analisis pengaruh auditor judgment -...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH AUDITOR JUDGMENT
DAN RISIKO AUDIT TERHADAP
AUDIT SAMPLING
Oleh
RUDI HANSARI
NIM: 204082002332
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1430 H / 2009 M
ANALISIS PENGARUH AUDITOR JUDGMENT
DAN RISIKO AUDIT TERHADAP
AUDIT SAMPLING
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
RUDI HANSARI
NIM: 204082002332
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA
NIP. 131 474 891 NIP. 132 055 044
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1430 H / 2009 M
Hari ini Kamis, Tanggal 5 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rudi Hansari NIM: 204082002332
dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH AUDITOR JUDGMENT DAN
RISIKO AUDIT TERHADAP AUDIT SAMPLING”. Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Maret 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE, Ak., M.Si Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Hari ini Rabu, Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Rudi Hansari NIM: 204082002332 dengan judul Skripsi
“ANALISIS PENGARUH AUDITOR JUDGMENT DAN RISIKO AUDIT
TERHADAP AUDIT SAMPLING”. Memperhatikan kemampuan keilmuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA
Pembimbing I Pembimbing II
Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rudi Hansari
Tempat / Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 26 Maret 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Bulak Timur RT 13 RW 11 Kedaung,
Pamulang – Tangerang 15415
Telp / HP : 0852 1317 3281
E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
MI : Al-Ishlah Karangmulya Tasikmalaya : Lulus tahun 1998
MTs : MTs Al-Ishlah Karangmulya Tasikmalaya : Lulus tahun 2001
MAN : Kiara Kuda Ciawi Tasikmalaya : Lulus tahun 2004
S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Lulus tahun 2009
Analysis Influence Auditor Judgment
and Audit Risk to Audit Sampling
By
Rudi Hansari
ABSTRACT
The research purpose is to explain the influence of auditor judgment with
audit sampling, the influence of audit risk with audit sampling and the influence of
both auditor judgment and audit risk with audit sampling. The research has been
done by questionnaires independent auditor. The respondent are auditor’s who
worked in KAP at Jakarta which of 103 responden. To analyze data researcher
used SPSS 12 Version.
The result of this research shows that auditor judgment and audit risk
variables have significanty influences of audit sampling for about 0.000 which is
less than 0.05. Partially, auditor judgment variable have significant influence of
audit sampling and audit risk variable did’t have influence significance of audit
sampling.
Keywords: auditor judgment, audit risk, risk sampling, risk non sampling, audit
sampling, sampling statistic, sampling non statistic..
Analisis Pengaruh Auditor Judgment dan
Risiko Audit Terhadap Audit Sampling
Oleh
Rudi Hansari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh auditor judgment
terhadap audit sampling, pengaruh risiko audit terhadap audit sampling, dan
pengaruh auditor judgment dan risiko audit secara bersama terhadap audit
sampling. Penelitian dilakukan melalui pengisian kuisioner oleh auditor
independen. Responden penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP di
wilayah Jakarta sebanyak 103 responden. Sedangkan untuk metode analisis data
dan uji hipotesis penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung
program SPSS versi 12.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel auditor judgment
dan risiko audit secara bersama berpengaruh signifikan terhadap audit sampling
sebesar 0.000 dimana kurang dari 0.05. Secara parsial, variabel auditor judgment
berpengaruh signifikan terhadap audit sampling dan variabel risiko audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit sampling.
Kata Kunci: auditor judgment, risiko audit, risiko sampling, risiko non sampling,
audit sampling, sampling statistik dan sampling non statistik
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia,
sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur
cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih
tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang
telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah
terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,
dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, untuk Mamah dan Apa yang selalu memberikan
rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dan yang selalu mengiringi saya melalui
doa dan restu.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
3. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan sehingga penulis skripsi ini
dapat terselesaikan
4. Adikku Aziz, Megi dan Dewi, yang telah memberikan motivasi jadilah anak
yang sholeh/sholehah dan berbakti kedua orang tua, kalian harus lebih baik
dari aa mu ini.
5. Seluruh dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, staf keamanan dan staf
kebersihan Fakultas Ekonomi atas semua ilmu, bantuan, kemudahan, perhatian
dan pelayanan yang telah diberikan
6. Semua teman-teman seperjuangan akuntansi dan manajemen angkatan 2004
yang tidak bisa disebutkan namanya satu-satu, terimakasih telah memberikan
masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.
7. Teman-teman ijo lumut, Hendri, Arya, Habib, Imam, Fi’i, Argo, Andi, Fahmi
dan Fredi, terimakasih telah memberikan motivasinya.
8. Pihak KAP yang bersedia untuk mengisi kuisioner demi terkumpulnya dan
selesainya penelitian ini.
9. Untuk semua orang yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya,
saya mengucapkan terima kasih banyak
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Jakarta, April 2009
Rudi Hansari
Hal
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiii
xiv
1
8
8
8
9
10
10
14
15
18
21
25
25
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...............................
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
B. Perumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................
1. Tujuan Penelitian .....................................................................
2. Manfaat Penelitian ...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Audit Sampling .............................................................................
1. Definisi Audit Sampling ...........................................................
2. Sampling Statistik....................................................................
a. Attribute Sampling .............................................................
b. Variable Sampling..............................................................
3. Sampling Non Statistik ............................................................
B. Auditor Judgment .........................................................................
1. Definisi Auditor Judgment .......................................................
Hal
26
26
29
30
32
32
35
41
43
44
45
45
47
48
48
49
49
49
49
49
50
51
52
52
52
53
53
2. Faktor-faktor Fundamental Auditor Judgment ..........................
a. Pengalaman .......................................................................
b. Pengetahuan.......................................................................
c. Kompleksitas Tugas...........................................................
C. Risiko Audit .................................................................................
1. Definisi Risiko Audit ...............................................................
2. Risiko Sampling ......................................................................
3. Risiko Non Sampling...............................................................
D. Kerangka Pemikiran .....................................................................
E. Perumusan Hipotesis .....................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian..............................................................
B. Metode Penentuan Sampel.............................................................
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................
D. Metode Analisis Data ....................................................................
1. Deskriptif Data ........................................................................
2. Uji Kualitas Data .....................................................................
a. Uji validitas........................................................................
b. Uji reliabilitas ....................................................................
3. Uji Asumsi Klasik....................................................................
a. Uji normalitas ....................................................................
b. Uji heteroskedastisitas........................................................
c. Uji multikolinearitas...........................................................
4. Uji Hipotesis............................................................................
a. Uji statistik t (uji parsial) ....................................................
b. Uji statistik F (uji simultan)................................................
c. Uji R2 (koefisien determinasi).............................................
d. Analisis regresi berganda ...................................................
E. Operasional Variabel Penelitian.....................................................54
Hal
61
61
62
66
66
66
69
70
70
72
73
73
73
77
79
80
82
83
86
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................
1. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
2. Deskriptif Data ........................................................................
B. Penemuan dan Pembahasan ...........................................................
1. Uji Kualitas Data .....................................................................
a. Uji validitas........................................................................
b. Uji reliabilitas ....................................................................
2. Uji Asumsi Klasik....................................................................
a. Uji normalitas ....................................................................
b. Uji heteroskedastisitas........................................................
c. Uji multikolinearitas...........................................................
3. Uji Hipotesis............................................................................
a. Uji statistik t (uji parsial) ....................................................
b. Uji statistik F (uji simultan)................................................
c. Uji R2 (koefisien determinasi).............................................
d. Analisis regresi berganda ...................................................
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Implikasi.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Pemilihan Teknik Pendekatan Audit Sampling 12
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran 43
Gambar 4.1 Normal P-P Plot 71
Gambar 4.2 Scatterplot 72
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 2.1 Risiko Beta dan Risiko Alfa 39
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian 58
Tabel 4.1 Data Penyebaran Kuisioner 62
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 63
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 63
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 64
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Jabatan 64
Tabel 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja 65
Tabel 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan
66
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Auditor Judgment (Variabel X1) 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Risiko Audit (Variabel X2) 68
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Audit Sampling (Variabel Y) 68
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas 69
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas 73
Tabel 4.13 Hail Uji t (Coeffients a) 74
Tabel 4.14 Hasil Uji F( ANOVAa) 78
Tabel 4.15 Hasil Uji R2 (Model Summary
b) 79
Tabel 4.16 Coeffients a 80
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 89
Lampiran 2 Matriks Jawaban Responden (Data Primer) 95
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out 101
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Try Out 105
Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis 109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Auditor adalah pihak yang diyakini berperan sebagai pengontrol dan penjaga
kepentingan publik dibidang yang terkait dengan keuangan. Auditor bertanggung
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material
baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Sebagai seorang ahli,
auditor harus memiliki kemampuan yang memadai tentang teknik-teknik audit dan
memahami kriteria yang digunakan. Hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan
baik secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam melakukan audit
(Huakanala dan Shinneke, 2004)
Seorang auditor juga dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Pelaksanaan tugas
pemeriksaan seorang auditor setidaknya harus memperhatikan tujuh elemen, yaitu
proses yang sistematik, mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara objektif,
asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan tingkat
kesesuaian, kriteria yang ditentukan, menyampaikan hasil-hasilnya, dan para
pemakai yang berkepentingan. Ketujuh elemen tersebut, dapat dikatakan bahwa
dalam melaksanakan tugasnya seorang auditor harus mengumpulkan serta
mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan untuk mendukung judgment yang
diberikannya.(Djaddang dan Parmono, 2002)
1
Sebagai pihak profesional, selain berpegang teguh pada standar
profesionalnya, auditor juga dituntut untuk berpegang teguh pada kode etik
pemeriksaan dalam mengemban tanggung jawab profesinya. Tanggung jawab
profesinya bukan hanya berhenti pada penyampaian laporan kepada klien / pihak
manajemen. Tetapi juga pertanggung jawaban terhadap isi pernyataan yang telah
ditanda-tanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati sekali dalam
melaksanakan tugas audit serta menetapkan judgment yang akan diberikannya.
(Huakanala dan Shinneke, 2004)
Hasil akhir sebuah audit adalah pernyataan pendapat berupa asersi dengan
sebenarnya dan pendapat wajar pada berbagai bentuk perusahaan. Opini biasanya
sangat kritis dalam memberikan informasi tentang bagaimana asersi dibuat.
Secara umum diharapkan oleh user laporan keuangan, bahwa auditor telah dilatih
dengan sungguh-sungguh sebelum menyatakan pendapatanya. (Djaddang dan
Parmono, 2002)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 mengenai “Penyajian
Laporan Keuangan”, paragraf 02, menyatakan :
“Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar penggunaan
laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan
yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya
seperti laporan tahunan, atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk
laporan keuangan konsolidasi”.
Lalu Paragraf 05 menyatakan:
“Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercaya
kepada mereka”.
Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan perusahaan. Agar laporan keuangan menjadi lebih reliable dan
kredibel manajemen memerlukan jasa pihak ketiga dalam hal ini adalah auditor
(Huakanala dan Shinneke, 2004)
Dalam Standar Auditing Seksi 110, mengenai “Tanggung Jawab dan Fungsi
Auditor Independen” Paragraf 02 menyatakan :
“Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material
terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material
terhadap laporan keuangan”.
Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan maka
auditor harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan
untuk mendukung pemberian pendapat atas laporan keuangan auditan. Dari bukti-
bukti yang dikumpulkan ini harus cukup memadai untuk menyakinkan auditor
dalam menyatakan pendapat (opini)
Standar pekerjaan lapangan yang ketiga menyatakan :
"Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. "
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan keabsahan
sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.
Bukti eksternal yang diperoleh dari pihak independent di luar perusahaan dianggap
lebih kuat, dalam arti dapat lebih diandalkan atau dipercaya keabsahaanya daripada
bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern) (Sukrisno
Agoes, 2007).
Dalam melakukan audit biasanya auditor tidak memeriksa keseluruhan
transaksi dan bukti-bukti yang terdapat pada perusahaan. Karena bila keseluruhan
diperiksa akan membutuhkan waktu yang lama dan memakan biaya yang besar.
Sebagai gantinya mereka melakukan pemeriksaan secara sampling, yaitu
pemeriksaan atas pos-pos dalam laporan keuangan yang besarnya kurang dari
100%. Dengan kata lain, pemeriksaan secara sampling adalah pemeriksaan atas
sebagian dari populasi (Huakanala dan Shinneke, 2004).
