analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensi …
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI KONSUMEN
UNTUK MEMBAWA TAS BELANJA PRIBADI SEBAGAI PENGGANTI KANTUNG PLASTIK
(STUDI KASUS: SUPERMARKET DAN MINIMARKET)
Deladwita Suyoso Program Studi S1 Reguler, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak: Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi konsumen untuk berperilaku ramah lingkungan dengan membawa tas belanja pribadi sebagai pengganti kantung plastik ketika mengunjungi supermarket dan minimarket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi yang berdasar pada konsekuensi (evaluasi teleologikal) dan evaluasi yang berdasarkan kebenaran yang melekat (evaluasi deontologikal) pada perilaku melalui mediasi penilaian konsumen atas isu etika terkait (ethical judgment) serta kebiasaan konsumen, merupakan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi intensi konsumen untuk melakukan perilaku tersebut. Di sisi lain, penelitian juga membahas adanya pengaruh efek moderasi dari pemikiran konsumen akan tingkat kepentingan isu etika (Perceived Importance of Ethical Issue) pada proses-proses yang berhubungan dengan intensi serta ethical judgment konsumen atas perilaku tersebut.
Kata Kunci: Green marketing, social marketing, evaluasi deontologikal, evaluasi teleologikal, ethical judgment, BYOB practice, Strucural Equation Modeling (SEM) 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang semakin berkembang sejak krisis dunia di
tahun 2008. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka 6,5%
pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2012) dan 6,23% pada tahun 2012 (Indonesian
Economic Review and Outlook, 2013) yang tergolong merupakan salah satu negara
dengan pertumbuhan tertinggi di Asia setelah Cina, serta termasuk dapat bertahan di
tenngah melemahnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi kedua terbesar pada
pertumbuhan pada tahun 2012, yaitu 8,11%, dan salah satu di antaranya berasal dari
beraneka ragam usaha, seperti dalam hal penyediaan barang kebutuhan rumah tangga
dalam bentuk pasar swalayan. Pasar swalayan di Indonesia yang kian marak di Indonesia
memiliki pertumbuhan hingga 20% per tahun (The Worldbank, 2013) , namun sayangnya,
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
hal ini memiliki sisi negatif, yaitu penggunaan bahan plastik sebagai wadah untuk
membawa barang belanja.
Penggunaan bahan plastik sebagai kantung belanja merupakan hal yang kurang
baik karena dampaknya yang buruk bagi lingkungan. Napitupilu (2013) menyatakan
bahwa berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta
menghasilkan 8.000 ton sampah dan 13,25 persen atau sekitar 1060 ton adalah sampah
plastik. Bahan plastik yang tidak mudah terurai membuat penumpukan sampah plastik
yang berlebihan tersebut, sehingga mengakibatkan banjir terutama di daerah Jakarta dan
sekitarnya. Di sisi lain, apabila ingin dimusnahkan dengan dibakar, yang selain dapat
meningkatkan efek pemanasan global, juga memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan
manusia karena salah satunya akan mengeluarkan zat di(2-ethylhexyl) adipate (DEHA)
yang dapat mengurangi tingkat kesuburan bagi wanita, bahkan infertilitas
(ketidaksuburan) pada pria. Walau sudah cukup banyak pihak yang sadar akan hal ini,
namun perilaku untuk mengurangi penggunaan plastik masih belum dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, dimana salah satu alternatifnya adalah dengan
menggunakan tas belanja pribadi sebagai pengganti kantung plastik. Hasil riset
Greeneration Indonesia, salah satu organisasi wirausaha sosial yang bergerak di bidang
lingkungan, pada tahun 2009 (Yahoo! News, 2013) menyatakan bahwa sebetulnya
masyarakat sudah memiliki tas belanja pribadi yang dapat digunakan berulang kali
sebagai pengganti tas plastik (73% menjawab sudah mempunyai pengganti tas plastik),
tapi sayangnya 63% menjawab selalu lupa membawa tas tersebut atau malas (15%).
Di sisi lain, selama beberapa dekade terakhir, praktik etika konsumen telah
mendapatkan perhatian lebih dari para peneliti (Chan et al, 2008). Indonesia, sebagai
bangsa dengan budaya timur, cederung mempunyai kepedulian tinggi terhadap isu etika
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk meningkatkan kesadaran konsumen dalam
mengurangi dampak negatif dari kegiatan berbelanja, penelitian ini dilakukan untuk
memberikan marketing insight bagi perusahaan, pemerintah, praktisi, maupun
masyarakat umum yang peduli terhadap isu lingkungan maupun sosial. Penelitian yang
dilakukan menerapkan konsep etika untuk mempelajari tentang tipe praktik konsumen
secara spesifik, yaitu perilaku konsumen dalam membawa tas belanja pribadi (Dalam
model disebut dengan istilah ‘Bring Your Own Bag’ dan disingkat menjadi ‘BYOB’).
