bab 2 kemiskinan dan permasalahannya

28
INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 13 Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 13

Bab 2

KEMISKINAN DANPERMASALAHANNYA

Page 2: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 15

Bab 2KEMISKINAN DAN

PERMASALAHANNYA

KEMISKINAN, kesenjangan dan pengangguran sesungguh-nya adalah rangkaian isu prioritas yang mendesak untukditangani, baik pada tingkat nasional, regional maupun kabu-paten/kota tak terkecuali di Kabupaten Rokan Hilir. Penang-gulangan kemiskinan sejak reformasi memperoleh perhatianyang benar serius, karena banyak kasus membuktikan bahwamerebaknva tekanan kemiskinan akan menyebabkan timbul-nya sejumlah akibat yang kantraproduktif bagi pembangunan(Menkokesra, 2003).

Seperti dikatakan Menteri Negara Bappenas Kwik KianGie (2003), akibat dari situasi krisis dan kemiskinan yang taksegera tertanggani antara lain adalah: (1) Tingginya bebansosial ekonomi yang harus ditanggung masyarakat, (2)Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia,(3) Rendahnya partisipasi aktif masyarakat dalam berbagaikegiatan pembangunan, (4) Menurunnya ketertiban umumdan ketentraman masyarakat, (5) Menurunnya kepercayaanmasyarakat pada birokrasi dalam memberikan pelayanan

Page 3: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA16

kepada masyarakat, dan (6) Kemungkinan terjadinya keme-rosotan mutu generasi yang akan datang.

Pengalaman di masa lalu telah mengajarkan pada bangsaIndonesia, bahwa kelemahan dari berbagai program penang-gulangan kemiskinan yang dicanangkan adalah bermula darikebijakan pembangunan yang hanya berorientasi padapertumbuhan ekonomi makro, dan sifatnya cenderung sentra-listik, sehingga tidak peka pada kebutuhan lokal. Di sisi lain,berbagai program penanggulangan kemiskinan yang di-kucurkan acapkali bersifat juga karitatif, dan cenderungmemposisikan masyarakat sebagai obyek. Dengan memandangkemiskinan hanya dari aspek ekonomi saja, maka yang terjadikemudian permasalahan kemiskinan di berbagai daerah dankomunitas seringkali dianggap serba sama (uniform) dandiyakini akan dapat dipecahkan semata-mata hanya denganmengandalkan pemberian bantuan modal usaha.

2.1. Konsep Kemiskinan

Pembangunan Indonesia belakangan ini memberikanperhatian yang lebih besar terhadap upaya pengentasan kemis-kinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukanbertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatmelalui peningkatan dan pemerataan pendapatan. Sampaidengan tahun 1999, perencanaan dan evaluasi pembangunandi Indonesia dilakukan secara sentralistik, serta menggunakandata dan informasi yang baku untuk semua wilayah. Namundemikian, sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, perencanaan dan eva-luasi pembangunan tidak lagi dilakukan secara sentralistik tetapioleh pemerintah daerah masing-masing, khususnya pada tingkatkabupaten/kota.

Seperti diketahui, pengertian kemiskinan seringkali men-jadi topik perdebatan diantara berbagai pihak, baik di tingkat

Page 4: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 17

nasional, regional, maupun lokal. Pemerintah pusat, peme-rintah daerah, para donor, dan para peneliti lokal seringkalimempunyai perspektif dan pengertian yang berbeda tentangkriteria kemiskinan. Kendati demikian, pada umumnya semuasepakat terhadap keterbatasan dari pengukuran yang ada seka-rang ini, yakni penghitungan jumlah penduduk miskin yangdilakukan oleh BPS dan sistim pendataan keluarga miskin olehBKKBN, yang pada dasarnya keduanya dirancang, dianalisadan digunakan secara sentralistik.

Kemiskinan sesungguhnya merupakan masalah multi-dimensi. Dalam rencana strategis kemiskinan disebutkanbahwa dimensi kemiskinan mencakup empat hal pokok, yakni:(1) kurangnya kesempatan, 2) rendahnya kemampuan, (3)kurangnya jaminan dan (4) ketidakberdayaan. Kemiskinanjuga dikaitkan dengan keterbatasan hak-hak sosial, ekonomi,dan politik seseorang sehingga secara kumulatif merekamenyebabkan kerentanan, keterpurukan (uoicel­essness) danketidakberdayaan. Kemiskinan juga berkaitan erat dengan kese-jahteraan, sehingga jika seseorang dianggap miskin biasanyadia tidak akan sejahtera.

