnis atau sifat

pembelian kompetensi. Narasimhan dkk. (2001) berasumsi bahwa kontribusinya

terletak pada pelaksanaan serangkaian praktek pembelian inisiatif, sedangkan artikel

yang luar biasa lainnya berpendapat bahwa tingkat keterlibatan dari fungsi pembelian

dalam proses perencanaan strategis menentukan tingkat pelaksanaan praktek-praktek

tertentu pembelian lanjutan ( [Carr dan Pearson, 1999] dan [Chen et al., 2004]) atau

moderat dampak dari praktek pada kinerja bisnis (Narasimhan dan Das, 2001).

Abdulrahman (2010) menjelaskan Fungsi Pembelian adalah :

a. Tetap menjaga dukungan terhadap kebutuhan users, melakukan dukungan

tersebut dengan invetasi seminimum mungkin yang tetap aman dan tetap

berkualitas.

24

b. Menghindari tiruan, menghindari barang tidak terpakai dan menghindari

barang yang tidak digunakan.

c. Manjaga standard kualitas material sesuai dengan kebutuhannya. Membangun

kepercayaan supplier terhadap perusahaan dan memastikan hubungan yang

terjalin sama-sama menguntungkan.

d. Membeli material dengan harga paling murah dan berkualitas

e. Menjaga posisi persaingan perusahaan.

Abdulrahman (2010) Tanggung jawab departmen Pembelian adalah :

a. Memilih supplier yang tepat

b. Membuat keputusan yang tepat mengenai waktu yang tepat untuk melakukan

pembelian (Misal, memantau kurs, memantau perkembangan minyak bumi dl)

c. Mendapatkan harga dengan harga terbaik melalui negosiasi yang tepat

d. Membuat Purchase Order (Surat Pembelian)

e. Memantau jadwal delivery barang tersebut

f. Memastikan dan menjaga hubungan dengan supplier tetap baik

g. Meneruskan dan menyelesaikan keluhan daru supplier dan user

h. Memilih orang yang tepat dan manager yang tepat

i. Memberi training (pelatihan kepada personel)

j. Penelitian pasar bagi pembelian

k. Menyedian teknikal information dan saran dalam pemgadaan material

2.4.2. Negosiasi

Beberapa faktor individu dalam bernegosiasi sekiranya memiliki kemampuan

untuk mengontrol pengaruh, menghindari konflik, menganalisa posisi pihak lain,

dapat mengartikan pertanda, menggunakan pertanyaan, mendengarkan, menggunakan

kemampuan verbal, menjaga konsentrasi dan mengontrol arah diskusi. Berani untuk

mengambil resiko pada tempatnya, ada dalam komitmen yang tinggi, kesetiaan yang

tinggi dan tingkatan kepercayaan diri yang baik (Abdulrahman, 2010)

Faktor seorang negosiator bisa memiliki latar belakang yang berbeda-beda

dari intelegensi, usia, kecepatan, gender dan suku yang memiliki pengalaman

bernegosiasi.

Hal-hal yang biasanya di negosiasikan dalam bagian pembelian adalah

(Abdulrahman, 2010) :

a. Harga yang lebih murah

b. Meningkatkan hubungan kerjasama

c. Mendapatkan potongan harga yang lebih besar

d. Delivery yang lebih cepat

e. Perubahan kualitas menjadi lebih baik

Penelitian sebelumnya menunjukkan (Bowles et al., 2005) bahwa kedua jenis

gender sama-sama kompeten dalam situasi di mana individu bekerja untuk

memaksimalkan hasil mereka sendiri tanpa memperhatikan kinerja orang lain. Pria,

bagaimanapun, mengungguli wanita dalam lingkungan yang kompetitif di mana

hadiah ditentukan dengan membandingkan hasil peserta. Wanita tidak menyerah di

bawah tekanan persaingan, tetapi orang lebih meningkatkan kinerja mereka dalam

situasi kompetitif (Pradel et al., 2006).

Negosiasi kompetitif sehingga bertindak sebagai pemicu jenis gender, sesuai

dengan harapan masyarakat bahwa pria lebih mungkin untuk bertindak secara

kompetitif (Niederle dan Vesterlund, 2007).

Wanita bersedia untuk menetapkan tujuan yang lebih rendah jika individu, dengan

demikian, tujuan bersama dapat dicapai dengan lebih mudah (Gneezy et al., 2003).

Sebagai "agen" dari kebaikan bersama, mereka menggambarkan diri mereka sebagai

lebih lembut, tapi membayar harga untuk itu individu dengan mencapai hasil individu

26

yang lebih rendah. Grup tampaknya bekerja lebih baik bagi wanita (Croson et al.,

2008)

Dalam situasi yang sangat ambigu, pria tampaknya mengungguli wanita sedikit,

karena mereka tampaknya bersedia mengambil resiko lebih (Comer et al, 1995;..

Byrnes et al, 1999).

Situasi kekuatan negosiator juga mempengaruhi hasil dari proses negosiasi

juga. Watson (1994) menemukan bahwa gender memiliki pengaruh hanya dalam satu

studi, sementara kekuasaan tampaknya membawa efek dalam. Dia menyimpulkan

bahwa kekuatan adalah prediktor yang lebih baik dari hasil negosiasi dari gender.

Karena interaksi yang melibatkan diad campuran jender sering membawa asumsi

implisit bahwa manusia adalah pihak yang lebih kuat dari dua (Eagly, 1983), ini

mungkin mempengaruhi hasil dari kedua jenis gender dalam negosiasi.

Faktor lainnya adalah motivasi yang menarik negosiator dari target yang

mereka tetapkan sendiri. Rubin dan Brown (1975) dan Riley dan Babcock (2002)

melaporkan bahwa pria menetapkan target kinerja yang lebih tinggi daripada wanita

dan hadiah mencapai perjanjian yang secara signifikan lebih tinggi, baik dalam situasi

ambigu dan resiko tinggi. Studi lain oleh Riley dan Mc Ginn (2002) terbalik

menunjukkan bahwa perbedaan harga target dan harga kesepakatan pria memihak,

mengurangi ambiguitas dalam kondisi lebih rendah dan risiko yang dirasakan.

Bukti menunjukkan bahwa wanita menganggap diri mereka kurang layak

menerima penghargaan dan kompensasi daripada pria (Gneezy et al., 2003). Ketika

menentukan kompensasi mereka sendiri atau membagi keuntungan antara dirinya dan

orang lain, wanita secara konsisten mengalokasikan sumber daya yang lebih sedikit

untuk diri mereka daripada pria. Dengan demikian, mereka tampaknya memiliki

harapan yang lebih rendah menerima keuntungan dalam negosiasi apapun. Selain itu,

wanita berbeda dari pria dalam jenis hasil nilai mereka.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Creswell, J.W. dalam bukunya yang berjudul: “Research Design:

Qualitative and Quantitative Approaches.” Sage Publications, 1994,

mengemukakan: “Suatu proses penelitian untuk memahami masalah-masalah

manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks

yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang

diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting)

yang alamiah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif.

Menurut Marvasti (2004), penelitian kualitiatif cenderung lebih terfokus pada

refleksi, atau memberi dan menerima hubungan antara teori sosial dan

metode.

Yin (2004) menggambarkan daya tarik dari penelitian kualitatif

adalah bahwa hal itu memungkinkan peneliti untuk melakukan studi yang

mendalam tentang bahasan yang luas dari topik, termasuk favorit peneliti,

dalam hal biasa dan sehari-hari. Selain itu, penelitian kualitatif menawarkan

kesempatan yang lebih besar dalam memilih topik yang menarik karena

metode penelitian lain yang cenderung dibatasi oleh:

a. Ketidak mampuan untuk membangun kondisi penelitian yang diperlukan

(seperti dalam eksperimen)

b. Tidak tersedianya seri data yang cukup atau kurangnya cakupan variabel

cukup (seperti dalam studi ekonomi)

28

c. kesulitan dalam menggambar sebuah sampel yang cukup dari responden

dan memperoleh tingkat respon cukup tinggi (seperti dalam survei), atau

d. lain keterbatasan seperti yang didedikasikan untuk mempelajari peristiwa

masa lalu tetapi tidak berkelanjutan (seperti dalam sejarah)

3.2. Metode Penelitian

John Creswell (1996) memperkenalkan lima jenis metode penelitian

kualitatif. Kelima metode itu adalah : Biography, Fenomenologi, Grounded-

Theory, Ethnography dan Studi kasus.

Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak

mendalami suatu kasustertentu secara mendalam dengan melibatkan

pengumpulan beraneka sumber informasi

Creswell mendefinisikan studi kasus sebagai suatu ekspolrasi dari

sistem-sistem yang terkait (bounded sistem).

Bentuk studi kasus dapat berupa deskriptif, eksploratif dan

eksplanatori. Deskriptif bertujuan menggambarkan suatu gejala, fakta atau

realita. Eksploratif berarti mencari tahu lebih dalam tentang suatu kasusuntuk

dapat memberikan hipotesa. Eksplanatori mencari keterangan atas aspek-

aspek dan argumentasi sebab akibat.

Semua kegiatan penelitian studi kasus mengharuskan peneliti

melakukan keterlibatan langsung. Suparlan (1994) menjelaskan bahwa

keterlibatan penuh atau langsung adalah peneliti telah menjadi sebagian dari

kehidupan organisasi yang diteilitinya, artinya dalam kegiatan sehari-hari

kehadiran peneliti dianggap biasa.

Kelebihan dari penelitian ini adalah bentuk pemahaman yang kaya ,

mendalam dan rinci tentang suatu kasustertentu dengan penjelasn yang

lengkap tentang orang maupun lingkunga tersebut. Kekurangan dari penelitian

ini adalah masalah generalisasi, bias, keabsahan, realibilitas dan objectivitas

dikarenakan peneliti memiliki peran yang sangat besar dalam menganalisa

data melalui teknik iterpretasi yang bersifat subjektif.

3.3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, jumlah sampel tidak menentukan apakah

penelitian itu baik atau tidak karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk tidak

menyamaratakan temuan. Sampel dalam penelitian kualitatif disebut informan.

Informan adalah orang yang diwawancara, diminta informasi oleh pewawancara.

Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,

informasi, ataupun faktadari suatu objek penelitian. (Burhan Bungin, : 108 )

Subjek penelitian adalah sumber yang berkompeten untuk dimintai

informasi sehubungan dengan penelitian. Dalam penelitian iini, yang menjadi

seubjek penelitian adalah empat narasumber. Keempat narasumber tersebut dipilih

menjadi subjek karena keterlibatannya dalam program yang diteliti, sehingga

dianggap memiliki cukup banyak informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Sumber ini dipilih karena dianggap cukup kompeten dan memiliki

kredibilitas serta pemahaman konteks dan pengalaman yang cukup sehingga dapat

memberikan informasi terkait dengan topik penelitian.

Keempatnya adalah purchaser yang ada di posisi Departmen Head

(manager) yaitu satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Lalu lapis ke tiga

30

yaitu Head, yaitu satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Keempatnya

memiliki pengalaman diatas 7 tahun di bidang purchasing.

3.4. Teknik pengumpulan data

Menurut Creswell (1994) berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat 4

(empat) macam tipe pengumpulan data,

yaitu:

1) observasi,

2) wawancara,

3) dokumen,

4) alat-alat audiovisual.

Atas dasar hal tersebut penulis mengklasifikasikan teknik pengumpulan

informasi (data) menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3)

dokumen, sedangkan alat-alat audiovisual penulis sebut sebagai alat bantu

pengumpulan data

Dalam penelitian ini, dua sumber data yang gunakan adalah:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan. Di sini,

data diperoleh melalui wawancara mendalam. menggunakan wawancara

mendalam untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

pengalaman informan;

a. Wawancara

Dalam penelitian iini, yang menjadi subjek penelitian adalah empat

narasumber. Keempat narasumber tersebut dipilih menjadi subjek

karena keterlibatannya dalam program yang diteliti, sehingga dianggap

memiliki cukup banyak informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Wawancara yang dilakukan berupa one to one interviews yang

melibatkan satu peneliti dan satu narasumber. Hal ini memahami ide

spesifik dari hanya satu orang serta memudahkan dalam menulis

transkrip rekaman wawancara (Denscombe, 2010)

b. Observasi

Observasi mengacu pada bukti-bukti langsung yang dilihat oleh mata

pada saat suatu kejadian berlangsung. Ini didasarkan pada suatu

keyakinan bahwa untuk tujuan tertentu, yang terbaik adalah

mengamati apa yang sebenarnya terjadi (Denscombe, 2010). Hal-hal

yang di observasi meliputi gambaran perilaku, sikap dan interaksi yang

terlihat. Data observasi lebih luas dapat mencakup suatu gambaran

yang didapat dari kepekaan peneliti dalam menagkap informasi dan

interaski yang terjadi yang tidak terungkap melalui wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan sebagai pendukung bagi penelitian. Data

sekunder merupakan data olahan yang telah tersedia, disajikan oleh

pengumpulan data primee maupun pihak lain. Yang termasuk dalam data

sekunder ini adalah company profile, struktur organisasi, sejarah singkat

perusahaan dan profil program. Data tersebut diambil dari annual report

tahun 2010.

32

Gambar 3.1. Langkah-langkah dalam melakukan wawancara mendalam

Sumber: Boyce dan Neale (2003)

Ada beberapa alat pendukung yang peneliti gunakan selama proses wawancara:

(1) perekam suara sebagai perekam utama untuk rekaman-rekaman percakapan,

(2) catatan sebagai perekam sekunder, digunakan jika informan menolak rekaman-

rekaman

(3) alat tulis

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa in-depth interview (wawancara secara

mendalam) terhadap 4 orang nara sumber.

Berikut adalah langkah-langkah dalam in-depth interview :

3.2. Gambar langkah-langkag In depth interview proses

(Boyce & Neale, 2006)

Wawancara ini menggunakan wawancara semi structural, pertanyaan yang

diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang

telah ditetapkan.

3.6. Definisi konsep dan fokus penelitian

Bagian ini memuat tentang definisi konsep yang berkaitan dengan fokus

penelitian berdasarkan tataran teoritis. Beberapa definisi dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Plan

Analyze

Data

Diseminate

Findings

Collect Data

Develop

Instrumen

34

1. Coding: Proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam

keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar

dalam tiap-tiap bagian (Creswell, 2010)

2. In depth interview. Merupakan proses wawancara dengan tujuan

menemukan permasalahan secara lebih terbuka , dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat. Jenis wawancara ini juga termasuk dalam

wawancara semistruktur yang dalam pelaksanaanya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Esterberg dalam

sugiyono,2009)

3.7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data menggunakan Creswell seperti pada bagan berikut :

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk di analisis

2. Membaca keseluruhan data

3. Menganalisa lebih detail dengan mengcoding data

4. Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-

orang, kategori dan tema-tema yang akan dianalisa

5. Menyajikan kembali deskriptif dan tema-tema dalam narasi atau

laporan qualitative

6. Menginterpretasi dan memaknai data.

Gambar 3.2. Prosedur Analisa Data

Sumber: Tesis Ricky Sanjaya (2011)

Ada enam langkah untuk membangun sebuah narasi teoretis dari teks:

Gambar 3.3 Coding Prosedur

Source: Auerbach (2003)

Description of data analysis

Initial Data Analysis

Themes Themes ThemeThemes

Stage 1 data collection

and display reflection

Stage 2 data coding

and distillation

Stage 3

Generation of key

themes

Stage 4 Story

report and

Major and Minor

Topic

Final Interpretation

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. yang berlokasi di

Cikarang Timur selama kurang lebih 2 bulan, dari bulan Januari 2012 sampai dengan

Februari 2012.

4.1.2. Profil Perusahaan

1. Nama Perusahaan : PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

2. Alamat : Jl. Raya Lemahabang KM. 58,3 Ds. Karang Sari

Kec. Cikarang Timur

Bekasi – Jawa Barat

17510

3. No. NPWP : 01.330.132.0-054.000

4. No. Telepon : 021-89140333 (Hunting)

5. No. Fax : 021-89140763

6. Website : www.multistrada.co.id

7. Email : [email protected]

[email protected]

8. Logo perusahaan :

4.1.3. Sejarah singkat Perusahaan

PT. Multistrada Arah Sarana Tbk, atau MASA (perseroan). Merupakan

produsen Ban di Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Lemahabang KM. 58,3 Desa

Karangsari Cikarang Timur – Bekasi Jawa Barat 17510. MASA memproduksi ban

luar kendaraan bermotor roda dua dan roda empat baik merek sendiri (Achilles, Corsa

& Strada) maupun offtake, dengan area pemasaran dipasar domestik dan

internasional.

