analisa komunikasi gender sebagai negosiator di …
TRANSCRIPT
ANALISA KOMUNIKASI GENDER
SEBAGAI NEGOSIATOR DI
BAGIAN PURCHASING
PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK.
Oleh
Citra Febriani
009200700038
Skripsi ini dipersembahkan kepada fakultas Komunikasi
President University untuk memenuhi syarat kelulusan
Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Public Relation
Maret 2012
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
Penguji menyatakan bahwa skripsi berjudul ‘Analisa Komunikasi Gender sebagai
negosiator di Bagian Purchasing PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.’ Yang
diajukan oleh Citra Febriani sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas
Komunikasi Universitas President dinilai telah memenui persyaratan dan disetujui
untuk mengikuti ujian lisan tangal 12 Maret 2012.
M. Raudy Gathmyr, S.Sos, Msi
Dosen Penguji dan Pembimbing
Achmad Supardi S.IP, MA.
Dosen Penguji 1
Dindin Dimyati, S.Sos, M.M.
Dosen Penguji 2
PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT REKOMENDASI JUDUL
Skripsi dengan judul ‘Analisa Komunikasi Gender sebagai negosiator di
Bagian Purchasing PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.’ dipersiapkan oleh
Citra Febriani sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Komunikasi Program studi Public Relation President University, telah
direvisi dan dapat diujikan. Saya merekomendasikan skripsi ini untuk
sidang lisan.
Cikarang, 12 Maret 2012
M. Raudy Gathmyr S.Sos, M.si Dra. Baby Pernomo M.A
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ‘Analisa Komunikasi
Gender sebagai negosiator di Bagian Purchasing PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk’ adalah murni hasil karya pribasi , yang disusun berdasarkan ilmu
pengetahuan yang telah saya peroleh selama ini.
Cikarang, 12 Maret 2012
Citra Febriani
ABSTRACT
GENDER’S COMMUNICATION ANALYS AS NEGOTIATOR
PURCHASING DEPARTMENT IN PT. MULTISTRADA ARAH SARANA
TBK.
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. or MASA is a tire manufacturer in
Indonesia which is located at Jl. Raya Lemahabang KM. 58.3 Cikarang Karangsari,
Cikarang – Bekasi West Java 17 510. The tire manufactures motorcycles and four-
wheel either own brand (Achilles, Corsa and Strada) and offtake, with the marketing
area of domestic and international market.
PT. Multistrada Arah sarana Tbk. now employs over 4000 employees and
together with all employees strive to achieve the goals, vision and mission that has
been set. One of department that supports the company is Purchasing Department.
Employees who become negotiators positioned more women than men, it is counter
to the theory of Gender and the negotiation of a man who claimed more dominant and
have a high success rate in the working process
This research method using research methods of qualitative research
instruments in-depth interviews. Research subject is a competent source for the
information held in connection with the research. In this study, which became the
subject of study is four sources. This source was chosen because it is quite competent
and credible as well as understanding the context and experience so as to provide
information related to the research topic, All four have over 7 years experience in the
field of Purchasing . The results of research in the purchase of PT. Multistrada Arah
Sarana Tbk. that women are far superior both in terms of communication,
relationship, work process and the outcome of negotiations. Thus the preferred female
negotiators in accepting responsibility as a negotiator in the PT. Multistrada Arah
sarana Tbk.
ABSTRAK
ANALISA KOMUNIKASI GENDER SEBAGAI NEGOSIATOR DI BAGIAN
PURCHASING PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK.
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk, atau MASA (perseroan), Merupakan
produsen Ban di Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Lemahabang KM. 58,3 Desa
Karangsari Cikarang Timur – Bekasi Jawa Barat 17510. MASA memproduksi ban
luar kendaraan bermotor roda dua dan roda empat baik merek sendiri (Achilles, Corsa
& Strada) maupun offtake, dengan area pemasaran dipasar domestik dan
internasional.
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. kini mempekerjakan 4000 karyawan dan
bersama-sama dengan seluruh karyawan berusaha keras untuk mencapai tujuan, visi
dan misi yang telah di tetapkan. Salah satu department yang mendukung proses
perusahaan yaitu Department Pembelian. Karyawan yang menjadi negosiator
diposisikan lebih banyak wanita daripada pria, hal itu kontra terhadap teori Gender
dan negosiasi yang menyatakan pria lebih banyak dominan dan memiliki tingkat
keberhasilan tinggi dalam proses kerjanya.
Metode penelitian ini mengunakan metode peneltian kualitatif dengan
instrumen penelitian in-depth interview. Subjek penelitian adalah sumber yang
berkompeten untuk dimintai informasi sehubungan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah empat narasumber. Sumber ini
dipilih karena dianggap cukup kompeten dan memiliki kredibilitas serta pemahaman
konteks dan pengalaman yang cukup sehingga dapat memberikan informasi terkait
dengan topik penelitian. Keempatnya memiliki pengalaman diatas 7 tahun di bidang
purchasing. Hasil penelitian di Bagian pembelian PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
yaitu perempuan jauh lebih unggul baik dari segi komunikasi, relationship, proses
kerja dan hasil negosiasi. Dengan demikian negosiator perempuan lebih disukai
dalam menerima tanggung jawab sebagai negosiator di PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk.
KATA PENGANTAR
Ini semua karena Alloh SWT., karena DIA, karena cintaNYA, Segala puji
syukur yang berlimpah dan tak berkesudahan untukNYA, pembuka jalan, penenang
hati dan keajaiban-keajaiban yang IA ciptakan dalam proses pembuatan skripsi ini.
Juga Baginda Rasullulah Muhammad SAW. Karena rasa syukur dan semangat yang
senantiasa di limpahkan di hati telah menjadi pendukung paling utama bagi penulis
dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul ‘Analisa
Komunikasi Gender Sebagai Negosiator di Bagian Purchasing PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk.’. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat kelulusan tingkat
sarjana di fakultas ilmu komunikasi program studi Ilmu Komunikasi, konsentrasi
Public Relations, President University. Skripsi ini jauh dari sempurna dan penulis
mengakui masih banyak kekurangan, namun penelitian ini murni hasil karya penulis
dan dengan perjuangan sekuat-kuatnya.
Pada kesempatan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini
dapat terselesaikan atas peran banyak pihak yang mendukung. Oleh sebab itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Vincentius Winarto , PhD selaku dekan fakultas komunikasi President
University
2. Bapak Mohammad Raudy Gathmyr S.Sos, M.si selaku ketua proram studi
Ilmu Komunikasi President University
3. Bapak Mohammad Raudy Gathmyr S.Sos, Msi dan Ibu Baby Poernomo M.A
selaku dosen pembimbing yang selalu mampu memberi semangat, memberi
pengarahan dan bimbingannya yang sangat berarti bagi penulisan penelitian
ini
4. Seluruh civitas akademik President University atas bantuannya yang sangat
berharga.
5. Narasumber dan rekan yang sangat kooperatif di Bagian pembelian PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk. (Ermika, Herlin, Nisya, Amelda, Intan dan Lina)
6. Sahabat-sahabat terbaik yang saya miliki dalam menempuh pendidikan di
President University; Afrieska Laura Trisyana, Restiti Maharani Galbraith,
Rani Wijayanti, Samuel Adalapata Meda, Endah Fajarwati, Ade Riza
Kurniawan dan Achmad Adi Maulana dan seluruh PR Batch 2007 terimakasih
untuk hangatnya persahabatan ini; ‘We will still be friends forever’.
7. Ibu (Sumiati) dan Bapak (H. Juanda) yang mengajarkan saya menjadi anak
yang mandiri, bercita-cita besar dan pantang menyerah. I did it!
Adik-adikku; Futri Febrianti dan Noor Saharani, kalian adalah malaikat-
malaikat Bumi yang mendorong saya untuk selalu maju.
8. Erik Teguh Prawira, Imam dalam hidup, suami sekaligus sahabat terbaik dan
Lintang Samudera Prawira (alm.) , My Son, My Darling star in heaven. Ini
adalah persembahan cinta kasih dari saya untuk keluarga kita, I love you...
9. Serta semua pihak yang turut membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang ilmu komunikasi.
Cikarang, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL SKRPSI ............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ........................................................................ ii
SURAT REKOMENDASI ...........................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 7
BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1 Teori Gender .................................................................................................. 8
2.2. Teori Komunikasi Gender ........................................................................... 12
2.2.1. Teori Stand Point .................................................................................. 14
2.2.2 Muted Group Teori ................................................................................ 15
2.3. Gaya Komunikasi ....................................................................................... 16
2.3.1 Gaya Komunikasi Wanita ....................................................................... 16
2.3.2 Gaya Komunikasi Pria ......................................................................... 19
2.4. Purchasing dan Negosiasi ............................................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ........................................................................................... 28
3.2. Instrumen Penelitian .................................................................................. 28
3.3. Subjek Penelitian ...................................................................................... 30
3.4. Instrumen Penelitian ................................................................................. 34
3.5. Defini Konsep dan Fokus Penelitian ......................................................... 35
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum objek penelitian ..................................................................... 3
4.1.1 Lokasi dan waktu penelitian ...................................................................... 37
4.1.2 Profil Perusahaan ....................................................................................... 38
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ......................................................................... 40
4.2 Hasil Pembahasan ................................................................................................ 40
4.2.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 41
BAB V KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 46
5.2. Saran ........................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49
LAMPIRAN ................................................................................................................ 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Secara alamiah telah terdapat keunikan antara pria dan wanita. Walaupun di
berikan kesetaraan nilai -nilai, pria dan wanita berbeda dari sisi desain dan fungsi.
Perbedaan gender yang paling jelas secara fisik dan perilaku . Perbedaan gender yang
paling jelas adalah secara fisik dan perilaku. Pria dan wanita berbeda dalam cara
mereka berpikir, merasa, bertindak, dan berbicara. Bahkan salah satu perbedaan
paling mencolok antara kedua gender adalah cara yang unik saat pria dan wanita
berkomunikasi (Kelley, 1996).
Dalam beberapa tahun terakhir, gaya komunikasi pria dan wanita telah
dipelajari secara ilmiah dan perbedaan perbedaan yang ditemui telah
didokumantasikan. Tujuan utama dari pengamatan terhadap gaya komunikasi bukan
untuk menentukan gaya komunikatif yang terbaik atau memotivasi orang lain agar
berubah sepenuhnya. Ketika pria dan wanita lebih mengenali perbedaan untuk tujuan
pemahaman dan adaptasi, mereka dapat bekerja untuk meningkatkan komunikasi
mereka sendiri dengan anggota lawan jenis.
Komunikasi antara pria dan wanita dapat dianggap komunikasi lintas-budaya.
Orang-orang di budaya yang berbeda berbicara dengan dialek yang berbeda. Bahkan,
John Gray dalam bukunya, Pria dari Mars, Wanita dari venus, menunjukan bahwa
pria dan wanita berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Sehingga mereka tampak
dari planet yang berbeda.
Pop psikolog John Gray, telah menulis dan mengajar tentang perbedaan
antara pria dan wanita. Dia khusus membahas berbagai bahasa yang diucapkan oleh
2
pria dan wanita, seolah-olah mereka dua bahasa asing. Dia menawarkan saran tentang
cara untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik dan komunikasi antara
kedua jenis gender.
Menurut Tannen, pria dan wanita mengekspresikan diri dengan cara yang
berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Pria menggunakan komunikasi untuk
mempertahankan kemerdekaan, sementara wanita berbicara untuk mempertahankan
keintiman. Entah sadar atau tidak sadar, pria sering berbicara dengan menetapkan
status dari orang lain. Wanita menggunakan kata-kata untuk menghubungkan diri
secara emosional, untuk mengekspresikan perasaan, atau membangun hubungan baik.
Stereotip bahwa pria dan wanita tumbuh berbeda juga mempengaruhi jenis cara mereka
masing-masing berkomunikasi. Bagaimana mereka secara khusus telah berbeda, membuat
pria dan wanita saling berdebat atau bahkan memiliki percakapan normal. Alasan bahwa pria
dan wanita tidak berkomunikasi dengan baik adalah bahwa pria dan wanita menggunakan
bahasa berbeda. Wanita mengambil sikap bahwa percakapan adalah untuk mengeksplorasi
solusi untuk segala masalah sedangkan pria lebih menyibukkan diri dengan mendapatkan
informasi dan data pasti dari percakapan (Tannen, 1990)
Tulisan mengenai gender dan type berbahasa membuat banyak pernyataan
bahwa pria dan wanita memiliki gaya yang berbeda dalam berkomunikasi. Sebagai
contoh, Deboirah Tannen dalam bukunya ‘You just don’t understand’ (1990) dan
‘Talking from 9 to 5’ (1994).
Penelitian mengungkapkan bahwa type budaya mempertimbangkan gender seringkali
memperlihatkan perbedaan antara pria dan wanita (Hall and carter, 1999)
Sebagai tambahan banyak penelitian dalam gender stereotypes menunjukan bahwa
pada umumnya public mempertimbangkan pria lebih matang daripada wanita dan
wanita lebih terbuka daripada pria (for example williams and Best, 1990)
Walaupun banyak peneliti tidak selalu memperlihatkan efek gender dalam
berkomunikasi , ketika perbedaan di laporkan, typikal tersebut lebih kepada
penegasan status, dominasi dan komunikasi negatife adalah typikal komunikasi pria.
Lebih bekejasama, hangat dan lebih mendukung adalah typikal komunikasi wanita
(Carli, 2001; Carli and Bukatko, 2000)
Pria lebih mengedepankan dominasi yang di sertai dengan kekuasaan dan
status yang dapat di ukur dalam beberapa kali eye contact ketika berbicara daripada
melakukan eye contact ketika mendengarkan orang lain (Dovidio, Brown 1998) di
bandingkan dengan wanita, pria seringkali mengacuhkan pembicaraan dengan orang
lain (Fishman, 1978; leet-pellegrini, 1980)
Penelitian lainnya mengungkapkan lebih sering menyela (menginterupsi)
dibandingkan wanita, biasanya melakukan interupsi langsung di tengah-tengah
pembicaraan (Anderson and Leaper, 1998) Pada akhirnya, pria berbicara lebih
banyak daripada wanita di berbagai fariasi sosial dan konteks profesional (James and
Drakich, 1993)
Kini, mungkin sebagian wanita telah memasuki dunia kerja dalam jumlah
yang lebih besar dan perbedaan gaya komunikatif yang jelas antara pria dan wanita
telah didiskusikan secara terbuka. Dalam dunia kerja tersebut terdapat bagian
pembelian yang kini tidak hanya di dominasi pria, tetapi juga wanita.
Bagian Pembelian adalah bagian yang paling banyak menghabiskan uang
dalam setiap perusahaan, dengan demikian begitu banyak perusahaan yang mencari
sumberdaya yang memiliki kompetensi tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai
seorang pembeli di sebuah perusahaan. Menjadi seorang purchaser dianggap
pekerjaan profesional dan setiap kepala departmen pembelian memiliki kewajiban
untuk memiliki pengetahuan dan keahlian yang profesional, saat ini bagian pembelian
tidak lagi sama dengan istilah ‘beli’ yang diasumsikan seperti sebelumnya. Kini,
4
tujuan utama yang paling penting dari pembagian pembelian adalah meningkatkan
profit (Abdulrahman, 2010)
Salah satu fungsi pembelian adalah membeli bahan baku dengan harga paling
rendah namun memiliki konsistensi terhadap kualitas. Dengan demikian bagian
pembelian harus memiliki keahlian dalam negosiasi .
Negosiasi di bagian pembelian yang pada mulanya lebih di dominasi oleh Pria
di dunia kerja kini posisi tersebut juga telah ditempati oleh banyak wanita
Namun begitu, Negosiator pria diatur dengan harapan pencapaian yang tinggi
daripada negosiator wanita terutama dalam kondisi persaingan yang sangat tinggi.
Penelitian menunjukkan (Bowles et al., 2005) bahwa kedua jenis gender
sama-sama kompeten dalam situasi di mana individu bekerja untuk memaksimalkan
hasil mereka sendiri tanpa memperhatikan kinerja orang lain. Pria, bagaimanapun,
mengungguli wanita dalam lingkungan yang kompetitif di mana hadiah ditentukan
dengan membandingkan hasil peserta. Wanita tidak menyerah di bawah tekanan
persaingan, tetapi orang lebih meningkatkan kinerja mereka dalam situasi kompetitif
(Pradel et al., 2006). Negosiasi kompetitif sehingga bertindak sebagai pemicu jenis
gender, sesuai dengan harapan masyarakat bahwa pria lebih mungkin untuk bertindak
secara kompetitif (Niederle dan Vesterlund, 2007)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan diatas, di bagian Pembelian PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk. , dimana terdapat wanita dan pria yang mengisi posisi
sebagai Negosiator (pembeli), maka perumusahan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah Gender mempengaruhi kemampuan berkomunikasi
dalam proses negosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. ?
2. Gender mana kah, yang dipercayai memiliki kemampuan
komunikasi dan negosiasi di Bagian pembelian PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk.?
3. Hambatan apa yang dihadapi Negosiator Gender saat
melakukan komunikasi dalam negosiasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai oleh peneliti dalam penulisan skrispsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah gender mempengaruhi kemampuan
berkomunikasi dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah
Sarana Tbk.
2. Untuk mengetahui Gender mana kah, yang dipercayai memiliki
kemampuan komunikasi dan negosiasi di Bagian pembelian
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.?
3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender
saat melakukan negosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.?
6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Manfaat penelitian ini bagi akademis adalah menambah penelitian mengenai
Komunikasi Gender dan memberikan kontribusi positif di ilmu Komunikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai kontribusi positif bagi perusahaan (PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk.) Baik sebagai peninjauan ulang atas rekomendasi hasil penelitian
atau refferensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian pada tempat yang
berbeda. Penelitian ini di lakukan dan di tujukan kepada PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk. Sebagai wacana dalam mempertimbangkan jenis gender yang akan di posisikan
di Bagian Pembelian dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari lima babyang saling berkaitan satu sama
Lain , yaitu :
1. Pendahuluan
Bab satu menguraikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian
2. Kerangka Teoritis
Pada Bab yang kedua akan dibahas dua hal, yakni tentang tinjauan pustaka
dan landasan teori yang berkaitan dengan topik yang telah di bahas di bab satu
yaitu mengenai Komunikasi Gender dalam melakukan Negosiasi Pembelian.
3. Metodologi Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan, jenis
dumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisa data.
4. Analisa dan Pembahasan
Bagian ini menguraikan tentang hasil analisa dan pembahasan topik
5. Kesimpulan dan Saran
Bab lima merupakan penutup sebagai kesimpulan yang diperoleh dari hasil
analisa dan pembahasan topik disertai saran-saran yang berhubungan.
8
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Teori Gender
Deborah Tannent mendiskripsikan ketidakmengertian (misunderstanding)
antara pria dan wanita berkenaan dengan fakta bahwa fokus pembicaraan wanita
adalah koneksitas, sementara pria pada pelayanan status dan kemandiriannya.
Istilah Genderlect telah diciptakan untuk menentukan bahasa jenis kelamin.
Mirip dalam bentuk dengan "dialek" kata (bahasa yang unik dari orang di wilayah
geografis tertentu), genderlect adalah "berbagai bahasa yang terikat tidak untuk
geografi atau latar belakang keluarga atau peran tetapi dengan pembicara gender "
Suzette Haden Elgin menunjukkan teknik komunikasi untuk memerangi perbedaan
gaya gender dalam bukunya berjudul Genderspeak. Deborah Tannen, seorang
dihormati linguistik profesor dan sarjana, telah melakukan penelitian dan buku yang
diterbitkan tentang komunikasi Gender termasuk buku terlaris nasional itu ‘you just
dont understand’ bahwa wanita dan pria gagal dalam memahami satu sama lain
karena mereka berbicara dalam kode bahasa yang berbeda dan mendengarkan dengan
berbagai prioritas yang berbeda (Ballantine, 1990).
Genderlect Styles membicarakan gaya berkomunikasi bukan apa yang
dikatakan tetapi bagaimana mengatakannya. Tanent meyakini bahwa terdapat gap
antara pria dan wanita, dikarenakan masing-masing berada pada posisi lintas budaya
(cross culture), untuk itu perlu mengantisipasi berkenaan dengan gap itu. Kegagalan
mengamati perbedaan gaya bercakap dapat membawa masalah yang besar.
Kecenderungan feminis versus maskulin, hal ini harus dipandang sebagai dua
dialek yang berbeda antara :
a. Superior dan inverior dalam pembicaraan.
b. Komunitas feminis – untuk membangun relationship;
menunjukkan responsif.
c. Komunitas maskulin – menyelesaikan tugas; menyatakan diri;
mendapatkan kekuasaan.
Dari keterangan diatas bisa disimpulkan Wanita berhasrat pada koneksi versus
pria berhasrat untuk status. Koneksi berhubungan erat dengan kedekatan, status
berhubungan erat dengan kekuasaan (power).
Terdapat dua tipe pembicaraan antar pria dan wanita yaitu Raport talk versus
Report talk. Perbedaan budaya linguistik berperan dalam menstruktur kontak verbal
antara pria dan wanita. Raport talk adalah istilah yang digunakan untuk menilai
obrolan wanita yang cenderung terkesan simpatik. Report talk adalah istilah yang
digunakan menilai obrolan pria yang cenderung apa adanya, pokoknya dapat
disampaikan dan dimengerti.
Berkenaan dengan kedua nilai ini, Tanent menemukan temuan-temuan yang
terkategorikan sebagai berikut:
a. Publik speaking versus Private speaking, dalam kategori ini diketemukan
bahwa wanita lebih banyak bicara pada pembicaraan pribadi. Sedangkan pria
lebih banyak terlibat pembicaraan publik, pria menggunakan pembicaraan
sebagai pernyataan fungsi perintah; menyampaikan informasi; meminta
persetujuan.
b. Telling story, cerita-cerita menggambarkan harapan-harapan, kebutuhan-
kebutuhan, dan nilai-nilai si pencerita. Pada kategori ini pria lebih banyak
bercerita dibanding wanita-khususnya tentang guyonan. Cerita guyonan
merupakan suatu cara maskulin menegosaisi-kan status.