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor dengan
tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sebagai contoh, auditor
menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan seandainya ia melakukan inspeksi
atas seluruh faktur penjualan. Misalnya, ada 100 buah faktur penjualan sebagai
sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang
representatif apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung
kesalahan. Di samping itu, sampel harus mengandung stabilitas yang
dimaksudkan disini adalah jumlah sampel ditambah, maka hasilnya harus sama,
dan tidak berubah. Pada kenyataanya, auditor tidak akan dapat mengetahui apakah
sampel yang diambilnya merupakan sampel yang representatif, meskipun ia telah
selesai melaksanakan seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat
meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel
yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara
merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara
cermat dan teliti sebagai sampel. (Abdul Halim, 2008:255)
Abdul Halim (2008:259) lebih lanjut menyatakan, ada dua pendekatan umum
dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah : Pertama, sampling
statistik. Kedua, sampling non statistik. Kedua pendekatan tersebut apabila
diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup.
Untuk melaksanakan tugas tersebut auditor membutuhkan judgment dalam
pemeriksaanya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341
menyatakan bahwa audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya
kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan auditan.
Jamilah dkk (2007) menyatakan bahwa seorang auditor dalam melakukan
tugasnya membuat audit judgment dipengaruhi oleh banyak faktor yang meliputi
faktor gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Sedangkan menurut
Djajang dan Parmono (2002) dipengaruhi oleh faktor pengalaman, pengetahuan,
kompleksitas tugas.
Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan
tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan
dengan judgment yang dibuatnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi ini antara lain meliputi
faktor pengetahuan, perilaku auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi
informasi, serta kompleksitas tugas dalam melakukan pemeriksaan. (Jamilah dkk,
2007)
Auditor sebagai pelaksana dari jasa atestasi tentu saja memiliki risiko terhadap
kegagalan audit (audit failure) dalam mendeteksi salah saji dari suatu asersi.
Auditor bukanlah sesosok sempurna yang dapat menemukan kesalahan saji
dengan tingkat akurasi 100%. Auditor bekerja dengan batasan-batasan tertentu
yang membuat pekerjaanya tidak dapat mendeteksi salah saji dengan keakuratan
100%. (Huakanala dan Shinneke, 2004)
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga mengindikasikan pengakuan
adanya suatu ketidakpastian dalam audit. Ketidakpastian yang melekat dalam
audit sering disebut sebagai risiko audit. Risiko audit terdiri atas risiko bawaan,
risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Dengan menggunakan pertimbangan
professional, auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaaan
dan risiko pengendalian, dan melakukan pengujian subtantif untuk membatasi
risiko deteksi. Pengujian pengendalian baru dilaksanakan apabila terjadi
penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat
maksimum. (Abdul Halim, 2008:256-257).
Untuk menghindari atau meminimalkan suatu risiko audit, menurut stadar
auditing seksi 312 mengenai “risiko dan materialitas dalam pelaksanaan audit”
maka auditor diharuskan untuk mempertimbangkan dua hal sebagai berikut:
Pertama perencanaan audit dan Kedua melakukan evaluasi akhir apakah secara
keseluruhan penyajian laporan keuangan telah dilakukan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Surya Raharja (2005) menguji mengenai penerapan metode sampling audit dan
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode sampling audit oleh auditor
BPK. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sampling audit diantaranya
persepsi penggunaan metode sampling statistik, risiko audit, time pressure, dan
pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mempengaruhi secara
signifikan terhadap penggunaan metode sampling audit adalah persepsi terhadap
metode sampling statistik. Sedangkan time pressure, pengalaman dan risiko audit
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan metode sampling audit.
Perbedaan penelitian ini terdapat pada beberapa hal. Pertama, penelitian ini
berfokus pada auditor judgment yang diambil dari penelitian Djajang dan
Parmono (2002), yang terdiri dari beberapa faktor diantaranya pengalaman,
pengetahuan, dan kompleksitas tugas. Kedua, perbedaan penelitian ini
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel penelitian,
sampel penelitian terdahulu adalah auditor BPK yang tersebar di 7 (tujuh) kantor
perwakilan BPK di seluruh Indonesia. Sampel penelitian ini adalah auditor yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta. Ketiga,
pengujian analisis statistik penelitian sebelumnya menggunakan regresi logistik,
karena variabel dependenya variabel dummy. Sedangkan penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk menelitinya dalam bentuk
skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Auditor Judgment dan Risiko Audit
Terhadap Audit Sampling.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, skripsi ini mencoba
mengajukan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah auditor judgment berpengaruh signifikan terhadap audit sampling?
2. Apakah risiko audit berpengaruh signifikan terhadap audit sampling?
3. Apakah auditor judgment dan risiko audit secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap audit sampling?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara spesifik tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh auditor judgment
terhadap audit sampling
b. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh risiko audit
terhadap audit sampling
c. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi secara bersama pengaruh
auditor judgment dan risiko audit terhadap audit sampling
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagi auditor independen
Memberikan gambaran kepada auditor bagaimana judgment auditor
harus dilaksanakan secara profesional pada saat pengambilan sampel dan
risiko audit yang akan dihadapi auditor pada saat melakukan sampel
b. Bagi peneliti
Dapat memperluas pemahaman dan menambah pengetahuan tentang
audit sampling dan risiko yang terjadi pada saat melakukan sampling dan
sebagai langkah implementasi ilmu pengetahuan yang diperoleh
dilingkungan perkuliahan yang berupa teori dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan, sehingga teori yang diperoleh dapat diterapkan pada kondisi
yang sesungguhnya.
c. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i pada
umumnya serta memberikan kontribusi bagi mahasiswa/i yang mengambil
konsentrasi audit serta memberikan pengetahuan lebih bahwa dalam
pelaksanaan audit mengenai pengambilan sampel dipengaruhi oleh
pertimbangan auditor terutama pada saat menggunakan metode sampling
non statistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Audit Sampling
1. Definisi Audit Sampling
Mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA seksi 350
paragraf 01 audit sampling didefinisikan sebagai berikut:
“Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam
suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut”.
Basalamah (1994) dalam Huakanala dan Shinneke (2004), menyatakan
pemeriksaan secara sampling adalah pemeriksaan atas sebagian dari populasi
pos-pos laporan keuangan yang diperiksa dan menggunakan karakteristik dari
sebagian populasi tersebut untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh
mengenai populasi yang sedang diperiksa itu.
Tujuan auditor memilih sampel suatu populasi menurut Arens et. all.,
(2008) adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sampel
representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan
populasi. Artinya bagian yang disampling sama dengan yang tidak
disampling.
Menurut Holmes dan Burn (1993) dalam Huakanala dan Shinneke (2004),
memahami konsep, norma, etika, dan prosedur serta pengujian konvensional
saja tidaklah cukup untuk menjamin audit yang kompeten. Untuk menerapkan
proses audit yang independent secara kompeten, auditor juga harus memiliki
10
keterampilan dalam berbagai tehnik sampling. Audit sampling dirasakan
sangat berguna apabila auditor tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai
saldo-saldo akun transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji
untuk memenuhi tujuan auditnya.
IAPI (2008) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh auditor
dalam menentukan transaksi atau unsur dari suatu akun yang akan diuji.
Metode tersebut adalah :
a. Melakukan pengujian atas semua taransaksi yang membentuk suatu akun
(pengujian 100%); atau
b. Sampling audit (pengujian kurang dari 100%)
Audit sampling dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian, maupun pengujian subtantif. Meskipun demikian, auditor
biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang
berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur
analistis. Audit sampling banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian
yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Audit sampling jika diterapkan
dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga. (Abdul
Halim, 2008:265)
Standar profesional bagi auditor memperbolehkan untuk memakai metode
baik metode sampling statistik maupun metode sampling non statistik. Namun
kedua metode tersebut harus digunakan secara hati-hati, seluruh langkah harus
dilakukan dengan cermat.
Sampling statistik dan sampling non statistik dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa bagian yang dapat ditunjukkan secara sederhana melalui
gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Pemilihan Teknik Pendekatan Audit Sampling
Sumber: (diolah dari Guy et. al.,(1994), Basalamah (1994), Arens dan
Loebbecke (2000) dalam Huakanala dan Shinneke (2004) )
SAS No.39
Audit Sampling
Statictical Sampling Non Statictical Sampling
Atribute Sampling
Direct
Sample
Selection
Variable Sampling
Haphazard
Sample
Selection
Block
Sample
Selection
Fixed Sample Size
Attribute Sampling
Discovery
Sampling
Sequential (stop or
go) Sampling
Mean Per Unit
Estimation
Ratio
Estimation
Difference
Estimation
IAPI (2008) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA seksi
350 paragraf 03 memberikan pedoman tentang audit sampling yaitu :
“Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan
dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo
akun atau kelompok transaksi yang berkaitan”.
Menurut Boyton et. al., (2003:544) menyatakan, kedua jenis sampling
memerlukan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana
sampling serta pengevaluasian hasil-hasilnya. Lebih dari itu, kedua jenis
sampling tersebut dapat memberikan bahan bukti yang cukup sebagai mana
dipersyaratkan dalam standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Kedua jenis
sampling audit ini juga diperuntukkan pada beberapa risiko sampling dan non
sampling. Perbedaan penting antara kedua jenis sampling ini adalah bahwa
hukum probabilitas (laws of probability) digunakan untuk mengendalikan
risiko sampling dalam sampling statistik.
Selanjutnya Abdul Halim (2008:267) menyatakan, pemilihan antara kedua
pendekatan tersebut didasarkan terutama pada pertimbangan manfaat dan
biaya. Sampling non statistik mungkin lebih murah biayanya, tetapi manfaat
sampling statistik mungkin lebih besar. Dalam sampling non statistik
penentuan dan pengevaluasian sampel dilakukan secara subyektif atas dasar
pengalaman auditor, sehingga mungkin terjadi sampel yang terlalu besar atau
terlalu kecil. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik atau
sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor
mengenai:
a. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih
b. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel
individual
c. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel
2. Sampling Statistik
Guy (1981) dalam Surya Raharja (2005), menyatakan bahwa sampling
statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan cara
sedemikian rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat
statement tentang suatu populasi. Dalam hal ini statistik dapat dianggap sangat
membantu karena menyediakan beberapa metode yang digunakan sampel
tersebut untuk kemudian membuat kesimpulan yang menyeluruh mengenai
populasi yang sedang diperiksa
Menurut Abdul Halim (2008:266) sampling statistik memerlukan lebih
banyak biaya daripada sampling non statistik. Alasannya karena harus ada
biaya yang dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan
statistik dan biaya pelaksanaan sampling secara statistik. Namun tingginya
biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat
diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik.
Basalamah (1994) dalam Huakanala dan Shinneke (2004), menyatakan
manfaat dari sampling statistik antara lain adalah :
a. Sampling statistik memberi kemungkinan kepada auditor mengendalikan
risiko-risiko sampling dengan menentukan tingkat ketepatan dan
kehandalan yang dapat di capai.
b. Sampling statistik memberi kemungkinan kepada pemeriksa untuk lebih
obyektif dalam menentukan risiko pemilihan dan evaluasi sampel serta
dalam menentukan besarnya sampel.
c. Sampling statistik memberi kemungkinan kepada pemeriksa untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dari proses sampling dengan adanya
perincian secara statistik. Mengenai tingkat kesalahan yang diperkirakan,
tingkat kehandalan yang di kehendaki, tingkat kesalahan maksimum yang
dapat di tolerir, metode pemilihan sampel yang memadai guna
menghindari bias. Serta adanya sarana terbaik menilai sampel.
d. Dapat mengurangi waktu dan biaya audit, pemeriksaan dapat dilakukan
tanpa harus 100%, sehingga lebih efektif dan efisien.
Sampling statistik dibagi menjadi dua yaitu attribute sampling dan
variabel sampling. Attribute sampling atau disebut pula proportional
sampling digunakan terutama untuk menguji efektivitas struktur pengendalian
intern (dalam pengujian pengendalian), sedangkan variabel sampling
digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam
rekening (dalam pengujian substantif). (Mulyadi dan Puradireja, 2000:241).
a. Attributes sampling
Attributes sampling (sampling atribut) adalah metode statistik yang
digunakan untuk mengestimasi proporsi unsur-unsur dalam suatu populasi
yang mengandung karakteristik atau atribut yang menjadi kepentingan.