MASA di dirikan pada tahun 1988 dengan nama PT. Oroban Perkasa. Pada masa

awal berdiri, MASA di desain dan mendapatkan teknologi dari Pirelli-Itali jua teknis

dan distribusi dari Continental GMBh-Jerman. Selama krisis di Asia tahun 1999,

seluruh kewajiban perseroan dialihkan ke Bandan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN).

Sukses bisnis perseroan saat ini dimulai sejak perseroan yang sekarang diambil alih

oleh manajeman baru (PVP XVII Pte Ltd dan PT. Indokemika Jayatama) pada tahun

2004, dan melakukan rekonstruksi menyeluruh. Kini MASA telah mencapai reputasi

38

yang baik dari produk dipasaran domestik maupun internasional, produk -produk

MASA telah mendapatkan sertfikasi pemenuhan standar kualitas baik secara

domestik maupun internasional.

PT. Multistrad Arah Sarana Tbk. kini mempekerjakan 4000 karyawan dan bersama-

sama dengan seluruh karyawan berusaha keras untuk mencapai tujuan, visi dan misi

yang telah di tetapkan.

Sumber : Annual Report 2010

4.1.4. Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi pemimpin dan panutan dalam industri ban

Misi : Menjadikan dunia yang lebih makmur dan sejahtera

4.1.5. Nilai Dasar perusahaan (core Value)

Nilai dasar perusahaan :

1. Beriman

2. Jujur dan bertanggung jawab

3. Sinergi

4. Proaktif

5. Loyal

Sumber : Annual Report 2010

4.1.6. Struktur Organisasi

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi

DEWAN KOMISARIS

Presiden komisaris : Eugene Cho Park

Komisaris : Andi Solaiman

Komisaris Independen : Mulyo Sutrisno

Komisaris Independen : Juanto Salim

DIREKSI

President Direktur : Pieter Tanuri

Direktur : Sukarman

Direktur : Yohanes Ade Bunian Moniaga

Direktur : Hartono Setiabudi

Direktur : Uthan M. Arief Sadikin

Sumber : Annual Report 2010.

4.2 Hasil dan Pembahasan

Sub bab ini berisi tentang hasil pembahasan dari penelitian yang telah

dilakukan. Pengumpulan wawancara terhadap 4 (empat) nara sumber didasarkan pada

kekayaan informasi dan pengetahuan narasumber terkait dengan topik yang diangkat

peneliti. Setelah dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, dilakukan proses

transkrip untuk memudahkan pengolahan data. Kemudian dilakukan coding and

categorizing data.

40

Seperti menurut Daymond and Holloway (2002), coding merupakan langkah

pertama untuk untuk mengembangkan kategori, pola dan konsep peneliti.

Coding dimulai untuk keseluruhan bukti yang terkumpul dibaca beberapa kali dan

didapatkan keseluruhan gagasan umumnya.kemudian dicatat mengenai kata kunci,

tema, isu dan pernyataan-pernyataan partisipan.

Sebagaimana umum terjadi pada penilitian kualitatif, aspek generalisasi dari

temuan adalah terbatas/ kecil . meskipun demikian, dengan mengeksplorasi

pengalaman individu secara mendalam seringkali dapat memunculkan temuan dan

perspektif baru yang akan sangat sukar di dapat dengan menggunakan riset yang lain.

Temuan riset ini bukanlah pengecualian, sejumlah temuan menarik dan bahkan yang

tidak terduga, muncul sepanjang wawancara dilakukan. Temuan penelitian ini

diringkas dan disusun dengan menyebabkan kutipan-kutipan wawancara partisipan

dalam format temuan umum ( Raudy, 2010)

4.2.1. Hasil penelitian

Hasil penelitian yang telah di lakukan di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

berdasarkan hasil wawancara dan observasi adalah sebagai berikut :

“Digambarkan pada saat proses negosiasi terjadi, gender wanita terlihat lebih

aktif dibandingkan dengan gender Pria, hal tersebut menjadi kontra dari literatur yang

telah di baca oleh peneliti. Dimana banyak disebutkan, bahwa Pria pada umumnya

akan terlihat lebih superior dalam mengambil tugas dan tanggung jawabnya. Di PT.

Multistrada Arah Sarana Tbk. terdapat dua puluh lima orang Purchaser. Diantaranya

terdapat 15 orang negosiator yang jumlahnya lebih banyak wanita daripada Pria.

Peneliti memperhatikan bahwa Gender Wanita memiliki kepercayaan diri yang lebih

tinggi, terlihat dari bagaimana gesture mereka, mimik wajah yang digunakan serta

intonasi suara yang sangat stabil, wanita dalam melakukan komunikasi terlihat

memiliki ponit-pont dalam pembicaraan (mereka telah membuat daftar pertanyaan

sebelumnya atau mempersiapkan materi apa saja yang akan digunakan saat

bernegosiasi) pada saat mereka akan melakukan negosiasi mereka lebih mampu

mengontrol arah pembicaraan, lebih serius dan kelihatan menghindari pembicaraan di

luar konteks yang di diskusikan.

Wanita sebagai Negosiator di Purchasing, di contohkan oleh narasumber 3,

Ibu EH, dijelaskan bahwa wanita memiliki tekanan dalam melaksanakan

pekerjaannya terutama jika atasan tersebut bergender Pria. Atasan bergender Pria,

tetap menggunakan gaya komunikasi langsung (tanpa basa-basi) dan melakukan

koreksi terhadap pekerjaan anak buahnya dengan terus terang tanpa memikirkan

apakah anak buahnya akan merasa sakit hati atau tidak. Wanita, seperti dijelaskan

oleh Narasumber 1, Ibu Wiwi, memiliki kelebihan dalam bernegosiaasi, mungkin hal

tersebut datang secara natural sehingga jenis pekerjaan yang menyangkut

komunikasi, wanita membuat hasil yang lebih baik daripada pria. Namun, ketika

wanita tersebut dipimpin oleh atasan laki-laki, maka tekanan itu datang dan memaksa

anak buah wanita untuk bekerja lebih keras, tanpa kesalahan satupun. Wanita merasa

tekanan-tekanan tersebut dapat di tanggulangi dalam melaksanakan pekerjaan, di sisi

lain dapat menjadi motivasi, akan tetapi karakter wanita yang perasa, membuat

banyak tekanan tersebut terbawa ke kehidupan pribadi, sehingga di akui oleh

negosiator wanita bahwa mereka memiliki kadar stress yang cukup tinggi, juga rasa

tidak enak terhadap keluarga, terutama jika wanita tersebut sudah berkeluarga.

Sementara negosiator Pria, seperti di jelaskan oleh Narasumber 4, bahwa

mereka merasa sudah tidak ada lagi perbedaan diantara Negosiator pria atau wanita.

Mereka menyamaratakan tugas dan kewajiban, namun dalm hal-hal tertentu mereka

mengatur agar wanita menghindari pekerjaan di area keras misalnya bengkel, las dsb.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, ditemukan gejala komunikasi yang kalah dari

Pria ketika melakukan negosiasi, misalnya, ketika negosiasi tersebut berjalan datar

dan hampir tidak mungkin di menangkan oleh negosiator, pria memilih jalan tengah

42

untuk setuju atau mengalah, dalam melakukan komunikasi, mereka cenderung santai,

tidak memiliki pola dan banyak melibatkan humor atau hal-hal pribadi. Menurut

narasumber 1, kini negosiator wanita lebih di andalkan daripada negosiator pria,

karena saat ini, negosiator lebih di dominasi oleh wanita dan Pria lebih fokus kepada

hal administratif saja. Hal itu pun diakui oleh Narasumber 1 bahwa kini pria lebih

sering lemah dan mudah melebih-lebihkan masalah, bahkan menurut negosiator 2,

kini pria lebih suka bekerja di belakang meja dan tidak suke menerima tantangan dan

cenderung senang bermain aman. Hal tersebut di perkuat oleh banyaknya statement

yang dikeluarkan oleh narasumber 2, bahwa kini wanita lebih rapi dan disipilin dalam

menjalankan tugasnya. Wanita memiliki kebiasaan untuk selalu melaporkan hasil

kerja dan dapat bekerja di bawah tekanan, mereka cenderung penurut, berinovasi dan

memiliki motivasi yang tinggi.

Narasumber 1 dan 2, adalah gender yang terdiri dari wanita dan Pria dengan

posisi sebagai kepala department (manager) menilai bahwa mereka lebih menyukai

negosiator wanita, sementara negosiator 3 dan 4 adalah pria dan wanita yang

posisinya sebagai kepala seksi, terdapat sedikit tekanan ketika memiliki komunikasi

dengan atasan berbeda gender, namun bawahan tersebut mengaku tidak ada masalah

berarti dalam melakukan pekerjaan hanya sulit untuk memahami karakter atasan yang

berbeda gender dengan mereka”

Hasil Pengamatan pribadi

Komunikasi gender sebagai negosiator di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. di

amati oleh peneliti tidak memiliki pengaruh apapun. Namun peneliti menemukan

bahwa banyaknya gender wanita dalam satu department membuat kemungkinan

timbulnya konflik lebih besar. Karakter wanita yang senang membangun hubungan

dengan rekan kerja membuka adanya konflik yang terjadi pada saat mereka

melakukan komunikasi, hal tersebut di akui oleh beberapa negosiator di PT.

Multistrada Arah Sarana Tbk. bahwa setidaknya mereka pernah memiliki satu

masalah satu sama lainnya. Peneliti melihat bahwa antara satu dan negosiator lainnya

memiliki persaingan yang tidak sehat, namun mereka berusaha terlihat baik satu sama

lain, sementara mereka memiliki konflik pribadi. Hal ini juga di akui oleh pimpinan

Pria bahwa memiliki anak buah yang di dominasi wanita menimbulkan masalah

sosial yang sulit di selesaikan. Keluhan lain yang di amati oleh peneliti adalah

sebaik-baiknya performa kerja wanita, mereka tetap memiliki kekurangan yaitu

menikah, hamil dan melahirkan. Hal tersebut di akui oleh pimpinan pria dan wanita

bahwa hal tersebut menganggu kinerja mereka, perusahaan menganggap bahwa hal

lahiriah wanita tersebut adalah hambatan, sehingga mereka kerap mencari negosiator

yang belum menikah, ataupun jika sudah, mau berkomitmen untuk menunda

kehamilan selama beberapa tahun pertama.

Berikut adalah beberapa data pendukung ;

1. Gender diberikan kesempatan yang sama dalam posisinya menjadi

Negosiator di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

Narasumber 1 : ... tergantung masing-masing skill, karena gini,

sekarang ini kita sudah ga lihat lagi yang namanya gender, siapapun bisa

aja masuk di bagian mana aja asal punya kemampuan dan kesanggupan

untuk ngelaksanain tanggung jawabnya

.. sekarang cewek sama cowok sama aja kok, bedanya ya Cuma di skillnya

itu aja, gimana cara dia handle kerjaan, sanggup enggak ngerjain

kerjaan, udah ga ada beda ya gitu-gituan., limitasinya sih bidang tertentu

ya, kalo pekerjaan umum kaya tempat kita gini khan ga ada limitasi

Narasumber 2 :

Iya, disini bukan dilihat dari gender ya, sama saja posisinya, ..... disana,

tanya mereka(wanita).. saya ini memikirkan mereka juga lho, dari segi

penilaian kerja, saya rasa saya cukup fair ya terhadap mereka,....

44

Karakteristik Gender, bahkan dari segi intonasi pembicaraan, Gesture

tubuh, penafsiran bahasa dan lainnya di Bagian Purchasing PT.

Multistrada Arah Sarana Tbk. wanita di anggap lebih unggul daripada pria

Narasumber 1 : ... Ngga ngerti kenapa tapi gesture cewek tuh lebih bagus

lho, mereka tahu cara memposisikan diri saat tenang atau gembira, entah

karena saya cewek, kadang kalo cowok suka over recated.. itu sih

tergantung penalaran dia yah, kalo misalnya dia pinter sih ga ada

masalah, ditempat kita sih ga mungkin lah ada salah tafsir bahasa atau

instruksi

Narasumber 2 : enaknya gitu anak buah cewek, mindset sama dengan

saya, tapi cara komunikasi enggak kaya saya, saya khan kalau ngajarin

orang goblog banget diajarin berkali-kali saya bisa naik darah, kalau

perempuan kaga gitu malah dia keluar sifat keibuannya..

2. Tugas sebagai negosiator tidak hanya di dominasi oleh Pria saja, yang

terjadi di bagian purchasing department PT. Multistrada Arah Sarana Tbk,

Negosiator wanita ditemukan lebih banyak daripada negosiator Pria

Narasumber 1 : Sekarang nih, malah perempuan yang lebih maju nih ya,

aku fikir sih gitu... ..... walopun perbedaan gender ditempat kita ga ada,

tapi di dalam proses kerja passioinate teliti cewek lebih bagus lho, karena

semua point-point kelebihan orang berbeda-beda maka ga harus kita

punya fikiran cowok, yang enggak punya baru lah kita colaborate with

them.

Narasumber 2 : selain hardworker, juga komunikasinya bagus, kamu cek

aja sama mereka sana, lihat aja langsung, kalo anak buah saya sih

(wanita) sangat bisa diandalkan

sekarang ngga bisa kita nilai begitu, buktinya nih, kamu mau tahu engga,

kalo anak buah peremppuan saya itu sifatnya keras-keras dan analisanya

tajam, mau ditantang, mau dikirim kemana aja bisa

Narasumber 3 : Perempuan itu punya rasa empati dan laki-laki lebih

egois, tapi itu pun tdk menghambat sih, saling penegrtian aja. Ya sama

juga ada lho laki-laki yang halus seperti perempuan, basa-basinya , Ada

juga laki-laki yang baik Tapi kalo ditanya tadi perempuan jauh lebih baik

dalam beretika. Dalam hal negosiasi memang kita harus ada kode etik

dan tata krama komunikasi.

3. Hasil negosiasi Gender di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. tidak

bergantung pada gender apa yang melakukan negosiasi

Narasumber 1 : tergantung passionnya orang yang bersangkutan itu kali

ya, yang mana yang lebih passionate ya tergantung orangnya.

Kalo misalnya dia jago negosiasi tapi dia ogah-ogahan ya ga ngaruh

juga, misalnya dia bilang, ah bodo ah, dont care, whats for . Jadi ga mesti

punya capability terus berhasil nego, kalo dia enggak capable tapi dia

niat banget, mau fokus, ya itu juga mungkin bisa berhasil.

Narasumber 3 : ... ada beberapa hal sih yang membuat mmhhh... negosiasi

itu bisa berhasil dengan maksimal ataupun berjalan baik atau sukses,

diantaranya pengalaman dia tentang apa yang dia nego, pengalaman dia ,

pengetahuan dia, sebesar apa dia menguasai nego tersebut ada

kelemahan dan kelebihan dalam material itupun dia harus tahu

perbedaan produk satu dan lainnya, bukan gendernya yang menentukan

hasil

46

Narasumber 2 : Mereka sih orang sudah pengalaman semua.. mereka

udah punya analisa sendiri, punya target dan punya probem solver

sendiri. Kesulitan mereka pasti ada, nah mereka akan tanya pendapat

saya kalau ada di dalam kesulitan

4. Manfaat dari proses Negosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

Narasumber 1: ... Khan mendapatkan harga yang bagus artinya bisa

menekan cost. Penekanan cost itu efeknya kemana-mana nanti ujung-

ujungnya kita bisa jualan product dengan harga bagus lah. Lagipula yang

namanya hidup ini ga lepas dari namanya negosiasi lah, orang nego gaji,

orang nego di mangga dua dimana-mana ada nego lah

Narasumber 2 : Banyak sekali malah menurut saya itu pintu gerbang yang

paling penting, ini konteks di departmen pembelian ya, seperti rumah dan

masakan, kita beli bahan yang sehat, murah dan segar, lalu diproses, kita

bisa jual dengan mengambil margin tambahan dari biaya saving cost

tersebut

semua segi kehidupan awalnya harus bagus karena menentukan hasil

akhir, ibaratnya kalo langkah awal niatnya sudah bagus kesana khan juga

bagus juga mestinya lah.. apalagi bagian pembelian ini dianggap sebagai

departmen yang menghabiskan uang perusahaan paling banyak

Narasumber 3 : Kalo untuk negosiasi manfaatnya wah itu bagus banget,

jadi gini.. kerja kita khan tergantung SOP dan assesment ya kalau kita

nego ya berarti kita menjalankan assesment, menjalankan prosedur,

sebagai negosiator khan memang di tempatkan sebagai orang yang ahli

bernegosiasi, mengenai keuntungan untuk perusahaan pasti dampaknya

besar, itu khan pengurangan cost, dimana-mana pengurangan cost bisa

menumbuhkan margin yang sehat.