10
c. Listening, wanita cenderung menjaga pandangan, sering manggut,
berguman sebagai penanda ia mendengarkan dan menyatakan
kebersamaannya. Pria dalam hal mendengarkan berusaha mengaburkan kesan
itu- sebagai upaya menjaga statusnya.
d. Asking questions, ketika ingin bicara untuk menyela pembicara, wanita
terlebih dahulu mengungkapkan persetujuan. Tanent menyebutnya sebagai
kooperatif-sebuah tanda raport simpatik daripada kompetitif. Pada pria,
interupsi dipandang oleh Tanent sebagai power-kekuasaan untuk
mengendalikan pembicaraan. Dengan kata lain, pertanyaan dipakai oleh
wanita untuk memantapkan hubungan, juga untuk memperhalus
ketidaksetujuan dengan pembicara, sedangkan pria memakai kesempatan
bertanya sebagai upaya untuk menjadikan pembicara lebih lemah.
e. Conflict, wanita memandang konflik sebagai ancaman dan perlu dihindari.
Pria biasanya memulai konflik namun kurang suka memeliharanya.
Teori Genderlect mengemukakan bahwa ada perbedaan bahasa berdasarkan
jenis gender, ada sudut pandang yang berbeda yang diatur dalam berbahasa yang
digunakan antara pria dan wanita dalam pencampuran budaya dan bagaimana bahasa
memiliki fungsi untuk mejelaskan identitas untuk wanita (dan laki-laki) dalam
konteks sosial gender.
Teory Genderlect yang ditulis pada sebuah artikel pada tahun 1974 yang
ditulis oleh Cheris Kramer (Kemudian dikenal sebagai Kramarae) dan diterbitkan
dalam pidato jurnal triwulan, dalam teory ini Kramer mempertimbangkan bukti dalam
gender dan sistem penggunaan bahasa. Pengamatan Kramer pada tata bahasa,
fonologi dan aspek bahasa semantik dan juga mempertimbangkan lebih banyak lagi
perbedaan bahasa yang digunakan oleh wanita dan pria.
Theory Genderlect tersebut dimaksudkan untuk menambah bidang
Sosialonguistik, yang berfokus pada bagaimana variable sosial yang terkait dalam
menggunakan bahasa. Sosialinguistik mempelajari lect, istilah yang mengacu pada
beragamnya sosial atau variasi berbicara. Genderlect adalah seperangkat fitur bahasa
yang mencirikan bahasa yang digunakan yang dapat mendefinisikan jenis gender
(misalnya ‘wanita/gadis’ dan Pria /Anak laki-laki) Para ahli genderlect mencari
hubungan berbahasa antara wanita dan pria menggunakan bahasa terutama fanologi,
sintaks, morfologi, semantik dan suprasegmental fonem (fitur yang berhubungan
dengan suara pidato, pengaturan suara, pola dan intonasi)
Pergerakan perempuan pada tahun 1970 (disebut sebagai kebangkitan
feminisme gelombang kedua) membentuk munculnya bidang bahasa dan gender.
Fokus utamanya dalam bidang ini adalah walaupun wanita dan pria, ketika mereka
berbicara, dianggap menggunakan bahasa yang sama (contoh; bahasa inggris) dalam
kenyataannya menggunakan sistem tata bahasa yang berbeda. Teory awal genderlect
mengeksplorasi bagaimana pola komunikasi gender sering diposisikan kurang,
terpinggirkan, melemahakan atau bahkan membungkam posisi perempuan
dibandingkan dengan pria.
Robin Lakoff dalam teory gender dalam buku ‘Bahasa dan tempat wanita’
menegaskan bahwa wanita mengalami diskrimanasi penggunaan bahasa yang
mengidentifikasi mereka, bahwa perempuan diajarkan sebagai anak perempuan untuk
menggunakan bahasa yang lemah dibandingkan laki-laki yang belajar sepanjang
hidup mereka untuk mengunakan bahasa yang lebih kuat dan bahasa yang lebih
percaya diri. Lakoff lebih lanjut berpendapat bahwa perempuan tidak memiliki
bahasa untuk menyampaikan ketegasan, kepastian dan untuk mengekpresikan diri.
Seperangkat bahasa yang terdiri dari bahasa perempuan memicu serentetan studi pada
jenis variasi bahasa seperti intonasi yang naik pada akhir kalimat;
12
("Aku pikir kita harus makan malam sekarang ↑ "vs" Saya pikir
seharusnya kita makan malam sekarang ") ↓ .
("Ini adalah yang terbaik, bukan?" Vs "Ini adalah yang terbaik”)
Sedangkan analisa Lakoff bahwa secara alamiah menekankan bagaimana
bahasa wanita harus berubah dan menjadi lebih kuat untuk mencegah gangguan
kesenjangan anatara jenis Gender. Penjelasan Tannen melibatkan konsep budaya
untuk mendukung proposi, menekankan bahwa perbedaan yang diperlukan untuk
terungkap dan difahami sehingga komunikasi anatar jenis gender dapat ditingkatkan.
2.2. Teori Komunikasi Gender
2.2.1 Teory Stand Point
Sandra harding dan Julia Wood sepakat bahwa pria dan wanita mempunyai
perspektif terpisah, dan mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang setara.
Lokasi-lokasi yang berbeda dalam hirarkhi sosial mempengaruhi apa yang dilihat.
Mereka beranggapan bahwa wanita dan minoritas yang lainnya mempersepsi dunia
secara berbeda daripada kelompok yang berkuasa.
Standpoint merupakan tempat dari mana melihat pemandangan dunia, apapun
sudut pandangnya. Sinonim dari istilah ini adalah perspektif; view point, out look;
dsb.
Dasar filosopi teori ini adalah perjuangan kelas- seperti filsafati kaum proletar
karya Karl Marx dan Friederich Engels. Sandra harding dan Julia Wood
menganjurkan harus ada perjuangan terhadap diskriminasi gender. Mereka tidak
mencirikan perbedaan gender pada insting atau biologis atau intuisi, tetapi perbedaan
itu sebagai hasil harapan-harapan budaya dan perlakuan kelompok dalam hal
menerima kelompok yang lain. Budaya tidak dialami secara identik, budaya adalah
aturan hirarkhi sehingga kelompok yang punya posisi cenderung menawarkan
kekuasaan, kesempatan pada anggota-anggotanya. Dalam hal ini teori ini menyatakan
bahwa wanita terposisikan pada hirarkhi yang rendah dibanding posisi pria. Gender
adalah sistem makna, sudut pandang melalui posisi dimana kebanyakan pria dan
wanita dipisahkan secara lingkungan, material, simbolis.
Dalam kelompok kecil, membahas perbedaan antara sudut pandang dan
perspektif. Marxis-terinspirasi Teori sudut pandang feminis Hartsock bertumpu pada
pemikiran bahwa pria dan wanita terlibat dalam pekerjaan yang berbeda berdasarkan
jenis gender yangmenghasilkan pembagian kerja menurut jenis kelamin. Tidak hanya
divisi ini hanya menetapkan orang untuk tugas yang berbeda berdasarkan jenis
kelamin, tetapi juga mengeksploitasi perempuan dengan menuntut bekerja tanpa
memberikan upah sementara membuat "perempuan bertanggung jawab atas berupah
pemeliharaan dan reproduksi dari angkatan kerja saat ini dan masa depan "
(Chafetz, 1997, hal. 104).
Selanjutnya, ketidakadilan bahwa perempuan menderita dalam
tempat kerja ketika terlibat dalam tenaga kerja untuk upah terkait dengan tanggung
jawab mereka untuk pekerjaan rumah tangga berupah.
Selain itu, Nancy Hirschmann (1997) sudut pandang feminis "memungkinkan
perempuan untuk mengidentifikasi kegiatan yang mereka lakukan di rumah sebagai
'pekerjaan' dan 'kerja,' produktif 'nilai', bukan hanya yang diperlukan dan penting
sebagai produk sampingan dari 'alam' atau fungsi biologi yang 'pasif' untuk wanita
alami "
14
2.2.2 Muted Group Theory
Berdasarkan analisis feminis, Cheris Kramarae memandang pembicaraan pria
dan wanita sebagai pertukaran yang tidak setara antara mereka yang mempunyai
kekuasaan di masyarakat dan yang tidak. Ia meyakini bahwa kurang bisanya
mengartikulasikan diri/memperjuangkan diri dibanding pria di sector public- sebab
kata dalam bahasa dan norma-norma yang mereka gunakan itu telah dikendalikan
pria. Sepanjang pembicaraan wanita sebagai tentatif dan sepele, posisi dominan pria
aman. Kramarae yakin bahwa kebisuan wanita itu cenderung menipis, kontrol mereka
dalam kehidupan akan meningkat.
Cheris Kramarae (dalam Sendjaja:1994) mengemukakan asumsi-asumsi dasar
dari teori ini sebagai berikut:
a. Wanita menanggapi dunia secara berbeda dari pria karena pengalaman
dan aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja.
b. Karena dominasi politiknya, sistem persepsi pria menjadi lebih
dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif
wanita.
c. Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, wanita harus mengubah
perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima pria.
Kramarae mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai komunikasi wanita
berdasarkan beberapa temuan penelitian.
a. Wanita lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri
dibanding pria.
b. Wanita lebih mudah memahami makna pria daripada pria memahami
makna wanita.
c. Wanita telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri di luar sistem
pria yang dominan.
d. Wanita cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak ketidakpuasan
tentang komunikasi dibanding pria.
e. Wanita seringkali berusaha untuk mengubah aturan-aturan komunikasi
yang dominan dalam rangka menghindari atau menentang aturan-
aturan konvensional.
f. Secara tradisional wanita kurang menghasilkan kata-kata baru yang
populer dalam masyarakat luas; konsekuensinya, mereka merasa tidak
dianggap memiliki kontribusi terhadap bahasa.
g. Wanita memiliki konsepsi humoris yang berbeda dari pria
Beberapa peneliti (Dinding Gannonleary, 1999) berpendapat bahwa
memahami proses-proses ini adalah kontribusi paling penting yang MGT
dapat membuat penelitian komunikasi.
Houston dan Kramarae (1991) menunjukkan bahwa pidato perempuan yang
disepelekan. "Pria melabeli wanita, suka bergosip, mengomel, mengeluh’.
Perempuan sendiri sering menyebut mereka sendiri sebagai pengoceh atau bergosip.
2.3. Gaya komunikasi
2.3.1. Gaya Komunikasi wanita
Gaya pembicaraan pria dan wanita dipengaruhi oleh sosial grup yang
menentukan siapa yang di dengar dan paling banyak dibicarakan. Penelitian
mengungkapkan banyak wanita yang merasa lebih nyaman berbicara di kelompok
kecil dan dengan individu (Tannen, 2002)
16
Wanita lebih sering menggunakan pengalaman pribadi dan beberapa contoh
yang mudah dimengerti dari sudut pandang dan dari penggunaan bahasa dalam
pembicaraan pribadi.
Kebanyakan wanita menggunakan komunikasi di tempat kerja sebagai
pemberitahuan, juga untuk meredakan stress dan merasa lebih baik, menciptakan
ikatan emosional untuk menguatkan hubungan dan sebagai stimulasi kreatifitas dan
menemukan ide baru (Eagly & Johannesen – schimdt)
Harga diri wanita di dapatkan dari relasi pekerjaan mereka, bukan dari berapa
banyak uang yang dihasilkan tapi dukungan, kepercayaan, komunikasi,
menghabiskan waktu bersama lebih banyak, memberi dukungan, menolong dan
melindungi satu sama lain.
Bagi wanita yang meraih kesuksesan di kantor, kerap mencoba lagi
membangun hubungan dan pengakuan orang lain atas keberhasilan yang di raih,
hanya dengan menghargai yang lain, wanita membiarkan pria untuk berasumsi,
mereka tidak bertanggung jawab utuk keberhasilannya dan meragukan
kemampuannya
Wanita mengharapkan bahasan untuk di diskusikan dahulu dan dibuat dengan
pertimabangan (Tannen, 1990). Peneliti merasa wanita menghargai diskusi itu sendiri
sebagai bukti keterlibatan dan komunikasi (Tannen, 1990)
Nilai dari prestasi individual tidak sebagus kesuksesan team begitu juga
hubungan yang terjalin pada saat melalu prosesnya. Wanita di dunia kerja berbicara
dengan cara menempatkan mereka di situasi yang buruk (Tannen, 2000). Wanita
menggunakan gaya tidak langsung, bahasa yang pasif untuk berbicara dengan orang
lain. Banyak orang tidak ingin menghadapai keluhan seperti ; ‘ saya tidak tahu
apakah ini berguna untuk kamu,, atau’ ‘ sepertinya ini ide buruk, tapi...’(holmes,
2006)
Dalam menggunakan kritik wanita melibatkan yang lain dalan memikirkan
proses dan juga membiarkan team bekerja sama juga, wanita mengurangi sedikit
kepercayaan dirinya dalam memikirkan apa yang harus dikatakan berupa ide-ide
mereka.
Penelitian mengindikasikan bahwa wanita sangat sering menggunakan kata-
kata terimakasih, atau maaf di tempat kerja (Holmes, 2006). Wanita akan
menggunakan kata terimakasih diberbagai kesempatan walau tidak diperlukan.
Bahkan manager mengucapkan terimakasih ketika pekerjanya bekarja untuknya dan
mengerjakan apa yang diperintahkan padanya. Kata maaf lebih sering diucapkan
untuk sesuatu yang belum selesai, mereka meminta maaf jika mengalami kecelakaan,
mengiteruspi pembicaraan, berbicara saat orang lain bicara dan ketika membuat
kesalahan. Wanita selalu ingin memastikan mereka senantiasa menjaga hubungan
kerjanya dengan rekan kerjanya (Holmes, 2006)
Sebaliknya Saat ini, pria jarang sekali mengucapkan maaf atau terimakasih untuk
sesuatu yang harusnya telah mereka kerjakan wanita lebih merendahkan dirinya di
tempat kerja dengan mengucapkan maaf atau terimakasih (Tannen, 1994)
Ketika wanita memerintahkan sesuatu secara tidak sengaja mengucapkan; ‘Apakah
kau bisa?’, ‘Aku harap kau bisa?’, ‘Mungkin ..., mungkin kah mengerjakan ini?’,
‘Jika ?’, ‘Bisakah?’, ‘Saya fikir..’ membuktikan bahwa wanita tidak diciptakan untuk
membuat permintaan (Gray 2002, p.237)
Untuk wanita berkomunikasi adalah proses hubungan dalam membuat setiap
orang menyukainya. Namun, wanita menggunakan bahasa tidak langsung, sehingga
mereka tidak merasa kasar atau bossy. Wanita ingin bekerjasama dan lebih
18
menghindari konflik dengan menyetujui, mendukung dan membuat saran daripada
memerintah. Sekali wanita menggunakan bahasa langsung (maskulin) dia dianggap
sebagai orang yang tidak sopan dan kasar.
Seperti catatan Tannen (1994), Pria yang belajar bicara lebih berani akan
dianggap lebih maskulin, tapi tidak untuk wanita karena konsekuensi untuknya akan
sangat berbeda.
Robin Lakoff (dalam Griffin, 2003) mencoba mengklasifikasikan keberaturan
pembicaraan wanita, dan membedakan antara woman talk dari man talk.
Ia mengklaim bahwa percakapan wanita mempunyai karakter sebagai berikut:
a. Ditandai apologis.
b. Pernyataan tidak langsung.
c. Pertanyaan yang minta persetujuan
d. Mengkualifikasikan.
e. Perintah yang sopan.
f. Menggunakan istilah color.
g . Cenderung menghindari bahasa vulgar.
h. Sedikit berbicara, banyak mendengarkan
2.3.2 Gaya komunikasi Pria
Pria belajar bahwa status yang dimilikinya memudahkan untuk meminta
orang lain melakukan sesuatu dan mereka merasa berhak untuk memberikan perintah.
Nilai mereka yaitu kekuatan, kemampuan, efisiensi tindakan prestasi, dirinya
sendiri dan mampu membangun kekuatan mereka dan kemampuannya. Sense pria di
bentuk dari kemampuan mereka menghasilkan keberhasilan (Tannen, 2000)
Penelitian menunjukan bahwa pria bergerak lebih cepat dalam posisi di
tempat pekerjaannya daripada wanita. Pria memiliki kemampuan membimbing,
membina networking dan lebih terang-terangan bertanya tentang peningkatan gaji dan
promosi jabatan.
Kebanyakan pembimbing adalah pria karenanya sedikit saja wanita berada
dalam posisi manager. Pembimbing menyediakan informasi yang berharga mengenai
tempat kerja dan perusahaan. Organinasi bisnis, clubs, alumni association dan sport
menyediakan waktu yang penting untuk membicarakan tentang perkembangan bisnis
dan promosi. Pria juga lebih agresif ketika mereka menginginkan sesuatu di tempat
kerja. Bertanya mengenai perkembangan dan promosi, untuk membuka pintu
kesempatan dimana wanita sangat jarang memiliki keberanian untuk melakukannya
(Gray, 2002)
Penelitian menyarankan agar pria lebih mengikat konflik dengan
beragumentasi, memberikan perintah dan tidak memihak (Holmes,2006; Tannen,
1994).
20
Type pria konfrontasional di tempat kerja dan agresive dalam cara mereka
berkomunikasi. Mereka berkomunikasi langsung misalnya; ‘Buatkan catatan’
‘Selesaikan pekerjaan itu’, ‘Printkan’, ‘Aku butuh itu’ (Holmes, 2006, P.27).
Pria berekspresi terhadap apa yang mereka inginkan dengan jalan yang cepat,
pada umumnya pria tidak khawatir akan anggapan atau fikiran orang lain yang akan
menganggap mereka terlalu cerewet atau terlalu bossy. Pria lebih memikirkan
keikutsertaannya dalam meraih tujuan dan menghindari isolasi di tempat kerja tapi
mreka tidak fokus kepada tujuan itu dan mereka menempatkan nya sebagai oposisi.
Kebanyakan interaksi pekerjaan adalah penuh kerjasama, dengan tujuan
pekerjaan efektif dengan orang lain membutuhkan kompromi, komunikasi yang
terbuka, terbuka terhadap ide baru dan saling menghormati. Penelitian menyarankan
pria dan wanita tidak berkomunikasi dengan cara yang sama jadi ketika ada masalah
yang mempengaruhi hal ini, mereka dapat mencari jalan keluar.
Wanita cenderung untuk bertanya mengenai kerjasama karena mereka
merasabutuh untuk melibatkan orang lain dalam pekerjaan mereka dalam
membangun hubungan (Tannen, 1994)
Wanita meletakan dirinya di tempat yang lebih rendah karena orang yang memberi
masukan lebih terlihat memliki kekuasaan.
Gray (2002) menyatakan membentuk team untuk wanita dan pria sangatlah
sulit. Untuk pria, team berarti semua anggotanya memiliki bakat yang khusus, tugas
dan departmen mereka bekerja untuk mensupport satu sama lain tapi tidak menukar
pekerjaan, sementara bagi wanita dalam team berarti berbagi kemampuan, pekerjaan
dan tugas.
Wanita melakukannya bersama-sama dan disana tidak jelas siapa yang akan
melakukan pekerjaan tersebut. Mereka lebih flexible. Peneliti menemukan bahwa pria
membutuhkan perasaan sebagai pelaksana, bertanggungjawab dan dihitung sebagai
yang membuat hasil (Tannen, 1994).
Pria di kendalikan oleh kesuksesan pribadi sementara wanita dikenadalikan oleh
kesuksesan team.
Dalam percakapan dan pertemuan antara pria yang lebih sering interupsi dan
agresive ketika berbicara (Tannen, 2000) interupsi tersebut dapat diartikan berbeda-
berbeda, terlalu banyak pembicaraan yang mendominasi atau malah sebagai kerja
sama yang terlalau berlebihan.
Kerjasama yang berlebihan muncul ketika interuspi telah berusaha berbicara banyak
dengan pembicara bukan dengan tujuan untuk menginterupsi akan tetapi untuk
menunjukan antusis pendengar dan partisipasinya yang aktif (Tannen, 1994)
Tannen (1994) menemukan perkembangan stress dalam grup pria dan wanita
yang ada dalam satu team bersama-sama mendiskusikan sebuah masalah. Pria
membutuhkan perasaan jika sesuatu telah selesai dikerjakan atau dikerjakan sesuai
dengan perintahnya jika tidak mereka akan sangat tidak sabar dan strees. Wanita
melanjutkan mengenali masalah dengan berbagi dan mendengarkan, dan mereka
lebih memiliki kemampuan untuk mengatasi tress.
Gray (2002) menyatakan bahwa pria menginterupsi untuk menawarkan
solusi, wanita yang prustasi, ketika wanita tetap mengenali masalah. Mendapatkan
inti bukan berati wanita harus bicara lebih sedikit, wanita tidak perlu bicara terlalu
banyak. Ketidak-adilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran
yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan
hanya menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki – laki. Meskipun secara
agregat ketidak-adilan gender dalam berbagai kehidupan ini lebih banyak dialami
oleh perempuan, namun hal itu berdampak pula terhadap laki – laki.
22
Bentuk – bentuk ketidak-adilan akibat diskriminasi itu meliputi :
• Marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) perempuan yang mengakibatkan
kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di Negara berkembang seperti
penggusuran dari kampung halaman, eksploitasi, banyak perempuan tersingkir dan
menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang
hanya memfokuskan pada petani laki – laki.
• Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis gender
dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Ada
pandangan yang menempatkan kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki –
laki.
• Stereotype merupakan pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negatif
secara umum selalu melahirkan ketidak-adilan pada salah satu jenis kelamin tertentu.
• Kekerasan (violence), artinya suatu serangan fisik maupun serangan non fisik yang
dialami perempuan maupun laki – laki sehingga yang mengalami akan terusik
batinnya.\
• Beban kerja (double burden) yaitu sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidak-
adilan gender dimana beberapa beban kegiatan diemban lebih banyak oleh salah satu
jenis kelamin.
2.4. Purchasing dan Negosiasi
2.4.1. Purchasing (Pembelian)
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai artikel telah mencatat pentingnya
strategis dan potensi kompetitif dari fungsi pembelian ([Long, 1988], [Pearson dan
Gritzmacher, 1990], [Spekman et al, 1992.], [Welch dan Nayak, 1992 ], [Gadde dan
Hakansson, 1994], [Carter dan Narasimhan, 1996a] dan [Anderson dan Katz, 1998])
dan bahkan dipertimbangkan kepentingan peningkatan di masa depan ([Carter dan
Narasimhan, 1996b] dan [Trent dan Monczka, 1998 ]). [Porter, 1980] dan [Porter,
1986] pengakuan bahwa pemasok merupakan elemen kunci untuk kompetisi
pemahaman, serta keberhasilan sistem produksi Jepang pada 1980-an, yang krusial
bergantung pada manajemen pasokan, menjabat sebagai pemicu awal penghargaan
yang lebih besar pembelian sebagai senjata strategis ([Ellram dan Carr, 1994], [Watts
et al, 1995.] dan [Krause et al, 2001.]).