Sampling atribut di gunakan untuk membuat kesimpulan mengenai tingkat
kejadian didalam populasi dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat
ketaatan terhadap prosedur di dalam sistem pengendalian intern sebagai
sarana untuk mengetahui apakah ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
manajemen telah ditaati.
Sampling atribut yang di gunakan dalam mengaudit terbagi menjadi
tiga model yang secara umum di gunakan oleh auditor untuk menguji
efektivitas struktur pengendalian intern, kebijakan dan prosedur
diantaranya antara lain :
1) Fixed- sampel-size attribute sampling (Estimasi atribut)
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak
digunakan dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini
ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu
dalam suatu populasi. Misalnya, dengan model ini auditor dapat
memperkirakan berapa persen bukti kas keluar (voucher) yang terdapat
dalam populasi tidak terlampiri dengan bukti pendukung yang lengkap.
Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian
pengendalian terhadap suatu unsur struktur pengendalian intern, dan
auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa
penyimpangan (kesalahan).
2) Stop-or-go sampling
Model pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision
attribute sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari
pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara
menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika
auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi
sangat kecil, atau lebih rendah dan tingkat tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh auditor yang bersangkutan.
Dengan kata lain tujuan auditnya adalah untuk menyakinkan
sesuatu, bila auditor ingin menentukan apakah suatu karakter populasi
memiliki tingkat kesalahan (error rate) lebih rendah dari tingkat
tertentu yang telah di tetapkan.
Huakanala dan Shinneke (2004), menyatakan fixed sampel size
attribute sampling dan stop or go sampling paling banyak digunakan
oleh eksternal dan internal auditor dalam melakukan test of control.
Kedua model sampling ini dapat digunakan dalam pengujian sebagai
berikut :
- Pengujian pengeluaran kas (cash disbursement test )
- Pengujian penjualan (sales test)
- Pengujian pembayaran gaji (payroll test)
- Pengujian persediaan (inventory test)
- Pengujian penerimaan kas (cash receipt test)
3) Discovery sampling
Model pengambilan sampel ini cocok digunakan untuk mencari
kecurangan-kecurangan (fraud), pelanggaran yang serius dari unsur
struktur pengendalian intern, dan ketidak beresan yang lainnya.
Sampling ini biasanya digunakan apabila tingkat kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam
model ini auditor menginginkan kemungkinan tertentu untuk
menemukan paling tidak satu kesalahan, jika kenyataannya tingkat
kesalahan sesungguhnya lebih besar dari yang diharapkan.
b. Variable sampling
Huakanala dan Shinneke (2004) menyatakan bahwa variable sampling
(sampling variabel) adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor
untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan mengestimasi
jumlah unit moneter (Rp) berupa suatu saldo akun atau kuantitas lainnya.
Dalam pengujian subtantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan :
1) Melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun)
2) Melakukan kewajaran suatu jumlah.
Mulyadi dan Puradireja (2000:273) menyatakan, variable sampling
untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam
kondisi :
1) Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar
(misalnya klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang
lazim, atau klien banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan
akuntansinya).
2) Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling (sampling
statistik)
Auditor dapat pula menggunakan variable sampling untuk
memperkirakan saldo akun dan mengusulkan adjustment untuk
menyesuaikan saldo akun tersebut dengan hasil taksiran statistik. Jika
saldo akun tidak terdapat di dalam buku klien, hasil taksiran statistik
tersebut langsung diusulkan oleh auditor untuk dicatat di dalam buku
klien.
Abdul Halim (2008:267) menyatakan, variable sampling tepat untuk
diterapkan auditor, antara lain pada :
1) Observasi dan penilaian persediaan
2) Konfirmasi piutang dagang
3) Cadangan untuk piutang tak tertagih
4) Cadangan persediaan yang rusak
5) Menilai persediaan dalam proses
6) Meniali aktiva tetap dalam public utility company
7) Penilaian umur piutang
Selanjutnya Abdul Halim (2008:267) menyatakan, ada tiga teknik
yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu:
1) Men perunit estimation (estimasi satuan nilai tengah)
Sampling men perunit estimation yang disebut juga “simple
extention method” meliputi penentuan nilai audit untuk setiap item
dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan
dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi untuk memperoleh
estimasi atas total nilai. Auditor juga menghitung cadangan
(allowance) risiko sampling untuk digunakan dalam pengevaluasian
hasil sampel.
2) Difference estimation (estimasi perbedaan)
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk
setiap item sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut
dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian menggunakan rata-rata
perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total. Variabilitas
perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision)
atau cadangan (allowance) yang dapat diterima untuk risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik
sampling ini, yaitu:
(a) Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
(b) Total nilai buku populasi harus dapat diketahui auditor
(c) Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama
dengan total nilai buku populasi
(d) Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat
diharapkan.
3) Ratio estimation (estimasi rasio)
Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap
item sampel. Rasio dihitung dengan menghitung hasil pembagian
jumlah nilai audit dibagi jumlah nilai buku untuk item sampel. Rasio
tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk
menghasilkan nilai populasi total yang diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus
dipenuhi untuk menggunakan teknik sampling ini, yaitu:
(a) Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
(b) Total nilai buku populasi harus dapat diketahui auditor
(c) Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama
dengan total nilai buku populasi
(d) Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat
diharapkan.
Pemilihan antara keduanya terutama tergantung ada tidaknya
korelasi atau hubungan antara jumlah perbedaan individual dengan
nilai bukunya. Apabila ada korelasi yang sangat tinggi antara jumlah
perbedaan individual dengan nilai bukunya, maka estimasi rasio lebih
efisien karena memerlukan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit.
3. Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor (Surya
Raharja, 2005). Abdul Halim (2008:261) mendefinisikan sampling yang
sampelnya dipilih secara subyektif, sehingga proses pemilihan sampel tidak
random dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara matematis. Ada suatu
pertanyaan mengapa auditor harus menggunakan sampling non statistik yang
tidak didasarkan pada probabilitas matematis.
Standar Profesional Akutan Publik (SPAP) SA Seksi 326 paragraf 23
menyatakan:
“Auditor bekerja dalam batasan-batasan pertimbangan ekonomi, agar secara
ekonomis bermanfaat, pendapatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu
yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal. Auditor harus memutuskan,
sekali lagi dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, apakah bukti
audit yang tersedia baginya dengan batasan waktu dan biaya, cukup memadai
untuk membenarkan pernyataan pendapatnya.”
Abdul Halim (2008:261) menyatakan, dalam sampling non statistik,
auditor menghadapi kemungkinan terjadinya :
a. Tidak banyak sampel yang digunakan melebihi yang diperlukan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu dan biaya
b. Terlalu sedikit sampel yang digunakan sehingga mengakibatkan
ketidakefektifan pengambilan sampel
c. Terlalu ekstensif kecukupan bukti audit yang berdasarkan sampel. Dengan
demikian, auditor menghimpun terlalu banyak bukti dari yang diperlukan
untuk memperoleh dasar yang memadai untuk memberikan pendapat
auditor
d. Kurangnya kecukupan bukti audit yang berdasarkan sampel. Auditor
menghimpun terlalu sedikit bukti dari yang diperlukan untuk memperoleh
dasar yang memadai untuk memberikan pendapat auditor. Hal ini
mengakibatkan semakin besarnya kemungkinan kesalahan auditor dalam
mengambil kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan.
Terlepas dari kemungkinan terjadinya berbagai ketidakefisienan dan
ketidakefektifan pengambilan sampel di atas, sampling non statistik yang
direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik.
Menurut Huakanala dan Shinneke (2004) ada beberapa metode pemilihan
sampel yang dikategorikan dalam sampling non statistik;
a. Haphazard sampling
Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif terhadap
populasi lebih berdasar judgment individu tanpa menggunakan perandom
probabilistic (misalnya semacam tabel bilangan random). Untuk
menghindari bias, sampel dipilih tanpa memperhatikan ukuran, sumber,
atau ciri-ciri khas (Arrens dan Loebbecke, 2000). Tetapi kelemahan utama
metode ini adalah kesulitan untuk benar-benar menghilangkan bias
pemilihan.
Menurut Al Haryono Yusup (2001:421) metode haphazard sampling
menyangkut pemilihan unsur-unsur sekenanya, tanpa memperhatikan
nomor dokumen, jumlah, atau hal lainnya. Dalam metode ini, auditor bisa
secara sembarang memilih 50 faktur yang disimpan dalam suatu arsip.
Apabila bias dapat dihindarkan dalam melakukan pemilihan, maka sample
bisa mewakili populasi.
b. Block sampling
Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara
berurut. Bila satu item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item
berikutnya dalam blok akan terpilih dengan otomatis. Metode ini secara
teoritis merupakan metode pemilihan sampel yang representatif namun
jarang digunakan karena tidak efisien. Waktu dan biaya untuk memilih
sampel yang memadai agar representatif terhadap populasi sangat mahal
(Guy dan Carmichael, 2001) dalam (Surya Raharja, 2005).
Menurut Al Haryono Yusup (2001:421) metode block sampling terdiri
dari pemilihan transaksi yang serupa yang terjadi dalam suatu periode
waktu tertentu. Sebagai contoh, sampel bisa terdiri dari semua voucher
yang diproses selama periode waktu dua minggu. Jika mencukupi, blok
tersebut dipilih sebagai sampel. Metode pemilihan sample semacam itu
dirasakan cocok untuk sampling non statistik. Namun demikian, pemilihan
satu blok dari transaksi yang terjadi selama satu tahun penuh, dalam
banyak hal dipandang tidak tepat.
c. Directed sampling
Menggunakan seleksi berdasarkan judgment elemen bernilai (high
value) atau elemen yang diyakini mengandung error. Auditor tidak
mendasarkan pada pemilihan yang mempunyai kesempatan sama
(probabilistik), namun lebih menitikberatkan pemilihan berdasarkan
kriteria. Kriteria yang biasa digunakan adalah:
1) Item-item yang paling mungkin mengandung salah saji.
2) Item-item yang memiliki karakteristik populasi tertentu.
3) Item yang mempunyai nilai tinggi (large dollar coverage).
Dibanding sampling statistik, judgment atau sampling non statistik sering
dikritik karena secara berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering secara
irasional dipengaruhi faktor-faktor subyektif. Kecukupan ukuran sampel tidak
bisa secara obyektif ditentukan. Misalnya reaksi personal auditor terhadap
karyawan klien, proses pengadilan, dan waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel (Guy,
1981). Banyak situasi yang membuat judgment sampling lebih sesuai daripada
sampling statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang
berguna untuk sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus
digunakan, tergantung dari keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost
diferensial (dibandingkan dengan judgment sampling) serta trade-offs antara
biaya dan manfaat yang didapat dalam pengauditan (Surya Raharja, 2005).
B. Auditor Judgment
1. Definisi Auditor Judgment
Menurut Hogarth (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgment
sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.
judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan
informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk
bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses
judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds.
Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga
mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses
incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul
pertimbangan baru dan keputusan pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan
publik mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu
pilihan :
a. Teknik manual
b. Referensi yang lebih detail
c. Teknik keahlian
Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan
mungkin akan melihat sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu
tidaknya diperluas dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber
informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984) dalam
(Jamilah dkk, 2007).
Dalam sampling non statistik, auditor memilih sampel dan mengevaluasi
hasil audit berdasarkan auditor judgment (Ponemon dan Wendell, 1995)
dalam (Huakanala dan Shinneke, 2004), jika auditor memahami secara
mendalam tujuan pengujian dan memiliki dengan baik pengetahuan mengenai
karakteristik populasi yang diperiksanya. Penggunaan sampling non statistik
dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan. Karena penggunaan
metode sampling non statistik sangat mengandalkan pada auditor judgment,
dalam hal ini auditor harus memiliki dasar fundamental dalam menetapkan
judgment (Huanakala dan Shinneke, 2004).