5. Hambatan dalam bernegosiasi di PT. Multistrada arah Sarana Tbk. bukan

dari apa saja jenis gendernya

Narasumber 1 : Apa aja ada khan, yang orang di ajakin nego saklek kek,

atau kita nya yang ga punya senjata buat ngelawan, ga punya knowledge-

nya, belum lagi kalo ada masalah-masalah luar yang membuat nego

engga berhasil

Narasumber 3 : ... kembali ke gender kalo sifat mungkin tidak, tapi kalo

level mungkin berpengaruh, misalkan level paling bawah hasil negosiasi

tidak maksimal, karena negosiasi itu khan bisa dilakukan berbagai lapis.

Nego pertama itu mungkin dilakukan oleh lapis paling bawah dan

kemungkinan besar waktu dilakukan nego oleh lapis mungkin bisa

menurunkann harga atau bisa juga dia tidak turunkan, tapi yang jelas

masalah gender tidak mempengaruhi. Tapi itumenjadi hambatan juga

dalam komunikasi negosiator kita

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kesimpulan analisa dan pembahasan dalam penelitian

yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Gender mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam proses

negosiasi. Negosiator Wanita lebih fokus pada tujuan utama negosiasi

,Mereka akan lebih terlibat di dalamnya dan akan ingin untuk

mencapai tujuan lebih fokus dari rekan-rekan pria mereka. Hal ini

diperkuat oleh fakta bahwa perempuan menyadari bahwa mereka harus

lebih berkinerja daripada pria.

Dengan demikiam hasil penelitian ini menyatakan bahwa negosiator

perempuan memiliki komunikasi yang lebih baik daripada pria

2. Gender Wanita dianggap memiliki komunikasi dan hasil yang baik,

berdasarkan hasil penelitian, wanita di nilai lebih cooperative, mampu

bekerja di bawah tekanan, memiliki tatakrama, etika berkomunikasi

dan jelas dalam menentukan target. Hal itu dibuktikan oleh ke-4

Narausmber yang memimpin department atau section, bahwa mereka

memiliki lebih banyak negosiator perempuan dan merasa hasil

negosiasinya lebih baik daripada pria.

3. Hambatan dalam komunikasi yang berkaitan dengan Gender di nilai

tidak ada karena ,problem yang timbul bukan dari gender itu sendiri,

melainkan ke hal yang lebih menjurus kepada kondisi dan situasi

pembelian.

5.2. Saran

Agar kinerja komunikasi gender di Purchasing semakin baik, peneliti

menyampaikan saran, diantaranya :

1. Negosiator dibekali teknik-teknik pembicaraan yang baik, seperti

melakukan pelatihan yang berhubungan dengan trik pembelian, dalam

mewujudkan komunikasi, sudut pandang atasan –bawahan yang

berbeda gender perlu diperbaharui karena ada anggapan dari

negosiator bahwa bila pimpinan negosiator wanita, maka laki-laki

harus lebih banyak bersabar dan pengertian dalam melakukan

komunikasi , sementara jika pimpinan negosiator pria, wanita harus

bersabar dalam menghadapi tekanan-tekanan yang timbul.

2. Negosiator wanita diberi penghargaan dalam achivement nya, belum

ada tolak ukur yang jelas dari keberhasilan negosiasi tersebut.

3. Hambatan dalam bernegosiasi, diberikan garis yang jelas agar dalam

kasus tertentu (misal : negosiasi dalam angka milyaran rupiah) lapis

negosiasi tersebut jangan diberikan kepada level negosiator staff , jika

memungkinkan dilakukan oleh Department Head atau Division Head

agar ,situasi pembicaraan bersifat seimbang dengan supplier,

bargaining power menjadi kuat dan kondisi negosiais tidak kaku.

50

DAFTAR PUSTAKA

American Association of University Women Educational Foundation. (1999). New

York: Marlowe & Co.

Creswell, J. W. (2005). Educational research: Planning, conducting, and evaluating

quantitative and qualitative research (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice

Hall

Deborah Tannen, You Just Don't Understand: Women and Men in Communication

(New York: William Morrow, 1990), p. 42.

Eagly, A. H., & Johannesen-Schmidt, M. C. (2001). The leadership styles of women

and men. Journal of Social Issues, 57, 781–797

Gray, J. (2002). Mars and Venus in the workplace. New York: Harper Collins

Publishers

Holmes, J. (2006). Gendered talk at work. Malden, MA: Blackwell Publishing.

Hall, J.A. and carter m J.D (1999) Gender stereotype accyaract as individual

difference, jurnal of personality and social phsycologi

Litlejhon, Foss, 2009. Encyclopedia of communication theory / Stephen W. Littlejohn,

Karen A. Foss

Rhonda H. Kelley, Komunikasi antara Pria dan Wanita dalam Konteks Masyarakat

Kristen, Iman & Misi, Fall 1996

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Langkah-langkah wawancara mendalam

Gambar Prosedur Analisa Data

Gambar Prosedur Coding Data

Struktur Organisasi

Data Coding & Distilation Mayor

Data Coding & Distilation Minor

In-depth Interview Guide

Consent Form Narasumber 1

Transkrip Wawancara Narasumber 1

Consent Form Narasumber 2

Transkrip Wawancara Narasumber 2

Consent Form Narasumber 3

Transkrip Wawancara Narasumber 3

Consent Form Narasumber 4

Transkrip Wawancara Narasumber 4

52

STRUKTUR ORGANISASI

Data Coding & Distilation (Mayor)

No

.

Pertanyaan Narasumber 1

(Ms. WT)

Narasumber 2

(MR. THI)

1 Jelaskan identitas

dan posisi,

Bapak/Ibu di bagian

pembelian PT.

Multistrada Arah

Sarana Tbk.

Purchasing Direct Material,

Department Head . PT.

Multistrada Arah Sarana

Tbk

Mengawasi seluruh kinerja

Department Purchasing

khususnya Direct Material

Koordinator negotiator team

dan melakukan evaluasi

terhadap hasil negosiasi

Purchasing Indirect

Material, Deartment Head

PT. Multistrada Arah

Sarana Tbk.

Memastikan semua agenda

kerja berjalan sesuai dan

tidak mengalami masalah

2 Apakah Gender

diberikan

kesempatan yang

sama dalam

pembagian area

kerja di PT.

Multistrada Arah

Sarana Tbk.?

jika Ya, apakah ada

tuntutan untuk

memiliki mindset

yang sama dengan

gender lainnya?

ya, tergantung skill masing-

masing, Gender tidak

dipertimbangkan asalkan

memiliki kemampuan dan

dan kesanggupan untuk

melaksanakan tanggung

jawabnya

tidak perlu memiliki fikiran

gender yg lain, karena

mindset dpt di colaborate

Ya, gender diberikan

kesempatan yang sama ,

tidak ada perbedaan

Penting untuk mengikuti

mindset pimpinan

3 Sebagai seorang

pimpinan, apakah

Bapak/Ibu

merasakan ada

perbedaan antara

cara masing-masing

gender dalam

berkomunikasi

-Intonasi

-Gesture

Ya, diantaranya :

- Wanita memiliki

pengaruh intonasi suara

dalam keadaan tertentu,

sementara laki-laki lebih

rasional sehinggga tidak ada

perubahan suara

-Gesture wanita lebih bagus

sementara pria, over reacted

Ya, diantaranya :

-Intonasi wanita jelas

Dalam meeting aktif dan

anstusias

Penafsiran bahasa terjadi

pada kondisi tertentu saja

Wanita cenderung tertutup

namun emosinya masih

sangat ekspresif

54

-Penafsiran Bahasa

-Istilah-istilah yang

digunakan

-dll.

-Penafsiran Bahasa

tergantung penalaran dan

tingkat kecerdasan gender,

di PT. Multsitrada keduanya

memiliki penafsiran yang

baik

-Istilah yang digunakan

tidak ada, karena

menggunakan satu bahasa

kerja formal, akan tetapi

dlm keaadaan informal, pria

lebih lebay (berlebih-

lebihan) daripada wanita.

Treatment antara pria –

wanita berbeda, karena

wanita lebih mampu under

pressure tetapi dengan Pria

bisa terjadi konflik

Istilah, dalam berbagai

kondisi, sifat wanita yang

lebih halus jarang sekali

bicara kata-kasar sementara

pria bisa mengungkapkan

kekesalannya kapan saja

4 Bagaimanakah gaya

komunikasi gender

yang Bapak/Ibu

rasakan dalam

konteks komunikasi

kerja sehari-hari

Wanita sewaktu melaporkan

hasil kerjanya lebih detail

disertai analisa juga

perasaannya,

sementara pria melaporkan

hal yang dianggapnya

penting saja tanpa

memberikan analisa

Wanita komunikasinya

lebih baik, punya analisa,

punya target dan problem

sendiri dan mereka selalu

memberikan laporan detail

Sementara Pria tidak aktif,

maunya bermain aman dan

tidak mau di challenge

5 Apakah terdapat

generalisas dari segi

gender /suku/Ras

yang menjadi

kriteria sebagai

Negosiator atau

poisisi lainnya?

Ada, namun hanya sebagai

refferensi bukan mutlak,

karena meski ada

generalisasi sifat,

attitude/behaviour setiap

orang berbeda-beda,

Yang menjadi kriteria

sebagai negosiator adalah

skillnya, Gender tidak

memiliki pengaruh karena

pada pekerjaan umum

seperti ini, siapa saja bisa

menjadi negosiator

Tidak, karena sudah jelas

perusahaan mengumpulkan

orang-orang dengan tujuan

yang sama, buku suku atau

ras yang sama.

Kriteria nya harus memiliki

mindset yang baik, sebagai

negosiator banyak kriteria

skill,gender tidak masalah,

tapi lebih prefer perempuan.

6 Bagaimanakah sudut

pandang Bapak/Ibu

terhadap pimpinan

yang berbeda

Tidak ada masalah, tidak

ada tekanan karena skill

yang dimiliki digunakan

untuk melakukan setiap

Tidak ada masalah ya

karena pimpinan saya pria

Gender dengan

Bapak/Ibu, apakah

terdapat tekanan

kerja dilihat dari sisi

gender?

instruksi atasan. Yang

penting enjoy, kemampuan

aktif dan pekerjaan

dilakukan dengan positif

Kalau tekanan sih tidak ada,

tapi saya masih ada di level

pekerja sementara pimpinan

sudah masuk kedalam top

management, bedanya saya

kerja lebih keras saja.. itu

sudah jadi bagian pekerjaan

7 Apa manfaat dari

proses Negosiasi

bagi PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk. ?

Manfaatnya Penekanan cost

akan berefek ke semua lini

perusahaan yang lebih

besar lagi adalah manfaat

berupa keuntungan (margin)

bagi perusahaan

Negosiasi di purchasing

adalah pintu gerbang,

pengurangan cost pembelian

bahan baku dapat

menambah margin barang

hasil produksi nanti.

8 Apa Tujuan dari

proses Negosiasi

bagi PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk. ?

Negosiasi bukan semata

harga saja, tetapi nego untuk

: jadwal pengiriman, terms

pembayaran , juga dalam

hal yang lain yang

tujuannya adalah

menghindari masalah yang

mungkin terjadi sehingga

seluruh proses tidak

mengalami gangguan, jadi,

tujuan perusahaan tercapai,

Negosiasi wajib dilakukan,

karena itu bagian dari

instruski kerja (SOP) , yang

sudah diatur dengan tujuan

yang telah di target oleh

perusahaan, tujuan akhirnya

tentu mensejahterakan

karyawan

9 Apa saja hambatan

gender dalam

melakukan

Negosiasi?

Komunikasi yang tidak

lancar karena lawan bicara

tidak koopeartif(saklek,

keras dll)

Tidak ada knowledge akan

suatu masalah yang di

negosiasikan sehingga tidak

punya ‘senjata’ untuk mulai

berargument

Faktor lainnya contoh

keadaan yang tidak

mungkin atau waktu yang

tidak cukup sehingga posisi

bargaining lemah

Level dari lawan negosiator

lebih tinggi sehingga

negosiator kita kesulitan

mendapatkan bahasa yang

sama

Supplier yang recordnya

memang keras dan susah

sekali ditawar

Posibbility penurunan harga

kecil sehingga proses nego

berjalan datar

56

10 Siapa kah (Gender)

pola komunikasi

yang lebih baik

dalam bernegosiasi

di Bagian

Purchasing PT.

Multistrada Arah

Sarana Tbk. ? lalu

sipakah yang tingkat

keberhasilannya

lebih tinggi?

Gender yang pola

komunikasinya lebih baik

adalah wanita, wanita lebih

melibatkan perasaannya

sehingga , vendor tidak

hanya menilai sebagai

negosiator tetap menilai

sebagai pribadi

Tingkat keberhasilan

variatif, sama saja, tidak ada

yg lebih menonjol karena

harga sudah ditetapkan oleh

sourcenya (contoh web

online untuk memantau

harga kopi, nikel oleh

gabungan pengusaha dll)

Gender yang pola

komunikasi dan hasil

keberhasilan yang tinggi

adalah wanita

Kini Pria malah berada di

posisi yang terbalik, tidak

mampu menjaga

kompetensi dan skillnya.

Data Coding & Distilation (Minor)

No

.

Pertanyaan Narasumber 1

(Ms. EH)

Narasumber 2

(MR. LY)

1 Jelaskan identitas

dan posisi,

Bapak/Ibu di bagian

pembelian PT.

Multistrada Arah

Sarana Tbk.

Purchasing Direct Material,

Section Head . PT.

Multistrada Arah Sarana

Tbk

Sebagai Kepala Negotiator

di Section Purchasing Direct

Material

Purchasing Indirect

Material,

Section Head PT.

Multistrada Arah Sarana

Tbk.

Memeriksa semua

pembelian khususnya untuk

section indirect

2 Apakah Gender

diberikan

kesempatan yang

sama dalam

pembagian area

kerja di PT.

Multistrada Arah

Sarana Tbk.?

jika Ya, apakah ada

tuntutan untuk

memiliki mindset

yang sama dengan

gender lainnya?

ya, Gender diberikan

kesempatan yang sama

bahkan disamakan dengan

laki-laki dalam bekerja,

tidak ada perbedaan sama

sekali.

Mindset harus menyamai

gender lainnya, hukumnya

wajib.

Ya, gender diberikan

kesempatan yang sama ,

tapi PR yang lebih teknik

diberikan ke Pria.

Mindset nya, harus mindset

sebagai negosiator , gender

manapun harus mengikuti.

3 Sebagai seorang

pimpinan, apakah

Bapak/Ibu

merasakan ada

perbedaan antara

cara masing-masing

gender dalam

berkomunikasi

-Intonasi

-Gesture

-Penafsiran Bahasa

-Istilah-istilah yang

digunakan

Tidak, karena;

- Wanita kini memiliki

intonasi yang sama dengan

pria, intonasi sama kerasnya

-Penafsiran Bahasa tidak

ada masalah

-Istilah yang digunakan

tidak ada, kecuali pada saat

formal, bahasa-bahasa slank

digunakan sejajar, pria dan

wanita berbicara bukan

Ya, diantaranya :

-Intonasi wanita tinggi dan

berulang-ulang

Pada Gender, biasanya

intonasinya bisa dilihat dari

mana dia berasal, contoh:

orang ambon

Penafsiran bahasa yang

dilakukan wanita lebih

detail bahkan ada

pengandainnya

Pembawaan diri wanita

58

-dll.

karena sungkan , tapi lebih

kepada keterbukaan

komunikasi.

lebih tenang (kalem)

4 Bagaimanakah gaya

komunikasi gender

yang Bapak/Ibu

rasakan dalam

konteks komunikasi

kerja sehari-hari

Wanita tetap melakukan

pekerjaannya seperti

berkomunikasi dan

negosiasi ketika ada dalam

tekanan, pasrah dan

menjalanni sebagai mana

harusnya.

Pria dinilai sama

Wanita dan pria sama saja,

ada yang humoris ada yang

tidak, tergantung

kemampuan komunikasi

masing-masing

5 Apakah terdapat

generalisas dari segi

gender /suku/Ras

yang menjadi

kriteria sebagai

Negosiator atau

poisisi lainnya?

Ada, terutama untuk RAS

chinese karir mereka melejit

lebih cepat.

Yang menjadi kriteria

sebagai negosiator adalah

skillnya, Gender tidak

memiliki pengaruh

Tidak, di bagian indirect

terdapat suku ambon, jawa,

sunda, betawi dan semua

diperlakukan sama

Bertanggung jawab dan

punya pengalaman sebagai

negosiator, itu lebih baik.

6 Bagaimanakah sudut

pandang Bapak/Ibu

terhadap pimpinan

yang berbeda

Gender dengan

Bapak/Ibu, apakah

terdapat tekanan

kerja dilihat dari sisi

gender?

Tekanannya sangat besar ,

pencapaian diharapkan

sama dengan pria, dan

diperlakukan seperti lelaki

(bicara tanpa basa-basi) juga

tekanan yang sangat besar

bagi negosiator perempuan.