Ada banyak definisi dan konsep yang berbeda tentangkesejahteraan atau well being. Misalnya dapat dikatakan bahwakesejahteraan seseorang sebagai kemampuan untuk memenuhikebutuhan komoditas secara umum. Seseorang dikatakan mampu(memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik) jika dia me-miliki kemampuan yang lebih besar dalam menggunakansumber daya yang dimilikinya (kekayaan). Atau, secara paraleldapat dianalogkan tentang kemampuan seseorang untukmemperoleh jenis barang-barang konsumsi tertentu (misalnyamakanan dan perumahan). Seseorang yang kurang mampuuntuk berperan andil (berfungsi) dalam masyarakat mungkinmemiliki tingkat kesejahteraan yang rendah (Sen, 1987) ataulebih rentan (vulnerable) terhadap krisis/gejolak ekonomi dancuaca.

Page 5: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA18

Jadi dalam konteks ini, kemiskinan dapat berarti baikkurangnya kemampuan memenuhi kebutuhan komoditassecara umum (yakni keterbatasan terhadap sekelompok pilihankomoditas (Watts, 1968) atau jenis konsumsi tertentu (misalnyaterlalu sedikit mengonsumsi makanan) yang dirasa sangatesensial/perlu untuk memenuhi standar hidup dalam mas-yarakat maupun dalam arti kurangnya kemampuan untukandil/berfungsi dalam masyarakat.

Buku ini akan memfokuskan pada apa yang secara umumdikenal sebagai kemiskinan, yaitu apakah rumah tangga atauindividu memiliki sumber daya atau kemampuan yang cukupuntuk memenuhi kebutuhannya. Aspek ini didasarkan padaperbandingan pendapatan, pengeluaran, pendidikan atau atri-but lain dari individu dengan beberapa batasan yang ditentukan,dimana mereka yang berada di bawah batas yang ditentukantersebut sebagai miskin. Kemiskinan merupakan suatu keadaanketidakcukupan/kekurangan (deprivation) akan aset-asetpenting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhakmemperolehnya. Jadi jelas bahwa seseorang dapal juga berpikirtentang kemiskinan dari sudut pandang non-moneter. Meski-pun digunakan secara luas, kemiskinan secara moneterbukanlah satu-satunya paradigma bagi pengukuran kemiskinankarena dimensi non-moneter juga sangat penting/bergunadalam menggarap komponen-komponen kemisikinan khusus-nya bagi penelitian atau studi kasus.

Kemiskinan juga berkaitan dengan outcome yang kurang/tidak cukup dalam hubungannya dengan (i) kesehatan, gizi,dan literasi, (ii) kurangnya hubungan sosial, (iii) kerawanan,(iv) kepercayaan diri yang rendah dan ketidakberdayaan.Dalam banyak kasus, sungguh layak untuk menerapkan teknikatau cara-cara yang telah dikembangkan dalam pengukurankemiskinan secara moneter terhadap indikator non moneterdari kesejahteraan. Beberapa contoh dimensi kesejahteraandimana teknik-teknik tersebut dapat digunakan meliputi:

Page 6: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 19

1. Kemiskinan kesehatan dan gizi

Status kesehatan anggota rumah tangga dapat diambilsebagai indikator penting kesejahteraan. Seseorang dapatmenitikberatkan pada status gizi anak sebagai ukuran out-come juga pada insiden penyakit tertentu (diare, malaria,penyakit pernafasan), atau harapan hidup untuk kelompokpenduduk yang berbeda.

2. Kemiskinan pendidikan

Dalam bidang pendidikan, seseorang menggunakan tingkatmelek huruf (literacy rate) sebagai karakteristik atauvariabel untuk mengidentifikasi penduduk miskin, dan ting-katan tertentu yang dipilih sebagai ambang batas (thre-shold) dapat dipakai untuk menetapkan sebuah garis kemis-kinan (poverty line). Alternatip lain, mencakup jumlahtahun pendidikan yang dicapai terhadap jumlah tahunpendidikan yang diharapkan dan seharusnya secara prinsipharus dicapai oleh seseorang.

Menurut Bank Dunia (2000), “poverty is pronounceddeprivation in well-being” dimana kesejahteraan dapat diukuroleh kekayaan yang dimiliki seseorang, kesehatan, gizi, pen-didikan, asset, perumahan, dan hak-hak tertentu dalam mas-yarakat seperti kebebasan dalam berbicara. Juga kemiskinanmerupakan kurangnya kesempatan/peluang, ketidakber-dayaan dan kerentanan. Dengan gambaran di atas, jelas bahwakemiskinan benar-benar merupakan masalah multi dimensiyang memerlukan kebijakan dan program intervensi multi-dimensi pula agar supaya kesejahteraan individu meningkatsehingga membuatnya terbebas dari kemiskinan.