Fungsi pembelian berkontribusi besar untuk kinerja bisnis atau sifat
pembelian kompetensi. Narasimhan dkk. (2001) berasumsi bahwa kontribusinya
terletak pada pelaksanaan serangkaian praktek pembelian inisiatif, sedangkan artikel
yang luar biasa lainnya berpendapat bahwa tingkat keterlibatan dari fungsi pembelian
dalam proses perencanaan strategis menentukan tingkat pelaksanaan praktek-praktek
tertentu pembelian lanjutan ( [Carr dan Pearson, 1999] dan [Chen et al., 2004]) atau
moderat dampak dari praktek pada kinerja bisnis (Narasimhan dan Das, 2001).
Abdulrahman (2010) menjelaskan Fungsi Pembelian adalah :
a. Tetap menjaga dukungan terhadap kebutuhan users, melakukan dukungan
tersebut dengan invetasi seminimum mungkin yang tetap aman dan tetap
berkualitas.
24
b. Menghindari tiruan, menghindari barang tidak terpakai dan menghindari
barang yang tidak digunakan.
c. Manjaga standard kualitas material sesuai dengan kebutuhannya. Membangun
kepercayaan supplier terhadap perusahaan dan memastikan hubungan yang
terjalin sama-sama menguntungkan.
d. Membeli material dengan harga paling murah dan berkualitas
e. Menjaga posisi persaingan perusahaan.
Abdulrahman (2010) Tanggung jawab departmen Pembelian adalah :
a. Memilih supplier yang tepat
b. Membuat keputusan yang tepat mengenai waktu yang tepat untuk melakukan
pembelian (Misal, memantau kurs, memantau perkembangan minyak bumi dl)
c. Mendapatkan harga dengan harga terbaik melalui negosiasi yang tepat
d. Membuat Purchase Order (Surat Pembelian)
e. Memantau jadwal delivery barang tersebut
f. Memastikan dan menjaga hubungan dengan supplier tetap baik
g. Meneruskan dan menyelesaikan keluhan daru supplier dan user
h. Memilih orang yang tepat dan manager yang tepat
i. Memberi training (pelatihan kepada personel)
j. Penelitian pasar bagi pembelian
k. Menyedian teknikal information dan saran dalam pemgadaan material
2.4.2. Negosiasi
Beberapa faktor individu dalam bernegosiasi sekiranya memiliki kemampuan
untuk mengontrol pengaruh, menghindari konflik, menganalisa posisi pihak lain,
dapat mengartikan pertanda, menggunakan pertanyaan, mendengarkan, menggunakan
kemampuan verbal, menjaga konsentrasi dan mengontrol arah diskusi. Berani untuk
mengambil resiko pada tempatnya, ada dalam komitmen yang tinggi, kesetiaan yang
tinggi dan tingkatan kepercayaan diri yang baik (Abdulrahman, 2010)
Faktor seorang negosiator bisa memiliki latar belakang yang berbeda-beda
dari intelegensi, usia, kecepatan, gender dan suku yang memiliki pengalaman
bernegosiasi.
Hal-hal yang biasanya di negosiasikan dalam bagian pembelian adalah
(Abdulrahman, 2010) :
a. Harga yang lebih murah
b. Meningkatkan hubungan kerjasama
c. Mendapatkan potongan harga yang lebih besar
d. Delivery yang lebih cepat
e. Perubahan kualitas menjadi lebih baik
Penelitian sebelumnya menunjukkan (Bowles et al., 2005) bahwa kedua jenis
gender sama-sama kompeten dalam situasi di mana individu bekerja untuk
memaksimalkan hasil mereka sendiri tanpa memperhatikan kinerja orang lain. Pria,
bagaimanapun, mengungguli wanita dalam lingkungan yang kompetitif di mana
hadiah ditentukan dengan membandingkan hasil peserta. Wanita tidak menyerah di
bawah tekanan persaingan, tetapi orang lebih meningkatkan kinerja mereka dalam
situasi kompetitif (Pradel et al., 2006).
Negosiasi kompetitif sehingga bertindak sebagai pemicu jenis gender, sesuai
dengan harapan masyarakat bahwa pria lebih mungkin untuk bertindak secara
kompetitif (Niederle dan Vesterlund, 2007).
Wanita bersedia untuk menetapkan tujuan yang lebih rendah jika individu, dengan
demikian, tujuan bersama dapat dicapai dengan lebih mudah (Gneezy et al., 2003).
Sebagai "agen" dari kebaikan bersama, mereka menggambarkan diri mereka sebagai
lebih lembut, tapi membayar harga untuk itu individu dengan mencapai hasil individu
26
yang lebih rendah. Grup tampaknya bekerja lebih baik bagi wanita (Croson et al.,
2008)
Dalam situasi yang sangat ambigu, pria tampaknya mengungguli wanita sedikit,
karena mereka tampaknya bersedia mengambil resiko lebih (Comer et al, 1995;..
Byrnes et al, 1999).
Situasi kekuatan negosiator juga mempengaruhi hasil dari proses negosiasi
juga. Watson (1994) menemukan bahwa gender memiliki pengaruh hanya dalam satu
studi, sementara kekuasaan tampaknya membawa efek dalam. Dia menyimpulkan
bahwa kekuatan adalah prediktor yang lebih baik dari hasil negosiasi dari gender.
Karena interaksi yang melibatkan diad campuran jender sering membawa asumsi
implisit bahwa manusia adalah pihak yang lebih kuat dari dua (Eagly, 1983), ini
mungkin mempengaruhi hasil dari kedua jenis gender dalam negosiasi.
Faktor lainnya adalah motivasi yang menarik negosiator dari target yang
mereka tetapkan sendiri. Rubin dan Brown (1975) dan Riley dan Babcock (2002)
melaporkan bahwa pria menetapkan target kinerja yang lebih tinggi daripada wanita
dan hadiah mencapai perjanjian yang secara signifikan lebih tinggi, baik dalam situasi
ambigu dan resiko tinggi. Studi lain oleh Riley dan Mc Ginn (2002) terbalik
menunjukkan bahwa perbedaan harga target dan harga kesepakatan pria memihak,
mengurangi ambiguitas dalam kondisi lebih rendah dan risiko yang dirasakan.
Bukti menunjukkan bahwa wanita menganggap diri mereka kurang layak
menerima penghargaan dan kompensasi daripada pria (Gneezy et al., 2003). Ketika
menentukan kompensasi mereka sendiri atau membagi keuntungan antara dirinya dan
orang lain, wanita secara konsisten mengalokasikan sumber daya yang lebih sedikit
untuk diri mereka daripada pria. Dengan demikian, mereka tampaknya memiliki
harapan yang lebih rendah menerima keuntungan dalam negosiasi apapun. Selain itu,
wanita berbeda dari pria dalam jenis hasil nilai mereka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Creswell, J.W. dalam bukunya yang berjudul: “Research Design:
Qualitative and Quantitative Approaches.” Sage Publications, 1994,
mengemukakan: “Suatu proses penelitian untuk memahami masalah-masalah
manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks
yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang
diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting)
yang alamiah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif.
Menurut Marvasti (2004), penelitian kualitiatif cenderung lebih terfokus pada
refleksi, atau memberi dan menerima hubungan antara teori sosial dan
metode.
Yin (2004) menggambarkan daya tarik dari penelitian kualitatif
adalah bahwa hal itu memungkinkan peneliti untuk melakukan studi yang
mendalam tentang bahasan yang luas dari topik, termasuk favorit peneliti,
dalam hal biasa dan sehari-hari. Selain itu, penelitian kualitatif menawarkan
kesempatan yang lebih besar dalam memilih topik yang menarik karena
metode penelitian lain yang cenderung dibatasi oleh:
a. Ketidak mampuan untuk membangun kondisi penelitian yang diperlukan
(seperti dalam eksperimen)
b. Tidak tersedianya seri data yang cukup atau kurangnya cakupan variabel
cukup (seperti dalam studi ekonomi)
28
c. kesulitan dalam menggambar sebuah sampel yang cukup dari responden
dan memperoleh tingkat respon cukup tinggi (seperti dalam survei), atau
d. lain keterbatasan seperti yang didedikasikan untuk mempelajari peristiwa
masa lalu tetapi tidak berkelanjutan (seperti dalam sejarah)
3.2. Metode Penelitian
John Creswell (1996) memperkenalkan lima jenis metode penelitian
kualitatif. Kelima metode itu adalah : Biography, Fenomenologi, Grounded-
Theory, Ethnography dan Studi kasus.
Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak
mendalami suatu kasustertentu secara mendalam dengan melibatkan
pengumpulan beraneka sumber informasi
Creswell mendefinisikan studi kasus sebagai suatu ekspolrasi dari
sistem-sistem yang terkait (bounded sistem).
Bentuk studi kasus dapat berupa deskriptif, eksploratif dan
eksplanatori. Deskriptif bertujuan menggambarkan suatu gejala, fakta atau
realita. Eksploratif berarti mencari tahu lebih dalam tentang suatu kasusuntuk
dapat memberikan hipotesa. Eksplanatori mencari keterangan atas aspek-
aspek dan argumentasi sebab akibat.
Semua kegiatan penelitian studi kasus mengharuskan peneliti
melakukan keterlibatan langsung. Suparlan (1994) menjelaskan bahwa
keterlibatan penuh atau langsung adalah peneliti telah menjadi sebagian dari
kehidupan organisasi yang diteilitinya, artinya dalam kegiatan sehari-hari
kehadiran peneliti dianggap biasa.
Kelebihan dari penelitian ini adalah bentuk pemahaman yang kaya ,
mendalam dan rinci tentang suatu kasustertentu dengan penjelasn yang
lengkap tentang orang maupun lingkunga tersebut. Kekurangan dari penelitian
ini adalah masalah generalisasi, bias, keabsahan, realibilitas dan objectivitas
dikarenakan peneliti memiliki peran yang sangat besar dalam menganalisa
data melalui teknik iterpretasi yang bersifat subjektif.
3.3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, jumlah sampel tidak menentukan apakah
penelitian itu baik atau tidak karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk tidak
menyamaratakan temuan. Sampel dalam penelitian kualitatif disebut informan.
Informan adalah orang yang diwawancara, diminta informasi oleh pewawancara.
Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,
informasi, ataupun faktadari suatu objek penelitian. (Burhan Bungin, : 108 )
Subjek penelitian adalah sumber yang berkompeten untuk dimintai
informasi sehubungan dengan penelitian. Dalam penelitian iini, yang menjadi
seubjek penelitian adalah empat narasumber. Keempat narasumber tersebut dipilih
menjadi subjek karena keterlibatannya dalam program yang diteliti, sehingga
dianggap memiliki cukup banyak informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Sumber ini dipilih karena dianggap cukup kompeten dan memiliki
kredibilitas serta pemahaman konteks dan pengalaman yang cukup sehingga dapat
memberikan informasi terkait dengan topik penelitian.
Keempatnya adalah purchaser yang ada di posisi Departmen Head
(manager) yaitu satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Lalu lapis ke tiga
30
yaitu Head, yaitu satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Keempatnya
memiliki pengalaman diatas 7 tahun di bidang purchasing.
3.4. Teknik pengumpulan data
Menurut Creswell (1994) berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat 4
(empat) macam tipe pengumpulan data,
yaitu:
1) observasi,
2) wawancara,
3) dokumen,
4) alat-alat audiovisual.
Atas dasar hal tersebut penulis mengklasifikasikan teknik pengumpulan
informasi (data) menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3)
dokumen, sedangkan alat-alat audiovisual penulis sebut sebagai alat bantu
pengumpulan data
Dalam penelitian ini, dua sumber data yang gunakan adalah:
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan. Di sini,
data diperoleh melalui wawancara mendalam. menggunakan wawancara
mendalam untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
pengalaman informan;
a. Wawancara
Dalam penelitian iini, yang menjadi subjek penelitian adalah empat
narasumber. Keempat narasumber tersebut dipilih menjadi subjek
karena keterlibatannya dalam program yang diteliti, sehingga dianggap
memiliki cukup banyak informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Wawancara yang dilakukan berupa one to one interviews yang
melibatkan satu peneliti dan satu narasumber. Hal ini memahami ide
spesifik dari hanya satu orang serta memudahkan dalam menulis
transkrip rekaman wawancara (Denscombe, 2010)
b. Observasi
Observasi mengacu pada bukti-bukti langsung yang dilihat oleh mata
pada saat suatu kejadian berlangsung. Ini didasarkan pada suatu
keyakinan bahwa untuk tujuan tertentu, yang terbaik adalah
mengamati apa yang sebenarnya terjadi (Denscombe, 2010). Hal-hal
yang di observasi meliputi gambaran perilaku, sikap dan interaksi yang
terlihat. Data observasi lebih luas dapat mencakup suatu gambaran
yang didapat dari kepekaan peneliti dalam menagkap informasi dan
interaski yang terjadi yang tidak terungkap melalui wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder digunakan sebagai pendukung bagi penelitian. Data
sekunder merupakan data olahan yang telah tersedia, disajikan oleh
pengumpulan data primee maupun pihak lain. Yang termasuk dalam data
sekunder ini adalah company profile, struktur organisasi, sejarah singkat
perusahaan dan profil program. Data tersebut diambil dari annual report
tahun 2010.
32
Gambar 3.1. Langkah-langkah dalam melakukan wawancara mendalam
Sumber: Boyce dan Neale (2003)
Ada beberapa alat pendukung yang peneliti gunakan selama proses wawancara:
(1) perekam suara sebagai perekam utama untuk rekaman-rekaman percakapan,
(2) catatan sebagai perekam sekunder, digunakan jika informan menolak rekaman-
rekaman
(3) alat tulis
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa in-depth interview (wawancara secara
mendalam) terhadap 4 orang nara sumber.
Berikut adalah langkah-langkah dalam in-depth interview :
3.2. Gambar langkah-langkag In depth interview proses
(Boyce & Neale, 2006)
Wawancara ini menggunakan wawancara semi structural, pertanyaan yang
diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang
telah ditetapkan.
3.6. Definisi konsep dan fokus penelitian
Bagian ini memuat tentang definisi konsep yang berkaitan dengan fokus
penelitian berdasarkan tataran teoritis. Beberapa definisi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Plan
Analyze
Data
Diseminate
Findings
Collect Data
Develop
Instrumen
34
1. Coding: Proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam
keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar
dalam tiap-tiap bagian (Creswell, 2010)
2. In depth interview. Merupakan proses wawancara dengan tujuan
menemukan permasalahan secara lebih terbuka , dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat. Jenis wawancara ini juga termasuk dalam
wawancara semistruktur yang dalam pelaksanaanya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Esterberg dalam
sugiyono,2009)
3.7. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data menggunakan Creswell seperti pada bagan berikut :
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk di analisis
2. Membaca keseluruhan data
3. Menganalisa lebih detail dengan mengcoding data
4. Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-
orang, kategori dan tema-tema yang akan dianalisa
5. Menyajikan kembali deskriptif dan tema-tema dalam narasi atau
laporan qualitative
6. Menginterpretasi dan memaknai data.
Gambar 3.2. Prosedur Analisa Data
Sumber: Tesis Ricky Sanjaya (2011)
Ada enam langkah untuk membangun sebuah narasi teoretis dari teks:
Gambar 3.3 Coding Prosedur
Source: Auerbach (2003)
Description of data analysis
Initial Data Analysis
Themes Themes ThemeThemes
Stage 1 data collection
and display reflection
Stage 2 data coding
and distillation
Stage 3
Generation of key
themes
Stage 4 Story
report and
Major and Minor
Topic
Final Interpretation
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. yang berlokasi di
Cikarang Timur selama kurang lebih 2 bulan, dari bulan Januari 2012 sampai dengan
Februari 2012.
4.1.2. Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
2. Alamat : Jl. Raya Lemahabang KM. 58,3 Ds. Karang Sari
Kec. Cikarang Timur
Bekasi – Jawa Barat
17510
3. No. NPWP : 01.330.132.0-054.000
4. No. Telepon : 021-89140333 (Hunting)
5. No. Fax : 021-89140763
6. Website : www.multistrada.co.id
7. Email : [email protected]
8. Logo perusahaan :
4.1.3. Sejarah singkat Perusahaan
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk, atau MASA (perseroan). Merupakan
produsen Ban di Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Lemahabang KM. 58,3 Desa
Karangsari Cikarang Timur – Bekasi Jawa Barat 17510. MASA memproduksi ban
luar kendaraan bermotor roda dua dan roda empat baik merek sendiri (Achilles, Corsa
& Strada) maupun offtake, dengan area pemasaran dipasar domestik dan
internasional.
MASA di dirikan pada tahun 1988 dengan nama PT. Oroban Perkasa. Pada masa
awal berdiri, MASA di desain dan mendapatkan teknologi dari Pirelli-Itali jua teknis
dan distribusi dari Continental GMBh-Jerman. Selama krisis di Asia tahun 1999,
seluruh kewajiban perseroan dialihkan ke Bandan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN).
Sukses bisnis perseroan saat ini dimulai sejak perseroan yang sekarang diambil alih
oleh manajeman baru (PVP XVII Pte Ltd dan PT. Indokemika Jayatama) pada tahun
2004, dan melakukan rekonstruksi menyeluruh. Kini MASA telah mencapai reputasi
38
yang baik dari produk dipasaran domestik maupun internasional, produk -produk
MASA telah mendapatkan sertfikasi pemenuhan standar kualitas baik secara
domestik maupun internasional.
PT. Multistrad Arah Sarana Tbk. kini mempekerjakan 4000 karyawan dan bersama-
sama dengan seluruh karyawan berusaha keras untuk mencapai tujuan, visi dan misi
yang telah di tetapkan.
Sumber : Annual Report 2010
4.1.4. Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Menjadi pemimpin dan panutan dalam industri ban
Misi : Menjadikan dunia yang lebih makmur dan sejahtera
4.1.5. Nilai Dasar perusahaan (core Value)
Nilai dasar perusahaan :
1. Beriman
2. Jujur dan bertanggung jawab
3. Sinergi
4. Proaktif
5. Loyal
Sumber : Annual Report 2010
4.1.6. Struktur Organisasi
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi
DEWAN KOMISARIS
Presiden komisaris : Eugene Cho Park
Komisaris : Andi Solaiman
Komisaris Independen : Mulyo Sutrisno
Komisaris Independen : Juanto Salim
DIREKSI
President Direktur : Pieter Tanuri
Direktur : Sukarman
Direktur : Yohanes Ade Bunian Moniaga
Direktur : Hartono Setiabudi
Direktur : Uthan M. Arief Sadikin
Sumber : Annual Report 2010.
4.2 Hasil dan Pembahasan
Sub bab ini berisi tentang hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan. Pengumpulan wawancara terhadap 4 (empat) nara sumber didasarkan pada
kekayaan informasi dan pengetahuan narasumber terkait dengan topik yang diangkat
peneliti. Setelah dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, dilakukan proses
transkrip untuk memudahkan pengolahan data. Kemudian dilakukan coding and
categorizing data.
40
Seperti menurut Daymond and Holloway (2002), coding merupakan langkah
pertama untuk untuk mengembangkan kategori, pola dan konsep peneliti.
Coding dimulai untuk keseluruhan bukti yang terkumpul dibaca beberapa kali dan
didapatkan keseluruhan gagasan umumnya.kemudian dicatat mengenai kata kunci,
tema, isu dan pernyataan-pernyataan partisipan.
Sebagaimana umum terjadi pada penilitian kualitatif, aspek generalisasi dari
temuan adalah terbatas/ kecil . meskipun demikian, dengan mengeksplorasi
pengalaman individu secara mendalam seringkali dapat memunculkan temuan dan
perspektif baru yang akan sangat sukar di dapat dengan menggunakan riset yang lain.
Temuan riset ini bukanlah pengecualian, sejumlah temuan menarik dan bahkan yang
tidak terduga, muncul sepanjang wawancara dilakukan. Temuan penelitian ini
diringkas dan disusun dengan menyebabkan kutipan-kutipan wawancara partisipan
dalam format temuan umum ( Raudy, 2010)
4.2.1. Hasil penelitian
Hasil penelitian yang telah di lakukan di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
berdasarkan hasil wawancara dan observasi adalah sebagai berikut :
“Digambarkan pada saat proses negosiasi terjadi, gender wanita terlihat lebih
aktif dibandingkan dengan gender Pria, hal tersebut menjadi kontra dari literatur yang
telah di baca oleh peneliti. Dimana banyak disebutkan, bahwa Pria pada umumnya
akan terlihat lebih superior dalam mengambil tugas dan tanggung jawabnya. Di PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk. terdapat dua puluh lima orang Purchaser. Diantaranya
terdapat 15 orang negosiator yang jumlahnya lebih banyak wanita daripada Pria.
Peneliti memperhatikan bahwa Gender Wanita memiliki kepercayaan diri yang lebih
tinggi, terlihat dari bagaimana gesture mereka, mimik wajah yang digunakan serta
intonasi suara yang sangat stabil, wanita dalam melakukan komunikasi terlihat
memiliki ponit-pont dalam pembicaraan (mereka telah membuat daftar pertanyaan
sebelumnya atau mempersiapkan materi apa saja yang akan digunakan saat
bernegosiasi) pada saat mereka akan melakukan negosiasi mereka lebih mampu
mengontrol arah pembicaraan, lebih serius dan kelihatan menghindari pembicaraan di
luar konteks yang di diskusikan.
Wanita sebagai Negosiator di Purchasing, di contohkan oleh narasumber 3,
Ibu EH, dijelaskan bahwa wanita memiliki tekanan dalam melaksanakan
pekerjaannya terutama jika atasan tersebut bergender Pria. Atasan bergender Pria,
tetap menggunakan gaya komunikasi langsung (tanpa basa-basi) dan melakukan
koreksi terhadap pekerjaan anak buahnya dengan terus terang tanpa memikirkan
apakah anak buahnya akan merasa sakit hati atau tidak. Wanita, seperti dijelaskan
oleh Narasumber 1, Ibu Wiwi, memiliki kelebihan dalam bernegosiaasi, mungkin hal
tersebut datang secara natural sehingga jenis pekerjaan yang menyangkut
komunikasi, wanita membuat hasil yang lebih baik daripada pria. Namun, ketika
wanita tersebut dipimpin oleh atasan laki-laki, maka tekanan itu datang dan memaksa
anak buah wanita untuk bekerja lebih keras, tanpa kesalahan satupun. Wanita merasa
tekanan-tekanan tersebut dapat di tanggulangi dalam melaksanakan pekerjaan, di sisi
lain dapat menjadi motivasi, akan tetapi karakter wanita yang perasa, membuat
banyak tekanan tersebut terbawa ke kehidupan pribadi, sehingga di akui oleh
negosiator wanita bahwa mereka memiliki kadar stress yang cukup tinggi, juga rasa
tidak enak terhadap keluarga, terutama jika wanita tersebut sudah berkeluarga.