2. Faktor-faktor Fundamental Auditor Judgment
a. Pengalaman
Dalam menganalisis audit judgment, pengalaman merupakan
komponen audit expertise yang penting. Pengalaman merupakan suatu
faktor yang sangat vital yang dapat mempengaruhi judgment yang
kompleks. Penelitian menginvestigasikan pengaruh kompleksitas tugas
atau auditor judgment dalam berbagai tingkat pengalaman. Mereka
menemukan bahwa pertimbangan auditor tidak pengalaman mempunyai
tingkat populasi kesalahan yang signifikan lebih besar di bandingkan
auditor berpengalaman (Abdol Mohammadi dan Wring 1987; Butt 1988)
dalam (Huakanala dan Shinneke, 2004)
Tubbs (1992) dalam Huakanala dan Shinneke (2004). Ketika auditor
menjadi lebih berpengalaman maka :
1) Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan
2) Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit mengenai
kekeliruan.
3) Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim.
4) Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan seperti department
tempat terjadi kekeliruan dan pelanggaran tujuan pengendalian internal
menjadi relatif lebih menonjol.
Kemudian Davis (1996) dalam Djaddang dan Parnomo (2002)
menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan
tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Dengan
demikian, konsep kekeliruan oleh auditor yang berpengalaman
kemungkinan besar menjadi lebih pasti dan kemampuan untuk
menentukan apakah kekeliruan-kekeliruan tertentu terjadi dalam siklus
tertentu kemungkinan besar meningkat sejalan dengan peningkatan
pengalaman.
Seperti yang tertulis diatas bahwa pengalaman merupakan komponen
penting dalam tugas audit, maka tidak mengherankan bila cara auditor
pemula dan auditor berpengalaman akan berbeda dalam menanggapi
informasi yang akan digunakan dalam pertimbangan atau untuk analisis
judgment-nya. Auditor junior, karena memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang sedikit tanpa disadari akan cenderung terfokus pada
informasi yang negatif daripada informasi yang positif. Dalam melakukan
tugas pemeriksaan auditor pemula akan merasa lebih was-was kalau-kalau
nantinya dia akan membuat suatu judgment yang salah (Djaddang dan
Parnomo, 2002)
Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam
berbagai penelitian dan penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi
bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang
untuk belajar melakukannya dengan yang lebih baik (Herliansyah, 2006).
Marinur Wray (1997) dalam Herliansyah (2006) menyatakan bahwa secara
spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job)
Selanjutnya Jeffrey dalam Herliansyah (2006) memperlihatkan bahwa
seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat
mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-
peristiwa. Menurut Butts dalam Herliansyah (2006) mengungkapkan
bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih
baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang
belum berpengalaman.
b. Pengetahuan
Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun
yang khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dan klien. Juga
harus mengetahui karakteristik klien yang akan diauditnya karena masing-
masing perusahaan berbeda – beda. Pengetahuan khusus tentang suatu
industri akan membawa dampak positif terhadap hasil kerja auditor.
(Djaddang dan Parmono, 2002)
Komponen pengetahuan (knowledge component), merupakan
komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi
pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman.
Pengalaman dalam beberapa literatur auditing sering digunakan sebagai
surrogate dari pengetahuan, sebab pengalaman akan memberikan hasil
dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan (Kanfer dan
Ackerman, 1989) dalam (Djaddang dan Parmono, 2002)
Menurut Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007),
perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara
auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif
jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kesalahan diartikan
dengan seberapa banyak perbedaan (deviasi) antara kebijakan – kebijakan
perusahaan tentang pencatatan akuntansi dengan kriteria yang telah
distandarkan
Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung
dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi
(Tubbs, 1992). Secara umum seorang auditor harus memiliki
pengetahuan–pengetahuan mengenai general auditing, fungsional area,
komputer auditing, accounting issue, specific industri, general world
knowledge (pengetahuan umum), dan problem solving knowledge (Bedard
dan Michelene, 1993) dalam (Mardisar dan Sari, 2007)
Selanjutnya Spilker (1995) dalam Mardisar dan Sari (2007)
mengungkapkan bahwa karakteristik sebuah pekerjaan seperti tingkat
kerumitan dan jumlah informasi yang disajikan / tersedia mempengaruhi
hubungan pengetahuan, akuntabilitas dan kualitas hasil kerja. Pada
pekerjaan yang lebih sederhana faktor usaha dapat menggantikan tingkat
pengetahuan yang dimiliki seseorang (bersifat substitusi) dan pengetahuan
memiliki hubungan yang positif terhadap kualitas hasil kerja
c. Kompleksitas tugas
Akuntan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang komplek, banyak,
berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas
dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri. (Wood, 1986).
Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur,
membingungkan dan sulit (Sanusi dan Iskan, 2007) dalam (Engko dan
Gudono, 2008)
Kompleksitas tugas didefinisikan sebagai tugas yang komplek, terdiri
atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama
lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor yunior sebagai
anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan
tingkat kesabaran yang tinggi (Engko dan Gudono, 2008)
Dalam menghadapi ketidakpastian, auditor dituntut untuk bisa
membuat dan mengevaluasi judgment. Untuk bisa beradaptasi dan
membuat suatu asumsi atas suatu kondisi yang tidak pasti dibutuhkan
pengetahuan yang luas serta pengalaman dari auditor yang bersangkutan
(Bonner, 1994) dalam (Huanakala dan Shinneke, 2004).
Bonner (1994) dalam Jamilah dkk (2007) mengemukakan ada tiga
alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas
tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan
1) Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap
kinerja seorang auditor.
2) Saran dan teknik pembuat keputusan dan latihan tertentu diduga telah
dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami
keganjilan pada kompleksitas tugas audit.
3) Pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas audit
perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit.
Selanjutnya Tan dan Kao (1999) dalam Huakanala dan Shinneke
(2004), menyimpulkan bahwa pengetahuan, kemampuan memecahkan
masalah dengan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap auditor
performance. Selain itu kompleksitas tugas yang dihadapi oleh auditor
akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Sedangkan penelitian
lanjutan oleh Tan dan Kao (2002), menemukan bukti bahwa kompleksitas,
akuntabilitas, dan pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap auditor judgment.
C. Risiko Audit
1. Definisi Risiko Audit
Mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 312
paragraf 02 risiko audit didefinisikan sebagai berikut :
“Risiko audit (audit risk) adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa
disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material.”
Konsep keseluruhan mengenai risiko audit merupakan kebalikan dari
konsep keyakinan yang memadai bukan keyakinan yang absolut bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji yang materil. Semakin tinggi kepastian
yang ingin diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin
rendah risiko audit yang akan ia terima. Jika 90% kepastian yang diinginkan,
maka risiko audit adalah 1%, sementara jika kepastian sebesar 95% dianggap
memuaskan, maka risiko audit adalah 5%. Biasanya pertimbangan profesional
berkenaan dengan keyakinan yang memadai dan keseluruhan tingkat risiko
audit dirancang sebagai satu kebijakan kantor akuntan publik, dan risiko audit
akan dapat dibandingkan antara satu audit dengan audit lainnya.(Boynton et.
al., 2003:337)
Selain risiko audit, auditor sebenarnya juga menghadapi risiko kerugian
praktik profesionalnya akibat dari tuntutan pengadilan, publikasi negatif, atau
peristiwa lain yang timbul berkaitan dengan laporan keuangan yang telah
diaudit dan dilaporkannya. Risiko ini dikenal sebagai risiko usaha. Risiko ini
tetap dihadapi oleh auditor meskipun ia telah melaksanakan audit berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan telah
melaporkan hasil audit atas laporan keuangan dengan semestinya. Penelitian
empiris terhadap risiko bisnis ini menyimpulkan bahwa risiko bisnis yang
tinggi meningkatkan jumlah jam audit tapi tidak fee per jam sehingga akan
meningkatkan total fee audit. Hal ini terjadi karena dengan tingginya risiko
audit mendorong auditor untuk meningkatkan upaya auditnya (Bell, 2001)
dalam (Abdul Halim, 2008: 127).
Dalam berurusan dengan risiko audit untuk segmen, Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) nomor 47 mengemukakan tiga jenis risiko yang
berhubungan dan perlu dipertimbangkan auditor: risiko inheren, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi. Hal ini berhubungan dengan risiko audit
dalam format yang sering dikenal sebagai model audit. Model risiko audit
digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar
bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) nomor 47 mendefinisikan
komponen risko audit sebagai berikut :
a. Risiko bawaan
Risiko bawaan (inherent risk) adalah kerentanan suatu asersi terhadap
salah saji material dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian.
Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi faktor-faktor yang
dapat menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Sebagai contoh,
perhitungan yang rumit lebih mungkin menimbulkan salah saji
dibandingkan dengan perhitungan sederhana. Faktor-faktor ekonomi dan
persaingan, serta perlunya mencapai target laba yang dilaporkan dapat
mendorong manajemen untuk menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk
meningkatkan laba yang dilaporkan. Para auditor berusaha untuk menilai
kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material, sebelum
mempertimbangkan pengendalian intern entitas
b. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya salah saji
yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
Manajemen seringkali mengakui adanya risiko salah saji yang melekat
pada sistem akuntansi, sehingga manajemen berusaha merancang struktur
pengendalian intern untuk mencegah, mendeteksi dan mengoreksi salah
saji tersebut secara tepat waktu. Sebagai contoh, risiko salah saji yang
material untuk suatu asersi dapat dikurangi apabila auditor memiliki bukti
bahwa pengendalian intern atas asersi tersebut telah secara efektif
dirancang dan ditetapkan dalam operasi.
c. Risiko deteksi
Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul karena auditor
tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu
asersi. Setelah auditor membuat keputusan tentang risiko audit, risiko
bawaan, dan risiko pengendalian secara keseluruhan, maka ia dapat
menggunakan model risiko audit untuk membuat keputusan tentang bukti
audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampai tingkat serendah
mungkin. Para auditor dapat mengendalikan risiko deteksi dengan
menggunakan pertimbangan profesional dalam mengambil keputusan
tentang prosedur audit mana yang akan digunakan, kapan melaksanakan
prosedur audit, luasnya prosedur audit, dan siapa yang harus
melaksanakannya.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 350.3 paragraf 09
menyatakan risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh
sampling dan ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain
sampling. Aspek-aspek risiko audit adalah risiko sampling dan risiko non
sampling
2. Risiko Sampling
Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian
pengendalian atau pengujian subtantif terbatas pada sampel, kesimpulan
auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara
pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atau
kelompok transaksi. Risiko sampling, timbul karena adanya probabilitas
(kemungkinan) bahwa pengujian-pengujian terhadap sampel menghasilkan
suatu kesimpulan yang mungkin akan berbeda apabila pengujian-pengujian
tersebut dilakukan secara sama tetapi terhadap seluruh unsur atau elemen di
dalam populasi.(Huanakala dan Shineeke, 2004). Tingkat risiko sampling
mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin kecil
ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar
ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya (Abdul Halim, 2008:269)
Menurut Boynton et. al., (2003:541) sampling audit menerapkan dua
komponen risiko audit diantaranya: pertama, risiko sampling dalam pengujian
subtantif atas detail atau rincian. Kedua, risiko sampling dalam melaksanakan
pengujian pengendalian.
Dalam menyelenggarakan pengujian subtantif, auditor memperhatikan dua
aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi: (Mulyadi dan Puradireja,
2000:278-279)
a. Risiko alfa (alpha risk) atau kesalahan tipe I (type I error )
Risiko alfa disebut dengan istilah risiko keliru menolak (risk of
incorret rejection), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil
sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padalah
kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. (lihat
lampiran 2.2)
Kesalahan alfa (alpha error) atau risiko alfa ditentukan dengan
menetapkan tingkat kepercayaan (reliability level). Jika pengambilan
sampel yang dilakukan auditor didasarkan pada reliability level 95%,
risiko alfa adalah sebesar 1 - 95% = 5%. Kesalahan alfa berakibat
dilakukan pengujian tambahan untuk memeriksa objek yang audit oleh
auditor. Kesalahan alfa ditentukan oleh auditor berdasarkan pertimbangan
biaya, pemeriksaan tambahan atau adjustment terhadap saldo yang keliru
sebagai akibat kekeliruan dalam menolak suatu saldo akun.
