analisa teknis dan ekonomis pembangunan galangan kapal pengangkut cng … · 2018. 1. 31. · ii...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR – MN 141581
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG (COMPRESSED NATURAL GAS) CARRIER
Dimas Aldyanto Wibowo NRP 4113100032 Dosen Pembimbing Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2018
i
TUGAS AKHIR – MN 141581
ANALISISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG (COMPRESSED NATURAL GAS) CARRIER
Dimas Aldyanto Wibowo NRP 4113100032 Dosen Pembimbing Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2018
ii
FINAL PROJECT – MN 141581
TECHNICAL AND ECONOMIC ANALYSIS OF SHIPYARD DEVELOPMENT SPECIFICALLY FOR CNG SHIP (COMPRESSED NATURAL GAS) CARRIER
Dimas Aldyanto Wibowo NRP 4113100032 Supervisor Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2018
iii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN
GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG (COMPRESSED
NATURAL GAS) CARRIER
TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada
Bidang Keahlian Industri Perkapaln
Program Sarjana Departemen Teknik Perkapalan
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh:
DIMAS ALDYANTO WIBOWO
NRP 4113100032
Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir:
Dosen Pembimbing
Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc
NIP 19610914 198701 1 001
Mengetahui,
Kepala Departemen Teknik Perkapalan
Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D.
NIP 19640210 198903 1 001
SURABAYA, JANUARI 2018
iv
LEMBAR REVISI
ANALISISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN
GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG (COMPRESSED
NATURAL GAS) CARRIER
TUGAS AKHIR
Telah direvisi sesuai dengan hasil Ujian Tugas Akhir
Tanggal 8 Januari 2018
Bidang Keahlian Industri Perkapalan
Program Sarjana Departemen Teknik Perkapalan
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh:
DIMAS ALDYANTO WIBOWO
NRP 4113100032
Disetujui oleh Tim Penguji Ujian Tugas Akhir:
1. Dr.Ir Heri Supomo, M.Sc. ……..………………..…………………..
2. Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T. ……..………………..…………………..
3. Imam Baihaqi, S.T., M.T. ……..………………..…………………..
4. Septia Hardy Sujiatanti, S.T., M.T. ……..………………..…………………..
Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir:
1. Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. ……..………………..…………………..
SURABAYA, 22 JANUARI 2018
v
HALAMAN PERUNTUKAN
Dipersembahkan kepada Allah Subhanallah wata’ala,
Ibu dan ayah yang telah mendoakan, memdidik dan menjadi suri tauladan yang baik, serta
adik tercinta
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan atas ridho serta karunia Allah
SWT, sehingga Tugas Akhir dengan judul “ ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS
PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG (COMPRESSED
NATURAL GAS ) CARRIER ” ini dapat diselsaikan dengan baik. Tugas Akhir ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Departemen Teknik Perkapalan,
Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Triwilaswandio W P M.Sc selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan
motivasinya selama pengerjaan dan penyusunan Tugas Akhir ini;
2. Bapak Dedi Budi Purwanto. S.T., M.T selaku Dosen Wali yang selalu memberikan
motivasi selama proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Seluruh Dosen Departemen Teknik Perkapalan FTK ITS, khususnya pada bidang keahlian
Industri Perkapalan yang senantiasa membantu.
4. Orang tua tercinta, Bapak Ir Mulyadi dan Ibu Yuli Sri Lestari serta adik penulis, Tasya
Mulya Widianti yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan terbaik kepada penulis.
5. Kawan seperjuangan Tugas Akhir, Rizain Andrian, Reza Taruna Syuhada, Feisal Reynaldi,
Aryo Baskoro, Wildan Firdaus dan Rizqi Dian Permana yang selalu direpotkan penulis
dalam penyelsaian Tugas Akhir ini.
6. Novi Dwi Ardiyanti yang telah memberikan dukungan moral dan juga menemani penulis
dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
7. Penghuni Kost “ Calon Penghuni Surga ” yang selalu membantu lewat doa & dukungannya.
8. Teman-Teman SUBMARINE P-53, dan semua pihak yang telah mendukung
diselsaikannya Tugas Akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak untuk memajukan industri maritim.
Surabaya, Januari 2018
Dimas Aldyanto Wibowo
vii
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN GALANGAN
KAPAL PENGANGKUT CNG (COMPRESSED NATURAL GAS)
CARRIER
Nama Mahasiswa : Dimas Aldyanto Wibowo
NRP : 4113100032
Departemen / Fakultas : Teknik Perkapalan / Teknologi Kelautan
Dosen Pembimbing : Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
ABSTRAK
Penggunaan bahan bakar minyak yang telah lama menjadi sumber utama dalam sektor industri
akan segera mengalami penurunan. Tidak stabilnya harga minyak, besarnya polusi yang
ditimbulkan menjadi salah satu alasannya. Compressed Natural Gas vessel merupakan
distribusi gas alam terkompresi dengan menggunakan kapal yang khusus mengangkut gas
bertekanan tinggi didalam tangki-tangki bertekanan (High pressure tank) menawarkan
alternatif baru bukan hanya di bidang industri oil and gas namun juga dibidang perkapalan.
Pasar indonesia yang relatif besar dan juga sebagai salah satu negara penghasil gas alam serta
banyaknya pulau-pulau yang belum bisa dihubungkan dengan pipeline menjadi alasan
tersendiri mengapa PT.PLN (Perusahaan listrik negara) selaku perusahaan BUMN (Badan
usaha milik negara) yang bertanggung jawab untuk kebutuhan listrik di seluruh Indonesia
membeli kapal CNG (Compressed natural gas) carrier pertama di dunia. Program kelistrikan
35000 MW (Megawatt) dari PLN pun menawarkan alternatif pembangkit tenaga listrik yang
memakai CNG sebagai bahan bakar utamanya. Didalam sistem distribusi CNG pun tidak
memerlukan banyak fasilitas pendukung. Hal ini dikarenakan CNG Vessel menyimpan muatan
gas dalam bentuk alaminya. CAPEX (Capital expenditure) terbesar untuk CNG project terletak
pada kapal penggangkut CNG sehingga perencanaan yang matang sangat diperlukan. Pada
tugas akhir ini telah didapatkan IRR untuk pembangunan galangan kapal pengankut CNG
carrier adalah 12,49 % dengan payback period pada tahun ke 12 bulan ke 1. Sehingga
pembangunan galangan kapal pengangkut CNG carrier layak dilakukan
Kata Kunci : CNG, Natural Gas, CNG Carrier, galangan kapal, Indonesia, pembangkit listrik,
kelayakan investasi
viii
TECHNICAL AND ECONOMIC ANALYSIS OF SHIPYARD
DEVELOPMENT SPECIFICALLY FOR CNG SHIP (COMPRESSED
NATURAL GAS) CARRIER
Author : Dimas Aldyanto Wibowo
Student Number : 4113100032
Department / Faculty : Naval Architecture / Marine Technology
Supervisor : Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc
ABSTRACT
The use of oil that has been main source of industrial sector will soon be decrease. The problem
caused by unstability of oil prices and the amount of pollution generated. Compressed Natural
Gas vessel is the distribution of gas using high pressure tank in vessel. Offer relative new ways
not only in oil and gas but also in shipping industry. Indonesian large market and also as natural
gas-producing countries. With many Indonesian island’s which cannot be connected by pipeline
are the reasons why PT.PLN as the state electricity company bought the first CNG ship in the
world. The 35,000 MW electricity program from PLN also offers an alternative power plant
that uses CNG as its main fuel. In the CNG distribution system does not require many
supporting facilities. This is because CNG Vessel stores gas load in its natural form. The largest
CAPEX for CNG project is located on the CNG carrying vessel. Because of that careful
planning is required. Therefore the development of CNG Carrier shipyard in Indonesia is done
by taking into account the market aspect, and the feasibility of investment for the project. In
this final project had been calculated the feasibility of investment in development of shipyard
specifically for CNG ship (compressed natural gas) carrier. The internal rate of return of this
shipyard is 12,09 % and payback period is in 12 th years and 1 month. Based on this result,
development of shipyard specifically for cng ship (compressed natural gas) carrier is feasible
Key Word : CNG, Natural Gas, CNG Carrier, Shipyard, Indonesian, Power Plant, Feasibility
of Investment
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR REVISI ..................................................................................................................... iv
HALAMAN PERUNTUKAN .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xiv
DAFTAR SIMBOL ................................................................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3. Tujuan....................................................................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................................... 3
1.5. Manfaat..................................................................................................................... 3
1.6. Hipotesis ................................................................................................................... 3
BAB 2 STUDI LITERATUR ............................................................................................... 5
2.1. Galangan Kapal ........................................................................................................ 5
2.1.1. Sarana Pokok Galangan Kapal ............................................................................. 5
2.1.2. Perencanaan Tata Letak Galangan Kapal ............................................................. 8
2.1.3. Prinsip Tata Letak Galangan ................................................................................ 9
2.1.4. Tujuan Perencanaan Letak Galangan ................................................................. 12
2.2. Gas Alam ................................................................................................................ 13
2.3. Marine Compressed Natural Gas (CNG) .............................................................. 15
2.4. Tinjauan Kapal Pengankut CNG ............................................................................ 16
2.4.1. Pressure Vessel ................................................................................................... 16
2.4.2. Komponen CNG (Compressed Natural Gas) Cylinder ...................................... 17
2.4.3. Proses Pembuatan Tangki CNG ......................................................................... 19
2.5. Jenis-Jenis Kapal dan Tangki CNG ....................................................................... 23
2.6. Fasilitas Penunjang Operasional CNG Carrier ...................................................... 28
2.7. Fasilitas Pengolahan Compressed Natural Gas pada Power Plant........................ 30
2.8. Analisa Pemilihan Galangan Kapal........................................................................ 31
2.9. Organisasi Perusahaan............................................................................................ 33
2.10. Investasi .................................................................................................................. 35
BAB 3 METODOLOGI ..................................................................................................... 39
3.1. Umum ..................................................................................................................... 39
3.2. Alur Penyelesaian Tugas Akhir.............................................................................. 39
BAB 4 POTENSI PASAR KAPAL CNG .......................................................................... 43
4.1. Kondisi Eksisting CNG .......................................................................................... 43
4.1.1. Pembangkit Listrik dengan Mengunakan Gas Sebagai Bahan Bakar ................ 43
4.1.2. Pengunaan CNG ................................................................................................. 45
4.1.3. Sumber Gas Alam di Indonesia .......................................................................... 46
4.1.4. Infrastruktur Terkait Pengembangan CNG......................................................... 47
x
4.1.5. Sektor Industri CNG di Indonesia ...................................................................... 48
4.2. Kondisi Ketersediaan Kapal CNG ......................................................................... 49
4.3. Segmentasi Konsumen dan Pasar Kapal CNG ....................................................... 51
BAB 5 ANALISA TEKNIS PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL CNG CARRIER .
................................................................................................................................ 53
5.1. Analisa Pembangkit Listrik yang Menggunakan CNG Sebagai Bahan Bakar ...... 53
5.2. Analisa Lokasi Galangan ....................................................................................... 54
5.2.1. Perencanaan Lokasi ............................................................................................ 54
5.2.2. Rencana Lokasi Madura ..................................................................................... 55
5.2.3. Rencana Lokasi Lamongan ................................................................................ 59
5.2.4. Analisa Pemilihan Lokasi ................................................................................... 62
5.2.5. Pembobotan ........................................................................................................ 67
5.3. Perencanaan Kapal CNG Carrier .......................................................................... 72
5.3.1. General Arrangement ......................................................................................... 72
5.3.2. Perhitungan Koefisien Kapal CNG Carrier ....................................................... 72
5.3.3. Perhitungan Berat Baja Kapal ............................................................................ 75
5.3.4. Perhitungan Berat Tabung CNG......................................................................... 79
5.4. Proses Produksi Kapal Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier ..... 80
5.5. Perencanaan Fasilitas Produksi .............................................................................. 85
5.5.1. Analisa Kebutuhan Baja Untuk Produksi CNG Carrier ..................................... 85
5.5.2. Penentuan Jumlah Fasilitas Produksi ................................................................. 89
5.6. Kebutuhan SDM ................................................................................................... 119
5.6.1. Tenaga Kerja Langsung .................................................................................... 119
5.6.2. Tenaga kerja tidak langsung ............................................................................. 124
5.6.3. Struktur Organisasi ........................................................................................... 125
5.7. Pemilihan Sarana Pokok Galangan ...................................................................... 127
5.7.1. Perencaanan Slipway ........................................................................................ 128
5.7.2. Perencanaan Cradle .......................................................................................... 130
5.7.3. Perencanaan Daya Winch ................................................................................. 131
5.7.4. Perencanaan Tata Letak Galangan ................................................................... 132
BAB 6 ANALISA EKONOMIS PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL
PENGANGKUT CNG CARRIER ......................................................................................... 139
6.1. Analisa Nilai Investasi ......................................................................................... 139
6.1.1. Estimasi Nilai Investasi untuk Fasilitas Penunjang .......................................... 140
6.1.2. Estimasi Nilai Investasi Untuk Pekerjaan Persiapan dan Instalasi ................... 144
6.1.3. Estimasi Nilai Total Investasi ........................................................................... 144
6.1.4. Estimasi Pengeluaran Gaji Tenaga Kerja ......................................................... 145
6.2. Estimasi Pengeluaran Total .................................................................................. 146
6.2.1. Estimasi Pendapatan Galangan ......................................................................... 150
6.3. Analisa Kelayakan Investasi ................................................................................ 150
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 153
7.1. Kesimpulan........................................................................................................... 153
7.2. Saran ..................................................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 155
LAMPIRAN
LAMPIRAN A GENERAL ARRANGEMENT CNG (COMPRESSED NATURAL GAS)
CARRIER
LAMPIRAN B ANALISA PASAR GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG
CARRIER
xi
LAMPIRAN C ANALISIS TEKNIS GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG
CARRIER
LAMPIRAN D ANALISA EKONOMIS GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG
CARRIER
BIODATA PENULIS
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Slipway ................................................................................................................... 6
Gambar 2.2 Graving Dock.......................................................................................................... 7
Gambar 2.3 Floating Dock ......................................................................................................... 8
Gambar 2.4 Contoh Layout Shipyard ....................................................................................... 10
Gambar 2.5 Layout Tipe I......................................................................................................... 10
Gambar 2.6 Layout Tipe T ....................................................................................................... 10
Gambar 2.7 Layout Tipe L ....................................................................................................... 11
Gambar 2.8 Layout Tipe U ....................................................................................................... 11
Gambar 2.9 Layout Tipe Z ....................................................................................................... 12
Gambar 2.10 Jarak Untuk Pemasaran Gas Alam ..................................................................... 16
Gambar 2.11 Tipe Tanki CNG ................................................................................................. 17
Gambar 2.12 Komponen CNG Cylinder .................................................................................. 18
Gambar 2.13 Katup dari CNG Cylinder ................................................................................... 18
Gambar 2.14 Proses Deep Drawing/Plate Punching ............................................................... 19
Gambar 2.15 Proses Seamless Tubes Hot Forming/Spinning .................................................. 20
Gambar 2.16 Proses Billet Piercing ......................................................................................... 22
Gambar 2.17 Kapal CNG Tipe Enersea ................................................................................... 23
Gambar 2.18 Kapal CNG Tipe Coselle .................................................................................... 24
Gambar 2.19 Kapal CNG Tipe Knutsen ................................................................................... 25
Gambar 2.20 Kapal CNG Tipe CETech ................................................................................... 26
Gambar 2.21 Kapal CNG Tipe Trans Ocean Gas .................................................................... 27
Gambar 2.22 Fasilitas Jetty ...................................................................................................... 28
Gambar 2.23 Compression Station ........................................................................................... 29
Gambar 2.24 Decompression Station ....................................................................................... 29
Gambar 2.25 CNG Storage ...................................................................................................... 30
Gambar 2.26 Gas Power Plant ................................................................................................. 31
Gambar 3.1 Bagan Alir Pengerjaan Tugas Akhir ..................................................................... 42
Gambar 4.1 Neraca Gas Bumi Indonesia 2015-2030 .............................................................. 46
Gambar 4.2 Proyeksi Pemanfaatan Gas Bumi 2014-2030 ....................................................... 47
Gambar 4.3 Struktur Organisasi APCNGI ............................................................................... 48
Gambar 4.4 Data Kapal CNG Jayanti Baruna ......................................................................... 50
Gambar 5.1 Peta Lokasi Madura .............................................................................................. 55
Gambar 5.2 Lokasi Madura ...................................................................................................... 56
Gambar 5.3 Akses Jalan Masuk ............................................................................................... 57
Gambar 5.4 Peta Infrastruktur Kabupaten Sampang ................................................................ 58
Gambar 5.5 Data Peta Infrastruktur Kabupaten Sampang ....................................................... 58
Gambar 5.6 Peta Lokasi Lamongan ......................................................................................... 59
Gambar 5.7 Calon Lokasi Lamongan ....................................................................................... 60
Gambar 5.8 Akses Jalan Utama ................................................................................................ 60
Gambar 5.9 Akses Jalan Masuk ............................................................................................... 61
Gambar 5.10 Bagan Hierarchy Pembobotan Lokasi Industri ................................................... 67
Gambar 5.11 General Arrangment CNG Carrier .................................................................... 72
Gambar 5.12 Bagan Proses Produksi Galangan Kapal Pengangkut CNG Carrier .................. 85
Gambar 5.13 Plate Straightening Machine .............................................................................. 92
xiii
Gambar 5.14 Shot Blasting & Primering Machine................................................................... 94
Gambar 5.15 Overhead Crane.................................................................................................. 95
Gambar 5.16 Forklift ................................................................................................................ 96
Gambar 5.17 Conveyor Flat Type ............................................................................................ 96
Gambar 5.18 CNC Plasma Cutting Machine ........................................................................... 98
Gambar 5.19 Plate Bending Machine....................................................................................... 99
Gambar 5.20 Frame Bending Machine .................................................................................. 100
Gambar 5.21 Overhead Crane................................................................................................ 101
Gambar 5.22 Mesin Billet Heating Machine .......................................................................... 102
Gambar 5.23 Billet Rotary Sheer Cutter Machine ................................................................. 103
Gambar 5.24 Horizontal Broaching Machine ........................................................................ 104
Gambar 5.25 Flow Forming Machine .................................................................................... 105
Gambar 5.26 Neck Forming Heavy Duty Steel Machine........................................................ 106
Gambar 5.27 Annealing Heat Treatment Machine ................................................................. 107
Gambar 5.28 Overhead Crane ................................................................................................ 108
Gambar 5.29 Overhead Crane ................................................................................................ 113
Gambar 5.30 Overhead Crane................................................................................................ 116
Gambar 5.31 Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................................ 126
Gambar 5.32 Layout Galangan Kapal Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier
................................................................................................................................................ 133
Gambar 5.33 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal CNG tampak belakang ............................. 135
Gambar 5.34 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal CNG Tampak Atas ................................... 136
Gambar 5.35 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal CNG Tampak Depan ................................ 137
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Berat Jenis Komponen Gas Alam pada NTP1 dan STP2 ......................................... 13
Tabel 2.2 Komposisi Kimia dalam CNG.................................................................................. 15
Tabel 2.3 Keterangan Bagian CNG Cylinder ........................................................................... 18
Tabel 2.4 Keterangan Bagian Katup CNG ............................................................................... 18
Tabel 2.5 Proses Pembuatan Tangki CNG ............................................................................... 19
Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Proses Deep Drawing/Plate Punching ......................... 20
Tabel 2.7 Kelebihan dan kekurangan proses seamless tubes hot forming/spinning ................ 21
Tabel 2.8 Kelebihan dan kekurangan proses billet piercing ..................................................... 22
Tabel 4.1 Proyek Yang Pengadaannya Sudah Berlangsung (Swasta) ...................................... 43
Tabel 4.2 Proyek Yang Pengadaannya Akan Dibuka (Swasta) ................................................ 43
Tabel 4.3 Proyek Yang Pengadaannya akan dibuka (Swasta) .................................................. 43
Tabel 4.4 Proyek Yang Pengadaannya Sudah Berlangsung (PLN ........................................... 44
Tabel 4.5 Proyek Yang Pengadaannya Akan Dibuka (PLN) ................................................... 45
Tabel 4.6 Daftar Perusahaan Anggota APCNGI ...................................................................... 48
Tabel 4.7 Data Kapal Jayanti Baruna ....................................................................................... 50
Tabel 4.8 Asumsi Harga Bahan Bakar ..................................................................................... 52
Tabel 5.1 Data Pembangkit yang Menggunakan CNG Sebagai Bahan Bakar ......................... 53
Tabel 5.2 Konversi MW ke Volume Gas ................................................................................. 53
Tabel 5.3 Perhitungan Kebutuhan Volume Tangki .................................................................. 54
Tabel 5.4 Kebutuhan Kapal CNG............................................................................................. 54
Tabel 5.5 Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan ............................................. 62
Tabel 5.6 Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan ............................................. 63
Tabel 5.7 Ketersediaan Tenaga Kerja....................................................................................... 63
Tabel 5.8 Ketersediaan Bahan Baku......................................................................................... 64
Tabel 5.9 Tingkat Kontinuitas Bahan Baku ............................................................................. 64
Tabel 5.10 Jarak Bahan Baku ................................................................................................... 65
Tabel 5.11 Permintaan Pasar .................................................................................................... 65
Tabel 5.12 Penentuan Lokasi Berdasarkan Rencana Tata Ruang ............................................ 66
Tabel 5.13 Kecukupan Infrastruktur ......................................................................................... 67
Tabel 5.14 Modal Harga Tanah ................................................................................................ 67
Tabel 5.15 Skala penilaian paiways comparison ...................................................................... 68
Tabel 5.16 Perhitungan Matriks Pairwise Comparison ............................................................ 69
Tabel 5.17 Perhitungan Normalisasi ........................................................................................ 69
Tabel 5.18 Rekapitulasi Bobot Hasil Perhitungan Matriks dan Normalisasi ........................... 69
Tabel 5.19 Pertimbangan Pembobotan ..................................................................................... 70
Tabel 5.20 Nilai Pembobotan ................................................................................................... 71
Tabel 5.21 Data Ukuran Utama Kapal Jayanti Baruna ............................................................ 72
Tabel 5.22 Input Data Kapal..................................................................................................... 73
Tabel 5.23 Perhitungan Froud Number .................................................................................... 73
Tabel 5.24 Perhitungan Ratio Ukuran Utama Kapal ................................................................ 73
Tabel 5.25 Perhitungan Koefisien Blok Kapal ......................................................................... 74
Tabel 5.26 Perhitungan Koefisien Midship .............................................................................. 74
Tabel 5.27 Koefisien Waterplan ............................................................................................... 74
xv
Tabel 5.28 Perhitungan LCB Kapal ......................................................................................... 74
Tabel 5.29 Koefisien Prismatik dan Lwl Kapal ....................................................................... 75
Tabel 5.30 Perhitungan Volume dan Displacement Kapal ....................................................... 75
Tabel 5.31 Tabel CSO Kapal .................................................................................................... 75
Tabel 5.32 Koefisien Titik Berat .............................................................................................. 76
Tabel 5.33 Input Data Ukuran Utama Kapal CNG Carrier ..................................................... 76
Tabel 5.34 Volume Forecastle Deck......................................................................................... 76
Tabel 5.35 Volume Poop Deck ................................................................................................. 77
Tabel 5.36 Volume Total Forecastle Deck & Poop Deck ........................................................ 77
Tabel 5.37 Volume Deckhouse Layer II ................................................................................... 77
Tabel 5.38 Volume Deckhouse Layer III .................................................................................. 78
Tabel 5.39 Volume Deckhouse Layer IV .................................................................................. 78
Tabel 5.40 Volume Wheel House .............................................................................................. 78
Tabel 5.41 Volume Total Deckhouse & Wheel House .............................................................. 79
Tabel 5.42 Total Weight Steel................................................................................................... 79
Tabel 5.43 Spesifikasi Tabung CNG ........................................................................................ 79
Tabel 5.44 Berat Tabung CNG ................................................................................................. 80
Tabel 5.45 Pembagian Berat LWT ........................................................................................... 85
Tabel 5.46 Kebutuhan Berat Material untuk Pembangunan Lambung Kapal CNG ................ 86
Tabel 5.47 Kebutuhan Berat Material untuk Pembuatan Tabung CNG ................................... 86
Tabel 5.48 Tabel Total Kebutuhan Material ............................................................................ 86
Tabel 5.49 Pembagian Pelat ..................................................................................................... 87
Tabel 5.50 Pemesanan dan Luas Penyimpanan Pelat ............................................................... 87
Tabel 5.51 Perhitungan Luas Penyimpanan Profil ................................................................... 87
Tabel 5.52 Perhitungan Luas Penyimpanan Pipa ..................................................................... 88
Tabel 5.53 Perhitungan Luas Penyimpanan Material Tabung ................................................. 88
Tabel 5.54 Jumlah Hari Kerja Aktif Dalam 2 Tahun ............................................................... 89
Tabel 5.55 Shipbuilding Line Chart ......................................................................................... 90
Tabel 5.56 Kapasitas produksi pada masing-masing bengkel .................................................. 91
Tabel 5.57 Spesifikasi Plate Straightening Machine dan Kebutuhan Mesin ............................ 93
Tabel 5.58 Spesifikasi Mesin Shot Blasting & Primering Machine dan Kebutuhan Mesin .... 94
Tabel 5.59 Spesifikasi Overhead Crane dan Kebutuhan Unit .................................................. 95
Tabel 5.60 Spesifikasi Forklift ................................................................................................. 96
Tabel 5.61 Spesifikasi Conveyor .............................................................................................. 97
Tabel 5.62 Spesifikasi Teknis CNC Plate Cutting ................................................................... 98
Tabel 5.63 Spesifikasi Plate Bending Machine dan Kebutuhan Mesin .................................... 99
Tabel 5.64 Spesifikasi Frame Bending Machine dan Kebutuhan Mesin ............................... 100
Tabel 5.65 Spesifikasi Overhead Crane dan Kebutuhan Unit ................................................ 101
Tabel 5.66 Spesifikasi Billet Heating Machine dan Kebutuhan Mesin .................................. 102
Tabel 5.67 Spesifikasi Billet Rotary Sheer Cutter Machine dan Kebutuhan Mesin .............. 103
Tabel 5.68 Spesifikasi Horizontal Broaching Machine dan Kebutuhan Mesin ..................... 104
Tabel 5.69 Spesifikasi Flow Forming Machine dan Kebutuhan Mesin ................................. 105
Tabel 5.70 Spesifikasi Neck Forming Heavy Duty Steel Machine dan Kebutuhan Mesin .... 106
Tabel 5.71 Spesifikasi Annealing Heat Treatment Machine dan Kebutuhan Mesin.............. 107
Tabel 5.72 Spesifikasi Overhead Crane dan Kebutuhan Unit ............................................... 108
Tabel 5.73 Material Handling Outfitting Shop ...................................................................... 109
Tabel 5.74 Peralatan Bengkel Permesinan ............................................................................. 109
Tabel 5.75 Peralatan Bengkel Interior ................................................................................... 110
Tabel 5.76 Peralatan Bengkel Elektrikal ................................................................................ 110
xvi
Tabel 5.77 Bengkel Pipa ......................................................................................................... 111
Tabel 5.78 Spesifikasi Mesin SAW ........................................................................................ 111
Tabel 5.79 Spesifikasi Mesin FCAW ..................................................................................... 112
Tabel 5.80 Spesifikasi Overhead Crane Sub-Assembly .......................................................... 113
Tabel 5.81 Spesifikasi Mesin SAW ........................................................................................ 114
Tabel 5.82 Spesifikasi Mesin FCAW ..................................................................................... 115
Tabel 5.83 Spesifikasi Overhead Assembly Area ................................................................... 116
Tabel 5.84 Spesifikasi Mesin SAW ........................................................................................ 117
Tabel 5.85 Spesifikasi Mesin FCAW ..................................................................................... 118
Tabel 5.86 Alat Blasting Blok Kapal...................................................................................... 119
Tabel 5.87 Perencanaan SDM ................................................................................................ 121
Tabel 5.88 Daftar Tenaga Kerja Langsung ............................................................................ 124
Tabel 5.89 Daftar Tenaga Kerja Tidak Langsung .................................................................. 127
Tabel 5.90 Kelebihan dan Kekurangan Graving Dock........................................................... 127
Tabel 5.91 Kelebihan dan Kekurangan Slipway ..................................................................... 128
Tabel 5.92 Kelebihan dan Kekurangan Floating Dock .......................................................... 128
Tabel 6.1 Estimasi Nilai Investasi untuk tanah dan bangunan ............................................... 139
Tabel 6.2 Harga Pengerjaan Lahan......................................................................................... 140
Tabel 6.3 Tabel Nilai Investasi Untuk Fasilitas Penunjang .................................................... 140
Tabel 6.4 Nilai perkerjaan dan Instalasi ................................................................................. 144
Tabel 6.5 Nilai Total Investasi ............................................................................................... 144
Tabel 6.6 Biaya Tenaga Kerja Galangan ................................................................................ 145
Tabel 6.7 Estimasi Biaya Operasional Total dalam 1 Tahun ................................................. 147
Tabel 6.8 Nilai Depresiasi Investasi ....................................................................................... 148
Tabel 6.9 Uang Keluar Berdasarkan Aktivitas Keuangan ...................................................... 149
Tabel 6.10 Besar Pajak per Tahun .......................................................................................... 150
Tabel 6.11 Estimasi Pendapatan Galangan CNG ................................................................... 150
Tabel 6.12 Analisa Kelayakan Investasi................................................................................. 151
Tabel 6.13 Nilai IRR,ROI dan Payback Periode .................................................................... 152
xvii
DAFTAR SIMBOL
α/β = Sudut kemiringan peluncuran
ρ = massa jenis
Δ = displacement
M = Kebutuhan Mesin
W = Jumlah lembar pelat
T = Beban mesin
t = Waktu pekerja
V = kecepatan mesin jam/lembar
Q = Volume tangka
STP = Standard Temperature and Pressure
NTP = Normal Temperature and Pressure
E = Faktor efisiensi kerja pada sebuah mesin
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Gas alam terkompresi (compressed natural gas) CNG adalah alternatif bahan bakar
selain bensin atau solar. Di Indonesia, CNG dikenal sebagai BBG (bahan bakar gas). Bahan
bakar ini dianggap lebih bersih bila dibandingkan dengan bahan bakar minyak karena emisi gas
buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4)
yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya
berbentuk silinder. Mantan Direktur utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto memastikan
penggunaan BBM (Bahan bakar minyak) akan segera menunjukan penurunan. Sehingga,
mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak menuju bahan bakar gas adalah cara yang
paling tepat yang harus dilakukan. Konversi bahan bakar menuju gas merupakan langkah yang
bijak mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil gas alam terbesar.
CNG terkadang dianggap sama dengan LNG (Liquefied natural gas). Walaupun
keduanya sama-sama gas alam, perbedaan utamanya dari gas yang berbentuk CNG merupakan
gas alam yang dikompresikan sedangkan LNG merupakan gas dalam bentuk cair sebagai hasil
dari pendinginan gas alam tersebut. CNG secara ekonomis lebih murah di dalam tahap produksi
dan penyimpanan dibandingkan LNG yang membutuhkan pendinginan dan tangki kriogenik
(cryogenic tank) yang mahal. Akan tetapi CNG membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih
besar untuk sejumlah massa gas alam yang sama dengan LNG serta memiliki tekanan yang
sangat tinggi. Oleh karena itu pemasaran CNG lebih ekonomis untuk lokasi-lokasi yang dekat
dengan sumber gas alam.
CNG juga perlu dibedakan dari LPG (Liquified petroleum gas), yang merupakan
campuran terkompresi dari propana (C3H8) dan butana (C4H10). Didalam RUPTL (rencana
usaha penyediaan tenaga listrik) yang telah dirumuskan oleh PT.PLN (perusahaan listrik
negara) telah direncanakan penggunaan CNG sebagai bahan bakar untuk sejumlah power plant.
Sistem distrubusi CNG yang sampai saat ini masih banyak yang menggunakan pipa bawah laut
dan juga menggunakan transportasi kapal tongkang menjadikan transportasi CNG menjadi
mahal. Dibutuhkanya sistem transportasi CNG dengan mengunakan kapal khusus pengangkut
2
CNG. Minimnya galangan kapal yang dapat membangun kapal khusus CNG menjadi salah
kendala dalam pengadaan kapal CNG dengan skala besar.
Kapal CNG merupakan kapal yang mengangkut gas alam yang terkompresi. Kapal CNG
memiliki 60-80% dari CAPEX (Capital Expenditure) keseluruhan sistem rantai pasokan CNG.
Berbeda dengan kapal LNG, kapal CNG ini memiliki bobot yang lebih berat karena material
dari tabung atau kapal untuk memuat gas lebih tebal untuk menahan tekanan sampai dengan
250 bar. Namun dengan jarak transportasi gas yang lebih pendek, pemanfaatan kapal CNG ini
bisa menjadi sangat menguntungkan. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi para
pelaku industri perkapalan untuk membangun kapal transportasi pengangkut CNG dengan
biaya yang lebih murah jika dibandingkan menggunakan pipa maupun kapal tongkang.
Dengan mempertimbangkan lokasi pembangkit PLN lain yang akan menggunakan CNG
saat beban puncak (peaker) akan menambah pilihan sumber-sumber CNG yang akan dikirim
melalui kapal dengan mengintegrasikan kebutuhan beberapa unit pembangkit lain di sekitarnya.
Sehingga bisa saja CNG plant yang dibangun di satu unit pembangkit dapat melayani
kebutuhan CNG beberapa unit pembangkit lain yang terletak dipulau lain di sekitarnya dengan
menggunakan kapal (Listrik Indonesia, 2014)
1.2. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah disebutkan diatas, permasalahan yang
akan dikaji dalam tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana potensi pasar untuk galangan kapal khusus kapal CNG di Indonesia ?
2. Bagaimana fasiliitas dan teknologi yang dipersiapkan dalam membangun kapal CNG ?
3. Bagaimana kelayakan teknis maupun ekonomis pengembangan galangan khusus kapal
CNG di Indonesia ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Analisa terhadap potensi pasar untuk galangan kapal bangunan baru khusus kapal CNG
di Indonesia.
2. Analisa fasilitas dan teknologi yang perlu dipersiapkan dalam membangun kapal CNG.
3. Analisa secara teknis maupun ekonomis pengembangan galangan kapal bangunan baru
khusus kapal CNG di Indonesia.
3
1.4. Batasan Masalah
Dalam penyusunan tugas akhir, diperlukan batasan masalah. Batasan-batasan yang ada
dalam tugas akhir ini adalah :
1. Pembangunan galangan kapal CNG dengan menggunakan referensi kapal jayanti
baruna.
2. Perhitungan dan perencanaan kebutuhan komponen kapal dengan mengunakan
klasifikasi ABS (american bureau of shipping) guide for vessels intended to carry
compressed natural gases in bulk, tahun 2014
3. Metode yang digunakan untuk menghitung investasi dan kembalinya investasi serta
keuntungan adalah metode NPV.
1.5. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Dapat memberikan pengetahuan baru, wawasan baru, dan sebagai referensi bagi
pembaca mengenai pengembangan galangan kapal khusus kapal CNG di Indonesia.
2. Dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi pembangunan galangan kapal
khusus kapal CNG di Indonesia
1.6. Hipotesis
Pembangunan galangan kapal khusus CNG ship di Indonesia cukup layak untuk
dilaksanakan karena potensi pasar kapal CNG yang cukup banyak dan memiliki sedikit
persaingan, sehingga dapat mendukung industri kapal nasional khususnya dibidang kapal CNG.
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
5
BAB 2
STUDI LITERATUR
2.1. Galangan Kapal
Bangunan kapal bisa disebut sebagai sebuah seni, dilakukan oleh seniman yaitu
perancang kapal. Itu berarti sang seniman merancang ukuran dan bentuk kapal berdasarkan
pikiran mereka tanpa ada perhitungan maupun gambar yang detail, hanya berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman. Seniman hanya merangkai sebuah kapal dari material mentah,
pada waktu itu adalah kayu. Seiring berjalan waktu, kapal tidak lagi dibangun dari kayu dan
oleh seniman tanpa adanya perhitungan, namun dibangun dengan material baja dengan
perhitungan stabilitas, kekuatan, dan hidrodinamika oleh teknisi yang terlatih (Schlott, 1980).
Secara umum galangan kapal dapat diartikan sebagai tempat yang dirancang untuk
mengerjakan bangunan bangunan kapal baru dan perbaikan kapal (Storch et al, 1995). Galangan
kapal biasanya dibangun di lahan yang luas karena objek pengerjaan yang begitu besar di sertai
fasilitas pendukung guna menunjang akifitas yang terkait dengan pembangunan ataupun
perbaikan kapal.
2.1.1. Sarana Pokok Galangan Kapal
Untuk dapat beroperasi galangan kapal harus memilki sarana pokok dan sarana
penunjang (Soeharto dan Soejitno, 1996). Untuk galangan kapal bangunan baru, salah satu
sarana berikut harus dimiliki, yaitu :
a. Building berth
b. Building dock
c. Slipway
d. Graving dock
e. Lift dock
Berikut akan dijelaskan mengenai bebrapa jenis sarana pokok galangan tersebut :
a. Slipway
Slipway merupakan salah satu bentuk sarana pokok untuk reparasi kapal yang
paling sederhana untuk menaikkan dan menurunkan kapal yang akan direparasi.konstruksi
slipway terdiri dari rel yang dipasang pada landasan beton seperti pada building berth dan
kereta (cradle) di atasnya. Cradle dapat dinaik turunkan di atas rel dengan bantuan kabel
6
baja (slink) yang ditarik mesin derek (winch). Slipway terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu:
slipway memanjang dan melintang.
Keuntungan menggunakan slipway sebgai sarana pengedokan dari segi ekonomis
relatif murah sehingga dalam pemilihan sarana pengedokan umumnya dianalisa apakah
slipway layak. Kemudian dari segi teknis slipway dianalisa daerah peluncuran/penaikan
kapal, sehingga membutuhkan daerah perairan terbuka dan membutuhkan areal tanah yang
panjang untuk tipe end launching dan areal tanah yang luas untuk tipe side launching. Pada
Gambar 2.1 diberikan contoh desain slipway sebagai salah satu sarana pengedokan.
Gambar 2.1 Slipway
Sumber : Bluebird Marine Systems Ltd, 2016
b. Graving dock
Graving dock adalah tempat untuk membangun atau mereparasi kapal dimana
bentuknya seperti kolam dengan konstruksi beton yang terletak ditepi pantai/laut. Antara
konstruksi kolam dan laut disekat oleh pintu yang kedap air. Cara kerja bila dibangun kapal
baru, pintu ditutup kemudian air di dock dikosongkan dengan cara memompa air keluar.
Sedangkan bila reparasi, kapal dimasukkan, kemudian pintu ditutup, air dipompa keluar
dan dibawah kapal diberikan penumpu penumpu yang akan menopang kapal. Pada Gambar
2.2 ditunjukan fasilitas graving dock sebagai salah satu sarana pengedokan kapal.
7
Gambar 2.2 Graving Dock
Sumber : Royal Haskoning DHV, 2018
c. Floating Dock
Floating Dock Merupakan tipe dock yang portable sehingga dapat dengan
mudah dipindahkan. Floating dock dibuat dari baja sehingga biaya perawatan cukup
mahal. Proses pengedokan dengan cara menenggelamkan dan mengapungkan dock pada
sarat air tertentu dibantu dengan pompa pompa pengisi. Hal terpenting pada saat
pengedokan adalah urutan pengisian air ke dalam kompartemen atau pontoon agar tidak
terjadi defleksi yang berlebihan pada konstruksi floating dock tersebut.
Keuntungan penggunaan floating dock adalah biaya pembuatan untuk kapasitas
yang sama lebih murah dari pada graving dock, dapat dipindahkan ketempat lain, dapat
mengangkat kapal yang lebih panjang dari docknya sendiri serta dapat melakukan self
docking apabila mengalami kerusakan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya perawatan
yang mahal, hanya untuk menguntungkan pekerjaan reparasi, umur pemakaian relative
pendek dibandingkan dengan tipe yang lain karena pengaruh korosi, memerlukan
perairan yang tenang untuk menjaga stabilitas kapal diatas dock serta memerlukan
perairan yang dalam. Pada Gambar 2.3 ditunjukan fasilitas floating dock sebagai salah
satu sarana pengedokan kapal.
8
Gambar 2.3 Floating Dock
Sumber : Heger Dry Dock, Inc, 2011
2.1.2. Perencanaan Tata Letak Galangan Kapal
Perencanaan tata letak galangan kapal merupakan suatu proses yang sangat penting
untuk dilakukan sebaik mungkin. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut (Soeharto dan Soejitno, 1996) :
a. Jenis proses produksi
Proses produksi kapal terdiri dari 2 jenis kegiatan pokok yaitu hull construction
dan outfitting work. Jenis kegiatan ini perlu disusun dalam bentuk arus kegiatan / material
sejak dari kedatangan material sampai dengan kapal siap diserahkan.
b. Arah masuk / keluar material (Material flow)
Titik awal (starting point) dan titik akhir (ending point) dari proses produksi
tersebut akan sangat ditentukan oleh metode pengiriman material/bahan baku (dengan
menggunakan transportasi laut maupun darat). Titik dimana material tersebut datang
merupakan starting point dari urutan produksi yang telah direncanakan termasuk
kemudian pada area lahan yang tersedia.
c. Perhitungan Lokasi Fasilitas Utama
Pehitungan luas area masing masing fasilitas yang diperlukan sesuai dengan
kapasitas produksi per tahun yang telah disepakati bersama. Area produksi yang perlu
diperhitungkan luasnya tersebut adalah: gudang pelat / profil, bengkel persiapan /
9
perawatan material, bengkel fabrikasi, bengkel sub assembly / assembly, building berth /
building dock, bengkel outfitting dan fasilitas-fasilitas lainnya.
d. Penentuan Lokasi Fasilitas Utama
Peletakan lokasi fasilitas utama galangan adalah acuan dari perencanaan lokasi
fasilitas penunjang lainnya. Dengan memperhatikan ploting yang telah dilaksanakan pada
area lahan tersebut, maka fasilitas utama galangan diletakkan pada proporsi urutan
produksi yang ditetapkan.
e. Penentuan Lokasi Fasilitas Penunjang
Peletakkan fasilitas penunjang merupakan suatu pekerjaan perancangan, sehingga
dapat terjadi beberapa kali perubahan (trial and error) dengan memperhatikan faktor
keselamatan kerja, efisiensi dan pemanfaatan lahan yang secara optimal.
2.1.3. Prinsip Tata Letak Galangan
Dalam proses pembangunan sebuah galangan kapal perlu adanya perhitungan secara
cermat, mengingat nilai ekonomis dari poduk tersebut sangat tinggi dengan suku bunga yang
berlaku, maka setiap keterlambatan akan membawa konsekuensi yang besar. Oleh karena itu
jalannya proses pembangunan mulai dari material supply hingga mencapai proses erection
harus berjalan dengan lancar. Sehingga suatu tata letak galangan menjadi salah satu hal yang
penting dalam menunjang kelancaran proses produksi. Ketepatan dalam penyusunan tata letak
galangan akan membantu kelancaran alur produksi dari proses pembangunan. Dalam menyusun
tata letak galangan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Soegiono,
2004) :
a. Menjaga agar lintasan/urutan dari setiap material atau produk tidak terpotong
b. Menjaga jumlah gerakan/perpindahan material sampai produk pada batas minimum.
c. Memberikan kesempatan yang cukup luas bagi fleksibilitas dan pengembangan di
masa yang akan datang.
d. Memberikan suatu lingkungan kerja yang cukup pada setiap area produksi khususnya
ditinjau dari segi keselamatan, kemyamanan dan efisiensi.
Cara pengaturan tata letak galangan menggunakan kombinasi Process Lay-Out dan
Product Lay-Out. Process Lay-Out merupakan tata letak di mana semua mesin-mesin sejenis
dan peralatan sejenis diletakkan pada area yang sama. Sedangkan Product Lay-Out adalah tata
letak di mana semua mesin produksi disusun berurutan sesuai dengan aliran material dapat
dilihat pada Gambar 2.4 Contoh layout pada galangan kapal
10
Gambar 2.4 Contoh Layout Shipyard
Sumber : Atlantic Eagle Shipbuilding, 2013
Adapun tipe galangan ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti
lokasi dan area galangan, metode pembangunan yang digunakan, dan skala produksi.