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
2. Landasan Teori Dasar teori mengenai konsep etika yang digunakan dalam penelitian adalah General
Theory of Marketing Ethics oleh Hunt dan Vitell (2006) yang dikarakterisasikan oleh
penerapannya pada pengambilan keputusan etis pada semua konteks secara eksplisit
menggabungkan dua filosofi moral dasar, yaitu evaluasi deontologikal atau evaluasi yang
berdasar pada kebenaran yang melekat dari setiap alternatif perilaku, dan evaluasi
teleologikal atau evaluasi yang berdasar pada kebaikan dan keburukan dari setiap
konsekuensi atas tiap alternatif perilaku yang dimediasi oleh pemikiran mereka atas
kepentingan isu etika (ethical judgment) terkait perilaku tersebut. Mengacu pada Chan et
al (2008), penelitian dikembangkan dengan menggunakan beberapa variabel yang antara
lain adalah evaluasi deontologikal, evaluasi teleologikal, BYOB ethical judgment, BYOB
intention, dan BYOB Habit dengan kerangka penelitian seperti pada gambar 1 di bawah.
Gambar 1 Model Penelitian
Sumber: Ricky Y. K. Chan, Y. H. Wong, dan T. K. P. Leung (2008) Applying Ethical Concepts to the Study of ‘‘Green’’ Consumer Behavior: An Analysis of Chinese
Consumers Intentions to Bring their Own Shopping Bags
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Seperti terlihat pada gambar 1, model tersebut mengikuti garis penjelasan dari
teori H-V atau General Theory of Marketing Ethics untuk menyatakan bahwa evaluasi
deontologikal dan teleologikal mempengaruhi BYOB intention atau intensi konsumen
untuk membawa tas belanja pribadi ketika berbelanja melalui mediator ‘BYOB Ethical
Judgement’. Hal ini mencerminkan hipotesis pertama hingga ketiga, yang antara lain
adalah:
Hipotesis 1: Evaluasi Deontologikal atau evaluasi yang berdasarkan kebenaran
yang melekat pada perilaku berpengaruh secara positif terhadap ethical
judgment atau penilaian konsumen dari sudut pandang etika mengenai perilaku
membawa tas belanja pribadi
Hipotesis 2: Evaluasi Teleologikal atau evaluasi yang berdasarkan konsekuensi
berpengaruh secara positif terhadap ethical judgment konsumen
Hipotesis 3: ‘BYOB Ethical Judgment’ atau penilaian konsumen dari sudut
pandang etika mengenai perilaku membawa tas belanja pribadi memediasi
hubungan evaluasi deontologikal atau evaluasi berdasarkan kebenaran yang
melekat dan evaluasi teleologikal atau evaluasi berdasarkan konsekuensi
konsumen dalam mempengaruhi intensi untuk membawa tas belanja pribadi
Mengingat intensi konsumen untuk membawa tas belanja pribadi mungkin saja
tidak melalui mediasi ‘BYOB Ethical Judgement’ demi mencapai atau menghindari
konsekuensi tertentu (Hunt dan Vitell, 1986) dibentuk sebuah hipotesis:
Hipotesis 4: Evaluasi teleologikal konsumen atau evaluasi yang berdasarkan
konsekuensi secara langsung mempengaruhi intensi konsumen untuk
membawa tas belanja pribadi (BYOB Intention).
Sebagai tambahan, studi menggambarkan literatur psikologi sosial dan
mengonsiderasikan konstruk ‘kebiasaan’ untuk dimasukkan ke dalam model, sehingga
terbentuk sebuah hipotesis:
Hiposesis 5: Kebiasaan konsumen untuk membawa tas belanja pribadi (BYOB
Habit) memberikan pengaruh secara langsung pada intensi konsumen untuk
membawa tas belanja pribadi (BYOB Intention).
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Karena adanya pengaruh yang relatif berbeda antara evaluasi teleologikal dan
deontologikal terhadap ethical judgement mengenai intensi konsumen untuk membawa
tas belanja pribadi, terbentuk hipotesis enam.
Hipotesis 6: Evaluasi teleologikal konsumen atau evaluasi berdasarkan
konsekuensi memberikan pengaruh yang lebih besar daripada evaluasi
deontologikal atau evaluasi berdasarkan kebenaran yang melekat terhadap
ethical judgment konsumen dalam intensi untuk membawa tas belanja pribadi
(BYOB Ethical Judgment).