Contoh, auditor harus memeriksa catatan pengiriman barang yang
diselenggarakan oleh klien, jika dari hasil prosedur audit konfirmasi
piutang usaha keliru disajikan oleh klien. Dalam hal ini, prosedur audit
terhadap catatan pengiriman barang tidak memerlukan biaya pemeriksaan
yang lebih besar dari biaya konfirmasi, oleh karena itu keliru alfa
ditetapkan oleh auditor pada tingkat yang tinggi. Namun jika prosedur
audit yang ditempuh oleh auditor memerlukan biaya yang besar, dalam hal
auditor keliru menolak saldo akun yang secara material benar, auditor
harus menetapkan kekeliruan alfa pada tingkat yang rendah sehingga
besarnya sampel menjadi tinggi.
b. Risiko beta (beta risk) atau kesalahan tipe II (type II error)
Risiko beta disebut dengan istilah risiko keliru menerima (risk of
incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan
hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material,
padahal kenyataanya saldo akun telah salah saji secara material. (lihat
tabel 2.2)
Kesalahan beta (beta error) atau risiko beta secara kuantitatif dihitung
dengan rumus berikut ini :
R
Kesalahan beta = (IC x AR)
Keterangan :
R : Risiko akhir yang ditanggung oleh auditor (ultimate or audit risk)
IC : Risiko bahwa struktur pengendalian intern tidak akan dapat
mendeteksi kekeliruan yang material (kekeliruan yang lebih besar
dari jumlah yang dapat diterima oleh auditor)
AR : Risiko bahwa review analitik (analytical review) dan pengujian
subtantif yang bersangkutan tidak akan dapat mendeteksi
kekeliruan material yang tidak terdeteksi oleh struktur
pengendalian intern.
Misalnya berdasarkan pertimbangannya, auditor menentukan risiko
akhir yang akan ditanggung (R) adalah sebesar 5% bahwa suatu saldo
akun suatu golongan transaksi berisi kekeliruan moneter yang akan
menyebabkan penyajian laporan keuangan yang secara material keliru.
Auditor meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap struktur
pengendalian intern dalam mendeteksi kekeliruan material, sehingga IC
ditetapkan sebesar 0.30, auditor juga meletakkan kepercayaan yang
moderat terhadap review analitik dan pengujian subtantif rinci dalam
mendeteksi kekeliruan mterial, sehingga AR ditetapkan sebesar 0,30.
berdasarkan berbagai risiko tersebut, besarnya kekeliruan beta (risiko
penerimaan yang keliru atas pengujian substantif rinci) dihitung sebagai
berikut :
Risiko beta = R : (IC x AR)
0,50 : (0,30 x 0,30)
Risiko beta = 0,55 atau 55%
Risiko kesalahan penerimaan memiliki pengaruh terhadap ukuran
sampel, yaitu, semakin rendah risiko yang ditetapkan, semakin besar
ukuran sampel. (Boyton et. all., 2003:606)
Tabel 2.1
Risiko Beta dan Risiko Alfa
Kondisi Sesungguhnya Nilai yang
Tercantum di Buku
Secara Material
Benar
Secara Material
Salah
Menerima nilai yang
tercantum di buku sebagai
jumlah yang benar
Keputusan Benar Kesalahan Beta
(Kesalahan Tipe II)
Menerima nilai yang
tercantum di buku sebagai
jumlah yang salah
Keputusan Alfa Keputusan Benar
(Kesalahan Tipe I)
Sumber : (Mulyadi dan Puradiredja, 2000: 279)
Dari ikhtisar ini nampak bahwa auditor menghadapi 4 (empat)
kemungkinan hasil dari pengujian yang dilaksanakan:
1) Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang
pada kenyataanya benar. Ini merupakan keputusan yang benar
2) Auditor dapat menolak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang
secara material dianggap keliru, yang pada kenyataanya benar. Ini
suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan alfa atau dalam buku statistik
seringkali disebut dengan kekeliruan tipe I
3) Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang
secara material di anggap benar, yang pada kenyataanya keliru. Ini
suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan beta atau dalam buku statistik
seringkali disebut dengan kekeliruan tipe II
4) Auditor dapat menolak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang
secara material dianggap keliru, yang pada kenyataanya memang
keliru. Ini merupakan keputusan yang benar.
Menurut Manggala (2001) menyatakan risiko beta bagi auditor
dianggap lebih penting daripada risiko alfa karena opini yang diberikan
akan membawa akibat yang lebih buruk. Artinya, apabila pemeriksa
menyatakan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan yang
material padahal sebenarnya mengandung kesalahan yang material, maka
berbagai pihak yang menggunakan laporan keuangan yang telah
diperiksanya tersebut akan salah pula di dalam membuat keputusan.
Dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memperhatikan
dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi: (Abdul Halim,
2008:287)
a. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low)
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah
adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian,
berdasar hasil sampel terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas
operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko ini berkaitan
dengan efektivitas audit
b. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high)
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi adalah
risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas
operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko ini berkaitan
dengan efisiensi audit. Misalnya, jika penilaian auditor atas sampel
menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian
subtantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektifan
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian intern.
3. Risiko Non Sampling
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak
berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur
audit terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah
saji yang material. Risiko non sampling meliputi kemungkinan pemilihan
prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu.
Risiko non sampling juga muncul karena auditor gagal mengenali salah saji
yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur
audit menjadi tidak efektif walaupun ia telah memeriksa semua data.
Menurut Nasution (2004) risiko non sampling dapat dibagi menjadi dua
komponen yaitu:
a. Dari segi auditor
Resiko non sampling yang berasal dari auditor biasanya disebabkan
karena perencanaan dengan supervisi yang tidak cukup, kurangnya
integritas sedangkan yang sebenarnya dapat diterima kewajarannya.
b. Dari segi bukan auditor
Komponen dari segi bukan auditor biasanya datang dari pihak ketiga
atau management. Auditor dapat secara tidak langsung mengontrol
kesalahan secara nonsampling yang disebabkan oleh pihak lain dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan yang lain.
Selanjutnya Abdul Halim (2008) menyatakan, risiko non sampling timbul
karena
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai
dengan tujuan audit
c. Salah interpretasi hasil sampel
Lebih lanjut Abdul Halim (2008) menyatakaan, walaupun tidak dapat
diukur secara matematis, risiko non sampling ini dapat ditekan auditor dengan
cara sebagai berikut :
a. Melakukan perancanaan yang tepat
b. Melakukan pengawasan atau supervisi yang tepat
c. Menerapkan standar pengendalian kualitas yang ketat atas pelaksanaan
audit
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka
pemikiran ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Ha3
Ha2
Ha1
Variabel independen Variabel dependen
Auditor Judgment
(X1)
Risiko Audit
(X2)
Audit Sampling
(Y)
E. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
Ha1 : Auditor judgment berpengaruh signifikan terhadap audit sampling
Ha2 : Risiko audit berpengaruh signifikan terhadap audit sampling
Ha3 : Auditor judgment dan risiko audit secara bersama berpengaruh signifikan
terhadap audit sampling
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji dan menganalisis signifikansi
pengaruh auditor judgment terhadap audit sampling, signifkansi pengaruh risiko
audit terhadap audit sampling dan secara simultan signifikansi pengaruh auditor
judgment dan risiko audit terhadap audit sampling. Variabel independen terdiri
dari auditor judgment dan risiko audit. Auditor judgment diukur dengan 3 (tiga)
faktor, meliputi: pengalaman, pengetahuan, dan kompleksitas tugas, sedangkan
variabel dependen yaitu audit sampling. Ruang lingkup yang menjadi objek
penelitian adalah kantor akuntan publik (KAP) yang terdaftar di directory akuntan
publik tahun 2008.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2005:55). Heryanto dan Lukman (2008) menyatakan populasi adalah
himpunan dari unsur-unsur yang sejenis, yang dimaksud dengan unsur-unsur
meliputi manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda, peristiwa dan sebagainya.
Selanjutnya Riduwan dan Kuncoro, (2007:38) menyatakan populasi adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek
45
penelitian atau populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta yang terdaftar di directory kantor
akuntan publik yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI) pada
tahun 2008.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2005:56). Arikunto (2003) dalam Riduwan dan
Kuncoro (2007:39) menyatakan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian
atau wakil populasi yang diteliti). Dari beberapa pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa: sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak
semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda
akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya
(Riduwan dan Kuncoro, 2007:40)
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 103 orang
responden yang merupakan karyawan kantor akuntan publik di wilayah
Jakarta yang terdaftar pada directory kantor akuntan publik yang dikeluarkan
Institut Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 2008.
Teknik pengambilan sampling dalam menyusun skripsi ini menggunakan
metode simple random sampling yaitu metode penarikan sampel probabilitas
dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki
kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai respoden. (Abdul Hamid,
2007:25). Riduwan dan Kuncoro (2007:41) mengatakan simple random
sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut. Jadi, sampel ditentukan berdasarkan kemudahan bagi
meneliti. Teknik ini diambil karena melihat dari keterbatasan biaya, waktu,
dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian skripsi, penulis memberikan data dan informasi guna
memperkuat dan melandasi tulisan ilmiah ini. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder adalah
sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Menurut Rosady Ruslan,
(2008:138) data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari
sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk di
manfaatkan.. Data primer tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun
dalam bentuk file-file. Data primer harus dicari melalui narasumber atau
dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek
penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
ataupun data (Jonathan Sarwono, 2006:8)
Untuk mendapatkan data primer peneliti menggunakan teknik penyebaran
angket atau kuisioner dengan menggunakan ukuran skala likert kepada auditor
yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. Kuisioner tersebut dari variabel bebas
dan variabel terikat di dasarkan pada indikator yang disarikan dari buku,
literatur, dan teori lainnya tentang auditor judgment, risiko audit, dan audit
sampling.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan
merupakan pengolahnya, tetapi dapat di manfaatkan dalam suatu
penelitian.(Rosady Ruslan, 2008). Menurut Jonathan Sarwono (2006:11) data
sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari
dan mengumpulkan. Data sekunder ini diperlukan sebagai landasan teori yang
dikumpulkan dengan cara membaca literatur, buku akuntansi, majalah, surat
kabar, dan internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
D. Metode Analisis Data
1. Deskriptif Data
Penyusunan skripsi menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan
menggunakan pendekatan analisis regresi berganda untuk menganalisis
variabel independen (X) yaitu auditor judgment dan risiko audit terhadap
variabel dependen (Y) yaitu audit sampling.
2. Uji Kualitas Data
a. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut
(Imam Ghozali, 2005:45)
Kriteria pengambil keputusan untuk menentukan valid yakni jika nilai
r hitung sama dengan atau lebih besar dari nilai r tabel pada taraf
signifikan 5% (lima persen). Begitu juga sebaliknya, jika nilai r hitung
lebih kecil dari nilai r tabel maka data tidak valid.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menghitung besarnya cronbach alpha coeficcient (a) untuk masing-masing
instrumen kuisioner yang akan diuji. Suatu variabel dikatakan reliable
jika memberikan nilai cronbach alpha coeficcient (a) lebih dari 0.60
(Imam Ghozali, 2005:41).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen, varibel independent, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
(Imam Ghojali, 2005:110)
Menurut Singgih Santoso (2000:214) yang menjadi dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,
2005:85)
Singgih Santoso (2000:210) menyatakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot. Deteksinya dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu X adalah Y
yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual yang telah di
studendized.
Dasar pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar), maka telah terjadi
heteroskedastisitas dan
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji multikoliniearitas
Salah satu asumsi model regresi linier adalah tidak adanya korelasi
yang sempurna atau korelasi tidak sempurna tetapi relatif sangat tinggi
pada variabel-variabel bebasnya (independen) yang biasa disimbolkan
dengan X1, X2, X3...Xn (Husein Umar, 2008). Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolinearitas
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Suatu
model regresi bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF
lebih kecil dari 10 dan mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,1
(Imam Ghozali, 2005:91)
4. Uji Hipotesis
a. Uji statistik t (uji parsial)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara individual
terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:84). Untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi
dengan syarat pengambilan keputusan adalah sebagai berikut ini:
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig < 0,05) dan nilai t lebih besar dari nilai 2 atau (t > 2), maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independent
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen)
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig > 0,05) dan nilai t lebih kecil dari nilai 2 atau (t < 2), maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independent
secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen)
b. Uji statistik F (uji simultan)
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama
terhadap variabel independen (Imam Ghozali, 2005:84). Untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama mempengaruhi
variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05
dengan syarat pengambilan keputusan sebagai berikut ini:
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig < 0,05) dan nilai F lebih besar dari nilai 4 atau (F > 4), maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independent
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen)
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig > 0,05) dan nilai F lebih kecil dari nilai 4 atau (F < 4), maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independent
secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen)
c. Uji R2 (koefisien determinan)
Uji koefisien determinan digunakan untuk menentukan seberapa besar
variabel independent dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien
determinan antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel
dependent amat terbatas (Imam Ghozali, 2005:83)
d. Analisis regresi berganda
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
metode regresi linier berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependen. Model ini digunakan karena penulis ingin mengetahui
tentang pengaruh variabel auditor judgment (X1) dan risiko audit (X2)
terhadap audit sampling (Y).