Masalah nya hanya karena

beda gender, pimpinan

indirect perempuan, jadi

cara menghadapinya,

sebagai lelaki agak harus

sabar..

Kalau tekanan muncul kalau

PR tidak segera di eksekusi

menjadi PO, barang akan

menjadi TOP urgent dan

akan bamyak kesulitan .

7 Apa manfaat dari

proses Negosiasi

bagi PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk. ?

Manfaatnya Penekanan cost

akan berefek ke semua lini

perusahaan yang lebih

besar lagi adalah manfaat

Menekan cost sebagai

prestasi departmen yang

sesuai dengan tujuan

perusahaan.

berupa keuntungan (margin)

bagi perusahaan

8 Apa Tujuan dari

proses Negosiasi

bagi PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk. ?

Menekan cost agar efektif

Mendapatkan harga yang

make sense

9 Apa saja hambatan

gender dalam

melakukan

Negosiasi?

Hambatan tidak ada, yang

penting.. tatakrama dijaga,

terutama negosiator harus

memiliki etika

berkomunikasi agar tidak

ada hambatan saat

bernegosiasi

Hambatan tidak ada

10 Siapa kah (Gender)

pola komunikasi

yang lebih baik

dalam bernegosiasi

di Bagian

Purchasing PT.

Multistrada Arah

Sarana Tbk. ? lalu

sipakah yang tingkat

keberhasilannya

lebih tinggi?

Gender yang pola

komunikasinya lebih baik

adalah wanita.

Wanita lebih halus, punya

rasa empati sementara Pria

kebanyakan egois

Tingkat keberhasilan sama

saja, tidak ada bedanya.

Gender sama saja, tidak ada

perbedaan dalam hasilnya.

60

In-Depth Interview Guide

ANALISA KOMUNIKASI GENDER SEBAGAI NEGOTIATOR DI BAGIAN

PEMBELIAN PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK.

Nama Narasumber :.........................................

Nama Peneliti :.........................................

Jurusan :........................................

Hari/Tanggal :.........................................

Selamat pagi/siang/sore . Nama saya........... (memperkenalkan diri)

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diberikan

oleh jenis gender dalam melakukan negosiasi di bagian pembelian PT. Multistrada

Arah Sarana Tbk.

“Jika Bapak/ibu tidak keberatan, saya akan merekam wawancara ini dengan tujuan

agara bisa di dapatkan semua detail dan pada saat yang sama dapat melakukan

wawancara dengan fokus. Saya yakinkan Bapak/Ibu bahwa semua wawancara ini

merupakan data yang di khususkan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Oleh

karena itu saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, mohon dapat di jawab sebagai

mana adanya’

‘Sebagai Wanita/ Pria (dengan perbedaan gender) apakah gaya komunikasi yang

Bapak/Ibu gunakan dalam bernegossasi memiliki pengaruh?’

‘ Mohon Jelaskan identitas Bapak/Ibu dalam bagian pembelian PT. Multistrada Arah

Sarana Tbk. Ini? Dan berapa banyak keterlibatan Bapak/Ibu didalamnya?’

‘Apa saja tujuan Bapak/Ibu dalam melakukan negosiasi?’

‘Apa saja manfaat yang Bapak/Ibu berkan kepada perusahan dari keberhasilan

bernegosiasi (dalam segala aspek)?’

‘Apakah ada dokumentasi keberhasilan negosiasi dan berapa persen kah negosiasi

yang berhasil Bapak/Ibu lakukan?’

‘Adakah hambatan atau kendala saat bapak/ibu melakukan negosiasi?’

‘Apakah ada masukan dari Bapak/Ibu untuk sistem negosiasi di masa datang?’

62

Fakultas Ilmu Komunikasi

Formulir Persetujuan untuk Narasumber

Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi

dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.

2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil

negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat

melakukan negosiasi

Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini

Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta

berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,

seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman

wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama

dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk

menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.

Waktu

Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam

Resiko

Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau

sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.

Manfaat

Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu

terkait dengan topik penelitian.

Kerahasiaan

Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang

sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya

menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas

pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah

tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian

selesai.

Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk

penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa

depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan

mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.

Partisipasi

Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti

berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat

64

mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam

seluruh penelitian.

Untuk menghubungi Peneliti

Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,

Bapak/ibu dapat meghubungi :

Nama : Citra Febriani

Alamat : Jababeka Education Park,

Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka

Cikarang Baru, Bekasi

17550

Email : [email protected]

Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini

:

Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si

Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322

Email : [email protected]

Perjanjian:

Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan

keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban

apapun.

Tanda tangan : ............................... Tanggal : 28 Februari 2012

Nama : MS. WIWI TAN

Transkrip Narasumber 1

(Head of Purchasing Department Material PT . Multsistrada Arah

Sarana Tbk. : Ms. WT.)

Pewawancara : Selamat siang Bu, Saya Citra dari President University.

Dalam rangka penyusunan skripsi tentang komunikasi gender di Bagian Pembelian

PT. Multistrada Arah sarana Tbk. boleh saya mengajukan beberapa pertanyaan Bu?

Narasumber : Oke, silahkan.. sambil agak ribet ga apa –apa khan?

Pewawancara : Terimakasih Bu, enggak apa-apa, Pertanyaan berikut mohon

di jawab sesuai dengan kondisi ya Bu, tapi.. boleh di infokan dulu ga ya Bu, posisi

Ibu disini?

Narasumber : Saya menjabat sebagai kepala department Purchasing direct

di Pt. Multistrada Arah Sarana Tbk. Tugas saya mengawasi seluruh kinerja

department dan mengevaluasi hasil negosiasi...

Pewawancara : Oke Bu, pertanyaan yang pertama dimulai ya Bu... mmh... ini

Bu masih mengenai komunikasi gender ya Bu, itu kalo staff ibu , pria atau wanita

ada perbedaan intonasi ga ya Bu kalo pas lagi bicara soal kerjaan?

Narasumber : Intonasi sama saja sih ya, namanya dunia kerja khan ada

aturannya, terus kalo kita lagi diskusi ya biasa aja..

Pewawancara : Biasa aja ya? Kalo dalam keadaan tertekan atau tersudut

gimana tuh Bu? Kalau gesture nya bagaimana?

Narasumber : Ya kalo cewek sih mungkin ya ada pengaruh tapi kalo cowok

ya enggalah mestinya karena meraka lebih rasional ya walaupun cowok juga bisa

emosi berat sih, tapi kalo ditempat kita sih engga ada..

Ngga ngerti kenapa tapi gesture cewek tuh lebih bagus lho, mereka tahu cara

memposisikan diri saat tenang atau gembira, entah karena saya cewek, kadang

cowok suka over recated..

Pewawancara : Oh gitu ya Bu, kalo di Multistrada ada pen-generalisasian ga

Bu, misalnya kalo di bagian ini , bagusnya buat cowok atau yang ini buat cewek?

Narasumber : Ga ada tuh, tergantung masing-masing skill, karena gini,

sekarang ini kita sudah ga lihat lagi yang namanya gender, siapapun bisa aja masuk

66

di bagian mana aja asal punya kemampuan dan kesanggupan untuk ngelaksanain

tanggung jawabnya

Pewawancara : Oh gitu ya Bu, lalu mengenai penafsiran Bahasa Bu, itu ada

suka ada salah penafsiran dalam komunikasi Bu? Maksud saya antara cowok sama

cewek?

Narasumber : Hahaha.. itu sih tergantung penalaran dia yah, kalo misalnya

dia pinter sih ga ada masalah, ditempat kita sih ga mungkin lah ada salah tafsir

kecuali misalnya ga konsen khan bisa diulang tuh, kalo murni ga ngerti sama kalimat

yang kita kasih itu sih mesti di cek oon atau enggaknya.. hahahaha,,,

Pewawancara : Hahaha... terus Bu, hehe emang ada yang oon ya Bu?

Narasumber : Ya enggaklah, ya tapi bisa juga mungkin tapi disini ga ada..

Pewawancara : Mmh... terus ini Bu, Adakah istilah yang digunakan dan

berbeda antara cowok dan cewek Bu?

Narasumber : Engga ada ya, sekarang cewek sama cowok sama aja kok,

bedanya ya Cuma di skillnya itu aja, gimana cara dia handle kerjaan, sanggup

enggak ngerjain kerjaan, udah ga ada beda ya gitu-gituan, paling liat aja disini kalo

yang lebay ama yang ga lebay baru ada.. hahahaa...

Pewawancara : Kalau cara mereka menyampaikan laporan kerjanya Bu,

apakah gaya komunikasinya berbeda?

Narasumber : Waaa.. beda banget laa.. kalo cewek laporan lengkap dan

kita bisa gali dia, kenapa and gimananya, kalo cowok jangan harap.. kita malah

dikira mau menginterogasi. Cewek juga bisa keluarin perasaan atau pendapatnya

untuk suatu problem ya, kalau cowok ada info kasih tau yang penting-prnting,

selesai...

Pewawancara : Ibu, Ibu khan sebagai pimpinan tapi bergender perempuan

ya, itu pernah merasakan tekanan dari atasan laki-laki engga?

Narasumber : Enggak. Karena gini , kita khan kerja sama orang, kita punya

kemampuan dan kita mau patuh sama instruksi dari atasan, segala bentuk tekanan

itu jangan di interpretasikan sebagai tekanan juga ya, kalo lu mau kerja disini, ya

diikutin, kalo engga ya udah, ini kan cuma soal demand sama supply khan, dalam

kasus ini ya mesti di mengikuti setiap permintaan and semua permintaan juga emang

buat tujuan perusahaan.

Pewawancara : Jadi ga merasa di tindas gitu ya Bu?

Narasumber : Ya enggak laah..

Pewawancara : Hehehee.... kalo gitu dengan gender ibu sebagai cewek

pernah merasa dimanfaatin ga ?

Narasumber : Enggak lah (hahahahhaa) kalo posisi gue bisa aja ditempatin

sama siapa aja, intinya mao dia cewe mao dia cowok, sama aja, yang pemting sih

enjoy ya, kita harus punya kemampuan aktif dan semua pekerjaan dilakukan dengan

positif tanpa ada fikiran ini pantesnya cowok yang ngerjain atau cewek yang

ngerjain..

Pewawancara : Kalo tugas Ibu pantesnya dikerjain gender mana?

Narasumber : Ya kalo menurut aku sih cewek lah hahaha.. ya liat khan

kerjaan aku kebanyakan nego...

Pewawancara : Ohhhh... heheh, lanjut ya Bu, apakah karyawan disini

diberikan kesempatan yang sama , apapun gendernya?

Narasumber : limitasinya sih bidang tertentu ya, kalo pekerjaan umum kaya

tempat kita gini khan ga ada limitasi, hajarrr aja terus.. hehe.. ya palingan juga kaya

regione middle east, tuh kita prefer lebih baik cowok yang berangkat kalo misal kita

perintahin untuk visit.. mmhh... ya agak ngeri sih

Pewawancara : Masalah kemanan ya ibu?

Narasumber : Iya masalah keaamanan

Pewawancara : Oh berarti itu mah faktor internal ya Bu, bukan eksternal?

Narasumber : Iya bukan, kita emang ga ada sih peraturan dalem yang kaya

gitu, soalnya cewek juga ke beberapa negara sana da pergi juga, ya ga mutlak lah ,

tergantung...

Pewawancara : Heee... , oh ya Bu, ada lagi Bu... ini mengenai kerjakeras

apakah wanita dalam dirinya dituntut bertransformasi kedalam fikiran pria?

Narasumber : Hehe.. enggak lah.. enggak gitu juga, maksudnya tuh apa

yang cowok bisa belum tentu cewek ga bisa, maksudnya ya cewek juga bisa lah, ada

hal tertentu cewek dari segi bargaining power, walopun perbedaan gender ditempat

kita ga ada, tapi di dalam proses kerja passioinate teliti cewek lebih bagus lho,

karena semua point-point kelebihan orang berbeda-beda maka ga harus kita punya

fikiran cowok, yang enggak punya baru lah kita colaborate with them.

Pewawancara : Wow, cewek emang udah hebat-hebat ya ibu?

68

Narasumber : Iya dong, hehehe

Pewawancara : Nah trus ibu kalo wanita dalam komunikasi dan pekerjaannya

dia mengaitkan akal dan emosi ga sih ya ibu?

Narasumber : Oh pasti, enggak mungkin enggak., udah settingan awalnya

mereka udah begitu, dari dulu, emang begitu, cewek pake hati dan emosi, sekali lagi

memang treatment perbedaan gender ga ada tapi diakui, cowok kalau lagi ngomong

sama cewek itu pasti ga tegaan, mao keras tapi sungkan, tapi ya ada positifnya juga

ya misalnya cewek bisa aja pas lagi negosiasi pake hati, jadi proses negonya lebih

persuasif, lebih lembut gitu deh.. tapi ya enggak selalu mengutamakan hati emosi

juga ada tempatnya.. kadang macem kerjaan khan ada tombol mana nih yang harus

di aktifin misalnya alarm pertimbangan lain, personal experience.

Pewawancara : Ya betul... betul... nah kalo ibu wie sendiri gimana? Khan dari

pekerjaan ibu wie punya agenda bisnis travel, sebagai perempuan ada ketakutan ga

masuk ke negara baru dan bekerja di negara tersebut

Narasumber : Sebenarnya sih ga ada kesulitan yang bener-bener bersifat ke

spesifiknya si gender ya, tapi khan tiap tempat itu beda-beda ya, iklimnya,

budayanya, bahasanya, jadi mau itu cowok atau cewek yang punya agenda bisnis

keluar harus ada kemampuan beradaptasi. Kalo aku kemana juga oke kok, ga ada

hambatan, mau ke Amerika ok, jepang ok, mereka khan negara-negara modern,

jangankan mereka, negara kecil lainnya pun welcome kok , jadi ngga seseram jaman

dulu dimana ada gambaran kalo cewek diluar negeri sendirian kesannya nekat

banget, sekarang udah engga kok, dunia jadi lebih kecil dan semua tempat ga terlalu

asing, karena sebelum kita kesa... (narasumber memanggil anak buahnya dan

sementara terhenti wawancaranya)..

Narasumber : Sorry, interups bentar. Jadi kalau kita mau kesana, kita cek

dulu musim apa disana, lagi ada public holiday atau ga, lagi ada agenda apa,

bukannya apa apa, kita mesti prepare buat persiapan adaptasi juga khan? Walau

durasi tidak terlalu lama tapi kita mesti preventif terhadap kesehatan dan kebutuhan

kita pribadi. Contohnya nih ya, kita sakit , itu mau engga mau bikin repot

kepentingan bisnis disana khan?

Pewawancara : Kalau sakit disana gimana tuh ibu?

Narasumber : Rekan bisnis pasti bantu juga kok, tapi

ya mereka punya batasan, karena Bisnis relationship is bisnis relationship, jangan

ntar disana kita nanya atau minta dibeliin pembalut karena kita mendadak datang

bulan. Kan dapet tiap bulan tuh, ya di cek aja periodenya , jangan sampe susahin

orang juga, fikirkan bangaimana caranya biar ga mengganggu

Pewawancara : wah penting banget itu infonya ibu..

Narasumber : iya la..., terus apa lagi pertanyaannya?

Pewawancara : Hehee... masih banyak ibu, punten yah...

Narasumber : ya gpp..

Pewawancara : Ini ibu, soal kesepakatan dalam bernegosiasi , misalnya

sudah terjadi diskusi yang panjang dengan lawan gender, tapi ga ada hasil, nah

bagaimana itu ibu supaya ada kesepakatan?

Narasumber : Mmhh.... kalo diskusi antara cowok –cewek trus mentok ya

kita cari jalan tengah yang win-win solution, tinggal jelasin masing-masing mau ke

arah mana gitu, otomatis kalau masih mentok kita harus cari pihak ke – 3 untuk

menengahi and how to solve the problem.

Kalau di dunia bisnis sih saya rasa ga akan mentok ya, sekalipun mentok bukan

karena komunikasnya tapi itu aku rasa lebih ke keinginan perusahaan lah, kita

ketemuan dan diskusi kan sudah jelas agendanya apa, batasannya apa, bisa lah itu...

Pewawancara : Tapi kalo secara individu bisa ga tuh ibu ya mentok dan..

misalnya, perang mulut?

Narasumber : Ya bisa aja dong, kita khan manusia kadang kita ada capek,

kesel, kadang ga sengaja kebawa atau terlampiaskan kesana... itu balik ke karakter

masing-masing la, how maintain their emotion kalo gitu

Pewawancara : Oh iya ibu, hehee..

Narasumber : Apa lagi?

Pewawancara : Keganggu ya ibu, maaf nih ibu tanggung pisan..

Narasumber : Ga apa apa sih biar cepet aja maksudnya... (melirik jam

tangan)

Pewawancara : (Jam 11.50 menit) Wah udah mau makan siang ya ibu?