Sementara negosiator Pria, seperti di jelaskan oleh Narasumber 4, bahwa
mereka merasa sudah tidak ada lagi perbedaan diantara Negosiator pria atau wanita.
Mereka menyamaratakan tugas dan kewajiban, namun dalm hal-hal tertentu mereka
mengatur agar wanita menghindari pekerjaan di area keras misalnya bengkel, las dsb.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, ditemukan gejala komunikasi yang kalah dari
Pria ketika melakukan negosiasi, misalnya, ketika negosiasi tersebut berjalan datar
dan hampir tidak mungkin di menangkan oleh negosiator, pria memilih jalan tengah
42
untuk setuju atau mengalah, dalam melakukan komunikasi, mereka cenderung santai,
tidak memiliki pola dan banyak melibatkan humor atau hal-hal pribadi. Menurut
narasumber 1, kini negosiator wanita lebih di andalkan daripada negosiator pria,
karena saat ini, negosiator lebih di dominasi oleh wanita dan Pria lebih fokus kepada
hal administratif saja. Hal itu pun diakui oleh Narasumber 1 bahwa kini pria lebih
sering lemah dan mudah melebih-lebihkan masalah, bahkan menurut negosiator 2,
kini pria lebih suka bekerja di belakang meja dan tidak suke menerima tantangan dan
cenderung senang bermain aman. Hal tersebut di perkuat oleh banyaknya statement
yang dikeluarkan oleh narasumber 2, bahwa kini wanita lebih rapi dan disipilin dalam
menjalankan tugasnya. Wanita memiliki kebiasaan untuk selalu melaporkan hasil
kerja dan dapat bekerja di bawah tekanan, mereka cenderung penurut, berinovasi dan
memiliki motivasi yang tinggi.
Narasumber 1 dan 2, adalah gender yang terdiri dari wanita dan Pria dengan
posisi sebagai kepala department (manager) menilai bahwa mereka lebih menyukai
negosiator wanita, sementara negosiator 3 dan 4 adalah pria dan wanita yang
posisinya sebagai kepala seksi, terdapat sedikit tekanan ketika memiliki komunikasi
dengan atasan berbeda gender, namun bawahan tersebut mengaku tidak ada masalah
berarti dalam melakukan pekerjaan hanya sulit untuk memahami karakter atasan yang
berbeda gender dengan mereka”
Hasil Pengamatan pribadi
Komunikasi gender sebagai negosiator di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. di
amati oleh peneliti tidak memiliki pengaruh apapun. Namun peneliti menemukan
bahwa banyaknya gender wanita dalam satu department membuat kemungkinan
timbulnya konflik lebih besar. Karakter wanita yang senang membangun hubungan
dengan rekan kerja membuka adanya konflik yang terjadi pada saat mereka
melakukan komunikasi, hal tersebut di akui oleh beberapa negosiator di PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk. bahwa setidaknya mereka pernah memiliki satu
masalah satu sama lainnya. Peneliti melihat bahwa antara satu dan negosiator lainnya
memiliki persaingan yang tidak sehat, namun mereka berusaha terlihat baik satu sama
lain, sementara mereka memiliki konflik pribadi. Hal ini juga di akui oleh pimpinan
Pria bahwa memiliki anak buah yang di dominasi wanita menimbulkan masalah
sosial yang sulit di selesaikan. Keluhan lain yang di amati oleh peneliti adalah
sebaik-baiknya performa kerja wanita, mereka tetap memiliki kekurangan yaitu
menikah, hamil dan melahirkan. Hal tersebut di akui oleh pimpinan pria dan wanita
bahwa hal tersebut menganggu kinerja mereka, perusahaan menganggap bahwa hal
lahiriah wanita tersebut adalah hambatan, sehingga mereka kerap mencari negosiator
yang belum menikah, ataupun jika sudah, mau berkomitmen untuk menunda
kehamilan selama beberapa tahun pertama.
Berikut adalah beberapa data pendukung ;
1. Gender diberikan kesempatan yang sama dalam posisinya menjadi
Negosiator di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
Narasumber 1 : ... tergantung masing-masing skill, karena gini,
sekarang ini kita sudah ga lihat lagi yang namanya gender, siapapun bisa
aja masuk di bagian mana aja asal punya kemampuan dan kesanggupan
untuk ngelaksanain tanggung jawabnya
.. sekarang cewek sama cowok sama aja kok, bedanya ya Cuma di skillnya
itu aja, gimana cara dia handle kerjaan, sanggup enggak ngerjain
kerjaan, udah ga ada beda ya gitu-gituan., limitasinya sih bidang tertentu
ya, kalo pekerjaan umum kaya tempat kita gini khan ga ada limitasi
Narasumber 2 :
Iya, disini bukan dilihat dari gender ya, sama saja posisinya, ..... disana,
tanya mereka(wanita).. saya ini memikirkan mereka juga lho, dari segi
penilaian kerja, saya rasa saya cukup fair ya terhadap mereka,....
44
Karakteristik Gender, bahkan dari segi intonasi pembicaraan, Gesture
tubuh, penafsiran bahasa dan lainnya di Bagian Purchasing PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk. wanita di anggap lebih unggul daripada pria
Narasumber 1 : ... Ngga ngerti kenapa tapi gesture cewek tuh lebih bagus
lho, mereka tahu cara memposisikan diri saat tenang atau gembira, entah
karena saya cewek, kadang kalo cowok suka over recated.. itu sih
tergantung penalaran dia yah, kalo misalnya dia pinter sih ga ada
masalah, ditempat kita sih ga mungkin lah ada salah tafsir bahasa atau
instruksi
Narasumber 2 : enaknya gitu anak buah cewek, mindset sama dengan
saya, tapi cara komunikasi enggak kaya saya, saya khan kalau ngajarin
orang goblog banget diajarin berkali-kali saya bisa naik darah, kalau
perempuan kaga gitu malah dia keluar sifat keibuannya..
2. Tugas sebagai negosiator tidak hanya di dominasi oleh Pria saja, yang
terjadi di bagian purchasing department PT. Multistrada Arah Sarana Tbk,
Negosiator wanita ditemukan lebih banyak daripada negosiator Pria
Narasumber 1 : Sekarang nih, malah perempuan yang lebih maju nih ya,
aku fikir sih gitu... ..... walopun perbedaan gender ditempat kita ga ada,
tapi di dalam proses kerja passioinate teliti cewek lebih bagus lho, karena
semua point-point kelebihan orang berbeda-beda maka ga harus kita
punya fikiran cowok, yang enggak punya baru lah kita colaborate with
them.
Narasumber 2 : selain hardworker, juga komunikasinya bagus, kamu cek
aja sama mereka sana, lihat aja langsung, kalo anak buah saya sih
(wanita) sangat bisa diandalkan
sekarang ngga bisa kita nilai begitu, buktinya nih, kamu mau tahu engga,
kalo anak buah peremppuan saya itu sifatnya keras-keras dan analisanya
tajam, mau ditantang, mau dikirim kemana aja bisa
Narasumber 3 : Perempuan itu punya rasa empati dan laki-laki lebih
egois, tapi itu pun tdk menghambat sih, saling penegrtian aja. Ya sama
juga ada lho laki-laki yang halus seperti perempuan, basa-basinya , Ada
juga laki-laki yang baik Tapi kalo ditanya tadi perempuan jauh lebih baik
dalam beretika. Dalam hal negosiasi memang kita harus ada kode etik
dan tata krama komunikasi.
3. Hasil negosiasi Gender di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. tidak
bergantung pada gender apa yang melakukan negosiasi
Narasumber 1 : tergantung passionnya orang yang bersangkutan itu kali
ya, yang mana yang lebih passionate ya tergantung orangnya.
Kalo misalnya dia jago negosiasi tapi dia ogah-ogahan ya ga ngaruh
juga, misalnya dia bilang, ah bodo ah, dont care, whats for . Jadi ga mesti
punya capability terus berhasil nego, kalo dia enggak capable tapi dia
niat banget, mau fokus, ya itu juga mungkin bisa berhasil.
Narasumber 3 : ... ada beberapa hal sih yang membuat mmhhh... negosiasi
itu bisa berhasil dengan maksimal ataupun berjalan baik atau sukses,
diantaranya pengalaman dia tentang apa yang dia nego, pengalaman dia ,
pengetahuan dia, sebesar apa dia menguasai nego tersebut ada
kelemahan dan kelebihan dalam material itupun dia harus tahu
perbedaan produk satu dan lainnya, bukan gendernya yang menentukan
hasil
46
Narasumber 2 : Mereka sih orang sudah pengalaman semua.. mereka
udah punya analisa sendiri, punya target dan punya probem solver
sendiri. Kesulitan mereka pasti ada, nah mereka akan tanya pendapat
saya kalau ada di dalam kesulitan
4. Manfaat dari proses Negosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
Narasumber 1: ... Khan mendapatkan harga yang bagus artinya bisa
menekan cost. Penekanan cost itu efeknya kemana-mana nanti ujung-
ujungnya kita bisa jualan product dengan harga bagus lah. Lagipula yang
namanya hidup ini ga lepas dari namanya negosiasi lah, orang nego gaji,
orang nego di mangga dua dimana-mana ada nego lah
Narasumber 2 : Banyak sekali malah menurut saya itu pintu gerbang yang
paling penting, ini konteks di departmen pembelian ya, seperti rumah dan
masakan, kita beli bahan yang sehat, murah dan segar, lalu diproses, kita
bisa jual dengan mengambil margin tambahan dari biaya saving cost
tersebut
semua segi kehidupan awalnya harus bagus karena menentukan hasil
akhir, ibaratnya kalo langkah awal niatnya sudah bagus kesana khan juga
bagus juga mestinya lah.. apalagi bagian pembelian ini dianggap sebagai
departmen yang menghabiskan uang perusahaan paling banyak
Narasumber 3 : Kalo untuk negosiasi manfaatnya wah itu bagus banget,
jadi gini.. kerja kita khan tergantung SOP dan assesment ya kalau kita
nego ya berarti kita menjalankan assesment, menjalankan prosedur,
sebagai negosiator khan memang di tempatkan sebagai orang yang ahli
bernegosiasi, mengenai keuntungan untuk perusahaan pasti dampaknya
besar, itu khan pengurangan cost, dimana-mana pengurangan cost bisa
menumbuhkan margin yang sehat.
5. Hambatan dalam bernegosiasi di PT. Multistrada arah Sarana Tbk. bukan
dari apa saja jenis gendernya
Narasumber 1 : Apa aja ada khan, yang orang di ajakin nego saklek kek,
atau kita nya yang ga punya senjata buat ngelawan, ga punya knowledge-
nya, belum lagi kalo ada masalah-masalah luar yang membuat nego
engga berhasil
Narasumber 3 : ... kembali ke gender kalo sifat mungkin tidak, tapi kalo
level mungkin berpengaruh, misalkan level paling bawah hasil negosiasi
tidak maksimal, karena negosiasi itu khan bisa dilakukan berbagai lapis.
Nego pertama itu mungkin dilakukan oleh lapis paling bawah dan
kemungkinan besar waktu dilakukan nego oleh lapis mungkin bisa
menurunkann harga atau bisa juga dia tidak turunkan, tapi yang jelas
masalah gender tidak mempengaruhi. Tapi itumenjadi hambatan juga
dalam komunikasi negosiator kita
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan analisa dan pembahasan dalam penelitian
yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Gender mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam proses
negosiasi. Negosiator Wanita lebih fokus pada tujuan utama negosiasi
,Mereka akan lebih terlibat di dalamnya dan akan ingin untuk
mencapai tujuan lebih fokus dari rekan-rekan pria mereka. Hal ini
diperkuat oleh fakta bahwa perempuan menyadari bahwa mereka harus
lebih berkinerja daripada pria.
Dengan demikiam hasil penelitian ini menyatakan bahwa negosiator
perempuan memiliki komunikasi yang lebih baik daripada pria
2. Gender Wanita dianggap memiliki komunikasi dan hasil yang baik,
berdasarkan hasil penelitian, wanita di nilai lebih cooperative, mampu
bekerja di bawah tekanan, memiliki tatakrama, etika berkomunikasi
dan jelas dalam menentukan target. Hal itu dibuktikan oleh ke-4
Narausmber yang memimpin department atau section, bahwa mereka
memiliki lebih banyak negosiator perempuan dan merasa hasil
negosiasinya lebih baik daripada pria.
3. Hambatan dalam komunikasi yang berkaitan dengan Gender di nilai
tidak ada karena ,problem yang timbul bukan dari gender itu sendiri,
melainkan ke hal yang lebih menjurus kepada kondisi dan situasi
pembelian.
5.2. Saran
Agar kinerja komunikasi gender di Purchasing semakin baik, peneliti
menyampaikan saran, diantaranya :
1. Negosiator dibekali teknik-teknik pembicaraan yang baik, seperti
melakukan pelatihan yang berhubungan dengan trik pembelian, dalam
mewujudkan komunikasi, sudut pandang atasan –bawahan yang
berbeda gender perlu diperbaharui karena ada anggapan dari
negosiator bahwa bila pimpinan negosiator wanita, maka laki-laki
harus lebih banyak bersabar dan pengertian dalam melakukan
komunikasi , sementara jika pimpinan negosiator pria, wanita harus
bersabar dalam menghadapi tekanan-tekanan yang timbul.
2. Negosiator wanita diberi penghargaan dalam achivement nya, belum
ada tolak ukur yang jelas dari keberhasilan negosiasi tersebut.
3. Hambatan dalam bernegosiasi, diberikan garis yang jelas agar dalam
kasus tertentu (misal : negosiasi dalam angka milyaran rupiah) lapis
negosiasi tersebut jangan diberikan kepada level negosiator staff , jika
memungkinkan dilakukan oleh Department Head atau Division Head
agar ,situasi pembicaraan bersifat seimbang dengan supplier,
bargaining power menjadi kuat dan kondisi negosiais tidak kaku.
50
DAFTAR PUSTAKA
American Association of University Women Educational Foundation. (1999). New
York: Marlowe & Co.
Creswell, J. W. (2005). Educational research: Planning, conducting, and evaluating
quantitative and qualitative research (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice
Hall
Deborah Tannen, You Just Don't Understand: Women and Men in Communication
(New York: William Morrow, 1990), p. 42.
Eagly, A. H., & Johannesen-Schmidt, M. C. (2001). The leadership styles of women
and men. Journal of Social Issues, 57, 781–797
Gray, J. (2002). Mars and Venus in the workplace. New York: Harper Collins
Publishers
Holmes, J. (2006). Gendered talk at work. Malden, MA: Blackwell Publishing.
Hall, J.A. and carter m J.D (1999) Gender stereotype accyaract as individual
difference, jurnal of personality and social phsycologi
Litlejhon, Foss, 2009. Encyclopedia of communication theory / Stephen W. Littlejohn,
Karen A. Foss
Rhonda H. Kelley, Komunikasi antara Pria dan Wanita dalam Konteks Masyarakat
Kristen, Iman & Misi, Fall 1996
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Langkah-langkah wawancara mendalam
Gambar Prosedur Analisa Data
Gambar Prosedur Coding Data
Struktur Organisasi
Data Coding & Distilation Mayor
Data Coding & Distilation Minor
In-depth Interview Guide
Consent Form Narasumber 1
Transkrip Wawancara Narasumber 1
Consent Form Narasumber 2
Transkrip Wawancara Narasumber 2
Consent Form Narasumber 3
Transkrip Wawancara Narasumber 3
Consent Form Narasumber 4
Transkrip Wawancara Narasumber 4
Data Coding & Distilation (Mayor)
No
.
Pertanyaan Narasumber 1
(Ms. WT)
Narasumber 2
(MR. THI)
1 Jelaskan identitas
dan posisi,
Bapak/Ibu di bagian
pembelian PT.
Multistrada Arah
Sarana Tbk.
Purchasing Direct Material,
Department Head . PT.
Multistrada Arah Sarana
Tbk
Mengawasi seluruh kinerja
Department Purchasing
khususnya Direct Material
Koordinator negotiator team
dan melakukan evaluasi
terhadap hasil negosiasi
Purchasing Indirect
Material, Deartment Head
PT. Multistrada Arah
Sarana Tbk.
Memastikan semua agenda
kerja berjalan sesuai dan
tidak mengalami masalah
2 Apakah Gender
diberikan
kesempatan yang
sama dalam
pembagian area
kerja di PT.
Multistrada Arah
Sarana Tbk.?
jika Ya, apakah ada
tuntutan untuk
memiliki mindset
yang sama dengan
gender lainnya?
ya, tergantung skill masing-
masing, Gender tidak
dipertimbangkan asalkan
memiliki kemampuan dan
dan kesanggupan untuk
melaksanakan tanggung
jawabnya
tidak perlu memiliki fikiran
gender yg lain, karena
mindset dpt di colaborate
Ya, gender diberikan
kesempatan yang sama ,
tidak ada perbedaan
Penting untuk mengikuti
mindset pimpinan
3 Sebagai seorang
pimpinan, apakah
Bapak/Ibu
merasakan ada
perbedaan antara
cara masing-masing
gender dalam
berkomunikasi
-Intonasi
-Gesture
Ya, diantaranya :
- Wanita memiliki
pengaruh intonasi suara
dalam keadaan tertentu,
sementara laki-laki lebih
rasional sehinggga tidak ada
perubahan suara
-Gesture wanita lebih bagus
sementara pria, over reacted
Ya, diantaranya :
-Intonasi wanita jelas
Dalam meeting aktif dan
anstusias
Penafsiran bahasa terjadi
pada kondisi tertentu saja
Wanita cenderung tertutup
namun emosinya masih
sangat ekspresif
54
-Penafsiran Bahasa
-Istilah-istilah yang
digunakan
-dll.
-Penafsiran Bahasa
tergantung penalaran dan
tingkat kecerdasan gender,
di PT. Multsitrada keduanya
memiliki penafsiran yang
baik
-Istilah yang digunakan
tidak ada, karena
menggunakan satu bahasa
kerja formal, akan tetapi
dlm keaadaan informal, pria
lebih lebay (berlebih-
lebihan) daripada wanita.
Treatment antara pria –
wanita berbeda, karena
wanita lebih mampu under
pressure tetapi dengan Pria
bisa terjadi konflik
Istilah, dalam berbagai
kondisi, sifat wanita yang
lebih halus jarang sekali
bicara kata-kasar sementara
pria bisa mengungkapkan
kekesalannya kapan saja
4 Bagaimanakah gaya
komunikasi gender
yang Bapak/Ibu
rasakan dalam
konteks komunikasi
kerja sehari-hari
Wanita sewaktu melaporkan
hasil kerjanya lebih detail
disertai analisa juga
perasaannya,
sementara pria melaporkan
hal yang dianggapnya
penting saja tanpa
memberikan analisa
Wanita komunikasinya
lebih baik, punya analisa,
punya target dan problem
sendiri dan mereka selalu
memberikan laporan detail
Sementara Pria tidak aktif,
maunya bermain aman dan
tidak mau di challenge
5 Apakah terdapat
generalisas dari segi
gender /suku/Ras
yang menjadi
kriteria sebagai
Negosiator atau
poisisi lainnya?
Ada, namun hanya sebagai
refferensi bukan mutlak,
karena meski ada
generalisasi sifat,
attitude/behaviour setiap
orang berbeda-beda,
Yang menjadi kriteria
sebagai negosiator adalah
skillnya, Gender tidak
memiliki pengaruh karena
pada pekerjaan umum
seperti ini, siapa saja bisa
menjadi negosiator
Tidak, karena sudah jelas
perusahaan mengumpulkan
orang-orang dengan tujuan
yang sama, buku suku atau
ras yang sama.
Kriteria nya harus memiliki
mindset yang baik, sebagai
negosiator banyak kriteria
skill,gender tidak masalah,
tapi lebih prefer perempuan.
6 Bagaimanakah sudut
pandang Bapak/Ibu
terhadap pimpinan
yang berbeda
Tidak ada masalah, tidak
ada tekanan karena skill
yang dimiliki digunakan
untuk melakukan setiap
Tidak ada masalah ya
karena pimpinan saya pria
Gender dengan
Bapak/Ibu, apakah
terdapat tekanan
kerja dilihat dari sisi
gender?
instruksi atasan. Yang
penting enjoy, kemampuan
aktif dan pekerjaan
dilakukan dengan positif
Kalau tekanan sih tidak ada,
tapi saya masih ada di level
pekerja sementara pimpinan
sudah masuk kedalam top
management, bedanya saya
kerja lebih keras saja.. itu
sudah jadi bagian pekerjaan
7 Apa manfaat dari
proses Negosiasi
bagi PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk. ?
Manfaatnya Penekanan cost
akan berefek ke semua lini
perusahaan yang lebih
besar lagi adalah manfaat
berupa keuntungan (margin)
bagi perusahaan
Negosiasi di purchasing
adalah pintu gerbang,
pengurangan cost pembelian
bahan baku dapat
menambah margin barang
hasil produksi nanti.
8 Apa Tujuan dari
proses Negosiasi
bagi PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk. ?
Negosiasi bukan semata
harga saja, tetapi nego untuk
: jadwal pengiriman, terms
pembayaran , juga dalam
hal yang lain yang
tujuannya adalah
menghindari masalah yang
mungkin terjadi sehingga
seluruh proses tidak
mengalami gangguan, jadi,
tujuan perusahaan tercapai,
Negosiasi wajib dilakukan,
karena itu bagian dari
instruski kerja (SOP) , yang
sudah diatur dengan tujuan
yang telah di target oleh
perusahaan, tujuan akhirnya
tentu mensejahterakan
karyawan
9 Apa saja hambatan
gender dalam
melakukan
Negosiasi?
Komunikasi yang tidak
lancar karena lawan bicara
tidak koopeartif(saklek,
keras dll)
Tidak ada knowledge akan
suatu masalah yang di
negosiasikan sehingga tidak
punya ‘senjata’ untuk mulai
berargument
Faktor lainnya contoh
keadaan yang tidak
mungkin atau waktu yang
tidak cukup sehingga posisi
bargaining lemah
Level dari lawan negosiator
lebih tinggi sehingga
negosiator kita kesulitan
mendapatkan bahasa yang
sama
Supplier yang recordnya
memang keras dan susah
sekali ditawar
Posibbility penurunan harga
kecil sehingga proses nego
berjalan datar
56
10 Siapa kah (Gender)
pola komunikasi
yang lebih baik
dalam bernegosiasi
di Bagian
Purchasing PT.