Adapun rumus permasamaan regresi berganda secara statistik adalah
sebagai berikut :
Y : ą + β1 X1 + β 2 X2 + e
Keterangan:
Y : Audit sampling,
ą : Konstanta
β1 : Koefisien auditor judgment
β 2 : Koefisien risiko audit
X1 : Auditor judgment
X2 : Risiko Audit
e : Error
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, sehingga variabel pada
penelitian ini adalah auditor judgment dan risiko audit terhadap audit sampling
yang kemudian dijabarkan menjadi dua indikator variabel, yaitu:
1. Varibel bebas (independen variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau variabel
terikat (Sugiyono, 2005:33). Menurut Jonathan Sarwono (2006:38) variabel
bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Auditor judgment
Auditor judgment berfokus pada tiga faktor yaitu: pengalaman,
pengetahuan dan kompleksitas tugas.
1) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital yang dapat
mempengaruhi judgment yang kompleks. Menurut Abdol Mohammadi
dan Wright (1987) dalam Huakanala dan Shinneke (2004),
pertimbangan auditor tidak berpengalaman mempunyai tingkat
populasi kesalahan yang secara signifikan lebih besar di bandingkan
auditor berpengalaman. Variabel ini diukur dengan menggunakan 5
item pernyataan.
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan komponen penting dalam suatu keahlian.
Keahlian menurut Bedard (1986) dalam Djaddang dan Parmono (2002)
adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 item pernyataan.
3) Kompleksitas tugas
Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek
penyusunan dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu
berkaitan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut,
sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi
(information clarity). Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 item
pernyataan.
Variabel auditor judgmet diukur denngan menggunakan 17 item
pernyataan. Masing-masing item pernyataan pengalaman dan pengetahuan
dinilai dengan menggunakan skala likert 5 (lima) point yaitu : (1) Sangat
Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3) Netral (N), (4) Setuju (S),
(5) Sangat Setuju (SS). Sedangkan item pernyataan kompleksitas tugas
dinilai dengan mengunakan skala likert 5 (lima) point yaitu: (1) Sangat
Salah (SS), (2) Salah (S), (3) Netral (N), (4) Benar (S), (5) Sangat Benar
(SB).
b. Risiko audit
Dalam melaksanakan tugas audit seorang auditor dihadapkan pada
risiko audit yang akan dihadapinya sehubungan dengan judgment yang
ditetapkannya. Risiko audit yang dihadapi auditor bisa merupakan
kerugian praktik profesionalnya.
Untuk menghindari atau meminimalkan suatu risiko audit, menurut
standar auditing seksi 312 mengenai ”risiko dan materialitas dalam
pelaksanaan audit” maka auditor diharuskan untuk mempertimbangkan
dua berikut: Pertama, perencanaan audit dan Kedua melakukan evaluasi
akhir apakah secara keseluruhan penyajian laporan keuangan telah
dilakukan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 7 item pernyataan risiko
sampling dan risiko non sampling. Masing-masing item pernyataan dalam
instrument dinilai dengan menggunakan skala likert 5 (lima) point yaitu :
(1) Sangat Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3) Netral (N), (4)
Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS).
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (Sugioyono, 2005:33). Menurut Jonathan
Sarwono (2006:38) variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi /
respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah audit sampling, yang diartikan
sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur
dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Audit sampling dirasakan sangat berguna apabila auditor tidak memiliki
pengetahuan khusus mengenai saldo-saldo akun transaksi lainnya yang
menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan audit. Standar
pekerjaan lapangan ketiga menyatakan bukti audit kompeten yang cukup harus
di peroleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan,
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit. “Kedua pendekatan sampling diatas (sampling statistik
dan sampling non statistik). Jika diterapkan dengan semestinya dapat
menghasilkan bukti yang cukup. Maka audit sampling sangat diperlukan
untuk memperoleh bukti audit yang kompeten.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 9 item pernyataan berdasarkan
persepsi auditor mengenai sampling statistik dan sampling non statistik.
Masing-masing item pertanyaan dinilai dengan menggunakan skala likert 5
(lima) point yaitu : (1) Sangat Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3)
Netral (N), (4) Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS)
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Sub
Variabel Alat Indikator Ukuran
1
Pengalaman
1. Memiliki pelatihan teknis
2. Memiliki banyak
penugasan audit
3. Memudahkan mendeteksi
adanya kesalahan dalam
audit 4. Membuat judgment yang
baik 5. Membuat sadar terhadap
akan lebih banyak kekeliruan
Skala
Likert
5 item
Sangat tidak setuju
s/d Sangat setuju
Auditor
Judgment
(X1)
Pengetahuan
6. Memiliki pengetahuan
tentang metode audit 7. Memiliki pengetahuan
tentang teknik audit 8. Memiliki pengetahuan
tentang prosedur audit
9. Memiliki pengetahuan
tentang standar audit
10. Lebih cermat dalam
mendeteksi kekeliruan
11. Lebih ahli dalam
pengungkapan kekeliruan
Skala
Likert 5 item
Sangat
tidak setuju
s/d Sangat
setuju
No Variabel Sub
Variabel Alat Indikator Ukuran
Kompleksitas
Tugas
12. Mengetahui dengan jelas
tugas yang diberikan 13. Mengetahui dengan jelas
cara mengerjakan setiap
jenis tugas
14. Membutuhkan keahlian
dalam penyelesaian tugas
15. Membutuhkan kesabaran
dalam penyelesaian tugas
16. Membutuhkan
kemampuan dalam
penyelesaian tugas
17. Memberikan kepuasan
dalam mengerjakan tugas
Skala Likert
5 item
Sangat salah s/d
Sangat
benar
Risiko non
sampling
1. Pemilihan prosedur yang
tidak sesuai dengan
tujuan audit 2. Penerapan prosedur yang
tidak sesuai dengan tujuan audit
3. Perencanaan yang tepat 4. Pengawasan atau
supervisi yang tepat
2
Risiko
Audit (X2)
Risiko
sampling
5. Pemahaman terhadap bisnis klien
6. Pemahaman terhadap sistem akuntansi Klien
7. Pemahaman terhadap
sistem pengendalian
intern klien
Skala
Likert
5 item
Sangat
tidak setuju
s/d Sangat
setuju
3
Audit
Sampling
(Y)
Persepsi
sampling statistik
1. Lebih akurat dalam
mendapatkan sampel
2. Menggunakan
pertimbangan profesional
dalam perencanaan dan
pelaksanaan sampling
3. Hasil sampel dievaluasi
berdasarkan matematik
4. Memerlukan lebih
banyak biaya
Skala
Likert
5 item
Sangat
tidak setuju
s/d Sangat
setuju
No Variabel Sub
Variabel Alat Indikator Ukuran
Persepsi sampling non
statistik
5. Penentuan dan
pengevaluasian sampel berdasarkan pengalaman
auditor
6. Hasil sampel tidak
dievaluasi secara
matematik
7. Bisa mendapatkan
sampel yang representatif
8. Hasil sampel dievaluasi
berdasarkan
pertimbangan auditor
9. Menggunakan
pertimbangan profesional
dalam perencanaan dan
pelaksanaan sampling
Skala
Likert
5 item
Sangat
tidak setuju
s/d Sangat setuju
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen angket atau
kuisioner yang disebar ke beberapa auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik di wilayah Jakarta. Karena jumlah auditor berada di Kantor Akuntan
Publik di Jakarta tidak dapat diketahui jumlahnya secara pasti, peneliti
membagikan dan mengumpulkan kuisioner secara langsung kepada 13 KAP
yang terdaftar Directory Akuntan Publik tahun 2008 di wilayah Jakarta
diantaranya :
a. A. Krisnawan & Rekan
b. Adi Jimmy Arthawan
c. Drs. Muhammad Zen & Rekan
d. Drs. Tasmin Ali Widjanarko & Rekan
e. Drs. Usman & Rekan
f. Dedy Zeinirwan Santosa
g. Hasnil, M. Yasin & Rekan
h. Hertanto, Sidik, Dadisoeryo & Rekan
i. Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan
j. Jamaludin Iskak, BAP
k. Kosasih & Nurdiyaman
l. S. Mannan, Sofwan, Adnan & Rekan
m. Syarief Basir & Rekan
Pengiriman kuisioner dilakukan pada akhir bulan Desember 2008,
sedangkan proses pengambilan dan pengumpulan data dilakukan sampai akhir
bulan Februari 2009. Kuisioner yang dikirim sebanyak 103 lembar eksemplar,
sedangkan jumlah yang kembali sebanyak 67 kuisioner atau sebesar 65% dari
keseluruhan kuisioner yang dikirim, 36 kuisioner yang tidak kembali, 62
kuisioner yang dapat diolah dan 5 kuisioner yang tidak bisa diolah. Ringkasan
pembagian dan pengumpulan kuisioner dalam penelitian ini ditunjukkan
dalam tabel 4.1 dibawah ini
Tabel 4.1
Data Penyebaran Kuisioner
Keterangan Jumlah
Kuisioner yang disebar Kuisioner yang terkumpul
Kuisioner yang tidak terkumpul
Kuisioner yang bisa diolah
Kuisioner yang tidak bisa diolah
103 67
36
62
5
Tingkat Pengembalian (response rate)
67 /103 * 100%
65%
Sumber: Data primer yang diolah
2. Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian ini menyajikan identitas responden yaitu auditor
eksternal pada beberapa KAP di wilayah Jakarta
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel 4.2 dibawah ini.
61
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria
Wanita Total
28
34 62
45.2
54.8 100.0
45.2
54.8 100.0
45.2
100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa responden didominasi
jenis kelamin wanita sebesar 54,8% atau 34 responden, dan sisanya
berjenis kelamin laki-laki 28 responden atau 45,2%. Hal ini dapat terlihat
bahwa responden wanita lebih banyak dibandingkan responden pria.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.3
dibawah ini
Tabel 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Dibawah 30 tahun
30 – 45 tahun
Diatas 45 tahun
Total
51
8
3
62
82.3
12.9
4.8
100.0
82.3
12.9
4.8
100.0
82.3
96.2
100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Dari segi usia dapat diidentifikasi bahwa responden terbanyak adalah
responden usia produktif dibawah 30 tahun yaitu 51 responden atau
82.3%, responden usia 30 sampai 45 tahun 8 responden atau 12.9% dan
responden usia diatas 45 tahun 3 responden atau 4,8%.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat
pada tabel frekuensi dibawah ini
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid D3
S1 S2
Total
5
53 4
62
8.1
85.5 6.5
100.0
8.1
85.5 6.5
100.0
8.1
93.5 100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden
paling banyak adalah Strata Satu (S1) 53 responden atau 85,5%, tingkat
pendidikan terakhir Magister (S2) 4 responden atau 6,5% sedangkan
tingkat pendidikan terakhir akademik 5 responden atau 8,1% .
d. Deskripsi responden berdasarkan posisi jabatan
Karakteristik responden berdarkan posisi jabatan dapat dilihat pada
tabel frekuensi dibawah ini
Tabel 4.5
Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Jabatan
Frequency
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Partner
Manager Supervisor
Senior auditor Junior auditor
Total
4
1 6
14 37
62
6.5
1.6 9.7
22.6 59.7
100.0
6.5
1.6 9.7
22.6 59.7
100.0
6.5
8.1 17.7
40.3 100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diidentifikasi bahwa responden yang
memiliki jabatan sebagai junior auditor sebesar 59,7% atau 37 responden,
kemudian disusul dengan jabatan senior auditor sebesar 22,6% atau
14 responden, jabatan supervisor sebesar 9,7% atau 6 responden, jabatan
partner 6,5% atau 4 orang dan 1,6% atau 1 responden berada pada jabatan
manager.
e. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja
Karakteristik responden berdarkan lama bekerja sebagai auditor dapat
dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini
Tabel 4.6
Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Frequency
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Diatas 5 tahun
3 – 5 tahun
1 – 3 tahun
Dibawah 1 tahun
Total
8
9
21
24
62
12.9
14.5
33.9
38.7
100.0
12.9
14.5
33.9
38.7
100.0
12.9
27.4
61.3
100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lama bekerja auditor bervariasi,
diantaranya 38,7% atau 24 responden bekerja dibawah 1 tahun, 33,9% atau
21 responden bekerja diantara 1 sampai 3 tahun, 14,5% atau 9 responden
bekerja diantara 3 -5 tahun dan yang bekerja diatas 5 tahun 12,9% atau 8
responden.
f. Deskripsi responden berdasarkan latar belakang pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan dapat
dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.7
Deskripsi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Akuntansi dan audit
Manajemen Total
61
1 62
98.4
1.6 100.0
98.4
1.6 100.0
98.4
100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi dan audit lebih banyak
sebesar 98,4% atau 61 responden, sedangkan sisanya berpendidikan
manajemen sebesar 1,6% atau 1 responden.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Uji Kualitas Data
a. Uji validitas
Uji validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan teknik
pearson correlation dengan menghitung angka pada kolom corrected
item-total correlation atau r hitung dari nilai jawaban responden untuk
tiap butir pernyataan, kemudian dibandingkan dengan angka pada tabel
r product moment atau r tabel. Setiap butir pernyataan dikatakan valid bila
r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel. Sebelum kuisioner disebar
ke 103 responden, peneliti melakukan try out terhadap 16 responden
dengan taraf signifikan (a) 5% maka didapat r hitung sebesar 0.497.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Auditor Judgment (Variabel X1)
Variabel R Hitung R Tabel Kesimpulan
Auditor judgment 1
Auditor judgment 2 Auditor judgment 3
Auditor judgment 4 Auditor judgment 5
.571
.237
.690
.674
.594
0.497
0.497 0.497
0.497 0.497
Valid
Tidak valid Valid
Valid Valid
Auditor judgment 6
Auditor judgment 7
Auditor judgment 8
Auditor judgment 9
Auditor judgment 10
Auditor judgment 11
.639
.517
.517
.609
.710
.834
0.497
0.497
0.497
0.497
0.497
0.497
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Auditor judgment 12
Auditor judgment 13
Auditor judgment 14
Auditor judgment 15
Auditor judgment 16 Auditor judgment 17
Auditor judgment 18
.390
.521
.553
.834
-.239 .698
.537
0.497
0.497
0.497
0.497
0.497 0.497
0.497
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid Valid
Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji validitas auditor judgment diperoleh hasil,
terdapat 15 item pernyataan yang valid dan 3 item pernyataan yang tidak
valid dikarekan r hitung kurang dari r tabel, pernyataan tersebut antara lain
pernyataan auditor judgment 2 dengan nilai r hitung .237, pernyataan
auditor judgment 12 dengan nilai r hitung .390 dan pernyataan auditor
judgment 16 dengan nilai r hitung -.239.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Risiko Audit (Variabel X2)
Variabel R Hitung R Tabel Kesimpulan
Risiko audit 1
Risiko audit 2 Risiko audit 3
Risiko audit 4 Risiko audit 5
Risiko audit 6
Risiko audit 7
.573
.514
.430
.534
.202
.687
.125
0.497
0.497 0.497
0.497 0.497
0.497
0.497
Valid
Valid Tidak valid
Valid Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa tidak seluruh butir
pernyataan valid, karena terdapat 3 butir pernyataan yang memiliki angka r
hitung kurang dari .497, diantaranya risiko audit 3 dengan nilai r hitung
.430, pernyataan risiko audit 5 dengan nilai r hitung .202 dan pernyataan
risiko audit 7 dengan nilai r hitung .125.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Audit Sampling (Variabel Y)
Variabel R Hitung R Tabel Kesimpulan
Audit sampling 1
Audit sampling 2 Audit sampling 3
Audit sampling 4 Audit sampling 5
Audit sampling 6
Audit sampling 7
Audit sampling 8
Audit sampling 9 Audit sampling 10
.537
.684
.224
.351
.699
.287
.704
.770
.486
.091
0.497
0.497 0.497
0.497 0.497
0.497
0.497
0.497
0.497 0.497
Valid
Valid Tidak valid
Tidak valid Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Tidak valid Tidak valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji validitas audit sampling diperoleh hasil, terdapat
5 item pernyataan yang valid dan 5 item pernyataan yang tidak valid
dikarekan r hitung kurang dari r tabel, pernyataan tersebut antara lain audit
sampling 3 dengan nilai r hitung .224, pernyataan audit sampling 4 dengan
nilai r hitung .351, pernyataan audit sampling 6 dengan nilai r hitung .287,
pernyataan audit sampling 9 dengan nilai r hitung .486 dan pernyataan
audit sampling 10 dengan nilai r hitung .091.
b. Uji reliabilitas
Instrument yang reliabel berarti instrument tersebut bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai cronbach alpha > 0,60.
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Croanbach’s
Alpha N of Item Kesimpulan
1
2 3
Auditor judgment (X1)
Risiko audit (X2) Audit sampling (Y)
.887
.712
.787
18
7 10
Reliabel
Reliabel Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas menunjukkan bahwa
instrument untuk setiap variabel penelitian adalah reliabel, karena nilai
croanbach’s alpha mempunyai nilai diatas 0.60. variabel auditor judgment
memiliki nilai a hitung .887 > 0.60, variabel risiko audit memiliki nilai a
hitung .712 > 0.60, dan variabel audit sampling memiliki nilai a hitung
.787 > 0.60. Hasil tesebut mengindikasikan bahwa instrumen penelitian ini
akan menghasilkan data yang sama walaupun digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, ada beberapa
pernyataan yang tidak valid dari keseluruhan pengujian validitas
diantaranya pernyataan 2, 12 dan 16 pada variabel auditor judgment,
pernyataan 3, 5 dan 7 pada varibel risiko audit dan pernyataan 3,4,6,9, dan
10 pada variabel audit sampling, walaupun demikian variabel auditor
judgment, risiko audit dan audit sampling memiliki nilai reabilitas yang
cukup tinggi, sehingga peneliti masih tetap menggunakan butir pernyataan
tersebut dengan memperbaiki kalimat pada butir item pernyataan kecuali
butir pernyataan 16 pada variabel auditor judgment dengan nilai -.239 dan
butir penyataan pada variabel audit sampling dengan nilai .091, peneliti
menghilangkan karena nilai validitas yang sangat jauh dari batas nilai
validitas yang diharapkan dan peneliti menguji kembali terhadap
responden yang sama pada lokasi yang berbeda dengan menghasilkan butir
pernyataan yang valid secara keseluruhan dengan nilai r hitung di atas nilai
r tabel sebesar 0.244. (lihat lampiran 4)
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel
independen yaitu auditor judgment dan risiko audit, dan variabel dependen
yaitu audit sampling dalam sebuah model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini, normalitas data ditentukan dengan normal
P-P Plot. Hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 12 dapat
dilihat pada gambar sebagai berikut
Gambar 4.1
Uji Normalitas P-Plot
Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas dengan
menggunakan normality probability plot bahwa distribusi dari titik-titik
data variabel penelitian menyebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Jadi data pada
keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal atau sudah
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas digambarkan pada grafik scatterplot untuk
menguji variabel independen yaitu auditor judgment dan risiko audit, dan
variabel dependen yaitu audit sampling
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik data
menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik atas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi berganda, sehingga model regresi
dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian ini memenuhi asumsi
homoskedastisitas.
c. Uji multikolinearitas
Deteksi terhadap multikolinearitas dapat dilihat dari variance inflation
factor (VIF) dan tolerance (TOL). Pada tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12
Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Auditor Judgment
Risiko Audit
.638
.638
1.567
1.567
a. Dependent Variable: Audit Sampling
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa nilai tolerance tidak kurang dari
0,1 dan nilai varian inflation factor (VIP) tidak lebih dari 10, dapat
disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan tidak terdapat gejala
multikolinearitas terhadap variabel penelitian. Sehingga model regresi
berganda dapat digunakan dalam penelitian.
3. Uji Hipotesis
a. Uji statistik t (uji parsial)
Untuk mengetahui pengaruh varibel independent secara parsial
terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (sig) yang
dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel coefficients. Dasar
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap
variabel independent adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig < 0,05) dan nilai t lebih besar dari nilai 2 atau (t > 2), maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independent
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen)
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig > 0,05) dan nilai t lebih kecil dari nilai 2 atau (t < 2), maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independent
secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen)
Tabel 4.13
Hasil Uji t Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) Auditor Judgment
Risiko Audit
2.733 .330
.270
6.049 .105
.200
.426
.183
.452 3.145
1.353
.653
.003
.181
a. Dependent Variable: Audit Sampling
Sumber: Data primer yang diolah
Hipotesis dan hasil analisis SPSS 12 untuk varibel auditor judgment
dan risiko audit dijabarkan sebagai berikut:
1) Auditor judgment berpengaruh signifikan terhadap audit sampling
Hipotesis yang diuji untuk variabel auditor judgment (X1)
dirumuskan sebagai berikut:
Ha1 : Auditor judgment berpengaruh signifikan terhadap audit
sampling
Ho1 : Auditor judgment tidak berpengaruh signifikan terhadap audit
sampling
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.13 dapat diidentifikasi
bahwa variabel auditor judgment memiliki nilai t sebesar 3.145
dengan nilai probabilitas sig 0,003, ini berarti nilai t lebih besar dari
2 atau ( t > 2) dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau (0,003 < 0,05). Maka, terdapat pengaruh yang
signifikan antara auditor judgment terhadap audit sampling sebesar
0,426 atau 42,6%
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa dalam sampling non
statistik, auditor memilih sampel dan mengevaluasi hasil audit
berdasarkan auditor judgment dan karena penggunaan sampling non
statistik sangat mengandalkan pada auditor judgment, maka auditor
harus memiliki dasar fundamental dalam menetapkan judgment.
(Ponemon dan Wendell, 1995). Dengan pengetahuan yang memadai,
pengalaman yang cukup dan kompleksitas tugas yang dihadapi, maka
penggunaan sampling non statistik menghasilkan kesimpulan yang
diandalkan. (Huakanala dan Shinneke, 2004).
2) Risiko audit berpengaruh signifikan terhadap audit sampling
Hipotesis yang diuji untuk variabel risiko audit (X2) dirumuskan
sebagai berikut:
Ha2 : Risiko audit berpengaruh signifikan terhadap audit sampling
Ho2 : Risiko audit tidak berpengaruh signifikan terhadap audit
sampling
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.13 dapat diidentifikasi
bahwa variabel risiko audit memiliki nilai t sebesar 1.353 dengan nilai
probabilitas sig 0,181, ini berarti nilai t lebih kecil dari 2 atau (t < 2)
dan nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(0,181 > 0,05). Maka, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
risiko audit terhadap audit sampling.
Penelitian yang dilakukan oleh Surya Raharja (2005) menyatakan
bahwa koefisien regresi untuk persepsi terhadap risiko audit adalah
positif tetapi secara statistik tidak signifikan, maka dapat disimpulkan
bahwa dengan tingkat signifikan 95% persepsi terhadap risiko audit
tidak mempunyai pengaruh terhadap penggunaan metode sampling.
Hasil yang tidak signifikan tersebut menunjukkan bahwa auditor tidak
terpengaruh dengan risiko audit dalam menentukan pilihan metode
sampling. Kemungkinan auditor belum menyadari kelebihan metode
sampling statistik untuk memenuhi kebutuhan penggunaan bukti
sampling untuk kepentingan pengadilan (Hall et. al.,. 2002).