Dijelaskan sebagai berikut (Schlott, 1980) :
a. Layout tipe I dan T
Tipe tata letak galangan “I” dan ”T” merupakan tipe tata letak dimana bengkel
produksi utamanya segaris, sehingga alur material dari steel stockyard sampai dock
adalah lurus. Tipe tata letak galangan seperti ini biasanya adalah galangan yang
mempunyai lokasi tanah yang memanjang, baik itu memanjang sejajar dengan bibir
pantai maupun tegak lurus dengan bibir pantai. Tipe layout ini membutuhkan area yang
cukup panjang dan fasilitas sanitasi maupun pengangkutan di beberapa tempat untuk
mengurangi banyaknya kehilangan waktu. Pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6 ditunjukan
layout tipe I dan T
Steel - Dockyard Fabrication Shop Assembly Yard Dock
Gambar 2.5 Layout Tipe I
Steel - Dockyard Fabrication Shop Assembly Yard Dock
Gambar 2.6 Layout Tipe T
11
b. Layout tipe L
Tipe tata letak “L” merupakan tipe galangan dimana bengkel produksinya
disusun sedemikian rupa sehingga tampak seperti L. penyusunan tata letak galangan tipe
L biasanya untuk steel stockyard sampai bengkel assembly adalah segaris, sedangkan
dock tegak lurus dengan bengkel assembly. Kelebihan dari layout tipe L yaitu terletak
pada penggunaan area yang lebih pendek dan terkonsentrasi. Pada Gambar 2.7
ditunjukan layout tipe L
Steel - Dockyard Fabrication Shop Assembly Yard
Dock
Gambar 2.7 Layout Tipe L
c. Layout tipe U
Tipe tata letak galangan U biasanya adalah galangan yang memiliki area yang
relatif sedang, dimana penempatan bengkel produksi disusun memutar seperti huruf U,
namun tetap memprioritaskan alur produksi. Tipe tata letak galangan ini memiliki
kelemahan pada waktu produksi yang lebih lama karena adanya pengembalian arus
material. Pada Gambar 2.8 ditunjukan layout tipe U
Steel - Dockyard Fabrication Shop
Assembly Yard
Dock
Gambar 2.8 Layout Tipe U
d. Layout tipe Z
Tipe tata letak Z merupakan tipe tata letak yang cukup jarang dipakai, dimana
bengkel produksi tidak disusun sejajar, namun alur produksi dan material dibuat seperti
huruf Z. Layout tipe ini memiliki keuntungan apa bila akan dilakukan pengembangan
atau perluasan pada bengkel-bengkel di kemudian hari. Pada Gambar 2.9 ditunjukan
layout tipe Z
12
Steel - Dockyard
Fabrication ShopAssembly YardDock
Gambar 2.9 Layout Tipe Z
2.1.4. Tujuan Perencanaan Letak Galangan
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam perancangan tata letak industri galangan pada
dasarnya adalah meminimalkan biaya atau meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala
fasilitas produksi dan area kerja. Disamping juga untuk mendapatkan tempat kerja yang
nyaman, system kerja yang teratur serta kemudahan dalam perawatan keseluruhan sistem.
Sedangkan tujuan penataan sarana produksi adalah :
a. Mengurangi jarak kerja material handling,
b. Tidak terganggunya frekuensi produksi,
c. Mempermudah perawatan sarana produksi,
d. Menekan investasi dan ongkos produksi,
e. Meningkatkan keselamatan kerja,
f. Meningkatkan efisiensi produksi,
g. Meningkatkan mutu hasil produksi,
h. Memudahkan pengawasan.
Baik buruknya penataan area produksi dan layout perusahaan akan menentukan efisiensi
produksi, laba perusahaan serta ketangguhan perusahaan. Hal ini berlaku pula untuk sebuah
galangan kapal (Soeharto dan Soejitno, 1996). Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan layout galangan, antara lain:
a. Produk yang dihasilkan,
b. Urutan produksi,
c. Kebutuhan ruangan yang memadai,
d. Peralatan atau mesin mesin
e. Maintenance dan replacement,
f. Keseimbangan kapasitas,
13
g. Minimum pergerakan material,
h. Tempat kerja karyawan.
i. Service area,
j. Waiting area (tempat menyimpan material untuk menunggu proses selanjutnya),
k. Plan climate (pengaturan udara dan suhu dalam ruangan).
l. Pertimbangan utama dalam penyusunan layout galangan kapal adalah aliran
material, kapasitas produksi, sarana dan prasarana serta tuntutan efisiensi yang
tinggi.
2.2. Gas Alam
Gas alam merupakan bahan bakar fosil yang mempunyai bentuk berupa gas. Gas alam
terdiri dari campuran hidrokarbon mempunyai sifat daya kembang yang besar, daya tekan yang
tinggi berat jenis spesifik yang rendah dan secara alami ditemukan dalam bentuk gas. Berikut
merupakan komponen yang terdapat pada gas alam beserta berat jenis gas alam dalam keadan
STP (Standard Temperature and Pressure) maupun NTP (Normal Temperature and Pressure).
Untuk jenis gas, formula, berat molekul dan kepadatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 mengenai
kondisi NTP1 dan STP2
Tabel 2.1 Berat Jenis Komponen Gas Alam pada NTP1 dan STP2
Gas Formula Molecular Weight Density
(kg/m3) (lb/ft3)
Chclohexane 84,16
Digester Gas 0,062
Ethane C2H6 30,07 1,264 1) 0,0789 1)
Ethyl Alcohol 46,07
Ethyl Chloride 64,52
Ethylene C2H4 28,03 1,260 2) 0,0786 2)
Helium He 4,02 0,1664 1) 0,0104 2)
N-Heptane 100,20
Hexane 86,17
Hydrogen H2 2,016 0,0899 2) 0,0056 2)
Hydrochloric Acid 36,47
Hydrogen Chloride HCl 36,5 1,528 1) 0,0954 1)
Hydrogen Sulfide H2S 34,076 1,434 1) 0,0895 1)
14
Gas Formula Molecular Weight Density
(kg/m3) (lb/ft3)
Methane CH4 16,043 0,668 1)
0,717 2)
0.0417 1)
0,0447 2)
Methyl Alkohol 32,04
Methyl Butane 72,15
Methyl Chloride 50,49
Natural Gas 19,5 0,7 –
0,9 2)
0,044 –
0,056 2)
Neon Ne 20,179 0,052
Nitric Oxide No 30,6 1,249 1) 0,0780 1)
Acetylene (ethyne) C2H2 26 1,092 1) 0,0682 1)
1,170 2) 0,0729 2)
Air 29 1,205 1) 0,0752 2)
1,293 1) 0.0806 2)
Ammonia NH3 17,031 0,717 1) 0.0448 2)
0.769 1) 0.0480 2)
Argon Ar 39,948 1,661 1) 0,1037 2)
Benzena C6H6 78,11 3,486 0,20643
Blast Furnace Gas 1,250 2) 0,0780 2)
Butane C4H10 58,1 2,489 1) 0,1554 1)
2,5 2) 0,156 2)
Butylene (Butene) C4H8 56,11 2,504 2) 0,148 2)
Carbon Diokside CO2 44,01 1,842 1) 0,1150 1)
1,977 2) 0,1234 2)
Carbon Disulphide 76,13
Carbon Monoxide CO 28,01 1,165 1) 0,0727 1)
1,250 2) 0,0780 2)
Carburated Water Gas 0,048
Chlorine Cl2 70,906 2,994 1) 0,1869 1)
Coke Oven Gas 0,034 2)
Combustion Product 1,11 2) 0,069 2)
15
Didalam CNG terdapat komposisi kimia yang terdiri dari berbagai macam gas gas. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Komposisi Kimia dalam CNG
Komponen Gas Komposisi
Metana 84,07 %
Etana 5,86 %
Propana 2,20 %
i-Butana 0,35 %
n-Butana 0,58 %
i-Pentana 0,27 %
n-Pentana 0,25 %
Hexana 0,28 %
Heptana 0,76 %
Karbon Dioxsida 1,30 %
Hidrogen Sulfida 0,63 %
Nitrogen 3,45 %
Total 100 %
2.3. Marine Compressed Natural Gas (CNG)
Penggunaan CNG untuk bahan bakar bukanlah hal baru. Hampir semua gas alam
dikirimkan oleh pipa telah dikompresikan terlebih dahulu. CNG juga telah digunakan secara
luas sebagai bahan bakar transportasi dengan lebih dari 12 juta kendaraan CNG dalam
pelayanan di seluruh dunia. Marine CNG adalah transportasi gas alam dengan menggunakan
kapal yang disimpan di dalam tangki-tangki bertekanan tinggi. Untuk tujuan ini gas alam hanya
secara mekanis dikompresi, seperti di pipa. Tidak seperti gas alam cair (LNG), CNG tidak
memerlukan pendinginan yang kompleks dan mahal.
CNG merupakan alternatif pengganti BBM (bahan bakar minyak) yang berupa BBG
(bahan bakar gas) yang dipadatkan. CNG disimpan dan di distribusikan melalui pengemasan
dalam tangki bejana tekan atau pressure vessel. Tekanan yang digunakan dalam operasional
pada CNG adalah sebesar 100 s/d 275 bar. Dikarenakan tekanan yang besar maka CNG tidak
bisa di distribusikan melalui pipa yang hanya memiliki tekanan 11 bar. CNG memiliki jarak
efisien 2500 km jika lebih dari 2500 km, transportasi gas alam lebih efisien menggunakan
transportasi dalam bentuk LNG (Liquified Natural Gas) untuk jarak pemasaran dengan
menggunakan CNG vessel dapat dilihat pada Gambar 2.10
16
Gambar 2.10 Jarak Untuk Pemasaran Gas Alam
Sumber : Marine CNG Transportation, Platts Caribbean Energy Conferce, 2013
2.4. Tinjauan Kapal Pengankut CNG
Pengangkutan CNG dengan menggunakan kapal dinilai lebih efisien dibandingkan
dengan pengangkutan jenis lain (LNG dan LPG). Hal ini dikarenakan fasilitas yang dibutuhkan
saat pemuatan dan saat bongkar muatan. Dibandingkan dengan kapal LNG yang memerlukan
terminal pencairan (liquefaction terminal) pada saat pemuatan dikapal dan terminal untuk
menjadi gas (regassification terminal) pada saat bongkar muatan.
2.4.1. Pressure Vessel
Pressure Vessel adalah tangki yang digunakan untuk menyimpan fluida. Penyimpanan
fluida yang disimpan dalam pressure vessel merupakan fluida yang berkarakteristik dan fluida
yang harus diberi perlakuan khusus, misalkan fluida bertekanan, fluida yang memiliki
temperatur rendah,dll.
Perancangan Pressure Vessel (Pressure Vessel Design) Dalam merancang pressure
vessel, hal-hal yang harus dilakukan adalah :
1. Menentukan Ukuran Utama Pressure Vessel
Untuk menentukan ukuran utama pressure vessel dapat dilakukan dengan 2 metode.
Metode-metode tersebut biasa disebut dengan metode 1 dan metode 2. (Pressure Vessel
Design Manual oleh Dennis Moss, 2004).
2. Menghitung Tebal Pelat untuk Pressure Vessel
17
Untuk menghitung tebal pelat pressure vessel harus sesuai standard yang ada.
Perhitungan tebal pelat pressure vessel sesuai standard ASME (American Society of
Mechanical Engineers). Tangki CNG diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu :
- Tipe 1, Semua bahan yang dipakai berjenis logam.
- Tipe 2, Bahan yang dipakai adalah logam yang dilapisi komposit (fiber glass/serat
karbon) pada bagian tengah.
- Tipe 3, Bahan yang dipakai adalah logam yang dilapisi komposit pada bagian dalam
(full wrapped).
- Tipe 4, Bahan yang dipakai adalah plastik kedap gas yang dilapisi komposit pada
bagian dalam (full wrapped).
Gambar 2.11 Tipe Tanki CNG
Sumber : CNG Complete, 2013
Pada dapat Gambar 2.11 dilihat berbagai macam tipe tipe tangki CNG yang dapat
digunakan. Umumnya tangk1 yang banyak digunakan adalah tangk1 CNG tipe 1 yang
menggunakan material metal.
2.4.2. Komponen CNG (Compressed Natural Gas) Cylinder
Tangki yang akan digunakan dalam kapal CNG Carrier merupakan tangki yang didesain
hanya untuk gas CNG (Compresssed Natural Gas) dan tidak dapat digunakan untuk bakar
lainnya. Tangki ini juga harus mampu menahan tekanan 200-250 bar dan pemasangan tangki
CNG harus dilakukan dengan pengawasan profesional. Pada Gambar 2.12 ditunjukan
komponen komponen yang ada pada bagian tangki CNG sedangkan pada Tabel 2.3 merupakan
keterangan bagian CNG Cylinder. Pada Gambar 2.13 dan Tabel 2.4 merupakan gambar dan
keterangan dari katup tangki CNG
18
Gambar 2.12 Komponen CNG Cylinder
Sumber : Steelhead Composite, 2016
Tabel 2.3 Keterangan Bagian CNG Cylinder
Part Number Description
1 Valve
2 O – Ring
3 O – Ring
4 COPV
5 O – Ring
6 O – Ring
7 O – Ring
Gambar 2.13 Katup dari CNG Cylinder
Sumber : Steelhead Composite, 2016
Tabel 2.4 Keterangan Bagian Katup CNG
Part Valve Detail
A Manual Valve
B Inlet/Outlet Fuel Port
C Pressure Relief Device
(PRD)
D PRD Vent Port
E Solenoid Actuator
F Electrical Solenoid
Connection Point
G Valve Body
1 2 3
4
5 6 7
19
2.4.3. Proses Pembuatan Tangki CNG
Secara umum terdapat 3 cara dalam proses manufaktur tabung CNG untuk menghasilkan
tabung silinder tanpa menggunakan las (seamless). Perbedaan proses pembuatan tangki dapat
dilihat pada Tabel 2.5 :
Tabel 2.5 Proses Pembuatan Tangki CNG
a. Deep Drawing/Plate Puncing (Includes : Annealing, Lubricating, Cold Deep
Drawing, Annealing & Phosphating, Lubricating, Cold Deep Drawing, Etc.) Untuk
proses lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Proses Deep Drawing/Plate Punching
Sumber : Zhejiang Jindun Holding Group, 2010
Pada Gambar 2.14 dijelaskan urutan proses : Raw Material Cutting
Spherodizing Surface Treatment 1st Lubricating Cup Pressing Annealing
Surface Treatment 2nd Lubricating 1st Deep Drawing Annealing
Surface Treatment 3rd Lubricating 2nd Deep Drawing UT Test Head
Forming Neck Cutting Q/T Heat Treatment Neck Machining Hydrostatic
Test Internal/External Shot Blasting Ultrasonic Inspection Weighting
No Material Mentah Proses
1 Steel Plate Deep Drawing
2 Seamless Tubes Hot Spinning
3 Steel Billet Piercing and Drawing
20
Measuring Stamping Painting Winding Curling Curling Hydrostatic
Test Auto-Frettage Valve Assembly Finish
Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Proses Deep Drawing/Plate Punching
Kelebihan Kekurangan
Ketebalan dinding tabung sama (uniform) Memiliki resiko yang kerutan (wrinkles/riffles)
pada bagian kulit tabung
Berat tabung lebih ringan dibandingkan
metode lainnya
Banyaknya fasilitas produksi yang diperlukan
Rasio perbandingan antara kapasitas dan berat
tabung tinggi
Pengerjaan membutuhkan waktu yang relative
lebih lama
Jika tidak memiliki kerutan dan cacat produksi
(wrinkle, riffle, etc) dapat memiliki
karakteristik yang lebih halus dan sama
dibandingkan metode lainnya
Produktivitas rendah dan prosedur produksi
yang lebih rumit
Berdasarkan Tabel 2.6 dapat diidentifikasikan kelebihan maupun kekurangan
dari proses deep drawing/plate punching.
b. Seamless Tubes Hot Forming/Spinning (Includes : Cutting to Length, Regional
Heating, Base Spinning, Shaping, Internal Dressing, Etc.)
Gambar 2.15 Proses Seamless Tubes Hot Forming/Spinning
Sumber : Zhejiang Jindun Holding Group, 2010/09/27
21
Pada Gambar 2.15 dijelaskan urutan Proses : Raw Material (Pipe) Cutting
Bottom Closing Bottom Shapping & Internal Dressing Internal Inspection
Head Forming Neck Cutting Q/T Heat Treatment Neck Machining
Hydrostatic Test Internal/External Shot Blasting Ultrasonic Inspection
Weighting Measuring Stamping Painting Winding Curling Curling
Hydrostatic Test Auto-Frettage Valve Assembly Finish
Tabel 2.7 Kelebihan dan kekurangan proses seamless tubes hot forming/spinning
Kelebihan Kekurangan
Investasi fasilitas pembuat tangki ,pengerjaan
dan area kerja lebih sedikit
Biaya material mentah tinggi (Seamless Tube)
Produktivitas tinggi dan biaya modal lebih
efisien
Tangki berdiameter besar dibuat dengan
menggunakan panas (Hot-Exspansion) yang
dapat mempengaruhi keselamatan dari tabung
bertekanan tinggi pada saat operasional
Secara umum ketebalan pada kulit hampir
sama sehingga mengurangi rasio berat/volume
Dikarenakan keterbatasan proses Spinning
resiko kurangnya pencampuran logam
dibagian dasar tangki, atau resiko mengalami
inclusion, crack dan cacat lainnya tinggi
Ketebalan (Base Thickness) dapat berubah
ubah jika digunakan dalam jangka waktu yang
lama
Perubahan ketebalan dari dasar tangka menuju
kulit tidak merata sehingga bisa terjadi
kebocoran dikarenakan fatigue setelah
digunakan dalam beberapa tahun
Ukuran dari tangka jenis ini terbatas dari
ketersediaan material mentah (Seamless Tube)
Berdasarkan Tabel 2.7 dapat diidentifikasikan kelebihan maupun kekurangan dari
proses seamless tubes hot forming/spinning.
c. Billet Piercing (Includes : Billet Cutting, Overall Heating, Cupping & Hot Piercing,
Wall Thickness Reduction by Hot/Cold Drawing, Etc.)
22
Gambar 2.16 Proses Billet Piercing
Sumber : Zhejiang Jindun Holding Group, 2010/09/27
Pada gambar Gambar 2.1 merupakan urutan proses : Raw Material (Billet) Cutting
Billet Heating Cup Drawing Final Drawing Plasma Cutting Inside
Inspection Head Forming Neck Cutting Q/T Heat Treatment Neck
Machining Hydrostatic Test Internal/External Shot Blasting Ultrasonic
Inspection Weighting Measuring Stamping Painting Winding Curling
Curling Hydrostatic Test Auto-Frettage Valve Assembly Finish.
Tabel 2.8 Kelebihan dan kekurangan proses billet piercing
Kelebihan Kekurangan
Material mentah mudah untuk didapatkan
(Billet)
Investasi yang dibutuhkan tinggi dan luas area
kerja luas
Tegangan yang disebarkan pada dasar tangka
lebih merata tanpa menggunakan proses
spinning
Kualitas permukaan dikulit memiliki cacat
cacat halus dikarenakan mudah terjadi
oksidasi, goresan, cekungan dan cacat yang
diakibatkan proses yang menggunakan panas
lebih sulit terlihat
Dikarenakan ketebalan yang merata dari kulit
hingga dasar tangka tingkat tekanan di zona
zona berbahaya masih dapat memenuhi syarat
dan lebih aman pada saat beroperasi
Rasio berat / kapasitas tinggi
23
Kelebihan Kekurangan
Spesifikasi dan ukuran yang tidak menjadi
standar baku dapat dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pembeli
Biaya produksi dan kontrol manajemen tinggi
Berdasarkan Tabel 2.8 dapat diidentifikasikan kelebihan maupun kekurangan dari
proses billet piercing.
2.5. Jenis-Jenis Kapal dan Tangki CNG
Pada saat ini kapal pengangkut CNG telah memilki banyak pengembangan hal ini
ditujukan agar pengangkutan CNG menjadi lebih ekonomis. Berikut merupakan jenis-jenis
kapal CNG yang telah dikembangkan.
a. Tipe Enersea (Baja, pipa vertikal, tekanan 130 bar pada suhu -29o C)
ABS (American Bureau of Shipping), yang merupakan badan klasifikasi amerika
yang menjadi pelopor standar keselamatan dan keamanan yang terkait dengan
pengiriman ( Liquefied natural gas, LNG ) dipilih menjadi mitra kerja dari EnerSea
Transport (Houston, Texas), Hyundai Heavy Industry ( Korea ) dan Kawasaki Kisen
Kaisha (”K” Line ) dalam mengembangkan kapal yang didesain untuk membawa CNG.
ABS selaku biro klasifikasi akan menyediakan ”class approval in principle” dari konsep
EnerSea’s VOTRANS ( Volume Optimized Transport Storage ) kapal pengangkut CNG
yang telah memenuhi regulasi klasifikasi ABS. Pada Gambar 2.17 diperlihatkan contoh
desain kapal CNG tipe enersea.
Gambar 2.17 Kapal CNG Tipe Enersea
Sumber : Global mongabay, 2007
24
b. Tipe Coselle ditemukan oleh williams ( baja tergulung, tekanan 275 bar, suhu
ambient)
ABS (American Bureau of Shipping) sebagai biro klasifikasi yang telah
dipercaya dalam hal keselamatan tangki bertekanan tinggi telah mengakui konstruksi
dari desain tanker gas baru. Kapal Coselle CNG dikembangkan dari perusahaan milik
negara pemerintah kanada kapal Sea NG, kapal coselle memiliki sistem penyimpanan
gas bertekanan tinggi pada gulungan pipa berdiameter kecil dalam jumlah yang banyak.
Tiap Coselle terdiri dari gulungan besar dari pipa yang terbungkus menjadi
kontainer penyimpanan berbentuk silinder. Sampai dengan 10 millimeter diameter kecil,
pipa dengan kekuatan tarik tinggi X70 digulung sampai membentuk roll seperti susunan
konstruksi kokoh, yang disebut Coselle. Corselle menyediakan perlindungan untuk
transportasi CNG dikarenakan konstruksinya yang kokoh. Ukuran dari Coselle berkisar
antara 15 – 20 meter untuk diameternya dan 2,5 – 4,5 meter untuk tingginya, dan
beratnya mencapai 550 ton. Untuk setiap coselle dapat membawa 3.000.000 standart
cubic feet dari gas alam. Bergantung dari dimensi, suhu gas, tekanan dan komposisi.
Coselle dibuat untuk mengurangi potensi pecah hal ini dikarenakan coselle memiliki
dinding pipa yang tipis dan memliki sifat elastis. Coselle didesain untuk membatasi
aliran gas akibat dimensi pipa yang kecil. Coselle juga lebih aman karena dekompresi
energi dibebaskan secara lebih perlahan-lahan.
Gambar 2.18 Kapal CNG Tipe Coselle
Sumber : marinelog, 2010
25
Keuntungan lain yang dimiliki tangki ini adalah minimnya fasilitas darat. Gas
dapat dimuat pada fasilitas jalur pipa pelabuhan sederhana. Hal ini tentu akan sangat
berpengaruh untuk mengurangi biaya untuk pengunaan lahan dan juga teknologi. Gas
juga dapat ditransportasikan dengan kapal pada pelampung lepas pantai jika pelabuhan
tidak dapat menerima. SeaNG meyatakan bahwa potensi pemasaran untuk kapal CNG
tipe coselle sangat besar. Gambar 2.18 Kapal CNG Tipe Coselle Merupakan desain
kapal CNG tipe coselle.
c. Tipe Knutsen ( baja, pipa vertikal, tekanan 250 bar, suhu ambient )
Perusahaan pelayaran Norwegia ”Knutsen OAS Shipping” telah memilih
pendekatan lain untuk merealisasikan CNG. Strategi pengembangan yang dilakukan,
antara lain :
- Mengaplikasikan prinsip desain yang sudah ada dengan maksimal.
- Mengabungkan industri perpipaan terbaik dengan industri perkapalan.
- Menjaga agar tingkat kerumitan minimum
Gambar 2.19 Kapal CNG Tipe Knutsen
Sumber : Knutsenoas Shipping, 2012
d. Tipe CETech ditemukan oleh Statoil, Teekay, Hoegh ( baja, pipa horizontal, tekanan
antara 200-250 bar, suhu ambient )
Pada Agustus 2004, Statoil, Teekay Shipping and Leif Hoegh & Co mengalihkan
program proyek jangka panjangnya menjadi perusahaan CETech ( compressed energy
technology ). Tugas pokok dari perusahaan adalah untuk mengkomersialkan teknologi
26
transportasi CNG, memungkinkannya untuk dilakukan pengiriman gas alam dari
pengeboran lepas pantai ke stasiun penampungan yang berada didarat atau lepas pantai.
Pada Gambar 2.20 dapat dilihat contoh kapal CETech
Gambar 2.20 Kapal CNG Tipe CETech
Sumber : Marinelog, 2004
e. Tipe Trans CNG International – Canada (tabung baja terbungkus)
Trans CNG international adalah perusahaan pengembang dari sistem transportasi
CNG Gas Transport Module ( GTM ). Teknologi ini mengunakan pipa komposit dibawah
lisensi dari NCF Industry. Gas Transport Module adalah bejana tekan dengan penguatan
komposit yang dibuat dengan mengacu kepada aturan American Society of Mechanical
Engineers ( ASME ), meliputi Dead Weight Tonnage ( DWT ), kontainer bertekanan tinggi
untuk pengiriman CNG dengan kapal laut, tongkang, kereta api atau truk. GTM
menawarkan efesiensi berat konstruksi dibandingkan dengan bejana tekan konvensional
dimana disisi lain mempertimbangkan juga tingkat keamanan dalam produksinya sesuai
dengan aturan dari ASME berkaitan dengan bejana tekan. Pengurangan berat konstruksi
berdampak kepada efisiensi konstruksi dari kapal pengangkut dan juga penghematan bahan
bakar.
Gas alam dikompresi hingga mencapai tekanan 3.000 psi yang kemudian akan
dialirkan pada tongkang atau kapal melalui pipa muat bertekanan tinggi. Proses tersebut
sama dengan proses pengisian CNG pada truk tangki, sekalipun dalam skala yang lebih
besar. Pada stasiun bongkar/muat, tongkang/kapal laut dihubungkan dengan sistem pipa
bongkar dan stasiun pengendali tekanan.
27
f. Tipe Trans Ocean Gas ( campuran )
Trans Ocean Gas merupakan satu-satunya penyokong CNG didunia yang
membawa CNG dengan mengunakan FRP ( fiber reinforcement plastic ) untuk
mentrasportasikan CNG dengan mengunakan kapal. Kapal FRP bertekanan ini telah diakui
keamananannya dan handal pada aplikasi di aerospace, dipertahanan nasional, di industri
minyak dan lepas pantai dan disarana transportasi umum. Berikut merupakan sifat yang
dimiliki oleh bejana tekan jenis FRP
1. Berat Konstruksi ( 1/3 baja )
2. Tahan terhadap korosi ( Thermoplastic Liner )
3. Aman terhadap resiko pecah ( bocor sebelum pecah )
4. Memiliki tingkat keandalan yang tinggi ( peluang kegagalan < 10E-5 )
5. Tahan terhadap kondisi temperatur yang sangat rendah ( -80oC )
6. Efisien dalam hal biaya
Bejana tekan jenis FRP diproduksi dengan mengunakan tabung plastik sebagai
model pada mesin filament-winding dengan sistem komputer. Sejalan dengan diputarnya
model pembuatan alur dengan filamen serat fiber dengan alur melingkar secara terus
menerus pada permukaan epoxy. Penambahan filament menghasilkan kekuatan pada
permukaan bejana tekan. Sebuah boss berbahan stainless steel pada sisi ujung atas dan
bawah, memungkinkan dilakukan penyambungan dengan manifol pipa konvensional.
Gambar 2.21 Merupakan contoh desain kapal tipe trans ocean gas (campuran)
Gambar 2.21 Kapal CNG Tipe Trans Ocean Gas
Sumber : Offshore Mag, 2015
28
2.6. Fasilitas Penunjang Operasional CNG Carrier
Didalam merencanakan pengiriman CNG menngunakan kapal diperlukan sarana dan
prasarana agar proses transfer gas berjalan dengan lancar. Hal hal yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut :
a. Jetty
Jetty merupakan fasilitas yang digunakan untuk menambatkan kapal yang
mengapung atau berada diatas air. Fasilitas ini diperlukan agar kapal tidak perlu sampai
bersandar untuk loading dan offloading gas dari power plant yang mensuplai maupun
yang akan disuplai. Gambar 2.22 menunjukan fasilitas jetty pada proyek oil and gas.
Gambar 2.22 Fasilitas Jetty
Sumber : HMSK, 2013
b. Compression Station
Compression Station merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengkompresi gas
alam. Gas alam yang telah dikompresi ini yang dinamakan compressed natural gas
(CNG). Gas gas ini dikompresi hingga mencapai tekanan 150 – 200 bar dan kemudian
akan disalurkan ke tangki CNG dikapal. Gambar 2.23 menunjukan contoh compression
station untuk menurunkan tekanan gas.
29
Gambar 2.23 Compression Station
Sumber : Nexus Gas Transmission
c. Decompression Station
Decompression Station merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengembalikan
gas yang telah terkompresi sebelumnya untuk dijadikan menjadi tekanan awal.
Decompression station akan digunakan jika gas gas yang terkompresi akan dipakai
untuk menjadi bahan bakar. Gambar 2.24 merupakan salah satu contoh fasilitas
Decompression Station.
Gambar 2.24 Decompression Station
Sumber : Gas Regulator, 2015
30
d. CNG Storage
CNG Storage merupakan fasilitas yang digunakan untuk menyimpan gas gas
bertekanan tinggi. Hal ini dilakukan agar selalu tersedianya cadangan gas yang akan
digunakan menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga gas. Gambar 2.25 merupakan
contoh CNG Storage.
Gambar 2.25 CNG Storage
Sumber : Maritime Executive, 2013
2.7. Fasilitas Pengolahan Compressed Natural Gas pada Power Plant
Didalam pengolahan compressed natural gas pada power plant diperlukan berbagai
fasilitas pendukung. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Natural Gas Inlet (Filtration & Pressure Reduction Station)
2. Generator
3. Intake air filter
4. Exhaust gas module
5. Exhaust gas silencer
6. Radiator
7. Step Up Transformer
8. Auxilary Transformer
9. Auxilary side ventilation air inlet
10. Generator side air inlet
Gambar 2.26 Merupakan contoh gas power plant yang dimiliki oleh wartsila yang
berkapasitas 50 MW.
31
Gambar 2.26 Gas Power Plant
Sumber : Wartsila, 2017
2.8. Analisa Pemilihan Galangan Kapal
Ada beberapa analisa teknis yang harus dilakukan untuk pemilihan lokasi yang cocok
untuk dibangun galangan kapal. Beberapa kriteria tersebut antara lain (Wignjosoebroto, 1991)
a. Ketersediaan lahan yang cukup
Luasan lahan haruslah dikategorikan lebih dari cukup untuk membangun
galangan kapal. Semakin luas lahan yang dibangun untuk galangan kapal, maka sangat
memungkinkan pihak galangan kapal untuk melakukan variasi pada layout galangan
serta penambahan fasilitas galangan kapal selain fasilitas pokok dari galangan kapal.
b. Keadaan alam dan lingkungan
Keadaan alam dan lingkungan menjadi faktor penting dari pemilihan lokasi.
Keadaan alam dan lingkungan ditinjau dari letak geografisnya, cuaca dan iklim, sarana
transportasi, angin, gelombang, instansi di sekitar galangan kapal, dan pangsa pasar
galangan kapal di sekitar lokasi. Dari letak geografisnya, akan ditinjau dari perbatasan
arah mata angin baik dari utara, selatan, timur dan barat.Untuk sarana transportasi, akan
ditinjau dari jalan utama terdekat dengan lokasi dan fasilitas umum seperti pelabuhan
atau terminal.
c. Fasilitas umum di sekitar lokasi
Fasilitas-fasilitas umum yang berada di sekitar lokasi akan dibangunnya
galangan kapal menjadi prioritas pula dalam pemilihan lokasi galangan kapal. Ada
32
beberapa fasilitas umum yang sangat riskan, gedung, jalan utama, dll. Sebisa mungkin
pembangunan kapal tidak mengorbankan fasilitas umum apabila ada persinggungan
dengan rencana galangan kapal yang akan dibuat, seperti tempat peribadatan, sekolah
yang ada, sehingga tidak merugikan orang lain, terutama warga setempat. Apabila di
suatu ketika terdapat persinggungan dengan fasilitas umum yang dekat dengan lokasi
pembangunan galangan kapal, maka perusahaan galangan kapal harus mengeluarkan
biaya yang lebih untuk kompensasi. Persinggungan yang seringkali terjadi terkait
masalah pemotongan jalan, gedung, dan lain-lain.
d. Keamanan lokasi secara teknis dan lingkungan
Keamanan suatu lokasi juga sangat diperhitungkan di dalam pemilihan lokasi
pembangunan galangan kapal. Keamanan dari segi sumbernya dibagi menjadi 2, yaitu
faktor keamanan lingkungan dan faktor keamanan teknis. Faktor keamanan lingkungan
merupakan keamanan yang berhubungan dengan ancaman dari luar, misalnya
perampokan, penjarahan, dll. Sedangkan keamanan teknis berasal dari internal
perusahaan yang tidak mengganggu fasilitas utama dari galangan kapal itu sendiri.
e. Akses logistik ke lokasi
Mudahnya akses logistik ke lokasi akan sangat diperlukan untuk pengiriman
material untuk proyek dari galangan kapal. Kedekatan antara lokasi galangan kapal
dengan jalan utama akan sangat menguntungkan pihak galangan kapal, baik secara
ekonomis maupun secara teknis.
f. Kedekatan dengan industri penunjang
Industri penunjang galangan kapal, misalnya industri material baja juga
merupakan kriteria penting dalam pemilihan lokasi galangan kapal. Kedekatan galangan
kapal dengan industri penunjang akan mempercepat pembelian material pembangunan
kapal dan dapat menghemat biaya transportasi dari pengangkutan material.
g. Sumber daya manusia
Kriteria yang tidak kalah penting adalah kriteria sumber daya manusia di sekitar
galangan kapal. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia
yang nantinya dapt menjadi pekerja di galangan kapal. Sumber daya manusia yang
sangat dibutuhkan dalam proyek antara lain lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), khususnya di bidang perkapalan
33
2.9. Organisasi Perusahaan
Organisasi dalam suatu galangan umumnya terbagi dalam beberapa departemen meliputi
administrasi, produksi, teknis, pengadaan material, quality assurance, dan manajemen proyek
(Storch et al, 1995).
Organisasi memiliki sebuah sturuktur, di mana struktur organisasi tersebut
mengindikasikan tentang beberapa hal antara lain :
a. Bagaimana sebuah organisasi berfungsi dan dikelola.
b. Bagaimana sebuah informasi berjalan/mengalir dan diproses dalam sebuah organisasi
c. Seberapa fleksibel dan responsif organisasi tersebut.
Struktur organisasi menggambarkan fungsi, tugas dan kewanangan departemen, divisi,
karyawan individu serta hubungan antara mereka. Hubungan yang dimaksud adalah baris
perintah, komunikasi serta prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Dalam struktur
juga menjelaskan jumlah karyawan di setiap divisi, unit dan departemen. Pada umumnya
sistem organisasi memiliki 2 jenis yaitu, Struktur Fungsional dan Struktur Divisional :
1. Struktur Fungsional
Struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama
dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi
beberapa unit kerja. Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan
keahlian mereka. Jenis struktur organisasi seperti ini tidak terbatas pada bisnis saja. Jenis
struktur seperti ini juga dapat bekerja dengan baik untuk organisasi kecil yang
memproduksi beberapa produk atau jasa.
Struktur Fungisional mengelompokkan orang berdasarkan fungsi yang mereka
lakukan dalam kehidupan profesional atau menurut fungsi yang dilakukan dalam
organisasi. Bagan organisasi untuk organisasi berbasis fungsional terdiri dari vice
president, sales department, customer service department, engineering atau departemen
produksi, departemen akunting dan administratif.
Pada sistem organisasi divisional tiap-tiap persekutuan atau company sebagai
pembantu dari pemegang saham yang akan melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan
tanggung jawab dan kecakapannya dalam garis batas yang telah digariskan oleh
perusahaan. Garis batas kebijaksanaan ini dapat dipengaruhi oleh masing-masing
persekutuan dan dengan tingkatan kemajuan yang dicapai dapat memberikan kemajuan
perusahaan.
34
Akibat buruk dari sistem organisasi ini adalah terlalu banyak penempatan
management yang berkedudukan tinggi pada tiap-tiap bagian, sehingga pemegang saham
dianggap mempunyai kekuasaan relative kecil. Di samping itu koreksi masing-masing
bagian menjadi sulit serta terdapat fungsi yang terlalu banyak dan hampir bersamaan.
2. Struktur Divisional
Struktur organisasi yang dikelompokkan berdasarkan pada produk yang sama,
proses yang sama, kelompok orang yang melayani pelanggan yang sama, dan atau
berlokasi di daerah yang sama di suatu wilayah geografis. Secara umum dalam struktur
organisasi seperti ini biasanya bersifat kompleks, dan menghindari masalah yang terkait
dengan struktur fungsional. Struktur divisional Ini adalah jenis struktur yang berdasarkan
divisi yang berbeda dalam organisasi. Struktur-struktur ini dibagi ke dalam :
a. Struktur produk
Struktur sebuah produk berdasarkan pada pengelolaan karyawan dan kerja
yang berdasarkan jenis produk yang berbeda. Jika perusahaan memproduksi tiga
jenis produk yang berbeda, mereka akan memiliki tiga divisi yang berbeda untuk
produk tersebut.
b. Struktur pasar
Struktur pasar digunakan untuk mengelompokkan karyawan berdasarkan
pasar tertentu yang dituju oleh perusahaan. Sebuah perusahaan bisa memiliki 3
pangsa pasar yang digunakan dan berdasarkan struktur ini, maka akan
membedakan divisi dalam struktur.
c. Struktur geografis
Organisasi besar memiliki kantor di tempat yang berbeda, misalnya ada
zona utara, zona selatan, barat, dan timur. Struktur organisasi mengikuti struktur
zona wilayah.Jika korporasi diorganisir berbasis divisi, akan memerlukan lapisan
manajemen ekstra (kepala divisi) antara manajemen puncak dan para manajer
fungsional. Fungsi baku kemudian didesain sekitar produk, pelanggan atau teritori.
Pada sistem organisasi fungsional kelompok pekerja dipecah ke dalam beberapa
bagian dengan tugas yang berbeda. Dengan demikian tidak akan ada bagian yang
sama dalam satu perusahaan serta pengawasan kebawah jadi lebih jelas dan efektif
juga memungkinkan untuk pengembangan dan penelitian dari dana yang ada.
Tetapi kekurangan dari sistem kebijaksanaan perusahaan tidak dapat dipengaruhi
oleh rencana produksi dan lebih sering dipengaruhi oleh keadaan keuangan.
35
2.10. Investasi
Investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing
maupun domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan (Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008). Tujuan utama investasi
adalah memperoleh berbagai manfaat yang cukup layak di masa yang akan datang. Manfaat
tersebut dapat berupa imbalan keuangan, misalnya laba, manfaat non-keuangan atau kombinasi
dari keduanya.
Studi kelayakan juga berperan penting dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Kesimpulan dan saran yang disajikan pada akhir studi merupakan dasar pertimbangan teknis
dan ekonomis untuk memutuskan apakah investasi pada proyek tertentu layak dilakukan.
Keputusan ini tidak harus selalu identik dengan saran yang diajukan.
Untuk itu, ada banyak peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan investasi
diantaranya adalah :
NPV (Net Present Value)
Ratio B/C (Ratio Benefit and Cost)
IRR (Internal Rate Return)
Sementara periode mengembalikan dapat diukur dengan menggunakan rumus
Payback Periods, selanjutnya akan dihitung BEP (Break Even Point) dan analisis
sensitifitas.
Didalam perencanaan investasi dibutuhkan perhitungan perhitungan sebagai berikut :
Pasar dan Pemasaran
Evaluasi aspek pasar dan pemasaran meliputi kedudukan produk yang direncanakan
pada saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk dari mulai yang lampau
sampai saat sekarang, proyeksi permintaan di masa yang akan datang, kemungkinan
persaingan dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan pemasaran.
Evaluasi Teknis
Evaluasi teknis meliputi penentuan kapasitas produksi ekonomis proyek, jenis
teknolog yang paling sesuai serta penggunaan mesin dan peralatan. Disamping itu perlu
juga diteliti dan diajukan saran tentang lokasi proyek dan tata letak pabrik yang paling
menguntungkan ditinjau dari berbagai segi. Selain itu evaluasi teknis meliputi bagaimana
kebutuhan tenaga kerja, bagaimana kebutuhan akan sarana produksi dan bagaimana rencana
pengembangannya di masa yang akan datang.
36
Manajemen Operasi Proyek
Proyek tidak dapat beroperasi dengan baik dan berhasil tanpa didukung tenaga
manajemen yang capable, bermotivasi, dan berdedikasi. Sebelum keputusan investasi
diambil, harus ada gambaran terlebih dahulu tenaga manajemen apa, dalam jumlah berapa
diperlukan untuk mengelola proyek yang akan direncanakan. Agar dapat menarik dan
mempertahankan tenaga kerja ahli yang berdedikasi tinggi, proyek yang direncanakan
harus mampu mnyediakan dana balas jasa tenaga kerja yang memadai pula.
Aspek Ekonomi dan Keuangan
Untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi ditinjau dari aspek keuangan
dapat diukur dengan beberapa kriteria. Setiap penilaian ’layak’ diberikan nilai standar untuk
usaha yang sejenis dengan cara membandingkan dengan target yang telah ditentukan.
Kriteria sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan dan metode mana
yang digunakan. Setiap metode memliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Dalam penilaian suatu usaha hendaknya penilai menggunakan beberapa metode sekaligus.
Artinya, semakin banyak metode yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran
lengkap sehingga diharapkan memberikan hasil yang akan diperoleh menjadi lebih
sempurna. 1.
Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau
investasi adalah :
- Payback Period (PP)
Metode payback period (PP) merupakan bentuk teknik penilaian terhadap
jangkla waktu (periode) pengembalian investasi untuk proyek atau usaha.
Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang
diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan pejumlahan laba setelah pajak
ditambah degan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan
modal sendiri).
𝑃𝑃 =𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan
antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital of money)
selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebut dikenal dengan Net
Present Value. Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu tahu berpa PV kas
(2.1)
37
bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari
cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu. Rumus NPV yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉 = ∑(𝐶)𝑡
(1 + 𝑖)𝑡− ∑
(𝐶0)𝑡
(1 + 𝑖)𝑡
𝑛
𝑡=0
𝑛
𝑡=0
Dimana:
NPV = nilai sekarang neto
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t
(C0)t = aliran kas masuk tahun ke-t
n = umur unit usaha hasil investasi
i = arus pengembalian (rate of return)
t = waktu
Mengkaji usulan proyek dengan NPV memberikan petunjuk (indikasi) sebagai
berikut :
NPV = positif, usulan proyek dapat diterima
NPV = negatif, usulan proyek ditolak
NPV = 0, netral
(2.2)
38
Halaman ini sengaja dikosongkan
39
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Umum
Penelitian ini berupa analisa dari segi teknis dan ekonomis mengenai pembangunan
galangan kapal untuk produksi kapal CNG. Metodologi tugas akhir ini akan dimulai
berdasarkan jenis data dan tahapan pelaksanaan. Adapun bagan dari metodologi pada tugas
akhir ini dapat dilihat pada gambar III.1 flowchart pengerjaan tugas akhir.
3.2. Alur Penyelesaian Tugas Akhir
Selama pengerjaan tugas akhir ini penulis membagi pengerjaan tugas akhir dalam
beberapa tahapan, yakni sebagai berikut:
Tahap Identifikasi
Pada tahap ini dilaksanakan identifikasi masalah, pencarian sumber informasi (studi
literatur dan studi lapangan). Selanjutnya yaitu mengkaji, mengevaluasi, dan
mengidentifikasi aspek teknis yang diperlukan dalam pembangunan galangan kapal
hasil studi literatur dan studi lapangan tersebut.