Multistrada Arah
Sarana Tbk. ? lalu
sipakah yang tingkat
keberhasilannya
lebih tinggi?
Gender yang pola
komunikasinya lebih baik
adalah wanita, wanita lebih
melibatkan perasaannya
sehingga , vendor tidak
hanya menilai sebagai
negosiator tetap menilai
sebagai pribadi
Tingkat keberhasilan
variatif, sama saja, tidak ada
yg lebih menonjol karena
harga sudah ditetapkan oleh
sourcenya (contoh web
online untuk memantau
harga kopi, nikel oleh
gabungan pengusaha dll)
Gender yang pola
komunikasi dan hasil
keberhasilan yang tinggi
adalah wanita
Kini Pria malah berada di
posisi yang terbalik, tidak
mampu menjaga
kompetensi dan skillnya.
Data Coding & Distilation (Minor)
No
.
Pertanyaan Narasumber 1
(Ms. EH)
Narasumber 2
(MR. LY)
1 Jelaskan identitas
dan posisi,
Bapak/Ibu di bagian
pembelian PT.
Multistrada Arah
Sarana Tbk.
Purchasing Direct Material,
Section Head . PT.
Multistrada Arah Sarana
Tbk
Sebagai Kepala Negotiator
di Section Purchasing Direct
Material
Purchasing Indirect
Material,
Section Head PT.
Multistrada Arah Sarana
Tbk.
Memeriksa semua
pembelian khususnya untuk
section indirect
2 Apakah Gender
diberikan
kesempatan yang
sama dalam
pembagian area
kerja di PT.
Multistrada Arah
Sarana Tbk.?
jika Ya, apakah ada
tuntutan untuk
memiliki mindset
yang sama dengan
gender lainnya?
ya, Gender diberikan
kesempatan yang sama
bahkan disamakan dengan
laki-laki dalam bekerja,
tidak ada perbedaan sama
sekali.
Mindset harus menyamai
gender lainnya, hukumnya
wajib.
Ya, gender diberikan
kesempatan yang sama ,
tapi PR yang lebih teknik
diberikan ke Pria.
Mindset nya, harus mindset
sebagai negosiator , gender
manapun harus mengikuti.
3 Sebagai seorang
pimpinan, apakah
Bapak/Ibu
merasakan ada
perbedaan antara
cara masing-masing
gender dalam
berkomunikasi
-Intonasi
-Gesture
-Penafsiran Bahasa
-Istilah-istilah yang
digunakan
Tidak, karena;
- Wanita kini memiliki
intonasi yang sama dengan
pria, intonasi sama kerasnya
-Penafsiran Bahasa tidak
ada masalah
-Istilah yang digunakan
tidak ada, kecuali pada saat
formal, bahasa-bahasa slank
digunakan sejajar, pria dan
wanita berbicara bukan
Ya, diantaranya :
-Intonasi wanita tinggi dan
berulang-ulang
Pada Gender, biasanya
intonasinya bisa dilihat dari
mana dia berasal, contoh:
orang ambon
Penafsiran bahasa yang
dilakukan wanita lebih
detail bahkan ada
pengandainnya
Pembawaan diri wanita
58
-dll.
karena sungkan , tapi lebih
kepada keterbukaan
komunikasi.
lebih tenang (kalem)
4 Bagaimanakah gaya
komunikasi gender
yang Bapak/Ibu
rasakan dalam
konteks komunikasi
kerja sehari-hari
Wanita tetap melakukan
pekerjaannya seperti
berkomunikasi dan
negosiasi ketika ada dalam
tekanan, pasrah dan
menjalanni sebagai mana
harusnya.
Pria dinilai sama
Wanita dan pria sama saja,
ada yang humoris ada yang
tidak, tergantung
kemampuan komunikasi
masing-masing
5 Apakah terdapat
generalisas dari segi
gender /suku/Ras
yang menjadi
kriteria sebagai
Negosiator atau
poisisi lainnya?
Ada, terutama untuk RAS
chinese karir mereka melejit
lebih cepat.
Yang menjadi kriteria
sebagai negosiator adalah
skillnya, Gender tidak
memiliki pengaruh
Tidak, di bagian indirect
terdapat suku ambon, jawa,
sunda, betawi dan semua
diperlakukan sama
Bertanggung jawab dan
punya pengalaman sebagai
negosiator, itu lebih baik.
6 Bagaimanakah sudut
pandang Bapak/Ibu
terhadap pimpinan
yang berbeda
Gender dengan
Bapak/Ibu, apakah
terdapat tekanan
kerja dilihat dari sisi
gender?
Tekanannya sangat besar ,
pencapaian diharapkan
sama dengan pria, dan
diperlakukan seperti lelaki
(bicara tanpa basa-basi) juga
tekanan yang sangat besar
bagi negosiator perempuan.
Masalah nya hanya karena
beda gender, pimpinan
indirect perempuan, jadi
cara menghadapinya,
sebagai lelaki agak harus
sabar..
Kalau tekanan muncul kalau
PR tidak segera di eksekusi
menjadi PO, barang akan
menjadi TOP urgent dan
akan bamyak kesulitan .
7 Apa manfaat dari
proses Negosiasi
bagi PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk. ?
Manfaatnya Penekanan cost
akan berefek ke semua lini
perusahaan yang lebih
besar lagi adalah manfaat
Menekan cost sebagai
prestasi departmen yang
sesuai dengan tujuan
perusahaan.
berupa keuntungan (margin)
bagi perusahaan
8 Apa Tujuan dari
proses Negosiasi
bagi PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk. ?
Menekan cost agar efektif
Mendapatkan harga yang
make sense
9 Apa saja hambatan
gender dalam
melakukan
Negosiasi?
Hambatan tidak ada, yang
penting.. tatakrama dijaga,
terutama negosiator harus
memiliki etika
berkomunikasi agar tidak
ada hambatan saat
bernegosiasi
Hambatan tidak ada
10 Siapa kah (Gender)
pola komunikasi
yang lebih baik
dalam bernegosiasi
di Bagian
Purchasing PT.
Multistrada Arah
Sarana Tbk. ? lalu
sipakah yang tingkat
keberhasilannya
lebih tinggi?
Gender yang pola
komunikasinya lebih baik
adalah wanita.
Wanita lebih halus, punya
rasa empati sementara Pria
kebanyakan egois
Tingkat keberhasilan sama
saja, tidak ada bedanya.
Gender sama saja, tidak ada
perbedaan dalam hasilnya.
60
In-Depth Interview Guide
ANALISA KOMUNIKASI GENDER SEBAGAI NEGOTIATOR DI BAGIAN
PEMBELIAN PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK.
Nama Narasumber :.........................................
Nama Peneliti :.........................................
Jurusan :........................................
Hari/Tanggal :.........................................
Selamat pagi/siang/sore . Nama saya........... (memperkenalkan diri)
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diberikan
oleh jenis gender dalam melakukan negosiasi di bagian pembelian PT. Multistrada
Arah Sarana Tbk.
“Jika Bapak/ibu tidak keberatan, saya akan merekam wawancara ini dengan tujuan
agara bisa di dapatkan semua detail dan pada saat yang sama dapat melakukan
wawancara dengan fokus. Saya yakinkan Bapak/Ibu bahwa semua wawancara ini
merupakan data yang di khususkan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Oleh
karena itu saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, mohon dapat di jawab sebagai
mana adanya’
‘Sebagai Wanita/ Pria (dengan perbedaan gender) apakah gaya komunikasi yang
Bapak/Ibu gunakan dalam bernegossasi memiliki pengaruh?’
‘ Mohon Jelaskan identitas Bapak/Ibu dalam bagian pembelian PT. Multistrada Arah
Sarana Tbk. Ini? Dan berapa banyak keterlibatan Bapak/Ibu didalamnya?’
‘Apa saja tujuan Bapak/Ibu dalam melakukan negosiasi?’
‘Apa saja manfaat yang Bapak/Ibu berkan kepada perusahan dari keberhasilan
bernegosiasi (dalam segala aspek)?’
‘Apakah ada dokumentasi keberhasilan negosiasi dan berapa persen kah negosiasi
yang berhasil Bapak/Ibu lakukan?’
‘Adakah hambatan atau kendala saat bapak/ibu melakukan negosiasi?’
‘Apakah ada masukan dari Bapak/Ibu untuk sistem negosiasi di masa datang?’
62
Fakultas Ilmu Komunikasi
Formulir Persetujuan untuk Narasumber
Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian :
1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi
dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.
2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil
negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat
melakukan negosiasi
Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini
Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta
berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,
seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman
wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama
dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk
menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.
Waktu
Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam
Resiko
Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau
sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.
Manfaat
Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu
terkait dengan topik penelitian.
Kerahasiaan
Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang
sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya
menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas
pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah
tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian
selesai.
Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk
penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa
depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan
mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.
Partisipasi
Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti
berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat
64
mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam
seluruh penelitian.
Untuk menghubungi Peneliti
Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,
Bapak/ibu dapat meghubungi :
Nama : Citra Febriani
Alamat : Jababeka Education Park,
Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka
Cikarang Baru, Bekasi
17550
Email : [email protected]
Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini
:
Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si
Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322
Email : [email protected]
Perjanjian:
Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan
keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban
apapun.
Tanda tangan : ............................... Tanggal : 28 Februari 2012
Nama : MS. WIWI TAN
Transkrip Narasumber 1
(Head of Purchasing Department Material PT . Multsistrada Arah
Sarana Tbk. : Ms. WT.)
Pewawancara : Selamat siang Bu, Saya Citra dari President University.
Dalam rangka penyusunan skripsi tentang komunikasi gender di Bagian Pembelian
PT. Multistrada Arah sarana Tbk. boleh saya mengajukan beberapa pertanyaan Bu?
Narasumber : Oke, silahkan.. sambil agak ribet ga apa –apa khan?
Pewawancara : Terimakasih Bu, enggak apa-apa, Pertanyaan berikut mohon
di jawab sesuai dengan kondisi ya Bu, tapi.. boleh di infokan dulu ga ya Bu, posisi
Ibu disini?
Narasumber : Saya menjabat sebagai kepala department Purchasing direct
di Pt. Multistrada Arah Sarana Tbk. Tugas saya mengawasi seluruh kinerja
department dan mengevaluasi hasil negosiasi...
Pewawancara : Oke Bu, pertanyaan yang pertama dimulai ya Bu... mmh... ini
Bu masih mengenai komunikasi gender ya Bu, itu kalo staff ibu , pria atau wanita
ada perbedaan intonasi ga ya Bu kalo pas lagi bicara soal kerjaan?
Narasumber : Intonasi sama saja sih ya, namanya dunia kerja khan ada
aturannya, terus kalo kita lagi diskusi ya biasa aja..
Pewawancara : Biasa aja ya? Kalo dalam keadaan tertekan atau tersudut
gimana tuh Bu? Kalau gesture nya bagaimana?
Narasumber : Ya kalo cewek sih mungkin ya ada pengaruh tapi kalo cowok
ya enggalah mestinya karena meraka lebih rasional ya walaupun cowok juga bisa
emosi berat sih, tapi kalo ditempat kita sih engga ada..
Ngga ngerti kenapa tapi gesture cewek tuh lebih bagus lho, mereka tahu cara
memposisikan diri saat tenang atau gembira, entah karena saya cewek, kadang
cowok suka over recated..
Pewawancara : Oh gitu ya Bu, kalo di Multistrada ada pen-generalisasian ga
Bu, misalnya kalo di bagian ini , bagusnya buat cowok atau yang ini buat cewek?
Narasumber : Ga ada tuh, tergantung masing-masing skill, karena gini,
sekarang ini kita sudah ga lihat lagi yang namanya gender, siapapun bisa aja masuk
66
di bagian mana aja asal punya kemampuan dan kesanggupan untuk ngelaksanain
tanggung jawabnya
Pewawancara : Oh gitu ya Bu, lalu mengenai penafsiran Bahasa Bu, itu ada
suka ada salah penafsiran dalam komunikasi Bu? Maksud saya antara cowok sama
cewek?
Narasumber : Hahaha.. itu sih tergantung penalaran dia yah, kalo misalnya
dia pinter sih ga ada masalah, ditempat kita sih ga mungkin lah ada salah tafsir
kecuali misalnya ga konsen khan bisa diulang tuh, kalo murni ga ngerti sama kalimat
yang kita kasih itu sih mesti di cek oon atau enggaknya.. hahahaha,,,
Pewawancara : Hahaha... terus Bu, hehe emang ada yang oon ya Bu?
Narasumber : Ya enggaklah, ya tapi bisa juga mungkin tapi disini ga ada..
Pewawancara : Mmh... terus ini Bu, Adakah istilah yang digunakan dan
berbeda antara cowok dan cewek Bu?
Narasumber : Engga ada ya, sekarang cewek sama cowok sama aja kok,
bedanya ya Cuma di skillnya itu aja, gimana cara dia handle kerjaan, sanggup
enggak ngerjain kerjaan, udah ga ada beda ya gitu-gituan, paling liat aja disini kalo
yang lebay ama yang ga lebay baru ada.. hahahaa...
Pewawancara : Kalau cara mereka menyampaikan laporan kerjanya Bu,
apakah gaya komunikasinya berbeda?
Narasumber : Waaa.. beda banget laa.. kalo cewek laporan lengkap dan
kita bisa gali dia, kenapa and gimananya, kalo cowok jangan harap.. kita malah
dikira mau menginterogasi. Cewek juga bisa keluarin perasaan atau pendapatnya
untuk suatu problem ya, kalau cowok ada info kasih tau yang penting-prnting,
selesai...
Pewawancara : Ibu, Ibu khan sebagai pimpinan tapi bergender perempuan
ya, itu pernah merasakan tekanan dari atasan laki-laki engga?
Narasumber : Enggak. Karena gini , kita khan kerja sama orang, kita punya
kemampuan dan kita mau patuh sama instruksi dari atasan, segala bentuk tekanan
itu jangan di interpretasikan sebagai tekanan juga ya, kalo lu mau kerja disini, ya
diikutin, kalo engga ya udah, ini kan cuma soal demand sama supply khan, dalam
kasus ini ya mesti di mengikuti setiap permintaan and semua permintaan juga emang
buat tujuan perusahaan.
Pewawancara : Jadi ga merasa di tindas gitu ya Bu?
Narasumber : Ya enggak laah..
Pewawancara : Hehehee.... kalo gitu dengan gender ibu sebagai cewek
pernah merasa dimanfaatin ga ?
Narasumber : Enggak lah (hahahahhaa) kalo posisi gue bisa aja ditempatin
sama siapa aja, intinya mao dia cewe mao dia cowok, sama aja, yang pemting sih
enjoy ya, kita harus punya kemampuan aktif dan semua pekerjaan dilakukan dengan
positif tanpa ada fikiran ini pantesnya cowok yang ngerjain atau cewek yang
ngerjain..
Pewawancara : Kalo tugas Ibu pantesnya dikerjain gender mana?
Narasumber : Ya kalo menurut aku sih cewek lah hahaha.. ya liat khan
kerjaan aku kebanyakan nego...
Pewawancara : Ohhhh... heheh, lanjut ya Bu, apakah karyawan disini
diberikan kesempatan yang sama , apapun gendernya?
Narasumber : limitasinya sih bidang tertentu ya, kalo pekerjaan umum kaya
tempat kita gini khan ga ada limitasi, hajarrr aja terus.. hehe.. ya palingan juga kaya
regione middle east, tuh kita prefer lebih baik cowok yang berangkat kalo misal kita
perintahin untuk visit.. mmhh... ya agak ngeri sih
Pewawancara : Masalah kemanan ya ibu?
Narasumber : Iya masalah keaamanan
Pewawancara : Oh berarti itu mah faktor internal ya Bu, bukan eksternal?
Narasumber : Iya bukan, kita emang ga ada sih peraturan dalem yang kaya
gitu, soalnya cewek juga ke beberapa negara sana da pergi juga, ya ga mutlak lah ,
tergantung...
Pewawancara : Heee... , oh ya Bu, ada lagi Bu... ini mengenai kerjakeras
apakah wanita dalam dirinya dituntut bertransformasi kedalam fikiran pria?
Narasumber : Hehe.. enggak lah.. enggak gitu juga, maksudnya tuh apa
yang cowok bisa belum tentu cewek ga bisa, maksudnya ya cewek juga bisa lah, ada
hal tertentu cewek dari segi bargaining power, walopun perbedaan gender ditempat
kita ga ada, tapi di dalam proses kerja passioinate teliti cewek lebih bagus lho,
karena semua point-point kelebihan orang berbeda-beda maka ga harus kita punya
fikiran cowok, yang enggak punya baru lah kita colaborate with them.
Pewawancara : Wow, cewek emang udah hebat-hebat ya ibu?
68
Narasumber : Iya dong, hehehe
Pewawancara : Nah trus ibu kalo wanita dalam komunikasi dan pekerjaannya
dia mengaitkan akal dan emosi ga sih ya ibu?
Narasumber : Oh pasti, enggak mungkin enggak., udah settingan awalnya
mereka udah begitu, dari dulu, emang begitu, cewek pake hati dan emosi, sekali lagi
memang treatment perbedaan gender ga ada tapi diakui, cowok kalau lagi ngomong
sama cewek itu pasti ga tegaan, mao keras tapi sungkan, tapi ya ada positifnya juga
ya misalnya cewek bisa aja pas lagi negosiasi pake hati, jadi proses negonya lebih
persuasif, lebih lembut gitu deh.. tapi ya enggak selalu mengutamakan hati emosi
juga ada tempatnya.. kadang macem kerjaan khan ada tombol mana nih yang harus
di aktifin misalnya alarm pertimbangan lain, personal experience.
Pewawancara : Ya betul... betul... nah kalo ibu wie sendiri gimana? Khan dari
pekerjaan ibu wie punya agenda bisnis travel, sebagai perempuan ada ketakutan ga
masuk ke negara baru dan bekerja di negara tersebut
Narasumber : Sebenarnya sih ga ada kesulitan yang bener-bener bersifat ke
spesifiknya si gender ya, tapi khan tiap tempat itu beda-beda ya, iklimnya,
budayanya, bahasanya, jadi mau itu cowok atau cewek yang punya agenda bisnis
keluar harus ada kemampuan beradaptasi. Kalo aku kemana juga oke kok, ga ada
hambatan, mau ke Amerika ok, jepang ok, mereka khan negara-negara modern,
jangankan mereka, negara kecil lainnya pun welcome kok , jadi ngga seseram jaman
dulu dimana ada gambaran kalo cewek diluar negeri sendirian kesannya nekat
banget, sekarang udah engga kok, dunia jadi lebih kecil dan semua tempat ga terlalu
asing, karena sebelum kita kesa... (narasumber memanggil anak buahnya dan
sementara terhenti wawancaranya)..
Narasumber : Sorry, interups bentar. Jadi kalau kita mau kesana, kita cek
dulu musim apa disana, lagi ada public holiday atau ga, lagi ada agenda apa,
bukannya apa apa, kita mesti prepare buat persiapan adaptasi juga khan? Walau
durasi tidak terlalu lama tapi kita mesti preventif terhadap kesehatan dan kebutuhan
kita pribadi. Contohnya nih ya, kita sakit , itu mau engga mau bikin repot
kepentingan bisnis disana khan?
Pewawancara : Kalau sakit disana gimana tuh ibu?
Narasumber : Rekan bisnis pasti bantu juga kok, tapi
ya mereka punya batasan, karena Bisnis relationship is bisnis relationship, jangan
ntar disana kita nanya atau minta dibeliin pembalut karena kita mendadak datang
bulan. Kan dapet tiap bulan tuh, ya di cek aja periodenya , jangan sampe susahin
orang juga, fikirkan bangaimana caranya biar ga mengganggu
Pewawancara : wah penting banget itu infonya ibu..
Narasumber : iya la..., terus apa lagi pertanyaannya?
Pewawancara : Hehee... masih banyak ibu, punten yah...
Narasumber : ya gpp..
Pewawancara : Ini ibu, soal kesepakatan dalam bernegosiasi , misalnya
sudah terjadi diskusi yang panjang dengan lawan gender, tapi ga ada hasil, nah
bagaimana itu ibu supaya ada kesepakatan?
Narasumber : Mmhh.... kalo diskusi antara cowok –cewek trus mentok ya
kita cari jalan tengah yang win-win solution, tinggal jelasin masing-masing mau ke
arah mana gitu, otomatis kalau masih mentok kita harus cari pihak ke – 3 untuk
menengahi and how to solve the problem.
Kalau di dunia bisnis sih saya rasa ga akan mentok ya, sekalipun mentok bukan
karena komunikasnya tapi itu aku rasa lebih ke keinginan perusahaan lah, kita
ketemuan dan diskusi kan sudah jelas agendanya apa, batasannya apa, bisa lah itu...
Pewawancara : Tapi kalo secara individu bisa ga tuh ibu ya mentok dan..
misalnya, perang mulut?
Narasumber : Ya bisa aja dong, kita khan manusia kadang kita ada capek,
kesel, kadang ga sengaja kebawa atau terlampiaskan kesana... itu balik ke karakter
masing-masing la, how maintain their emotion kalo gitu
Pewawancara : Oh iya ibu, hehee..
Narasumber : Apa lagi?
Pewawancara : Keganggu ya ibu, maaf nih ibu tanggung pisan..
Narasumber : Ga apa apa sih biar cepet aja maksudnya... (melirik jam
tangan)
Pewawancara : (Jam 11.50 menit) Wah udah mau makan siang ya ibu?
Narasumber : Iya nih kalo kamis , big boss suka dateng dan suka ngajak aku
makan keluar, kamu ntar balik lagi kesini ya setengah jam lagi, aku makan dulu ya
Pewawancara : Oke ibu...
70
*wawancara terhenti selama kurang lebih satu jam*
Pewawancara : Ibu bisa dimulai wawancaranya? *bertemu di lobi kantor*
Narasumber : Naik yah 10 menit lagi, aku toilet bentar...
Pewawancara : Oke.., heheh sorry lho ibu, jadi keganggu terus-terusan nih..
Narasumber : Ya ga apa-apa kok..
Pewawancara : Iya ibu, thanks lho
Narasumber : Lanjut deh... mmhhh.. tapi cepet ya... soalnya aku ada mo
meeting setengah jam lagi...