Selanjutnya penelitian lain oleh Reni Rukmini (2008) yang
menyatakan bahwa risiko audit mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kinerja audit hal ini disebabkan banyak dan
kompleknya data yang harus diperiksa auditor dan karena komponen
yang berpengaruh terhadap risiko audit adalah adanya risiko bawaan
seperti adanya hubungan istimewa, kerentanan tehadap froud serta
unsur-unsur populasi, risiko informasi yang berkaitan dengan
kesalahan atau penyalahgunaan informasi.
b. Uji statistik F (uji simultan)
Pengujian adanya pengaruh variabel independent secara simultan
terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang dapat
dideteksi dari output SPSS pada table ANOVAa. Dasar pengambilan
keputusan uji simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y
adalah sebagai berikut :
3) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig < 0,05) dan nilai F lebih besar dari nilai 4 atau (F > 4), maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independent
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen)
4) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig > 0,05) dan nilai F lebih kecil dari nilai 4 atau (F < 4), maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independent
secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen)
Tabel 4.14
Hasil Uji F ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Man Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
373.222
834.326
1207.548
2
59
61
186.611
14.141
13.196 .000(a)
a. Predictors: (Constant), Risiko Audit, Auditor Judgment
b. Dependent Variable: Audit Sampling Sumber: Data primer yang diolah
Hipotesis yang akan diuji untuk variabel auditor judgment (X1) dan
risiko audit (X2) dirumuskan sebagai berikut:
Ha3 : Auditor judgment dan risiko audit secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap audit sampling
Ho3 : Auditor judgment dan risiko audit secara bersama tidak berpengaruh
signifikan terhadap audit sampling
Berdasarkan tabel 4.14, terlihat nilai F adalah 13.196 dengan
probabilitas 0.000, karena probabilitas 0.000 jauh lebih kecil dari 0,05 dan
nilai F 13.196 lebih besar dari 4, maka model regresi bisa dipakai untuk
memprediksi audit sampling. Atau bisa dikatakan auditor judgment dan
risiko audit secara bersama berpengaruh signifikan terhadap audit
sampling, maka Ha diterima.
Penelitian yang dilakukan oleh Reni Rukmini (2008) diperoleh
F sebesar 7.085 dengan nilai probabilitas sig 0.002, ini berarti pelaksanaan
EDP audit dan risiko audit berpengaruh secara bersama terhadap kinerja
audit.
c. Uji R2 (koefisien determinasi)
Tabel 4.15
Uji R2 (Model Summary
b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
The Estimate
1 .556a .309 .286 3.760
a. Predictors: (Constant), Risiko Audit, Auditor Judgment
Sumber : Data primer yang diolah
Nilai koefisien determinan (R square) pada tabel model summaryb
sebesar 0.309 dan nilai koefisien determinan yang sudah disesuaikan
(adjusted R square) sebesar 0.286, karena jumlah variabel independent
tidak lebih dari dua, maka peneliti menggunakan koefisien determinasi
(R square) dan bukan adjusted R square. Singgih Santoso (2000:167).
Jadi, nilai yang dipakai adalah 0.309, jika disajikan dalam bentuk
persentase 30,9%, angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel
auditor judgment dan risiko audit secara bersama dapat menjelaskan
30,6% terhadap variabel audit sampling dan sisanya 69,1% (100%-30,9%)
dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisis regresi
ini.
Standard error of estimate adalah sebesar 3,760, semakin kecil standar
error of estimate maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen, namun dikarenakan nilai hasil uji secara
simultan sebesar 30,9%, maka itu dirasa kurang, sebab pada analisis
sebelumnya diperoleh hasil auditor judgment memiliki pengaruh sebesar
42,6% terhadap audit sampling, sedangkan pada pengujian risiko audit
terhadap audit sampling tidak memiliki pengaruh. Hal tersebutlah yang
menyebabkan pengolahan data secara simultan hanya menunjukkan angka
30,9%. Jika pengujian risiko audit memiliki pengaruh maka, dapat
dipastikan analisis secara simultan bisa menunjukkan hasil yang lebih
baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Reni Rukmini (2008) menghasilkan
R2 19,1% dengan standar error of estimate 3.128, ini berarti pelaksanaan
EDP audit dan risiko audit hanya dapat menjelaskan sebesar 19,1%
terhadap kinerja audit. Penelitian lain oleh Surya Raharja (2005)
menghasilkan R2 23%, ini berarti persepsi metode sampling statistik,
persepsi risiko audit, time pressure dan pengalaman dapat menjelaskan
23% terhadap penggunaan metode sampling audit dan sisanya dipengaruhi
oleh pertimbangan supervisi dan tipe audit.
d. Analisis regresi berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independent terhadap varibel dependen dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.16
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) Auditor Judgment
Risiko Audit
2.733 .330
.270
6.049 .105
.200
.426
.183
.452 3.145
1.353
.653
.003
.181
a. Dependent Variable: Audit Sampling Sumber: Data primer yang diolah
Hasil analisis tabel 4.16 diatas memperlihatkan bahwa nilai constant
2.733, auditor judgment 0.330 dan risiko audit 0.270 sehingga berdasarkan
analisis regresi berganda diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 2.733 + 0.330X1 + 0.270X2
Hal ini mengindikasikan bahwa jika tidak ada variabel auditor
judgment dan risiko audit, audit sampling bernilai 2.733. koefisien regresi
0.330 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah auditor judgment
akan meningkatkan audit sampling sebesar 0.330 dan koefisien regresi
0.270 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah risiko audit akan
meningkatkan audit sampling sebesar 0.270.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis signifikansi
pengaruh auditor judgment terhadap audit sampling, signifkansi pengaruh risiko
audit terhadap audit sampling dan secara simultan signifikansi pengaruh auditor
judgment dan risiko audit terhadap audit sampling. Metode penelitian yang
digunakan adalah hipotesis. Hipotesis yang digunakan ada 3, sampel yang
digunakan adalah 103 responden yaitu auditor eksternal atau akuntan publik yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil uji t menunjukkan auditor judgment (variabel X1) yang diukur oleh audit
sampling (variabel Y) secara parsial diperoleh nilai t sebesar 3.145 dengan
nilai probabilitas sig 0,003, ini berarti nilai t lebih besar dari 2 dan
probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. berdasarkan temuan
penelitian ini disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan
auditor judgment ]berpengaruh signifkan terhadap audit sampling diterima
(Ha1 diterima) yaitu sebesar 0,426 atau 42,6%
2. Hasil uji t menunjukkan risiko audit (variabel X2) yang diukur oleh audit
sampling (variabel Y) secara parsial diperolah nilai t sebesar 1.353 dengan
nilai probabilitas sig 0,181, ini berarti nilai t lebih kecil dari 2 dan nilai
probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Berdasarkan temuan
82
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan
risiko audit berpengaruh signifikan terhadap audit sampling ditolak (Ha2
ditolak) yaitu sebesar 0,183 atau 18,3%
3. Hasil uji F menunjukkan audit sampling (variabel X1) dan risiko audit
(variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar 13,196 dengan nilai
probabilitas sig sebesar 0,000, ini berarti nilai F lebih besar dari nilai 4 dan
nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. berdasarkan
temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang
menyatakan auditor judgment dan risiko audit secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap audit sampling dapat diterima (Ha3 diterima)
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap berbagai pihak yang terkait dengan
profesi akuntan, terutama akuntan publik (auditor). Sebagai pihak profesional,
auditor bertanggung jawab bukan hanya berhenti pada penyampaian laporan
kepada klien/pihak manajemen. Tetapi juga pertangungjawaban terhadap isi
pernyataan yang telah ditanda-tanganinya. Untuk itu auditor harus berhati-hati
sekali dalam melaksanakan tugas audit serta pada saat auditor harus
mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung
judgment yang diberikannya. Dalam kenyataannya, auditor harus berusaha untuk
menunjukkan pertimbangan profesionalnya dalam audit, hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan melakukan pertimbanganya dengan memilih sampel dan
mengevalusi hasil audit.
Pada saat melakukan sampling, auditor dihadapkan pada risiko sampling
untuk itu auditor harus memperhatikannya, terutama pada risiko beta pada saat
pengujian subtantif diangap lebih penting daripada risiko alfa karena opini yang
diberikan akan membawa akibat yang lebih buruk. Artinya, apabila pemeriksa
menyatakan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan yang material
padahal sebenarnya mengandung kesalahan yang material.
Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian ini, maka
dapat dikemukakan beberapa saran diataranya :
1. Pada saat auditor menggunakan teknik sampling statistik maupun sampling
non statistik auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
melakukan perencanaan, pelaksananaan rencana sampling, pengevaluasian
hasil sampling serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan
melalui pengambilan sampel dengan bukti audit lain, dan dalam mengambil
kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
2. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap audit sampling diantaranya tingkat keahlian, time
pressue dan masalah-masalah penting dari sampling termasuk judgment
errors di dalam mengevaluasi hasil sampel, kegagalan auditor untuk
memenuhi pertimbangan risiko sampling.
3. Masih berkaitan dengan keterangan diatas diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas yaitu dengan memilih objek penelitian
dengan responden yang lebih berpengalaman atau responden diatas senior
auditor, dan dapat melakukan penelitian di propinsi lain, sehingga nantinya
hasilnya bisa digeneralisasi untuk lingkup yang lebih luas
86
DAFTAR PUSTAKA
Aren, A. Alvin, Elder, J. Randal, dan Beasley, S. Mark, “Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi”, Alih Bahasa, Wibowo, Herman, Edisi Ketujuh Belas, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2008.
Agoes, Sukrisno, ”Auditing(Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”,
Edisi Ketiga, Jilid 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2007.
Boynton, William C, Ramond N. Johnson dan Walter G. Kell, “Modern
Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.
Djajang, Syahril dan Agung Parmono, “Auditor’s Judgement: Produk Konsensus
Antara KAP & Auditor”, Media Akuntansi, Edisi: 25, April-Mei, 2002.
Engko, Cecilia dan Gudono, ”Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of control
Terhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja
Auditor”, Artikel diakses tanggal 10 Desember 2008, dari
http://www.Google/Info.perbanasinstitute.ac.id/pdf/AMKP/AMKP08.pdf
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Penerbit
Badan Penerbit Universita Diponegoro, Semarang, 2005.
Huakanala dan Shinneke, “Audit Sampling: Auditor’s Judgment dan Risiko
Audit”, Media Akuntansi, Edisi 37, Januari-Pebruari, 2004.
Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Halim, Abdul, “Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2008.
Heryanto dan Lukman, ”Statistik Ekonomi”, Lembaga Penerbit Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Herliansyah, Yudhi, ”Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan
Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment”, Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang (23-26 Agustus), 2006.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), “Standar Profesional Akutan Publik Per
1 Januari 2001 / untuk Ikatan Akuntan Indonesia Kompartement Akuntan
Publik” , Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), ”Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil /
Institut Akuntan Publik Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Salemba Empat, Yogyakarta, 2000.
Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin, “Pengaruh Gender,
Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment”,
Simposium Nasional Akuntansi 10 Unhas Makasar (26-28 Juli), 2007.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, “Auditing”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Manggala, Budi, “Aplikasi Audit Sampling untuk Meningkatkan Profesionalisme
Akuntan (Kasus Bank Bali)”, Jurnal Akuntansi, FE UNTAR, No. 02,
2001.
Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari, “Pangaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”, Simposium Nasional akuntansi
10 Unhas Makasar (26-28 Juli), 2007.
Nasution, Utama, ”Risiko Audit”, Artikel diakses tanggal 10 Desember 2008, dari
http://library.usu.ac.id/module/risiko-audit/pdf.
Raharja, Surya, “Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling Audit Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit
Oleh Auditor BPK”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Solo (15-16 September), 2005.
Riduwan dan Kuncoro Enkos Achmad, ”Cara Menggunakan dan Memakai
Analisis Jalur”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2007.
Rukmini, Reni, ”Analisis Pengaruh Pelaksanaan Electronic Data Processing
Audit dan Risiko Audit Terhadap Kinerja Audit”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2008.
Ruslan, Rosady, “Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi”, Edisi Kesatu, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2000.
Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, Penerbit
ANDI, Yogyakarta, 2006.
Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.
Umar, Husein, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis” Edisi Kedua, Penerbit
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Yusup, Al, Haryono, ”Auditing (Pengauditan)”, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2001
Zulaikha, “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman
Auditor Terhadap Audit Judgment”, Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang (23-26 Agustus), 2006.