- Identifikasi masalah
Pembangunan galangan untuk produksi kapal CNG muncul akibat adanya
permasalahan sebagai berikut:
a. Terbatasnya kapal untuk mentrasportasikan gas bertekanan tinggi di Indonesia
b. Belum adanya galangan di Indonesia yang memproduksi kapal CNG secara
utuh dalam satu galangan
- Perumusan masalah dan tujuan
Dari informasi dan masalah yang teridentifikasi pada tahap selbelumnya, dibuat
perumusan masalahnya dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
- Studi literatur
Studi literatur dilakukan terhadap berbagai referensi terkait topik penelitian. Studi
literatur ini dimaksudkan untuk memahami konsep dan metode yang tepat untuk
menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya dan untuk
mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Studi literatur ini termasuk mencari
40
referensi atas teori-teiori terkait atau hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Adapaun referensi yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Compressed Natural Gas
b. Tangki tangki yang dipakai untuk kapal CNG
c. Teknologi dan fasilitas pembangunan kapal CNG
d. Perencanaan tata letak galangan kapal
e. Studi kelayakan
f. Analisa payback period dan return on investment
Tahap pengumpulan dan pengolahan data
Setelah dapat memahami konsep, penulis melakukan penentuan variabel penelitian
yang digunakan, variabel tersebut yakni:
- Perencanaan fasilitas galangan kapal untuk pembangunan kapal CNG
- Perencanaan tata letak (layout) galangan yang efisien sesuai dengan lokasi
- Studi kelayakan akan perencanaan galangan kapal
Setelah menentukan variabel, maka langkah selanjutnya yakni dilakukan pengumpulan
data untuk pengerjaan tugas akhir ini. Dalam pengumpulan data, dilakukan analisa
teknis maupun analisa ekonomis. Pengumpulan data meliputi hal hal:
- Data teknis
- Data tentang kebutuhan CNG di Indonesia
- Data tentang Kapal CNG dan tangki CNG
- Data tentang fasilitas dan peralatan untuk keperluan pembangunan kapal CNG
- Data Ekonomis
- Data biaya peralatan dan permesinan
- Data biaya persiapan instalasi listrik,air dan bahan habisa lainnya
- Data biaya pembangunan fasilitas galangan kapal CNG
Tahap analisa lokasi
Setelah didapatkan data yang diperlukan, maka selanjutnya adalah melakukan tinjauan
lokasi lebih lanjut untuk mengetahui kondisi lokasi pembangunan galangan kapal secara
pasti dan untuk dapat merencanakan layout galangan sesuai dengan lokasi
pembangunan.
Tahap analisa teknis dan ekonomis
Setelah dilakukan proses pengolahan data kemudian dilakukan analisa mengenai aspek
teknis dan ekonomis. Analisa teknis berupa proses pembangunan kapal CNG mulai dari
41
tahap fabrikasi hingga tahap erection, fasilitas yang digunakan serta jumlah man hours
yang digunakan. Sedangkan untuk analisa ekonomis akan dihitung biaya untuk investasi
tanah dan bangunan, investasi fasilitas yang diperlukan, kebutuhan material dan biaya
tenaga kerja selama pengerjaan pembangunan kapal CNG tersebut, serta studi kelayakan
untuk pembangunan galangan kapal ini.
Tahap Kesimpulan dan Saran
Dari hasil analisa teknis dan ekonomis akan dapat ditarik kesimpulan mengenai
keuntungan pembangunan galangan kapal untuk produksi kapal CNG terhadap
keuntungan perusahaan ditinjau dari perencanaan fasilitas dan kebutuhan SDM (sumber
daya manusia) untuk melakukan pembangunan tersebut. Kemudian juga diberikan
saran-saran yang bisa digunakan untuk pihak investor sehingga dapat memperkirakan
besar biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan galangan kapal untuk produksi kapal
CNG. Adapun bagan alir dari tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
Mulai
Latar Belakang
Dibutuhkannya kapal CNG (Compressed Natural
Gas) Carrier sebagai alternatif transportasi kebutuhan
gas alam selain menggunakan pipeline.
Tidak tersedia galangan kapal pengangkut CNG
(Compressed Natural Gas) Carrier di Indonesia.
Studi Pustaka
Galangan Kapal.
Compressed Natural Gas Carrier.
Compressed Natural Gas Cylinder
Fasilitas Manufaktur Compressed Natural
Gas Cylinder.
Feasibilty Study
Studi Lapangan
Survei Lokasi Galangan Kapal
A
42
Pengumpulan Data
Jumlah kebutuhan kapal pengangkut CNG (Compressed Natural
Gas) Carrier.
Data Kuantitas Material yang dibutuhkan untuk membangun
kapal pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier.
Fasilitas galangan kapal yang dibutuhkan untuk membangun
kapal pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier.
Alur proses produksi kapal pengangkut CNG (Compressed
Natural Gas) Carrier.
Lokasi yang direncanakan untuk membangun galangan kapal
pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier.
A
Analisa Teknis
Tinjauan lokasi galangan.
Perencanaan dan pemilihan galangan
Perencanaan kapal pengangkut CNG
(Compressed Natural Gas) Carrier.
Perencanaan material kapal pengangkut
CNG (Compressed Natural Gas) Carrier.
Perencanaan fasilitas galangan kapal
pengangkut CNG (Compressed Natural
Gas) Carrier.
Perencanaan kebutuhan sumber daya
manusia galangan kapal pengangkur CNG
(Compressed Natural Gas) Carrier.
Perencanaan layout galangan kapal
pengangkut CNG (Compressed Natural
Gas) Carrier.
Analisa Ekonomis
Estimasi nilai investasi galangan kapal
pengangkut CNG (Compressed Natural
Gas) Carrier.
Estimasi pengeluaran galangan kapal
pengangkut CNG (Compressed Natural
Gas) Carrier.
Perhitungan IRR (Internal Rate of Return),
ROI (return on investment), NPV (Net
Present Value) dan Payback Period
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Bagan Alir Pengerjaan Tugas Akhir
43
BAB 4
POTENSI PASAR KAPAL CNG
4.1. Kondisi Eksisting CNG
Pada awalnya pemanfaatan CNG ditujukan untuk memaksimalkan potensi sumur-sumur
gas dan juga sumur gas marginal dengan kapasitas yang kecil. Proses pemanfaatan CNG
dengan cara seperti ini adalah dengan mengumpulkan gas dengan volume kecil terlebih dahulu
kedalam suatu penyimpanan/ CNG storage, kemudian CNG baru dapat dimanfaatkan namun
hanya dalam periode singkat. Selanjutnya pemanfaatan CNG dikembangkan oleh PLN dengan
mengunakannya dalam skala besar untuk pembangkit di Jawa agar dapat mengatasi kendala
dalam pemasokan gas yang mengikuti pola pembebanan yang lebih fluktatif sebagai akibat
perubahan pengunaan CNG dari baseloader menjadi load follower atau peaker.
4.1.1. Pembangkit Listrik dengan Mengunakan Gas Sebagai Bahan Bakar
Untuk pembangkit listrik dengan menggunakan gas didapatkan data berdasarkan
RUPTL PLN untuk total pembangkit listrik baik dari pihak PLN maupun swasta. Data tersebut
dapat dilihat pada tabel IV.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.1 Proyek Yang Pengadaannya Sudah Berlangsung (Swasta)
PROYEK YANG PENGADAANNYA SUDAH BERLANGSUNG (SWASTA)
No Jenis Lokasi Kapasitas
(MW)
Metode
Pengadaan
1 PLTG Bangka Peaker/Bangka Belitung 100 Pelelangan
Tabel 4.2 Proyek Yang Pengadaannya Akan Dibuka (Swasta)
PROYEK YANG PENGADAANNYA AKAN DIBUKA (PENUNJUKAN
LANGSUNG) (SWASTA)
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode Pengadaan
1 PLTG/U Senipah Exp. (ST) / Kalimantan
Timur
1x35 Penunjukan
Langsung
Tabel 4.3 Proyek Yang Pengadaannya akan dibuka (Swasta)
PROYEK YANG PENGADAANNYA AKAN DIBUKA (PELELANGAN) (SWASTA)
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
1 PLTMG Luwuk / Sulawesi Tengah 40 Pelelangan
2 PLTGU Riau / Riau 250 Pelelangan
44
PROYEK YANG PENGADAANNYA AKAN DIBUKA (PELELANGAN) (SWASTA)
3 PLTGU Jawa-1 / Jawa Barat 2x800 Pelelangan
4 PLTG/MG Pontianak Peaker /
Kalimantan Barat
100 Pelelangan
5 PLTGU/MGU Sumut / Belawan / Sumatra
Utara
250 Pelelangan
6 PLTGU/MGU Sulbagut 3 / Sulawesi Utara 200 Pelelangan
7 PLTGU/MGU Sulsel / Sulawesi Selatan 150 Pelelangan
8 PLTGU/MGU Kalselteng / Kalimantan
Selatan / Tengah
200 Pelelangan
9 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 1 / Jawa
Barat
400 Pelelangan
10 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 2 / Jawa
Timur
500 Pelelangan
11 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 3 / Banten 500 Pelelangan
12 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 4 / Jawa
Barat
450 Pelelangan
13 PLTG/MG Jambi Peaker / Jambi 100 Pelelangan
14 PLTGU Jawa-3 / Jawa Timur 1x800 Pelelangan
15 PLTGU/MGU Sumbagut-1 / Sumatra Utara 250 Pelelangan
16 PLTGU/MGU Sumbagut-3 / Sumatra Utara 250 Pelelangan
17 PLTGU/MGU Sumbagut-4 / Aceh 250 Pelelangan
18 PLTG/MG TB.Karimun / Riau 40 Pelelangan
19 PLTG/MG Natuna-2 / Riau 25 Pelelangan
20 PLTMG Tanjung Pinang 2 / Riau 30 Pelelangan
21 PLTMG Dabo Singkep – 1/ Riau 16 Pelelangan
22 PLTMG Bengkalis / Riau 18 Pelelangan
23 PLTMG Selat Panjang-1 / Riau 15 Pelelangan
24 PLTMG Tanjung Batu / Riau 15 Pelelangan
25 PLTG/MG Belitung / Kep.Bangka
Belitung
30 Pelelangan
26 PLTG/MG Natuna-3 / Riau 25 Pelelangan
27 PLTMG Dabo Singkep – 2 / Riau 16 Pelelangan
Sumber : (Kepmen 0074.K/21/MEM/2015)
Tabel 4.4 Proyek Yang Pengadaannya Sudah Berlangsung (PLN
PROYEK YANG PENGADAANNYA SUDAH BERLANGSUNG (PLN)
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode Pengadaan
1 PLTGU Grati Peaker / Jatim 450 Pelelangan
2 PLTG/MG Gorontalo Peaker /
Peaker
100 Pelelangan
3 PLTMG Karimunjawa / Jateng 4 Pelelangan
4 PLTGU Lombok Peaker / NTB 150 Pelelangan
45
Tabel 4.5 Proyek Yang Pengadaannya Akan Dibuka (PLN)
Proyek
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
1 PLTGU Muara Karang Peaker / Jakarta 500 Pelelangan
2 PLTGU Jawa 2
(Tj.Priok)
Jawa 2 (Tj.Priok) / Jakarta 800 Pelelangan
3 PLTGU Grati Add on Blok 2 / Jatim 150 Pelelangan
4 PLTGU Muara Tawar Add On Unit
2,3,4 / Jawa Barat
650 Pelelangan
5 PLTG/PLTMG Lampung Peaker / Lampung 200 Pelelangan
6 PLTG/PLTMG Riau Peaker / Riau 200 Pelelangan
7 PLTGU Makassar Peaker / Sulsel 450 Pelelangan
8 PLTGU Sulsel Peaker / Sulsel 450 Pelelangan
9 PLTG/PLTMG
Mobile Powe
Plant Tersebar
Tersebar 1565 Pelelangan
10 PLTMG
Tersebar
Tersebar 665 Pelelangan
11 PLTGU/MGU
Tersebar
Tersebar 450 Pelelangan
12 PLTG/MG
Tersebar
Tersebar 250 Pelelangan
Sumber : (Kepmen 0074.K/21/MEM/2015
4.1.2. Pengunaan CNG
PLN selaku BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia telah
memetakan potensi pemanfaatan CNG untuk pembangkit beban puncak/peaker di daerah
Sumatra, Indonesia Timur dan Jawa. Saat ini telah dioperasikan CNG storage oleh pemasok
gas di Sumatra Selatan yang gasnya dimanfaatkan untuk :
1. PLTG peaker Jaka Baring (50 MW )
2. PLTMG Seigelam (100 MW)
3. PLTG Duri/Balai Pungut (100 MW)
Untuk pulau Jawa, Fasilitas CNG (compressed natural gas) storage yang sudah
beroperasi adalah sebagai berikut:
1. Grati 30 BBTUD (Billion British thermal units per day ) untuk mengoperasikan
PLTG peaking eksisting dan rencana PLTGU peaking Grati.
2. Tambak Lorok sebanyak 16 BBTUD untuk mengoperasikan sebagian PLTGU
sebagai pembangkit peaking.
46
3. Gresik sebanyak 20 BBTUD untuk mengoperasikan pembangkit peaking dan
sebagian CNG untuk dikirim ke Lombok.
4. Muara Tawar sebanyak 20 BBTUD untuk memenuhi kebutuhan operasi peaking
5. Pulau Bawean sebanyak 2 BBTUD untuk pasokan gas ke pembangkit beban
dasar/baseloader di pulau Bawean yang dibawa dengan transportasi laut dalam
bentuk CNG dari Gresik Jawa Timur.
Kemudian untuk daerah Kepulauan Riau , sejak 2013 sudah dioperasikan CNG Marine
yang membawa pasokan gas alam dalam bentuk CNG dari pulau Batam ke pulau Bintan untuk
mengoperasikan pembangkit gas 2x6 MW guna memenuhi kebutuhan beban dasar/baseloader
listrik.
4.1.3. Sumber Gas Alam di Indonesia
Berdasarkan RUPTL PLN Indonesia memiliki cadangan gas bumi konvensional sebesar
151,33 TSCF (triliun standard cubic feet ) status januari 2015, dengan rincian cadangan terbukti
sebesar 97,99 TSCF dan cadangan potensial sebesar 55,34 TSCF yang tersebar terutama di
kepulauan Natuna, Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Masela di Maluku serta Tangguh di
Papua Barat. Pada tahun 2015, asumsi rata rata produksi pertahun sebesar 3 TCF. Namun
cadangan gas terbesar di Natuna masih belum ekonomis untuk produksi dikarenakan tingkat
kandungan CO2 yang tinggi. Jumlah neraca gas bumi Indonesia untuk tahun 2015 – 2030 dapat
dilihat pada Gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1 Neraca Gas Bumi Indonesia 2015-2030
Sumber : RUPTL PLN 2017-2030
Berdasarkan neraca gas bumi Indonesia 2015-2030 proyeksi kebutuhan gas mencapai
9.452 MMSCFD pada tahun 2025. Nilai ini lebih tinggi daripasa proyeksi KEN ( Komite
47
ekonomi nasional ) sebesar 8.248 MMSCFD pada tahun yang sama. Permintaan gas untuk
sektor kelistrikan yang sudah commited dan contracted adalah 2.081 MMSCFD pada tahun
yang sama, nilai ini tidak termasuk potential demand. Terjadi peningkatan defisit pasokan gas
dimana selisih pasokan dan kebutuhan gas mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena
jumlah pasokan tidak bisa mengimbangi permintaan gas. Pemanfaatan gas bumi untuk tahun
2014 – 2030 dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2 Proyeksi Pemanfaatan Gas Bumi 2014-2030
Sumber : Peta Kebijakan Gas Bumi Nasional 2015-2030
Berdasarkan peta kebijakan gas bumi nasional 2015-2030 yang diterbitkan oleh
Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya mineral ), kebutuhan gas untuk sektor kelistrikan
rata-rata hanya sekitar 26% dari total kebutuhan gas dengan jumlah kebutuhan 2.067 MMSCFD
(commited dan contracted) pada tahun 2025 mencapai lebih dari 3000 MMSCFD.
4.1.4. Infrastruktur Terkait Pengembangan CNG
Rencana pengembangan CNG di daerah Sumatera yang masih perlu dikaji aspek
keekonomiannya adalah pemanfaaatan CNG untuk kebutuhan pembangkit peaker di Duri
dengan kapasitas sekitar 200 MW yang akan memakai pasokan gas dari lapangan jambi merang
sebesar 10 BBTUD. Kemudian Rencana pemanfaatan CNG di Indonesia tengah untuk
pembangkit peaking Bangkanai di Kalimantan Tengah dan juga di Lombok. Rencana
pengembangan di Kalimantan Tengah dan Lombok direncanakan akan diperoleh dari CNG
yang diperoleh dari pemsok gas pipa di Gresik (Jawa Timur) yang akan dikompresikan terlebih
dahulu lalu ditransportasikan ke Lombok menggunakan CNG Vessel.
48
4.1.5. Sektor Industri CNG di Indonesia
Sektor industri CNG di Indonesia telah memiliki suatu asosiasi yang bernama APCNGI
(asosiasi perusahaan CNG Indonesia). Asosisasi ini telah memiliki landasan hukum berupa :
Akte Notaris Kasi Jaya, S.H No 05 Tanggal 23 November 2011 tentang Pendirian Asosiasi
Perusahaan CNG Indonesia serta tunduk kepada hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia AHU-
107.AH.01.07. Tahun 2012. Pada Gambar 4.3 berikut dapat dilihat struktur organisasi dari
APCNGI
Gambar 4.3 Struktur Organisasi APCNGI
Sumber : apcngi, 2018
Di dalam asosiasi perusahaan CNG Indonesia juga terdapat list nama perusahaan yang
terlibat dengan industri CNG. Pada Tabel 4.6 berikut menunjukan daftar perusahaan beserta
nomor keangotaan dari APCNGI :
Tabel 4.6 Daftar Perusahaan Anggota APCNGI
No Nama Perusahaan Nomor Keanggotaan 1 PT. Citra Nusantara Gemilang 001.APCNGI-B.2009
2 PT. Indogas Kriya Dwiguna 002.APCNGI-B.2009
3 PT. Petross Gas 003.APCNGI-B.2009
4 PT. Citra Nusantara Energi 004.APCNGI-B.2009
5 PT. Cipta Niaga Gas 005.APCNGI-B.2009
6 PT. Duta Nugraha Pratama 006.APCNGI-B.2009
7 PT. Raja Rafa Samudra 007.APCNGI-B.2011
8 PT. Tinamitra Mandiri 008.APCNGI-B.2011
9 PT. T. Energy 009.APCNGI-B.2011
49
No Nama Perusahaan Nomor Keanggotaan 10 PT. Berkah Mirza Insani 010.APCNGI-B.2011
11 PT. Buana Components Industri 011.APCNGI-B.2011
12 PT. Mentari Fajar Gemilang 012.APCNGI-B.2011
13 PT. Zebra Energi 013.APCNGI-B.2011
14 PT. BantenGas/Baskara Asri Ghas 014.APCNGI-B.2011
15 PT. Reethau Cipta Energi 015.APCNGI-B.2011
16 PT. Gagas Energi Indonesia 016.APCNGI-B.2011
17 PT. Profluid 017.APCNGI-B.2011
18 PT. Volution Gas 018.APCNGI-B.2011
19 PT. Sinar Abadi Nusantara 019.APCNGI-B.2011
20 PT. Sarana Arta Mulia 020.APCNGI-B.2011
21 PT. Davalti Mugiutama Gasindo 022.APCNGI-B.2011
22 PT. Gazcomm 023.APCNGI-B.2011
23 PT. Java Energy Semesta 025.APCNGI-B.2011
24 PT. Aedico Dharma Nusantara 026.APCNGI-B.2011
25 PT. Dharma Motor 027.APCNGI-B.2011
26 PT. CNG Hilir Raya 028.APCNGI-B.2011
27 PT. Suropati Cahaya Timur 030.APCNGI-B.2011
28 PT. Tri Jaya Transport 034.APCNGI-B.2011
29 PT. Autogas Indonesia 036.APCNGI-B.2013
30 PT. Green Energy Natural Gas 037.APCNGI-B.2013
31 PT. Indonesia Pelita Pratama 038.APCNGI-B.2014
32 PT. Otto Nusantara Energy 040.APCNGI-B.2015
33 PT. Prima Energy Supply 042.APCNGI-B.2014
34 PT. Pro Solusi Perkasa 047.APCNGI-B.2017
35 PT. Matesu Abadi 048.APCNGI-B.2015
36 PT. Enviromate Tech. Indonesia 049.APCNGI-B.2015
37 PT. Prima Mobil Utama 050.APCNGI-B.2015
38 PT. Sato Teknik Indonesia 051.APCNGI-B.2015
39 PT. Green Transportasi Indonesia 052.APCNGI-B.2016
40 PT. Prima Gas Nusantara 053.APCNGI-B.2016
41 PT. Dharma Pratama Sejati 054.APCNGI-B.2017
42 PT. Pertagas Niaga 055.APCNGI-B.2017
Sumber : apcngi.or.id, 2018
4.2. Kondisi Ketersediaan Kapal CNG
Saat ini Indonesia telah memiliki 1 unit kapal CNG yang telah berhasil diluncurkan pada
tanggal 25 Januari 2016. Kapal CNG carrier yang bernama Jayanti Baruna diluncurkan di
Jiangsu Hantong ini merupakan kapal CNG carrier yang pertama kali di buat di dunia. kapal
ini dipesan oleh Shijiazhuang Enric Gas Equipment Co.,Ltd yang lebih dikenal dengan dengan
nama Shijiazhuang Enric. Perusahaan manufaktur ini berfokus untuk pembangunan gas alam
50
untuk menjangkau power plant antar pulau di asia tenggara. Kapal Jayanti Baruna dapat
mentransportasikan 700 m3 CNG per trip saat operasional.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) kemudian ditunjuk untuk megoperasikan kapal CNG
pertama di dunia ini. Kapal CNG ini dioperasikan dengan sistem pendorong terintegrasi yang
dikembangkan oleh Wartsila, perusahaan solusi energi yang tercatat di bursa Nasdaq OMX
Finlandia. Kapal ini memiliki fitur mesin utama dual fuel 34DF Wartsila dengan 9 silinder yang
dioperasikan terutama dengan bahan bakar gas. Wartsilla juga akan memasok controlled pitch
propeller dan gearbox yang sepenuhnya terintegrasi untuk mengoptimalkan efesiensi
dorongan. Kapal ini juga menjadi kapal pertama yang digerakan dengan menggunakan dua
bahan bakar yang dimiliki oleh Indonesia. Kapal CNG pertama Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.4 Kapal CNG Jayanti Baruna
Sumber : Enrich Group, 2016
Tabel 4.7 Data Kapal Jayanti Baruna
Name Jayanti Baruna
Type CNG Carrier
Delivery 2016
Owner CIMC Enric
Shipbuilder Jiangsu Hantong
Engine Wartsila
Propulsion DF
Classification ABS/BKI
51
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat data data kapal Jayanti Baruna yang merupakan kapal
CNG pertama yang beroperasi di dunia
4.3. Segmentasi Konsumen dan Pasar Kapal CNG
Segmentasi dari konsumen dapat dilihat berdasarkan kategorisasi kandidat pembangkit
yang telah dirangkum didalam RUPTL PLN adalah sebagai berikut :
Wilayah Sumatra
Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan di sumatra cukup
bervariasi, yaitu kandidat PLTU batubara dengan kelas kapasitas 300 MW dan 600
MW (mulut tambang maupun bukan mulut tambang). PLTG/MG/U pemikul beban
puncak dan beban menengah (load follower) dengan kapasitas antara 100 sampai 800
MW. PLTA Pump Storange dengan kelas kapasitas 250 MW. Sehingga kebutuhan
gas yang dibutuhkan untuk wilayah Sumatra berkapasitas 100 sampai 800 MW.
Wilayah Jawa-Bali
Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan untuk rencana
pengembangan adalah PLTU batubara ultra supercritical kelas 1000 MW dan
supercritical 600 MW, PLTGU LNG/gas alam 800 MW, PLTG/GU LNG/CNG
pemikul beban puncak 400-500 MW dan PLTA Pumped Storage 250 MW. Selain
itu terdapat beberapa PLTP kelas 55 MW dan 110 MW serta PLTA. PLTN jenis
Pressurised Water Reactor (PWR) kelas 1000 MW juga disertakan sebagai kandidat
dalam model optimisasi perencanaan pembangkit. Sehingga kebutuhan gas yang
dibutuhkan untuk wilayah Jawa-Bali berkapasitas 1200-1300 MW.
Wilayah Indonesia Timur
Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan pembangkit di
wilayah Indonesia Timur cukup bervariasi tergantung kepada kapasitas sistem yaitu
PLTU batubara adalah 25 MW, 50 MW, 100 MW, 150 MW, 200 MW dan 300 MW
serta kandidat PLTG/GU pemikul beban puncak kelas 50-450 MW. Sistem lainnya
menggunakan kandidat pembangkit yang lebih kecil. Sehingga kebutuhan gas yang
dibutuhkan untuk wilayah Indonesia Timur berkapasitas 50-450 MW.
Asumsi harga bahan bakar sebagaimana telah dirangkum dari RUPTL PLN dapat dilihat
pada Tabel 4.8 sebagai berikut :
52
Tabel 4.8 Asumsi Harga Bahan Bakar
Jenis Energi Primer Harga Nilai Kalor
Batubara – Sub Bitominous USD 70/Ton 5.200 kcal/kg
Batubara - Lignite USD 50/Ton 4.400 kcal/kg
Batubara – Lignite Mulut Tambang USD 25/Ton <3.800 kcal/kg
Gas Alam USD 7/MMBTU 252.000 kcal/Mscf
LNG* USD 10/MMBTU 252.000 kcal/Mscf
HSD* USD 0.5/Liter 9.100 kcal/l
MFO* USD 0.4/Liter 9.700 kcal/l
Bahan bakar nuklir USD 1.400/kg
Sumber : RUPTL PLN 2017-2030
53
BAB 5
ANALISA TEKNIS PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL
CNG CARRIER
5.1. Analisa Pembangkit Listrik yang Menggunakan CNG Sebagai Bahan Bakar
Berdasarkan data yang didapat dari RUPTL PLN didapatkan data pembangkit yang
menggunakan CNG sebagai bahan bakar. Data berikut dijelaskan dalam tabel V.1 sebagai
berikut:
Tabel 5.1 Data Pembangkit yang Menggunakan CNG Sebagai Bahan Bakar
No. Regional Nama Pembangkit Kapasitas Pembangkit
1 Jawa PLTGU Peaking Grati 450 MW
2 Jawa PLTGU Tambak Lorok Blok 3 779 MW
3 Jawa PLTGU Muara Karang 500 MW
4 Jawa PLTGU Muara Tawar 600 MW
5 Jawa PLTMG Gresik 3 MW
6 Sumatra PLTG Duri Peaker 200 MW
7 Riau PLTMG Bintan 6 MW
8 Kalimantan PLTMG Bangkanai Ekspansi 140 MW
9 Kalimantan PLTG Seberang Barito 200 MW
10 Jambi PLTG Tanjung Jabung 100 MW
Sumber : RUPTL PLN 2017-2030
Berdasarkan data yang telah didapat dapat dilakukan konversi kebutuhan listrik untuk
mendapatkan kebutuhan tangka yang selanjutnya dapat diperhitungkan kebutuhan kapal yang
akan dibangun. Perhitungan konversi untuk mendapatkan kebutuhan tangki dapat dilihat pada
tabel V.2 berikut :
Tabel 5.2 Konversi MW ke m3
Keterangan:
1 MW = 0.2 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day)
1 MMSCFD = 18 TPD (Ton per Day)
1 TPD = 52 MMBTU (Million British Thermal Unit)
1 m3 CNG = 7.067 MMBTU (Million British Thermal Unit)
Berdasarkan tabel konversi diatas kebutuhan tangka dan jumlah kapal dapat ditentukan.
Jumlah volume gas yang diperlukan dan kebutuhan jumlah kapal dapat dilihat pada Tabel 5.3
54
Tabel 5.3 Perhitungan Kebutuhan Volume Tangki
No Kapasitas Satuan Konversi
1 450 MW = (450 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 11921 m3
2 779 MW = (779 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 20636 m3
3 500 MW = (500 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 13245 m3
4 600 MW = (600 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 15894 m3
5 3 MW = (3 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 79 m3
6 200 MW = (200 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 5298 m3
7 6 MW = (6 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 159 m3
8 140 MW = (140 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 3709 m3
9 200 MW = (200 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 5298 m3
10 100 MW = (100 x 0.2 x 18 x 52) : 7.067
= 2649 m3
Q TOTAL 78889 m3
Tabel 5.4 Kebutuhan Kapal CNG
KAPASITAS KAPAL CNG* = 2200 m3
KAPAL CNG YANG DIBUTUHKAN = 35.85859348 Kapal
TOTAL = 36 Kapal
* Berdasarkan Kapasitas Kapal CNG Jayanti Baruna
5.2. Analisa Lokasi Galangan
5.2.1. Perencanaan Lokasi
Dalam pembuatan galangan kapal ada beberapa syarat yang mungkin digunakan dalam
mendirikan suatu galangan, diantaranya: lahan, water front, kedalaman, pasang surut,
gelombang, arus dan geologi (struktur tanah). Pemilihan lokasi galangan dilakukan dengan juga
mempertimbangkan kondisi seperti geografi, infrastruktur, tenaga kerja, material dan logistik,
modal dan transaksi, serta pasar.
Penentuan lokasi tertentu yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan industri
atau bisnis harus dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati. Tipe dan jenis bisnis yang
55
akan dilakukan mempengaruhi keputusan dalam penentuan lokasi industri. Menentukan lokasi
industri bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan. Pemilihan lokasi
industri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini pada prakteknya berbeda
penerapannya bagi satu industri dengan industri yang lain, sesuai dengan produk yang
dihasilkan. Dalam penentuan lokasi ada bebrapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan dan penentuan lokasi industri (Wignjosoebroto, 1991) yaitu:
Lokasi Pasar
Sumber Bahan Baku
Tenaga Kerja
Masyarakat
Sumber Energi seperti Listrik, Air, dll
Transportasi
Sarana dan Prasarana Pendukung
Undang-undang dan sistem perpajakan
5.2.2. Rencana Lokasi Madura
Lokasi pertama yang direncanakan untuk pembangunan galangan untuk memproduksi
kapal CNG berada di desa Rabiyan, kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang. Lokasi berada
seperti pada Gambar 5.1 berikut. Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada lokasi di
Madura didapatkan data data sebagai berikut :
Gambar 5.1 Peta Lokasi Madura
Sumber : Google Maps, 2017
56
Batas batas Wilayah
Batas wilayah untuk lokasi yang berada di Madura adalah sebagai berikut :
Batas Sebelah Utara : Laut Jawa
Batas Sebelah Barat : Pepohonan
Batas Sebelah Timur : Pepohonan dan Tambang Pasir
Batas Sebelah Selatan : Desa Rabiyan, Kecamatan Ketapang
Kondisi Geografis
Pada saat survei dilakukan, didapatkan hasil kondisi untuk lahan di Madura sebagai
berikut :
- Kondisi geografis lokasi survei tersebut adalah lahan kosong dengan kondisi tanah
berpasir. Dibibir pantai terdapat batuan karang yang digunakan untuk memecah
gelombang. Terdapat pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat
- Kedalaman perairan adalah 5 meter
- Perjalanan dari kota Surabaya sekitar 4 jam 30 menit
- Jarak dari bibir pantai ke jalan utama kurang lebih 1.7 Km
- Kondisi infrastruktur daerah tersebut seperti jalan raya, sumber daya, jaringan
listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon dan sistem sanitasi sudah cukup baik.
Fasilitas tersebut sudah cukup memadai untuk kebutuhan industri
Gambar 5.2 Lokasi Madura
Pada Gambar 5.2 terlihat dimana kondisi bibir pantai merupakan tanah berpasir
dengan adanya batuan untuk memecah gelombang. Pada daerah sekitar lokasi terdapat
pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat.
57
Akses jalan masuk menuju lokasi terlihat pada Gambar 5.3 Akses jalan masuk
sudah mempunyai infrastruktur yang sangat baik terlihat bahwa kondisi jalan yang
sudah beraspal.
Gambar 5.3 Akses Jalan Masuk
Ketersediaan Tenaga Kerja
Menentukan suatu lokasi yang akan direncanakan untuk pembangunan industri di suatu
daerah harus mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja, seberapa banyak jumlah
angkatan kerja yang secara resmi terdaftar sebagai pengangguran atau sedang mencari
pekerjaan. Selain secara kuantitas, diperhatikan juga kualitas tenaga kerjanya, tingkat
pendidikan, kemampuan, serta keterampilan yang menjadi kebutuhan industri tersebut.
Pada dasarnya tenaga kerja dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tenaga kerja kasar,
tenaga kerja terampil, dan tenaga manajerial. Untuk daerah Madura tenaga kerja diambil
dari lulusan SMA/SMK serta dari lulusan perguruan tinggi yang ada di Madura.
Ketersediaan Bahan Baku/ Material
Bahan baku/material merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhitungkan untuk
menunjuk suatu lokasi untuk dijadikan galangan kapal. Material utama untuk
membangun kapal CNG adalah pelat baja dan pipa. Pada daerah Madura jumlah bahan
baku terbatas oleh karena itu bahan baku didapatkan dari daerah lain.
Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi
Rencana tata ruang akan sangat penting untuk mengembangkan suatu wilayah.
Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madura didapatkan bahwa
daerah lokasi kecamatan ketapang termasuk wilayah untuk pengembangan perkotaan.
58
Kecukupan Infrastruktur
Untuk mengoperasionalkan galangan kapal membutuhkan jaringan listrik, telpon, air
bersih diwilayah tersebut. Madura merupakan lokasi yang ketersediaan listriknya belum
terlalu baik namun telah memiliki ketersediaan air yang cukup baik. Pada Gambar 5.4
dan Gambar 5.5 ditunjukan peta infrastruktur dan data peta infrastruktur kabupaten
Sampang
Gambar 5.4 Peta Infrastruktur Kabupaten Sampang
Gambar 5.5 Data Peta Infrastruktur Kabupaten Sampang
59
Modal
Dalam hal ini modal yang dimaksud adalah harga tanah pada lokasi tersebut. Pada
lokasi Madura, tepatnya di Desa Rabiyan, Kecamatan Ketapang, harga tanah per meter
perseginya adalah Rp. 500.000,-.
5.2.3. Rencana Lokasi Lamongan
Lokasi kedua yang direncanakan untuk pembangunan galangan kapal yang dapat
memproduksi kapal CNG berada di desa Kemantren, kecamatan Paciran, Kabupaten
Lamongan. Seperti pada gambar V.6. Jika ditempuh dari ibukota provinsi Jawa Timur,
Surabaya, untuk mencapai lokasi menempuh jarak 67.7 km dengan waktu sekitar 1 jam 47
menit.
Gambar 5.6 Peta Lokasi Lamongan
Sumber : Google Maps, 2017
Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada lokasi di lamongan, didapatkan data-data sebagai
berikut :
Batas batas Wilayah
Batas wilayah calon lokasi yang berada di Lamongan adalah sebagai berikut :
Batas Sebelah Utara : Laut Jawa
Batas Sebelah Barat : Petronas Lamongan LSB
Batas Sebelah Selatan : Persawahan
Batas Sebelah Timur : Desa Kemantren, Kecamatan Paciran
60
Kondisi Geografis
Pada saat survei dilakukan, didapatkan hasil kondisi calon lahan di Lamongan sebagai
berikut :
- Kondisi geografis lokasi survei merupakan lahan kosong dengan banyak tanaman
liar. Didaerah dekat bibir pantai merupakan tanah berpasir dengan bebatuan karang.
Terdapat area persawahan penduduk dibagian selatan dari bibir pantai.
- Di sebelah barat lokasi survei terdapat Petronas Lamongan LSB
- Kedalaman perairan sekitar 5 meter
- Perjalanan dari Surabaya kota sekitar 1 jam 47 menit
- Jarak bibir pantai kejalan utama kurang lebih 1 km
Gambar 5.7 Calon Lokasi Lamongan
Pada Gambar 5.7 merupakan calon lokasi galangan yang berada di daerah Lamongan.
Dimana kondisi bibir pantai merupakan lahan dengan batuan karang. Pada daerah
tersebut juga terdapat area persawahan.
Gambar 5.8 Akses Jalan Utama
61
Gambar 5.9 Akses Jalan Masuk
Akses jalan utama dan jalan masuk seperti yang terlihat pada Gambar 5.8 dan Gambar
5.9 sudah memiliki infrastruktur yang cukup baik.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Dalam pemilihan lokasi yang akan direncanakan untuk pembangunan industri harus di
pertimbangkannya ketersediaan tenaga kerja. Dilakukannya perhitungan jumlah
angkatan kerja yang secara resmi terdaftar sebagai pengganguran atau sedang mencari
kerja. Didalam pemilihan tenaga kerja juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja
bersangkutan. Hal ini terkait : tingkat pendidikan, kemampuan, keterampilan. Didalam
pengelompokan tenaga kerja dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : tenaga kerja kasar,
tenaga kerja terampil dan tenaga manajerial. Didaerah Lamongan tenaga kerja yang
diambil dari lulusan SMA/SMK serta perguruan tinggi di Lamongan.
Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan suatu kapal.
Bahan baku dari kapal CNG adalah pelat, profil, pipa, material tabung. Untuk bahan
baku di daerah Lamongan kecukupannya terbatas sehingga diperlukan bahan baku dari
luar daerah Lamongan.
Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi
Rencana Tata Ruang merupakan rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh
pemerintah pada daerah tersebut. Untuk kota Lamongan didapatkan bahwa lokasi
kecamatan Paciran merupakan wilayah untuk pengembangan industri. Jadi pemilihan
lokasi galangan didaerah tersebut sudah sesuai
62
Kecukupan Infrastruktur
Infrastruktur dalam operasional galangan meliputi kecukupan listrik, air, telpon, jalan.
Didaerah Lamongan sendiri infrastruktur terkait sudah mencukupi dengan baik
Modal
Dalam hal modal yang dimaksud adalah harga tanah pada lokasi tersebut. Pada lokasi
desa Kemantren , Kecamatan Paciran, harga tanah per meter perseginya adalah Rp
900.000,-.
5.2.4. Analisa Pemilihan Lokasi
Untuk penentuan lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan galangan untuk
produksi kapal CNG, penulis menggunakan metode beban skor atau biasa disebut Faktor
Rating. Metode beban skor adalah metode penentuan lokasi pabrik secara kualitatif, metode ini
sangat mudah digunakan tetapi penilaiannya sangat subyektif. Metode ini dilakukan dengan
memberikan skor untuk setiap faktor yang dinilai terhadap alternatif lokasi pabrik. Dari
berbagai macam faktor yang dinilai diberikan bobot berdasarkan tingkat kepentingan masing-
masing faktor. Untuk mendapatkan alternatif lokasi yang terbaik dilakukan dengan pengalian
antara skor dengan bobot setiap faktor, dan nilai beban skor tertinggi merupakan alternatif
pilihan lokasi yang paling baik. Adapun klasifikasi penilaian untuk masing-masing aspek akan
dijelaskan sebagai berikut:
Kondisi Lahan
Kemampuan lahan berdasarkan data topografi. Berdasarkan data tersebut diperoleh
klasifikasi menjadi tiga kelas yaitu kemampuan lahan rendah (kelas 1), yaitu kemiringan
>15%, sedang (kelas 2) yaitu kemiringan 5%-15%, (kelas 3) tinggi yaitu kemiringan
0%-5%. Kondisi-kondisi lahan dalam penentuan lokasi galangan kapal terdiri atas
kemampuan lahan dan penggunaan lahan. Berikut Tabel 5.5 adalah penjelasannya:
Tabel 5.5 Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan
Kelas Kemampuan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan
Rendah (kelas 1) 1
Rendahnya kemampuan lahan terutama disebakan
karena kondisi topografi yang curam (kelas 1) dan
bahaya terhadap bencana
Rendah (kelas 2) 2 Daya dukung lahan cukup baik, meskipun
merupakan daerah rawa-rawa
63
Kelas Kemampuan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan
Tinggi (kelas 3) 3
Daya dukung lahan sangat baik, ditinjau dari
topografi yang landai, jenis tanah dengan tekstur
sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan
terjadi bencana
Tabel 5.6 Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan
Penggunaan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan
Kawasan Perumahan 1 Peruntukan yang kurang sesuai untuk industry
galangan kapal
Kawasan Industri 2 Peruntukan yang cukup baik untuk industri galangan
kapal
Kawasan Pelabuhan 3 Peruntukan yang sangat baik untuk industry galangan
kapal
Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang sangat penting bagi penentuan lokasi
galangan kapal. Adapun penggunaan lahan Tabel 5.6 dapat diklasifikasikan menjadi
tiga macam, yaitu: kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan
Ketersediaan Tenaga Kerja
Penentuan suatu lokasi industri mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja,
seberapa banyak jumlah angkatan kerja yang secara resmi terdaftar sebagai
pengangguran atau sedang mencari pekerjaan.
Tabel 5.7 Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan Tenaga
Kerja Nilai Faktor Pertimbangan
Ketersediaan tenaga
kerja tidak ada 1
Tidak adanya ketersediaan tenaga kerja, maka tidak
akan mendukung untuk industri galangan kapal
Ketersediaan tenaga kerja
terbatas 2
Terbatasnya ketersediaan tenaga kerja, maka masih
dapat mendukung untuk industri galangan kapal
Ketersediaan tenaga kerja
berlimpah 3
Berlimpahnya ketersediaan tenaga kerja, maka sangat
mendukung untuk industri galangan kapal
64
Ketersedian tenaga kerja seperti pada tabel 5.7 dibagi menjadi tiga klasifikasi, yakni
ketersedian tenaga kerja tidak ada, tenaga kerja terbatas, tenaga kerja berlimpah.
Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor pertimbangan yang sangat penting dalam menentukan
lokasi galangan kapal. Adapun sub variabel yang terkait dengan ketersediaan bahan
baku adalah kuantitas dan kualitas bahan baku, kontinuitas bahan baku, serta jarak dari
bahan baku ke lokasi industri. Berikut tabel 5.8 merupakan klasifikasinya:
Tabel 5.8 Ketersediaan Bahan Baku
Kuantitas Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan
Jumlah bahan baku
tidak ada 1
Tidak adanya bahan baku, maka tidak akan
mendukung untuk industri galangan kapal
Jumlah bahan baku
terbatas 2
Terbatasnya bahan baku, maka masih dapat
mendukung untuk industri galangan kapal
Jumlah bahan baku
berlimpah 3
Berlimpahnya bahan baku, maka sangat
mendukung untuk industri galangan kapal
Kuantitas bahan baku sangat penting karena digunakan sebagai input kegiatan suatu
industri. Selain itu juga harus mempertimbangkan kontinuitas bahan baku,
klasifikasinya dijelaskan pada tabel 5.9 berikut:
Tabel 5.9 Tingkat Kontinuitas Bahan Baku
Tingkat Kontinuitas Nilai Faktor Pertimbangan
Tidak Kontinu 1 Ketersediaan bahan baku yang tidak kontinu, tidak
cocok untuk lokasi industri galangan kapal
Tingkat Kontinuitas
Sedang 2
Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas
sedang, masih dapat mendukung proses produksi
industri galangan kapal
Tingkat Kontinuitas
Tinggi 3
Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas
tinggi, sangat mendukung proses produksi industry
galangan kapal
Ketersediaan bahan baku yang kontinu pada setiap tahun sangat mendukung industri
galangan kapal. Untuk itu kontinuitas sangat perlu untuk diperhatikan dalam penentuan
65
lokasi industri galangan kapal. Diketahui bahwa tingkat kontinuitas bahan baku adalah
tidak kontinu, kontinu sedang, dan kontinu tinggi terlihat seperti pada tabel 5.10 berikut:
Tabel 5.10 Jarak Bahan Baku
Jarak Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan
Kecamatan tersebut tidak
berbatasan langsung
dengan kecamatan
penghasil bahan baku
1
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung dengan
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat
diartikan jaraknya cukup jauh dengan bahan baku
Kecamatan tersebut
berbatasan langsung
dengan kecamatan
penghasil bahan baku
2
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat
diartikan jaraknya cukup dekat dengan bahan baku
Kecamatan tersebut
merupakan kecamatan
penghasil bahan baku
3
Daerah tersebut merupakan penghasil bahan baku,
maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan
baku
Jarak bahan baku merupakan jarak kecamatan dengan kecamatan-kecamatan yang
dapat digunakan sebagai penghasil bahan baku. Semakin dekat dengan kecamatan
tersebut, maka akan mudah memperoleh bahan baku.