Berdasarkan Robin et. al (1996) dalam Chan et. al (2008), PIE (the Perceived
Importance of an Ethical Issue) atau penilaian seseorang akan tingkat kepentingan suatu
isu etika dapat dilihat sebagai konstruk pemikiran situasional yang subjektif. Hal ini sama
seperti gagasan bahwa keterlibatan yang mempengaruhi cara pendekatan konsumen pada
suatu isu etika tertentu. Gagasan ini menyatakan bahwa apabila seseorang menganggap
isu etika sebagai hal yang penting dan relevan untuk mereka, mereka akan lebih banyak
melakukan usaha dalam mengevaluasi hal tersebut. Secara logika, tingkat tinggi dalam
usaha kognitif ini akan menghasilkan hubungan yang lebih kuat antara berbagai konstruk
yang berkaitan dengan etika (evaluasi deontologikal, evaluasi teologikal, dan BYOB
ethical judgment) serta BYOB intention. Sebaliknya, usaha kognitif dalam melakukan
proses pembuatan keputusan perihal etika selanjutnya dapat meningkat untuk mengikuti
kebiasaan yang muncul dalam situasi yang sama secara subsekuen (Aarts et al., 1998;
Conner and Armitage, 1998). Hal ini mengimplikasikan sebuah hubungan yang lebih
lemah antara perilaku kebiasaan dan intensi perilaku subsekuen. Diskusi di atas
mengarahkan pada hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis7: Pemikiran konsumen mengenai isu etika atau disingkat ‘PIE’
(Perceived Importance of Ethical Issue) memoderasi proses yang berhubungan
dengan terbentuknya BYOB Ethical Judgment dan
BYOB. Secara spesifik, tingginya PIE melemahkan hubungan antara:
(H7a) BYOB Habit dan BYOB Intention; namun memperkuat hubungan antara:
(H7b) Evaluasi deontologikal dan BYOB Ethical Judgment;
(H7c) Evaluasi teleologikal dan BYOB Ethical Judgment;
dan (H7d) BYOB Ethical Judgment dan BYOB Intention.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Penelitian ini berkaitan dengan pemasaran ramah lingkungan serta pemasaran sosial.
Beberapa peneliti telah berargumen bahwa perilaku ramah lingkungan konsumen
ditentukan oleh banyak faktor yang bergantung pada tipe perilaku dan keterlibatan
konsumen pada produk dan perilaku terkait. Stern (2000) dalam Jansson et al (2010)
memberikan empat kategori determinan dari perilaku ramah lingkungan konsumen, yaitu
kekuatan kontekstual (contextual forces), faktor attititudinal, kebiasaan atau rutinitas, dan
kapabilitas personal. Yankelovich (2007) dalam Makower (2009) menemukan bahwa
perilaku ramah lingkungan dan sikap ramah lingkungan tidak selalu memprediksi
perilaku ramah lingkungan, dan perilaku ramah lingkungan seringkali muncul tanpa
adanya sikap ramah lingkungan. Schwartz (1992) dalam Jansson et al (2010)
mengemukakan adanya teori mengenai nilai, norma, dan perilaku (VBN theory) yang
menggagaskan bahwa hubungan antara nilai dan perilaku yang dilakukan dipengaruhi
oleh beberapa faktor lain, yaitu nilai-nilai mendasar (fundamental), perilaku dari
kepercayaan spesifik, serta norma moral personal yang mengarahkan pada tindakan
individu. Di lain pihak, Kotler (1971) menyatakan bahwa pemasaran sosial merupakan
kerangka menjanjikan untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan sosial.
Kotler mendefinisikan pemasaran sosial sebagai desain, implementasi, serta kontrol
program yang dikalkulasi untuk mempengaruhi diterimanya ide sosial dengan
mengkonsiderasikan produk, perencanaan, pemberian harga, komunikasi, distribusi, serta
riset pemasaran. Maka dari itu, merupakan suatu penggunaan secara eksplisit bagi ilmu
pemasaran untuk menerjemahkan usaha dalam menciptakan tindakan berpengaruh sosial
agar dapat terancang dan terkomunikasi dengan baik yang menarik respon target audiens.
3. Metode Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian konklusif deskriptif
dengan menggunakan metode single cross sectional design. Metode ini diterapkan
dengan melakukan survei berupa penyebaran kuesioner. Responden yang dapat mengisi
kuesioner adalah mereka yang telah lolos tahapan screening yaitu konsumen yang
terbiasa untuk mengunjungi supermarket dan/atau minimarket setidaknya sekali dalam
sebulan. Metode sampling yang digunakan adalah non probability sampling, yaitu
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
convenience sampling dan snowball sampling. Sebelum dilakukan penelitian utama,
beberapa kali uji pre test dilakukan untuk memastikan bahwa pertanyaan yang disajikan
dalam kuesioner telah mudah dipahami oleh responden, dengan pada awalnya
menanyakan pada sepuluh responden kritis, dan setelah dilakukan revisi pada
pengemasan pertanyaan, dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner kepada lebih dari 30
orang yang hasilnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Pengambilan data dilakukan di Jakarta dan Depok dengan jumlah 162 responden.
Sebanyak 57% dari responden berjenis kelamin wanita, dengan pekerjaan sebagai
pegawai swasta (71%), mahasiswa (19%), ibu rumah tangga (19%). Sebanyak 42% dari
para responden berusia 19-25 tahun, 40% lainnya berusia 26-34 tahun, 10% berusia 35-
45 tahun, serta sisanya berusia di atas 45 tahun. Sebagian besar responden (60%) bergelar
S1 atau setara, dengan pendidikan terakhir lain sebanyak 21% dari SMA atau setara,
15,3% D3 atau setara, serta 3,7% dari S2 atau setara. Di sisi lain, 38% dari responden
memasuki kategori berpengeluaran di atas Rp3.000.000 (SES A), dan 29% memasuki
kategori SES B dengan pengeluaran Rp2.000.000-Rp3.000.000.