Narasumber : Iya nih kalo kamis , big boss suka dateng dan suka ngajak aku

makan keluar, kamu ntar balik lagi kesini ya setengah jam lagi, aku makan dulu ya

Pewawancara : Oke ibu...

70

*wawancara terhenti selama kurang lebih satu jam*

Pewawancara : Ibu bisa dimulai wawancaranya? *bertemu di lobi kantor*

Narasumber : Naik yah 10 menit lagi, aku toilet bentar...

Pewawancara : Oke.., heheh sorry lho ibu, jadi keganggu terus-terusan nih..

Narasumber : Ya ga apa-apa kok..

Pewawancara : Iya ibu, thanks lho

Narasumber : Lanjut deh... mmhhh.. tapi cepet ya... soalnya aku ada mo

meeting setengah jam lagi...

Pewawancara : Dikit lagi kok ibu ini mah.. heheh.

Ini ibu yang selanjutnya nih, hehehe,,, mmhhh.... tentang suku atau Ras ibu, kita khan

banyak nih ibu beragam orang-orangnya disini, nah itu di generalkan ga ibu?

Narasumber : Mmhh.. gimana ya, sebenarnya sih bukan dari ras atau suku

bangsa orang itu lho, tapi lebih gimana nature –nya dia, bawaanya dia, itu bukan

karena ras atau suku, tapi mereka khan punya budaya yang punya kecenderungan

otomatis kita manfaatin dia ketempat yang tepat.

Contoh, orang solo khan identik lembut dan halus bahasanya, nah kita tempatin dia

di bagian administrasi misalnya, tapi ada excuse juga ,engga semua orang Solo

begitu khan, kalo generalisasi ini sifatnya ada, tapi hanya sebagai refferensi, bukan

mutlak.

Pewawancara : Nah, kalo dari gendernya, ibu?

Narasumber : Nah, itu tadi yang aku bilang itu lohh, gender sekarang udah

setara, yang membedakan hanya skill saja, misalnya dulu orang lebih suka cewek

biar rapih di posisi adminstrasi, filling gitu, kalo sekarang engga bisa gitu,

pengalaman aku sih ya malahan ada yang cowok yang rapih banget malah

ditempatin di administrasi dan yang cewek berantakan ga karu-karuan.

Kebalikannya malah anak buahku kebanyak cewek-cewek , dan galak-galaknya minta

ampun hahaha.... Gender ga ngaruh sih ya, selama mereka punya kemampuan,

cowok bisa jadi cewek dan sebaliknya.

Pewawancara : Wah, ini kesetaraan gender atau malah penjajahan

gender ya ibu, kok jadi terbalik hahaha...

Narasumber : Nah itu khan, kalo sekarang kita bicara kesetaraan gender ya

kita merasa ga ada lah, tapi ya ini khan dilingkungan kita aja ya, kalo keadaan

diluar sih aku ga tau ya, pada level yang lebih kebawah mungkin masih ada

perbedaan treatment gender yah... aku ga tau deh ya...

Pewawancara : hehee, lanjut y a ibu...

Narasumber : (mengangguk )

Pewawancara : Ini ibu, hehehe.....apakah di bagian ini dibentuk satu

komunikasi kelompok untuk menghadapi kelompok luar?

Narasumber : ya iyalah pasti, karena sebagai negosiator kita akan bicara

face to face dan fakta yang dibacarakan harus satu banding satu, artinya semua

bagian dalam bagian pembelian harus punya satu suara... dan sebagai tambahan

satu suara itu harus di buka oleh satu pintu yaitu negosiator, dalam hubungan proses

kerja, memang begitu.. tidak boleh negosiator bicara berbeda dengan pihak luar

tetapi tidak sesuai dengan kondisi internal, itu bisa menimbulkan problem-problem

yang tidak diinginkan

Pewawancara : oh, misalnya apa aja tuh ibu, problem-problemnya?

Narasumber : Banyak lho, contoh kecil saja ya jika ada perbedaan antar

fakta di internal dengan yang diungkapkan di eksternal perusahaan, contohnya, kita

menganggap pengiriman dari supplier tidak masalah minggu depan, padahal

internal kita sudah megap-megap kehabisan barang, nah itu khan merugikan citra

dalam perusahaan kita karena terbukti bahwa komunikasi kita sebenarnya kurang

bagus ya..

Pewawancara : Ohhh... oke ibu, selanjutanya ya, ibu, kalo mmm...itu ibu,

peran gender dalam bernegosiasi apa ibu?

Narasumber : Memang skill-nya ya, tergantung pribadinya yah, tapi kalo

gender sih jelas ngga jadi peranan, maksudnya gini, masing-masing kalo punya skill

ya bisa berhasil bisa juga gagal

Pewawancara : Kalo hambatan perempuan untuk bernegosiasi apa ya ibu?

Narasumber : Tergantung lawan mainnya ya, kadang-kadang ada supplier

tertentu yang cocok di nego oleh cewek, maksudnya perusahaan tersebut agak

fleksible atau lebih ga tega kalau yang nawarnya cewek, tapi ada juga yang enggak

mau ditawar sama siapapun berarti perusahaan tersebut sudah kaku.. mmm,

maksudnya ga ada kesempatan untuk nego-nego lagi deh.

72

Pewawancara : Kalo dilihat dari gender itu ibu, antusiasme dan motivasi

yang lebih tinggi adanya di cewek atau cowok ya ibu?

Narasumber : Nah itu dia sih citt... tergantung passionnya orang yang

bersangkutan itu kali ya, yang mana yang lebih passionate ya tergantung orangnya.

Kalo misalnya dia jago negosiasi tapi dia ogah-ogahan ya ga ngaruh juga, misalnya

dia bilang, ah bodo ah, dont care, whats for . Jadi ga mesti punya capability terus

berhasil nego, kalo dia enggak capable tapi dia niat banget, mau fokus, ya itu juga

mungkin bisa berhasil.

Sementara kalo dari aku sih yang bisa bikin termotivasi ya gaji sm passion disatuin

jadi aku mau fokus dan sungguh2

Pewawancara : Iya sih ya ibu hehe, mesti kombinasi ya, memang kalau

keuntungan bernegosiasi itu besar pengaruhnya ibu?

Narasumber : Pasti dong! Khan mendapatkan harga yang bagus artinya

bisa menekan cost. Penekanan cost itu efeknya kemana-mana nanti ujung-ujungnya

kita bisa jualan product dengan harga bagus lah. Lagipula yang namanya hidup ini

ga lepas dari namanya negosiasi lah, orang nego gaji, orang nego di mangga dua

dimana-mana ada nego lah

Pewawancara : Ke tukang kredit juga nego kali ya ibu,

Narasumber : Nah tuh khan, nego juga pas mao ngutang khan? Hehe...

Pewawancara : Berarti nego tuh wajib ya ibu?

Narasumber : iya lah, dimana mana ga mungkin ga ada negosiasi dalam

hidup. Kita sebagai priibadi aja kalau mau melakukan pengeluaran pasti mikir dulu,

nego-nego dulu, apalagi perusahaan yang pembeliannya dalam skala besar, wah itu

sudah kewajiban dong,

Pewawancara : Berarti setiap kali kita mau ada pembelian, kita nego dulu ya

ibu, di perusahaan?

Narasumber : Ya yang namanya nego khan bukan hanya nawar harga aja,

negoin jadwal nya, negoin lama pembayarannya, ya pokoknya untuk menekan sekecil

mungkin cost berlebih dan bukan kita aja ya yang melibatkan negosiasi dalam hidup

kita, tapi mereka juga mungkin bernegosiasi dengan kita untuk mendapat

keuntungan.

Pewawancara : Supplier ibu?

Narasumber : Ya semuanya

Pewawancara : ]Trus kalo gender punya hambatan ga dalam melakukan

negosiasi?

Narasumber : Apa aja ada khan, yang orang di ajakin nego saklek kek, atau

kita nya yang ga punya senjata buat ngelawan, ga punya knowledge-nya, belum lagi

kalo ada masalah-masalah luar yang membuat nego engga berhasil

Pewawancara : Masalah luar yang gimana ibu?

Narasumber : Ya contohnya, kita mau jual ban khan ya? Udah nego capek-

capek sepakatin sama si A, kirim tanggal sekian, sekian, ga tahunya Bannya di

pabrik gagal produksi. Nah kalo gini, yang awalnya terjadi negosiasi yang

disepakati, timbul masalah baru yang di negosiasi ulang, itu contoh diluar negosiasi

mengenai harga ya.. banyak lah pokoknya... yahh.. mmmh tapi banyak juga yang

berhasil yaitu tergantung tiap kasus lah..

Pewawancara : wah menarik ya ibu, sepertinya gender sama sekali ga jadi

problem di PT. Mulstitrada Arah Sarana Tbk. ?

Narasumber : (Menggeleng) ... Sekarang nih, malah perempuan yang lebih

maju nih ya, aku fikir sih gitu...

Pewawancara : Baik Ibu Wie, semua pertanyaan sudah dijawab, saya

mengucapkan terimakasih atas kesediannya menjadi nara sumber dalam penelitian

skripsi saya.

Narasumber : Ya, sama-sama...

74

Fakultas Ilmu Komunikasi

Formulir Persetujuan untuk Narasumber

Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi

dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.

2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil

negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat

melakukan negosiasi

Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini

Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta

berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,

seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman

wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama

dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk

menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.

Waktu

Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam

Resiko

Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau

sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.

Manfaat

Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu

terkait dengan topik penelitian.

Kerahasiaan

Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang

sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya

menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas

pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah

tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian

selesai.

Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk

penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa

depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan

mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.

Partisipasi

Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti

berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat

mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam

seluruh penelitian.

76

Untuk menghubungi Peneliti

Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,

Bapak/ibu dapat meghubungi :

Nama : Citra Febriani

Alamat : Jababeka Education Park,

Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka

Cikarang Baru, Bekasi

17550

Email : [email protected]

Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini

:

Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si

Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322

Email : [email protected]

Perjanjian:

Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan

keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban

apapun.

Tanda tangan : ............................... Tanggal : 29 February 2012

Nama : Mrs. EH

Transkrip Narasumber 3

(Section Head of Purchasing Department PT . Multsistrada Arah

Sarana Tbk. : Mrs. EH.)

Pewawancara : Selamat Siang Bu Ika, saya citra dari President University,

mau ada beberapa yang ditanyakan mengenai Purchasing boleh ya Bu?

Narasumber : (sambil memegang handphone) Kayanya masih pagi deh...

hehehe boleh...

Pewawancara : Oh masih pagi yah.. hehehe. Ini judul skripsi saya khan

mengenai komunikasi gender di bagian pembelian PT. Multistrada Arah Sarana

Tbk., boleh tanya-tanya ya Bu.. Boleh jelaskan identitas Ibu terlebih dahulu ?

Narasumber : Nama Saya ER. Saya sebagai negosiator Section Head, saya

dua level dibawah manager Pembelian PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

Pewawancara : Terimakasih Ibu, langsung saya tanyakan mengenai diskusi

antara pria dan wanita apakah pembicaraan mereka memiliki intonasi yang

berbeda?

Narasumber : Enggak ada ya, dulu mungkin laki-laki memiliki intonasi

suara yang tinggi, sekarang perempuan juga banyak kok yang ngomongnya pada

keras hehe..

Pewawancara : Hehe, ada generasliasi ga sih Bu untuk laki-laki dan

perempuan?

Narasumber : Ibarat lagu ya tidak semua laki-laki...heheh dan tidak semua

perempuan di generalisasikan berdasar kelompok, di dunia kerja seperti ini sudah

sama saja antara pria dan wanita karena tugas dan tanggug jawab mereka tidak

pernah ada perbedaan jika posisi tersebut bisa diisi baik oleh pria atau wanita

Pewawancara : Kalo pria atau wanita itu dalam bicara suka memakai istilah

Bu?

Narasumber : Dalam kondisi formal istilah yang digunakan untuk diskusi

tentu istilah formal, diluar itu mereka menggunakan bahasa slank sehari-hari atau

istilah informal dan sekarang pria dan wanita ketika berbicara ada di posisi yang

sejajar, bukan karena dia laki-laki makanya kita harus hormat sama dia, bukan gitu.

78

Pewawancara : Disini kebanyakan buyernya perempuan ya Bu, itu sering

mendapatkan tekanan ga Bu?

Narasumber : Tekanan, wah sangat yah. Kita sebagai perempuan di

posisikan sama dengan lelaki dengan harapan adanya pencapaian yg sama dengan

mereka. Ya,, memang kita bisa mampu sih, sebenarnya kita di minta untuk berfikir

seperti lelaki mamandang masalah itu mudah aja, kita bisa.. Cuma untuk

diperlakukan seperti lelaki itu yang kadang masih membuat kita ga nyaman, kaya

misal kita di beri perintah dengan ucapan yang langsung, atau mengabaikan

perasaan-perasaan kita. Sebagai perempuan saya akui sensitivitas dan emosional

bisa membakar semangat tapi sebaliknya, bisa juga menghanguskan seluruh

semangat saya.. hehehe .. tapi kita khan ga mungkin bilang sama atasan kita kalau

kita lagi ada masalah pribadi, kita selalu berusaha tampil sebaik-baiknya aja di

depan semua orang dengan harapan kita bisa disetarakan dengan laki-laki dan

mendapatkan hak seperti laki-laki.

Tapi ya itu...mmmmhh kita kadang hati kecil ingin menjerit, misalnya waktu hamil

muda dibawa boss ke tempat penyimpanan kimia , wah itu khan bahaya banget buat

janin, tapi kita kalah sama rasa ga enak, sama rasa malu. Kita khan di gaji jadi

mestinya all out kerjanya, total. Sambil berdoaaa terus terusan di jalan, semoga ga

terkontaminasi, semoga ngga sakit. Itu sih kayanya ya..

Pewawancara : Nah itu, sebagai perempuan merasa ada yang dimanfaatkan

ga ya Bu?

Narasumber : Ya mungkin yang tadi saya cerita ya perempuan ini sangat

persisten terhadap tekanan, mereka ga bisa lari dan pura-pura bahwa semua kerjaan

sudah beres. Mereka akan berusaha memunujukan setiap waktu bahwa mereka

sanggup dan pekerjaan berada ditangan yang tepat.

Kalo dimanfaatkan dari segi posisi kita khan jarang komplen atau berargumen sama

atasan, kita tetap sharing informasi kerjaan, tapi bentuk komunikasi itu bukan two

way communication tapi one way. Karena meskipun ada pancingan untuk

memberikan feedback yang berbeda dari yang diharapkan atasan, perempuan tetap

akan berpura-pura bahwa mereka setuju tentang apa yag diperintahkan, kita

perempuan ini mengobati segala ketidakpuasan dengan berbagi sesama rekan dan

bercerita ; betapa tidak mengertinya boss kita, Tetapi setiap kita di review kita akan

lagi-lagi menjawab bahwa kita tidak memiliki problem apa-apa, begitu sih yang saya

alami hehehe.. jadi terus aja begitu kaya lingkaran setan, kerja tapi ada ngebatinnya

juga.. hehehe

Pewawancara : Tapi banyak informasi bahwa sekarang perempuan mulai

mengeser posisi pria di dunia industri, lho bu... jadi no wonder kenapa perempuan

bisa maju ya Bu

Narasumber : Oh gitu, mungkin kali yah?

Pewawancara : Iya dari penjelasan ibu tadi bahwa perempuan adalah typikal

yang paling cocok karena kebanyakan menghindari konflik terutama berusaha untuk

tetap memenuhi instruksi atasan. Ini saya Cuma ngambil kesimpulan dari yang ibu

jelaskan tadi, belum valid bu,, hehehe

Narasumber : Wah gitu ya.. hehe..

Pewawancara : Tapi menurut ibu apakah itu sudah menjawab pertanyaan

bahwa kini Gender telah diberikan kesempatan yang sama?

Narasumber : Ya, saya fikir demikian ya. Kalo di dunia pekerjaan umum

seperti itu, bukan hanya untuk wanita juga lho cit, kini priapun sudah bersaing

secara terang ternag untuk mendapatkan pekerjaan wanita, misalnya menjadi koki

khan? Banyak ajang seperti masterchef , bahkan the amazing race itu, pernah liat ga

cit, yang kompetesi traveling ke beberapa penjuru dunia? Nah bayangkan seorang

perempuan yang mampu mengikuti ajang seperti itu.. nah itu. Gitu gimana kita

dalam gender udah ga ada pengkotak-kotakkan lagi sih ya..

Tapi mungkin ya... seperti misalnya orang-orang di suku pedalamaan, itu karena

masih di ikat adat, kaya contoh saya ini orang batak , kami khan ada tu mama orang

kita punya pariban, tapi saya malah nikah sama orang padang yang secara budaya

sebenarnya laki-laki lebih mahal atau berharga yah.. sebenarnya kita udah ga

terlalu lagi di ikat budaya ya.