Pemasaran
Klasifikasi pemilihan lokasi berdasarkan permintaan pasar terdapat beberapa aspek,
yakni tidak atau adanya galangan kapal pesaing di sekitar lokasi galangan yang
direncanakan. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan permintaan pasar
seperti pada tabel 5.11 :
Tabel 5.11 Permintaan Pasar
Permintaan Pasar Nilai Faktor Pertimbangan
Tidak adanya galangan
kapal dan tidak adanya
pesaing pada daerah
tersebut
3 Tidak adanya galangan kapal disekitar lokasi
Adanya beberapa
galangan kapal dan
adanya pesaing pada
daerah tersebut
2 Adanya beberapa galangan kapal disekitar lokasi
dan adanya pesaing
Adanya beberapa
galangan kapal dan tidak 1
Adanya beberapa galangan kapal disekitar lokasi
dan tidak adanya pesaing
66
Permintaan Pasar Nilai Faktor Pertimbangan
adanya pesaing pada
daerah tersebut
Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi
Nilai indikator hanya 1 (tidak sesuai untuk galangan kapal) dan 3 (sangat sesuai dengan
galangan kapal) karena pada masing-masing SSWP (Sub Satuan Wilayah
Pengembangan) telah ditentukan secara pasti SSWP yang dapat digunakan untuk
galangan kapal, sehingga tidak ada nilai 2 (cukup sesuai untuk galangan kapal).
Klasifikasi rencana tata ruang terkait penentuan lokasi dapat dilihat pada Tabel 5.12
Tabel 5.12 Penentuan Lokasi Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Rencana Tata Ruang
Terkait Nilai Faktor Pertimbangan
SSWP (Sub Satuan
Wilayah Pengembangan)
1 untuk wilayah
pertanian
1 Arahan pengembangan tidak sesuai untuk galangan
kapal
SSWP (Sub Satuan
Wilayah Pengembangan)
2 untuk wilayah
peternakan
1 Arahan pengembangan tidak sesuai untuk galangan
kapal
SSWP (Sub Satuan
Wilayah Pengembangan)
3 untuk wilayah industri
3 Arahan pengembangan sangat sesuai untuk
galangan kapal
SSWP (Sub Satuan
Wilayah Pengembangan)
4 untuk wilayah
pelabuhan
3 Arahan pengembangan sangat sesuai untuk
galangan kapal
Kecukupan Infrastruktur
Infrastruktur penunjang adalah listrik, air bersih, telepon, dan jaringan jalan.
Keberadaan infrastruktur dapat mendukung galangan kapal. Jika salah satu factor dari
infrastruktur penunjang tidak sesuai dengan kebutuhan, hal ini akan berpengaruh
terhadap operasional galangan kapal. Nilai kecukupan infrastruktur dapat dilihat pada
tabel 5.13 berikut
67
Tabel 5.13 Kecukupan Infrastruktur
Kecukupan Listrik
Telepon, Air Bersih dan
Transportasi
Nilai Faktor Pertimbangan
Tidak Terlayani 1 Tidak terlayaninya kecukupan listrik, telepon, dan
air bersih untuk mendukung galangan kapal
Terlayani 3 Terlayaninya kecukupan listrik, telepon, dan air
bersih
Modal
Penilaian klasifikasi modal dibagi menjadi tiga, yakni harga tanah per meter diatas
empat juta, antara dua hingga empat juta, dan harga tanah di bawah dua juta. Penilaian
klasifikasi modal dijelaskan pada tabel 5.14 sebagai berikut:
Tabel 5.14 Modal Harga Tanah
Harga Tanah Nilai Faktor Pertimbangan
Harga > 4juta/m 1 Harga tanah pada lokasi tersebut lebih dari 4 juta
Harga 2 juta - 4 juta/m 2 Harga tanah pada lokasi tersebut antara 2 juta – 4
juta
Harga < 2 juta/m 3 Harga tanah pada lokasi tersebut kurang dari 2 juta
5.2.5. Pembobotan
Pembobotan dilakukan untuk menghasilkan pilihan lokasi yang akan menjadi
pertimbangan untuk dibangunnya galangan kapal. Pembobotan dilakukan berdasarkan asumsi
dari literatur pada mata kuliah Bisnis Perkapalan dengan metode pembobotan AHP (Analytical
Hierarchy Process) dengan referensi buku : Operation Research an Introduction – 8th ed.
(2007), Hamdy A. Taha pp.490
Lokasi Galangan Kapal Pengangkut CNG
(Compressed Natural Gas) Carrier
PemasaranRencana Tata
Ruang
Ketersediaan
Tenaga Kerja
Ketersediaan
Bahan BakuModal
Kecukupan
InfrastrukturKondisi Lahan
Lokasi 1 Desa Rabiyan, kecamatan
Ketapang, Kabupaten Sampang
Lokasi 2 Desa Kemantren, kecamatan
Paciran, Kabupaten Lamongan.
Gambar 5.10 Bagan Hierarchy Pembobotan Lokasi Industri
68
Cara kerja metode pembobotan ini adalah dengan membandingkan suatu kriteria
dengan kriteria lainnya berdasarkan skala penilaian yang telah ditentukan. Skala penilaian
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut:
Tabel 5.15 Skala penilaian paiways comparison
Skala
Penilaian
Tingkat
Kepentingan Keterangan
1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang
sama
3 Sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat memihak
satu elemen dibandingkan dengan
pasangannya
5 Lebih penting
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis
dominasinya sangat nyata, dibandingkan
dengan elemen lainnya
7 Sangat penting
Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara
praktis dominasinya sangat nyata,
dibandingkan dengan elemen lainnya
9 Mutlak lebih penting
Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai
dibandingkan dengan pasangannya, pada
keyakinan tertinggi
2, 4, 6, 8, 1/3 ,
¼, ½ Nilai tengah
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian di
antara dua tingkat kepentingan yang
berdekatan
Nilai-nilai tersebut akan dimasukkan pada tabel perhitungan matriks pairways
comparison. Setelah diperoleh nilai perbandingan dari suatu kriteria dengan kriteria lainnya,
maka dilanjutkan dengan proses normalisasi yang bertujuan untuk menyamakan total nilai pada
masing-masing kriteria. Didalam input nilai menuju matriks pairways comparison dibutuhkan
pendapat dari tenaga ahli, oleh karena itu hasil ini merujuk kepada kuisioner yang dilakukan
kepada Bapak Muhammad Nur K dengan tingkat pendidikan terakhir magister/dokter/sederajat.
69
Tabel 5.16 Perhitungan Matriks Pairwise Comparison
Kriteria Kondisi
Lahan
Tenaga
Kerja
Bahan
Baku Pemasaran
Tata
Ruang Modal Infrastruktur
Kondisi
Lahan 1,00 3,00 3,00 2,00 5,00 0,50 0,25
Tenaga
Kerja 0,33 1,00 0,33 0,50 2,00 0,33 0,50
Bahan Baku 0,33 3,00 1,00 0,50 3,00 0,50 0,50
Pemasaran 0,50 2,00 2,00 1,00 4,00 0,50 0,33
Tata Ruang 0,20 0,50 0,33 0,25 1,00 0,25 0,20
Modal 2,00 3,00 2,00 2,00 4,00 1,00 2,00
Infrastruktur 4,00 2,00 2,00 3,00 5,00 0,50 1,00
Jumlah 8,37 14,50 10,67 9,25 24,00 3,58 4,78
Tabel 5.17 Perhitungan Normalisasi
Kriteria Kondisi
Lahan
Tenaga
Kerja
Bahan
Baku Pemasaran
Tata
Ruang Modal Infrastruktur
Kondisi
Lahan 0,12 0,21 0,28 0,22 0,21 0,14 0,05
Tenaga
Kerja 0,04 0,07 0,03 0,05 0,08 0,09 0,10
Bahan Baku 0,04 0,21 0,09 0,05 0,13 0,14 0,10
Pemasaran 0,06 0,14 0,19 0,11 0,17 0,14 0,07
Tata Ruang 0,02 0,03 0,03 0,03 0,04 0,07 0,04
Modal 0,24 0,21 0,19 0,22 0,17 0,28 0,42
Infrastruktur 0,48 0,14 0,19 0,32 0,21 0,14 0,21
Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 5.18 Rekapitulasi Bobot Hasil Perhitungan Matriks dan Normalisasi
Kriteria Jumlah
Normalisasi
Priority Vector
[1] Hasil Kali [2] [2]/[1]
Kondisi Lahan 1,22 0,175 1,33 7,60
Tenaga Kerja 0,47 0,068 0,50 7,42
Bahan Baku 0,76 0,109 0,79 7,26
70
Kriteria Jumlah
Normalisasi
Priority Vector
[1] Hasil Kali [2] [2]/[1]
Pemasaran 0,87 0,124 0,92 7,43
Tata Ruang 0,27 0,039 0,28 7,37
Modal 1,71 0,245 1,90 7,76
Infrastruktur 1,68 0,241 1,98 8,23
Jumlah 7,00 1,00
Pada tabel Tabel 5.16, Tabel 5.17 dan Tabel 5.18 dilakukan perhitungan pairways
method dan telah didapatkan juga hasil setelah normalisasi. Setelah dilakukan proses
normalisasi, dilakukan perhitungan priority vector yang hasilnya digunakan sebagai bobot-
bobot untuk masing-masing kriteria yang tertera pada Tabel V.15
Selanjutnya akan dilakukan proses scoring pada masing-masing kriteria tersebut.
Masing-masing kriteria pada Tabel 5.19 tersebut memiliki score factor yang akan digunakan
sebagai standar pada proses scoring. Proses scoring tersebut dilakuakan berdasarkan hasil
pengamatan di lokasi yang bersangkutan. Score factor yang akan digunakan untuk proses
penilaian lokasi galangan tersebut akan dijabarkan kembali menjadi lebih spesifik seperti yang
dijelaskan di bawah ini
Tabel 5.19 Pertimbangan Pembobotan
Pertimbangan Bobot Sub Pertimbangan Bobot
Kondisi Lahan 0,175 Kemampuan lahan 0,087
Penggunaan lahan 0,087
Ketersediaan Tenaga Kerja 0,068 Ketersediaan tenaga kerja 0,068
Ketersediaan Bahan Baku 0,109
Kuantitas bahan baku 0,036
Kontinuitas bahan baku 0,036
Jarak bahan baku 0,036
Pemasaran 0,124 Adanya galangan dan pesaing 0,124
Rencana Tata Ruang 0,039 Rencana tata ruang terkait 0,039
Modal 0,245 Harga tanah per m 0,245
Kecukupan Infrastruktur 0,241
Kecukupan listrik dan telepon 0,080
Kecukupan air 0,080
Kecukupan jaringan jalan 0,080
Total 1 Total 1
71
Data pada Tabel 5.19 diatas merupakan pertimbangan yang digunakan untuk
menentukan lokasi galangan kapal. Pertimbangan ini kemudian digunakan untuk penilaian
pemilihan lokasi galangan kapal.
Tabel 5.20 merupakan penilaian pemilihan lokasi galangan kapal
Tabel 5.20 Nilai Pembobotan
Pertimbangan Bobot Sub Pertimbangan Bobot Skor
Lokasi 1
Skor
Lokasi 2
Penilaian
Lokasi 1
Penilaian
Lokasi 2
Kondisi Lahan 0,175
Kemampuan
Lahan
0,087 3 3 0.043 0.043
Penggunaan Lahan 0,087 1 2 0.029 0.058
Ketersediaan
Tenaga Kerja 0,068
Ketersediaan
Tenaga Kerja
0,068 2 3 0.026 0.040
Ketersediaan
Bahan Baku 0,109
Kuantitas Bahan
Baku
0,036 1 2 0.012 0.024
Kontinuitas Bahan
Baku
0,036 1 2 0.012 0.024
Jarak Bahan Baku 0,036 1 2 0.012 0.024
Pemasaran 0,124 Adanya Galangan
Pesaing
0,124 3 2 0.074 0.049
Rencana Tata
Ruang 0,039
Rencana Tata
Ruang Terkait
0,039 1 3 0.009 0.029
Modal 0,245 Harga Tanah/m2 0,245 3 3 0.122 0.122
Kecukupan
Struktur 0,241
Kecukupan Listrik
dan Telpon
0,080 1 3 0.020 0.060
Kecukupan Air 0,080 1 3 0.020 0.060
Kecukupan
Jaringan Jalan
0,080 3 3 0.040 0.040
Total 1 Total 1 21 31 0.419 0.573
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa lokasi yang lebih cocok untuk
pembangunan galangan kapal CNG adalah di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten
Lamongan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.20 bahwa nilai pembobotan untuk lokasi 2 di
Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan lebih besar dari lokasi 1 yang
berada di desa Rabiyan, kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Madura.
5.3. Perencanaan Kapal CNG Carrier
5.3.1. General Arrangement
Untuk perencanaan produk yang akan dibuat gambar general arrangement untuk
produksi pada galangan kapal CNG Carrier memakai referensi ukuran utama kapal jayanti
baruna. Pada Tabel 5.21 diberikan data ukuran utama kapal jayanti baruna.
Tabel 5.21 Data Ukuran Utama Kapal Jayanti Baruna
Dimensi Ukuran
Loa 110 m
Lpp 105,8 m
B 16 m
H 12,75 m
T 5 m
Vs 10,2 Knot
Setelah mendapatkan data ukuran utama kapal kemudian dilakukan pengerjaan general
arrangement kapal CNG Carrier. Pada Gambar 5.11 merupakan desain general arrangement
dari kapal CNG Carrier
Gambar 5.11 General Arrangment CNG Carrier
5.3.2. Perhitungan Koefisien Kapal CNG Carrier
Didalam melakukan perhitungan kebutuhan berat baja kapal perlu dilakukan
perhitungan koefisien koefisien yang ada pada kapal. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah
dengan memasukan komponen ukuran utama kapal dan menghitung rasio perbandingan
73
panjang, lebar dan tinggi kapal. Pada Tabel 5.22 ditunjukan data input kapal yang berupa
ukuran utama kapal dan juga rasio perbandingan panjang, lebar dan tinggi kapal.
Tabel 5.22 Input Data Kapal
Input Data
Lo = 105,800 m Lo/Bo = 6,6125
Ho = 12,75 m Bo/To = 3,2
Bo = 16 m To/Ho = 0,39216
To = 5 m Vs = 10,2 kn = 5,2469 m/s
Fn = 0,1629
ρ = 1,025
Setelah dilakukan perhitungan rasio panjang, lebar dan tinggi kapal kemudian dilakukan
perhitungan froud number pada kapal. Berdasarkan perhitungan dengan formula yang didapat
dari buku (Principle of Naval Architecture Vol.II hlm.154). Pada Tabel 5.23 ditentukan bahwa
besar froud number adalah 0,162
Tabel 5.23 Perhitungan Froud Number
Froude Number
Fno =
g = 9,81 m/s2
= 5,24688/(9,81.105,8) ^ 0,5
= 0,162863511
Kemudian dilakukan perhitungan rasio utama kapal agar tidak melampaui batasan yang
telah ditentukan. Perhitungan rasio ukuran utama kapal berdasarkan formula yang didapat dari
buku (Principle of Naval Architecture Vol.I hlm.19). Pada Tabel 5.24 dapat diketahui bahwa
ratio ukuran utama kapal telah memenuhi.
Tabel 5.24 Perhitungan Ratio Ukuran Utama Kapal
Perhitungan Ratio Ukuran Utama Kapal
Lo/Bo = 118.645/16.7 = 6,6125 → 3.5 < L/B < 10
Bo/To = 16.7/7.09 = 3,2 → 1.8 < B/T < 5
Lo/To = 118.645/7.09 = 21,16 → 10 < L/T < 30
g.L
Vs
Tabel 5.25 Perhitungan Koefisien Blok Kapal
Block Coeffisien (Watson & Gilfillan)
Cb – 4.22 + 27.8 √Fn – 39.1 Fn +
46.6 Fn3
→ 0,15 ≤ Fn ≤ 0,3
Cb – 4.22 + 27.8 *√0.2035 – 39.1 *0.2035 + 46.6 *0,216^3
Cb 0,832408716
Pada Tabel 5.25 diberikan rumus perhitungan koefisien blok kapal CNG carrier yaitu
sebesar 0,832. Rumus ini berdasarkan formula yang didapat dari buku (Parametric design
halaman 11-11)
Tabel 5.26 Perhitungan Koefisien Midship
Midship Section Coeffisien (Series 60')
Cm = 0.977 +0.085(Cb-0.6)
Cm = 0.977 +0.085(0,832-0.6)
Cm = 0,996754741
Pada Tabel 5.26 diberikan rumus perhitungan koefisien Midship kapal CNG carrier
yaitu sebesar 0,996. Rumus ini berdasarkan formula yang didapat dari buku (Parametric design
halaman 11-12)
Tabel 5.27 Koefisien Waterplan
Waterplan Coeffisien
Cwp = 0.180+0.860 Cp
Cwp = 0.180+0.860 *0,835
Cwp = 0,898202248
Pada Tabel 5.27 diberikan rumus perhitungan koefisien waterplan kapal CNG carrier
yaitu sebesar 0,898. Rumus ini berdasarkan formula yang didapat dari buku (Parametric design
halaman 11-19)
Tabel 5.28 Perhitungan LCB Kapal
Longitudinal Center of Bouyancy (LCB)
LCB = 8.80-38.9 Fn
LCB = 8.80-38.9*0,162
LCB = 55,50755675 LCB dari Ap
Pada Tabel 5.28 diberikan rumus perhitungan LCB kapal CNG Carrier yaitu sebesar
55,507 m dari Ap Rumus ini berdasarkan formula yang didapat dari buku (Parametric design
halaman 11-19)
75
Tabel 5.29 Koefisien Prismatik dan Lwl Kapal
Prismatic Coeffisien Lwl
Cp = Cb/Cm Lwl = 0.4 Lpp
Cp = 0.756/0.990 Lwl = 0.4*118.645
Cp = 0,835118893 Lwl = 110,032 m
Pada Tabel 5.29 diberikan rumus perhitungan koefisien prismatik kapal CNG Carrier
yaitu sebesar 0,835 m dan Lwl 110,032 m
Tabel 5.30 Perhitungan Volume dan Displacement Kapal
Volume dan Displacement
(m3) Δ (ton)
L*B*T*CB Δ = L*B*T*CB*ɤ
121.53*19.2*8.16*0.7242 Δ = 121.53*19.2*8.16*0.7242*1.025
7045,507373 m3 Δ = 7221,65 ton
Pada Tabel 5.30 diberikan rumus perhitungan Volume kapal CNG Carrier yaitu sebesar
7045,507 m3 dan displacement kapal sebesar 7221,65 Ton
5.3.3. Perhitungan Berat Baja Kapal
Setelah mendapatkan nilai nilai koefisien tersebut dapat dihitung berat baja hull kapal
melalui rumus pendekatan Schneeduth dan dengan menggunakan rules ABS (Vessels Intended
to Carry CNG in Bulk ) sebagai berikut :
Tabel 5.31 Tabel CSO Kapal
No Type kapal CSO
1 Bulk carriers 0,07
2 Cargo ship (1 deck) 0,07
3 Cargo ship (2 decks) 0,076
4 Cargo ship (3 decks) 0,082
5 Passenger ship 0,058
6 Product carriers 0,0664
7 Reefers 0,0609
8 Rescue vessel 0,0232
9 Support vessels 0,0974
10 Tanker 0,0752
11 Train ferries 0,65
12 Tugs 0,0892
13 VLCC 0,0645
Pada Tabel 5.32 menunjukan CSO dari kapal CNG carrier. Berdasarkan rules dari ABS
(Vessels Intended to Carry CNG in Bulk ) kapal CNG carrier diklasifikasikan sebagai bulk
carrier.
Tabel 5.32 Koefisien Titik Berat
Koefisien titik berat
Type kapal CKG
Passanger ship 0.67 – 0.72
Large cargo ship 0.58 – 0.64
Small cargo ship 0.60 – 0.80
Bulk carrier 0.55 – 0.58
Tankers 0.52 – 0.54
Pada Tabel 5.33 diberikan input berupa ukuran utama kapal CNG carrier. Data ukuran
utama ini berdasarkan ukuran utama kapal Jayanti Baruna yang dimiliki PT. PLN
Tabel 5.33 Input Data Ukuran Utama Kapal CNG Carrier
Input Data
Lo = 105,800 m
Ho = 12,750 m
Bo = 16,000 m
To = 5,000 m
Fn = 0,163
Pada Tabel 5.34 diberikan perhitungan untuk menghitung volume forecastle deck
kapal CNG carrier
Tabel 5.34 Volume Forecastle Deck
Volume Superstructure
Volume Forecastle Deck
panjang (Lf) = 14,812% x L
15,671 m
lebar (Bf) = asumsi 16 m
tinggi (hf) = asumsi 2,4 m
VForecastle = 0,5.Lf x Bf x hf
300,885 m3
77
Pada Tabel 5.35 diberikan perhitungan untuk menghitung volume poop deck kapal CNG
carrier
Tabel 5.35 Volume Poop Deck
Volume Superstructure
Volume Poop Deck
panjang (Lp) = 23,82%.L
= 25,202
lebar (Bp) = selebar kapal
= 16,000
tinggi (hp) = asumsi 2,4 m
VPoop = Lp.Bp.hp
= 967,74 m3
Pada Tabel 5.36 diberikan perhitungan untuk menghitung volume total forecastle deck
dan poop deck kapal CNG carrier
Tabel 5.36 Volume Total Forecastle Deck & Poop Deck
Volume Total Forecastle Deck & Poop Deck
VA = VForecastle + VPoop
= 1268,62 m3
Pada Tabel 5.37 diberikan perhitungan untuk menghitung volume Deckhouse Layer II
kapal CNG carrier
Tabel 5.37 Volume Deckhouse Layer II
Volume Deckhouse
Volume Layer II
panjang (LD2) = 13,989%.L
= 14,800 m
lebar (BD2) = selebar kapal
= 16,000 m
tinggi (hD2) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.layer II = LD2.BD2.hD2
= 568,33 m3
Pada Tabel 5.38 diberikan perhitungan untuk menghitung volume Deckhouse Layer III
kapal CNG carrier
Tabel 5.38 Volume Deckhouse Layer III
Volume Deckhouse
Volume Layer III
panjang (LD3) = 9,875%.L
= 10,448 m
lebar (BD3) = Asumsi 12 m
= 12,000 m
tinggi (hD3) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.layer III = LD3.BD3.hD3
= 300,895 m3
Pada Tabel 5.39 diberikan perhitungan untuk menghitung volume Deckhouse Layer IV
kapal CNG carrier
Tabel 5.39 Volume Deckhouse Layer IV
Volume Deckhouse
Volume Layer IV
panjang (LD4) = 9,875% x L
= 10,448 m
lebar (BD4) = Asumsi 12 m
= 12,000 m
tinggi (hD4) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.layer IV = LD4.BD4.hD4
= 300,895 m3
Pada Tabel 5.40 diberikan perhitungan untuk menghitung volume Wheel House kapal
CNG carrier
Tabel 5.40 Volume Wheel House
Volume Wheel House
panjang (LWH) = 4,94 % x L
= 5,227 m
lebar (BWH) = Asumsi 9 m
= 9,000 m
tinggi (hWH) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.Wheel House = LwH.BWH.hWH
= 300,895 m3
79
Pada Tabel 5.41 diberikan perhitungan untuk menghitung volume total Deckhouse dan
Wheel House kapal CNG carrier
Tabel 5.41 Volume Total Deckhouse & Wheel House
Volume Total
VDH = VDH.layer II + VDH.layer III + VDH.layer IV + VDH.Wheel
House
= 1283,02 m3
Pada Tabel 5.42 diberikan perhitungan untuk menghitung volume total Weight Steel
kapal CNG carrier
Tabel 5.42 Total Weight Steel
Total Weight Steel
DA = tinggi kapal setelah dikoreksi dengan superstructure & deckhouse
= H + (VA+VDH) / (L*B)
= 12,75 m
CSO = Bulk Carrier
= 0,07 t/m3
Δkapal = 7221,6 Ton
U= Log (△/100)
= 1,859
Cs = Cso + 0,06 x e –(0,05u + 0,1 u ^2,45)
= 0,107
Wst = L.B.DA.CS
= 3129,29 Ton
Dari hasil Tabel 5.42 didapatkan berat baja adalah WST = 3129,29 Ton
5.3.4. Perhitungan Berat Tabung CNG
Untuk perhitungan berat tabung yang diperlukan memakai referensi kapasitas kapal
jayanti baruna yang memiliki kapasitas 22,43 mmscf atau memiliki volume 635.146,95 m3.
Kemudian untuk dimensi tabung CNG memiliki ukuran sebagai berikut :
Tabel 5.43 Spesifikasi Tabung CNG
Tabung CNG yang dipakai
Panjang 11580 mm
Diameter 559 mm
Tebal 17,4 mm
Tekanan 250 bar
Tabung CNG yang dipakai
Kapasitas CNG 700 m3
Berat 2973 kg
Pada Tabel 5.43 dijelaskan ukuran, kapasitas, tekanan dan berat dari tabung CNG.
Kemudian dengan membagi total muatan dengan kapasitas tabung didapatkan jumlah tabung
dan kemudian dikalikan berat pertabung.
Tabel 5.44 Berat Tabung CNG
Total Muatan/Kapasitas Tabung
907,3528
= 908 Tabung
Berat Total Tabung
= Jumlah Tabung x Berat Tabung
= 908 x 2973
2.699.484 Kg
2.699,484 Ton
Pada Tabel 5.44 berat total tabung CNG adalah sebesar 2699,484 Ton. Maka jumlah
total berat muatan adalah berat displacement kapal dikurangi berat LWT kapal.
Berat muatan = Displacement – LWT
Berat muatan = 7.221,65 ton – (3.129,29 ton + 2.699,484 ton)
Berat muatan = 1.392,876 ton
5.4. Proses Produksi Kapal Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier
Pada proses produksi kapal pengangkut kapal CNG melalui beberapa tahapan
pembangunan kapal pada umumnya namun yang membedakan adalah proses produksi dan
fasilitas untuk membuat tangki-tangki CNG. Berikut ini merupakan tahapan pembangunan
kapal CNG carrier :
Owner’s Requirement
Pada tahapan pemilik kapal memberikan spesifikasi kapal yang akan dibangun.
Kemudian pihak galangan akan membangun kapal sesuai dengan spesifikasi yang telah
diminta oleh ship owner
Prelimary Concept
Tahap ini dapat dilakukan oleh pihak ship owner, design agent yang ditunjuk oleh pihak
ship owner, atau juga dapat dilakukan oleh pihak galangan kapal. Hasil akhir dari tahap
ini adalah definisi umum dari kapal yang dimaksud, meliputi dimensi, bentuk lambung
81
kapal, general arrangement, powering, machinery arrangement, mission system
arrangement, kapasitas dari berat variabel, dan definisi pendahuluan dari keseluruhan
sistem seperti konstruksi, perpipaan, kelistrikan, permesinan, sistem ventilasi dan
konstruksi tangki CNG .
Contract Design
Tahap ini merupakan tahap preliminary design yang didetailkan lagi, meliputi biaya
pembangunan kapal dan waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan kapal yang
diestimasikan oleh pihak galangan kapal.
Product Design & Planning
Pada tahap ini produk dirancang untuk menjadi lebih detail. Didalam tahap ini harus
sudah bisa menentukan material apa saja yang dibutuhkan, dimana dan bagaimana
fasilitas yang digunakan untuk pembangunan kapal serta waktu untuk tiap-tiap proses
produksi seperti : preparation, fabrication, subassembly, assembly dan erection sudah
harus bisa ditentukan.
Production
Pada tahapan ini proses pembangunan kapal sudah dapat dimulai. Didalam proses ini
juga proses pemesanan pelat dan proses proses pembangunan kapal seperti :
preparation, fabrication, subassembly, assembly dan erection dilaksanakan. Didalam
proses ini juga dilaksanakan pembangunan tangki-tangki CNG dan juga dilakukan
proses pemeriksaan tangka CNG dan perakitan tangki kedalam hull kapal. Berikut
merupakan tahapan didalam proses production
- Preparation of Hull
Pada tahap ini dilakukan pengerjaan berupa pelurusan pelat dan juga pembersihan
permukaan pelat dari karat dengan menggunakan metode shot blasting.
- Preparation of CNG Cylinder
Pada tahap ini dilakukan pengerjaan berupa pelurusan billet dan juga pembersihan
permukaan billet dari karat dengan menggunakan metode shot blasting.
- Fabrication of Hull
Dalam tahap fabrikasi ada beberapa pekerjaan yang dilakukan, yaitu identifikasi
material, marking, cutting, dan forming. Didalam tahap ini difokuskan pada bagian
lambung kapal.
- Fabrication of CNG Cylinder
Dalam tahap fabrikasi ada beberapa pekerjaan yang dilakukan, yaitu identifikasi
material, marking, cutting, dan forming. Didalam tahap ini difokuskan pada bagian
tangki CNG.
- Fabrication of Pipe
Dalam tahap fabrikasi ada beberapa pekerjaan yang dilakukan, yaitu identifikasi
material, marking, cutting, dan forming. Didalam tahap ini difokuskan pada sistem
perpipaan kapal.
- Sub-assembly of Hull
Material yang sudah dipotong dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan pada tahap
fabrikasi, selanjutnya material dibentuk menjadi seksi atau panel.
- Assembly of Hull
Seksi atau panel yang telah dibentuk kemudian digabungkan sesuai dengan
perencanaan hingga menghasilkan blok-blok.
- Assembly of CNG Cylinder
Panel yang telah dibentuk menjadi tangki-tangki CNG kemudian digabungkan
sesuai dengan perencanaan hingga menghasilkan tangki CNG yang utuh.
- Assembly of Pipe
Seksi atau panel yang telah dibentuk kemudian digabungkan sesuai dengan
perencanaan hingga menghasilkan sistem sistem perpipaan.
- Testing of CNG Cylinder
Pada tahapan ini dilakukan pengetesan untuk tangki-tangki CNG. Tes yang
dilakukan berupa UT Test, Volume Measurement Test, Internal Cylinder Test dan
Hydraulic Test
- Block Blasting & Painting
Pada tahapan ini dilakukan pembersihan blok kapal dengan menggunakan blasting
dan juga dilakukan pengecatan pada blok-blok kapal
- Outfitting Work (Interior Shop, Machinary Shop & Electrical Shop)
Pada tahapan ini diberikan alat-alat outfitting mulai dari sistem kelistrikan, bagian
interior kapal dan juga sistem permesinan kapal
- Erection of Hull
Blok kapal yang sudah jadi kemudian disatukan hingga menjadi satu bagian
lambung yang utuh. Pada bagian ini juga disatukan hull dengan tangki CNG
83
Launching
Pada tahapan ini kapal telah selesai dibuat dan akan diluncuran dengan menggunakan
slipway. Dipeluncuran sendiri harus diperhitungan kurva peluncuran agar tidak terjadi
masalah selama proses peluncuran menginggat kapal akan diluncuran dengan cara
peluncuran memanjang.
Seatrial
Pada tahapan ini kapal diuji baik dari kemampuan mesin, kemampuan maneuver dan
juga kapasitas muatan. Ditahap ini akan diperiksa apakah kapal telah memenuhi
owner’s requirement yang telah disetujui.
Delivery
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dalam pembangunan kapal. Kapal yang telah
memenuhi dalam tahapan seatrial akan diserahkan secara resmi kepada owner.
Pada Gambar 5.12 dijelaskan proses produksi dari galangan kapal pengangkut CNG
(Compressed Natural Gas) carrier.
Owner s Requirement
Preliminary Concept
Design
Contract Design
A
Product Design &
Planning
Production
Preparation of Hull
Fabrication of Hull
Raw Material ( Plate,
Pipe,Profile, Cylinder
Material )
Fabrication of Pipe
Preparation of CNG
Cylinder
Fabrication of CNG
Cylinder
Sub Assembly of Hull
Assembly of CNG
CylinderAssembly of Hull Assembly of Pipe
Testing of CNG
Cylinder
Erection of Hull
Block Blasting &
Painting
A
B
Machinary
Shop
Electrical
Shop
Interior Shop
85
Launching
Sea Trial
Delivery
B
Gambar 5.12 Bagan Proses Produksi Galangan Kapal Pengangkut CNG Carrier
5.5. Perencanaan Fasilitas Produksi
5.5.1. Analisa Kebutuhan Baja Untuk Produksi CNG Carrier
Didalam melakukan analisa untuk kebutuhan material pelat baja,tabung CNG, dan pipa
untuk pembangunan CNG Carrier memerlukan metode pendekatan untuk mendapatkan beban
kerja (work load) yang kemudian dapat dicari kebutuhan material perhari. Pendekatan yang
dilakukan adalah dengan mengunakan data referensi kapal CNG yang sudah dimiliki Indonesia,
yaitu kapal CNG Jayanti Baruna. Pada Tabel 5.45 dijelaskan pembagian LWT kapal
Tabel 5.45 Pembagian Berat LWT
No Bagian Berat Baja (Ton)
1 Hull 3129,289 Ton
2 Tabung 2699 Ton
Dengan pertimbangan waktu pengerjaan pembangunan hull kapal CNG adalah 24
bulan, maka kebutuhan material baja seperti pada Tabel 5.46 berikut :
Keterangan :
= Tahap Awal
= Tahap Design
= Tahap Konstruksi
= Tahap Akhir
Tabel 5.46 Kebutuhan Berat Material untuk Pembangunan Lambung Kapal CNG
Kebutuhan Berat (Ton) Lama Waktu
Pembangunan
Pelat,profil, pipa 3129.289 24 Bulan
Kemudian untuk pembuatan tabung CNG diasumsikan dibangun dalam waktu 24 bulan.
Maka kebutuhan material baja dapat dilihat pada Tabel 5.47 berikut:
Tabel 5.47 Kebutuhan Berat Material untuk Pembuatan Tabung CNG
Kebutuhan Berat (Ton) Lama Waktu Pembangunan
Tabung 2699 24 Bulan
Berdasarkan tabel Tabel 5.46 dan tabel Tabel 5.47 didapatkan total kebutuhan material
untuk pembangunan kapal CNG seperti pada Tabel 5.48 berikut :
Tabel 5.48 Tabel Total Kebutuhan Material
Kebutuhan Total Berat (ton/tahun)
Pelat, profil, pipa 3129,289
Tabung 2699
Total 5828,289
Dengan diketahuinya total kebutuhan material yang dipakai untuk pembangunan kapal
CNG sesuai tabel V.20, Direncakan galangan kapal ini akan memproduksi 1 kapal CNG dalam
waktu 2 tahun maka dapar direncanakan luas area yang digunakan untuk gudang penyimpanan
material. Gudang ini akan dipakai untuk menyimpan material pembangun kapal CNG untuk
pembangunan konstruksi lambung maupun kontruksi tangki CNG Material ini kemudian akan
didistribusikan ke bengkel persiapan. Didalam bengkel persiapan terdapat alat alat yang akan
digunakan untuk persiapan material sebelum dilakukan proses fabrikasi. Didalam bengkel
persiapan ini akan dilakukan proses pembersihan pelat, pelurusan pelat, heat treatment dan juga
pengecatan primer. Didalam menghitung luasan gudang penyimpanan didasari dari beberapa
hal berikut :
Kebutuhan pelat dan profil untuk pembangunan kapal CNG adalah sebesar 3129,289
ton/tahun dengan asumsi pelat 60 % (1877,573 Ton), profil 25% (782,322 Ton) dan
pipa 15% (469,393 Ton). Lalu untuk material tabung direncanakan sebesar (2699
Ton)Dilakukan pemesanan 3 kali dalam dua tahun,sehingga berat material dalam satu
87
kali pemesanan adalah (625,857 Ton) untuk pelat, (260,774 Ton) untuk profil, (156,464
Ton) untuk pipa dan (899,666 Ton) untuk material tabung.
Dengan mengasumsikan presentase penggunanaan untuk masing masing ketebalan
pelat adalah 10% untuk 14 mm, 30% untuk 12 mm, 30% untuk 10 mm, dan 30% untuk
8 mm. Maka didapatkan perhitungan kebutuhan pelat dapat diperoleh sebagai berikut
pada Tabel 5.49
Tabel 5.49 Pembagian Pelat
Jenis Presentase Kebutuhan Lenght
(mm)
Widht
(mm) Thickness(mm) Berat/Pelat
Pelat 14 mm
(10%) 62,58577 6000 1800 14 1,18692
Pelat 12 mm
(30%) 187,7573 6000 1800 12 1,01736
Pelat 10
mm(30%) 187,7573 6000 1800 10 0,8478
Pelat 8 mm
(30%) 187,7573 6000 1800 8 0,6782
Total 625,857667
Ton
Tabel 5.50 Pemesanan dan Luas Penyimpanan Pelat
Jumlah pesan Jumlah pesan Tumpukan
Pelat
Tumpukan
Pelat
Luas Tempat
m2
52,72955773 53 1,766667 2 21,6
184,5534521 185 6,166667 7 75,6
221,4641425 222 7,4 8 86,4
276,8465055 277 9,233333 10 108
Total 737 27 291,6
Berdasarkan Tabel 5.50 tersebut dapat dihitung kebutuhan luas gudang yang akan
digunakan untuk menyimpan pelat. Dengan asumsi tiap 15 lembar pelat menjadi 1 tumpukan
pelat. Berikut Tabel 5.51, Tabel 5.52 dan Tabel 5.53 yang menjelaskan perhitungan kebutuhan
luas gudang penyimpanan :
Tabel 5.51 Perhitungan Luas Penyimpanan Profil
Luas Penyimpanan Profil
Profil 260,774 Ton
Berat/Profil 100 Kg
Jumlah Profil 2607,74 2608 Buah
Luas Penyimpanan Profil
Ukuran rak (L x W) 6 3 m
Tingkat Rak 4 Tingkat
Profil/Rak 500 Buah
Jumlah Rak 5,21548 6 Buah
Jarak Antar Rak 1,5 m
Luas Penyimpanan Profil 157,5 19,5 x 7,5 m2
Tabel 5.52 Perhitungan Luas Penyimpanan Pipa
Luas Penyimpanan Pipa
Pipa 156,464 Ton
Berat/Pipa 100 Kg
Jumlah Pipa 1564,643 165 Buah
Ukuran rak 2 6 m
Tingkat Rak 4 Tingkat
Pipa/Rak 500 Buah
Jumlah Rak 3,129 4 Buah
Jarak Antar Rak 1,5 m
Luas Penyimpanan Pipa 74,25 5,5 x 13,5 m2
Tabel 5.53 Perhitungan Luas Penyimpanan Material Tabung
Luas Penyimpanan Tabung
Tabung 899,666 Ton
Berat/Tabung 100 Kg
Jumlah Tabung 8996,666667 Buah
Ukuran rak 3 6 m
Tingkat Rak 4 Tingkat
Pipa/Rak 300 Buah
Jumlah Rak 29,98888889 30 Buah
Jarak Antar Rak 1,5 m
Luas Penyimpanan Tabung 882 73,5 x 12 m2
Berdasarkan perhitungan kebutuhan luasan area penyimpanan pada Tabel 5.50, Tabel
5.51, Tabel 5.52 dan Tabel 5.53, maka luas gudang penyimpanan diperlukan area seluas 291,6
m2 + 157,5 m2 + 74,25 m2 + 882 m2 = 1.405,35 m2 dan untuk keperluan area peralatan persiapan
89
sebesar 10 m x 15 m = 206,25 m2. Luas gudang yang diperlukan adalah 1611.6 m2. Dengan
ukuran 63 m x 36 m = 2.268 m2 maka luas gudang penyimpanan telah mencukupi. Dan
kebutuhan jumlah rak sebanyak 6 unit untuk penyimpanan profil, 4 unit untuk penyimpanan
pipa, 30 unit untuk material tabung.
5.5.2. Penentuan Jumlah Fasilitas Produksi
Dalam proses pembangunan galangan kapal, perencanaan fasilitas merupakan perihal
yang sangat penting. Pengambilan keputusan pemilihan mesin serta jumlahnya harus
berdasarkan pada pertimbangan kelayakan pemenuhan kapasitas produksi. Selain itu pemilihan
mesin atau peralatan produksi yang tepat juga akan menghasilkan tata letak galangan kapal
yang baik. Dalam proses penentuan jumlah mesin yang dibutuhkan ada beberapa variabel yang
harus diperhatikan, yaitu:
Volume produksi yang harus tercapai
Merupakan beban kerja yang harus dilaksanakan oleh galangan kapal sesuai dengan
total berat kebutuhan material baja untuk proses pembangunan Kapal CNG
sebagaimana pada Tabel 5.48
Waktu kerja standard untuk proses operasi yang berlangsung
Dalam perencanaan mesin dibutuhkan variabel jam operasi kerja mesin. Berikut jam
kerja mesin yang ditetapkan seperti pada Tabel 5.54
Tabel 5.54 Jumlah Hari Kerja Aktif Dalam 2 Tahun
Hari Aktif Libur Minggu Libur Hari Besar Total
598 104 28 365
Keterangan
Jam Operasional Galangan 8 Jam/hari
Jam Kerja Efektif 6 Jam/hari
Faktor Efisiensi jam kerja
Harga umum yang diambil untuk Efisiensi jam kerja berkisar antara 0.8 - 0.9 (Sumber:
Wignjosoebroto, Sritomo)
Dengan mengetahui jumlah kapasitas produksi untuk pembangunan kapal CNG, maka
alokasi beban kerja tiap bengkel dapat ditentukan. Alokasi beban kerja tiap bengkel
dijelaskan pada Tabel 5.55 berikut
90
Tabel 5.55 Shipbuilding Line Chart
Tahap
/Bulan
Mingg
u1
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
4
Prepar
ation
Total
Fabri
kasi
Total
Sub A
ssemb
ly
Total
Assem
bly
Total
Erectio
n
Total
5.828,
29 Ton
16,189
Ton/H
ari
JanFe
bMa
r
5.828,
29 Ton
14,570
Ton/H
ari 14,570
Ton/H
ari
Aug
Sep
Okt
Nov
Dec
Jul
16,189
Ton/H
ari
Aug
Sep
Apr
May
WAKT
U PEM
BANG
UNAN
2 TAH
UN
Apr
May
5.828,
29 Ton
JunJul
Nov
Jun
5.828,
29 Ton 5.8
28,29
Ton
14,570
Ton/H
ari
Dec
Okt
JanFe
bMa
r
91
Tabel 5.55 merupakan ship building line chart untuk pembangunan kapal CNG. Pada
tahap preparation total beban kerja sebesar 5.828,29 ton selama delapan belas bulan. Dari total
beban kerja tersebut didistribusikan tiap hari hingga didapatkan beban kerja per hari untuk
preparation sebesar 16,189 ton/hari. Begitu halnya untuk perhitungan beban kerja per hari pada
masing-masing bengkel, dilakukan perhitungan dengan cara yang sama.
Penentuan jumlah peralatan yang dibutuhkan pada masing-masing bengkel dihitung
berdasarkan pada beban kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing bengkel produksi,
dalam durasi waktu yang telah ditentukan dan/atau diasumsikan. Dalam perhitungan jumlah
fasilitas produksi, direncanakan kapasitas produksi pada masing-masing bengkel dan durasi
pengerjaan yang dibutuhkan seperti pada Tabel 5.56 berikut:
Tabel 5.56 Kapasitas produksi pada masing-masing bengkel
Bengkel Durasi
Pengerjaan
Kapasitas
Produksi
Ton/hari
Beban
Kerja
Pelat
Beban
Kerja
Profil
Beban
Kerja
Pipa
Beban
Kerja
Tabung
CNG
Preparation 18 Bulan 16,189 5,215 2,173 1,303 7,497
Fabrication 20 Bulan 14,570 4,693 1,955 1,173 6,747
Subassembly 20 Bulan 14,570 4,693 1,955 1,173 6,747
Assembly 20 Bulan 14,570 4,693 1,955 1,173 6,747
Erection 18 Bulan 16,189 5,215 2,173 1,303 7,497
Dengan mengetahui beban kerja dan durasi pengerjaan pada tiap bengkel tersebut,
kebutuhan mesin dalam tiap bengkel dapat dihitung dengan membagi beban kerja terhadap
produktifitas dari jenis mesin. Untuk bangunan gudang dan bengkel dirancang terbuat dari
rangka baja dan pondasi dengan dinding batako dan atap asbes. Bangunan dirancang semi
terbuka agar pencahayaan dan sirkulasi udara dapat mengalir dengan baik. Perhitungan
dilakukan dengan menghitung nilai efisiensi terlebih dahulu dengan menggunakan rumus
standar PT.PAL :
𝑀 =𝑊
𝑇𝑥𝑡 x v ……………………….….. (5.1)
M = Kebutuhan Mesin
W = Jumlah Lembar Pelat selesai dalam 1 hari
T = Beban Mesin
t = Waktu pekerja perhari
v = Kecepatan mesin jam/lembar
Berikut akan dijelaskan mengenai perhitungan untuk kebutuhan mesin tiap bengkel:
Bengkel Persiapan (Preparation)
Bengkel Persiapan adalah bengkel yang digunakan untuk mempersiapkan raw material
yang belum diolah dari pemesanan dan kemudian masuk kedalam proses fabrikasi.