Pewawancara : Dikit lagi kok ibu ini mah.. heheh.
Ini ibu yang selanjutnya nih, hehehe,,, mmhhh.... tentang suku atau Ras ibu, kita khan
banyak nih ibu beragam orang-orangnya disini, nah itu di generalkan ga ibu?
Narasumber : Mmhh.. gimana ya, sebenarnya sih bukan dari ras atau suku
bangsa orang itu lho, tapi lebih gimana nature –nya dia, bawaanya dia, itu bukan
karena ras atau suku, tapi mereka khan punya budaya yang punya kecenderungan
otomatis kita manfaatin dia ketempat yang tepat.
Contoh, orang solo khan identik lembut dan halus bahasanya, nah kita tempatin dia
di bagian administrasi misalnya, tapi ada excuse juga ,engga semua orang Solo
begitu khan, kalo generalisasi ini sifatnya ada, tapi hanya sebagai refferensi, bukan
mutlak.
Pewawancara : Nah, kalo dari gendernya, ibu?
Narasumber : Nah, itu tadi yang aku bilang itu lohh, gender sekarang udah
setara, yang membedakan hanya skill saja, misalnya dulu orang lebih suka cewek
biar rapih di posisi adminstrasi, filling gitu, kalo sekarang engga bisa gitu,
pengalaman aku sih ya malahan ada yang cowok yang rapih banget malah
ditempatin di administrasi dan yang cewek berantakan ga karu-karuan.
Kebalikannya malah anak buahku kebanyak cewek-cewek , dan galak-galaknya minta
ampun hahaha.... Gender ga ngaruh sih ya, selama mereka punya kemampuan,
cowok bisa jadi cewek dan sebaliknya.
Pewawancara : Wah, ini kesetaraan gender atau malah penjajahan
gender ya ibu, kok jadi terbalik hahaha...
Narasumber : Nah itu khan, kalo sekarang kita bicara kesetaraan gender ya
kita merasa ga ada lah, tapi ya ini khan dilingkungan kita aja ya, kalo keadaan
diluar sih aku ga tau ya, pada level yang lebih kebawah mungkin masih ada
perbedaan treatment gender yah... aku ga tau deh ya...
Pewawancara : hehee, lanjut y a ibu...
Narasumber : (mengangguk )
Pewawancara : Ini ibu, hehehe.....apakah di bagian ini dibentuk satu
komunikasi kelompok untuk menghadapi kelompok luar?
Narasumber : ya iyalah pasti, karena sebagai negosiator kita akan bicara
face to face dan fakta yang dibacarakan harus satu banding satu, artinya semua
bagian dalam bagian pembelian harus punya satu suara... dan sebagai tambahan
satu suara itu harus di buka oleh satu pintu yaitu negosiator, dalam hubungan proses
kerja, memang begitu.. tidak boleh negosiator bicara berbeda dengan pihak luar
tetapi tidak sesuai dengan kondisi internal, itu bisa menimbulkan problem-problem
yang tidak diinginkan
Pewawancara : oh, misalnya apa aja tuh ibu, problem-problemnya?
Narasumber : Banyak lho, contoh kecil saja ya jika ada perbedaan antar
fakta di internal dengan yang diungkapkan di eksternal perusahaan, contohnya, kita
menganggap pengiriman dari supplier tidak masalah minggu depan, padahal
internal kita sudah megap-megap kehabisan barang, nah itu khan merugikan citra
dalam perusahaan kita karena terbukti bahwa komunikasi kita sebenarnya kurang
bagus ya..
Pewawancara : Ohhh... oke ibu, selanjutanya ya, ibu, kalo mmm...itu ibu,
peran gender dalam bernegosiasi apa ibu?
Narasumber : Memang skill-nya ya, tergantung pribadinya yah, tapi kalo
gender sih jelas ngga jadi peranan, maksudnya gini, masing-masing kalo punya skill
ya bisa berhasil bisa juga gagal
Pewawancara : Kalo hambatan perempuan untuk bernegosiasi apa ya ibu?
Narasumber : Tergantung lawan mainnya ya, kadang-kadang ada supplier
tertentu yang cocok di nego oleh cewek, maksudnya perusahaan tersebut agak
fleksible atau lebih ga tega kalau yang nawarnya cewek, tapi ada juga yang enggak
mau ditawar sama siapapun berarti perusahaan tersebut sudah kaku.. mmm,
maksudnya ga ada kesempatan untuk nego-nego lagi deh.
72
Pewawancara : Kalo dilihat dari gender itu ibu, antusiasme dan motivasi
yang lebih tinggi adanya di cewek atau cowok ya ibu?
Narasumber : Nah itu dia sih citt... tergantung passionnya orang yang
bersangkutan itu kali ya, yang mana yang lebih passionate ya tergantung orangnya.
Kalo misalnya dia jago negosiasi tapi dia ogah-ogahan ya ga ngaruh juga, misalnya
dia bilang, ah bodo ah, dont care, whats for . Jadi ga mesti punya capability terus
berhasil nego, kalo dia enggak capable tapi dia niat banget, mau fokus, ya itu juga
mungkin bisa berhasil.
Sementara kalo dari aku sih yang bisa bikin termotivasi ya gaji sm passion disatuin
jadi aku mau fokus dan sungguh2
Pewawancara : Iya sih ya ibu hehe, mesti kombinasi ya, memang kalau
keuntungan bernegosiasi itu besar pengaruhnya ibu?
Narasumber : Pasti dong! Khan mendapatkan harga yang bagus artinya
bisa menekan cost. Penekanan cost itu efeknya kemana-mana nanti ujung-ujungnya
kita bisa jualan product dengan harga bagus lah. Lagipula yang namanya hidup ini
ga lepas dari namanya negosiasi lah, orang nego gaji, orang nego di mangga dua
dimana-mana ada nego lah
Pewawancara : Ke tukang kredit juga nego kali ya ibu,
Narasumber : Nah tuh khan, nego juga pas mao ngutang khan? Hehe...
Pewawancara : Berarti nego tuh wajib ya ibu?
Narasumber : iya lah, dimana mana ga mungkin ga ada negosiasi dalam
hidup. Kita sebagai priibadi aja kalau mau melakukan pengeluaran pasti mikir dulu,
nego-nego dulu, apalagi perusahaan yang pembeliannya dalam skala besar, wah itu
sudah kewajiban dong,
Pewawancara : Berarti setiap kali kita mau ada pembelian, kita nego dulu ya
ibu, di perusahaan?
Narasumber : Ya yang namanya nego khan bukan hanya nawar harga aja,
negoin jadwal nya, negoin lama pembayarannya, ya pokoknya untuk menekan sekecil
mungkin cost berlebih dan bukan kita aja ya yang melibatkan negosiasi dalam hidup
kita, tapi mereka juga mungkin bernegosiasi dengan kita untuk mendapat
keuntungan.
Pewawancara : Supplier ibu?
Narasumber : Ya semuanya
Pewawancara : ]Trus kalo gender punya hambatan ga dalam melakukan
negosiasi?
Narasumber : Apa aja ada khan, yang orang di ajakin nego saklek kek, atau
kita nya yang ga punya senjata buat ngelawan, ga punya knowledge-nya, belum lagi
kalo ada masalah-masalah luar yang membuat nego engga berhasil
Pewawancara : Masalah luar yang gimana ibu?
Narasumber : Ya contohnya, kita mau jual ban khan ya? Udah nego capek-
capek sepakatin sama si A, kirim tanggal sekian, sekian, ga tahunya Bannya di
pabrik gagal produksi. Nah kalo gini, yang awalnya terjadi negosiasi yang
disepakati, timbul masalah baru yang di negosiasi ulang, itu contoh diluar negosiasi
mengenai harga ya.. banyak lah pokoknya... yahh.. mmmh tapi banyak juga yang
berhasil yaitu tergantung tiap kasus lah..
Pewawancara : wah menarik ya ibu, sepertinya gender sama sekali ga jadi
problem di PT. Mulstitrada Arah Sarana Tbk. ?
Narasumber : (Menggeleng) ... Sekarang nih, malah perempuan yang lebih
maju nih ya, aku fikir sih gitu...
Pewawancara : Baik Ibu Wie, semua pertanyaan sudah dijawab, saya
mengucapkan terimakasih atas kesediannya menjadi nara sumber dalam penelitian
skripsi saya.
Narasumber : Ya, sama-sama...
74
Fakultas Ilmu Komunikasi
Formulir Persetujuan untuk Narasumber
Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian :
1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi
dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.
2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil
negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat
melakukan negosiasi
Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini
Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta
berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,
seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman
wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama
dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk
menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.
Waktu
Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam
Resiko
Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau
sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.
Manfaat
Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu
terkait dengan topik penelitian.
Kerahasiaan
Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang
sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya
menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas
pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah
tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian
selesai.
Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk
penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa
depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan
mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.
Partisipasi
Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti
berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat
mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam
seluruh penelitian.
76
Untuk menghubungi Peneliti
Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,
Bapak/ibu dapat meghubungi :
Nama : Citra Febriani
Alamat : Jababeka Education Park,
Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka
Cikarang Baru, Bekasi
17550
Email : [email protected]
Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini
:
Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si
Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322
Email : [email protected]
Perjanjian:
Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan
keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban
apapun.
Tanda tangan : ............................... Tanggal : 29 February 2012
Nama : Mrs. EH
Transkrip Narasumber 3
(Section Head of Purchasing Department PT . Multsistrada Arah
Sarana Tbk. : Mrs. EH.)
Pewawancara : Selamat Siang Bu Ika, saya citra dari President University,
mau ada beberapa yang ditanyakan mengenai Purchasing boleh ya Bu?
Narasumber : (sambil memegang handphone) Kayanya masih pagi deh...
hehehe boleh...
Pewawancara : Oh masih pagi yah.. hehehe. Ini judul skripsi saya khan
mengenai komunikasi gender di bagian pembelian PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk., boleh tanya-tanya ya Bu.. Boleh jelaskan identitas Ibu terlebih dahulu ?
Narasumber : Nama Saya ER. Saya sebagai negosiator Section Head, saya
dua level dibawah manager Pembelian PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
Pewawancara : Terimakasih Ibu, langsung saya tanyakan mengenai diskusi
antara pria dan wanita apakah pembicaraan mereka memiliki intonasi yang
berbeda?
Narasumber : Enggak ada ya, dulu mungkin laki-laki memiliki intonasi
suara yang tinggi, sekarang perempuan juga banyak kok yang ngomongnya pada
keras hehe..
Pewawancara : Hehe, ada generasliasi ga sih Bu untuk laki-laki dan
perempuan?
Narasumber : Ibarat lagu ya tidak semua laki-laki...heheh dan tidak semua
perempuan di generalisasikan berdasar kelompok, di dunia kerja seperti ini sudah
sama saja antara pria dan wanita karena tugas dan tanggug jawab mereka tidak
pernah ada perbedaan jika posisi tersebut bisa diisi baik oleh pria atau wanita
Pewawancara : Kalo pria atau wanita itu dalam bicara suka memakai istilah
Bu?
Narasumber : Dalam kondisi formal istilah yang digunakan untuk diskusi
tentu istilah formal, diluar itu mereka menggunakan bahasa slank sehari-hari atau
istilah informal dan sekarang pria dan wanita ketika berbicara ada di posisi yang
sejajar, bukan karena dia laki-laki makanya kita harus hormat sama dia, bukan gitu.
78
Pewawancara : Disini kebanyakan buyernya perempuan ya Bu, itu sering
mendapatkan tekanan ga Bu?
Narasumber : Tekanan, wah sangat yah. Kita sebagai perempuan di
posisikan sama dengan lelaki dengan harapan adanya pencapaian yg sama dengan
mereka. Ya,, memang kita bisa mampu sih, sebenarnya kita di minta untuk berfikir
seperti lelaki mamandang masalah itu mudah aja, kita bisa.. Cuma untuk
diperlakukan seperti lelaki itu yang kadang masih membuat kita ga nyaman, kaya
misal kita di beri perintah dengan ucapan yang langsung, atau mengabaikan
perasaan-perasaan kita. Sebagai perempuan saya akui sensitivitas dan emosional
bisa membakar semangat tapi sebaliknya, bisa juga menghanguskan seluruh
semangat saya.. hehehe .. tapi kita khan ga mungkin bilang sama atasan kita kalau
kita lagi ada masalah pribadi, kita selalu berusaha tampil sebaik-baiknya aja di
depan semua orang dengan harapan kita bisa disetarakan dengan laki-laki dan
mendapatkan hak seperti laki-laki.
Tapi ya itu...mmmmhh kita kadang hati kecil ingin menjerit, misalnya waktu hamil
muda dibawa boss ke tempat penyimpanan kimia , wah itu khan bahaya banget buat
janin, tapi kita kalah sama rasa ga enak, sama rasa malu. Kita khan di gaji jadi
mestinya all out kerjanya, total. Sambil berdoaaa terus terusan di jalan, semoga ga
terkontaminasi, semoga ngga sakit. Itu sih kayanya ya..
Pewawancara : Nah itu, sebagai perempuan merasa ada yang dimanfaatkan
ga ya Bu?
Narasumber : Ya mungkin yang tadi saya cerita ya perempuan ini sangat
persisten terhadap tekanan, mereka ga bisa lari dan pura-pura bahwa semua kerjaan
sudah beres. Mereka akan berusaha memunujukan setiap waktu bahwa mereka
sanggup dan pekerjaan berada ditangan yang tepat.
Kalo dimanfaatkan dari segi posisi kita khan jarang komplen atau berargumen sama
atasan, kita tetap sharing informasi kerjaan, tapi bentuk komunikasi itu bukan two
way communication tapi one way. Karena meskipun ada pancingan untuk
memberikan feedback yang berbeda dari yang diharapkan atasan, perempuan tetap
akan berpura-pura bahwa mereka setuju tentang apa yag diperintahkan, kita
perempuan ini mengobati segala ketidakpuasan dengan berbagi sesama rekan dan
bercerita ; betapa tidak mengertinya boss kita, Tetapi setiap kita di review kita akan
lagi-lagi menjawab bahwa kita tidak memiliki problem apa-apa, begitu sih yang saya
alami hehehe.. jadi terus aja begitu kaya lingkaran setan, kerja tapi ada ngebatinnya
juga.. hehehe
Pewawancara : Tapi banyak informasi bahwa sekarang perempuan mulai
mengeser posisi pria di dunia industri, lho bu... jadi no wonder kenapa perempuan
bisa maju ya Bu
Narasumber : Oh gitu, mungkin kali yah?
Pewawancara : Iya dari penjelasan ibu tadi bahwa perempuan adalah typikal
yang paling cocok karena kebanyakan menghindari konflik terutama berusaha untuk
tetap memenuhi instruksi atasan. Ini saya Cuma ngambil kesimpulan dari yang ibu
jelaskan tadi, belum valid bu,, hehehe
Narasumber : Wah gitu ya.. hehe..
Pewawancara : Tapi menurut ibu apakah itu sudah menjawab pertanyaan
bahwa kini Gender telah diberikan kesempatan yang sama?
Narasumber : Ya, saya fikir demikian ya. Kalo di dunia pekerjaan umum
seperti itu, bukan hanya untuk wanita juga lho cit, kini priapun sudah bersaing
secara terang ternag untuk mendapatkan pekerjaan wanita, misalnya menjadi koki
khan? Banyak ajang seperti masterchef , bahkan the amazing race itu, pernah liat ga
cit, yang kompetesi traveling ke beberapa penjuru dunia? Nah bayangkan seorang
perempuan yang mampu mengikuti ajang seperti itu.. nah itu. Gitu gimana kita
dalam gender udah ga ada pengkotak-kotakkan lagi sih ya..
Tapi mungkin ya... seperti misalnya orang-orang di suku pedalamaan, itu karena
masih di ikat adat, kaya contoh saya ini orang batak , kami khan ada tu mama orang
kita punya pariban, tapi saya malah nikah sama orang padang yang secara budaya
sebenarnya laki-laki lebih mahal atau berharga yah.. sebenarnya kita udah ga
terlalu lagi di ikat budaya ya.
Pewawancara : Berarti efek modernisasi mengubah sudut pandang gender
juga ya Bu?
Narasumber : Iya sih semakin pintar itu orang, semakin luas pergaulannya,
orang tersebut bisa memilih untuk tetap mengedapankan nilai budayanya atu enggak,
tapi yang ada sekarang udah makin keblinger cit, bersaingnya udah ga sehat nih,
masa mentang-mentang gender disetarakan, misalnya, kita mau naksiran ama cowok
, eh saingannya ama cowok juga, hahahaa....
Pewawancara : Hahaha, maksud ibu homoseksual itu Bu?
Narasumber : Ya semacam itulah hahahaha..... ya ini sih ga tau ya saya
asal contoh saja
Pewawancara : Mmhh kalo contoh dari perempuan itu gimana Bu?
Narasumber : Dari perempuan yaah... gampang aja contohnya, saya ini
khan orang kampung yah di pedalaman Tarutung sana dan saya ini lahir dikeluarga
besar, sepuluh bersaudara lho, masa kecil saya itu ya diseputaran sawah dan sungai
80
ikut bantu orang mamak dan orang bapak, nah.. lulus SMK saya merantau ke
jakarta, wah tidak kuat sekali ya bathin saya, dunia seperti diputar 180 derajat, saya
nangis setiap hari.. tapi memang mungkin ada apa ya.. semacam.. kekuatan untuk
survive yah di setiap diri orang-orang, maka saya mulai belajar membaur dengan
budaya yang umum yang sangat asing dimana setiap budaya bertabrakan , lihat aja
disini semua orang jenis kaya gimana ada semua.. jadi saat saya menjadi orang
jakarta sebagai tanda kutip, saya telah menyebrang sangat jauh bukan hanya dari
tempatnya tapi juga budayanya. Karakteristik saya sebagai divison head secara
otomatis membuat saya menjadi dominan dalam keluarga, bahkan ketika saya pulang
ke medan, sebagai anak bungsu, saya malah dituakan dan dimintai pendapat yang
sebenarnya bukan kapasitas saya, dalam artian, sudah ada pergeseran nilai, bahwa
biasanya anak laki-laki yang dituakan, ini saya sudah anak perempuan, bungsu pula,
hahaha,.. begitu ya, kurang lebih, mudah-mudahan nyambung ya sama
pertanyaannya heehe
Pewawancara : Nyambung ga yah? Heheh.. nyambung kok Bu...makasih
sharenya.. terus... mmm ini bu pertanyaan selanjutanya, tapi kayanya udah terjawab
juga di yang tadi ya bu, itu yang wanita melibatkan emosi nya dalam bekerja?
Narasumber : Ohh iya yang tadi itu khan dibahas, untuk mendapatkan
pengakuan dan dianggap setara dengan gendernya , kita ni biasa menyembunyikan
perasaan didepan, atpi di belakang kita bisa nangis karena terlalu sakit hati atau
kata-kata terlalu ga pantas untuk diterima oleh perempuan kaya kita.
Pewawancara : Tapi kalau misalnya kita share Bu, ke atasan mungkin bisa
cari solusi yang baik ya Bu, mengenai apa yang kita tidak sukai, kalo kita diam aja
mungkin dia ga tau Bu kalo sikapnya menyakiti kita misalnya?
Narasumber : Yah complicated sih cit ya.. dalam artian gini, atasan kita itu
bukan teman atau saudara yang bisa kita minta supaya dia memperlakukan kita lebih
baik. Ini khan sisi lain dari diterimanya wanita ya ini cit, pasrah aja, dibilang kita
kaya gimana, tetap sabar, kalo perempuan sadar sih ya dan pertimbanngannya
banyak, kalo mau kerja sama orang ya harus begini, yang penting jangan bawa
kerumah, kasihan anak dan suami, sampe rumah kita tuker seragam lagi jadi
seragam ibu rumah tanga. Yah kalo menurut aku sih ini hati perempuan ya luar
biasa sekali.
Pewawancara : Wah saya terharu banget Bu, kagum sama perempuan
pekerja yg berumahtangga juga, terus Bu, ibu apakah kalau sedang ada dinas ke luar
negri atau keluar kota ada kesulitan beradaptasi?
Narasumber : Enggak lah, enggak jadi masalah, perempuan khan cukup
tahu tempat ya, misalnya, saya lagi di china, saya kesini lagi mau urus exhibition,
jadi fokuus aja dulu. Nanti kalo sudah waktunya fokus yang lain ya tinggal ganti
seragam lagi, jadi apalagi.. saya rasa kita cukup mudah untuk beradaptasi, lagipula,
perempuan itu khan mudah untuk menghibur diri sendiri, jd ga ada masalah...
Pewawancara : Ibu pernah mengalamai kesulitan dalam bernegosiasi dengan
orang yang berbeda sudut pandang?
Narasumber : Kalo berbeda sudut pandang ya hampir setiap hari, tapi
kesulitan ga ada ya..
Pewawancara : Nah Bu, apakah disini terjadi generalisai ras atau suku?
Narasumber : Hmm.. sensitif sekali ya topiknya, hahahaa, ras... ras... yah
ada... saya sudah 15 tahun lebih bekerja disini dan saya bisa mengatakan bahwa ras
chinese paling cepat naik pangkat.. semacam itulah..
Pewawancara : Hoo mungkin karena management atas kebanyakan ras nya
chinese ya Bu?
Narasumber : Ya mungkin juga...
Pewawancara : Nah bu bagaimanakah peran gender dalam bernegosiasi Bu?
Ini sebenarnya inti nya mau tanya Bu, khan Negosiator wanita dan Pria ada di
perusahaan ini ya.. ada perbedaannya ga ya Bu?
Narasumber : Peran Gender ya? Peran gender kalau menurut saya ni ya,
sebenarnya ga ada perbedaanya sih jadi peranananya sama aja , karena soalnya
mereka khan melakukan negosiasi untuk mendapatkan hasil yg maksimalnya, iya
khan?
tanpa melihat apakah dia wanita atau pria tapi yang menjadi hasil akhir di lihat
dari hasil negosiasi tersebut, tapi yang jelas gini.. ada beberapa hal sih yang
membuat mmhhh... negosiasi itu bisa berhasil dengan maksimal ataupun berjalan
baik atau sukses, diantaranya pengalaman dia tentang apa yang dia nego,
pengalaman dia , pengetahuan dia, sebesar apa dia menguasai nego tersebut ada
kelemahan dan kelebihan dalam material itupun dia harus tahu perbedaan produk
satu dan lainnya
Pewawancara : Jadi tidak ada perbedaan dalam gendernya ya Bu?