Metode analisis data yang dilakukan adalah metode Structural Equation Modeling
(SEM) dengan pendekatan two step approach. Sesuai hipotesis, proses terdapat
moderating role effect yang pengolahannya dilakukan dengan perhitungan p values dan
perbandingan nilai Standard Loading Factor (SLF) antara model struktural sebelum dan
sesudah adanya efek moderasi dari variabel Perceived Importance of Ethical Issue (PIE)
pada variabel independen hubungan ynag termoderasi.
4. Hasil Penelitian Sesuai metode analisis Structural Equation Modeling (SEM), sebelum melakukan
analisis hubungan kausal, peneliti terlebih dahulu melakukan confirmatory factor
analysis untuk menguji validitas, reliabilitas, dan kecocokan model pengukuran. Untuk
dinyatakan valid, sebuah variabel teramati harus memiliki nilai loading faktor paling
tidak 0,5 dan t-value paling tidak 1,96. Tabel 1 berikut memperlihatkan hasil dari uji
validitas model pengukuran awal tanpa respesifikasi.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Model Pengukuran
Variabel Indikator T-value Standard
Keterangan Loading Factor
Evaluasi Deontologikal
DE1 10,45 0.79 Valid DE2 8,33 0.65 Valid DE3 5,55 0.46 Tidak Valid
Evaluasi Teleologikal
TE1 8,86 0.64 Valid TE2 9,35 0.67 Valid TE3 9,93 0.7 Valid TE4 2.92 0.24 Tidak Valid TE5 13,41 0.86 Valid TE6 12,90 0.84 Valid TE7 13,08 0.85 Valid TE8 3,15 0.25 Tidak Valid
Ethical Judgement
EJ1 8,57 0.63 Valid EJ2 7,08 0.53 Valid EJ3 14,07 0.9 Valid EJ4 15,16 0.94 Valid
BYOB Intention INT1 12,70 0.84 Valid INT2 10,35 0.73 Valid INT3 10,82 0.75 Valid
BYOB Habit HAB1 7,46 0.6 Valid HAB2 9,23 0.73 Valid HAB3 5,74 0.48 Tidak Valid
Perceived Importance of Ethical Issue
PIE1 13,03 0.86 Valid PIE2 11,97 0.81 Valid PIE3 7,36 0.56 Valid PIE4 6,04 0.47 Tidak Valid
Sumber: hasil perhitungan LISREL 851 olahan peneliti
Berdasarkan hasil dari uji validitas, dapat disimpulkan bahwa ada lima indikator
yang tidak valid. Pengujian dilanjutkan dengan menghitung nilai Construct Reliability
dan Variance Extracted dari tiap variabel, yang memiliki kriteria minimum bernilai 0,7
untuk Construct Reliability, dan nilai 0,5 untuk Variance Extracted untuk dikategorikan
sebagai variabel yang reliabel.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Hasil uji reliabilitas model pengukuran diperlihatkan oleh Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas Model Pengukuran
Variabel Indikator Standard Loading Factor
Error Construct Reliability
Variance Extracted
Keterangan (Kesimpulan)
Evaluasi Deontologikal
DE1 0.79 0.37 0.67 0.42
Not fit (Tidak
Reliabel) DE2 0.65 0.58 DE3 0.46 0.79
Evaluasi Teleologikal
TE1 0.64 0.58
0.85 0.46 Marginal fit
(Kurang Reliabel)
TE2 0.67 0.55 TE3 0.7 0.51 TE4 0.24 0.94 TE5 0.86 0.26 TE6 0.84 0.29 TE7 0.85 0.28 TE8 0.25 0.94
Ethical Judgment
EJ1 0.63 0.61
0.85 0.59 Good fit (Reliabel)
EJ2 0.53 0.71 EJ3 0.9 0.2 EJ4 0.94 0.12
BYOB Intention
INT1 0.84 0.29 0.82 0.6 Good fit
(Reliabel) INT2 0.73 0.47 INT3 0.75 0.43
BYOB Habit HAB1 0.6 0.64
0.75 0.5 Good fit (Reliabel) HAB2 0.73 0.46
HAB3 0.48 0,77
Perceived Importance of Ethical Issue
PIE1 0.86 0.26
0.78 0.48 Marginal fit
(Kurang Reliabel)
PIE2 0.81 0.34 PIE3 0.56 0.69 PIE4 0.47 0.78 Sumber: hasil perhitungan LISREL 851 olahan peneliti
Model pengukuran ini memiliki nilai RMSEA sebesar 0,119 sehingga
respesifikasi harus dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan serta analisis dari sudut
pandang indeks modifikasi pada hasil output LISREL 8.51, peneliti memutuskan untuk
menghapus indikator DE1, DE3, TE4, TE8, dan PIE4.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Tabel 3 berikut memperlihatkan hasil uji validitas dan reliabilitas model
pengukuran setelah respesifikasi.