Bengkel ini direncanakan memiliki ukuran 24 x 16,5 meter. Fasilitas yang terdapat
dalam bengkel persiapan adalah sebagai berikut :
- Plate Straightening Machine
Plate straightening machine adalah alat yang digunakan untuk meluruskan material
material yang mengalami deformasi. Hal ini dilakukan agar pada saat proses
fabrikasi tidak terjadi ketidakrataan pada permukaannya. Pada Gambar 5.13 dapat
dilihat mesin plate straightening machine
Gambar 5.13 Plate Straightening Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Beban kerja untuk pelat perhari adalah sebesar 5,215 Ton/hari, maka untuk
memenuhi beban kerja tersebut direncanakan mesin plate straightening machine
dengan spesifikasi pada Tabel 5.57 sebagai berikut :
Kemudian dengan mengunankan rumus (5.1) didapatkan jumlah kebutuhan mesin
sebagai berikut :
Lama pengerjaan : 1 hari
Waktu pekerja : 6 Jam
Kecepatan mesin : 90 menit/lembar, diasumsikan 1 pelat = 1 ton
Kebutuhan pelat/hari : 6 Lembar
93
Beban kerja mesin : 6 Jam
Kemudian dimasukan kedalam rumus :
𝑀 =𝑊
𝑇𝑥𝑡 x v
M =6 lembar
6 jam/hari x 6 jam x 1,5 jam/lembar
M = 0,25 mesin
M ≈ 1 mesin
Tabel 5.57 Spesifikasi Plate Straightening Machine dan Kebutuhan Mesin
STRAIGHTENIG PLATE
Kecepatan Mesin (T) : 90 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 5,22 ton/hari
Ukuran Pelat : 14 x 6000 x 1800 mm 1,186 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 12 x 6000 x 1800 mm 1,017 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 10 x 6000 x 1800 mm 0,847 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 8 x 6000 x 1800 mm 0,678 Ton/lembar
Waktu Pengerjaan : 360 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 5 jam/hari
= 0,25 mesin
= 1 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 1 orang
Maka jumlah mesin yang dibutuhkan adalah sebanyak 1 unit. Kemudian untuk
operator yang rencanakan untuk mesin tersebut adalah 1 operator. Untuk
perhitungan jumlah kebutuhan mesin selanjutnya dilakukan menggunakan rumus
(5.1)
- Shot Blasting & Primering Machine
Shot Blasting & Primering Machine adalah alat yang digunakan untuk
membersihkan raw material dari korosi dan kotoran kotoran pada permukaan pelat.
Alat ini juga dapat langsung melakukan pengecatan primer pada material pelat yang
telah dibersihkan. Pada Gambar 5.14 dapat dilihat gambar shot blasting & primering
machine
Gambar 5.14 Shot Blasting & Primering Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Dengan perhitungan beban kerja sebesar 5,22 Ton/hari, maka dapat direncanakan
spesifikasi mesin untuk memenuhi kebutuhan tersebut seperti pada Tabel 5.58
berikut:
Tabel 5.58 Spesifikasi Mesin Shot Blasting & Primering Machine dan Kebutuhan Mesin
SHOT BLASTING & PRIMERING
Kecepatan Mesin (T) : 55 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 5,22 ton/hari
Ukuran Pelat : 14 x 6000 x 1800 mm 1,186 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 12 x 6000 x 1800 mm 1,017 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 10 x 6000 x 1800 mm 0,847 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 8 x 6000 x 1800 mm 0,678 Ton/lembar
Waktu Pengerjaan : 360 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 5 jam/hari
= 0,982889408 mesin
= 1 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 1 orang
Maka jumlah mesin yang dibutuhkan adalah sebanyak 1 unit. Kemudian untuk
operator yang rencanakan untuk mesin tersebut adalah 1 operator.
- Overhead crane
Digunakan sebagai material handling yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan
material awal yang berupa pelat, profil, pipa dan material tabung CNG dari area
penyimpanan menuju bengkel preparation dan juga memindahkan material dari
mesin ke mesin lainnya. Pada Gambar 5.15 dapat dilihat gambar Overhead Crane
95
Gambar 5.15 Overhead Crane
(Sumber: Alibaba.com)
Untuk menunjang beban kerja pelat sebesar 5,22 ton/hari direncanakan overhead
crane yang digunakan berkapasitas 5 Ton. Perencanaan peralatan tersebut pada
Tabel 5.59 berikut :
Tabel 5.59 Spesifikasi Overhead Crane dan Kebutuhan Unit
OVERHEAD CRANE
Waktu Pengerjaan Preparation : 360 hari
Waktu Pekerja (t) : 8 jam/hari
Ukuran : 12 m
Kapasitas Angkat : 5 Ton
Kebutuhan Unit : 1
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : 1 orang
Dengan mempertimbangkan luas bengkel preparation yang berukuran 24 m x 16,5
m, maka dibutuhkan 1 unit overhead crane dengan panjang rentang 12 m untuk bisa
menjangkau seluruh bagian gudang penyimpanan. Untuk operator overhead crane
ditahapan preparation direncanakan berjumlah 1 orang per mesin sehingga total
dibutuhkan 1 orang operator.
- Fork Lift
Selain overhead crane digunakan juga forklift untuk mobilitas material yang tidak
terlalu berat. Seperti komponen perpipaan maupun material tabung CNG. Dengan
digunakannya forklift aliran material menjadi lebih fleksibel dan efisien. Pada
Gambar 5.16 dapat dilihat gambar forklift
Gambar 5.16 Forklift
(Sumber: Alibaba.com)
Tabel 5.60 Spesifikasi Forklift
Forklift
Kapasitas Angkat : 5,0 Ton
Jumlah Mesin : 1 Unit
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : 1 orang
Dengan data diatas maka kebutuhan forklift untuk bengkel preparation adalah 1
unit forklift dengan 1 orang operator untuk pengoperasiannya.
- Conveyor
Conveyor digunakan untuk memindahkan material pelat dan profil ke dalam mesin
mesin produksi maupun pemindahan material dari mesin ke mesin lainnya. Pada
Gambar 5.17 dapat dilihat gambar conveyor
Gambar 5.17 Conveyor Flat Type
(Sumber: Alibaba.com)
97
Berikut merupakan Spesifikasi teknis dari flat type conveyor ditampilkan pada
Tabel 5.61 dibawah
Tabel 5.61 Spesifikasi Conveyor
Conveyor
Belt Widht : 1400 mm
Belt Speed : 1 to 4 m/s
Conveying Capacity 469 to 1117 m
Motor Power 4 to 185 m/min
Jumlah Mesin : 3 mesin
Berdasarkan data diatas maka dibutuhkan sebanyak 3 set conveyor yang bertipe flat.
Peralatan tersebut digunakan untuk kebutuhan :
Pemindahan pelat dan profil ke mesin plate straightening dan shot blasting
machine
Memindahkan material pelat dari mesin plate straightening roller menuju
mesin Shot Blasting Machine
Memindahkan pelat dan profil dari gudang menuju mesin Shot Blasting
Machine
Bengkel Fabrikasi
Bengkel fabrikasi merupakan bengkel yang melakukan kegiatan – kegiatan berupa :
Penandaan (marking), pemotongan (cutting), pembengkokan (bending), serta
pembuatan tabung CNG. Di dalam bengkel fabrikasi dilakukan pengerjaan konstruksi
lambung kapal CNG. Bengkel ini direncanakan memiliki ukuran 24 x 16,5 meter.
Fasilitas yang tersedia di bengkel ini adalah :
- CNC Plasma cutting machine for plate and pipe
Mesin ini digunakan untuk memotong pelat maupun pipa dengan desain yang telah
dirancang dengan menggunakan komputer terlebih dahulu. Untuk pemenuhan
beban kerja sebesar 4,69 ton/hari maka. Gambar 5.18 merupakan mesin cutting
untuk pelat dengan menggunakan komputer. Spesifikasi mesin tersebut dapat
dilihat pada Tabel 5.62 berikut :
Gambar 5.18 CNC Plasma Cutting Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Gambar 5.18 merupakan mesin cutting untuk pelat dengan menggunakan komputer.
Spesifikasi mesin tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.62 berikut :
Tabel 5.62 Spesifikasi Teknis CNC Plate Cutting
CNC Plasma Cutting Machine for Plate
Kecepatan Mesin (T) : 50 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 4,69 ton/hari
Ukuran Pelat : 14 x 6000 x 1800 mm 1,186 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 12 x 6000 x 1800 mm 1,017 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 10 x 6000 x 1800 mm 0,847 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 8 x 6000 x 1800 mm 0,678 Ton/lembar
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 0,803582555 mesin
= 1 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 1 orang
- Plate bending machine
Mesin ini digunakan untuk membengkokan pelat untuk menjadikan pelat menjadi
lengkungan lengkungan yang akan digunakan untuk bagian bagian lambung kapal.
Untuk memenuhi beban kerja sebesar 4,69 ton/hari maka dibutuhkan mesin sebagai
berikut :
99
Gambar 5.19 Plate Bending Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Gambar 5.19 merupakan mesin bending yang digunakan untuk membengkokan
pelat. Spesifikasi untuk mesin tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.63 berikut :
Tabel 5.63 Spesifikasi Plate Bending Machine dan Kebutuhan Mesin
Plate Bending Machine
Kecepatan Mesin (T) : 60 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 4,69 ton/hari
Ukuran Pelat : 14 x 6000 x 1800 mm 1,186 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 12 x 6000 x 1800 mm 1,017 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 10 x 6000 x 1800 mm 0,847 Ton/lembar
Ukuran Pelat : 8 x 6000 x 1800 mm 0,678 Ton/lembar
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 0,964299065 mesin
= 1 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 1 Orang
- Frame bending machine
Mesin ini digunakan untuk membengkokan profil agar sesuai dengan bentuk yang
direncanakan. Dengan asumsi beban kerja untuk profil sebesar 25 % dari beban
kerja pelat dan profil atau sama dengan 2 ton/hari. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka direncanakan mesin sebagai berikut :
Gambar 5.20 Frame Bending Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Gambar 5.20 merupakan mesin bending yang digunakan untuk membengkokan
profil. Spesifikasi untuk mesin tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.64 berikut :
Tabel 5.64 Spesifikasi Frame Bending Machine dan Kebutuhan Mesin
Frame Bending Machine
Kecepatan Mesin (T) : 75 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 2,00 ton/hari
Max Thickness : 6,5000 mm
Max Length : 2200 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 0,512733645 mesin
= 1 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 1 orang
- Overhead crane
Overhead crane digunakan sebagai material handling yaitu alat yang digunakan
untuk memindahkan material awal yang berupa pelat, profil, pipa dan material
tabung CNG dari mesin ke mesin lainnya. Pada Gambar 5.21 ditunjukan gambar
overhead crane
101
Gambar 5.21 Overhead Crane
(Sumber: Alibaba.com)
Untuk menunjang beban kerja pelat sebesar 16.331 ton/hari, pipa sebesar 2.8101
ton/hari dan material tabung 14.0625 ton/hari direncanakan overhead crane yang
digunakan berkapasitas 5 Ton. Perencanaan peralatan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.65 sebagai berikut :
Tabel 5.65 Spesifikasi Overhead Crane dan Kebutuhan Unit
OVERHEAD CRANE
Waktu Pengerjaan : 360 hari
Waktu pekerja (t) : 8 jam/hari
Ukuran : 12 m
Kapasitas Angkat : 5 Ton
≈ 1 Buah
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : 1 orang
Dengan mempertimbangkan luas bengkel fabrikasi yang berukuran 24 m x 16,5 m,
maka dibutuhkan 1 unit overhead crane dengan panjang rentang 12 m untuk bisa
menjangkau seluruh bagian bengkel fabrikasi. Untuk operator overhead crane
ditahapan preparation direncanakan berjumlah 1 orang per mesin sehingga total
dibutuhkan 1 orang operator.
Bengkel Tangki CNG
Bengkel tangki CNG dikhususkan untuk membuat tangki-tangki bertekanan tinggi yang
akan membawa CNG. Bengkel ini direncanakan memiliki ukuran 20,4 m x 40, 8 m
- Billet Heating Machine
Billet heating machine digunakan untuk memanaskan material mentah (raw
material) untuk tabung CNG. Hal ini dilakukan karena material harus diberi
perlakuan panas agar tidak mengalami cacat dalam pengolahan selanjutnya. Pada
Gambar 5.22 diperlihatkan mesin billet heating machine
Gambar 5.22 Mesin Billet Heating Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Tabel 5.66 Spesifikasi Billet Heating Machine dan Kebutuhan Mesin
Billet Heating Machine
Kecepatan Mesin (T) : 40 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 6,74 ton/hari
Max Thickness : 120,0000 mm
Max Length : 2200 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 0,923862928 mesin
= 1 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 1 orang
Tabel 5.66 merupakan spesifikasi teknis dari Billet Heatinng Machine. Mesin ini
dijalankan secara terus menerus sehingga material mentah dapat terus diproses
untuk menghemat waktu produksi. Untuk menunjang beban kerja material pembuat
tabung CNG sebesar 6,74 ton/hari. Setelah didapatkan hasil tersebut maka
didapatkan jumlah billet heating machine berjumlah 1 buah dengan operator mesin
berjumlah 1 orang.
- Billet Rotary Sheer Cutter Machine
103
Billet rotary sheer cutter machine digunakan untuk memotong billet yang sudah
dilakukan heat treatment pada proses sebelumnya. Mesin ini dapat memotong 2
billet secara bersamaan. Pada Gambar 5.23 ditunjukan mesin billet rotary sheer
cutter machine
Gambar 5.23 Billet Rotary Sheer Cutter Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Tabel 5.67 Spesifikasi Billet Rotary Sheer Cutter Machine dan Kebutuhan Mesin
Billet Rotary Sheer Cutter Machine
Kecepatan Mesin (T) : 60 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 6,74 ton/hari
Max Thickness : 100,0000 mm
Max Length : 2200 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 1,385794393 mesin
= 2 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 2 orang
Tabel 5.67 merupakan spesifikasi teknis dari billet rotary sheer cutter machine.
Untuk menunjang beban kerja material pembuat tabung CNG sebesar 6,74 ton/hari.
Setelah didapatkan hasil tersebut maka didapatkan jumlah billet rotary sheer cutter
machine berjumlah 2 buah dengan operator mesin berjumlah 2 orang
- Horizontal Broaching Machine
Horizontal Broaching Machine digunakan melubangi bagian tengah billet agar bisa
menjadi bentuk tabung. Pada mesin ini billet akan diberikan tekanan hidrolik untuk
membuat lubang pada billet seperti yang ditunjukan pada Gambar 5.24 dibawah :
Gambar 5.24 Horizontal Broaching Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Tabel 5.68 Spesifikasi Horizontal Broaching Machine dan Kebutuhan Mesin
Horizontal Broaching Machine
Kecepatan Mesin (T) : 60 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 6,74 ton/hari
Dimension : 8630 x 2500 mm
Max Diameter : Φ250H7 mm
Max Length : 8000 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 1,385794393 mesin
= 2 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 2 orang
Tabel V.53 merupakan spesifikasi teknis dari horizontal broaching machine. Untuk
menunjang beban kerja material pembuat tabung CNG sebesar 6,74 ton/hari maka
direncanakan keperluan jumlah mesin sebagai berikut :
Setelah didapatkan hasil tersebut maka didapatkan jumlah Horizontal Broaching
Machine berjumlah 2 buah dengan operator mesin berjumlah 2 orang
- Flow Forming Machine
Flow Forming Machine digunakan memanjang panjang dan menambahkan ukuran
diameter dari tabung yang sudah dibuat. Dengan menggunakan mesin yang berputar
di bagian kulit tabung maka panjang tabung akan bertambah sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Flow forming machine ditunjukan pada Gambar 5.25
dibawah.
105
Gambar 5.25 Flow Forming Machine
(Sumber: mjcengineering.com)
Tabel 5.69 Spesifikasi Flow Forming Machine dan Kebutuhan Mesin
Flow Forming Machine
Kecepatan Mesin (T) : 70 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 6,74 ton/hari
Max Diameter : 450,0000 mm
Max Length : 9000 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 1,616760125 mesin
= 2 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 2 orang
Tabel 5.69 merupakan spesifikasi teknis dari flow forming machine. Untuk
menunjang beban kerja material pembuat tabung CNG sebesar 6,74 ton/hari.
setelah didapatkan hasil tersebut maka didapatkan jumlah flow forming machine
berjumlah 2 buah dengan operator mesin berjumlah 2 orang
- Neck Forming Heavy Duty Steel Neck Forming Machine
Neck forming machine merupakan alat untuk membuat ujung tabung (necking) agar
menjadi rapat dan juga merapatkan bagian bottom tabung. Pada Gambar 5.26
ditunjukan mesin neck forming heavy duty
Gambar 5.26 Neck Forming Heavy Duty Steel Machine
(Sumber: mjcengineering.com)
Tabel 5.70 Spesifikasi Neck Forming Heavy Duty Steel Machine dan Kebutuhan Mesin
Neck Forming Heavy Duty Steel Neck Forming Machine
Kecepatan Mesin (T) : 70 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 6,74 ton/hari
Wall Thickness : 6 to 35 mm
Max Length : 15000 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 1,616760125 mesin
= 2 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 2 orang
Pada Tabel 5.70 didapatkan jumlah kebutuhan mesin. Setelah didapatkan hasil
tersebut maka didapatkan jumlah Neck Forming Heavy Duty Steel Machine
berjumlah 2 buah dengan operator mesin berjumlah 2 orang.
- Steel Annealing Heat Treatment Machine
Steel annealing heat treatment machine digunakan untuk memanaskan material
tabung yang sudah selesain diolah. Hal ini dilakukan agar tabung yang telah jadi
tidak mudah rusak. Steel annealing heat treatment machine ditunjukan pada Gambar
5.27 dibawah
107
.
Gambar 5.27 Annealing Heat Treatment Machine
(Sumber: Alibaba.com)
Tabel 5.71 Spesifikasi Annealing Heat Treatment Machine dan Kebutuhan Mesin
Steel Annealing Heat Treatment Machine
Kecepatan Mesin (T) : 70 menit/ton
Beban kerja per hari (P) : 6,74 ton/hari
Max Temperature : 1150,0000 C
Max Length : 12000 mm
Waktu Pengerjaan : 400 hari
Jam Kerja Mesin (D) : 6 jam/hari
= 1,616760125 mesin
= 2 mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator: 2 orang
Tabel 5.71 merupakan spesifikasi teknis dari steel annealing heat treatment
machine. Untuk menunjang beban kerja material pembuat tabung CNG sebesar
6,74 ton/hari. Setelah didapatkan hasil tersebut maka didapatkan jumlah steel
annealing heat treatment machine berjumlah 2 buah dengan operator mesin
berjumlah 2 orang
- Overhead crane
Overhead crane digunakan sebagai material handling yaitu alat yang digunakan
untuk memindahkan material awal yang berupa pelat, profil, pipa dan material
tabung CNG dari mesin ke mesin lainnya. Pada Gambar 5.28 ditunjukan gambar
overhead crane
Gambar 5.28 Overhead Crane
(Sumber: Alibaba.com)
Untuk menunjang beban kerja beban kerja material pembuat tabung CNG sebesar
6,74 ton/hari direncanakan overhead crane yang digunakan berkapasitas 5 Ton.
Perencanaan peralatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.72 sebagai berikut :
Tabel 5.72 Spesifikasi Overhead Crane dan Kebutuhan Unit
OVERHEAD CRANE
Waktu Pengerjaan : 360 hari
Waktu pekerja (t) : 8 jam/hari
Ukuran : 15 m
Kapasitas Angkat : 5 Ton
≈ 1 Buah
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : 1 orang
Dengan mempertimbangkan luas bengkel tangki CNG yang berukuran 20,4 m x
40,8 m, maka dibutuhkan 1 unit overhead crane dengan panjang rentang 15 m untuk
bisa menjangkau seluruh bagian bengkel tangki CNG. Untuk operator overhead
crane direncanakan berjumlah 1 orang per mesin sehingga total dibutuhkan 1 orang
operator.
Bengkel Inspeksi Tabung
Didalam bengkel ini tabung-tabung CNG yang telah dibuat akan mengalami
serangkaian pengujian. Pengujian dilakukan untuk melihat kelayakan tabung CNG yang
telah dibuat. Bengkel ini direncanakan memiliki ukuran 20,4 m x 16 m. Didalam
bengkel ini memiliki fasilitas berupa :
- 2 unit Steel Gas Cylinder Internal Shot Blasting Cleaning Machine
109
- 2 unit Hydraulic & UT test Machine
- 2 unit Volume Measurement Machine
- 2 unit Coating & Drying Machine
- 1 unit Overhead Crane 5 ton, 15 m
Dengan jumlah operator tiap mesin berjumlah 1 orang maka didapatkan jumlah orang
dibengkel inspeksi tabung berjumlah 8 orang operator mesin dan 1 operator overhead
crane
Bengkel Outfitting shop
Bengkel ini dibagi menjadi 3 sub bengkel yaitu : bengkel permesinan, bengkel interior
dan bengkel electrical dengan ukuran masing masing bengkel : 12 m x 9,5 m dan
Material Handling untuk setiap bengkel outfitting shop seperti pada Tabel 5.73 berikut:
Tabel 5.73 Material Handling Outfitting Shop
No Item Jumlah
1 Overhead Crane 5 ton, 8 m 3
2 Forklift 5 ton 3
Bengkel Permesinan (Machinary Shop)
Fasilitas yang direncanakan seperti pada Tabel 5.74 berikut :
Tabel 5.74 Peralatan Bengkel Permesinan
No Item Jumlah
1 Cutting Wheel Machine 4
2 Pneumatic Drill 3
3 Portable Welding Machine 2
4 Drilling Machine 2
5 Grinding Machine 2
Didalam bengkel ini direncanakan memiliki 1 operator untuk setiap alat sehingga total
jumlah operator berjumlah 13 operator mesin, 1 operator overhead crane dan 1
operator forklift.
Bengkel Interior
Didalam bengkel ini direncanakan memiliki 1 operator untuk setiap alat sehingga total
jumlah operator berjumlah 12 operator mesin, 1 operator overhead crane dan 1
operator forklift. Fasilitas yang direncanakan seperti pada Tabel 5.75 berikut :
Tabel 5.75 Peralatan Bengkel Interior
No Item Jumlah
1 Stud Welding 2
2 Grinding Machine 2
3 Portable Welding Machine 2
4 Screw Driver Machine 2
5 Jig Saw Machine 2
6 Router Machine 2
Bengkel Electrical
Fasilitas yang direncanakan seperti pada Tabel 5.76 berikut :
Tabel 5.76 Peralatan Bengkel Elektrikal
No Item Jumlah
1 Jigsaw 2
2 Cutting Wheel Machine 2
3 Portable Welding Machine 2
4 Screw Driver Machine 2
5 Grinding machine 2
6 Electrical Equipment Set 1
Didalam bengkel ini direncanakan memiliki 1 operator untuk setiap alat sehingga total
jumlah operator berjumlah 11 operator mesin, 1 operator overhead crane dan 1
operator forklift.
Bengkel Pipa
Didalam bengkel ini direncanakan memiliki 1 operator untuk setiap alat sehingga total
jumlah operator berjumlah 4 operator mesin, 1 operator overhead crane dan 1 operator
forklift. Bengkel ini berisi peralatan peralatan untuk mengolah perpipaan mulai dari
fitting hingga welding bengkel ini direncanakan memilki ukuran 12 x 9,5 m. Didalam
bengkel ini terdapat beberapa fasilitas seperti pada Tabel 5.77 yaitu :
111
Tabel 5.77 Bengkel Pipa
No Item Jumlah
1 Pipe Fitting 1
2 Pipe Welding 1
3 Pipe end Beveling 1
4 Pipe Cutting 1
Sub Assembly area
Pada bengkel ini material dari bengkel fabrikasi akan dilanjutkan untuk disusun menjadi
panel/section dengan berat maksimum 20 ton. Direncanakan ukuran bengkel sub
assembly adalah 24 x 18,25 meter. Fasilitas yang ada didalam bengkel sub assembly ini
adalah :
- Jig/ Landasan Assembly
Jig/Landasan Assembly digunakan untuk dudukan pada saat proses perakitan blok
blok di sub assembly. Direncanakan akan ada 2 set jig/landasan assembly untuk
proses pembangunan hull kapal CNG dan tabung CNG.
- Welding Machine Submerged Arc Welding
Mesin las sumerged arc welding ini digunakan untuk menyambungkan antar pelat.
Adapun spesifikasi dari mesin las tersebut seperti pada Tabel 5.78 berikut:
Tabel 5.78 Spesifikasi Mesin SAW
Welding Machine Submerged Arc Welding
Pekerjaan Las/m : 1,2 Menit
Beban kerja per hari (P) : 4,69 ton/hari
Jumlah Lembar Pelat : 5 Lembar
Waktu Efektif/Hari : 288 Menit
Duty Cycle 80% : 230,4 Menit
Waktu Pengerjaan/Lembar : 7,2 Menit
Output Mesin : 1000 Ampere
Kebutuhan Mesin : 1 Mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Welder 1 orang
Fitter 1 orang
Helper: 1 orang
Keterangan :
Kapasitas produksi pelat adalah 4,69 ton/hari
Dengan berat 4,69 ton merupakan berat dari 1 lembar pelat ukuran 1800mm x
6000 mm tebal 14, 1 lembar pelat ukuran 1800mm x 6000 mm tebal 12 mm, 2
lembar pelat ukuran 1800mm x 6000 mm tebal 10 mm, 1 lembar pelat ukuran
1800mm x 6000 mm tebal 8 mm
Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan 288
menit Duty cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama dengan
230,4 menit Waktu pengerjaan tiap meter adalah 1,2 menit maka untuk pelat panjang 6
meter butuh waktu 7,2 menit
- FCAW Welding Machine
Mesin las ini digunakan untuk menyambungkan pelat, profil dan pipa dengan Flux
Cored Arc Welding. Adapun spesifikasi dari mesin las tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.79 :
Tabel 5.79 Spesifikasi Mesin FCAW
FCAW Welding Machine
Pekerjaan Las/m : 10 menit/ton
Kapasitas Produksi per hari 7,82 ton
Jumlah Lembar Pelat 5 Lembar
Jumlah Profil 20 Buah
Jumlah Pipa 12 Buah
Waktu Efektif/hari 288 Menit
Duty Cycle 80% 230,4 Menit
Waktu Pengerjaan/Lembar 60 mm
Waktu Pengerjaan Profil 30 mm
Waktu Pengerjaan Pipa 30 hari
Output Mesin 400 Ampere
Kebutuhan Mesin Las 6 Mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Welder : 6 orang
Fitter : 6 orang
Helper: 6 orang
Keterangan :
Kapasitas produksi pelat, profil dan pipa adalah 7,823 ton/hari
Dengan berat 7,823 ton merupakan berat dari 5 lembar Pelat,20 Profil, 12
Pipa
113
Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan
288 menit
Duty cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama
dengan 230,4 menit
Waktu pengerjaan tiap meter adalah 10 menit maka untuk pelat panjang 6
meter butuh waktu 60 menit
Kebutuhan mesin adalah waktu pengerjaan 5 lembar Pelat, 20 Profil, 12 Pipa
dibagi waktu duty cycle
- Overhead crane
Overhead crane digunakan sebagai material handling yaitu alat yang digunakan
untuk memindahkan material. Pada Gambar 5.29 merupakan overhead crane untuk
subassembly area
Gambar 5.29 Overhead Crane
(Sumber: Alibaba.com)
Direncanakan untuk bengkel assembly overhead crane yang dipakai mempunyai
kapasitas angkat sebesar 10 ton untuk menunjung mobilisasi panel - panel agar lebih
fleksibel. Pada Tabel 5.80 dijelaskan spesifikasi overhead crane
Tabel 5.80 Spesifikasi Overhead Crane Sub-Assembly
OVERHEAD CRANE
Waktu Pengerjaan : 360 hari
waktu pekerja (t) : 8 jam/hari
Ukuran : 15 m
Kapasitas Angkat : 10 Ton
≈ 1 Buah
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : 1 orang
Dengan mempertimbangkan luas bengkel sub assembly yang berukuran 24 m x
18,25 m, maka dibutuhkan 1 unit overhead crane dengan panjang rentang 15 m
untuk bisa menjangkau seluruh bagian gudang penyimpanan. Untuk operator
overhead crane ditahapan preparation direncanakan berjumlah 1 orang per mesin
sehingga total dibutuhkan 1 orang operator.
Assembly area
Pada bengkel ini material dari bengkel sub assembly akan dilanjutkan untuk disusun
menjadi grand block dengan berat maksimum 20 ton. Direncanakan ukuran assembly
area adalah 24 x 18,25 m. Fasilitas yang ada didalam assembly area ini adalah
- Jig/ Landasan Assembly
Jig/Landasan Assembly digunakan untuk dudukan pada saat proses perakitan blok
blok di assembly area. Direncanakan akan ada 2 set jig/landasan assembly untuk
proses pembangunan hull kapal CNG dan tabung CNG.
- Welding Machine Submerged Arc Welding
Mesin las sumerged arc welding ini digunakan untuk menyambungkan antar pelat.
Adapun spesifikasi dari mesin las tersebut seperti pada Tabel 5.81 berikut:
Tabel 5.81 Spesifikasi Mesin SAW
Welding Machine Submerged Arc Welding
Pekerjaan Las/m : 1,2 Menit
Beban kerja per hari (P) : 4,69 ton/hari
Jumlah Lembar Pelat : 5 Lembar
Waktu Efektif/Hari : 288 Menit
Duty Cycle 80% : 230,4 Menit
Waktu Pengerjaan/Lembar : 7,2 Menit
Output Mesin : 1000 Ampere
Kebutuhan Mesin : 1 Mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Welder 1 orang
Fitter 1 orang
Helper: 1 orang
Keterangan :
Kapasitas produksi pelat adalah 4,69 ton/hari Dengan berat 4,69 ton merupakan berat dari 1 lembar pelat ukuran 1800mm x
6000 mm tebal 14, 1 lembar pelat ukuran 1800 mm x 6000 mm tebal 12 mm,
115
2 lembar pelat ukuran 1800 mm x 6000 mm tebal 10 mm, 1 lembar pelat ukuran
1800 mm x 6000 mm tebal 8 mm
Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan 288
menit Duty cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama dengan
230,4 menit Waktu pengerjaan tiap meter adalah 1,2 menit maka untuk pelat panjang 6
meter butuh waktu 7,2 menit
- FCAW Welding Machine
Mesin las ini digunakan untuk menyambungkan pelat, profil dan pipa dengan Flux
Cored Arc Welding.Spesifikasi dari mesin las tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.82:
Tabel 5.82 Spesifikasi Mesin FCAW
FCAW Welding Machine
Pekerjaan Las/m : 10 menit/ton
Kapasitas Produksi per hari 7,82 ton
Jumlah Lembar Pelat 5 Lembar
Jumlah Profil 20 Buah
Jumlah Pipa 12 Buah
Waktu Efektif/hari 288 Menit
Duty Cycle 80% 230,4 Menit
Waktu Pengerjaan/Lembar 60 mm
Waktu Pengerjaan Profil 30 mm
Waktu Pengerjaan Pipa 30 hari
Output Mesin 400 Ampere
Kebutuhan Mesin Las 6 Mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Welder : 6 orang
Fitter : 6 orang
Helper: 6 orang
Keterangan :
Kapasitas produksi pelat, profil dan pipa adalah 7,823 ton/hari
Dengan berat 7,823 ton merupakan berat dari 5 lembar Pelat,20 Profil, 12 Pipa
Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan 288
menit
Duty cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama
dengan 230,4 menit
Waktu pengerjaan tiap meter adalah 10 menit maka untuk pelat panjang 6
meter butuh waktu 60 menit
Kebutuhan mesin adalah waktu pengerjaan 5 lembar Pelat,20 Profil, 12 Pipa
dibagi waktu duty cycle
- Overhead crane
Overhead crane digunakan sebagai material handling yaitu alat yang digunakan
untuk memindahkan material awal. Pada Gambar 5.30 dapat dilihat overhead crane
pada assembly area
Gambar 5.30 Overhead Crane
Direncanakan untuk assembly area overhead crane yang dipakai mempunyai
kapasitas angkat sebesar 20 ton untuk menunjung beban kerja. Pada Tabel 5.83
ditunjukan spesifikasi overhead crane
Tabel 5.83 Spesifikasi Overhead Assembly Area
OVERHEAD CRANE
Waktu Pengerjaan : 360 hari
waktu pekerja (t) : 8 jam/hari
Ukuran : 15 m
Kapasitas Angkat : 20 Ton
≈ 1 Buah
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : 1 orang
Dengan mempertimbangkan luas assembly area yang berukuran 24 m x 18,25 m,
maka dibutuhkan 1 unit overhead crane dengan panjang rentang 15 m untuk bisa
menjangkau seluruh assembly area. Untuk operator overhead crane ditahapan
117
assembly direncanakan berjumlah 1 orang per mesin sehingga total dibutuhkan 1
orang operator.
Building Berth
Pada building berth blok-blok kapal yang telah melalui assembly area akan dilakukan
erection. Untuk perencanaan building berth ini memiliki panjang 25 m x 48,1 m.
Didalam building berth juga terdapat fasilitas sebagai berikut :
- Jig/ Landasan Assembly
Jig/Landasan Assembly digunakan untuk dudukan pada saat proses perakitan blok
blok di sub assembly. Direncanakan akan ada 2 set jig/landasan untuk proses
erection
- Welding Machine Submerged Arc Welding
Mesin las sumerged arc welding ini digunakan untuk menyambungkan antar pelat.
Adapun spesifikasi dari mesin las tersebut seperti pada Tabel 5.84 berikut:
Tabel 5.84 Spesifikasi Mesin SAW
Welding Machine Submerged Arc Welding
Pekerjaan Las/m : 1,2 Menit
Beban kerja per hari (P) : 5,21 ton/hari
Jumlah Lembar Pelat : 6 Lembar
Waktu Efektif/Hari : 288 Menit
Duty Cycle 80% : 230,4 Menit
Waktu Pengerjaan/Lembar : 7,2 Menit
Output Mesin : 1000 Ampere
Kebutuhan Mesin : 1 Mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Welder 1 orang
Fitter 1 orang
Helper 1 orang
Keterangan :
Kapasitas produksi pelat adalah 5,21 ton/hari Dengan berat 5,21 ton merupakan berat dari 2 lembar pelat ukuran 1800mm x
6000 mm tebal 14, 1 lembar pelat ukuran 1800mm x 6000 mm tebal 12 mm, 2
lembar pelat ukuran 1800mm x 6000 mm tebal 10 mm, 1 lembar pelat ukuran
1800mm x 6000 mm tebal 8 mm
Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan 288
menit
Duty cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama dengan
230,4 menit Waktu pengerjaan tiap meter adalah 1,2 menit maka untuk pelat panjang 6 meter
butuh waktu 7,2 menit
- FCAW Welding Machine
Mesin las ini digunakan untuk menyambungkan pelat, profil dan pipa dengan Flux
Cored Arc Welding. Adapun spesifikasi dari mesin las tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.85 adalah:
Tabel 5.85 Spesifikasi Mesin FCAW
FCAW Welding Machine
Pekerjaan Las/m : 10 menit/ton
Kapasitas Produksi per hari 8,892 ton
Jumlah Lembar Pelat 6 Lembar
Jumlah Profil 22 Buah
Jumlah Pipa 16 Buah
Waktu Efektif/hari 288 Menit
Duty Cycle 80% 230,4 Menit
Waktu Pengerjaan/Lembar 60 mm
Waktu Pengerjaan Profil 30 mm
Waktu Pengerjaan Pipa 30 hari
Output Mesin 400 Ampere
Kebutuhan Mesin Las 8 Mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Welder : 8 orang
Fitter : 8 orang
Helper: 8 orang
Keterangan :
Kapasitas produksi pelat, profil dan pipa adalah 8,892 ton/hari
Dengan berat 7,823 ton merupakan berat dari 6 lembar Pelat,22 Profil, 16 Pipa
Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan 288
menit
Duty cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama
dengan 230,4 menit
Waktu pengerjaan tiap meter adalah 10 menit maka untuk pelat panjang 6
meter butuh waktu 60 menit
Kebutuhan mesin adalah waktu pengerjaan 6 lembar Pelat,26 Profil, 16 Pipa
dibagi waktu duty cycle
119
- Gantry Crane
Didalam penggabungan grand block menjadi kapal dibutuhkan gantry crane yang
berkapasitas 500 ton
- Mobile Crane
Dibutuhkan juga mobile crane yang berkapasitas 50 ton sebanyak 2 unit
- Block Transporter
Dibutuhkan juga block transporter yang berkapasitas 250 ton sebanyak 1 unit untuk
mempermudahkan pemindahan blok-blok kapal
Didalam building berth juga disediakan alat alat untuk melakukan blasting pada blok-
blok kapal. Pada Tabel 5.86 dapat dilihat kebutuhan alat-alat untuk melakukan blasting
pada kapal.
Tabel 5.86 Alat Blasting Blok Kapal
No Item Jumlah
1 Compressor 1
2 Brush Grinding 2
3 Blast Machine 1
4 Paint mixer 1
5 Rotary Grinding 2
6 Finisher Sender 2
Direncanakan pada proses blasting memiliki 1 operator untuk setiap alat sehingga
total jumlah operator berjumlah 9 operator mesin.
5.6. Kebutuhan SDM
5.6.1. Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung pada proses
produksi. Biaya dari tenaga kerja langsung dapat dikaitkan pada biaya produksi atau pada
barang yang dihasilkan. Tenaga kerja langsung memiliki karakteristik sebagai berikut :
Biaya dari tenaga kerja langsung berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan
dalam produksi
Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung dikategorikan sebagai biaya
variabel
Tenaga kerja langsung kegiatannya dapat dikaitkan dengan produk akhir terutama
dalam penentuan harga pokok.
Didalam pembangunan galangan khusus kapal CNG selain dengan tenaga kerja yang
biasanya ada pada galangan umum juga diperlukan inspector untuk bisa mengawasi kualitas
dari tangki tangki CNG yang telah dibuat.Berdasarkan uraian diatas didapatkan tenaga kerja
langsung yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan galangan kapal
CNG sebagai berikut :
1. Engineer
2. NDT (Non Destructive Test) Inspector
3. Superintendent
4. Foreman
5. Welder
6. Fitter
7. Helper
8. Painter/Sandblaster
9. Crane & Machine operator
10. Safety
Untuk menentukan jumlah tenaga kerja langsung ditentukan dengan jumlah perencanaan
mesin yang telah dihitung selain itu tenaga kerja langsung juga ditentukan berdasarkan jenis
pekerjaan maupun jenis kegiatan yang dilakukan.
Didalam proses pengerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin seperti
pengelasan, pemotongan, painting/coating, forming, shotblasting, bending dan material
handling penentuan jumlah tenaga kerja langsung dikaitkan berdasarkan operator tiap mesin
pada masing masing bengkel. Sedangkan untuk pengerjaan pengelasan dibagi menjadi 3
kelompok pekerja yaitu : welder, helper dan fitter. Dan dari setiap mesin pengelasan pada
masing masing bengkel ditentukan sebagai berikut, untuk bengkel fabrikasi untuk setiap mesin
las dioperasikan masing masing 1 orang untuk setiap welder, helper dan fitter. Dan untuk
bengkel sub assembly, assembly dan erection direncanakan 1 orang helper dan fitter bisa untuk
membantu 2 orang welder. Dan untuk material handling baik yang menggunakan crane maupun
forklift direncanakan membutuhkan 1 orang operator. Pada Tabel 5.87 dapat dilihat
perencanaan SDM galangan.
121
Tabel 5.87 Perencanaan SDM
Lokasi Fasilitas
Juml
ah
Mesin
Jumlah
Operator/Mesi
n
Jumlah
Orang
Gudang
Material Forklift 5 ton 2 unit 1 operator 2 orang
Bengkel
Preparation
Straightening Plate Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Shot Blasting & Primering 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 12 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Fabrikasi
CNC Plasma Cutting
Machine for Plate 1 unit 1 operator 1 orang
Plate Bending Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Frame Bending Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 12 m 1 unit 1 operator 1 orang
Sub-Assembly
Area
Welding Machine SAW 1 unit
1 welder
3 orang 1 fitter
1 helper
Welding Machine FCAW 6 unit
6 welder
18 orang 6 fitter
6 helper
Overhead Crane 10 ton, 15 m 1 unit 1 operator 1 orang
Assembly
Area
Welding Machine SAW 1 unit
1 welder
3 orang 1 fitter
1 helper
Welding Machine FCAW 6 unit
6 welder
18 orang 6 fitter
6 helper
Overhead Crane 20 ton, 15 m 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Tangki CNG
Billet Heating Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Billet Rotary Sheer Cutter
Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Horizontal Broaching
Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Flow Forming Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Heavy Duty Steel Neck
Forming Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Steel Annealing Heat
Treatment Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 15 m 1 unit 1 operator 1 orang
Lokasi Fasilitas
Juml
ah
Mesin
Jumlah
Operator/Mesi
n
Jumlah
Orang
Bengkel
Inspeksi
Tangki CNG
Steel Gas Cylinder Internal
Shot Blasting Cleaning
Machine
2 unit 1 operator 2 orang
Hydraulic and UT Test 2 unit 1 operator 2 orang
Volume Measurement
Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Coating & Drying for
Cylinder 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 15 m 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel Pipa
Pipe Cutting Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Pipe End Bevelling Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Pipe Fitting Up 1 unit 1 operator 1 orang
Pipe Welding 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Machinary
Shop
Cutting Wheel Machine 4 unit 1 operator 4 orang
Pneumatic Drill 3 unit 1 operator 3 orang
Portable Welding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Drilling Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Grinding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Interior
Stud Welding 2 unit 1 operator 2 orang
Griding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Portable Welding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Screw Driver Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Jigsaw Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Router Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Elektrikal
Jigsaw 2 unit 1 operator 2 orang
Cutting Wheel Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Portable Welding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Screw Driver Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Grinding machine 2 unit 1 operator 2 orang
Electrical Equipment Set 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
123
Lokasi Fasilitas
Juml
ah
Mesin
Jumlah
Operator/Mesi
n
Jumlah
Orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Building
Berth
Welding Machine SAW 1 unit
1 welder
3 orang 1 fitter
1 helper
Welding Machine FCAW 8 unit
8 welder
24 orang 8 fitter
8 helper
Mobile Crane 50 ton 2 unit 1 operator 2 orang
Transporter 1 unit 1 operator 1 Orang
Gantry Crane 500 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Compressor 1 unit 1 operator 1 orang
Brush Grinding 1 unit 1 operator 1 orang
Blast Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Paint Mixer 1 unit 1 operator 1 orang
Rotary Grinding 1 unit 1 operator 1 orang
Finisher Sender 2 unit 1 operator 2 orang
Total 154 orang
Untuk perhitungan tenaga kerja lainnya berupa :
Engineer
NDT (Non Destructive Test) Inspector
Superintendent
Foreman
Tenaga engineer ditentukan berdasarkan spesifikasi bidang dalam pembangunan kapal
dibidang hull construction dan high pressure cylinder. Dalam pembangunan kapal CNG
terdapat beberapa bagian atau bidang pekerjaan yaitu pekerjaan structural, mechanical, piping,
instrument, telecommunication dan electrical. Sehingga kebutuhan engineer dibagi menjadi
seperti di bawah ini:
Hull Construction Engineer
.Structural Engineer
Mechanical Engineer
Piping Engineer
Instrument Engineer
High Pressure Tank Engineer
Electrical Engineer
Direncanakan untuk hull construction engineering dibutuhkan 2 orang engineer
Sedangkan untuk structural engineer, mechanical engineering, piping engineering, instrument
engineering, electrical engineering dibutuhkan masing-masing 1 orang engineer kemudian
untuk High Pressure Tank Engineer dibutuhkan 3 orang engineer Sehingga dari perencanaan
di atas maka total kebutuhan engineer perusahaan adalah 10 orang engineer.
Pada perencanaan tenaga kerja superintendent dan QA/QC, direncanakan untuk setiap
bidang pekerjaan dibutuhkan 1 orang superintendent lalu untuk QA/QC bagian hull
construction direncanakan berjumlah 2 orang. QA/QC untuk High Pressure Tank Engineer
berjumlah 3 orang karena memiliki beban pekerjaan yang lebih besar. Sedangkan untuk bagian
structural, mechanical, piping, instrument dan electrical engineer masing masing 1 orang.