Pewawancara : Berarti efek modernisasi mengubah sudut pandang gender

juga ya Bu?

Narasumber : Iya sih semakin pintar itu orang, semakin luas pergaulannya,

orang tersebut bisa memilih untuk tetap mengedapankan nilai budayanya atu enggak,

tapi yang ada sekarang udah makin keblinger cit, bersaingnya udah ga sehat nih,

masa mentang-mentang gender disetarakan, misalnya, kita mau naksiran ama cowok

, eh saingannya ama cowok juga, hahahaa....

Pewawancara : Hahaha, maksud ibu homoseksual itu Bu?

Narasumber : Ya semacam itulah hahahaha..... ya ini sih ga tau ya saya

asal contoh saja

Pewawancara : Mmhh kalo contoh dari perempuan itu gimana Bu?

Narasumber : Dari perempuan yaah... gampang aja contohnya, saya ini

khan orang kampung yah di pedalaman Tarutung sana dan saya ini lahir dikeluarga

besar, sepuluh bersaudara lho, masa kecil saya itu ya diseputaran sawah dan sungai

80

ikut bantu orang mamak dan orang bapak, nah.. lulus SMK saya merantau ke

jakarta, wah tidak kuat sekali ya bathin saya, dunia seperti diputar 180 derajat, saya

nangis setiap hari.. tapi memang mungkin ada apa ya.. semacam.. kekuatan untuk

survive yah di setiap diri orang-orang, maka saya mulai belajar membaur dengan

budaya yang umum yang sangat asing dimana setiap budaya bertabrakan , lihat aja

disini semua orang jenis kaya gimana ada semua.. jadi saat saya menjadi orang

jakarta sebagai tanda kutip, saya telah menyebrang sangat jauh bukan hanya dari

tempatnya tapi juga budayanya. Karakteristik saya sebagai divison head secara

otomatis membuat saya menjadi dominan dalam keluarga, bahkan ketika saya pulang

ke medan, sebagai anak bungsu, saya malah dituakan dan dimintai pendapat yang

sebenarnya bukan kapasitas saya, dalam artian, sudah ada pergeseran nilai, bahwa

biasanya anak laki-laki yang dituakan, ini saya sudah anak perempuan, bungsu pula,

hahaha,.. begitu ya, kurang lebih, mudah-mudahan nyambung ya sama

pertanyaannya heehe

Pewawancara : Nyambung ga yah? Heheh.. nyambung kok Bu...makasih

sharenya.. terus... mmm ini bu pertanyaan selanjutanya, tapi kayanya udah terjawab

juga di yang tadi ya bu, itu yang wanita melibatkan emosi nya dalam bekerja?

Narasumber : Ohh iya yang tadi itu khan dibahas, untuk mendapatkan

pengakuan dan dianggap setara dengan gendernya , kita ni biasa menyembunyikan

perasaan didepan, atpi di belakang kita bisa nangis karena terlalu sakit hati atau

kata-kata terlalu ga pantas untuk diterima oleh perempuan kaya kita.

Pewawancara : Tapi kalau misalnya kita share Bu, ke atasan mungkin bisa

cari solusi yang baik ya Bu, mengenai apa yang kita tidak sukai, kalo kita diam aja

mungkin dia ga tau Bu kalo sikapnya menyakiti kita misalnya?

Narasumber : Yah complicated sih cit ya.. dalam artian gini, atasan kita itu

bukan teman atau saudara yang bisa kita minta supaya dia memperlakukan kita lebih

baik. Ini khan sisi lain dari diterimanya wanita ya ini cit, pasrah aja, dibilang kita

kaya gimana, tetap sabar, kalo perempuan sadar sih ya dan pertimbanngannya

banyak, kalo mau kerja sama orang ya harus begini, yang penting jangan bawa

kerumah, kasihan anak dan suami, sampe rumah kita tuker seragam lagi jadi

seragam ibu rumah tanga. Yah kalo menurut aku sih ini hati perempuan ya luar

biasa sekali.

Pewawancara : Wah saya terharu banget Bu, kagum sama perempuan

pekerja yg berumahtangga juga, terus Bu, ibu apakah kalau sedang ada dinas ke luar

negri atau keluar kota ada kesulitan beradaptasi?

Narasumber : Enggak lah, enggak jadi masalah, perempuan khan cukup

tahu tempat ya, misalnya, saya lagi di china, saya kesini lagi mau urus exhibition,

jadi fokuus aja dulu. Nanti kalo sudah waktunya fokus yang lain ya tinggal ganti

seragam lagi, jadi apalagi.. saya rasa kita cukup mudah untuk beradaptasi, lagipula,

perempuan itu khan mudah untuk menghibur diri sendiri, jd ga ada masalah...

Pewawancara : Ibu pernah mengalamai kesulitan dalam bernegosiasi dengan

orang yang berbeda sudut pandang?

Narasumber : Kalo berbeda sudut pandang ya hampir setiap hari, tapi

kesulitan ga ada ya..

Pewawancara : Nah Bu, apakah disini terjadi generalisai ras atau suku?

Narasumber : Hmm.. sensitif sekali ya topiknya, hahahaa, ras... ras... yah

ada... saya sudah 15 tahun lebih bekerja disini dan saya bisa mengatakan bahwa ras

chinese paling cepat naik pangkat.. semacam itulah..

Pewawancara : Hoo mungkin karena management atas kebanyakan ras nya

chinese ya Bu?

Narasumber : Ya mungkin juga...

Pewawancara : Nah bu bagaimanakah peran gender dalam bernegosiasi Bu?

Ini sebenarnya inti nya mau tanya Bu, khan Negosiator wanita dan Pria ada di

perusahaan ini ya.. ada perbedaannya ga ya Bu?

Narasumber : Peran Gender ya? Peran gender kalau menurut saya ni ya,

sebenarnya ga ada perbedaanya sih jadi peranananya sama aja , karena soalnya

mereka khan melakukan negosiasi untuk mendapatkan hasil yg maksimalnya, iya

khan?

tanpa melihat apakah dia wanita atau pria tapi yang menjadi hasil akhir di lihat

dari hasil negosiasi tersebut, tapi yang jelas gini.. ada beberapa hal sih yang

membuat mmhhh... negosiasi itu bisa berhasil dengan maksimal ataupun berjalan

baik atau sukses, diantaranya pengalaman dia tentang apa yang dia nego,

pengalaman dia , pengetahuan dia, sebesar apa dia menguasai nego tersebut ada

kelemahan dan kelebihan dalam material itupun dia harus tahu perbedaan produk

satu dan lainnya

Pewawancara : Jadi tidak ada perbedaan dalam gendernya ya Bu?

Narasumber : Enggak lah.. jenis jender masalah kesekian, enggak menjadi

masalah

82

Narasumber : Tadi khan ada jawaban ibu, hasil yang menenentukan

negosiasi, di bagian pembelian, Kalo hambatannya bu? Berdasarkan gender ada

hambatan ga Bu? Ada perbedaannya?

Narasumber : Menurut pengalaman saya sih ga ada ya , ga ada

hambatanya, kecuali gini.. mmmhhh... tapi gini.. ini perempuan atau wanita sih? Oh

wanita ya? Kadang-kadang perempuan lebih halus jadi kalau dihadapi laki-laki

lebih bisa diterima, apapun gender yang menego hasilnya mungkin bagus. Nah laki-

laki kalau sama laki-laki kalau bernegosiasi sebagai gender ada perbedaan yang

mungkin lebih ke penjagaan hubungan bisnis, jadi mereka ga ada kaitan secara

perasaan atau emosional.

Pewawancara : Kesan ibu tentang negosiator perempuan, gimana Bu?

Narasumber : Perempuan itu tahu, apa ya.. tata krama kali ya..tapi lebih

banyak basa-basi, lebih banyak ngomong, yang lawan pembicara pun ada yang

males juga menanggapi, kasih aja jawaban aja secepatnya hahaa..

Pewawancara : Khan ada semacam komunikasi non verbal, misalnya

perempuan lebih banyak bicara membangun koneksi atau laki-laki lebih dominan

pembicaraan, itu terjadi ga ya, Bu?

Narasumber : Enggak, karena gini.. Ini berdasar pengalaman juga ya..

Pertama, kadang karena kita begitu banyaknya kapasitas kerja sehingga membuat

kita itu terbatas untuk komunikasi , terutama negosiasi, langsung to the point saja,

ngomong apa adanya, yg penting khan mereka tahu apa yang kita maksudkan khan?,

Yg kedua kita tahu sifat dan karakter supplier kita jadi istilahnya merekasudah punya

koneksi lah atau saling pengertian.

Jika perempuan bicara terlalu banyak, maksudnya kadang-kadang khan kita tidak

selalu bertukar informasi , nah ada kalanya kita basa-basi menanyakan keluarga

atau kesehatannya, itu wajar saja tapi tidak terlalu banyak juga, karena memang

tidak pantas dan bukan pada tempatnya.

Pewawancara : Kalau mengenai tata krama dan kesponanan dalam

berbahasa, menurut penelitian wanita jauh lebih sopan ya Bu, apakah ada

pengaruhnya ke negosiasi?

Narasumber : Betul, itu.. itu.. saya stuju.. Perempuan itu punya rasa empati

dan laki-laki lebih egois, tapi itu pun tdk menghambat sih, saling penegrtian aja. Ya

sama juga ada lho laki-laki yang halus seperti perempuan, basa-basinya , Ada juga

laki-laki yang baik Tapi kalo ditanya tadi perempuan jauh lebih baik dalam beretika.

Dalam hal negosiasi memang kita harus ada kode etik dan tata krama komunikasi ya

harus dipelajari juga dan ada kata pembuka dulu dan tatacara berkomunikasi, kita

namanya di dunia kerja khan harus ada etika juga, khan harus ada pembukaan,

cerita dulu, nah.. itu dianya..

Perempuan sama permpuan itu memang lebih apa ya dibilangnya ya... lebih mmhh...

rada, agak susah- susah ya komunikasinya mungkin ada kali ya cewek... jeruk makan

jeruk.. tp kalo di dunia kerja untuk negosiasi begini kalau dia supplier lama, pemain

lama, ataupun rasaku sih ga ada hambatan, kita udah tahu sikap negosiator si A, si B

si C, kalopun ada sifat-sifat yang ikut Masuk udah saling ngerti, Kita sudah tau sifat

negosiasi si A si B kalo ada yg tidak ngerti Kalo di awal sebagai pemain baru kalo yg

lama yg sudah eksperience.

Tapi bagauimnapun gini.. yang harus ditekankan itu satu bahwa kita harus tahu

tata krama etika, ngomong apa pada tempatnya, kita harus memiliki kalimat yang

memiliki nilai untuk disampaikan, yang layak untuk disebutkan.

Pewawancara : Membahas mengenai antusiasime dan komunikasi Bu, apakah

ada perbedaan dalam gender?

Narasumber : Kalo antusiasme perempuan lebih antusias di tempat kita

kerja ya dalam hal negosiasi, kalo mungkin untuk kerja keras , tenaga kasar, teknik,

laki-laki lebih antusias

Narasumber : Mengenai kegagalan dalam komunikasi bernegosiasi itu ada

pengaruh gender ga ya Bu?

Narasumber : Nih, Kegagalan bernegosiasi, gender gagal itu ga pengaruh,

Nih.. kembali ke gender kalo sifat mungkin tidak, tapi kalo level mungkin

berpengaruh, misalkan level paling bawah hasil negosiasi tidak maksimal, karena

negosiasi itu khan bisa dilakukan berbagai lapis. Nego pertama itu mungkin

dilakukan oleh lapis paling bawah dan kemungkinan besar waktu dilakukan nego

oleh lapis mungkin bisa menurunkann harga atau bisa juga dia tidak turunkan, tapi

yang jelas masalah gender tidak mempengaruhi.

Tapi yang jelas Kalo menjadi buyer/negosiator itu ya ga bisa sembarangan, ada

ilmunya, jadi kalau kita bernegosiasi ga sembarang, kita harus punya data. Kita

harus bekali diri kita. Nah dalam penentuan harga kita harus tahu source dari mana

jadi bukan hanya kita lempar harga asal segini tepatnya, ya engga.. enggak gitu..

Pewawancara : Kemampuan gender dalam berkomunikasi Ibu?

Narasumber : Ahhh.. sebenarnya engga ada pengaruh mengenai gaya

komunikasi, dasarnya apakah winwin solustion itu bisa didapat jadi supplier harus

merasa diuntungkan juga dalam range tertinggi, misalnya,.. jadi yang saya maksud

Maksud saya gini, kemampuan orang komunikasi itu han tergantung karakter juga

suku di bangsa kita .. kaya gue nih suku batak hahahaha... jadi orang fikir wah orang

84

batak ngomongnya asal ginigingigini , tapi ya engga juga khan, kita tidak boleh

menyepelekan bahasa , kalima dan etika etika dalam berkomunikasi.

Pewawancara : Manfaat negosiasi itu apa ya Ibu?

Narasumber : Kalo untuk negosiasi manfaatnya wah itu bagus banget, jadi

gini.. kerja kita khan tergantung SOP dan assesment ya kalau kita nego ya berarti

kita menjalankan assesment, menjalankan prosedur, sebagai negosiator khan

memang di tempatkan sebagai orang yang ahli bernegosiasi, mengenai keuntungan

untuk perusahaan pasti dampaknya besar, itu khan pengurangan cost, dimana-mana

pengurangan cost bisa menumbuhkan margin yang sehat.

Pewawancara : Berarti negosiasi itu sifatnya wajib dilakukan oleh para

negosiator ya Ibu?

Narasumber : Iya, wajib sekali...

Pewawancara : Ada tambahan ibu atau masukan?

Narasumber : Sistem negosiasi berhubungan dengan menagemen atas ada

prosedur yang lebih jelas lagi dalam pembatasan amount nego, katakanlah manager

masa nego harga 500 rb, atau GM membahas yg 30 rb itu khan buat apa? Apa ga

kerendahan khan?

Banyak juga negosiator melakukan penipuan-penipuan, kecolongan terjadi karena

kurang kontrol , ini sangat harus dibenahi segera, maksudnya dilakukan penjagaan

yang menghindari hal seperti itu.

Pewawancara : Baik, Terimakasih ibu, untuk waktu dan informasinya...

Narasumber : Iya, sama-sama , Citra...

Fakultas Ilmu Komunikasi

Formulir Persetujuan untuk Narasumber

Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi

dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.

2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil

negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat

melakukan negosiasi

Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini

Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta

berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,

seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman

wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama

dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk

menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.

86

Waktu

Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam

Resiko

Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau

sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.

Manfaat

Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu

terkait dengan topik penelitian.

Kerahasiaan

Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang

sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya

menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas

pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah

tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian

selesai.

Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk

penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa

depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan

mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.

Partisipasi

Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti

berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat

mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam

seluruh penelitian.

Untuk menghubungi Peneliti

Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,

Bapak/ibu dapat meghubungi :

Nama : Citra Febriani

Alamat : Jababeka Education Park,

Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka

Cikarang Baru, Bekasi

17550

Email : [email protected]

Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini

:

Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si

Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322

Email : [email protected]

Perjanjian:

Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan

keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban

apapun.

Tanda tangan : ............................... Tanggal : 25 Feb 2012

Nama : MR. THIO

88

Transkrip Narasumber 2

(Department Head of Purchasing direct Material PT . Multsistrada

Arah Sarana Tbk. : Mr. TH)

Pewawancara : Selamat Siang Pak, saya Citra dari President University, saat

ini sedang menyusun penelitian skripsi saya yang berjudul, komunikasi gender

sebagai negosiator di bagian pembelian PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. boleh

saya mengajukan beberapa pertanyaan pak?

Narasumber : Oke (tersenyum dan duduk menyandar di kursinya dengan

posisi santai)

Pewawancara : Pertanyaannya di mulai ya Pak? Mohon dijawab sebagai

mana adanya... seperti kondisi yang ada disini pak..

Narasumber : (mengangguk)

Pewawancara : Boleh minta tolong di infokan identitas Bapak, Pak?

Narasumber : Oke, nama saya XY, saya menjabat sebagai kepala departmen

Purchasing Direct Material, tugas saya memantau pekerjaan sesuai agar tidak ada

masalah

Pewawancara : Terimakasih Pak, yang pertama Pak, mengenai komunikasi

Gender, staff bapak ada yang pria dan wanita, ketika mereka melakukan diskusi

apakah ada perbedaan intonasi ya Pak?

Narasumber : Oke, mmmhh... saya rasa memang ada ya (mengangguk-

angguk) tapi dibandingkan laki-laki, staff saya kebanyakan perempuan memang..