Tabel 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Setelah Respesifikasi
Variabel Indikator T-value Standard Loading Factor
Construct Reliability
Variance Extracted Keterangan
Evaluasi
Deontologikal DE2 1,03 Valid dan
Reliabel
Evaluasi
Teleologikal
TE1 8,45 0,72
0,87
0,52
Valid dan Reliabel
TE2 9,21 0,78 TE3 9,37 0,76 TE5 7,89 0,66 TE6 7,89 0,65 TE7 9,26 0,75
Ethical Judgment
EJ1 11,11 0,91
0,83 0,55 Valid Dan Reliabel
EJ2 10,66 0,87 EJ3 7,29 0,58 EJ4 6,63 0,54
BYOB Intention
INT1 11,94 0,81
0,83
0,61 Valid
dan Reliabel INT2 10,80 0,76 INT3 11,22 0,78
BYOB Habit HAB1 8,20 0,66
0,69 0,45 Valid, kurang reliabel
HAB2 9,58 0,72 HAB3 6,92 0,58
Perceived Importance of Ethical Issue
PIE1 12,87 0,85 0,8 0,45
Valid, kurang reliabel
PIE2 12,00 0,81 PIE3 8,06 0,60
Sumber: hasil perhitungan LISREL 8.51 olahan peneliti
Dengan nilai RMSEA 0,079 yang memenuhi kriteria kecocokan model, serta
pemenuhan kriteria validitas dan reliabilitas, analisis data dilanjutkan dengan melihat
hasil model struktural. Sebagai catatan, bagaimanapun nilai variance extracted dari
variabel BYOB Habit dan Perceived Importance of Ethical Issue (PIE) yang termasuk
kurang reliabel (marginal fit) merupakan salah satu dari keterbatasan penelitian.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Gambar 2 di bawah memperlihatkan diagram lintasan model struktural berikut
nilai estimasi dan t-values dari tiap hubungan.
Gambar 2 Diagram Lintasan Model Struktural
( Estimates | T-value ) Sumber: Output LISREL 8.51, hasil olahan peneliti
Apabila dilihat dari sudut pandang koefisien determinasi ( R2 ), didapatkan hasil
yaitu nnilai R2 dari variabel Ethical Judgment (etjudg) dan BYOB Intention (intent)
memiliki nilai R2 yang baik, yaitu 0,41 untuk Ethical Judgment dan 0,77 untuk BYOB
Intention. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Ethical Judgment dan BYOB Intention
dijelaskan dengan baik oleh variabel independennya.
5. Pembahasan Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat terlihat dan disimpulkan bahwa:
• Hubungan Evaluasi Deontologikal (DE) dan Ethical Judgment (EJ) memiliki nilai t
atau t value sebesar 5,27, menandakan bahwa variabel DE memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap variabel EJ. Berdasarkan hasil estimasi, variabel
DE diketahui mempengaruhi variabel EJ sebesar 0,2. Hipotesis 1 diterima
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
• Hubungan Evaluasi Teleologikal (TE) dan Ethical Judgment (EJ) memiliki nilai t
sebesar 6,78, menandakan bahwa variabel TE memberikan pengaruh positif yang
signifikan terhadap Ethical Judgment (EJ) . Hipotesis 2 diterima. Berdasarkan
hasil estimasi, variabel TE diketahui mempengaruhi variabel EJ sebesar 0,57.
• Hubungan variabel Ethical Judgment (EJ) dan BYOB Intention memiliki nilai t
sebesar 2,83 yang menandakan bahwa variabel Ethical Judgment memberi
pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel BYOB Intention. Hipotesis 3
diterima. Berdasarkan hasil estimasi, variabel EJ diketahui mempengaruhi variabel
intensi sebesar 0,26.
• Hubungan variabel Evaluasi Teleologikal (TE) dan BYOB Intention yang hanya
memiliki nilai t 0,27 mengartikan bahwa variabel tersebut tidak mempengaruhi
variabel BYOB Intention secara positif. Hipotesis 4 ditolak. Sebagai catatan,
pilihan konsekuensi yang terdapat pada pertanyaan dalam kuesioner merupakan
konsekuensi-konsekuensi dari adanya perilaku membawa tas belanja pribadi yang
bersifat tidak langsung, seperti mengurangi limbah dan melestarikan sumber daya
alam, bukan konsekuensi langsung pada konsumen seperti mendapat diskon harga.
• Hubungan variabel BYOB Habit dan BYOB Intention memiliki nilai t sebesar 8,11,
serta berdasarkan nilai estimasi, diketahui mempengaruhi variabel EJ sebesar 0,78.
Hal ini menandakan bahwa variabel kebiasaan mempengaruhi variabel intensi
secara positif dan signifikan. Hipotesis 5 diterima. Bahkan mempunyai nilai
hubungan yang paling besar di antara variabel-variabel lain.