Sehingga didapatkan jumlah tenaga kerja superintendent berjumlah 7 orang dan tenaga kerja
QA/QC berjumlah 10 orang. Seorang superintendent dapat membawahi 2 foreman atau lebih.
Dalam pembangunan galangan untuk produksi kapal CNG diasumsikan dapat mengawasi 2
orang foreman, superintendent mengawasi 2 orang foreman, sehingga dibutuhkan 28 orang
foreman dalam perencanaan industri tersebut.
Dari perencanaan yang telah dilakukan di atas didapatkan jumlah tenaga kerja langsung
yang diperlukan untuk pembangunan galangan kapal CNG pada Tabel 5.88 berikut :
Tabel 5.88 Daftar Tenaga Kerja Langsung
Engineer 10 Orang
Superintendent 7 Orang
QA/QC 10 Orang
Foreman 14 Orang
Welder 24 Orang
Fitter 24 Orang
Crane operator 13 Orang
Helper 24 Orang
Machine operator 69 Orang
5.6.2. Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam
proses produksi. Pada umumnya perbandingan antara tenaga kerja langsung dan tak langsung
di galangan yakni 70:30
125
Pada perhitungan tenaga kerja langsung pada sub-bab sebelumnya diketahui jumlah
tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses produksi adalah 171 orang. Sehingga jumlah
tenaga kerja langsung yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Tenaga kerja seluruhnya = Tenaga Kerja Langsung x (100/70)
= 154 x 100/70
= 220 Orang
Sehingga dari jumlah di atas dapat dihitung Jumlah tenaga kerja tak langsung
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Tenaga kerja tidak langsung = 30% x TK Keseluruhan
= 30/100 * 220
= 66 Orang
Tenaga kerja tak langsung di sini adalah merupakan tenaga kerja staff untuk perkantoran.
5.6.3. Struktur Organisasi
Dengan memperhatikan kebutuhan tahapan pembangunan kapal CNG, maka diperlukan
susunan organisasi dan manajemen yang dapat mengelola kebutuhan tersebut. Struktur
organisasi galangan kapal adalah sebagai berikut:
Departemen Desain & Teknologi
Yaitu suatu departemen yang bertugas dalam pengembangan teknologi dan menjaga
kerahasiaan desain sebagai sumber kepercayaan dari konsumen, departemen ini juga
membawahi 1 divisi yang akan dibangun guna menunjang program penelitian yaitu divisi
riset & teknologi.
Departemen Produksi
Yaitu suatu departemen yang bertanggung jawab langsung atas pelaksanaan proses
produksi yang meliputi : bagian lambung / konstruksi, bagian out-fitting (pipa, listrik, kayu,
dan permesinan), bagian yard service (fasilitas penunjang produksi seperti crane, listrik
gas, air bersih dll).
Departemen Administrasi dan Keuangan
Yaitu departemen yang bertanggung jawab atas penyusunan budget perusahaan
administrasi proyek, pengendalian keuangan, administrasi kepegawaian, dan administrasi
pergudangan. Departemen ini juga bertanggung jawab atas kelancaran usaha galangan
kapal secara keseluruhan.
Departemen Perencanaan & Pengembangan Usaha
Yaitu departemen yang bertanggung jawab atas terjalinnya hubungan kerja dengan pihak
konsumen, menyusun estimasi biaya pembangunan, menyusun persiapan tender, dan
menyelesaikan sernua dokumen proyek yang diperlukan. Departemen ini juga bertanggung
jawab atas setiap kegiatan pengadaan / pembelian peralatan atau material yang dibutuhkan
oleh galangan kapal maupun untuk pembangunan kapal.
Departemen Sumber Daya Manusia
Yaitu suatu departemen yang bertugas dalam pembinaan organisasi dan sumber daya
manusia, deparetemen ini juga menangani permasalahan yang menyangkut tentang
keselamatan pekerja (K3), dan juga kemitraan dengan perusahaan lain. Departemen ini
membawahi 1 divisi yaitu divisi training centre, guna pemantapan SDM sebelum
memasuki dunia kerja dan pemantapan jenjang karir. Dengan berdasar analisa teknis
terhadap kebutuhan jumlah fasilitas penunjang galangan serta tahapan pembangunan CNG,
maka didapatkan perencanaan struktur organisasi seperti pada Gambar 5.31 dan untuk
pembagian jumlah karyawan dapat dilihat pada Tabel 5.89
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR PRODUKSI
DIREKTUR PERENCANAA
N DAN PENGEMBANG
AN USAHA
DIREKTUR DESAIN &
TEKNOLOGI
DIREKTUR ADMINISTRASI & KEUANGAN
DIREKTUR SDM
DIVISI DESAIN
KAPAL CNG
DIVISI RISET DAN
TEKNOLOGIDIVISI
PENGADAAN DAN
PEMESANAN
DIVISI PEMASARA
N
DIVISI KONSTRUKS
I HULL
DIVISI KONSTRUKSI TABUNG
CNG
DIVISI SISTEM
OUTFITTING &
MACHINARY
DIVISI AKUNTANSI
DIVISI PEMBENDA
HARAAN
DIVISI K3DIVISI
PENGELOLAAN SDM
TRAINING CENTER
DIVISI PIPING
Gambar 5.31 Struktur Organisasi Perusahaan
127
Tabel 5.89 Daftar Tenaga Kerja Tidak Langsung
5.7. Pemilihan Sarana Pokok Galangan
Didalam merencanakan fasilitas pengedokan dari suatu galangan kapal perlu
diperhatikan beberapa faktor utama dalam proses pembangunan dan juga kebutuhannya.
Terdapat 3 jenis dock utama dalam proses pembangunan suatu kapal, yaitu : graving dock,
floating dock, dan slipway. Dari berbagai fasilitas utama pengedokan kapal terdapat beberapa
kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Hal ini menjadi pertimbangan dalam menentukan
fasilitas utama pengedokan kapal. Pada tabel Tabel 5.90, Tabel 5.91 dan Tabel 5.92 dijelaskan
kelebihan maupun kekurangan masing masing fasilitas utama pengedokan kapal.
Tabel 5.90 Kelebihan dan Kekurangan Graving Dock
Graving Dock
Kelebihan Kekurangan
Peluncuran kapal dapat relatif lebih aman Harga pembangunan dan material penunjang
relatif mahal
Untuk melakukan pembangunan / reparasi
kapal lebih mudah
Docking dan Undocking kapal relatif lebih
lama dibandingkan slipway dan floating dock
No Tenaga Kerja Jumlah (Orang)
1 Direktur Utama 1
2 Direktur Desain dan Teknologi 1
3 Divisi Desain Kapal CNG 5
4 Divisi Riset dan Teknologi 5
5 Direktur Administrasi dan
Keuangan 1
6 Divisi Akuntasi 4
7 Divisi Pembendaharaan 4
8 Direktur SDM 1
9 Divisi K3 4
10 Divisi Pengelolaan SDM 4
11 Divisi Training Center 4
12 Direktur Produksi 1
13 Divisi Konstruksi Hull 5
14 Divisi Konstruksi Tabung CNG 5
15 Divisi Outfittting & Machinary 5
16 Divisi Piping 5
17 Direktur Perencanaan dan
Pengembangan Usaha 1
18 Divisi Pengadaan & Pemesanan 5
19 Divisi Pemasaran 5
Jumlah 66
Graving Dock
Kelebihan Kekurangan
Dapat menampung kapal dengan berat yang
realatif besar
Diperlukan pekerjaan berupa penggalian
dalam skala besar
Tabel 5.91 Kelebihan dan Kekurangan Slipway
Slipway
Kelebihan Kekurangan
Harga pembangunan relatif lebih murah Peluncuran kapal lebih beresiko
Peluncuran kapal dapat dilakukan lebih cepat Diperlukan perhitungan yang baik agar
slipway dapat berfungsi optimal
Ukuran dapat disesuaikan sesuai dengan
kebutuhan
Tabel 5.92 Kelebihan dan Kekurangan Floating Dock
Floating Dock
Kelebihan Kekurangan
Dock memiliki mobilitas yang tinggi Diperlukan perhitungan yang lebih rumit
Dapat melakukan reparasi kapal diatas laut Dock rawan akan kebocoran
Ukuran dari dock dapat ditambah maupun
dikurangi dengan lebih mudah karena terdiri
dari beberapa bagian yang digabung
Diperlukan perawatan berkala sehingga
biaya pemeliharaan dock menjadi tinggi
Pemilihan fasilitas pengedokan yang akan digunakan untuk galangan kapal pengangkut
CNG (Compressed Natural Gas) carrier yang dipilih adalah slipway hal ini dikarenakan harga
slipway yang relatif lebih murah untuk galangan kapal yang baru akan dibangun dan juga biaya
pemeliharaan yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan fasilitas pengedokan lainnya.
5.7.1. Perencaanan Slipway
Perencanaan pembangunan slipway dilakukan dengan mempertimbangkan ukuran
utama dari kapal yang akan dibangun sebagai berikut :
L = 105,8 m
B = 16 m
129
T = 5 m
H = 12,75 m
V = 10,2 Knot
Dengan menggunakan formula dari RR Manikin untuk menghitung panjang slipway
sebagai berikut :
L = 2 x l + S x ( D + H ) + K
Keterangan :
l = Panjang Kapal
S = Jarak horizontal dari kemiringan 12-25 m
D = Sarat kapal kosong
H = Tinggi blok diatas rel
K = Konstanta (2-5)
Maka perhitungan panjang slipway adalah sebagai berikut :
Berdasarkan pada Tabel 5.23 dan Tabel 5.25 didapatkan Cb dan Fn
Fn = 0,162
Cb = 0,83
Displacement = L x B x T x Cb x 1,025
Displacement = 7.200,748 Ton
LWT = Displacement – DWT
= 7.200,748 – 5.828,289
= 1.372,459 Ton
Tinggi block diatas rel = 0,5 m
Maka panjang slipway adalah
L = 2 x l + S x ( D + H ) + K
= 2 x 105,8 + 12 x ( 5 + 0,5 ) + 2
= 279,6 m
Kemiringan 1/19 atau β = 3o
Untuk menentukan besarnya area slipway yang ada di darat maupun area yang ada dibawah
permukaan air maka dapat digunakan pendekatan yang ada pada referensi Marine Engineering
Structure Specialized Apllications, sebagai berikut :
Panjang area kerja diatas slipway
LT = Lc + 2a +2b
Dimana :
Lc = panjang maksimal kapal yang dkerjakan
a = lebar ruang kerja 2- 4 meter, diambil 3 meter
b = jarak minimum untuk akses pekerja dibagian depan, belakang dan samping kapal
direncanakan 1,5 meter.
maka,
LT = 114,8 meter
Lebar area kerja diatas slipway
B = Lebar kapal yang dikerjakan
BT = B + 2a +2b
= 25 meter
Panjang landasan dibawah air :
Lw = hp/tan β
Dimana :
B = sudut kemiringan dari slipway
hp = kedalaman air diujung landasan
hp = 1,25 (hd + hs) + hw
Dimana :
hd = tinggi sarat kapal kosong
hs = tinggi dari sliding atau cradle (0,5 meter)
hw = selisih antara ketinggian air maksimum dengan ketinggian air minimum
Maka,
hp = 8,75 meter
Sehingga panjang landasan slipway dibawah permukaan air adalah :
Lw = hp/tan β
= 168,269 meter
Maka didapatkan panjang landasan slipway yang direncanakan adalah 114,800 + 168,269 =
283,069 meter
5.7.2. Perencanaan Cradle
Bagian yang mendasari dalam perhitungan cradle adalah lebar dari cradle yang
berkaitan dengan penumpu samping. Jika jarak horizontal sisi dan pelat tepi dan penumpu
tengah melebihi 4,5 m maka harus dipasang penumpu samping (BKI Vol B 3.1 tahun 2012).
Jika lebar kapal yang direncanakan untuk slipway adalah 16 m maka ½ B = 8 m > 4,5 m, maka
131
direncanakan dipasang 2 penumpu samping. Maka lebar cradle yang direncanakan sebesar 8
meter. Jika kapal direncanakan memiliki 4 cradle dengan panjang tiap cradle adalah 10 meter
maka dimensi cradle adalah sebagai berikut :
Panjang = 10 meter
Lebar = 8 meter
Jumlah roda = 16 buah
Tinggi rel = 20 cm
Tinggi cradle = 50 cm
Bila lajur yang dibutuhkan adalah 3 buah maka perhitungan cradle adalah sebagai berikut :
Berat pelat cradle = ( 10 x 8 x 0,01 x 7,85 ) = 6,28 ton
Berat roda cradle = 16 x 0,15 = 2,4 ton
Berat profile cradle = 1,5 ton
Maka berat cradle keseluruhan = 6,28 + 2,4 +1,5 = 10,18 ton
5.7.3. Perencanaan Daya Winch
Agar cradle dapat bergerak naik dibutuhkan alat penarik atau umumnya disebut winch. Untuk
menghitung daya yang diperlukan oleh winch digunakan rumus yang ada pada buku Dock &
Harbour Vol 1, sebagai berikut :
P = ( W1 +W2 ) tan α + F1 +F2
Dimana :
P = beban total
W1 = berat kapal saat naik slipway ( LWT + 10% LWT )
W2 = berat keseluruhan kereta (cradle) 10,18 x 2 =20,36 Ton
F1 + F2 = 7,5 – 9 % diambil dari W1 + W2, ( diambil 8% )
F1 = gesekan antara rel dengan roda kereta
F2 = gesekan pada motor listrik
α = sudut kemiringan landasan = 3 o
maka perhitungan daya winch slipway adalah sebagai berikut :
P = ( 1.509,704 + 20,36 ) + 120,776
= 1.650,840 Ton
= 1650840 Kg
Kecepatan tarik = 0,05 m/det
F = (P x g x sin α )
= 1650840 x 9,81 x 0,052
= 842,126 KN
Daya Motor = 842,126 x 0,05
= 42,106 KW
= 42,106 / 0,736
= 57,209 HP
Faktor keamanan = 10%
= 57,209 + (10% x 57.209)
= 62,929 HP
Maka dimensi slipway setelah perhitungan adalah :
Panjang Slipway = 283,069 meter
Berat Cradle = 10,18 Ton
Daya winch = 62,929 HP
5.7.4. Perencanaan Tata Letak Galangan
Dengan memperhitungkan fasilitas galangan berupa : gudang penyimpanan material,
bengkel persiapan, bengkel fabrikasi, sub-assembly area, assembly area, bengkel tangki CNG
(Compressed Natural Gas), bengkel inspeksi tangki CNG (Compressed Natural Gas), building
berth, slipway, bengkel block blasting & painting, bengkel outfitting (machinery shop, interior
shop, pipe shop, electrical shop) didapatkan layout yang digunakan untuk galangan kapal
pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) carrier. Dari Gambar 5.32, tipe tata letak
bangunan dan arus material yang digunakan adalah tipe Z. Tipe Z digunakan untuk
memanfaatkan lahan yang tersedia semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan rencana
perluasan atau penambahan kapasitas industri. Fasilitas pengedokan yang digunakan untuk
galangan kapal pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) carrier ini adalah dengan
menggunakan slipway. Kemudian untuk tata letak galangan secara 3 dimensi dapat dilihat pada
Gambar 5.33, Gambar 5.34, Gambar 5.35 berikut :
133
Gambar 5.32 Layout Galangan Kapal Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Carrier
Keterangan :
1. Gudang Penyimpanan Material ( 36 m x 63 m )
2. Bengkel Persiapan ( 24 m x 16,5 m )
3. Bengkel Fabrikasi ( 24 m x 16,5 m )
4. Sub-Assembly Area ( 24 m x 18,25 m )
5. Assembly Area ( 24 m x 18,25 m )
6. Bengkel Tangki CNG (Compressed Natural Gas) ( 20,4 m x 40,8 m )
7. Bengkel Inspeksi Tangki CNG (Compressed Natural Gas) ( 20,4 m x 16 m )
8. Machinary Shop ( 12 m x 9,5 m )
9. Electrical Shop ( 12 m x 9,5 m )
10. Interior Shop ( 12 m x 9,5 m )
11. Pipe Shop ( 12 m x 9,5 m )
12. Building Berth ( 25 m x 110 m )
13. Slipway ( 25 m x 114,8 m )
14. Electricity Room ( 8 m x 10 m )
15. Office ( 12 m x 24 m )
16. Musholla ( 9,2 m x 10 m )
17. Kantin ( 9,2 m x 10 m )
18. Pos Keamanan ( 7,7 m x 5,3 m )
19. Parkir Mobil ( 14,6 m x 16,2 m )
20. Parkir Motor ( 16,2 m x 18,6 m )
135
Gambar 5.33 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal CNG tampak belakang
Gambar 5.34 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal CNG Tampak Atas
137
Gambar 5.35 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal CNG Tampak Depan
Halaman ini sengaja dikosongkan
139
BAB 6
ANALISA EKONOMIS PEMBANGUNAN GALANGAN KAPAL
PENGANGKUT CNG CARRIER
6.1. Analisa Nilai Investasi
Pada bab ini dilakukan analisa ekonomis pembangunan galangan kapal untuk produksi
kapal CNG Aspek-aspek yang dilakukan analisa pada bab ini antara lain mengenai kondisi
pasar, analisis investasi yang membahas tentang estimasi nilai biaya investasi awal dalam
pembangunan galangan kapal untuk produksi kapal CNG. Selain itu dilakukan perhitungan
mengenai estimasi waktu kembali dari investasi yang telah dilakukan.
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh calon pemilik galangan kapal
pada saat pengadaan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan Kapal CNG
Berdasarkan analisa perencanaan fasilitas dan tata letak galangan yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka dapat dilakukan perhitungan estimasi nilai investasi yang diperlukan untuk
membangun galangan kapal untuk produksi Kapal CNG
Estimasi nilai investasi tersebut antara lain:
Estimasi nilai investasi untuk tanah dan bangunan,
Estimasi nilai investasi untuk fasilitas penunjang,
Estimasi nilai investasi untuk pekerjaan persiapan dan instalasi,
Estimasi pengeluaran gaji tenaga kerja.
Tabel 6.1 Estimasi Nilai Investasi untuk tanah dan bangunan
No Uraian Unit Ukuran
Unit Luas Unit Price Total Price
Panjang Lebar Rp/Unit Rp
1 Area Shipyard m2 255,6 95 m2 24.282 900.000 21.853.800.000
2 Warehouse m2 36 63 m2 2.268 3.000.000 6.804.000.000
3 Bengkel Preparation m2 24 16,5 m2 396 3.000.000 1.188.000.000
4 Bengkel Fabrikasi m2 24 16,5 m2 396 3.000.000 1.188.000.000
5 Bengkel Sub-Assembly m2 24 18,25 m2 438 3.000.000 1.314.000.000
6 Bengkel Assembly m2 24 18,25 m2 438 3.000.000 1.314.000.000
7 Slipway m2 284 25 m2 7.100 10.000.000 71.000.000.000
8 Bengkel Tabung m2 20,4 40,8 m2 832,3 3.000.000 2.496.960.000
9 Bengkel Inspeksi Tabung m2 20,4 16 m2 326,4 3.000.000 979.200.000
10 Building Berth m2 110 25 m2 2.750 3.000.000 8.250.000.000
11 Bengkel Pipa m2 12 9,5 m2 114 3.000.000 342.000.000
No Uraian Unit Ukuran
Unit Luas Unit Price Total Price
Panjang Lebar Rp/Unit Rp
12 Bengkel Machinary m2 12 9,5 m2 114 3.000.000 342.000.000
13 Bengkel Interior m2 12 9,5 m2 114 3.000.000 342.000.000
14 Bengkel Elektrik m2 12 9,5 m2 114 3.000.000 342.000.000
15 Masjid m2 9,2 10 m2 92 3.000.000 276.000.000
16 Kantin m2 9,2 10 m2 92 3.000.000 276.000.000
17 Parkiran Motor m2 16,2 18,6 m2 301,3 3.000.000 903.960.000
18 Parkiran mobil m2 14,6 16,2 m2 236,5 3.000.000 709.560.000
19 Power Generator Room m2 8 10 m2 80 3.000.000 240.000.000
20 Pos Security m2 7,7 5,3 m2 40,8 1.000.000 40.810.000
21 Biaya Instalasi Listrik, Air, Telpon m2 194 95 m2 18.430 100.000 1.843.000.000
22 Office m2 24 12 m2 288 2.000.000 576.000.000
Total Rp 122.621.290.000
Tabel 6.2 Harga Pengerjaan Lahan
No Uraian
Ukuran Unit Price Total Price
Panjang
(m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m) Volume Rp/Unit RP
1 Area Shipyard
(Pengurugan) 255,6 95 1 24282 120.000 2.913.840.000
2 Area Shipyard
(Pemadatan) 255,6 95 - 24282 80.000 1.942.560.000
3 Pengerukan Lahan 20 25 5 2500 200.000 500.000.000
Total Rp 5.356.400.000
Dari Tabel 6.1 dan Tabel 6.2 didapatkan harga tanah, fasilitas pengedokan dan juga bengkel
yang digunakan untuk memangun kapal CNG memilki harga Rp 127.977.690.000
6.1.1. Estimasi Nilai Investasi untuk Fasilitas Penunjang
Pada tabel Tabel 6.3 Dijelaskan fasilitas untuk menunjang pembangunan kapal CNG
Carrier yaitu sebesar Rp 49.937.985.600
Tabel 6.3 Tabel Nilai Investasi Untuk Fasilitas Penunjang
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
Gudang Penyimpanan Material
1 Rak 43 Unit 200 2.667.200 114.689.600
2 Forklift 5 ton 2 Unit 15000 200.040.000 400.080.000
Bengkel Persiapan
141
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
1 Plate Straightening
Machine 1 Unit 100000
1.333.600.000 1.333.600.000
2 Shot Blasting &
Primering Machine 1 Unit 120000
1.600.320.000 1.600.320.000
3 Overhead Crane 5
Ton, 12 m 1 Unit 30000
400.080.000 400.080.000
4 Fork Lift 5 Ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
5 Conveyor 3 Set 3 Unit 20000 266.720.000 800.160.000
Bengkel Fabrikasi
1 CNC Plasma Cutting
Machine for Plate 1 Unit 120000
1.600.320.000 1.600.320.000
2 Plate Bending
Machine 1 Unit 60000
800.160.000 800.160.000
3 Frame Bending
Machine 1 Unit 50000
666.800.000 666.800.000
4 CNC Plasma Cutting
Machine for Pipe 1 Unit 50000
666.800.000 666.800.000
5 Overhead crane 5
ton, 12 m 1 Unit 30000
400.080.000 400.080.000
Sub-Assembly Area
1 Jig 1 Unit 7000 93.352.000 93.352.000
2 Welding Machine
SAW 1 Unit 5000
66.680.000 66.680.000
3 Welding Machine
FCAW 6 Unit 2000
26.672.000 160.032.000
4 Overhead Crane 10
ton 15 meter 1 Unit 45000
600.120.000 600.120.000
Assembly Area
1 Jig 1 Unit 7000 93.352.000 93.352.000
2 Welding Machine
SAW 1 Unit 5000
66.680.000 66.680.000
3 Welding Machine
FCAW 6 Unit 2000
26.672.000 160.032.000
4 Overhead Crane 20
ton, 15 meter 1 Unit 55000
733.480.000 733.480.000
Bengkel Tangki CNG
1 Billet Heating
Machine 1 Unit 70000
933.520.000 933.520.000
2 Billet Rotary Sheer
Cutter Machine 2 Unit 85000
1.133.560.000 2.267.120.000
3 Horizontal
Broaching Machine 2 Unit 100000
1.333.600.000 2.667.200.000
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
4 Flow Forming
Machine 2 Unit 120000 1.600.320.000 3.200.640.000
5
Neck Forming
Heavy Duty Steel
Machine
2 Unit 120000 1.600.320.000 3.200.640.000
6 Steel Annealing Heat
Treatment Machine 2 Unit 50000 666.800.000 1.333.600.000
7 Overhead Crane 5
ton, 15 m 1 Unit 35000 466.760.000 466.760.000
Bengkel Inspeksi Tangki CNG
1
Steel Gas Cylinder
Internal Shot
Blasting Cleaning
Machine
2 Unit 25000 333.400.000 666.800.000
2 Hydraulic & UT test
Machine 2 Unit 20000
266.720.000 533.440.000
3
Volume
Measurement
Machine
2 Unit 20000
266.720.000 533.440.000
4 Coating & Drying
Machine 2 Unit 30000
400.080.000 800.160.000
5 Overhead Crane 5
ton, 15 m 1 Unit 35000 466.760.000 466.760.000
Machinary Shop
1 Cutting Wheel
Machine 4 Unit 3500 46.676.000 186.704.000
2 Pneumatic Drill 3 Unit 3000 40.008.000 120.024.000
3 Portable Welding
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
4 Drilling Machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
5 Grinding Machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
6 overhead crane 5
ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
7 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Electrical Workshop
1 Jig Saw Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
2 Cutting Wheel
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
3 Portable Welding
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
4 Screw Driver
Machine 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
5 Grinding machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
143
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
6 Electrical Equipment
Set 2 Unit 7000 93.352.000 186.704.000
7 overhead crane 5
ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
8 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Interior Shop
1 Stud Welding 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
2 Grinding Machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
3 Portable Welding
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
4 Screw Driver
Machine 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
5 Jig Saw Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
6 Router Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
7 overhead crane 5
ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
8 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Pipe Shop
1 Pipe Fitting 1 Unit 4000 53.344.000 53.344.000
2 Pipe Welding 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
3 Pipe end Beveling 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
4 Pipe Cutting 1 Unit 20000 266.720.000 266.720.000
5 unit overhead crane
5 ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
6 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Building Berth
1 Jig 2 Unit 7000 93.352.000 186.704.000
2 Welding Machine
SAW 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
3 Welding Machine
FCAW 8 Unit 2000 26.672.000 213.376.000
4 Compressor 1 Unit 2000 26.672.000 26.672.000
5 Brush Grinder 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
6 Blast Machine 1 Unit 10000 133.360.000 133.360.000
7 Paint mixer 1 Unit 20000 266.720.000 266.720.000
8 Rotary Grinding 1 Unit 1000 13.336.000 13.336.000
9 Finisher Sender 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
10 Gantry crane 500
ton 1 Unit 500000 6.668.000.000 6.668.000.000
11 mobile crane 50 ton 2 Unit 300000 4.000.800.000 8.001.600.000
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
12 block transporter
250 ton 1 Unit 200000 2.667.200.000 2.667.200.000
TOTAL 49.937.985.600
6.1.2. Estimasi Nilai Investasi Untuk Pekerjaan Persiapan dan Instalasi
Tabel 6.4 Nilai perkerjaan dan Instalasi
No Item Jumlah Satuan Harga/Satuan
(Rp) Total (Rp)
1 Generator (100
KVA) 2 unit 400.000.000 800.000.000
2 Generator (80 KVA) 1 unit 300.000.000 300.000.000
3 Generator (60 KVA) 1 unit 200.000.000 200.000.000
4 Biaya Perizinan 1 set 5.000.000 5.000.000
5 Biaya Perencanaan 1 set 10.000.000 10.000.000
6 Biaya Pengawasan 1 set 15.000.000 15.000.000
8 Office Supply 1 set 300.000.000 300.000.000
9 Biaya BPHTB 1 set 708.186.000 708.186.000
10 Instalasi Air &
Listrik 93.840 m3 100.000 9.384.000.000
11 HPL (High Pressure
Laminate) 1 set 10.000.000.000 10.000.000.000
12 IT & Komputer 1 set 150.000.000 150.000.000
Total 21.872.186.000
Nilai perkiraan investasi untuk pengerjaan persiapan memiliki nilai investasi sebesar Rp
21.872.186.000 dapat dilihat pada Tabel 6.4
6.1.3. Estimasi Nilai Total Investasi
Setelah mendapatkan data biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli lahan, membuat
bangunan, membeli peralatan untuk pembangunan kapal CNG Carrier. Dapat dihitung total
investasi awal yang dibutuhkan untuk membangunan galangan kapal khusus CNG Carrier
adalah sebesar Rp 199.787.861.600,00 yang rinciannya dapat dilihat pada tabel VI.4
Tabel 6.5 Nilai Total Investasi
No Biaya Investasi Harga
1 Total Harga Tanah, Bangunan dan Pengerjaan Tanah Rp 127.977.690.000
2 Total Harga Peralatan, Pengerjaan Persiapan dan Instalasi Rp 71.810.171.600
Total Biaya Investasi Rp 199.787.861.600,00
145
6.1.4. Estimasi Pengeluaran Gaji Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan tenaga kerja selama
proses produksi. Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Bagian dari upah atau gaji yang ditujukan kepada orang yang secara khusus dan
konsisten ditugaskan atau berhubungan dengan pembuatan produk, urutan pekerjaan
tertentu, atau penyediaan layanan. Biaya tenaga kerja langsung disebut juga biaya
pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja yang benar-benar membuat produk pada
lini produksi.
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Bagian dari upah atau gaji yang dapat secara khusus dan konsisten diberikan kepada
orang yang tidak berhubungan dengan pembuatan produk atau dapat juga dikatakan
sebagai biaya pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja yang tidak terlibat langsung
membuat produk pada lini produksi.
Tabel 6.6 Biaya Tenaga Kerja Galangan
No Deskripsi Unit
Gaji
(dalam
Juta
Rupiah)
Kenaikan
Gaji
Gaji Pekerja (dalam Juta
Rupiah)
Tenaga Kerja Tidak Langsung
1 Direktur Utama 1 30,0 10% 0 1
2 Direktur Desain
dan Teknologi 1 20,0 10% 260,0 260,0
3 Direktur
Administrasi dan
Keuangan
1 20,0 10% 260,0 260,0
6 Direktur SDM 1 20,0 10% 260,0 260,0
7 Direktur Produksi 1 20,0 10% 260,0 260,0
8
Direktur
Perencanaan dan
Pengembangan
Usaha
1 20,0 10% 260,0 260,0
9 Staff Divisi Desain
Kapal CNG 6 8,0 10% 624,0 624,0
11 Staff Divisi Riset
dan Teknologi 5 6,0 10% 390,0 390,0
12 Staff Divisi
Akuntasi 5 6,0 10% 390,0 390,0
13 Staff Divisi
Pembendaharaan 5 6,0 10% 390,0 390,0
No Deskripsi Unit
Gaji
(dalam
Juta
Rupiah)
Kenaikan
Gaji
Gaji Pekerja (dalam Juta
Rupiah)
14 Staff Divisi K3 5 6,0 10% 390,0 390,0
15 Staff Divisi
Pengelolaan SDM 5 6,0 10% 390,0 390,0
16 Staff Divisi
Training Center 5 6,0 10% 390,0 390,0
17 Staff Divisi
Konstruksi Hull 6 8,0 10% 624,0 624,0
18 Staff Divisi
Konstruksi Tabung 6 8,0 10% 624,0 624,0
19
Staff Divisi
Outfitting &
Machinary
5 6,0 10% 390,0 390,0
20 Staff Divisi Piping 5 6,0 10% 390,0 390,0
22
Staff Divisi
Pengadaan &
Pemesanan
5 6,0 10% 390,0 390,0
23 Staff Divisi
Pemasaran 5 6,0 10% 390,0 390,0
Tenaga Kerja Langsung
1 Engineer 10 8,0 10% 1.040,0 1040,0
2 Superintendent 7 6,0 10% 546,0 546,0
3 QA/QC 10 8,0 10% 1.040,0 1040,0
4 Foreman 14 5,0 10% 910,0 910,0
5 Welder 20 4,0 10% 1.040,0 1040,0
6 Fitter 20 3,0 10% 780,0 780,0
7 Crane Operator 11 3,0 10% 429,0 429,0
8 Helper 1 3,0 10% 39,0 39,0
9 Machine Operator 99 3,0 10% 3.861,0 3861,0
Total 266 Rp 511 17147,0 17147,0
Perhitungan biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung dilakukan
untuk durasi selama 1 tahun. Tabel VI.5 menunjukkan besarnya pengeluaran untuk biaya tenaga
kerja tidak langsung dan tenaga kerja langsung. Dimana pada setiap 5 tahunnya masing-masing
tenaga kerja mengalami kenaikan gaji sebesar 10%.
6.2. Estimasi Pengeluaran Total
Untuk mencari laba suatu produk perlu diperhatikan total pengeluaran dalam membuat
proyek tersebut. Pengeluaran yang harus dikeluarkan galangan kapal CNG untuk setiap
tahunnya adalah :
147
Biaya operasional
Pada biaya operasional pembangunan galangan kapal CNG Carrier terdiri dari:
- Biaya Langsung = Rp 307.423.778.519,4
- Biaya Perawatan = Rp 320.000.000,-
- Biaya Tidak Langsung = Rp 5.824.000.000,-
Sehingga didapat biaya operasional total sebesar Rp 313.567.778.519,4. Untuk
rinciannya dapat dilihat pada Tabel 6.7
Tabel 6.7 Estimasi Biaya Operasional Total dalam 1 Tahun
No Deskripsi
Estimasi Biaya
Biaya Kenaikan
Harga/Tahun
1 2
Jumlah
Produk(Unit) 2018 2019
PERHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL GALANGAN KAPAL CNG
BIAYA LANGSUNG
Harga Biaya Pokok Produksi
5%
1 Biaya Material 1
70.312.175.018
70.312.175.018
73.827.783.768
2 Biaya System and Machinery 1
200.000.000.000,00
200.000.000.000
210.000.000.000
3 Biaya Tenaga Kerja
Langsung 1
7.462.000.000,00
7.462.000.000
7.835.100.000
4 Biaya Overhead 1
7.777.417.501,76
7.777.417.502
8.166.288.377
5 Biaya Utilitas 1
21.872.186.000
21.872.186.000
22.965.795.300
TOTAL BIAYA LANGSUNG CNG CARRIER
307.423.778.519,4
322.794.967.445,3
BIAYA PERAWATAN
1 Biaya Pemeliharaan
Fasilitas Dock
5%
pemeliharaan Bengkel dan
Gudang 1
60.000.000,00
60.000.000,00
63.000.000,0
Pemeliharaan Peralatan dan
Mesin 1
40.000.000,00
40.000.000,00
42.000.000,0
Lisensi Software 1
100.000.000,00
100.000.000,00
105.000.000,0
2 Biaya Lain Lain
Biaya Promosi 1
30.000.000,00
5%
30.000.000,00
31.500.000,0
Biaya Pendidikan dan
Pelatihan 1
50.000.000,00
50.000.000,00
52.500.000,0
Biaya Perawatan Kesehatan 1
30.000.000,00
30.000.000,00
31.500.000,0
3 Biaya Administrasi
10.000.000,00
10.000.000,00
10.500.000,0
TOTAL BIAYA PERAWATAN GUDANG DAN FASILITAS GALANGAN
CNG
320.000.000,0
336.000.000,0
BIAYA TIDAK LANGSUNG (Gaji pekerja)
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG 5%
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
TOTAL BIAYA OPERASIONAL
313.567.778.519,4
328.954.967.445,3
Depresiasi
Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang
dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan
mempengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
Untuk menghitung depresiasi digunakan nilai inflasi sebesar 6%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 6.8
Tabel 6.8 Nilai Depresiasi Investasi
Life Time Deskripsi investasi
Tahun
2018 2019
0 1
10 Slipway
71.000.000.000
12.715.018.645
10 Building Berth
3.607.500.000
646.048.307
20 Warehouse
6.804.000.000
1.091.067.488
20 Bengkel Preparation
1.188.000.000
190.503.847
20 Bengkel Fabrikasi
1.188.000.000
190.503.847
20 Bengkel Sub-Assembly
1.314.000.000
210.708.801
20 Bengkel Assembly
1.314.000.000
210.708.801
20 Bengkel Tabung
2.496.960.000
400.404.449
20 Bengkel Inspeksi Tabung
979.200.000
157.021.353
20 Bengkel Pipa
342.000.000
54.842.017
20 Bengkel Machinary
342.000.000
54.842.017
20 Bengkel Interior
342.000.000
54.842.017
20 Bengkel Elektrik
342.000.000
54.842.017
20 Masjid
276.000.000
44.258.470
20 Kantin
276.000.000
44.258.470
20 Parkiran Motor
903.960.000
144.956.109
20 Parkiran mobil
709.560.000
113.782.752
20 Pos Security
40.810.000
6.544.160
20 Office
576.000.000
92.365.502
20 Power Generator Room
240.000.000
38.485.626
10 Peralatan Produksi
49.937.985.600
8.943.132.648
149
Life Time Deskripsi investasi
Tahun
2018 2019
0 1
Total 144.219.975.600 16.264.826.651
Uang Keluar Berdasarkan Aktivitas Keuangan
- Pembayaran Angsuran Pinjaman
- Pembayaran Angsuran Bunga Pinjaman
Pengembalian pinjaman dengan Estimated Interest Loans sebesar 11%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.9
Tabel 6.9 Uang Keluar Berdasarkan Aktivitas Keuangan
Tahun Tahun ke- Bunga Pinjaman Angsuran Pembayaran Sisa Pinjaman
2018 0 119.872.716.960
2019 1 13.185.998.866 3.484.129.231,5 16.670.128.097 116.388.587.728
2020 2 12.802.744.650 3.867.383.447,0 16.670.128.097 112.521.204.282
2021 3 12.377.332.471 4.292.795.626,1 16.670.128.097 108.228.408.655
2022 4 11.905.124.952 4.765.003.145,0 16.670.128.097 103.463.405.510
2023 5 11.380.974.606 5.289.153.491,0 16.670.128.097 98.174.252.019
2024 6 10.799.167.722 5.870.960.375,0 16.670.128.097 92.303.291.644
2025 7 10.153.362.081 6.516.766.016,2 16.670.128.097 85.786.525.628
2026 8 9.436.517.819 7.233.610.278,0 16.670.128.097 78.552.915.350
2027 9 8.640.820.689 8.029.307.408,6 16.670.128.097 70.523.607.942
2028 10 7.757.596.874 8.912.531.223,5 16.670.128.097 61.611.076.718
2029 11 6.777.218.439 9.892.909.658,1 16.670.128.097 51.718.167.060
2030 12 5.688.998.377 10.981.129.720,5 16.670.128.097 40.737.037.339
2031 13 4.481.074.107 12.189.053.989,8 16.670.128.097 28.547.983.349
2032 14 3.140.278.168 13.529.849.928,7 16.670.128.097 15.018.133.421
2033 15 1.651.994.676 15.018.133.420,8 16.670.128.097 0
Pajak
Earning Before Tax (EBT) adalah uang yang disimpan oleh perusahaan sebelum
dikurangi karena harus membayar pajak. Laba sebelum pajak mengkuantifikasi keuntungan
operasional dan non-operasional perusahaan sebelum pajak diperhitungkan. Dengan besar
pajak 21% per tahun dari EBT dapat dilihat rinciannya pada Tabel 6.10
Tabel 6.10 Besar Pajak per Tahun
Description
Years to Year
0 1 29 30
EBT (Earning
Before Tax)
13.345.629,48
135.066.446,89
142.368.906,86
Pajak 0,21
(2.802.582,19)
(28.363.953,85)
(29.897.470,44)
6.2.1. Estimasi Pendapatan Galangan
Untuk estimasi pendapatan galangan CNG dapat dilihat pada tabel VI.10
Tabel 6.11 Estimasi Pendapatan Galangan CNG
Proyek pembangunan CNG Carrier mempunyai nilai jual 690 miliar rupiah dengan target
pembangunan CNG satu unit tiap 2 tahun.
6.3. Analisa Kelayakan Investasi
Dengan memperhatikan estimasi pendapatan dan keuntungan, maka dapat disusun
perhitungan Net Present Value (NPV) dengan beberapa asumsi sebagai berikut:
Diasumsikan penetapan tingkat suku bunga pinjaman adalah suku bunga komersial pada
bank pemerintah/swasta dalam rupiah rata-rata sebesar 11%/tahun.
Harga-harga yang ditetapkan adalah harga pada bulan Januari 2018 dan kemungkinan
masih akan terjadi kenaikan harga.
Harga peralatan produksi sangat bervariasi tergantung oleh spesifikasi alat dan hasil
negosiasi dengan pihak penjual.
Dengan memperhatikan asumsi di atas, maka telah disusun perhitungan NPV berdasarkan
estimasi pendapatan dan keuntungan dan rencana investasi dengan rincian pada Tabel 6.12
Produk
Waktu
Kerja
(bulan)
Target
Penjualan
Produk/Tahu
n
Nilai
Project
(dalam Juta
Rupiah)
Nilai Pembangunan Kapal
(dalam Juta Rupiah) (dalam
1 tahun)
Kenaikan
Pendapatan
/Tahun.
(%)
Tahum ke-
50% 50%
1
2
CNG Carrier
24 24,0 690.000.000 690.000.000 5,0% 345.000.000 362.250.000
Pendapatan Galangan Kapal CNG 345.000.000 362.250.000.
151
Tabel 6.12 Analisa Kelayakan Investasi
Year
s to
Year 0
12
2930
Inve
stasi
Uang
Mas
uk
Pend
apata
n - Gala
ngan
Kap
al CN
G34
5.000
.000,0
0
362.2
50.00
0,00
1.3
52.44
4.552
,77
1.4
20.06
6.780
,41
EBIT
DA (E
arni
ng B
efore
Inter
est,
Tax,
Depr
esias
ion
and
Amor
tatio
n)34
5.000
.000,0
0
362.2
50.00
0,00
1.3
52.44
4.552
,77
1.4
20.06
6.780
,41
Dana
Kelu
ar
1. Bi
aya L
angs
ung
(307.4
23.77
8,52)
(32
2.794
.967,4
5)
(1.20
5.140
.912,0
3)
(1.
265.3
97.95
7,63)
2. Bi
aya P
eraw
atan
(320.0
00,00
)
(336.0
00,00
)
(1.25
4.441
,32)
(1.31
7.163
,39)
3. Bi
aya T
idak
Lan
gsun
g (p
eker
ja)(5.
824.0
00,00
)
(5.
824.0
00,00
)
(9.
379.6
10,24
)
(9.
379.6
10,24
)
Uang
Kelu
ar B
erda
sark
an A
ktivit
as In
vesta
si
Nilai
Dep
resia
si ( G
alang
an K
apal
CNG)
(1.41
6.463
,90)
(1.41
6.463
,90)
(1.60
3.142
,29)
(1.60
3.142
,29)
Uang
Kelu
ar B
erda
sark
an A
ktivit
as K
euan
gan
Galan
gan
Kapa
l CNG
1. Pe
mbay
aran A
ngsu
ran P
injam
an(3.
484.1
29,23
)
(3.
867.3
83,45
)
2. Pe
mbay
aran A
ngsu
ran B
unga
Pinj
aman
(13.18
5.998
,87)
(12.80
2.744
,65)
Total
(331.6
54.37
0,52)
(34
7.041
.559,4
4)
(1.21
7.378
.105,8
8)
(1.
277.6
97.87
3,55)
EBT
(Ear
ning
Befo
re T
ax)
13.34
5.629
,48
15
.208.4
40,56
135.0
66.44
6,89
14
2.368
.906,8
6
Pajak
0,21
(2.
802.5
82,19
)
(3.
193.7
72,52
)
(28
.363.9
53,85
)
(29
.897.4
70,44
)
10.54
3.047
,29
12
.014.6
68,04
106.7
02.49
3,04
11
2.471
.436,4
2
10.54
3.047
,29
22
.557.7
15,33
1.432
.829.1
23,81
1.545
.300.5
60,23
Akum
ulas
i Pen
dapa
tan B
ersih
- In
vesta
si(19
9.787
.861,6
0)
(189.2
44.81
4,31)
(17
7.230
.146,2
7)
1.233
.041.2
62,21
1.345
.512.6
98,63
Desc
riptio
n
Akum
ulas
i Pen
dapa
tan B
ersih
EAT
(Ear
ning
Afte
r Tax
)
Tabel 6.13 Nilai IRR,ROI dan Payback Periode
Jumlah Komulatif FCF x Rumus PV = NPV 48.344,10 (juta rupiah)
Pengembalian Invest.(+):Invest.=IRR 12,80%
Rata-2 NPV : Invest. = ROI 25,78%
Payback Periode 11,64 tahun
11 tahun
7,718 bulan
Go Project / Layak
Pada Tabel 6.13 di atas menunjukkan bahwa waktu investasi untuk pembangunan
galangan kapal CNG Carrier kembali pada tahun ke 11 bulan ke-7,718. Dengan nilai Internal
Rate of Return (IRR) sebesar 12,80 % lebih besar dari bunga bank yang telah ditetapkan yakni
11%, sehingga investasi pembangunan galangan kapal CNG Carrier layak dilakukan.