Narasumber : Enggak lah.. jenis jender masalah kesekian, enggak menjadi
masalah
82
Narasumber : Tadi khan ada jawaban ibu, hasil yang menenentukan
negosiasi, di bagian pembelian, Kalo hambatannya bu? Berdasarkan gender ada
hambatan ga Bu? Ada perbedaannya?
Narasumber : Menurut pengalaman saya sih ga ada ya , ga ada
hambatanya, kecuali gini.. mmmhhh... tapi gini.. ini perempuan atau wanita sih? Oh
wanita ya? Kadang-kadang perempuan lebih halus jadi kalau dihadapi laki-laki
lebih bisa diterima, apapun gender yang menego hasilnya mungkin bagus. Nah laki-
laki kalau sama laki-laki kalau bernegosiasi sebagai gender ada perbedaan yang
mungkin lebih ke penjagaan hubungan bisnis, jadi mereka ga ada kaitan secara
perasaan atau emosional.
Pewawancara : Kesan ibu tentang negosiator perempuan, gimana Bu?
Narasumber : Perempuan itu tahu, apa ya.. tata krama kali ya..tapi lebih
banyak basa-basi, lebih banyak ngomong, yang lawan pembicara pun ada yang
males juga menanggapi, kasih aja jawaban aja secepatnya hahaa..
Pewawancara : Khan ada semacam komunikasi non verbal, misalnya
perempuan lebih banyak bicara membangun koneksi atau laki-laki lebih dominan
pembicaraan, itu terjadi ga ya, Bu?
Narasumber : Enggak, karena gini.. Ini berdasar pengalaman juga ya..
Pertama, kadang karena kita begitu banyaknya kapasitas kerja sehingga membuat
kita itu terbatas untuk komunikasi , terutama negosiasi, langsung to the point saja,
ngomong apa adanya, yg penting khan mereka tahu apa yang kita maksudkan khan?,
Yg kedua kita tahu sifat dan karakter supplier kita jadi istilahnya merekasudah punya
koneksi lah atau saling pengertian.
Jika perempuan bicara terlalu banyak, maksudnya kadang-kadang khan kita tidak
selalu bertukar informasi , nah ada kalanya kita basa-basi menanyakan keluarga
atau kesehatannya, itu wajar saja tapi tidak terlalu banyak juga, karena memang
tidak pantas dan bukan pada tempatnya.
Pewawancara : Kalau mengenai tata krama dan kesponanan dalam
berbahasa, menurut penelitian wanita jauh lebih sopan ya Bu, apakah ada
pengaruhnya ke negosiasi?
Narasumber : Betul, itu.. itu.. saya stuju.. Perempuan itu punya rasa empati
dan laki-laki lebih egois, tapi itu pun tdk menghambat sih, saling penegrtian aja. Ya
sama juga ada lho laki-laki yang halus seperti perempuan, basa-basinya , Ada juga
laki-laki yang baik Tapi kalo ditanya tadi perempuan jauh lebih baik dalam beretika.
Dalam hal negosiasi memang kita harus ada kode etik dan tata krama komunikasi ya
harus dipelajari juga dan ada kata pembuka dulu dan tatacara berkomunikasi, kita
namanya di dunia kerja khan harus ada etika juga, khan harus ada pembukaan,
cerita dulu, nah.. itu dianya..
Perempuan sama permpuan itu memang lebih apa ya dibilangnya ya... lebih mmhh...
rada, agak susah- susah ya komunikasinya mungkin ada kali ya cewek... jeruk makan
jeruk.. tp kalo di dunia kerja untuk negosiasi begini kalau dia supplier lama, pemain
lama, ataupun rasaku sih ga ada hambatan, kita udah tahu sikap negosiator si A, si B
si C, kalopun ada sifat-sifat yang ikut Masuk udah saling ngerti, Kita sudah tau sifat
negosiasi si A si B kalo ada yg tidak ngerti Kalo di awal sebagai pemain baru kalo yg
lama yg sudah eksperience.
Tapi bagauimnapun gini.. yang harus ditekankan itu satu bahwa kita harus tahu
tata krama etika, ngomong apa pada tempatnya, kita harus memiliki kalimat yang
memiliki nilai untuk disampaikan, yang layak untuk disebutkan.
Pewawancara : Membahas mengenai antusiasime dan komunikasi Bu, apakah
ada perbedaan dalam gender?
Narasumber : Kalo antusiasme perempuan lebih antusias di tempat kita
kerja ya dalam hal negosiasi, kalo mungkin untuk kerja keras , tenaga kasar, teknik,
laki-laki lebih antusias
Narasumber : Mengenai kegagalan dalam komunikasi bernegosiasi itu ada
pengaruh gender ga ya Bu?
Narasumber : Nih, Kegagalan bernegosiasi, gender gagal itu ga pengaruh,
Nih.. kembali ke gender kalo sifat mungkin tidak, tapi kalo level mungkin
berpengaruh, misalkan level paling bawah hasil negosiasi tidak maksimal, karena
negosiasi itu khan bisa dilakukan berbagai lapis. Nego pertama itu mungkin
dilakukan oleh lapis paling bawah dan kemungkinan besar waktu dilakukan nego
oleh lapis mungkin bisa menurunkann harga atau bisa juga dia tidak turunkan, tapi
yang jelas masalah gender tidak mempengaruhi.
Tapi yang jelas Kalo menjadi buyer/negosiator itu ya ga bisa sembarangan, ada
ilmunya, jadi kalau kita bernegosiasi ga sembarang, kita harus punya data. Kita
harus bekali diri kita. Nah dalam penentuan harga kita harus tahu source dari mana
jadi bukan hanya kita lempar harga asal segini tepatnya, ya engga.. enggak gitu..
Pewawancara : Kemampuan gender dalam berkomunikasi Ibu?
Narasumber : Ahhh.. sebenarnya engga ada pengaruh mengenai gaya
komunikasi, dasarnya apakah winwin solustion itu bisa didapat jadi supplier harus
merasa diuntungkan juga dalam range tertinggi, misalnya,.. jadi yang saya maksud
Maksud saya gini, kemampuan orang komunikasi itu han tergantung karakter juga
suku di bangsa kita .. kaya gue nih suku batak hahahaha... jadi orang fikir wah orang
84
batak ngomongnya asal ginigingigini , tapi ya engga juga khan, kita tidak boleh
menyepelekan bahasa , kalima dan etika etika dalam berkomunikasi.
Pewawancara : Manfaat negosiasi itu apa ya Ibu?
Narasumber : Kalo untuk negosiasi manfaatnya wah itu bagus banget, jadi
gini.. kerja kita khan tergantung SOP dan assesment ya kalau kita nego ya berarti
kita menjalankan assesment, menjalankan prosedur, sebagai negosiator khan
memang di tempatkan sebagai orang yang ahli bernegosiasi, mengenai keuntungan
untuk perusahaan pasti dampaknya besar, itu khan pengurangan cost, dimana-mana
pengurangan cost bisa menumbuhkan margin yang sehat.
Pewawancara : Berarti negosiasi itu sifatnya wajib dilakukan oleh para
negosiator ya Ibu?
Narasumber : Iya, wajib sekali...
Pewawancara : Ada tambahan ibu atau masukan?
Narasumber : Sistem negosiasi berhubungan dengan menagemen atas ada
prosedur yang lebih jelas lagi dalam pembatasan amount nego, katakanlah manager
masa nego harga 500 rb, atau GM membahas yg 30 rb itu khan buat apa? Apa ga
kerendahan khan?
Banyak juga negosiator melakukan penipuan-penipuan, kecolongan terjadi karena
kurang kontrol , ini sangat harus dibenahi segera, maksudnya dilakukan penjagaan
yang menghindari hal seperti itu.
Pewawancara : Baik, Terimakasih ibu, untuk waktu dan informasinya...
Narasumber : Iya, sama-sama , Citra...
Fakultas Ilmu Komunikasi
Formulir Persetujuan untuk Narasumber
Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian :
1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi
dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.
2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil
negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat
melakukan negosiasi
Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini
Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta
berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,
seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman
wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama
dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk
menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.
86
Waktu
Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam
Resiko
Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau
sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.
Manfaat
Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu
terkait dengan topik penelitian.
Kerahasiaan
Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang
sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya
menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas
pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah
tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian
selesai.
Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk
penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa
depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan
mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.
Partisipasi
Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti
berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat
mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam
seluruh penelitian.
Untuk menghubungi Peneliti
Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,
Bapak/ibu dapat meghubungi :
Nama : Citra Febriani
Alamat : Jababeka Education Park,
Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka
Cikarang Baru, Bekasi
17550
Email : [email protected]
Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini
:
Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si
Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322
Email : [email protected]
Perjanjian:
Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan
keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban
apapun.
Tanda tangan : ............................... Tanggal : 25 Feb 2012
Nama : MR. THIO
88
Transkrip Narasumber 2
(Department Head of Purchasing direct Material PT . Multsistrada
Arah Sarana Tbk. : Mr. TH)
Pewawancara : Selamat Siang Pak, saya Citra dari President University, saat
ini sedang menyusun penelitian skripsi saya yang berjudul, komunikasi gender
sebagai negosiator di bagian pembelian PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. boleh
saya mengajukan beberapa pertanyaan pak?
Narasumber : Oke (tersenyum dan duduk menyandar di kursinya dengan
posisi santai)
Pewawancara : Pertanyaannya di mulai ya Pak? Mohon dijawab sebagai
mana adanya... seperti kondisi yang ada disini pak..
Narasumber : (mengangguk)
Pewawancara : Boleh minta tolong di infokan identitas Bapak, Pak?
Narasumber : Oke, nama saya XY, saya menjabat sebagai kepala departmen
Purchasing Direct Material, tugas saya memantau pekerjaan sesuai agar tidak ada
masalah
Pewawancara : Terimakasih Pak, yang pertama Pak, mengenai komunikasi
Gender, staff bapak ada yang pria dan wanita, ketika mereka melakukan diskusi
apakah ada perbedaan intonasi ya Pak?
Narasumber : Oke, mmmhh... saya rasa memang ada ya (mengangguk-
angguk) tapi dibandingkan laki-laki, staff saya kebanyakan perempuan memang..
Pewawancara : ohh, begitu ya Pak, itu apakah memang di sengaja pak,
Bahwa karyawan Bapak lebih banyak Gender perempuan?
Narasumber : Tidak di rencanakan juga ya
Pewawancara : Kembali ke perbedaan intonasi tadi Pak, itu bedanya apakah
terlihat jelas sekali Pak ya?
Narasumber : Ya begitu, mungkin kalau wanita mereka ingin terlihat aktif
jadi setiap ada meeting ya mereka sangat antusias sekali, intonasinya kalau wanita
itu jelas ya, kalau laki-laki kebanyakan diamnya nanti kalo giliran protes mereka
baru yang paling kenceng hahaha...
Pewawancara : hahaha, begitu ya Pak... dengan lebih banyaknya karyawan
Bapak yang bergender perempuan, apakah itu suatu pen-generalisasian pak?
Narasumber : Maksudnya?
Pewawancara : Ya apakah bapak dengan sengaja lebih memilih karyawan
perempuan daripada laki-laki?
Narasumber : Kalau secara pribadi sih iya, ya.. jujur aja ya, saya enggak
gitu cocok sama karyawan laki-laki, gimana tuh? Hahaha... saya orangnya agak
temperamen ya jadinya kalo kerja sama lelaki bisa-bisa malah ribut saya, hehehehe..
Pewawancara : Hehehe, berarti kalau sama perempuan cocok ya pak?
Narasumber : So far sih anak buah saya saat ini semua adalah hasil
wawancara saya ya, jadi saya tahu pasti bagaimana karakter mereka dan
pengalaman mereka juga, mereka semuanya ‘bagus’ (mengacungkan jempol)
Pewawancara : Wah hebat ya Pak, hehehe.. Pak, apakah tidak terjadi
penafsiran bahasa pak ketika melakukan diskusi dengan karyawan perempuan?
Narasumber : Engga tuh, mereka selain hardworker, juga komunikasinya
bagus, kamu cek aja sama mereka sana, lihat aja langsung, kalo anak buah saya sih
sangat bisa diandalkan
Pewawancara : Jadi salah penafsiran bahasa sama sekali ga ada ya pak ,
hehe...
Narasumber : Susahnya ada juga ya, mereka khan perasaannya rada beda
ya, saya sering bilang, kalau kalian sakit atau dalam mood kerja yang ga bagus,
jenuh atau lagi ada masalah, mereka saya bebaskan untuk bilang ke saya, supaya
saya bisa lebih perhatiin mereka, mereka keseringannya gitu sih, kalau lagi ada
problem ya, itu bisa kelihatan dari ekspresi wajahnya, lesu lemes-lemes, kaga konsen
lah, diajak ngomong nyambungnya lama lah, ya banyak lah yang aneh-aneh
berhubungan sama perempuan...
Narasumber : Hehehe... tapi mereka biasanya cerita enggak pak?
Maksudnya apakah penawaran dari Bapak itu di manfaatkan saat kondisi yang tidak
di inginkan itu ada?
Pewawancara : Mmmh.. tergantung..
90
Narasumber : Tergantung apa ya pak?
Pewawancara : ya kaya kamu, misalnya kamu orang yang tertutup kamu pasti
ga akan cerita sama saya, paling kalau saya tanya, ‘sakit kamu, citra?’ jawabannya
‘iya nggak apa-apa’ ya mereka itu begitu hehehe.. ya harus pinter-pinter lah
membaca situasi karena kalau perempuan itu kalau sedang bagus kerjanya ya bagus,
kalau lagi terdemotivasi itu kelihatan juga..
Pewawancara : Baik Pak, .. mmmhhh... untuk selanjutnya ya, pak.. eeeee
apakah mereka menggunakan istilah-istilah yang berbeda pak, ketika
berkomunikasi?
Narasumber : Misalnya apa ya?
Pewawancara : Ya misalnya mereka punya kecenderungan berbahasa yang
sesuai dengan gender mereka Pak, apakah dari segi tata bahasa nya atau yang
lainnya, gitu pak? Hehe bagaimana pak?
Narasumber : Nggak ngerti saya...
Pewawancara : Hehee,, ya misalnya bapak ketika melakukan diskusi apakah
Bapak merasa bahwa istilah itu lebih halus digunakan oleh perempuan yang
biasanya bisa disebutkan lelaki sebagai hal yang biasa?
Narasumber : Eee... apa ya? (diam sebentar) oh mungkin ini bukan jawaban
dari pertanyaan kamu, misalnya gini ya.. saya khan selalu membentuk karakter
karyawan saya supaya mindsetnya seperti saya. Ini salah satu contohnya, mungkin, ..
eh tapi kalo kamu ngerasa jawabannya enggak bener kamu bilang aja cit,
Pewawancara : Iya pak hehehee
Narasumber : Saya dalam kondisi marah saya selalu bilang ke mereka, ini
khan udah saya ajarin ke kamu berkali-kali, cara goblognya begini deh...., saya nih
kalau marah emang rada kasar sih, hahaha.. tapi kalau mereka ngasih tau ke anak
yang lain itu enggak pernah tuh bilang cara goblog yang saya contohin, mungkin
karena mereka itu behave ya, enaknya gitu anak buah cewek, mindset sama dengan
saya, tapi cara komunikasi enggak kaya saya, saya khan kalau ngajarin orang
goblog banget diajarin berkali-kali saya bisa naik darah, kalau perempuan kaga gitu
malah dia keluar sifat keibuannya..
Pewawancara : Oh begitu pak, ya? Wah menarik juga ya pak? Kalau anak
buah yang laki-laki treatmentnya gimana pak?
Narasumber : Wahh, saya tidak bisa bilang begitu ke anak buah lelaki,
mereka mungkin iya-iya aja nih di depan saya, tapi bisa jadi malah dendam sama
saya? Iya ga? Hahahaha, saya ga begitu suka konflik yah.. tapi kalau lagi marah
saya suka lupa sama yang saya omongin tadi apa aja ya..
Pewawancara : Ohh, iya Pak.. sebelumnya mohon maaf kalau pertanyaan ini
kurang berkenan, adakah sudut pandang mereka di tindas, pak?
Narasumber : Di tindas bagaimana ya maksudnya?
Pewawancara : Hehee.. mungkin gender merasa pekerjaannya terlalu di
tekan, mungkin yang perempuan terlalu di force dan di push agar bisa menyamai
skill bapak misalnya?
Narasumber : Oh... mmmm.... kalo saya fikir sih mereka mampu ya, yaitulah
cit fungsinya saya yang langsung mewawancarai biar saya ga beli kucing dalam
karung, jadi saya pastikan mereka bisa menyamai speed saya dalam bekerja, coba
sana kamu lihat anak buah saya semuanya keras dan sangat cepat kerjanya..
Pewawancara : Oh iya pak.. nanti saya lihat.. hehe, selanjutnya Pak, apakah
mereka, seperti yang bapak bilang, lebih bagus komunikasinya (menggunakan istilah
yang halus), apakah ada pemanfaatan sifat gender dalam hal ini?
Narasumber : Hmmm... kalo dimanfaatkan bukan ya, tapi lebih cocok
kayanya kalo kamu tulis ...mmhhh.. apa itu ya disebutnya.. ah.. kelebihan. Ya itu
kelebihan wanita menjadi value ya, kalo dimanfaatkan sih enggak...
Pewawancara : Baik Pak, lalu pak.. mmm.. itu pak, apakah wanita di berikan
kesempatan yang sama dengan lelaki?
Narasumber : Iya, disini bukan dilihat dari gender ya, sama saja posisinya,
kamu cek anak buah saya disana, tanya mereka.. saya ini memikirkan mereka juga
lho, dari segi penilaian kerja, saya rasa saya cukup fair ya terhadap mereka, saya
juga beri kesempatan kalau ada dinas kerja ke luar kota misalnya, saya tantang
mereka untuk berani. Sana kamu coba tanya sama xxx, dia baru balik dari surabaya
lho.. gitulah saya sih ga mau mereka hanya jago kandang saja...
Pewawancara : Lalu pak, ini ada pertanyaan lagi,
Narasumber : Kamu ada berapa sih pertanyaannya?
Pewawancara : Ini pertanyaan inti ada sepuluh pak..
Narasumber : Oh ya udah, kamu mau tanya apa tadi?
Pewancara : Iya ini pak, ketika gender wanita bekerja keras apakah
mereka harus bersikap atau berfikir seperti seorang laki-laki?
92
Narasumber : Mmmhh... kalo anak buah saya sih mindset saya sudah saya
tularkan ke mereka semua ya.. kalo saya ini laki-laki berarti meski mereka
perempuan, mereka ada punya juga fikiran laki-laki saya, ini maksudnya dalam
konteks kerjaan lhoo, cit.. kamu jangan salah tafsir..
Pewawancara : Iya pak heehee, jadi menurut bapak mereka harus berubah
mengikuti cara berfikir Bapak atau tidak pak?
Narasumber : Ini soal mindset lho cit.. kamu tahu mindset khan? Ya mereka
ga harus lah mirip saya banget tapii cara kerjanya ngerti apa mau saya begitu.
Pewawancara : Oh iya pak, saya ngerti, hehehe. Eee lanjut ya pak yang
selanjutanya, ini pak, saya mau tanya apakah dalam pekerjaannya wanita melibatkan
emosinya juga nggak ya Pak?
Narasumber : Iya mereka tuh emosionalnya transparant ya, kalo diajak
diskusi suka kaga nyambung, kadang kalo kerja mata bengkak bekas nangis,
mukanya lesu, kalo ditanya, lin, kenapa kamu? Ada masalah? Bilangnya; enggak-
enggak. Karena ya mereka juga harus profesional ya, setiap orang punya masalah,
jadi kalo kerja sebaiknya lupakan lah masalahnya sebentar.
Pewawancara : Oh begitu ya pak, tapi mereka pak, ini, kalo misalnya
ditempatin di satu area baru, misalnya perjalanan dinas, apa mereka mudah
menyesuaikan diri pak?
Narasumber : Kalo anak buah saya sih semuanya tipe cewek nekad ya, ini
dalam hal positif ya, mereka suka di challenge, nah, kamu tanya anak buah saya
yang kemarin habis liat hutan karet di sumatera, kamu tahu enggak disana baunya
kaya apa? Belom lagi lokasinya di tengah-tengah hutan, dia berani. Saya ga begitu
tahu bagaimana proses adaptasi cewek , tapi saya fikir kalo cewek sih supel ya,
buktinya kalo mereka pulang selalu cerita yang bagus-bagusnya, buat saya itu saya
anggap ga problem lah..
Pewawancara : Pak, apakah ada anak buah Bapak yang berperan sebagai
negosiator?
Narasumber : Ya, ada tiga ya sebagai buyer atau negosiator itu ada ika lalu
elin lalu febry ya, kamu kesana aja liat... tanya-tanya aja, engga apa-apa
Pewawancara : Hehe baik pak, nah, pak.. saya tanya lagi ya pak..pada saat
mereka melakukan negosiasi apakah mereka pernah kesulitan dalam mengambil
kesepakatan nego?
Narasumber : Mereka sih orang sudah pengalaman semua.. mereka udah
punya analisa sendiri, punya target dan punya probem solver sendiri. Kesulitan
mereka pasti ada, nah mereka akan tanya pendapat saya kalau ada di dalam
kesulitan, saya nih udah kaya konsultan aja ya hahaha..
Pewawancara : Hehehe, jadi mereka melakukan negosiasi tanpa supervisi
pak?
Narasumber : Oh, tetap saya awasi, lagi kan mereka tuh harus lapor ke saya
setiap hari lah, detail, saya ga suka kalo mereka ga laporan, jadi saya kalo ditanya
management saya bertanggung jawab lah untuk semua jenis pekerjaan.. kan ga
mungkin saya bilang, oh itu salah anak buah saya pak.. ga mungkin lah, mereka
tahunya saya kepalanya, jadi mereka pegang omongan saya.
Pewawancara : Oh oke pak.. hehe... lalu pak dalam menghire karyawan baru,
apakah Bapak membuat generalasi terhadap suku atau ras?
Narasumber : Ya, mungkin kamu tahu lah.. kalau disini kebanyakn chinese
ya, itu dari ras, tapi kalau anak buah saya, coba sana kamu cek, ga ada chinese,
sukupun beragam lah, batak jawa sunda, kalo kamu suku apa?
Pewawancara : Oh, kalo saya betawi pak hehehe
Narasumber : Ada juga betawi, kamu liat sana.. ada namanya elin dan
Febry
Pewawancara : Hehe, berarti maksud bapak, bapak enggak
mempertimbangkan suku nya apa untuk menentukan kecenderungan sifat ya pak?