• Nilai estimasi evaluasi teleologikal yaitu 0,57 yang lebih tinggi dari nilai estimasi
evaluasi deontologikal yang hanya 0,2, Hasil tersebut menandakan bahwa evaluasi
konsumen mengenai baik-buruknya konsekuensi (evaluasi teleologikal) perilaku
membawa tas belanja pribadi mempengaruhi penilaian dari sudut pandang etika
konsumen (ethical judgment) mengenai perilaku tersebut, yang pada akhirnya
mendorong adanya intensi konsumen untuk membawa tas belanja pribadi.
Hipotesis 6 diterima. Hal ini seirama dengan hasil penelitian Chan et al (2008)
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Dalam menguji hipotesis 7, dilakukan perhitungan p-values dan perbandingan
nilai Standard Loading Factor (SLF), yang disimpulkan pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 Rangkuman Uji Efek Moderasi
Hubungan P values Sebelum Moderasi
Setelah Moderasi
Pengaruh Moderasi Kesimpulan
Habit -> Intention 0,0064 0,78 0,88 + 0,1 Efek moderasi memperkuat hubungan
Deontologikal -> Ethical Judgment
0,00024 0,2 0,12 - 0,08 Efek moderasi memperlemah hubungan
Teleologikal -> Ethical Judgment
0,17 - - - Tidak ada efek moderasi
Ethical Judgment -> Intention
0,00022 0,26 0,34 + 0,07 Efek moderasi memperkuat hubungan
Sumber: hasil perhitungan LISREL 8.51 olahan peneliti
Suatu hubungan dapat dikatakan mendapat efek moderasi apabila memenuhi
kriteria signifikan yaitu memiliki nilai p-value yang di bawah 0,05. P-value didapatkan
dari perhitungan ‘CHIDIST’ dalam program excel untuk selisih chi square dan degrees of
freedom dari model struktural sebelum dan sesudah moderasi. Apabila nilai memenuhi
kriteria dan hubungan dapat dikatakan mendapat efek moderasi, selanjutnya dilakukan
perbandingan nilai Standard Loading Factor (SLF) untuk mengetahui apakah efek
moderasi memperkuat atau memperlemah hubungan, berkurangnya nilai SLF pada
hubungan dalam model struktural setelah diberikan efek moderasi mengindikasikan efek
moderasi yang melemahkan hubungan, begitu juga sebaliknya. (Wijanto, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian, seperti tertuang pada tabel 4, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 7a, 7b, dan 7c ditolak. Sedangkan hipotesis 7d diterima.
6. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
yang berdasar pada kebenaran yang melekat (evaluasi deontologikal), dan evaluasi yang
berdasar pada konsekuensi (evaluasi teleologikal) atas perilaku terkait berpengaruh
secara positif pada ethical judgment yang merupakan mediasi dari kedua faktor tersebut
dalam mempengaruhi intensi konsumen untuk membawa tas belanja pribadi ketika
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
mengunjungi supermarket dan minimarket. Selain sesuai dengan Hunt and Vitell Theory
of Ethics oleh Hunt dan Vitell (2006), dan seirama dengan hasil penelitian Chan et al
(2008), DeConinck et al (1997) menjelaskan bahwa ethical judgment atau penilaian
konsumen dari sudut pandang etika adalah fungsi dari evaluasi deontologikal dan
evaluasi teleologikal, serta mempengaruhi bagaimana sesorang berperilaku ketika
berkonfrontasi dengan suatu permasalahan etika. Namun, evaluasi berdasarkan
konsekuensi (teleologikal) yang dalam penelitian ini lebih kepada konsekuensi yang
bersifat tidak langsung, tidak mempengaruhi intensi konsumen secara langsung.
Menurut Dennis Cole et al (2000), semakin besar konsekuensi yang (atau mungkin)
didapatkan apabila seseorang membuat suatu keputusan (juga semakin tinggi
kemungkinan suatu konsekuensi serta tingkat kepentingan suatu konsekuensi pada
pembuat keputusan), semakin tinggi pula evaluasi teleologikal bagi suatu tindakan.
Berdasarkan hasl tersebut, dapat dilihat bahwa konsekuensi secara tidak langsung
cenderung tidak secara efektif dan langsung meningkatkan intensi konsumen untuk
membawa tas belanja pribadi. Di sisi lain, kebiasaan konsumen terkait perilaku
membawa tas belanja pribadi merupakan faktor yang paling secara positif
mempengaruhi intensi konsumen untuk melakukan perilaku tersebut dibandingkan
faktor-faktor lainnya. Menurut Chan et al (2008), untuk perilaku repetitif seperti
membawa tas belanja pribadi, bukan merupakan suatu hal yang mengagetkan untuk
melihat tingginya hubungan antara kebiasaan yang relevan dengan konstruk intensi.