153
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa teknis dan juga ekonomis, didapatkan kesimpulan dari tugas
akhir ini adalah :
1. Potensi Pasar untuk kapal CNG carrier cukup tinggi karena berdasarkan analisa
pasar yang didapatkan dari RUPTL PLN 2017-2026, Dibutuhkan 36 kapal CNG
carrier.
2. Galangan kapal ini dilengkapi dengan fasilitas: Bengkel preparasi, Bengkel
fabrikasi, Bengkel Assembly, Bengkel sub-assembly, Bengkel Pipa, Bengkel Tangki
CNG, Bengkel pengetesan tangki, dan juga slipway yang akan digunakan untuk
fasilitas pengedokan kapal.
3. Dari analisa teknis didapatkan bahwa galangan kapal pengangkut CNG akan
dibangun di desa kemantren, kecamatan paciran, kabupaten lamongan. Dari
perhitungan analisa ekonomis didapat biaya Investasi galangan sebesar Rp Rp
199.787.861.600, Payback period terjadi pada tahun ke 11 bulan ke 7,718. Net
Present Value (NPV) sebesar Rp 4.834.410.000.000 Dengan nilai IRR (Internal Rate
of Return) sebesar 12,80 % dan lebih besar dari bunga bank yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 11 % maka pembangunan galangan kapal khusus CNG carrier sudah
layak dilakukan
7.2. Saran
Perlu adanya pengembangan kapal CNG dengan tangki tangki yang lebih modern
agar kapasitas gas yang diangkut bisa semakin efisien. Dan diperlukannya juga ahli
high pressure cylinder yang berkualitas agar dapat mengawasi proses produksi dari
pembangunan tangki tangki bertekanan tinggi dari CNG Carrier
Halaman ini sengaja dikosongkan
155
DAFTAR PUSTAKA
American Bureau of Shipping (ABS ) Vessel Intended To Carry Compressed Natural Gases In
Bulk 2014 Edition
American Society of Mechanical Engineers
APCNGI.(2018). Struktur Organisasi APCNGI. Retrivied January 10,2018 from apcngi
website : http://www.apcngi.or.id
Atlantic Eagle Shipbuilding. (2013). Shipyard Facilities. Retrivied November 20,2017 from
Atlantic Eagle Shipbuilding website : http ://www.aeshipbuilding.com
BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Vol B 3.1 tahun 2012
Bluebird Marine Systems Ltd.(2016). Bristol's patent slipway. Retrivied October 3,2017 from
Bluebird Marine System website : http://www.bluebird-electric.net
U.S Department of Energy (2014) “Case Study Compressed Natural Gas Refuse Fleets”
CNG Complete. (2013). CNG Tank Type. Retrivied December 11,2017 from CNG Complete
website :http://www.cngcomplete.com
CNG Dari Transportasi Hingga Pembangkit(2014). Retrieved October 5,2017, from Listrik
Indonesia website : http://www.listrikindonesia.com
Compressed Natural Gas Carrier Development- The Knutsen PNG Concept By Sverre
Valsghrd (M), Kim J. Mork, Per Lothe and Nils Kristian Strom
Cylinder for high pressure gases by Tenaris
Compressed Natural Gas (CNG) Shipping in Indonesia : Opportunities ahead
Compressed Natural Gas Cabot Oil & Gas Corporation
Cornick, H.F. (1968). Dock and Harbour Engineering Vol 1: The Design of Dock. London:
Charles Griffin & Company Limited.
Dennis Moss, (2004), Pressure Vessel Design Manual
DNV (Det notke veritas) Compressed Natural Gas Carrier 2011 Edition
Enrich Group.(2016). CNG Ship. Retrivied September 10,2017 from Enrich Group Website :
http://www.enrichgroup.com
Gas Regulator.(2015). Decompression Station. Retrivied November 20,2017 from Gas
Regulator Website : http://www.gasregulator.org
Global Mongabay.(2007). CNG Enersea. Retrivied November 15,2017 from Globay
Mongabay website : http://www.globalmongabay.com
Heger Dry Dock.(2011). Floating Docks at Lyons Shipyard. Retrivied January 1,2018 from
Heger Dry Dock Website : http://www.hegerdrydock.com
HMSK.(2013). Jetty. Retrivied November 15,2017 from HMSK website :
http://www.hmsk.com
Kementerian ESDM. (2014). Peta Jalan Kebijakan Gas Bumi Nasional 2014-2030. Jakarta:
Kementerian ESDM.
Knutsenoas Shipping.(2012). Knutsen Ship. Retrivied November 15,2017 from Knutsen
Shipping website : http://www.knutsenoasshipping.com
Marine CNG Transportation Platts Caribbean Energy Conferce 24 Januari 2013
Marine Log.(2004).CETech Ship. Retrivied November 15,2017 from Marine Log website :
http://www.marinelog.com
Nexus Gas Transmission.(2016). Compression Station . Retrivied September 16,2017 from
Nexus Gas Trasmission Website : http://www.nexusgastransmission.com
Offshore Mag.(2015). Trans Ocean Gas. Retrivied November 15,2017 from Offshore Mag
website : http://www.offshore-mag.com
Marine Log.(2010). SeaNG Cossele. Retrivied November 15,2017 from Marine Log website :
http://www.marinelog.com
Maritime Executive.(2013). CNG Storage. Retrivied November 20,2017 from Maritime
Executive Website : http://www.maritimeexecutive.com
Platts Caribbean Energy Conferce.(2013).Marine CNG Transportation. Retrivied December
11,2017 from Lyndon Ward Presentation
PT PLN (Persero). (2017). Rencana Usaha Penyediaan Listrik PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Tahun 2017 s.d. 2026.
PT.Raja Rafa Samudra (2012) “CNG Industry Players in Indonesia” presentation to GLC
Webcast, Jakarta, Indonesia
Principle of Naval Architecture Vol.II hlm.154
Parametric Design halaman 11-11
Richard Lee Storch et al, (1995) Ship Production
Royal Haskoning DHV.(2018). Dry Dock. Retrivied January 1,2018 from Royal Haskoning
DHV website : http://www.royalhaskoningdhv.com
Salim HS dan Budi Sutrisno, (2008) Hukum investasi di Indonesia
Schlott, H.W. (1980). Shipbuilding Technology. Lecture Notes
Soegiono. (2004). Teknologi Produksi dan Perawatan Bangunan Laut. Surabaya: Airlangga
University Press.
Soejitno. (1997). Teknologi Produksi Kapal. Surabaya: Fakultas Teknologi Kelautan –ITS
Soeharto, A. and Soejitno. (1996). Galangan Kapal. Surabaya: Fakultas Teknologi Kelautan –
ITS
Steelhead Composite.(2016).CNG Cylinder Component. Retrivied Januari 10,2018 from
Steelhead Composite Website :http://www.steelheadcomposite.com
Steelhead Composite.(2016).CNG Valve Component. Retrivied Januari 10,2018 from
Steelhead Composite Website :http://www.steelheadcomposite.com
Wartsila.(2017). Gas Power Plant. Retrivied December 20,2017 from Wartsila Website :
http://www.wartsila.com
Wignjosoebroto, S. (1991). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: PT Bima
Ilmu Offset.
Zhejiang Jindun Holding Group.(2010). Deep Drawing/Plate Punching. Retrivied November
10,2017 from Jindun Group Website : http://www.jindungroup.net
Zhejiang Jindun Holding Group.(2010). Hot Billet Piercing. Retrivied November 10,2017 from
Jindun Group Website : http://www.jindungroup.net
Zhejiang Jindun Holding Group.(2010). Seamless Tubes Hot Forming/Spinning. Retrivied
November 10,2017 from Jindun Group Website : http://www.jindungroup.net
LAMPIRAN
Lampiran A General Arrangement CNG (Compressed Natural Gas) Carrier
Lampiran B Analisa Market Galangan Kapal Pengangkut CNG Carrier
Lampiran C Analisa Teknis Galangan Kapal Pengangkut CNG Carrier
Lampiran D Analisa Ekonomis Galangan Kapal Pengangkut CNG Carrier
LAMPIRAN A
GENERAL ARRANGEMENT CNG (COMPRESSED NATURAL
GAS) CARRIER
LAMPIRAN B
ANALISA MARKET GALANGAN KAPAL PENGANGKUT
CNG CARRIER
Tabel 14 Proyek Pembangkit Listrik Yang Pengadaannya Sudah Berlangsung - Swasta
PROYEK YANG PENGADAANNYA SUDAH BERLANGSUNG (SWASTA)
No Jenis Lokasi Kapasitas
(MW)
Metode
Pengadaan
1 PLTG Bangka Peaker/Bangka
Belitung 100 Pelelangan
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
Tabel 15 Proyek Pembangkit Listrik Yang Akan Dibuka – Penunjukan Langsung
Swasta
PROYEK YANG PENGADAANNYA AKAN DIBUKA (PENUNJUKAN
LANGSUNG) (SWASTA)
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
1 PLTG/U Senipah Exp. (ST) /
Kalimantan Timur 1x35
Penunjukan
Langsung
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
Tabel 16 Proyek Pembangkit Listrik Yang Pengadaannya Akan Dibuka –Pelelangan
Swasta
PROYEK YANG PENGADAANNYA AKAN DIBUKA (PELELANGAN)
(SWASTA)
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
1 PLTMG Luwuk / Sulawesi Tengah 40 Pelelangan
2 PLTGU Riau / Riau 250 Pelelangan
3 PLTGU Jawa-1 / Jawa Barat 2x800 Pelelangan
4 PLTG/MG Pontianak Peaker /
Kalimantan Barat 100 Pelelangan
5 PLTGU/MGU Sumut / Belawan / Sumatra
Utara 250 Pelelangan
6 PLTGU/MGU Sulbagut 3 / Sulawesi Utara 200 Pelelangan
7 PLTGU/MGU Sulsel / Sulawesi Selatan 150 Pelelangan
8 PLTGU/MGU Kalselteng / Kalimantan
Selatan / Tengah 200 Pelelangan
9 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 1 / Jawa
Barat 400 Pelelangan
10 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 2 / Jawa
Timur 500 Pelelangan
11 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 3 /
Banten 500 Pelelangan
12 PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 4 / Jawa
Barat 450 Pelelangan
13 PLTG/MG Jambi Peaker / Jambi 100 Pelelangan
14 PLTGU Jawa-3 / Jawa Timur 1x800 Pelelangan
15 PLTGU/MGU Sumbagut-1 / Sumatra
Utara 250 Pelelangan
PROYEK YANG PENGADAANNYA AKAN DIBUKA (PELELANGAN)
(SWASTA)
16 PLTGU/MGU Sumbagut-3 / Sumatra
Utara 250 Pelelangan
17 PLTGU/MGU Sumbagut-4 / Aceh 250 Pelelangan
18 PLTG/MG TB.Karimun / Riau 40 Pelelangan
19 PLTG/MG Natuna-2 / Riau 25 Pelelangan
20 PLTMG Tanjung Pinang 2 / Riau 30 Pelelangan
21 PLTMG Dabo Singkep – 1/ Riau 16 Pelelangan
22 PLTMG Bengkalis / Riau 18 Pelelangan
23 PLTMG Selat Panjang-1 / Riau 15 Pelelangan
24 PLTMG Tanjung Batu / Riau 15 Pelelangan
25 PLTG/MG Belitung / Kep.Bangka
Belitung 30 Pelelangan
26 PLTG/MG Natuna-3 / Riau 25 Pelelangan
27 PLTMG Dabo Singkep – 2 / Riau 16 Pelelangan
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
Tabel 17 Proyek Pembangkit Listrik Yang Pengadaannya Sudah Berlangsung - PLN
PROYEK YANG PENGADAANNYA SUDAH BERLANGSUNG (PLN)
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
1 PLTGU Grati Peaker / Jatim 450 Pelelangan
2 PLTG/MG Gorontalo Peaker / Peaker 100 Pelelangan
3 PLTMG Karimunjawa / Jateng 4 Pelelangan
4 PLTGU Lombok Peaker / NTB 150 Pelelangan
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
Tabel 18 Proyek Pembangkit Listrik Yang Akan Menggunakan CNG
PROYEK PEMBANGKIT LISTRIK YANG AKAN MENGGUNAKAN CNG
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
1 PLTGU Muara Karang Peaker /
Jakarta 500 Pelelangan
2 PLTGU Jawa 2
(Tj.Priok) Jawa 2 (Tj.Priok) / Jakarta 800 Pelelangan
3 PLTGU Grati Add on Blok 2 /
Jatim 150 Pelelangan
4 PLTGU Muara Tawar Add On
Unit 2,3,4 / Jawa Barat 650 Pelelangan
5 PLTG/PLTMG Lampung Peaker /
Lampung 200 Pelelangan
6 PLTG/PLTMG Riau Peaker / Riau 200 Pelelangan
7 PLTGU Makassar Peaker / Sulsel 450 Pelelangan
8 PLTGU Sulsel Peaker / Sulsel 450 Pelelangan
PROYEK PEMBANGKIT LISTRIK YANG AKAN MENGGUNAKAN CNG
No Jenis Lokasi Kapasitas (MW) Metode
Pengadaan
9
PLTG/PLTMG
Mobile Powe
Plant Tersebar
Tersebar 1565 Pelelangan
10 PLTMG
Tersebar Tersebar 665 Pelelangan
11 PLTGU/MGU
Tersebar Tersebar 450 Pelelangan
12 PLTG/MG
Tersebar Tersebar 250 Pelelangan
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
Tabel 19 Proyek Pembangkit Listrik Yang Menggunakan CNG
PROYEK PEMBANGKIT LISTRIK YANG MENGGUNAKAN CNG
No. Regional Nama Pembangkit Kapasitas (MW)
1 Jawa PLTGU Peaking Grati 450
2 Jawa
PLTGU Tambak Lorok Blok
3 779
3 Jawa PLTGU Muara Karang 500
4 Jawa PLTGU Muara Tawar 600
5 Jawa PLTMG Gresik 3
6 Sumatra PLTG Duri Peaker 200
7 Riau PLTMG Bintan 6
8 Kalimantan PLTMG Bangkanai Ekspansi 140
9 Kalimantan PLTG Seberang Barito 200
10 Jambi PLTG Tanjung Jabung 100
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
LAMPIRAN C
ANALISA TEKNIS GALANGAN KAPAL PENGANGKUT CNG
CARRIER
Data Perhitungan Kebutuhan Kapal
Tabel 20 Proyek Pembangkit Listrik Yang Menggunakan CNG
No. Regional Nama Pembangkit Kapasitas Pembangkit
1 Jawa PLTGU Peaking Grati 450 MW
2 Jawa PLTGU Tambak Lorok Blok 3 779 MW
3 Jawa PLTGU Muara Karang 500 MW
4 Jawa PLTGU Muara Tawar 600 MW
5 Jawa PLTMG Gresik 3 MW
6 Sumatra PLTG Duri Peaker 200 MW
7 Riau PLTMG Bintan 6 MW
8 Kalimantan PLTMG Bangkanai Ekspansi 140 MW
9 Kalimantan PLTG Seberang Barito 200 MW
10 Jambi PLTG Tanjung Jabung 100 MW
Sumber : RUPTL PLN 2017 – 2026
Tabel 21 Daftar Keterangan Konversi Listrik
Keterangan
1 MW = 0.2 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day)
1 MMSCFD = 18 TPD (Ton per Day)
1 TPD = 52 MMBTU (Million British Thermal Unit)
1 m3 CNG = 7.067 MMBTU (Million British Thermal Unit)
Tabel 22 Perhitungan Konversi Listrik Menjadi Volume Muatan
No Kapasitas (MW) Konversi
1 450 = (450 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
11.921 m3
2 779 = (779 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
20.636 m3
3 500 = (500 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
13.245 m3
4 600 = (600 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
15.894 m3
5 3 = (3 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
79 m3
6 200 = (200 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
5.298 m3
7 6 = (6 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
159 m3
8 140 = (140 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
3.709 m3
9 200 = (200 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
5.298 m3
No Kapasitas (MW) Konversi
10 100 = (100 x 0,2 x 18 x 52) : 7,067
2.649 m3
Total Volume (Q) 78.889
Tabel 23 Total Kebutuhan CNG (Compressed Natural Gas) Carrier
Kapasitas Kapal CNG* 2200 m3
Kapal CNG Yang Dibutuhkan 35,85 Kapal
Total 36 Kapal
* Berdasarkan Kapasitas Kapal CNG “Jayanti Baruna”
Perhitungan Pembobotan
Pembobotan dilakukan untuk menghasilkan pilihan lokasi yang akan menjadi
pertimbangan untuk dibangunnya galangan kapal. Pembobotan dilakukan berdasarkan asumsi
dari literatur pada mata kuliah Bisnis Perkapalan dengan metode pembobotan AHP
(Analytical Hierarchy Process) dengan referensi buku : Operation Research an Introduction
– 8th ed. (2007), Hamdy A. Taha pp.490.
Lokasi Galangan Kapal Pengangkut CNG
(Compressed Natural Gas) Carrier
PemasaranRencana Tata
Ruang
Ketersediaan
Tenaga Kerja
Ketersediaan
Bahan BakuModal
Kecukupan
InfrastrukturKondisi Lahan
Lokasi 1 Desa Rabiyan, kecamatan
Ketapang, Kabupaten Sampang
Lokasi 2 Desa Kemantren, kecamatan
Paciran, Kabupaten Lamongan.
Gambar 36 Bagan Hierarchy Process Galangan Kapal Pengangkut CNG Carrier
Kriteria : 1. Kondisi lahan
2. Ketersediaan tenaga kerja
3. Ketersediaan bahan baku
4. Pemasaran
5. Rencana tata ruang
6. Modal
7. Kecukupan infrastruktur
Kuisioner Pemilihan Lokasi Galangan Kapal
Nama : Muhammad Nur K.
Umur : 56 th a. Laki-laki b. Perempuan
Pendidikan terakhir : a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Diploma / Sarjana
f. Magister / Doktor / Sederajat
Petunjuk pengisian kuisioner
*Lingkari jawaban yang dipilih
*Berilah tanda centang () pada kolom skala kriteria yang menurut Anda memiliki tingkat
prioritas lebih tinggi.
Skala : 1 jika kedua prioritas kriteria sama penting
3 jika salah satu kriteria memiliki prioritas sedikit lebih penting
5 jika salah satu kriteria memiliki prioritas lebih penting
7 jika salah satu kriteria memiliki prioritas sangat lebih penting
9 jika salah satu kriteria memiliki prioritas pasti lebih penting
Tabel 5 Kuisioner Pemilihan Lokasi Galangan Kapal
Kriteria Skala
Kriteria 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Kondisi Lahan Tenaga Kerja
Kondisi Lahan Bahan Baku
Kondisi Lahan Pemasaran
Kondisi Lahan Tata Ruang
Kondisi Lahan Modal
Kondisi Lahan Infrastruktur
Tenaga Kerja Bahan Baku
Tenaga Kerja Pemasaran
Tenaga Kerja Tata Ruang
Tenaga Kerja Modal
Tenaga Kerja Infrastruktur
Bahan Baku Pemasaran
Bahan Baku Tata Ruang
Bahan Baku Modal
Bahan Baku Infrastruktur
Pemasaran Tata Ruang
Pemasaran Modal
Pemasaran Infrastruktur
Tata Ruang Modal
Tata Ruang Infrastruktur
Modal Infrastruktur
Tabel 6 Skala Penilaian Pairwise Comparasion
Skala Penilaian Tingkat Kepentingan Keterangan
1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang
sama
3 Sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat
memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Lebih penting
Satu elemen sangat disukai dan secara
praktis dominasinya sangat nyata,
dibandingkan dengan elemen lainnya
7 Sangat penting
Satu elemen terbukti sangat disukai dan
secara praktis dominasinya sangat nyata,
dibandingkan dengan elemen lainnya
9 Mutlak lebih penting
Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai
dibandingkan dengan pasangannya, pada
keyakinan tertinggi
2, 4, 6, 8, 1/3 , ¼,
½ Nilai tengah
Diberikan bila terdapat keraguan
penilaian di antara dua tingkat
kepentingan yang berdekatan
Tabel 7 Perhitungan Pairwise Comparision
Kriteria Kondisi
Lahan
Tenaga
Kerja
Bahan
Baku Pemasaran
Tata
Ruang Modal Infrastruktur
Kondisi
Lahan 1,00 3,00 3,00 2,00 5,00 0,50 0,25
Tenaga Kerja 0,33 1,00 0,33 0,50 2,00 0,33 0,50
Bahan Baku 0,33 3,00 1,00 0,50 3,00 0,50 0,50
Pemasaran 0,50 2,00 2,00 1,00 4,00 0,50 0,33
Tata Ruang 0,20 0,50 0,33 0,25 1,00 0,25 0,20
Modal 2,00 3,00 2,00 2,00 4,00 1,00 2,00
Infrastruktur 4,00 2,00 2,00 3,00 5,00 0,50 1,00
Jumlah 8,37 14,50 10,67 9,25 24,00 3,58 4,78
Tabel 8 Perhitungan Normalisasi Pairwise Comparasion
Kriteria Kondisi
Lahan
Tenaga
Kerja
Bahan
Baku Pemasaran
Tata
Ruang Modal Infrastruktur
Kondisi
Lahan 0,12 0,21 0,28 0,22 0,21 0,14 0,05
Tenaga Kerja 0,04 0,07 0,03 0,05 0,08 0,09 0,10
Bahan Baku 0,04 0,21 0,09 0,05 0,13 0,14 0,10
Pemasaran 0,06 0,14 0,19 0,11 0,17 0,14 0,07
Tata Ruang 0,02 0,03 0,03 0,03 0,04 0,07 0,04
Modal 0,24 0,21 0,19 0,22 0,17 0,28 0,42
Infrastruktur 0,48 0,14 0,19 0,32 0,21 0,14 0,21
Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 9 Perhitungan Bobot
Kriteria Jumlah
Normalisasi
Priority Vector
[1] Hasil Kali [2] [2]/[1]
Kondisi Lahan 1,22 0,175 1,33 7,60
Tenaga Kerja 0,47 0,068 0,50 7,42
Bahan Baku 0,76 0,109 0,79 7,26
Pemasaran 0,87 0,124 0,92 7,43
Tata Ruang 0,27 0,039 0,28 7,37
Modal 1,71 0,245 1,90 7,76
Infrastruktur 1,68 0,241 1,98 8,23
Jumlah 7,00 1,00
Dimana :
lambda = Nilai rata-rata dari hasil kali / priority vector
CI = Consistency Index
RI = Random Consistency
CR = Consistency Ratio ; CR ≤ 0,1 inkonsisten diterima
n = jumlah kriteria
CI = λ − n
n − 1
RI =
1,98(n − 2)
n
Lambda = 7,58
CI = 0,0970
CR = 0,0686
Tabel 10 Skor Pembobotan Galangan
Pertimbangan Bobot Sub Pertimbangan Bobot
Kondisi Lahan 0,175 Kemampuan lahan 0,087
Penggunaan lahan 0,087
Ketersediaan Tenaga Kerja 0,068 Ketersediaan tenaga kerja 0,068
Ketersediaan Bahan Baku 0,109
Kuantitas bahan baku 0,036
Kontinuitas bahan baku 0,036
Jarak bahan baku 0,036
Pemasaran 0,124 Adanya galangan dan pesaing 0,124
Rencana Tata Ruang 0,039 Rencana tata ruang terkait 0,039
Modal 0,245 Harga tanah per m 0,245
Kecukupan Infrastruktur 0,241
Kecukupan listrik dan telepon 0,080
Kecukupan air 0,080
Kecukupan jaringan jalan 0,080
Total 1 Total 1
Tabel 11 Penilaian Lokasi Galangan
Pertimbangan Bobot Sub
Pertimbangan Bobot
Skor
Lokasi 1
Skor
Lokasi 2
Penilaian
Lokasi 1
Penilaian
Lokasi 2
Kondisi Lahan 0,175
Kemampuan
Lahan 0,087 3 3 0.043 0.043
Penggunaan
Lahan 0,087 1 2 0.029 0.058
Ketersediaan
Tenaga Kerja 0,068
Ketersediaan
Tenaga Kerja 0,068 2 3 0.026 0.040
Ketersediaan
Bahan Baku 0,109
Kuantitas
Bahan Baku 0,036 1 2 0.012 0.024
Kontinuitas
Bahan Baku 0,036 1 2 0.012 0.024
CR = CI
RI
Pertimbangan Bobot Sub
Pertimbangan Bobot
Skor
Lokasi 1
Skor
Lokasi 2
Penilaian
Lokasi 1
Penilaian
Lokasi 2
Jarak Bahan
Baku 0,036 1 2 0.012 0.024
Pemasaran 0,124
Adanya
Galangan
Pesaing
0,124 3 2 0.074 0.049
Rencana Tata
Ruang 0,039
Rencana Tata
Ruang
Terkait
0,039 1 3 0.009 0.029
Modal 0,245 Harga
Tanah/m2 0,245 3 3 0.122 0.122
Kecukupan
Struktur 0,241
Kecukupan
Listrik dan
Telpon
0,080 1 3 0.020 0.060
Kecukupan
Air 0,080 1 3 0.020 0.060
Kecukupan
Jaringan Jalan 0,080 3 3 0.040 0.040
Total 1 Total 1 21 31 0.419 0.573
Perencanaan Kapal CNG Carrier
Tabel 12 Ukuran Utama Kapal
Dimensi Ukuran
Loa 110 m
Lpp 105,8 m
B 16 m
H 12,75 m
T 5 m
Vs 10,2 Knot
Tabel 13 Input Data Ukuran Utama Kapal
Input Data Ukuran Utama
Lo = 105,800 m Lo/Bo = 6,6125
Ho = 12,75 m Bo/To = 3,2
Bo = 16 m To/Ho = 0,39216
To = 5 m Vs = 10,2 kn = 5,2469 m/s
Fn = 0,1629
ρ = 1,025
Tabel 14 Perhitungan Froude Number
Froude Number
Fno =
g = 9,81 m/s2
= 5,24688/(9,81.105,8) ^ 0,5
= 0,162863511
Tabel 15 Perhitungan Ratio Ukuran Utama Kapal
Perhitungan Ratio Ukuran Utama Kapal
Lo/Bo = 118.645/16.7 = 6,6125 → 3.5 < L/B < 10
Bo/To = 16.7/7.09 = 3,2 → 1.8 < B/T < 5
Lo/To = 118.645/7.09 = 21,16 → 10 < L/T < 30
Tabel 16 Perhitungan Block Coeffisien Kapal
Block Coeffisien (Watson & Gilfillan)
Cb – 4.22 + 27.8 √Fn – 39.1 Fn +
46.6 Fn3
→ 0,15 ≤ Fn ≤ 0,3
Cb – 4.22 + 27.8 *√0.2035 – 39.1 *0.2035 + 46.6 *0,216^3
Cb 0,832408716
g.L
Vs
Tabel 17 Perhitungan Midship Section Coeffisien
Midship Section Coeffisien (Series 60')
Cm = 0.977 +0.085(Cb-0.6)
Cm = 0.977 +0.085(0,832-0.6)
Cm = 0,996754741
Tabel 18 Perhitungan Waterplan Coeffisien
Waterplan Coeffisien
Cwp = 0.180+0.860 Cp
Cwp = 0.180+0.860 *0,835
Cwp = 0,898202248
Tabel 19 Perhitungan Longitudinal Center of Bouyancy
Longitudinal Center of Bouyancy (LCB)
LCB = 8.80-38.9 Fn
LCB = 8.80-38.9*0,162
LCB = 55,50755675 LCB dari Ap
Tabel 20 Perhitungan Prismatic Coeffisien dan Lwl
Prismatic Coeffisien Lwl
Cp = Cb/Cm Lwl = 0.4 Lpp
Cp = 0.756/0.990 Lwl = 0.4*118.645
Cp = 0,835118893 Lwl = 110,032 m
Tabel 21 Perhitungan Volume dan Displacement
Volume dan Displacement
(m3) Δ (ton)
L*B*T*CB Δ = L*B*T*CB*ɤ
121.53*19.2*8.16*0.7242 Δ = 121.53*19.2*8.16*0.7242*1.025
7045,507373 m3 Δ = 7221,65 ton
Perhitungan Berat Baja Kapal
Tabel 22 Koefisien CSO Kapal
No Type kapal CSO
1 Bulk carriers 0,07
2 Cargo ship (1 deck) 0,07
3 Cargo ship (2 decks) 0,076
4 Cargo ship (3 decks) 0,082
5 Passenger ship 0,058
6 Product carriers 0,0664
7 Reefers 0,0609
8 Rescue vessel 0,0232
9 Support vessels 0,0974
10 Tanker 0,0752
11 Train ferries 0,65
12 Tugs 0,0892
13 VLCC 0,0645
Tabel 23 Koefisien Titik Berat
Koefisien titik berat
Type kapal CKG
Passanger ship 0.67 – 0.72
Large cargo ship 0.58 – 0.64
Small cargo ship 0.60 – 0.80
Bulk carrier 0.55 – 0.58
Tankers 0.52 – 0.54
Tabel 24 Data Input Kapal
Input Data
Lo = 105,800 m
Ho = 12,750 m
Bo = 16,000 m
To = 5,000 m
Fn = 0,163
Tabel 25 Perhitungan Volume Superstructure - Forecastle Deck
Volume Forecastle Deck
panjang (Lf) = 14,812% x L
15,671 m
lebar (Bf) = asumsi 16 m
tinggi (hf) = asumsi 2,4 m
VForecastle = 0,5.Lf x Bf x hf
300,885 m3
Tabel 26 Perhitungan Volume Superstructure – Poop Deck
Volume Poop Deck
panjang (Lp) = 23,82%.L
= 25,202
lebar (Bp) = selebar kapal
= 16,000
tinggi (hp) = asumsi 2,4 m
VPoop = Lp.Bp.hp
= 967,74 m3
Tabel 27 Total Volume Superstructure
Volume Total Forecastle Deck & Poop Deck
VA = VForecastle + VPoop
= 1268,62 m3
Tabel 28 Perhitungan Volume Deckhouse – Layer II
Volume Layer II
panjang (LD2) = 13,989%.L
= 14,800 m
lebar (BD2) = selebar kapal
= 16,000 m
tinggi (hD2) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.layer II = LD2.BD2.hD2
= 568,33 m3
Tabel 29 Perhitungan Volume Deckhouse – Layer III
Volume Layer III
panjang (LD3) = 9,875%.L
= 10,448 m
lebar (BD3) = Asumsi 12 m
= 12,000 m
tinggi (hD3) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.layer III = LD3.BD3.hD3
= 300,895 m3
Tabel 30 Perhitungan Volume Deckhouse – Layer IV
Volume Layer IV
panjang (LD4) = 9,875% x L
= 10,448 m
lebar (BD4) = Asumsi 12 m
= 12,000 m
tinggi (hD4) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.layer IV = LD4.BD4.hD4
= 300,895 m3
Tabel 31 Perhitungan Volume Wheel House
Volume Wheel House
panjang (LWH) = 4,94 % x L
= 5,227 m
lebar (BWH) = Asumsi 9 m
= 9,000 m
tinggi (hWH) = asumsi 2,4 m
= 2,4 m
VDH.Wheel House = LwH.BWH.hWH
= 300,895 m3
Tabel 32 Total Volume Deck House + Wheel House
Volume Total Deck House + Wheel House
VDH = VDH.layer II + VDH.layer III + VDH.layer IV + VDH.Wheel House
= 1283,02 m3
Tabel 33 Total Berat Baja Hull Kapal
Total Weight Steel
DA = tinggi kapal setelah dikoreksi dengan superstructure & deckhouse
= H + (VA+VDH) / (L*B)
= 12,75 m
CSO = Bulk Carrier
= 0,07 t/m3
Δkapal = 7221,6 Ton
U= Log (△/100)
= 1,859
Cs = Cso + 0,06 x e –(0,05u + 0,1 u ^2,45)
= 0,107
Wst = L.B.DA.CS
= 3129,29 Ton
Perhitungan Berat Tabung CNG
Tabel 34 Ukuran Tabung CNG
Keterangan Ukuran Satuan
Panjang 11.580 mm
Diameter 559 mm
Tebal 17,4 mm
Tekanan 250 bar
Kapasitas CNG 700 m3
Berat 2.973 kg
Tabel 35 Jumlah dan Berat Tabung CNG
Total Muatan/Kapasitas Tabung
907,35
≈ 908 Tabung
Berat Total Tabung
= Jumlah Tabung x Berat Tabung
= 908 x 2973
2.699.484 Kg
2.699 Ton
Tabel 36 Berat Baja Kapal CNG Carrier
No Bagian Berat Baja (Ton)
1 Hull 3129,289
2 Tabung 2699
Perhitungan Penjadwalan Pembangunan Kapal
Tabel 37 Penentuan Beban Kerja Bengkel
Bengkel Durasi
Pengerjaan
Kapasitas
Produksi
Ton/hari
Beban
Kerja
Pelat
Beban
Kerja
Profil
Beban
Kerja
Pipa
Beban
Kerja
Tabung
CNG
Preparation 18 Bulan 16,189 5,215 2,173 1,303 7,497
Fabrication 20 Bulan 14,570 4,693 1,955 1,173 6,747
Sub-assembly 20 Bulan 14,570 4,693 1,955 1,173 6,747
Assembly 20 Bulan 14,570 4,693 1,955 1,173 6,747
Erection 18 Bulan 16,189 5,215 2,173 1,303 7,497
Tabel 38 Shipbuilding Chart
Tahap/Bulan
Minggu1
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
41
23
4
Preparation
Total
Fabrikasi
Total
Sub Assembly
Total
Assembly
Total
Erection
Total5.828,29 Ton
16,189 Ton/Hari
JanFeb
Mar
5.828,29 Ton
14,570 Ton/Hari
14,570 Ton/Hari
AugSep
OktNov
DecJul
16,189 Ton/Hari
AugSep
AprMay
WAKTU PEMBANGUNAN 2 TAHUN
AprMay
DecNov
Jun
5.828,29 Ton5.828,29 Ton
14,570 Ton/Hari
OktJan
FebMar
5.828,29 Ton
JunJul
Tabel 39 Fasilitas Bengkel dan Kebutuhan Operator
Lokasi Fasilitas Jumlah
Mesin
Jumlah
Operator/Mesin
Jumlah
Orang
Gudang
Material Forklift 5 ton 2 unit 1 operator 2 orang
Bengkel
Preparation
Straightening Plate
Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Shot Blasting & Primering 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 12
m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Fabrikasi
CNC Plasma Cutting
Machine for Plate 1 unit 1 operator 1 orang
Plate Bending Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Frame Bending Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 12
m 1 unit 1 operator 1 orang
Sub-Assembly
Area
Welding Machine SAW 1 unit
1 welder
3 orang 1 fitter
1 helper
Welding Machine FCAW 6 unit
6 welder 18
orang 6 fitter
6 helper
Overhead Crane 10 ton, 15
m 1 unit 1 operator 1 orang
Assembly Area
Welding Machine SAW 1 unit
1 welder
3 orang 1 fitter
1 helper
Welding Machine FCAW 6 unit
6 welder 18
orang 6 fitter
6 helper
Overhead Crane 20 ton, 15
m 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Tangki CNG
Billet Heating Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Billet Rotary Sheer Cutter
Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Horizontal Broaching
Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Flow Forming Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Heavy Duty Steel Neck
Forming Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Steel Annealing Heat
Treatment Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 15
m 1 unit 1 operator 1 orang
Lokasi Fasilitas Jumlah
Mesin
Jumlah
Operator/Mesin
Jumlah
Orang
Bengkel
Inspeksi
Tangki CNG
Steel Gas Cylinder Internal
Shot Blasting Cleaning
Machine
2 unit 1 operator 2 orang
Hydraulic and UT Test 2 unit 1 operator 2 orang
Volume Measurement
Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Coating & Drying for
Cylinder 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 15
m 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel Pipa
Pipe Cutting Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Pipe End Bevelling
Machine 1 unit 1 operator 1 orang
Pipe Fitting Up 1 unit 1 operator 1 orang
Pipe Welding 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Machinary
Shop
Cutting Wheel Machine 4 unit 1 operator 4 orang
Pneumatic Drill 3 unit 1 operator 3 orang
Portable Welding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Drilling Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Grinding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Interior
Stud Welding 2 unit 1 operator 2 orang
Griding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Portable Welding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Screw Driver Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Jigsaw Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Router Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Bengkel
Elektrikal
Jigsaw 2 unit 1 operator 2 orang
Cutting Wheel Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Portable Welding Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Screw Driver Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Grinding machine 2 unit 1 operator 2 orang
Electrical Equipment Set 1 unit 1 operator 1 orang
Overhead Crane 5 ton, 8 m 1 unit 1 operator 1 orang
Forklift 5 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Building
Berth
Welding Machine SAW 1 unit
1 welder
3 orang 1 fitter
1 helper
Welding Machine FCAW 8 unit 8 welder
Lokasi Fasilitas Jumlah
Mesin
Jumlah
Operator/Mesin
Jumlah
Orang
8 fitter 24
orang 8 helper
Mobile Crane 50 ton 2 unit 1 operator 2 orang
Transporter 1 unit 1 operator 1 Orang
Gantry Crane 500 ton 1 unit 1 operator 1 orang
Compressor 1 unit 1 operator 1 orang
Brush Grinding 1 unit 1 operator 1 orang
Blast Machine 2 unit 1 operator 2 orang
Paint Mixer 1 unit 1 operator 1 orang
Rotary Grinding 1 unit 1 operator 1 orang
Finisher Sender 2 unit 1 operator 2 orang
Total 154 orang
Gambar 37 Layout Galangan Kapal Pengangkut CNG
Gambar 38 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal Pengangkut CNG – Tampak Samping
Belakang
Gambar 39 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal Pengangkut CNG – Tampak Atas
Gambar 40 Layout 3 Dimensi Galangan Kapal Pengangkut CNG – Tampak Samping
Depan
LAMPIRAN D
ANALISA EKONOMIS GALANGAN KAPAL PENGANGKUT
CNG CARRIER
Tabel 1 Nilai Estimasi Tanah dan Bangunan
No Uraian Unit Ukuran
Unit Luas Unit Price Total Price
Panjang Lebar Rp/Unit Rp
1 Area Shipyard m2 255,6 95 m2 24.282,00
900.000
21.853.800.000
2 Warehouse m2 36 63 m2 2.268,00
3.000.000
6.804.000.000
3 Bengkel Preparation m2 24 16,5 m2 396,00
3.000.000
1.188.000.000
4 Bengkel Fabrikasi m2 24 16,5 m2 396,00
3.000.000
1.188.000.000
5 Bengkel Sub Assembly m2 24 18,25 m2 438,00
3.000.000
1.314.000.000
6 Bengkel Assembly m2 24 18,25 m2 438,00
3.000.000
1.314.000.000
7 Slipway m2 284 25 m2 7.100,00
10.000.000
71.000.000.000
8 Bengkel Tabung m2 20,4 40,8 m2 832,32
3.000.000
2.496.960.000
9 Bengkel Inspeksi Tabung m2 20,4 16 m2 326,40
3.000.000
979.200.000
10 Building Berth m2 110 25 m2 2.750,00
3.000.000
8.250.000.000
11 Bengkel Pipa m2 12 9,5 m2 114,00
3.000.000
342.000.000
12 Bengkel Machinary m2 12 9,5 m2 114,00
3.000.000
342.000.000
13 Bengkel Interior m2 12 9,5 m2 114,00
3.000.000
342.000.000
14 Bengkel Elektrik m2 12 9,5 m2 114,00
3.000.000
342.000.000
15 Masjid m2 9,2 10 m2 92,00
3.000.000
276.000.000
16 Kantin m2 9,2 10 m2 92,00
3.000.000
276.000.000
17 Parkiran Motor m2 16,2 18,6 m2 301,32
3.000.000
903.960.000
18 Parkiran mobil m2 14,6 16,2 m2 236,52
3.000.000
709.560.000
19 Power Generator Room m2 8 10 m2 80,00
3.000.000
240.000.000
20 Pos Security m3 7,7 5,3 m2 40,81
1.000.000
40.810.000
21 Biaya Instalasi Listrik,
Air, Telpon m4 194 95 m2 18.430,00
100.000
1.843.000.000
22 Office m5 24 12 m2 288,00
2.000.000
576.000.000
TOTAL
122.621.290.000
Tabel 2 Estimasi Pengerjaan Lahan
No Uraian
Ukuran Unit Price Total Price
Panjan
g (m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Volume
(m3) Rp/Unit Rp
1 Area Shipyard
(Pengurugan) 255,6 95 1 24282
120.000
2.913.840.000
2 Area Shipyard
(Pemadatan) 255,6 95 1 24282
80.000
1.942.560.000
3 Pengerukan
Lahan 20 25 5 2500
200.000
500.000.000
Total
5.356.400.000
Tabel 3 Estimasi Nilai Investasi untuk Fasilitas Penunjang
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
Gudang Penyimpanan Material
1 Rak 43 Unit 200 2.667.200 114.689.600
2 Forklift 5 ton 2 Unit 15000 200.040.000 400.080.000
Bengkel Persiapan
1 Plate Straightening
Machine 1 Unit 100000 1.333.600.000 1.333.600.000
2 Shot Blasting &
Primering Machine 1 Unit 120000 1.600.320.000 1.600.320.000
3 Overhead Crane 5
Ton, 12 m 1 Unit 30000 400.080.000 400.080.000
4 Fork Lift 5 Ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
5 Conveyor 3 Set 3 Unit 20000 266.720.000 800.160.000
Bengkel Fabrikasi
1 CNC Plasma Cutting
Machine for Plate 1 Unit 120000 1.600.320.000 1.600.320.000
2 Plate Bending
Machine 1 Unit 60000 800.160.000 800.160.000
3 Frame Bending
Machine 1 Unit 50000 666.800.000 666.800.000
4 CNC Plasma Cutting
Machine for Pipe 1 Unit 50000 666.800.000 666.800.000
5 Overhead crane 5
ton, 12 m 1 Unit 30000 400.080.000 400.080.000
Sub-Assembly Area
1 Jig 1 Unit 7000 93.352.000 93.352.000
2 Welding Machine
SAW 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
3 Welding Machine
FCAW 6 Unit 2000 26.672.000 160.032.000
4 Overhead Crane 10
ton 15 meter 1 Unit 45000 600.120.000 600.120.000
Assembly Area
1 Jig 1 Unit 7000 93.352.000 93.352.000
2 Welding Machine
SAW 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
3 Welding Machine
FCAW 6 Unit 2000 26.672.000 160.032.000
4 Overhead Crane 20
ton, 15 meter 1 Unit 55000 733.480.000 733.480.000
Bengkel Tangki CNG
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
1 Billet Heating
Machine 1 Unit 70000 933.520.000 933.520.000
2 Billet Rotary Sheer
Cutter Machine 2 Unit 85000 1.133.560.000 2.267.120.000
3 Horizontal
Broaching Machine 2 Unit 100000 1.333.600.000 2.667.200.000
4 Flow Forming
Machine 2 Unit 120000 1.600.320.000 3.200.640.000
5
Neck Forming
Heavy Duty Steel
Machine
2 Unit 120000 1.600.320.000 3.200.640.000
6 Steel Annealing Heat
Treatment Machine 2 Unit 50000 666.800.000 1.333.600.000
7 Overhead Crane 5
ton, 15 m 1 Unit 35000 466.760.000 466.760.000
Bengkel Inspeksi Tangki CNG
1
Steel Gas Cylinder
Internal Shot
Blasting Cleaning
Machine
2 Unit 25000 333.400.000 666.800.000
2 Hydraulic & UT test
Machine 2 Unit 20000
266.720.000 533.440.000
3
Volume
Measurement
Machine
2 Unit 20000
266.720.000 533.440.000
4 Coating & Drying
Machine 2 Unit 30000
400.080.000 800.160.000
5 Overhead Crane 5
ton, 15 m 1 Unit 35000 466.760.000 466.760.000
Machinary Shop
1 Cutting Wheel
Machine 4 Unit 3500 46.676.000 186.704.000
2 Pneumatic Drill 3 Unit 3000 40.008.000 120.024.000
3 Portable Welding
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
4 Drilling Machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
5 Grinding Machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
6 overhead crane 5
ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
7 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Electrical Workshop
1 Jig Saw Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
2 Cutting Wheel
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
3 Portable Welding
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
4 Screw Driver
Machine 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
5 Grinding machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
6 Electrical Equipment
Set 2 Unit 7000 93.352.000 186.704.000
7 overhead crane 5
ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
8 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Interior Shop