Narasumber : Misalnya?
Pewawancara : Sebagai contoh orang Solo itu lembut Pak...
Narasumber : Enggak lah, saya enggak begitulah, belum tentu juga.. kalo
saya ngertinya chinese.. ada chinese medan, chinese manado, chinese bangka kalo
itu mereka memang beda-beda... kalo suku sih saya enggak ya, sejak kecil saya
sekolah berbaur, apalagi pas di ITB, semua orang sifatnya sama, tukang belajar,
hahaha.. ya itu mungkin karena faktor tempatnya mengumpulkan orang yang
tujuannya sama, mungkin.
Pewawancara : Lalu pak apakah ada pembagian area kerja di lihat dari jenis
gender?
94
Narasumber : Enggak lah, sekarang ngga bisa kita nilai begitu, buktinya
nih, kamu mau tahu engga, kalo anak buah peremppuan saya itu sifatnya keras-keras
dan analisanya tajam, mau ditantang, mau dikirim kemana aja bisa.. nah ini nih,
yang kamu perlu tahu, penting nih, JUSTRU laki-laki satu itu di pojokan di balik
tembok itu tuh, nanti kamu lihat kesana.. dia itu malah kaya perempuan, mau nya
maen aman, ga mau capek, ga mau diajak mikir, tuh.. buktinya.. gimana, tuh...
Pewawancara : Wah, ada realitasnya ya pak, menarik sekali pak..
Narasumber : ya itu makanya kamu sebagai perempuan juga harus kaya
anak buah saya dong, berani.. jangan kalah sama lelaki..
Pewawancara : Iya pak, hehe... makasih pak, mmhhh.. jadi pak, kalau saya
dengar penjelasan bapak tadi bahwa anak buah bapak yang perempuan itu bisa di
challenge, kalau boleh tahu apa mereka semua status masih single semua pak? Maaf
pak , buat data nanti...
Narasumber : Oh iya.. oke.. anak buah saya yang perempuan jumlahnya ada
7 orang itu sudah menikah semua kecuali ada satu yang belum, am** namanya. Dan
yang menjadi buyer /negosiator diantaranya ada 3 orang, ya semuanya bisa di
challenge tapi ya itu lupa saya tadi jelaskan ke kamu, ya perempuan itu punya resiko
, selain menikah tadi itu ya efek menikah.. hahahaha hamil. Kalo hamil ya engga
masalah karena assisten mereka akan maju untuk mengcover segala pekerjaan.
Pewawancara : Oh baik pak, jadi tidak ada masalah dengan status
pernikahan dan kehamilan ya pak?
Narasumber : Yah itu aja sih ya kayanya anak buah saya yang sudah
melahirkan itu jadi rada dodol, iya , saya sudah tanya istri saya, katanya memang
benar begitu, mungkin uratnya atau apanya sudah ada yang putus, hhaaha saya ngga
negrtilah soal itu..
Pewawancara : Hahaha... gitu ya pak, kalo itu pak.. mhhh mengenai pola
komunikasi disini apakah bapak membentuk suatu kelompok komunikasi yang sama
untuk menghadapi department luar?
Narasumber : Mindset! Mindset! Kalo mindset sama komunikasi pasti
hasilnya sama, itu yang selalu saya tularkan ke anakbuah saya bahwa cara fikir
mereka harus seperti saya.. jadi mereka akan sangat merepresntatifkan ide-ide dan
fikiran saya..
Pewawancara : Baik Pak, apakah pernah ada kegagalan dalam konteks
pembagian tugas berdasar gender?
Narasumber : Mmmh.. contoh itu tadi ya, sekarang.. laki-laki yang jadi
administrasi dengan pola komunikasi aktif, malah perempuan yang menjadi
negosiator dengan pola komunikasi aktif. Kenapa ya sekarang bisa begitu, kamu tahu
enggak?
Pewawancara : Hehe, ini khan lagi di jadiin penelitian pak.. heheh, kalo
pimpinan bapak memberi tekaanan kerja ngga pak?
Narasumber : Ya ada tekanan, karena saya masih harus aktif di field
pekerja kalau untuk pimpinan saya sudah di level managemen yang lebih sering
mengurus hal komersil saja. Terus apa lagi, kamu masih banyak pertanyaannya,
katamya sepuluh kok dari tadi udah lebh lho,,hayoo...
Pewawancara : Sedikit lagi pak,pertanyaannya beranak Pak, hehehe. Nanya
lagi ya pak mengenai peran gender dalam komunikasi negosiasi?
Narasumber : Enggak ga ada pengaruh, sama saja itu hasilnya, Cuma ya
gitu kadang supplier itu memang ga fair, giliran anak buah saya yang tawar ga
turun, kalo saya atau GM saya yang nawar, bisa turun.. nah kalo itu khan hal yang
tentatif ya.. lebih cenderung teorynya makin tinggi jabatan seseorang makin besar
pengaruhnya. Mungkin gender juga begitu, laki-laki perempuan kalau jabatannya
tinggi ya bisa juga..
Pewawancara : Untuk hambatan-hambatan perempuan waktu melakukan
negosiasi apa aja ya pak?
Narasumber : Engga ada juga kayanya, paling mereka kalo udah harus
menghadapi posisi yang tinggi langusng minta bantuan saya, kadang khan supplier
juga keras sekali ya, ditawar jarang berhasil tapi itu memang perusahaan besar-
besar ya gitu mereka harganya sudah jelas dasarnya apa, jadi kalau mau di nego ya
kita sudah tahu posiibility keberhasilannya,
Pewawancara : Antusias dan motivasinya lebih besar perempuan atau laki-
laki pak?
Narasumber : Oh perempuan, mereka ekspresif sekali, ya karena mereka
ingin membuktikan bahwa mereka bisa bersaing secara sehat dengan lelaki mungkin
ya.. jadi mereka kelihatan sekali antusiasmenya
Pewawancara : Nah, kalau manfaat negosiasi apa ya pak?
Narasumber : Banyak sekali malah menurut saya itu pintu gerbang yang
paling penting, ini konteks di departmen pembelian ya, seperti rumah dan masakan,
96
kita beli bahan yang sehat, murah dan segar, lalu diproses, kita bisa jual dengan
mengambil margin tambahan dari biaya saving cost tersebut, kamu saya ilustrasikan
begini ngerti nggak? Ngerti khan?
Pewawancara : Iya, mengerti pak.. jadi saving cost bisa dimulai dari langkah
pertama ya pak?
Narasumber : Iya dong semua segi kehidupan awalnya harus bagus karena
menentukan hasil akhir, ibaratnya kalo langkah awal niatnya sudah bagus kesana
khan juga bagus juga mestinya lah.. apalagi bagian pembelian ini dianggap sebagai
departmen yang menghabiskan uang perusahaan paling banyak
Pewawancara : Apakah negosiasi itu wajib dilakukan untuk setiap pembelian
barang di sini pak?
Narasumber : Itu adalah bagian dari SOP, instruksi kerja, kalo dia ga nego,
berarti dia tidak menjalankan SOP dong? Jadi itu wajib.. Jangankan membeli bahan
baku ban yang harganya jutaan dolar, kamu beli sayur aja nawar, bener ga?
Pewawancara : Hahaha.. iya pak, bener.. tapi jarang Pak.. Wah tadi sudah
sampai di pertanyaan terakhir pak, Jadi sesi interviewnya udah selesai pak..
Narasumber : Oke
Pewawancara : Terimasih banyak untuk waktu yang bapak berikan dan
informasi bapak yang sangat berharga
Narasumber : Oke, thanks..
Fakultas Ilmu Komunikasi
Formulir Persetujuan untuk Narasumber
Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian :
1. Untuk mengetahui peran gender terhadap kemampuan berkomunikasi
dalam berneogosiasi di PT. Multistrada Arah Sarana tbk.
2. Untuk mengetahui Jenis gender apakah yang mempengaruhi hasil
negosiasi yang lebih besar di PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi negosiator gender saat
melakukan negosiasi
Yang akan Bapak/ibu lakukan dalam penelitian ini
Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ibu akan diminta
berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ibu akan ditanya beberapa pertanyaan,
seputar topik penelitian dan dengan izin dari Bapak/Ibu, saya akan merekam rekaman
wawancara sehingga saya bisa mendapatkan semua detail dan pada saat yang sama
dapat melakukan wawancara yang terfokus. Bapak/ibu tidak akan diharuskan untuk
menyatakan nama Bapak/ibu pada rekaman.
98
Waktu
Wawancara akan memakan waktu sekitar satu jam
Resiko
Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu atau
sungkan. ATAU tidak ada resiko yang di antisipasi.
Manfaat
Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibu
terkait dengan topik penelitian.
Kerahasiaan
Bilamana Bapak/Ibu tidak ingin mengungkapkan identitas Bapak/Ibu yang
sebenarnya, Bapak/ibu akan diberi ode nomor acak. Siapapun yang membantu saya
menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini. Tanggapan Bapak/ibu atas
pertanyaan wawancara akan di rahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah
tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian
selesai.
Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ibu dapat digunakan untuk
penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi dimasa
depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/Ibu atas informasi yang akan
mengidentifikasikan Bapak/Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.
Partisipasi
Partisipasi Bapak/ibu benar-benar sukarela dan Bapak/Ibu dapat berhenti
berpartsispasi dari penelitian kapanpun tapa kewajiban apapun. Bapak/Ibu juga dapat
mengabaikan pertanyaan selama wawancara tapi dapat tetap berpartisipasi dalam
seluruh penelitian.
Untuk menghubungi Peneliti
Jika Bapak/ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini,
Bapak/ibu dapat meghubungi :
Nama : Citra Febriani
Alamat : Jababeka Education Park,
Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka
Cikarang Baru, Bekasi
17550
Email : [email protected]
Atau dapat juga menghubungi pihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini
:
Nama : Mr. Raudy Gathmyr, S.sos, M.si
Telepon : 021-8910 9762 Ext. 322
Email : [email protected]
Perjanjian:
Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan
keterlibtan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban
apapun.
Tanda tangan : ............................... Tanggal : ...............................
Nama : MR. LY
100
Transkrip Narasumber 4
(Section Head of Purchasing Indirect Material PT . Multsistrada
Arah Sarana Tbk. : Mr. LY)
Pewawancara : Selamat pagi pak, saya Citra dari President University,
dalam rangka penyusunan skripsi ini yaitu penelitian mengenai komunikasi gender
sebaenggaki negosiator di bagian pembelian PT. Mulstitrada Arah Sarana Tbk. saya
ingin menenggakjukan beberapa pertanyaan, mohon izin, ini saya rekam ya pak?
Narasumber : Bebas (sambil menandatanenggakni beberapa dokumen)
Pewawancara : Ini pertanyaannya saya mulai ya pak, mohon dijawab
sebaenggakimana adanya..
Narasumber : Oke
Pewawancara : Kalo boleh mohon di informasikan identitas bapak pak dan
juenggak tanggung jawab Bapak didalamnya?
Narasumber : Nama saya LY saya di apa yah.. posisi .. apa yah... Kepala
seksi pembelian indirect material di PT. MSA, Intinya sih saya periksa semua
pembelian di PT. MSA khusus pembelian indirect
Pewawancara : Baik terimakasih pak, pertanyaan saya yang pertama,
apakah Bapak merasakan ada intonasi-intonasi yang berbeda dari staff bapak ketika
melakukan diskusi di lihat dari perspektif gendernya pak?
Narasumber : Ok, mmhh.. saya rasa ada ya, tapi bukan karena gender, tapi
karena suku dia, misalnya Andi, di itu orangnya sopan, humoris tapi kalo ngomong
kenceng, bukan karena dia lelaki.. tapi... yah mungkin karena dia itu dari daerah
timur sana, papua atau flores lah... ada juenggak Aida, dia khan masih muda
intonasinya kenceng, karena dia aenggakk cerewet gitu karena dia orang sunda, ya..
mungkin begitu ya.. tapikalo pembawaan wanita itu kalem kesannya casual sekali ya
Pewawancara : Apakah bapak melakukan generalisasi terhadap gender
misalnya yang perempuan lebih cocok di area kerja mana, dan lelaki di bagian
mana?
Narasumber : Mmhh... eengenggakkk yah, enggak ada beda dimana-
dimana nya, palingan untuk PR (purchase requsition) yang kita pilihin, kalo
misalnya.. mhhhh ada order yang spesifikasi teknisnya susah, mesti lihat spesifikasi
ke dalem-dalem pabrik atau bengkel-bengkel, mmmmhh... kasian kalo perempuan
kalo sampe segitunya ... ya bukan enggak bisa sih, kita kasian aja..
Pewawancara : Ohh kalo penafsiran bahasa pak?
Narasumber : Maksudnya penafsiran?
Pewawancara : Suka ada salah interpretasi enggak Pak, terhadap instruksi
atasan atau orderan dalam PR?
Narasumber : Mm.. enngak yah.. khan udah jelas spec-nya, misalnya
merknya ini, warnanya ini, kalo sampe salah enggak mungkin lah, ya berarti
kerjanya udah salah.
Pewawancara : Kalo istilah-istilah itu ada enggak pak, yang dipake diantara
gender?
Narasumber : Mmhhh.. apa ya paling faktor usia kali ya, anggota kami yang
paling muda itu sering menggunakan bahasa alay, hehe... tapi itu internal dan
informal, saya rasa enggak ada ya...
Pewawancara : Apakah perempuan dibawah tekanan dalam melakukan
pekerjaannya?
Narasumber : Tekanan, enggak kita enggak kasih tekanan, paling mereka
sendiri yang menekan dirinya soalnya PR banyak dan numpuk Boss... jadi kalo
enggak diberesin dia akan dikejar-kejar user, nah itu paling tekanannya, enggak
enak lho dikejar-kejar orang nanya barang, apalagi kalo weekend aduhhh... paling
amit-amit deh gue.
Pewawancara : Memangnya pernah kejadian ya pak?
Narasumber : Wahh, bukannya kejadian lagi itu mah sering, lu bayangin
coba, kita hari minggu lagi enak-enak istirahat dirumah ama keluarga, tiba-tiba ada
telpon, ngabarin kalo ada stock spare part abis, hari minggu boss.. mana ada
supplier yang buka, kalo mau cari ke glodok siapa yang nyari lah kita semua lagi
dirumah, akhirnya gue telponin tuh usernya, gw tanya ; ‘kok bisa kejadian’ kata dia
‘iya nih tiba-tiba abis sparepart dan mesin rusak’. Mending sampe situ doang dia
ujung-ujungnya bilang ‘ni kalo hari ini enggak ada sparepart saya mesti lapor
koordinator shift buat laporan ke direksi kalo mesin ini enggak jalan’ buseeettt
dikiranya gue bisa sulap apa.
Gue cek, gue cekkk.. eh PR-nya juga enggak ada, amsyongg dah tuh. Tapi kita
enggak bisa bilang ke boss, itu PR enggak ada, kalo dimata boss khan mau
Purchasing mau Produksi ya kita satu team, akhirnya gue hari minggu nyari barang
ampe jam sebelas malem, gitu lah diantaranya.
102
Pewawancara : Lho memangnya dia enggak atur stock pak, maksudnya buat
jaga-jaga?
Narasumber : Tau dehh, kalo dia atur ya enggak bakal kejadian..
Pewawancara : Oh itu pernah kejadian ke negosiator perempuan juga?
Narasumber : Sering lah
Pewawancara : Enggak ada perbedaan treatmentnya pak,?
Narasumber : Ya enggak ada lah, sama semuanya, kalo emang pas itu
barang abis yang naganin pembeliannya cewek ya, bodo amat kita telp dia juga mao
dia lagi pacaran kek, lagi masak kek, urusin dulu deh kekurangan barang
Pewawancara : Oh jadi, paling enggak telephone mesti stand by 24 jam ya
pak?
Narasumber : Iya begitulah, kita enggak pernah tahu kapan bakal ada
barang yang uregnt lagi, apalagi kejadian hari libur, aduuuh... belom lagi kalau
barangnya Import, stresss semuanya..
Pewawancara : Wah, berat juga ya pak, jadi purchasing?
Narasumber : Ya enggak begitu juga, sebulan ada lah paling sedikit 2x... hal
yang paling diberesin ya internal kita lah.. kasih tahu user idelanya pembelian itu
gimana biar mereka tahu juga situasinya..
Pewawancara : Kalau suku/ras ada generalisasi enggak ya pak? Misalnya
suku A, cenderung begini, suku B cenderung begini?
Narasumber : Oh enggak ngarug lah itu, ditempat saya itu ada suku jawa,
ambon, sunda, betawi, perempuan, lelaki .. sama aja lah enggak ada pengaruh yang
penting mereka tanggung jawab , kerjanya bener..
Pewawancara : Kalo dari gender pak, ada perbedaan hasil negosiasi enggak
pak?
Narasumber : Kalo dari segi gender sih mestinya laki-laki atau perempuan
sama aja hasilnya , Mungkin kalo cara komunikasi untuk nego.. apa ya.. untuk
komunikasi perempuan malah lebih bagus, ada pengandainnya lagi , soalnya mereka
biasa nawar kebutuhan sehari-hari kali ya.. kalo lelaki mungkin lebih ke arah teknis
jagonya lelaki agak nyambung kalo ngomong kode2 part, perempuan juga bisa tapi
itu khan susah follow up ke mesin pabriknya, kita sih jaga aja supaya sebisa mungkin
perempuan enggak kesitu-situ lah.
Pewawancara : Jadi kalo negosiator perempuan itu enggak harus tahu spek
sperti negosiator laki-laki ya pak?
Narasumber : Bukan, Kalo nego itu kan.... pembelian itukan, sebelum nego
itu kan mesti ada urusan teknisnya terlebih dahulu, sebelum nego harus fix dulu apa
yang mau dibeli specnya gimana cocok enggak, tapi ini yang nentuin bukan
negosiatornya, tapi usernya, orang yang make barang itu
Pewawancara : Tapi kok negosiatornya sampe harus lihat mesin segala gitu
pak, maksudnya sampe lihat detail khan udah ada spek, Pak?
Narasumber : Yaa.. yang namanya negosiasi khan dua arah, misalnya kita
cari barang ini, ntar si supplier balik nanya, itu yg kaya gimana, ukuran berapa, buat
mesin apa, ya akhirnya negosiator harus turun ke lapangan kadang harus bawa
suppliernya juga supaya liat langsung, khan beda ya foto atau tulisan dibanding liat
langsung, nah negosiator harus nemenin, karena komunikasi itu satu pintu keluar,
enggak boleh user langsung ke supplier, nanti mereka bisa sekongkolan
Pewawancara : Sekongkolan maksudnya gimana?
Narasumber : Ya semacam kolusi gitu ya, yang ujung-ujungnya nanti
korupsi, itu concern kita lah... user enggak boleh nentuin beli dimana, kecuali
memang brand besar kaya philips, itu khan ada distributor resminya.
Pewawancara : Kalo hambatan negosiasi itu apa aja pak?
Narasumber : Enggak ada ya.. negsoiasi normal aja hasilnya pun sama,
baik lelaki perempuan, kita bisa bilang gitu karena seluruh PR khan kita roolling jadi
kita bisa tahu tingkat keberhasilan negonya, sama saja sih hasilnya...
Pewawancara : Tadi katanya nya PRnya diatur, kalau di rolling smua
kebagian dong pak yang termasuk yang bagian teknikal ke perempuan padahal
kebijakannya laki-laki?
Narasumber : Oh itu enggak termasuk lah, itu ada spesifikasinya khusus di
pegang laki-laki..
Pewawancara : Kalo antusiasmenya gimana pak?
Narasumber : Kalo antusias itu sih bagian dari tugas, ya laki-laki atau
perempuan harus antusias semua
104
Pewawancara : Selain itu pak, yang biasanya lebih dominan itu yang mana
dalam pembicaraan?
Narasumber : Yg mendominasi itu sama saja, semuanya haris mendominasi
maksudnya, Ya kalo proses negosiasi posisi buyrer enggak boleh sungkan-sungkan,
buyer harus berani untuk mendapatkan harga bagus
Pewawancara : Tujuannya negosiasi di pembelian pak?
Narasumber : Mendapatkan harga yang make sense, kalo beli barang engak
nego waah pelanggaran itu, kenapa beli enggak ditawar, kecuali harga kontrak ya,
apa yang mau ditawar lagi?
Orang jual pasti mau ada untungnya, untungnya penjual harus masuk akal kalo kita
beli orang enggak ada untung takutnya, nanti speknya ada masalah, diakali-akalin
sama dia, soalnya budget kita sama harga enggak cocok, yang repot ya nanti kita
sendiri. Makanya kita harus tau harga pasaran apakah harga yang saat ini kita
terima reasonable atau tidak. Makanya proses awalnya kita harus mencari suppliuer
yang bagus dulu.
Pewawancara : Kita tahunya di tawar apa enggak gimana, pak? Memang
selalu di awasi setiap prosesnya?
Narasumber : Bukan, khan ada dokumentasi, Proses negosiasi semuanya
mesti tercatat, pas buat PO dan akan saya tandatangan pasti saya cek
perbandinngan harga , dia beli ke yang harga gimana, kalo enggak memenuhi syarat
ya saya kembaliin, enggak di tandatangani, enggak di proses lah itu PO
Pewawancara : Perbandingan harganya gimana, pak? Boleh diminta
contohnya?
Narasumber : Ada, tapi itu sifatnya confidential sekali jadi kita enggak bisa
kasih keluar ya, sorry.
Pewawancara : Oh enggak apa-apa pak, nanti akan saya tambahkan bahwa
contoh confidential tidak bisa di provide.
Narasumber : Ya, gitu.. kita ini department yang sangat cofidential ya, kalau
harga jatuh ke tangan yang salah nanti diinfokan untuk ke supplier takutnya ada
kerjasama terlarang begitu lah..
Pewawancara : Kalo bicara mengenai hambatannya pak?
Narasumber : Enggak maslaah menegnai hambatan tidak ada, kalo semua
dat serba jelas, pembelian itu mudah.
Pewawancara : Oh, sekali lagi pak ini karena bahasan saya mengenai
komunikasi gender, boleh bapak berikan pendapat bapak terhadap buyer pria dan
wanita?
Narasumber : Pendapat saya dua-duuanya dapat diandalkan ya.. Porsinya
sama, base on experience, hasilnya sama aja jadi gender tidak pernah jadi kriteria
kita untuk memilihi negosiator begitu.. ada lagi?
Pewawancara : Kayanya ini cukup, pak... terimakasih banyak ya pak telah
bersedia menjadi narasumber saya..
Narasumber : Oke sama-sama...