Pewawancara : ohh, begitu ya Pak, itu apakah memang di sengaja pak,

Bahwa karyawan Bapak lebih banyak Gender perempuan?

Narasumber : Tidak di rencanakan juga ya

Pewawancara : Kembali ke perbedaan intonasi tadi Pak, itu bedanya apakah

terlihat jelas sekali Pak ya?

Narasumber : Ya begitu, mungkin kalau wanita mereka ingin terlihat aktif

jadi setiap ada meeting ya mereka sangat antusias sekali, intonasinya kalau wanita

itu jelas ya, kalau laki-laki kebanyakan diamnya nanti kalo giliran protes mereka

baru yang paling kenceng hahaha...

Pewawancara : hahaha, begitu ya Pak... dengan lebih banyaknya karyawan

Bapak yang bergender perempuan, apakah itu suatu pen-generalisasian pak?

Narasumber : Maksudnya?

Pewawancara : Ya apakah bapak dengan sengaja lebih memilih karyawan

perempuan daripada laki-laki?

Narasumber : Kalau secara pribadi sih iya, ya.. jujur aja ya, saya enggak

gitu cocok sama karyawan laki-laki, gimana tuh? Hahaha... saya orangnya agak

temperamen ya jadinya kalo kerja sama lelaki bisa-bisa malah ribut saya, hehehehe..

Pewawancara : Hehehe, berarti kalau sama perempuan cocok ya pak?

Narasumber : So far sih anak buah saya saat ini semua adalah hasil

wawancara saya ya, jadi saya tahu pasti bagaimana karakter mereka dan

pengalaman mereka juga, mereka semuanya ‘bagus’ (mengacungkan jempol)

Pewawancara : Wah hebat ya Pak, hehehe.. Pak, apakah tidak terjadi

penafsiran bahasa pak ketika melakukan diskusi dengan karyawan perempuan?

Narasumber : Engga tuh, mereka selain hardworker, juga komunikasinya

bagus, kamu cek aja sama mereka sana, lihat aja langsung, kalo anak buah saya sih

sangat bisa diandalkan

Pewawancara : Jadi salah penafsiran bahasa sama sekali ga ada ya pak ,

hehe...

Narasumber : Susahnya ada juga ya, mereka khan perasaannya rada beda

ya, saya sering bilang, kalau kalian sakit atau dalam mood kerja yang ga bagus,

jenuh atau lagi ada masalah, mereka saya bebaskan untuk bilang ke saya, supaya

saya bisa lebih perhatiin mereka, mereka keseringannya gitu sih, kalau lagi ada

problem ya, itu bisa kelihatan dari ekspresi wajahnya, lesu lemes-lemes, kaga konsen

lah, diajak ngomong nyambungnya lama lah, ya banyak lah yang aneh-aneh

berhubungan sama perempuan...

Narasumber : Hehehe... tapi mereka biasanya cerita enggak pak?

Maksudnya apakah penawaran dari Bapak itu di manfaatkan saat kondisi yang tidak

di inginkan itu ada?

Pewawancara : Mmmh.. tergantung..

90

Narasumber : Tergantung apa ya pak?

Pewawancara : ya kaya kamu, misalnya kamu orang yang tertutup kamu pasti

ga akan cerita sama saya, paling kalau saya tanya, ‘sakit kamu, citra?’ jawabannya

‘iya nggak apa-apa’ ya mereka itu begitu hehehe.. ya harus pinter-pinter lah

membaca situasi karena kalau perempuan itu kalau sedang bagus kerjanya ya bagus,

kalau lagi terdemotivasi itu kelihatan juga..

Pewawancara : Baik Pak, .. mmmhhh... untuk selanjutnya ya, pak.. eeeee

apakah mereka menggunakan istilah-istilah yang berbeda pak, ketika

berkomunikasi?

Narasumber : Misalnya apa ya?

Pewawancara : Ya misalnya mereka punya kecenderungan berbahasa yang

sesuai dengan gender mereka Pak, apakah dari segi tata bahasa nya atau yang

lainnya, gitu pak? Hehe bagaimana pak?

Narasumber : Nggak ngerti saya...

Pewawancara : Hehee,, ya misalnya bapak ketika melakukan diskusi apakah

Bapak merasa bahwa istilah itu lebih halus digunakan oleh perempuan yang

biasanya bisa disebutkan lelaki sebagai hal yang biasa?

Narasumber : Eee... apa ya? (diam sebentar) oh mungkin ini bukan jawaban

dari pertanyaan kamu, misalnya gini ya.. saya khan selalu membentuk karakter

karyawan saya supaya mindsetnya seperti saya. Ini salah satu contohnya, mungkin, ..

eh tapi kalo kamu ngerasa jawabannya enggak bener kamu bilang aja cit,

Pewawancara : Iya pak hehehee

Narasumber : Saya dalam kondisi marah saya selalu bilang ke mereka, ini

khan udah saya ajarin ke kamu berkali-kali, cara goblognya begini deh...., saya nih

kalau marah emang rada kasar sih, hahaha.. tapi kalau mereka ngasih tau ke anak

yang lain itu enggak pernah tuh bilang cara goblog yang saya contohin, mungkin

karena mereka itu behave ya, enaknya gitu anak buah cewek, mindset sama dengan

saya, tapi cara komunikasi enggak kaya saya, saya khan kalau ngajarin orang

goblog banget diajarin berkali-kali saya bisa naik darah, kalau perempuan kaga gitu

malah dia keluar sifat keibuannya..

Pewawancara : Oh begitu pak, ya? Wah menarik juga ya pak? Kalau anak

buah yang laki-laki treatmentnya gimana pak?

Narasumber : Wahh, saya tidak bisa bilang begitu ke anak buah lelaki,

mereka mungkin iya-iya aja nih di depan saya, tapi bisa jadi malah dendam sama

saya? Iya ga? Hahahaha, saya ga begitu suka konflik yah.. tapi kalau lagi marah

saya suka lupa sama yang saya omongin tadi apa aja ya..

Pewawancara : Ohh, iya Pak.. sebelumnya mohon maaf kalau pertanyaan ini

kurang berkenan, adakah sudut pandang mereka di tindas, pak?

Narasumber : Di tindas bagaimana ya maksudnya?

Pewawancara : Hehee.. mungkin gender merasa pekerjaannya terlalu di

tekan, mungkin yang perempuan terlalu di force dan di push agar bisa menyamai

skill bapak misalnya?

Narasumber : Oh... mmmm.... kalo saya fikir sih mereka mampu ya, yaitulah

cit fungsinya saya yang langsung mewawancarai biar saya ga beli kucing dalam

karung, jadi saya pastikan mereka bisa menyamai speed saya dalam bekerja, coba

sana kamu lihat anak buah saya semuanya keras dan sangat cepat kerjanya..

Pewawancara : Oh iya pak.. nanti saya lihat.. hehe, selanjutnya Pak, apakah

mereka, seperti yang bapak bilang, lebih bagus komunikasinya (menggunakan istilah

yang halus), apakah ada pemanfaatan sifat gender dalam hal ini?

Narasumber : Hmmm... kalo dimanfaatkan bukan ya, tapi lebih cocok

kayanya kalo kamu tulis ...mmhhh.. apa itu ya disebutnya.. ah.. kelebihan. Ya itu

kelebihan wanita menjadi value ya, kalo dimanfaatkan sih enggak...

Pewawancara : Baik Pak, lalu pak.. mmm.. itu pak, apakah wanita di berikan

kesempatan yang sama dengan lelaki?

Narasumber : Iya, disini bukan dilihat dari gender ya, sama saja posisinya,

kamu cek anak buah saya disana, tanya mereka.. saya ini memikirkan mereka juga

lho, dari segi penilaian kerja, saya rasa saya cukup fair ya terhadap mereka, saya

juga beri kesempatan kalau ada dinas kerja ke luar kota misalnya, saya tantang

mereka untuk berani. Sana kamu coba tanya sama xxx, dia baru balik dari surabaya

lho.. gitulah saya sih ga mau mereka hanya jago kandang saja...

Pewawancara : Lalu pak, ini ada pertanyaan lagi,

Narasumber : Kamu ada berapa sih pertanyaannya?

Pewawancara : Ini pertanyaan inti ada sepuluh pak..

Narasumber : Oh ya udah, kamu mau tanya apa tadi?

Pewancara : Iya ini pak, ketika gender wanita bekerja keras apakah

mereka harus bersikap atau berfikir seperti seorang laki-laki?

92

Narasumber : Mmmhh... kalo anak buah saya sih mindset saya sudah saya

tularkan ke mereka semua ya.. kalo saya ini laki-laki berarti meski mereka

perempuan, mereka ada punya juga fikiran laki-laki saya, ini maksudnya dalam

konteks kerjaan lhoo, cit.. kamu jangan salah tafsir..

Pewawancara : Iya pak heehee, jadi menurut bapak mereka harus berubah

mengikuti cara berfikir Bapak atau tidak pak?

Narasumber : Ini soal mindset lho cit.. kamu tahu mindset khan? Ya mereka

ga harus lah mirip saya banget tapii cara kerjanya ngerti apa mau saya begitu.

Pewawancara : Oh iya pak, saya ngerti, hehehe. Eee lanjut ya pak yang

selanjutanya, ini pak, saya mau tanya apakah dalam pekerjaannya wanita melibatkan

emosinya juga nggak ya Pak?

Narasumber : Iya mereka tuh emosionalnya transparant ya, kalo diajak

diskusi suka kaga nyambung, kadang kalo kerja mata bengkak bekas nangis,

mukanya lesu, kalo ditanya, lin, kenapa kamu? Ada masalah? Bilangnya; enggak-

enggak. Karena ya mereka juga harus profesional ya, setiap orang punya masalah,

jadi kalo kerja sebaiknya lupakan lah masalahnya sebentar.

Pewawancara : Oh begitu ya pak, tapi mereka pak, ini, kalo misalnya

ditempatin di satu area baru, misalnya perjalanan dinas, apa mereka mudah

menyesuaikan diri pak?

Narasumber : Kalo anak buah saya sih semuanya tipe cewek nekad ya, ini

dalam hal positif ya, mereka suka di challenge, nah, kamu tanya anak buah saya

yang kemarin habis liat hutan karet di sumatera, kamu tahu enggak disana baunya

kaya apa? Belom lagi lokasinya di tengah-tengah hutan, dia berani. Saya ga begitu

tahu bagaimana proses adaptasi cewek , tapi saya fikir kalo cewek sih supel ya,

buktinya kalo mereka pulang selalu cerita yang bagus-bagusnya, buat saya itu saya

anggap ga problem lah..

Pewawancara : Pak, apakah ada anak buah Bapak yang berperan sebagai

negosiator?

Narasumber : Ya, ada tiga ya sebagai buyer atau negosiator itu ada ika lalu

elin lalu febry ya, kamu kesana aja liat... tanya-tanya aja, engga apa-apa

Pewawancara : Hehe baik pak, nah, pak.. saya tanya lagi ya pak..pada saat

mereka melakukan negosiasi apakah mereka pernah kesulitan dalam mengambil

kesepakatan nego?

Narasumber : Mereka sih orang sudah pengalaman semua.. mereka udah

punya analisa sendiri, punya target dan punya probem solver sendiri. Kesulitan

mereka pasti ada, nah mereka akan tanya pendapat saya kalau ada di dalam

kesulitan, saya nih udah kaya konsultan aja ya hahaha..

Pewawancara : Hehehe, jadi mereka melakukan negosiasi tanpa supervisi

pak?

Narasumber : Oh, tetap saya awasi, lagi kan mereka tuh harus lapor ke saya

setiap hari lah, detail, saya ga suka kalo mereka ga laporan, jadi saya kalo ditanya

management saya bertanggung jawab lah untuk semua jenis pekerjaan.. kan ga

mungkin saya bilang, oh itu salah anak buah saya pak.. ga mungkin lah, mereka

tahunya saya kepalanya, jadi mereka pegang omongan saya.

Pewawancara : Oh oke pak.. hehe... lalu pak dalam menghire karyawan baru,

apakah Bapak membuat generalasi terhadap suku atau ras?

Narasumber : Ya, mungkin kamu tahu lah.. kalau disini kebanyakn chinese

ya, itu dari ras, tapi kalau anak buah saya, coba sana kamu cek, ga ada chinese,

sukupun beragam lah, batak jawa sunda, kalo kamu suku apa?

Pewawancara : Oh, kalo saya betawi pak hehehe

Narasumber : Ada juga betawi, kamu liat sana.. ada namanya elin dan

Febry

Pewawancara : Hehe, berarti maksud bapak, bapak enggak

mempertimbangkan suku nya apa untuk menentukan kecenderungan sifat ya pak?

Narasumber : Misalnya?

Pewawancara : Sebagai contoh orang Solo itu lembut Pak...

Narasumber : Enggak lah, saya enggak begitulah, belum tentu juga.. kalo

saya ngertinya chinese.. ada chinese medan, chinese manado, chinese bangka kalo

itu mereka memang beda-beda... kalo suku sih saya enggak ya, sejak kecil saya

sekolah berbaur, apalagi pas di ITB, semua orang sifatnya sama, tukang belajar,

hahaha.. ya itu mungkin karena faktor tempatnya mengumpulkan orang yang

tujuannya sama, mungkin.

Pewawancara : Lalu pak apakah ada pembagian area kerja di lihat dari jenis

gender?

94

Narasumber : Enggak lah, sekarang ngga bisa kita nilai begitu, buktinya

nih, kamu mau tahu engga, kalo anak buah peremppuan saya itu sifatnya keras-keras

dan analisanya tajam, mau ditantang, mau dikirim kemana aja bisa.. nah ini nih,

yang kamu perlu tahu, penting nih, JUSTRU laki-laki satu itu di pojokan di balik

tembok itu tuh, nanti kamu lihat kesana.. dia itu malah kaya perempuan, mau nya

maen aman, ga mau capek, ga mau diajak mikir, tuh.. buktinya.. gimana, tuh...

Pewawancara : Wah, ada realitasnya ya pak, menarik sekali pak..

Narasumber : ya itu makanya kamu sebagai perempuan juga harus kaya

anak buah saya dong, berani.. jangan kalah sama lelaki..

Pewawancara : Iya pak, hehe... makasih pak, mmhhh.. jadi pak, kalau saya

dengar penjelasan bapak tadi bahwa anak buah bapak yang perempuan itu bisa di

challenge, kalau boleh tahu apa mereka semua status masih single semua pak? Maaf

pak , buat data nanti...

Narasumber : Oh iya.. oke.. anak buah saya yang perempuan jumlahnya ada

7 orang itu sudah menikah semua kecuali ada satu yang belum, am** namanya. Dan

yang menjadi buyer /negosiator diantaranya ada 3 orang, ya semuanya bisa di

challenge tapi ya itu lupa saya tadi jelaskan ke kamu, ya perempuan itu punya resiko

, selain menikah tadi itu ya efek menikah.. hahahaha hamil. Kalo hamil ya engga

masalah karena assisten mereka akan maju untuk mengcover segala pekerjaan.

Pewawancara : Oh baik pak, jadi tidak ada masalah dengan status

pernikahan dan kehamilan ya pak?

Narasumber : Yah itu aja sih ya kayanya anak buah saya yang sudah

melahirkan itu jadi rada dodol, iya , saya sudah tanya istri saya, katanya memang

benar begitu, mungkin uratnya atau apanya sudah ada yang putus, hhaaha saya ngga

negrtilah soal itu..

Pewawancara : Hahaha... gitu ya pak, kalo itu pak.. mhhh mengenai pola

komunikasi disini apakah bapak membentuk suatu kelompok komunikasi yang sama

untuk menghadapi department luar?

Narasumber : Mindset! Mindset! Kalo mindset sama komunikasi pasti

hasilnya sama, itu yang selalu saya tularkan ke anakbuah saya bahwa cara fikir

mereka harus seperti saya.. jadi mereka akan sangat merepresntatifkan ide-ide dan

fikiran saya..

Pewawancara : Baik Pak, apakah pernah ada kegagalan dalam konteks

pembagian tugas berdasar gender?

Narasumber : Mmmh.. contoh itu tadi ya, sekarang.. laki-laki yang jadi

administrasi dengan pola komunikasi aktif, malah perempuan yang menjadi

negosiator dengan pola komunikasi aktif. Kenapa ya sekarang bisa begitu, kamu tahu

enggak?

Pewawancara : Hehe, ini khan lagi di jadiin penelitian pak.. heheh, kalo

pimpinan bapak memberi tekaanan kerja ngga pak?

Narasumber : Ya ada tekanan, karena saya masih harus aktif di field

pekerja kalau untuk pimpinan saya sudah di level managemen yang lebih sering

mengurus hal komersil saja. Terus apa lagi, kamu masih banyak pertanyaannya,

katamya sepuluh kok dari tadi udah lebh lho,,hayoo...