1 Stud Welding 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
2 Grinding Machine 2 Unit 1500 20.004.000 40.008.000
3 Portable Welding
Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
4 Screw Driver
Machine 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
5 Jig Saw Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
6 Router Machine 2 Unit 1000 13.336.000 26.672.000
7 overhead crane 5
ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
8 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Pipe Shop
1 Pipe Fitting 1 Unit 4000 53.344.000 53.344.000
2 Pipe Welding 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
3 Pipe end Beveling 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
4 Pipe Cutting 1 Unit 20000 266.720.000 266.720.000
5 unit overhead crane
5 ton, 8 m 1 Unit 28000 373.408.000 373.408.000
6 forklift 5 ton 1 Unit 15000 200.040.000 200.040.000
Building Berth
1 Jig 2 Unit 7000 93.352.000 186.704.000
2 Welding Machine
SAW 1 Unit 5000 66.680.000 66.680.000
3 Welding Machine
FCAW 8 Unit 2000 26.672.000 213.376.000
4 Compressor 1 Unit 2000 26.672.000 26.672.000
5 Brush Grinder 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
6 Blast Machine 1 Unit 10000 133.360.000 133.360.000
7 Paint mixer 1 Unit 20000 266.720.000 266.720.000
8 Rotary Grinding 1 Unit 1000 13.336.000 13.336.000
No Uraian Alat Unit
Unit/
Price Price/Unit Total Price
USD Rp RP
Pengadaan Peralatan
9 Finisher Sender 2 Unit 500 6.668.000 13.336.000
10 Gantry crane 500
ton 1 Unit 500000 6.668.000.000 6.668.000.000
11 mobile crane 50 ton 2 Unit 300000 4.000.800.000 8.001.600.000
12 block transporter
250 ton 1 Unit 200000 2.667.200.000 2.667.200.000
TOTAL 49.937.985.600
Tabel 4 Nilai Life Time Investasi
Life
Time Deskripsi investasi
Tahun
2018 2019 2020 2021 2022 2023
0 1 2 3 4 5
10 Slipway
71.000.000.000
12.715.018.645
12.715.018.645
12.715.018.645
12.715.018.645
12.715.018.645
10 Building Berth
8.250.000.000
1.477.449.350
1.477.449.350
1.477.449.350
1.477.449.350
1.477.449.350
20 Warehouse
6.804.000.000
1.091.067.488
1.091.067.488
1.091.067.488
1.091.067.488
1.091.067.488
20 Bengkel Preparation
1.188.000.000
190.503.847
190.503.847
190.503.847
190.503.847
190.503.847
20 Bengkel Fabrikasi
1.188.000.000
190.503.847
190.503.847
190.503.847
190.503.847
190.503.847
20 Bengkel Sub
Assembly
1.314.000.000
210.708.801
210.708.801
210.708.801
210.708.801
210.708.801
20 Bengkel Assembly
1.314.000.000
210.708.801
210.708.801
210.708.801
210.708.801
210.708.801
20 Bengkel Tabung
2.496.960.000
400.404.449
400.404.449
400.404.449
400.404.449
400.404.449
20 Bengkel Inspeksi
Tabung
979.200.000
157.021.353
157.021.353
157.021.353
157.021.353
157.021.353
20 Bengkel Pipa
342.000.000
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
20 Bengkel Machinary
342.000.000
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
20 Bengkel Interior
342.000.000
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
20 Bengkel Elektrik
342.000.000
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
54.842.017
20 Masjid
276.000.000
44.258.470
44.258.470
44.258.470
44.258.470
44.258.470
20 Kantin
276.000.000
44.258.470
44.258.470
44.258.470
44.258.470
44.258.470
20 Parkiran Motor
903.960.000
144.956.109
144.956.109
144.956.109
144.956.109
144.956.109
20 Parkiran mobil
709.560.000
113.782.752
113.782.752
113.782.752
113.782.752
113.782.752
20 Pos Security
40.810.000
6.544.160
6.544.160
6.544.160
6.544.160
6.544.160
20 Office
576.000.000
92.365.502
92.365.502
92.365.502
92.365.502
92.365.502
20 Power Generator
Room
240.000.000
38.485.626
38.485.626
38.485.626
38.485.626
38.485.626
10 Peralatan Produksi
49.937.985.600
8.943.132.648
8.943.132.648
8.943.132.648
8.943.132.648
8.943.132.648
Total 148.862.475.600 17.096.227.694 17.096.227.694 17.096.227.694 17.096.227.694 17.096.227.694
Tahun
2024 2025 2026 2027 2028
6 7 8 9 10
12.715.018.645 12.715.018.645 12.715.018.645 12.715.018.645 12.715.018.645
1.477.449.350 1.477.449.350 1.477.449.350 1.477.449.350 1.477.449.350
1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488
190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847
190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847
210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801
210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801
400.404.449 400.404.449 400.404.449 400.404.449 400.404.449
157.021.353 157.021.353 157.021.353 157.021.353 157.021.353
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470
44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470
144.956.109 144.956.109 144.956.109 144.956.109 144.956.109
113.782.752 113.782.752 113.782.752 113.782.752 113.782.752
6.544.160 6.544.160 6.544.160 6.544.160 6.544.160
92.365.502 92.365.502 92.365.502 92.365.502 92.365.502
38.485.626 38.485.626 38.485.626 38.485.626 38.485.626
8.943.132.648 8.943.132.648 8.943.132.648 8.943.132.648 8.943.132.648
17.096.227.694 17.096.227.694 17.096.227.694 17.096.227.694 17.096.227.694
Tahun
2029 2030 2031 2032 2033
11 12 13 14 15
11.385.330.926 11.385.330.926 11.385.330.926 11.385.330.926 11.385.330.926
1.322.943.382 1.322.943.382 1.322.943.382 1.322.943.382 1.322.943.382
1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488
190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847
190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847
210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801
210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801
400.404.449 400.404.449 400.404.449 400.404.449 400.404.449
157.021.353 157.021.353 157.021.353 157.021.353 157.021.353
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470
44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470
144.956.109 144.956.109 144.956.109 144.956.109 144.956.109
113.782.752 113.782.752 113.782.752 113.782.752 113.782.752
6.544.160 6.544.160 6.544.160 6.544.160 6.544.160
92.365.502 92.365.502 92.365.502 92.365.502 92.365.502
38.485.626 38.485.626 38.485.626 38.485.626 38.485.626
8.007.894.251 8.007.894.251 8.007.894.251 8.007.894.251 8.007.894.251
15.612.034.008 15.612.034.008 15.612.034.008 15.612.034.008 15.612.034.008
Tahun
2034 2035 2036 2037 2038
16 17 18 19 20
11.385.330.926 11.385.330.926 11.385.330.926 11.385.330.926 11.385.330.926
1.322.943.382 1.322.943.382 1.322.943.382 1.322.943.382 1.322.943.382
1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488 1.091.067.488
190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847
190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847 190.503.847
210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801
210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801 210.708.801
400.404.449 400.404.449 400.404.449 400.404.449 400.404.449
157.021.353 157.021.353 157.021.353 157.021.353 157.021.353
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017 54.842.017
44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470
44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470 44.258.470
144.956.109 144.956.109 144.956.109 144.956.109 144.956.109
113.782.752 113.782.752 113.782.752 113.782.752 113.782.752
6.544.160 6.544.160 6.544.160 6.544.160 6.544.160
92.365.502 92.365.502 92.365.502 92.365.502 92.365.502
38.485.626 38.485.626 38.485.626 38.485.626 38.485.626
8.007.894.251 8.007.894.251 8.007.894.251 8.007.894.251 8.007.894.251
15.612.034.008 15.612.034.008 15.612.034.008 15.612.034.008 15.612.034.008
Tabel 5 Biaya Tenaga Kerja Galangan
No Deskripsi Unit Gaji Kenaikan
Gaji
Gaji Pekerja (dalam Juta Rupiah)
0 1 2 3 4 5
Tenaga Kerja Tidak Langsung
1 Direktur Utama 1 30,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
2 Direktur Desain dan Teknologi 1 20,0 10% 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0
3 Direktur Administrasi dan Keuangan 1 20,0 10% 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0
6 Direktur SDM 1 20,0 10% 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0
7 Direktur Produksi 1 20,0 10% 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0
8 Direktur Perencanaan dan
Pengembangan Usaha 1 20,0 10% 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0 260,0
9 Staff Divisi Desain Kapal CNG 6 8,0 10% 624,0 624,0 624,0 624,0 624,0 624,0
11 Staff Divisi Riset dan Teknologi 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
12 Staff Divisi Akuntasi 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
13 Staff Divisi Pembendaharaan 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
14 Staff Divisi K3 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
5 Staff Divisi Pengelolaan SDM 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
16 Staff Divisi Training Center 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
17 Staff Divisi Konstruksi Hull 6 8,0 10% 624,0 624,0 624,0 624,0 624,0 624,0
18 Staff Divisi Konstruksi Tabung 6 8,0 10% 624,0 624,0 624,0 624,0 624,0 624,0
19 Staff Divisi Outfitting & Machinary 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
20 Staff Divisi Piping 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
22 Staff Divisi Pengadaan & Pemesanan 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
23 Staff Divisi Pemasaran 5 6,0 10% 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0 390,0
Tenaga Kerja Langsung
1 Engineer 10 8,0 10% 1.040,0 1040,0 1040,0 1040,0 1040,0 1040,0
2 Superintendent 7 6,0 10% 546,0 546,0 546,0 546,0 546,0 546,0
3 QA/QC 10 8,0 10% 1.040,0 1040,0 1040,0 1040,0 1040,0 1040,0
4 Foreman 14 5,0 10% 910,0 910,0 910,0 910,0 910,0 910,0
5 Welder 20 4,0 10% 1.040,0 1040,0 1040,0 1040,0 1040,0 1040,0
6 Fitter 20 3,0 10% 780,0 780,0 780,0 780,0 780,0 780,0
7 Crane Operator 11 3,0 10% 429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 429,0
8 Helper 1 3,0 10% 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0
9 Machine Operator 99 3,0 10% 3.861,0 3861,0 3861,0 3861,0 3861,0 3861,0
Total 266 Rp 511,00 17147,0 17147,0 17147,0 17147,0 17147,0 17147,0
Tenaga Kerja Tidak Langsung
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
286,0 286,0 286,0 286,0 286,0 314,6 314,6 314,6 314,6 314,6 346,1 346,1 346,1 346,1 380,7
286,0 286,0 286,0 286,0 286,0 314,6 314,6 314,6 314,6 314,6 346,1 346,1 346,1 346,1 380,7
286,0 286,0 286,0 286,0 286,0 314,6 314,6 314,6 314,6 314,6 346,1 346,1 346,1 346,1 380,7
286,0 286,0 286,0 286,0 286,0 314,6 314,6 314,6 314,6 314,6 346,1 346,1 346,1 346,1 380,7
286,0 286,0 286,0 286,0 286,0 314,6 314,6 314,6 314,6 314,6 346,1 346,1 346,1 346,1 380,7
686,4 686,4 686,4 686,4 686,4 755,0 755,0 755,0 755,0 755,0 830,5 830,5 830,5 830,5 913,6
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
686,4 686,4 686,4 686,4 686,4 755,0 755,0 755,0 755,0 755,0 830,5 830,5 830,5 830,5 913,6
686,4 686,4 686,4 686,4 686,4 755,0 755,0 755,0 755,0 755,0 830,5 830,5 830,5 830,5 913,6
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
429,0 429,0 429,0 429,0 429,0 471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0
Tenaga Kerja Langsung
1144,0 1144,0 1144,0 1144,0 1144,0 1258,4 1258,4 1258,4 1258,4 1258,4 1384,2 1384,2 1384,2 1384,2 1522,7
600,6 600,6 600,6 600,6 600,6 660,7 660,7 660,7 660,7 660,7 726,7 726,7 726,7 726,7 799,4
1144,0 1144,0 1144,0 1144,0 1144,0 1258,4 1258,4 1258,4 1258,4 1258,4 1384,2 1384,2 1384,2 1384,2 1522,7
1001,0 1001,0 1001,0 1001,0 1001,0 1101,1 1101,1 1101,1 1101,1 1101,1 1211,2 1211,2 1211,2 1211,2 1332,3
1144,0 1144,0 1144,0 1144,0 1144,0 1258,4 1258,4 1258,4 1258,4 1258,4 1384,2 1384,2 1384,2 1384,2 1522,7
858,0 858,0 858,0 858,0 858,0 943,8 943,8 943,8 943,8 943,8 1038,2 1038,2 1038,2 1038,2 1142,0
471,9 471,9 471,9 471,9 471,9 519,1 519,1 519,1 519,1 519,1 571,0 571,0 571,0 571,0 628,1
42,9 42,9 42,9 42,9 42,9 47,2 47,2 47,2 47,2 47,2 51,9 51,9 51,9 51,9 57,1
4247,1 4247,1 4247,1 4247,1 4247,1 4671,8 4671,8 4671,8 4671,8 4671,8 5139,0 5139,0 5139,0 5139,0 5652,9
18861,7 18861,7 18861,7 18861,7 18861,7 20747,9 20747,9 20747,9 20747,9 20747,9 22822,7 22822,7 22822,7 22822,7 25104,9
Tenaga Kerja Tidak Langsung
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 460,6 460,6 460,6 460,6 460,6
418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 460,6 460,6 460,6 460,6 460,6
418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 460,6 460,6 460,6 460,6 460,6
418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 460,6 460,6 460,6 460,6 460,6
418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 460,6 460,6 460,6 460,6 460,6
1005,0 1005,0 1005,0 1005,0 1005,0 1105,5 1105,5 1105,5 1105,5 1105,5
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
1005,0 1005,0 1005,0 1005,0 1005,0 1105,5 1105,5 1105,5 1105,5 1105,5
1005,0 1005,0 1005,0 1005,0 1005,0 1105,5 1105,5 1105,5 1105,5 1105,5
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
628,1 628,1 628,1 628,1 628,1 690,9 690,9 690,9 690,9 690,9
Tenaga Kerja Langsung
1674,9 1674,9 1674,9 1674,9 1674,9 1842,4 1842,4 1842,4 1842,4 1842,4
879,3 879,3 879,3 879,3 879,3 967,3 967,3 967,3 967,3 967,3
1674,9 1674,9 1674,9 1674,9 1674,9 1842,4 1842,4 1842,4 1842,4 1842,4
1465,6 1465,6 1465,6 1465,6 1465,6 1612,1 1612,1 1612,1 1612,1 1612,1
1674,9 1674,9 1674,9 1674,9 1674,9 1842,4 1842,4 1842,4 1842,4 1842,4
1256,2 1256,2 1256,2 1256,2 1256,2 1381,8 1381,8 1381,8 1381,8 1381,8
690,9 690,9 690,9 690,9 690,9 760,0 760,0 760,0 760,0 760,0
62,8 62,8 62,8 62,8 62,8 69,1 69,1 69,1 69,1 69,1
6218,2 6218,2 6218,2 6218,2 6218,2 6840,0 6840,0 6840,0 6840,0 6840,0
27615,4 27615,4 27615,4 27615,4 27615,4 30377,0 30377,0 30377,0 30377,0 30377,0
Tabel 6 Pendapatan Galangan Kapal
Produk
Waktu
Kerja
(bulan)
Target
Penjualan
Produk/Tahun
Nilai Project
(dalam Juta
Rupiah)
Nilai Pembangunan
Kapal (dalam Juta
Rupiah) (dalam 1
tahun)
Kenaikan
Pendapatan/Tahun. (%)
Tahum ke-
50% 50% 50% 50% 50%
1
2
3
4
5
CNG Carrier 24 24,0 690.000.000 690.000.000 5,0% 345.000.000 362.250.000 380.362.500 399.380.625 419.349.656.
Pendapatan Galangan Kapal CNG 345.000.000 362.250.000. 380.362.500 399.380.625 419.349.656
Tahun ke-
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
440.317.139 462.332.996 485.449.645 509.722.128 535.208.234 561.968.646 590.067.078. 619.570.432 650.548.954 683.076.401
440.317.139 462.332.996 485.449.645 509.722.128 535.208.234. 561.968.646 590.067.078 619.570.432 650.548.954 683.076.401
Tahun ke-
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
717.230.221 753.091.732 790.746.319 830.283.635. 871.797.817 915.387.708 961.157.093. 1.009.214.948 1.059.675.695. 1.112.659.480
717.230.221 753.091.732 790.746.319 830.283.635 871.797.817 915.387.708 961.157.093 1.009.214.948 1.059.675.695 1.112.659.480
Tahun ke-
50% 50% 50% 50% 50%
26 27 28 29 30
1.168.292.454 1.226.707.077 1.288.042.431 1.352.444.552 1.420.066.780
1.168.292.454 1.226.707.077 1.288.042.431 1.352.444.552 1.420.066.780
Tabel 7 Total Biaya Utilitas
No Item Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp) Total (Rp)
1 Generator (100 KVA) 2 unit 400.000.000 800.000.000
2 Generator (80 KVA) 1 unit 300.000.000 300.000.000
3 Generator (60 KVA) 1 unit 200.000.000 200.000.000
4 Biaya Perizinan 1 set 5.000.000 5.000.000
5 Biaya Perencanaan 1 set 10.000.000 10.000.000
6 Biaya Pengawasan 1 set 15.000.000 15.000.000
8 Office Supply 1 set 300.000.000 300.000.000
9 Biaya BPHTB 1 set 708.186.000 708.186.000
10 Instalasi Air & Listrik 93.840 m3 100.000 9.384.000.000
11 HPL (High Pressure
Laminate) 1 set 10.000.000.000 10.000.000.000
12 IT & Komputer 1 m3 150.000.000 150.000.000
Total 21.872.186.000
Tabel 8 Total Biaya Utilitas
No Biaya Investasi Harga
1 Total Harga Tanah 27.210.200.000,00
2 Total Harga Bangunan 100.767.490.000,00
3 Biaya utilitas 21.872.186.000,00
4 Total Harga Peralatan 49.937.985.600,00
5 Perawatan Peralatan Per Tahun 4.993.798.560,00
Total Biaya Investasi 204.781.660.160,00
Tabel 9 Peminjaman Modal
PINJAMAN MODAL
No. SUMBER PINJAMAN PROPORSI TOTAL PINJAMAN (dalam juta rupiah)
1 Modal Sendiri 40% 81.912.664.064
2 Bank 60% 122.868.996.096
TOTAL 100% 204.781.660.160
Tabel 10 Pengembalian Pinjaman
Ekspansi
Estimated Interest Loans : 11%
Tahun Tahun ke- Bunga Pinjaman Angsuran Pembayaran Sisa Pinjaman
2018 0 122.868.996.096
2019 1 13.515.589.571 3.571.216.802,3 17.086.806.373 119.297.779.294
2020 2 13.122.755.722 3.964.050.650,6 17.086.806.373 115.333.728.643
2021 3 12.686.710.151 4.400.096.222,1 17.086.806.373 110.933.632.421
2022 4 12.202.699.566 4.884.106.806,5 17.086.806.373 106.049.525.614
2023 5 11.665.447.818 5.421.358.555,3 17.086.806.373 100.628.167.059
2024 6 11.069.098.377 6.017.707.996,3 17.086.806.373 94.610.459.063
2025 7 10.407.150.497 6.679.655.875,9 17.086.806.373 87.930.803.187
2026 8 9.672.388.351 7.414.418.022,3 17.086.806.373 80.516.385.165
2027 9 8.856.802.368 8.230.004.004,8 17.086.806.373 72.286.381.160
2028 10 7.951.501.928 9.135.304.445,3 17.086.806.373 63.151.076.715
2029 11 6.946.618.439 10.140.187.934,3 17.086.806.373 53.010.888.780
2030 12 5.831.197.766 11.255.608.607,0 17.086.806.373 41.755.280.173
2031 13 4.593.080.819 12.493.725.553,8 17.086.806.373 29.261.554.620
2032 14 3.218.771.008 13.868.035.364,7 17.086.806.373 15.393.519.255
2033 15 1.693.287.118 15.393.519.254,8 17.086.806.373 0
Jumlah 133.433.099.497 122.868.996.096 256.302.095.593
Tabel 11 Biaya Operasional
No Deskripsi
Estimasi Biaya
Biaya (juta rupiah)
Kenaikan
Harga/Tah
un
1 2 3 4 5
Jumlah
Produk(Unit) 2018 2019 2020 2021 2022
PERHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL GALANGAN KAPAL CNG
BIAYA LANGSUNG
Harga Biaya Pokok Produksi
5%
1 Biaya Material 1
70.312.175.018
70.312.175.018
73.827.783.768
77.519.172.957
81.395.131.605
85.464.888.185
2 Biaya System and Machinery 1
200.000.000.000,00
200.000.000.000
210.000.000.000
220.500.000.000
231.525.000.000
243.101.250.000
3 Biaya Tenaga Kerja
Langsung 1
7.462.000.000,00
7.462.000.000
7.835.100.000
8.226.855.000
8.638.197.750
9.070.107.638
4 Biaya Overhead 1
7.777.417.501,76
7.777.417.502
8.166.288.377
8.574.602.796
9.003.332.935
9.453.499.582
5 Biaya Utilitas 1
21.872.186.000
21.872.186.000
22.965.795.300
24.114.085.065
25.319.789.318
26.585.778.784
TOTAL BIAYA LANGSUNG CNG CARRIER
307.423.778.519,4
322.794.967.445,3
338.934.715.817,6
355.881.451.608,5
373.675.524.188,9
BIAYA PERAWATAN
1 Biaya Pemeliharaan
Fasilitas Dock
5%
pemeliharaan Bengkel dan
Gudang 1
60.000.000,00
60.000.000,00
63.000.000,0
66.150.000,0
69.457.500,0
72.930.375,0
Pemeliharaan Peralatan dan
Mesin 1
40.000.000,00
40.000.000,00
42.000.000,0
44.100.000,0
46.305.000,0
48.620.250,0
Lisensi Software 1
100.000.000,00
100.000.000,00
105.000.000,0
110.250.000,0
115.762.500,0
121.550.625,0
2 Biaya Lain Lain
Biaya Promosi 1
30.000.000,00
5%
30.000.000,00
31.500.000,0
33.075.000,0
34.728.750,0
36.465.187,5
Biaya Pendidikan dan
Pelatihan 1
50.000.000,00
50.000.000,00
52.500.000,0
55.125.000,0
57.881.250,0
60.775.312,5
Biaya Perawatan Kesehatan 1
30.000.000,00
30.000.000,00
31.500.000,0
33.075.000,0
34.728.750,0
36.465.187,5
3 Biaya Administrasi
10.000.000,00
10.000.000,00
10.500.000,0
11.025.000,0
11.576.250,0
12.155.062,5
TOTAL BIAYA PERAWATAN GUDANG DAN FASILITAS GALANGAN CNG
320.000.000,0
336.000.000,0
352.800.000,0
370.440.000,0
388.962.000,0
BIAYA TIDAK LANGSUNG (Gaji pekerja)
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG 5%
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
5.824.000.000,0
TOTAL BIAYA OPERASIONAL
313.567.778.519,4
328.954.967.445,3
345.111.515.817,6
362.075.891.608,5
379.888.486.188,9
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
89.738.132.594
94.225.039.224
98.936.291.185
103.883.105.744
109.077.261.032
114.531.124.083
120.257.680.287
126.270.564.302
132.584.092.517
139.213.297.143
255.256.312.500
268.019.128.125
281.420.084.531
295.491.088.758
310.265.643.196
325.778.925.355
342.067.871.623
359.171.265.204
377.129.828.465
395.986.319.888
9.523.613.019
9.999.793.670
10.499.783.354
11.024.772.522
11.576.011.148
12.154.811.705
12.762.552.290
13.400.679.905
14.070.713.900
14.774.249.595
9.926.174.561
10.422.483.289
10.943.607.454
11.490.787.827
12.065.327.218
12.668.593.579
13.302.023.258
13.967.124.421
14.665.480.642
15.398.754.674
27.915.067.723
29.310.821.110
30.776.362.165
32.315.180.273
33.930.939.287
35.627.486.251
37.408.860.564
39.279.303.592
41.243.268.772
43.305.432.210
392.359.300.398,3
411.977.265.418,3
432.576.128.689,2
454.204.935.123,6
476.915.181.879,8
500.760.940.973,8
525.798.988.022,5
552.088.937.423,6
579.693.384.294,8
608.678.053.509,5
392.359.300.398,3
411.977.265.418,3
432.576.128.689,2
454.204.935.123,6
476.915.181.879,8
500.760.940.973,8
525.798.988.022,5
552.088.937.423,6
579.693.384.294,8
608.678.053.509,5
76.576.893,8
80.405.738,4
84.426.025,4
88.647.326,6
93.079.693,0
97.733.677,6
102.620.361,5
107.751.379,6
113.138.948,5
118.795.896,0
51.051.262,5
53.603.825,6
56.284.016,9
59.098.217,8
62.053.128,6
65.155.785,1
68.413.574,3
71.834.253,0
75.425.965,7
79.197.264,0
127.628.156,3
134.009.564,1
140.710.042,3
147.745.544,4
155.132.821,6
162.889.462,7
171.033.935,8
179.585.632,6
188.564.914,2
197.993.159,9
38.288.446,9
40.202.869,2
42.213.012,7
44.323.663,3
46.539.846,5
48.866.838,8
51.310.180,7
53.875.689,8
56.569.474,3
59.397.948,0
63.814.078,1
67.004.782,0
70.355.021,1
73.872.772,2
77.566.410,8
81.444.731,3
85.516.967,9
89.792.816,3
94.282.457,1
98.996.580,0
38.288.446,9
40.202.869,2
42.213.012,7
44.323.663,3
46.539.846,5
48.866.838,8
51.310.180,7
53.875.689,8
56.569.474,3
59.397.948,0
12.762.815,6
13.400.956,4
14.071.004,2
14.774.554,4
15.513.282,2
16.288.946,3
17.103.393,6
17.958.563,3
18.856.491,4
19.799.316,0
408.410.100,0
428.830.605,0
450.272.135,3
472.785.742,0
496.425.029,1
521.246.280,6
547.308.594,6
574.674.024,3
603.407.725,5
633.578.111,8
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
6.406.400.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
7.047.040.000,0
399.174.110.498,3
418.812.496.023,3
439.432.800.824,4
461.084.120.865,6
483.818.006.908,9
508.329.227.254,4
533.393.336.617,1
559.710.651.447,9
587.343.832.020,3
616.358.671.621,4
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042
146.173.962.000
153.482.660.100
161.156.793.105
169.214.632.760
177.675.364.398
186.559.132.618
195.887.089.249
205.681.443.711
215.965.515.897
226.763.791.692
415.785.635.882
436.574.917.676
458.403.663.560
481.323.846.738
505.390.039.075
530.659.541.029
557.192.518.080
585.052.143.984
614.304.751.184
645.019.988.743
15.512.962.075
16.288.610.179
17.103.040.687
17.958.192.722
18.856.102.358
19.798.907.476
20.788.852.850
21.828.295.492
22.919.710.267
24.065.695.780
16.168.692.407
16.977.127.028
17.825.983.379
18.717.282.548
19.653.146.676
20.635.804.009
21.667.594.210
22.750.973.920
23.888.522.616
25.082.948.747
45.470.703.821
47.744.239.012
50.131.450.962
52.638.023.510
55.269.924.686
58.033.420.920
60.935.091.966
63.981.846.565
67.180.938.893
70.539.985.837
639.111.956.185,0
671.067.553.994,3
704.620.931.694,0
739.851.978.278,7
776.844.577.192,6
815.686.806.052,2
856.471.146.354,9
899.294.703.672,6
944.259.438.856,2
991.472.410.799,0
639.111.956.185,0
671.067.553.994,3
704.620.931.694,0
739.851.978.278,7
776.844.577.192,6
815.686.806.052,2
856.471.146.354,9
899.294.703.672,6
944.259.438.856,2
991.472.410.799,0
124.735.690,8
130.972.475,3
137.521.099,1
144.397.154,0
151.617.011,7
159.197.862,3
167.157.755,4
175.515.643,2
184.291.425,4
193.505.996,6
83.157.127,2
87.314.983,5
91.680.732,7
96.264.769,3
101.078.007,8
106.131.908,2
111.438.503,6
117.010.428,8
122.860.950,2
129.003.997,7
207.892.817,9
218.287.458,8
229.201.831,8
240.661.923,4
252.695.019,5
265.329.770,5
278.596.259,0
292.526.072,0
307.152.375,6
322.509.994,4
62.367.845,4
65.486.237,7
68.760.549,5
72.198.577,0
75.808.505,9
79.598.931,2
83.578.877,7
87.757.821,6
92.145.712,7
96.752.998,3
103.946.409,0
109.143.729,4
114.600.915,9
120.330.961,7
126.347.509,8
132.664.885,3
139.298.129,5
146.263.036,0
153.576.187,8
161.254.997,2
62.367.845,4
65.486.237,7
68.760.549,5
72.198.577,0
75.808.505,9
79.598.931,2
83.578.877,7
87.757.821,6
92.145.712,7
96.752.998,3
20.789.281,8
21.828.745,9
22.920.183,2
24.066.192,3
25.269.502,0
26.532.977,1
27.859.625,9
29.252.607,2
30.715.237,6
32.250.999,4
665.257.017,4
698.519.868,3
733.445.861,7
770.118.154,8
808.624.062,5
849.055.265,6
891.508.028,9
936.083.430,4
982.887.601,9
1.032.031.982,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
7.751.744.000,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
8.526.918.400,0
647.528.957.202,4
679.517.817.862,6
713.106.121.555,7
748.373.840.433,5
785.404.945.255,1
825.062.779.717,9
865.889.572.783,8
908.757.705.503,0
953.769.244.858,1
1.001.031.361.181
26 27 28 29 30
2043 2044 2045 2046 2047
238.101.981.276 250.007.080.340 262.507.434.357 275.632.806.075 289.414.446.379
677.270.988.180 711.134.537.589 746.691.264.468 784.025.827.692 823.227.119.076
25.268.980.569 26.532.429.597 27.859.051.077 29.252.003.631 30.714.603.813
26.337.096.185 27.653.950.994 29.036.648.543 30.488.480.971 32.012.905.019
74.066.985.129 77.770.334.386 81.658.851.105 85.741.793.660 90.028.883.343
1.041.046.031.339,0 1.093.098.332.905,9 1.147.753.249.551,2 1.205.140.912.028,8 1.265.397.957.630,2
1.041.046.031.339,0 1.093.098.332.905,9 1.147.753.249.551,2 1.205.140.912.028,8 1.265.397.957.630,2
203.181.296,5 213.340.361,3 224.007.379,3 235.207.748,3 246.968.135,7
135.454.197,6 142.226.907,5 149.338.252,9 156.805.165,5 164.645.423,8
338.635.494,1 355.567.268,8 373.345.632,2 392.012.913,8 411.613.559,5
101.590.648,2 106.670.180,6 112.003.689,7 117.603.874,2 123.484.067,9
169.317.747,0 177.783.634,4 186.672.816,1 196.006.456,9 205.806.779,8
101.590.648,2 106.670.180,6 112.003.689,7 117.603.874,2 123.484.067,9
33.863.549,4 35.556.726,9 37.334.563,2 39.201.291,4 41.161.356,0
1.083.633.581,1 1.137.815.260,1 1.194.706.023,1 1.254.441.324,3 1.317.163.390,5
9.379.610.240,0 9.379.610.240,0 9.379.610.240,0 9.379.610.240,0 9.379.610.240,0
9.379.610.240,0 9.379.610.240,0 9.379.610.240,0 9.379.610.240,0 9.379.610.240,0
1.051.509.275.160,1 1.103.615.758.406,1 1.158.327.565.814,4 1.215.774.963.593,1 1.276.094.731.260,8
Tabel 12 Net Present Value
Tahun ke- PRESENT VALUE
0 Investasi Awal (204.781.660,16) (204.781.660,16)
1 FCF Tahun 1 10.213.871,45 9.201.685,99
2 FCF Tahun 2 11.685.492,20 9.484.207,61
3 FCF Tahun 3 13.230.693,99 9.674.169,41
4 FCF Tahun 4 14.853.155,86 9.784.233,83
5 FCF Tahun 5 16.556.740,83 9.825.619,84
6 FCF Tahun 6 17.885.409,05 9.562.270,05
7 FCF Tahun 7 19.763.611,48 9.519.309,70
8 FCF Tahun 8 21.735.724,03 9.431.706,57
9 FCF Tahun 9 23.806.442,20 9.306.527,98
10 FCF Tahun 10 25.980.696,29 9.149.997,98
11 FCF Tahun 11 27.849.897,47 8.836.307,77
12 FCF Tahun 12 29.365.830,27 8.393.953,11
13 FCF Tahun 13 32.763.983,49 8.437.192,82
14 FCF Tahun 14 35.406.802,92 8.214.195,04
15 FCF Tahun 15 38.181.763,32 7.980.154,50
16 FCF Tahun 16 54.009.964,80 10.169.655,32
17 FCF Tahun 17 57.069.358,65 9.680.824,62
18 FCF Tahun 18 60.281.722,18 9.212.384,01
19 FCF Tahun 19 63.654.703,89 8.763.829,21
20 FCF Tahun 20 67.196.334,69 8.334.623,93
21 FCF Tahun 21 70.090.211,15 7.832.038,50
22 FCF Tahun 22 73.994.859,11 7.448.966,38
23 FCF Tahun 23 78.094.739,46 7.082.609,02
24 FCF Tahun 24 82.399.613,83 6.732.458,51
25 FCF Tahun 25 86.919.731,92 6.397.995,18
26 FCF Tahun 26 90.992.229,36 6.034.021,55
27 FCF Tahun 27 95.975.659,55 5.733.775,41
28 FCF Tahun 28 101.208.261,25 5.447.190,42
29 FCF Tahun 29 106.702.493,04 5.173.782,67
30 FCF Tahun 30 112.471.436,42 4.913.069,17
Total FCF 1.540.341.434,18 245.758.756,12
Bunga Bank 51.344.714,47
Description
Years to Year
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Investasi 204.78
1.660
Uang Masuk
Pendaoatan
Galangan
Kapal CNG
345.00
0.000
362.25
0.000
380.36
2.500
399.38
0.625
419.34
9.656
440.31
7.139
462.33
2.996
485.44
9.645
509.72
2.128
535.20
8.234
561.96
8.646
590.06
7.078
619.57
0.432
650.54
8.954
683.07
6.401
EBITDA
(Earning
Before
Interest, Tax,
Depresiasion
and
Amortation)
345.00
0.000
362.25
0.000
380.36
2.500
399.38
0.625
419.34
9.656
440.31
7.139
462.33
2.996
485.44
9.645
509.72
2.128
535.20
8.234
561.96
8.646
590.06
7.078
619.57
0.432
650.54
8.954
683.07
6.401
Dana Keluar
1. Biaya
Langsung
(307.4
23.778)
(322.7
94.967)
(338.9
34.715)
(355.8
81.451)
(373.6
75.524)
(392.3
59.300)
(411.9
77.265)
(432.5
76.128)
(454.2
04.935)
(476.9
15.181)
(500.7
60.940)
(525.7
98.988)
(552.0
88.937)
(579.6
93.384)
(608.6
78.053)
2. Biaya
Perawatan
(320.0
00)
(336.0
00)
(352.8
00)
(370.4
40)
(388.9
62)
(408.4
10)
(428.8
30)
(450.2
72)
(472.7
85)
(496.4
25)
(521.2
46)
(547.3
08)
(574.6
74)
(603.4
07)
(633.5
78)
3. Biaya
Tidak
Langsung
(pekerja)
(5.824.000)
(5.824.000)
(5.824.000)
(5.824.000)
(5.824.000)
(6.406.400)
(6.406.400)
(6.406.400)
(6.406.400)
(6.406.400)
(7.047.040)
(7.047.040)
(7.047.040)
(7.047.040)
(7.047.040)
Uang Keluar
Berdasarkan
Aktivitas
Investasi
Nilai
Depresiasi (
Galangan
Kapal CNG)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.416.
463)
(1.299.
577)
(1.299.
577)
(1.299.
577)
(1.299.
577)
(1.299.
577)
Uang Keluar
Berdasarkan
Aktivitas
Keuangan
Galangan
Kapal CNG
1 Pembayaran
Angsuran
Pinjaman
(3.571.216)
(3.964.050)
(4.400.096)
(4.884.106)
(5.421.358)
(6.017.708)
(6.679.655)
(7.414.418)
(8.230.004)
(9.135.304)
(10.140.187)
(11.255.608)
(12.493.725)
(13.868.035)
(15.393.519)
2. Pembayaran
Angsuran
Bunga
Pinjaman
(13.51
5.589)
(13.12
2.755)
(12.68
6.710)
(12.20
2.699)
(11.66
5.447)
(11.06
9.098)
(10.40
7.150)
(9.672.
388)
(8.856.
802)
(7.951.
501)
(6.946.
618)
(6.946.
618)
(4.593.
080)
(3.218.
771)
(1.693.
287)
Total
(332.0
71.048
)
(347.4
58.237
)
(363.6
14.786
)
(380.5
79.161
)
(398.3
91.756
)
(417.6
77.380
)
(437.3
15.766
)
(457.9
36.071
)
(479.5
87.391
)
(502.3
21.277
)
(526.7
15.611
)
(552.8
95.141
)
(578.0
97.035
)
(605.7
30.216
)
(634.7
45.055
)
EBT
(Earning
Before Tax)
12.928.
951
14.791.
762
16.747.
713
18.801.
463
20.957.
899
22.639.
758
25.017.
229
27.513.
574
30.134.
736
32.886.
957
35.253.
034
37.171.
937
41.473.
396
44.818.
737
48.331.
345
Pajak 0,21
(2.715.
079)
(3.106.
270)
(3.517.
019)
(3.948.
307)
(4.401.
158)
(4.754.
349)
(5.253.
618)
(5.777.
850)
(6.328.
294)
(6.906.
261)
(7.403.
137)
(7.806.
106)
(8.709.
413)
(9.411.
934)
(10.14
9.582)
EAT
(Earning
After Tax)
10.213.
871
11.685.
492
13.230.
693
14.853.
155
16.556.
740
17.885.
409
19.763.
611
21.735.
724
23.806.
442
25.980.
696
27.849.
897
29.365.
830
32.763.
983
35.406.
802
38.181.
763
Akumulasi
Pendapatan
Bersih
10.213.
871
21.899.
363
35.130.
057
49.983.
213
66.539.
954
84.425.
363
104.18
8.974
125.92
4.698
149.73
1.141
175.71
1.837
203.56
1.734
232.92
7.565
265.69
1.548
301.09
8.351
339.28
0.114
Akumulasi
Pendapatan
Bersih -
Investasi
(194.5
67.788
)
(182.8
82.296
)
(169.6
51.602
)
(154.7
98.446
)
(138.2
41.705
)
(120.3
56.296
)
(100.5
92.685
)
(78.85
6.961)
(55.05
0.519)
(29.06
9.822)
(1.219.
925)
28.145.
904
60.909.
888
96.316.
691
134.49
8.454
Laba 2,96% 3,23% 3,48% 3,72% 3,95% 4,06% 4,27% 4,48% 4,67% 4,85% 4,96% 4,98% 5,29% 5,44% 5,59%
Years to year
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
717.230.
221
753.091.
732
790.746.
319
830.283.
635
871.797.
817
915.387.
708
961.157.
093
1.009.21
4.948
1.059.67
5.695
1.112.65
9.480
1.168.29
2.454
1.226.70
7.077
1.288.04
2.431
1.352.444
.552
1.420.06
6.780
717.230.
221
753.091.
732
790.746.
319
830.283.
635
871.797.
817
915.387.
708
961.157.
093
1.009.21
4.948
1.059.67
5.695
1.112.65
9.480
1.168.29
2.454
1.226.70
7.077
1.288.04
2.431
1.352.444
.552
1.420.06
6.780
(639.111.
956)
(671.067.
553)
(704.620.
931)
(739.851.
978)
(776.844.
577)
(815.686.
806)
(856.471.
146)
(899.294.
703)
(944.259.
438)
(991.472.
410)
(1.041.04
6.031)
(1.093.09
8.332)
(1.147.75
3.249)
(1.205.14
0.912)
(1.265.39
7.957)
(665.257
)
(698.519
)
(733.445
)
(770.118
)
(808.624
)
(849.055
)
(891.508
)
(936.083
)
(982.887
)
(1.032.03
1)
(1.083.63
3)
(1.137.81
5)
(1.194.70
6)
(1.254.44
1)
(1.317.16
3)
(7.751.744)
(7.751.744)
(7.751.744)
(7.751.744)
(7.751.744)
(8.526.918)
(8.526.918)
(8.526.918)
(8.526.918)
(8.526.918)
(9.379.610)
(9.379.610)
(9.379.610)
(9.379.610)
(9.379.610)
(1.334.220)
(1.334.220)
(1.334.220)
(1.334.220)
(1.334.220)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
(1.603.142)
-
(0,00)
(648.863.
177)
(680.852.
038)
(714.440.
342)
(749.708.
061)
(786.739.
165)
(826.665.
922)
(867.492.
715)
(910.360.
847)
(955.372.
387)
(1.002.63
4.503)
(1.053.11
2.417)
(1.105.21
8.900)
(1.159.93
0.708)
(1.217.37
8.105)
(1.277.69
7.873)
68.367.0
44
72.239.6
94
76.305.9
77
80.575.5
74
85.058.6
51
88.721.7
86
93.664.3
78
98.854.1
00
104.303.
308
110.024.
977
115.180.
037
121.488.
176
128.111.
723
135.066.4
46
142.368.
906
(14.357.0
79)
(15.170.3
35)
(16.024.2
55)
(16.920.8
70)
(17.862.3
16)
(18.631.5
75)
(19.669.5
19)
(20.759.3
61)
(21.903.6
94)
(23.105.2
45)
(24.187.8
07)
(25.512.5
17)
(26.903.4
61)
(28.363.9
53)
(29.897.4
70)
54.009.9
64
57.069.3
58
60.281.7
22
63.654.7
03
67.196.3
34
70.090.2
11
73.994.8
59
78.094.7
39
82.399.6
13
86.919.7
31
90.992.2
29
95.975.6
59
101.208.
261
106.702.4
93
112.471.
436
393.290.
079
450.359.
438
510.641.
160
574.295.
864
641.492.
199
711.582.
410
785.577.
269
863.672.
008
946.071.
622
1.032.99
1.354
1.123.98
3.583
1.219.95
9.243
1.321.16
7.504
1.427.869
.997
1.540.34
1.434
188.508.
419
245.577.
778
305.859.
500
369.514.
204
436.710.
538
506.800.
750
580.795.
609
658.890.
348
741.289.
962
828.209.
694
919.201.
923
1.015.17
7.583
1.116.38
5.844
1.223.088
.337
1.335.55
9.774
7,53% 7,58% 7,62% 7,67% 7,71% 7,66% 7,70% 7,74% 7,78% 7,81% 7,79% 7,82% 7,86% 7,89% 7,92%
Tabel 13 Hasil NPV,IRR, ROI dan Payback Period
Jumlah Komulatif FCF x Rumus PV = NPV 40.977,10 (juta rupiah)
Pengembalian Invest.(+):Invest.=IRR 12,49%
Rata-2 NPV : Invest. = ROI 25,07%
Payback Periode 12,09 tahun
12 tahun
1,078 bulan
Go Project / Layak
BIODATA PENULIS
Dimas Aldyanto Wibowo, itulah nama lengkap penulis. Dilahirkan
di Jakarta pada 25 Mei 1995 silam, Penulis merupakan anak
pertama dalam keluarga. Penulis menempuh pendidikan formal
tingkat dasar pada TK Al-Ijtihad, kemudian melanjutkan ke SDN 6
Tangerang, SMPN 1 Tangerang dan SMAN 1 Tangerang. Setelah
lulus SMA, Penulis diterima di Departemen Teknik Perkapalan
FTK ITS pada tahun 2013 melalui jalur SNMPTN.
Di Departemen Teknik Perkapalan Penulis mengambil Bidang Studi Industri Perkapalan
Selama masa studi di ITS, selain kuliah Penulis juga pernah menjadi staff Departemen
Hubungan Luar Himpunan Mahasiswa Teknik Perkapalan 2014/2015 serta Kepala Divisi
Hubungan Luar Himpunan Mahasiswa Teknik Perkapalan 2015/2016. Selan itu, Penulis juga
pernah menjadi pengurus INDOCOR SC ITS, Panitia Sampan 8 & 9, Peserta LKMM Pra TD,
TD dan TM. Penulis juga pernah menyelsaikan kegiatan kerja praktek di PT Palindo Marine
Shipyard, Batam dan P.T. Pertamina (Persero)-Shipping(NSPC), Jakarta
Penulis tercatat pernah menjadi grader untuk mata kuliah Teknologi Las
Email: [email protected]
Foto Berwarna
4x6 cm