Hasil penelitian lainnya adalah bahwa pemikiran konsumen mengenai tingkat
kepentingan isu etika (Perceived Importance of Ethical Issue), dalam hal ini perilaku
membawa tas belanja pribadi: Memperkuat hubungan antara evaluasi yang berdasar pada
kebenaran yang melekat (evaluasi deontologikal) konsumen terhadap ethical judgment
konsumen serta hubungan kebiasaan terhadap intensi konsumen untuk membawa tas
belanja pribadi sebagai pengganti kantung plastic. Akan tetapi, melemahkan hubungan
antara evaluasi konsumen yang berdasarkan konsekuensi perilaku (evaluasi teleologikal)
terhadap ethical judgment konsumen terhadap perilaku membawa tas belanja pribadi,
serta tidak memberikan pengaruh pada hubungan antara evaluasi yang berdasarkan
konsekuensi (evaluasi teleologikal) dengan ethical judgment konsumen terhadap
perilaku membawa tas belanja pribadi.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
7. Implikasi Manajerial
Secara umum, untuk mendukung adanya usaha pengurangan dampak negatif dari
kegiatan belanja dengan melakukan perilaku membawa tas belanja pribadi ketika
mengunjungi supermarket dan minimarket, perusahaan, pemerintah, praktisi dapat
melakukan upaya-upaya terintegrasi untuk meningkatkan adanya kebiasaan masyarakat
dalam melakukan perilaku tersebut, menciptakan konsekuensi positif untuk konsumen
yang mau membawa tas belanja pribadi, serta menggunakan kebenaran yang melekat
pada perilaku membawa tas belanja pribadi sebagai key message ketika melakukan
sosialisasi ataupun kampanye dalam membawa tas belanja pribadi untuk mengurangi
sampah plastik. Dibutuhkannya upaya terintegrasi dikarenakan oleh kegiatan mendorong
diterapkannya perilaku membawa tas belanja pribadi yang tergolong dalam salah satu
usaha pemasaran sosial. Menurut Wiebe’s Analysis (1970) dalam Kotler (1971), untuk
tercapainya kampanye sosial yang efektif, dibutuhkan beberapa faktor yang mendukung,
antara lain motivasi konsumen yang didapatkan dari pemikiran konsumen akan keharusan
suatu perilaku dilakukan yang berasal dari pesan maupun stimulasi yang diberikan (the
force), arahan mengenai apa yang harus dilakukan untuk melakukan suatu perilaku atau
perubahan (the direction), Mekanisme yang mengubah motivasi menjadi suatu tindakan
(the mechanism), kemampuan seseorang dan keefektifan agen untuk menjalankan
tugasnya (adequancy and compatibility), serta estimasi cost dan benefit yang cenderung
menguntungkan (distance).
Pemerintah dapat berperan sebagai pemberi kebijakan yang mendorong
perusahaan maupun masyarakat untuk menerapkan perilaku membawa tas belanja
pribadi, sebagai contoh adalah adanya surat himbauan dari PEMDA DKI pada
perusahaan yang berpartisipasi pada Jakarta Festival Great Sale (JFGS) 2013 untuk
mengurangi penggunaan kantung plastik dengan tidak memberikan kantung belanja
berbahan plastik secara gratis (Napitupulu, 2013). Selain itu, untuk mendorong
terciptanya kebiasaan untuk memiliki perilaku ramah lingkungan, akan lebih baik apabila
pemerintah mendukung adanya pendidikan terkait etika dan moral yang diadakan sejak di
sekolah, hingga sejak kecil masyarakat mulai mempunyai pola pikir untuk melakukan
perilaku-perilaku yang secara etis dan moral baik untuk jangka panjang.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Mengetahui hasil penelitian ini, perusahaan dapat mempertimbangkan adanya
penerapan program atau promosi yang membuat konsumen ingin membawa tas belanja
pribadi ketika mengunjungi supermarket dan minimarket. Sebagai contoh, adanya
promosi pada salah satu perusahaan ritel yaitu Alfamart yang memberikan diskon pada
konsumen apabila menggunakan tas belanja pribadi dengan beberapa ketentuan tertentu.
Program ini akan semakin efektif apabila diiringi dengan sosialisasi di dalam maupun di
dalam toko tersebut, dengan penggunaan key message kebenaran yang melekat pada
perilaku membawa tas belanja pribadi, seperti berkurangnya sampah plastik yang dapat
berakibat banjir, pemanasan global, ataupun gangguan kesehatan. Keefektifan program
dapat menarik konsumen yang peduli akan isu lingkungan untuk berbelanja di toko
perusahaan tersebut, hingga keuntungan perusahaan diharapkan bertambah. Di sisi lain,
perusahaan dapat memproduksi dan menjual tas belanja pribadi yang dikemas sesuai
brand produk atau jasa yang diinginkan. Berbeda dengan penggunaan kantung plastik
sebagai sarana promosi yang pada akhirnya seringkali dijadikan wadah tempat sampah,
penggunaan tas belanja pribadi oleh konsumen di tempat-tempat maupun situasi selain
ke supermarket atau minimarket merupakan hal yang menguntungkan bagi perusahaan
dalam melakukan kegiatan promosi dan meningkatkan brand awareness.
8. Saran untuk Penelitian Selanjutnya Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, saran untuk penelitian selanjutnya antara lain
adalah pemilihan target responden yang lebih difokuskan pada ibu rumah tangga, serta
pengurangan pertanyaan yang bersifat reversed question dalam kuesioner.