Pewawancara : Sedikit lagi pak,pertanyaannya beranak Pak, hehehe. Nanya

lagi ya pak mengenai peran gender dalam komunikasi negosiasi?

Narasumber : Enggak ga ada pengaruh, sama saja itu hasilnya, Cuma ya

gitu kadang supplier itu memang ga fair, giliran anak buah saya yang tawar ga

turun, kalo saya atau GM saya yang nawar, bisa turun.. nah kalo itu khan hal yang

tentatif ya.. lebih cenderung teorynya makin tinggi jabatan seseorang makin besar

pengaruhnya. Mungkin gender juga begitu, laki-laki perempuan kalau jabatannya

tinggi ya bisa juga..

Pewawancara : Untuk hambatan-hambatan perempuan waktu melakukan

negosiasi apa aja ya pak?

Narasumber : Engga ada juga kayanya, paling mereka kalo udah harus

menghadapi posisi yang tinggi langusng minta bantuan saya, kadang khan supplier

juga keras sekali ya, ditawar jarang berhasil tapi itu memang perusahaan besar-

besar ya gitu mereka harganya sudah jelas dasarnya apa, jadi kalau mau di nego ya

kita sudah tahu posiibility keberhasilannya,

Pewawancara : Antusias dan motivasinya lebih besar perempuan atau laki-

laki pak?

Narasumber : Oh perempuan, mereka ekspresif sekali, ya karena mereka

ingin membuktikan bahwa mereka bisa bersaing secara sehat dengan lelaki mungkin

ya.. jadi mereka kelihatan sekali antusiasmenya

Pewawancara : Nah, kalau manfaat negosiasi apa ya pak?

Narasumber : Banyak sekali malah menurut saya itu pintu gerbang yang

paling penting, ini konteks di departmen pembelian ya, seperti rumah dan masakan,

96

kita beli bahan yang sehat, murah dan segar, lalu diproses, kita bisa jual dengan

mengambil margin tambahan dari biaya saving cost tersebut, kamu saya ilustrasikan

begini ngerti nggak? Ngerti khan?

Pewawancara : Iya, mengerti pak.. jadi saving cost bisa dimulai dari langkah

pertama ya pak?

Narasumber : Iya dong semua segi kehidupan awalnya harus bagus karena

menentukan hasil akhir, ibaratnya kalo langkah awal niatnya sudah bagus kesana

khan juga bagus juga mestinya lah.. apalagi bagian pembelian ini dianggap sebagai

departmen yang menghabiskan uang perusahaan paling banyak

Pewawancara : Apakah negosiasi itu wajib dilakukan untuk setiap pembelian

barang di sini pak?

Narasumber : Itu adalah bagian dari SOP, instruksi kerja, kalo dia ga nego,

berarti dia tidak menjalankan SOP dong? Jadi itu wajib.. Jangankan membeli bahan

baku ban yang harganya jutaan dolar, kamu beli sayur aja nawar, bener ga?

Pewawancara : Hahaha.. iya pak, bener.. tapi jarang Pak.. Wah tadi sudah

sampai di pertanyaan terakhir pak, Jadi sesi interviewnya udah selesai pak..

Narasumber : Oke

Pewawancara : Terimasih banyak untuk waktu yang bapak berikan dan

informasi bapak yang sangat berharga

Narasumber : Oke, thanks..

Fakultas Ilmu Komunikasi

Formulir Persetujuan untuk Narasumber

Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi

dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.

2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil

negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat

melakukan negosiasi

Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini

Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta

berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,

seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman

wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama

dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk

menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.

98

Waktu

Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam

Resiko

Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau

sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.

Manfaat

Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu

terkait dengan topik penelitian.

Kerahasiaan

Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang

sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya

menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas

pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah

tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian

selesai.

Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk

penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa

depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan

mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.

Partisipasi

Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti

berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat

mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam

seluruh penelitian.

Untuk menghubungi Peneliti

Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,

Bapak/ibu dapat meghubungi :

Nama : Citra Febriani

Alamat : Jababeka Education Park,

Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka

Cikarang Baru, Bekasi

17550

Email : [email protected]

Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini

:

Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si

Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322

Email : [email protected]

Perjanjian:

Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan

keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban

apapun.

Tanda tangan : ............................... Tanggal : ...............................

Nama : MR. LY

100

Transkrip Narasumber 4

(Section Head of Purchasing Indirect Material PT . Multsistrada

Arah Sarana Tbk. : Mr. LY)

Pewawancara : Selamat pagi pak, saya Citra dari President University,

dalam rangka penyusunan skripsi ini yaitu penelitian mengenai komunikasi gender

sebaenggaki negosiator di bagian pembelian PT. Mulstitrada Arah Sarana Tbk. saya

ingin menenggakjukan beberapa pertanyaan, mohon izin, ini saya rekam ya pak?

Narasumber : Bebas (sambil menandatanenggakni beberapa dokumen)

Pewawancara : Ini pertanyaannya saya mulai ya pak, mohon dijawab

sebaenggakimana adanya..

Narasumber : Oke

Pewawancara : Kalo boleh mohon di informasikan identitas bapak pak dan

juenggak tanggung jawab Bapak didalamnya?

Narasumber : Nama saya LY saya di apa yah.. posisi .. apa yah... Kepala

seksi pembelian indirect material di PT. MSA, Intinya sih saya periksa semua

pembelian di PT. MSA khusus pembelian indirect

Pewawancara : Baik terimakasih pak, pertanyaan saya yang pertama,

apakah Bapak merasakan ada intonasi-intonasi yang berbeda dari staff bapak ketika

melakukan diskusi di lihat dari perspektif gendernya pak?

Narasumber : Ok, mmhh.. saya rasa ada ya, tapi bukan karena gender, tapi

karena suku dia, misalnya Andi, di itu orangnya sopan, humoris tapi kalo ngomong

kenceng, bukan karena dia lelaki.. tapi... yah mungkin karena dia itu dari daerah

timur sana, papua atau flores lah... ada juenggak Aida, dia khan masih muda

intonasinya kenceng, karena dia aenggakk cerewet gitu karena dia orang sunda, ya..

mungkin begitu ya.. tapikalo pembawaan wanita itu kalem kesannya casual sekali ya

Pewawancara : Apakah bapak melakukan generalisasi terhadap gender

misalnya yang perempuan lebih cocok di area kerja mana, dan lelaki di bagian

mana?

Narasumber : Mmhh... eengenggakkk yah, enggak ada beda dimana-

dimana nya, palingan untuk PR (purchase requsition) yang kita pilihin, kalo

misalnya.. mhhhh ada order yang spesifikasi teknisnya susah, mesti lihat spesifikasi

ke dalem-dalem pabrik atau bengkel-bengkel, mmmmhh... kasian kalo perempuan

kalo sampe segitunya ... ya bukan enggak bisa sih, kita kasian aja..

Pewawancara : Ohh kalo penafsiran bahasa pak?

Narasumber : Maksudnya penafsiran?

Pewawancara : Suka ada salah interpretasi enggak Pak, terhadap instruksi

atasan atau orderan dalam PR?

Narasumber : Mm.. enngak yah.. khan udah jelas spec-nya, misalnya

merknya ini, warnanya ini, kalo sampe salah enggak mungkin lah, ya berarti

kerjanya udah salah.

Pewawancara : Kalo istilah-istilah itu ada enggak pak, yang dipake diantara

gender?

Narasumber : Mmhhh.. apa ya paling faktor usia kali ya, anggota kami yang

paling muda itu sering menggunakan bahasa alay, hehe... tapi itu internal dan

informal, saya rasa enggak ada ya...

Pewawancara : Apakah perempuan dibawah tekanan dalam melakukan

pekerjaannya?

Narasumber : Tekanan, enggak kita enggak kasih tekanan, paling mereka

sendiri yang menekan dirinya soalnya PR banyak dan numpuk Boss... jadi kalo

enggak diberesin dia akan dikejar-kejar user, nah itu paling tekanannya, enggak

enak lho dikejar-kejar orang nanya barang, apalagi kalo weekend aduhhh... paling

amit-amit deh gue.

Pewawancara : Memangnya pernah kejadian ya pak?

Narasumber : Wahh, bukannya kejadian lagi itu mah sering, lu bayangin

coba, kita hari minggu lagi enak-enak istirahat dirumah ama keluarga, tiba-tiba ada

telpon, ngabarin kalo ada stock spare part abis, hari minggu boss.. mana ada

supplier yang buka, kalo mau cari ke glodok siapa yang nyari lah kita semua lagi

dirumah, akhirnya gue telponin tuh usernya, gw tanya ; ‘kok bisa kejadian’ kata dia

‘iya nih tiba-tiba abis sparepart dan mesin rusak’. Mending sampe situ doang dia

ujung-ujungnya bilang ‘ni kalo hari ini enggak ada sparepart saya mesti lapor

koordinator shift buat laporan ke direksi kalo mesin ini enggak jalan’ buseeettt

dikiranya gue bisa sulap apa.

Gue cek, gue cekkk.. eh PR-nya juga enggak ada, amsyongg dah tuh. Tapi kita

enggak bisa bilang ke boss, itu PR enggak ada, kalo dimata boss khan mau

Purchasing mau Produksi ya kita satu team, akhirnya gue hari minggu nyari barang

ampe jam sebelas malem, gitu lah diantaranya.

102

Pewawancara : Lho memangnya dia enggak atur stock pak, maksudnya buat

jaga-jaga?

Narasumber : Tau dehh, kalo dia atur ya enggak bakal kejadian..

Pewawancara : Oh itu pernah kejadian ke negosiator perempuan juga?

Narasumber : Sering lah

Pewawancara : Enggak ada perbedaan treatmentnya pak,?

Narasumber : Ya enggak ada lah, sama semuanya, kalo emang pas itu

barang abis yang naganin pembeliannya cewek ya, bodo amat kita telp dia juga mao

dia lagi pacaran kek, lagi masak kek, urusin dulu deh kekurangan barang

Pewawancara : Oh jadi, paling enggak telephone mesti stand by 24 jam ya

pak?

Narasumber : Iya begitulah, kita enggak pernah tahu kapan bakal ada

barang yang uregnt lagi, apalagi kejadian hari libur, aduuuh... belom lagi kalau

barangnya Import, stresss semuanya..

Pewawancara : Wah, berat juga ya pak, jadi purchasing?

Narasumber : Ya enggak begitu juga, sebulan ada lah paling sedikit 2x... hal

yang paling diberesin ya internal kita lah.. kasih tahu user idelanya pembelian itu

gimana biar mereka tahu juga situasinya..

Pewawancara : Kalau suku/ras ada generalisasi enggak ya pak? Misalnya

suku A, cenderung begini, suku B cenderung begini?

Narasumber : Oh enggak ngarug lah itu, ditempat saya itu ada suku jawa,

ambon, sunda, betawi, perempuan, lelaki .. sama aja lah enggak ada pengaruh yang

penting mereka tanggung jawab , kerjanya bener..

Pewawancara : Kalo dari gender pak, ada perbedaan hasil negosiasi enggak

pak?

Narasumber : Kalo dari segi gender sih mestinya laki-laki atau perempuan

sama aja hasilnya , Mungkin kalo cara komunikasi untuk nego.. apa ya.. untuk

komunikasi perempuan malah lebih bagus, ada pengandainnya lagi , soalnya mereka

biasa nawar kebutuhan sehari-hari kali ya.. kalo lelaki mungkin lebih ke arah teknis

jagonya lelaki agak nyambung kalo ngomong kode2 part, perempuan juga bisa tapi

itu khan susah follow up ke mesin pabriknya, kita sih jaga aja supaya sebisa mungkin

perempuan enggak kesitu-situ lah.

Pewawancara : Jadi kalo negosiator perempuan itu enggak harus tahu spek

sperti negosiator laki-laki ya pak?

Narasumber : Bukan, Kalo nego itu kan.... pembelian itukan, sebelum nego

itu kan mesti ada urusan teknisnya terlebih dahulu, sebelum nego harus fix dulu apa

yang mau dibeli specnya gimana cocok enggak, tapi ini yang nentuin bukan

negosiatornya, tapi usernya, orang yang make barang itu

Pewawancara : Tapi kok negosiatornya sampe harus lihat mesin segala gitu

pak, maksudnya sampe lihat detail khan udah ada spek, Pak?

Narasumber : Yaa.. yang namanya negosiasi khan dua arah, misalnya kita

cari barang ini, ntar si supplier balik nanya, itu yg kaya gimana, ukuran berapa, buat

mesin apa, ya akhirnya negosiator harus turun ke lapangan kadang harus bawa

suppliernya juga supaya liat langsung, khan beda ya foto atau tulisan dibanding liat

langsung, nah negosiator harus nemenin, karena komunikasi itu satu pintu keluar,

enggak boleh user langsung ke supplier, nanti mereka bisa sekongkolan

Pewawancara : Sekongkolan maksudnya gimana?

Narasumber : Ya semacam kolusi gitu ya, yang ujung-ujungnya nanti

korupsi, itu concern kita lah... user enggak boleh nentuin beli dimana, kecuali

memang brand besar kaya philips, itu khan ada distributor resminya.

Pewawancara : Kalo hambatan negosiasi itu apa aja pak?

Narasumber : Enggak ada ya.. negsoiasi normal aja hasilnya pun sama,

baik lelaki perempuan, kita bisa bilang gitu karena seluruh PR khan kita roolling jadi

kita bisa tahu tingkat keberhasilan negonya, sama saja sih hasilnya...

Pewawancara : Tadi katanya nya PRnya diatur, kalau di rolling smua

kebagian dong pak yang termasuk yang bagian teknikal ke perempuan padahal

kebijakannya laki-laki?

Narasumber : Oh itu enggak termasuk lah, itu ada spesifikasinya khusus di

pegang laki-laki..

Pewawancara : Kalo antusiasmenya gimana pak?

Narasumber : Kalo antusias itu sih bagian dari tugas, ya laki-laki atau

perempuan harus antusias semua

104

Pewawancara : Selain itu pak, yang biasanya lebih dominan itu yang mana

dalam pembicaraan?

Narasumber : Yg mendominasi itu sama saja, semuanya haris mendominasi

maksudnya, Ya kalo proses negosiasi posisi buyrer enggak boleh sungkan-sungkan,

buyer harus berani untuk mendapatkan harga bagus

Pewawancara : Tujuannya negosiasi di pembelian pak?

Narasumber : Mendapatkan harga yang make sense, kalo beli barang engak

nego waah pelanggaran itu, kenapa beli enggak ditawar, kecuali harga kontrak ya,

apa yang mau ditawar lagi?

Orang jual pasti mau ada untungnya, untungnya penjual harus masuk akal kalo kita

beli orang enggak ada untung takutnya, nanti speknya ada masalah, diakali-akalin

sama dia, soalnya budget kita sama harga enggak cocok, yang repot ya nanti kita

sendiri. Makanya kita harus tau harga pasaran apakah harga yang saat ini kita

terima reasonable atau tidak. Makanya proses awalnya kita harus mencari suppliuer

yang bagus dulu.

Pewawancara : Kita tahunya di tawar apa enggak gimana, pak? Memang

selalu di awasi setiap prosesnya?

Narasumber : Bukan, khan ada dokumentasi, Proses negosiasi semuanya

mesti tercatat, pas buat PO dan akan saya tandatangan pasti saya cek

perbandinngan harga , dia beli ke yang harga gimana, kalo enggak memenuhi syarat

ya saya kembaliin, enggak di tandatangani, enggak di proses lah itu PO

Pewawancara : Perbandingan harganya gimana, pak? Boleh diminta

contohnya?

Narasumber : Ada, tapi itu sifatnya confidential sekali jadi kita enggak bisa

kasih keluar ya, sorry.

Pewawancara : Oh enggak apa-apa pak, nanti akan saya tambahkan bahwa

contoh confidential tidak bisa di provide.

Narasumber : Ya, gitu.. kita ini department yang sangat cofidential ya, kalau

harga jatuh ke tangan yang salah nanti diinfokan untuk ke supplier takutnya ada

kerjasama terlarang begitu lah..

Pewawancara : Kalo bicara mengenai hambatannya pak?

Narasumber : Enggak maslaah menegnai hambatan tidak ada, kalo semua

dat serba jelas, pembelian itu mudah.

Pewawancara : Oh, sekali lagi pak ini karena bahasan saya mengenai

komunikasi gender, boleh bapak berikan pendapat bapak terhadap buyer pria dan

wanita?

Narasumber : Pendapat saya dua-duuanya dapat diandalkan ya.. Porsinya

sama, base on experience, hasilnya sama aja jadi gender tidak pernah jadi kriteria

kita untuk memilihi negosiator begitu.. ada lagi?

Pewawancara : Kayanya ini cukup, pak... terimakasih banyak ya pak telah

bersedia menjadi narasumber saya..

Narasumber : Oke sama-sama...