Referensi Anderson, J. C., & Gerbing, D. W. (1984). The effect of sampling error on convergence,
improper solutions, and goodness-of-fit indices for maximum likelihood
confirmatory factor analysis. Psychometrika, 49, 155−173.
Berita Resmi Statistik. No. 73/11/Th. XV, 5 November 2012.
http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner1.pdf
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Chan, Ricky Y. K.,Y. H. Wong, dan T. K. P. Leung (2008). Applying Ethical Concepts to
the Study of ‘‘Green’’ Consumer Behavior: An Analysis of Chinese Consumers
Intentions to Bring their Own Shopping Bags. Journal of Business Ethics, 79,
469–481
Cherry, J. and J. Fraedrich: 2002. Perceived Risk, Moral Philosophy and Marketing
Ethics: Mediating Influences on Sales Managers Ethical Decision Making.
Journal of Business Research 55, 951–962
Cole, Dennis, M. Joseph Sirgy, and Monroe Murphy Bird. 2000. How Do Managers
Make Teleological Evaluations in Ethical Dilemmas? Testing Part of and
Extending the Hunt-Vitell Model. Journal of Business Ethics. 259-269
DeConinck, James B, and William F. Lewis. 1997. The Influence of Deontological and
Teleological Considerations and Ethical Climate on Sales Manager’s Intentions
to Reward or Punish Sales Force Behavior. Journal of Business Ethics, 16, 497-
506.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E., & Tatham, R.L. 2009. Multivariate
data analysis. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education Inc.
Hunt, Shelby D. and S. J. Vitell . 1986. A General Theory of Marketing Ethics, Journal of
Macromarketing 8, 5–16.
Hunt, Shelby D, and Scott J. Vitell. 2006. A General Theory of Marketing Ethics:
Revision and Three Questions. Journal of Macromarketing, 26, 1-11.
Jansson, Johan, Agneta Marell, and Annika Nordlund. (2010). Green Consumer
Behavior: determinant of curtailment and eco-innovation adoption. Journal of
Consumer Marketing. 27. 358-370
Kotler, Philip. Marketing Management. Volume 1. Prentice Hall. 2000
Kotler, Philip and Gerald Zaltman. (1971). Social Marketing: An Approach to Planned
Social Change. Journal of Marketing. 35, 3-12.
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Makower, Joel. Strategies for The Green Economy. 2009. New York: Mc Graw Hill.
Malhotra. Naresh K. Marketing Research An Applied Orientation. 6th ed. Prentice Hall.
New York. 2009.
Mowen, John C and Michael Minor. Consumer Behavior. 1998. Fifth Edition. Prentice
Hall.
Napitupulu, Ester Lince. 2013. Basuki: Satu Bulan Tanpa Kantong Plastik di Jakarta.
Kompas.com
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/10/18122376/Basuki.Satu.Bulan.Ta
npa.Kantong.Plastik.di.Jakarta?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_camp
aign=Ktswp
Mirzani, Tiza. 2013. Petisi. change.org.
http://www.change.org/id/petisi/hero-hypermart-dan-supermarket-lainnya-
kantong-plastik-jangan-gratis
‘Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik: Sebuah Solusi Kecil untuk Membuat
Perubahan yang Besar’. 8 September 2012.
http://sebuahungkapan.wordpress.com/2012/09/08/mengurangi-penggunaan-
kantong-plastik-sebuah-solusi-kecil-untuk-membuat-perubahan-yang-besar/
Oxford. 2002. The Oxford University Business Dictionary. Oxford: Oxford University
Press.
Peattie, Ken. and Charter, M. 1994. Green marketing. The Marketing Book. 28: 726-756
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terkini 2013
http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/ekonomi-makro/103-
perkembangan-ekonomi-terkini-2013-i
Purdy, K. A.: 1995, ‘Environmental Ethics’, in J. K. Roth. (ed.), ‘International
Encyclopedia of Ethics’ (Fitzroy- Dearborn, London), 267–270
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013
Robin, D. P., R. E. Reidenbach and P. J. Forrest: 1996, ‘The Perceived Importance of an
Ethical Issue as an Influence on the Ethical Decision Making of Ad Managers’,
Journal of Business Research, 35, 17–28.
Vieira, Armando Luis. (2011). Interactive LISREL in practice: getting started with
SIMPLIS approach. New York: Springer.
Woisetschläger, David M., Patrick Lentz, Heiner Evanschitzky: 2011. How habits,
social ties, and economic switching barriers affect customer loyalty in
contractual service settings. Journal of Business Research 64, 800-808.
Wu, Paul C S. Yeh, Gary Yeong-Yuh;Hsiao, Chieh-Ru: 2011.The effect of store image
and service quality on brand image and purchase intention for private label
brands. Australasian Marketing Journal 19, 30-39.
Yahoo! News. 16 Mei 2012. Bergerak Mengurangi Sampah Kantung Plastik. Yahoo.com http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/bergerak-mengurangi-sampah-
kantung-plastik.html
Analisis faktor…, Deladwita Suyoso, FE UI, 2013