Menurut BPS, kemiskinan adalah kondisi kehidupan yangserba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tanggasehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yanglayak bagi kehidupannya. Kemiskinan juga difahami sebagaikeadaan dimana dalam suatu masyarakat ditemukan situasi

Page 7: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA20

a lacl of acces to resources, productive assets, and incomingresulting in state of material deprivation (Nilufer, 1998).Intinya kekurangan sumberdaya, aset produktif dan pen-dapatan yang layak mengakibatkan hadirnya keadaan ke-kurangan pada individu atau rumah tangga.

Bagi individu atau sebuah rumah tangga yang menghadapikekurangan materi, kehidupan sosial dan emosional yangdicerminkan pada kurangnya pengeluaran untuk pangan, energi,dan sandang dibandingkan dengan rata-rata yang dikeluarkanmasyarakat umumnya, maka orang atau keluarga tersebuttergolong ke dalam kategori miskin. Pendekatan ini selarasdengan gagasan yang disampaikan oleh Mayogyo. Ciri pentingfokus perhatian tertuju pada ketidakmampuan serta ketidak-cukupan daya dukung ekonomi seseorang atau sebuah rumahtangga dalam memenuhi keutuhan pokok demi kelangsunganhidup.

Menurut Beoitvinik (1999), kemiskinan lebih dimaknai se-bagai kehilangan kebebasan, atau berarti pula adanya situasidimana suasana keterkekangan menghimpit seseorang atausebuah rumah tangga untuk bisa mengembangkan kehidupanyang lebih baik Ada pemaknaan non-ekonomi yang perlumendapat perhatian untuk melihat fenomena kemiskinan.Artinya, kemiskinan lebih merampas kedaulatan seseorangatau sebuah rumahtangga untuk dapat menikmati kehidupansecara normal.

Maxwell (1999) menandai karakteristik individu danrumahtangga miskin dari aspek-aspek penting yang terkaitsecara tidak langsung pada konsep kemiskinan, seperti: (1)kekurangan pendapatan dan konsumsi, (2) keterbelakanganderajat martabat manusia, (3) ketersingkiran, (4) menyandangderita sakit, (5) ketidakmampuan untuk bekerja atau me-nunaikan tugas, (6) memiliki sumber nafkah yang tidak berke-lanjutan, dan (7) ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasardan serba kekurangan dibandingkan dengan anggota

Page 8: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 21

masyarakat secara rata­rata. Jadi, dengan demikian kemiskinanmempunyai dimensi aktual dan potensial.

Kemiskinan menurut ADB (1999) adalah beberapa hakkehidupan pokok manusia yang tak bisa dipenuhi sehinggamenyebabkan seseorang atau sebuah rumahtangga jatuhmiskin. Disebutkan lebih lanjut oleh ADB adanya faktor: (1)ketidakcukupan akses pendidikan dan kesehatan, (2) kurang-nya reasonable reward atau hasil karya yang mereka tunaikan,dan (3) ketiadaan perlindungan sosial dari berbagai kemung-kinan external shock dari aspek sosial-politik kemasyarakatan.Indikatornya adalah tingkat pendidikan dasar, status kesehatan,status gizi dan pangan, ketersediaan dan akses pada air bersihdan sanitasi, tingkat pendapatan, ketersediaan kesempatan kerjaserta berusaha, dan tingkat upah. Sebagai Contoh, pertum-buhan ekonomi penting bagi penciptaan kesempatan-kesempatanatau peluang. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomisendiri tidak cukup karena orang miskin dan orang yang rentanmungkin tidak memperoleh keuntungan dari pertumbuhan,karena mereka kurang sehat, kurang keahlian atau kekuranganakses terinfrastruktur dasar.

Pemberdayaan sangat penting bagi penduduk miskin untukmengambil keuntungan dari pertumbuhan. Apa yang dimaksuddengan pemberdayaan? Pemberdayaan berarti meningkatnyakapasitas penduduk miskin untuk mempengaruhi keputusan yangmembawa dampak pada kehidupan mereka, melalui investasi, dansekaligus menghilangkan segala hambatan yang mereka hadapiuntuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik, sosial dan ekonomi.Sekali lagi, pertumbuhan dan pemberdayaan saja mungkin tidakcukup untuk mengurangi jumlah penduduk miskin yang besardalam masyarakat. Mungkin ada banyak penduduk yang rentanterhadap resiko seperti penyakit dan kecelakaan, ketidakstabilanekonomi dan bencana alam, yang membatasi kesempatan merekadan juga kemampuan menyediakan peluang-peluang yangdiciptakan oleh pertumbuhan.

Page 9: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA22

Konsekuensinya adalah penduduk yang rentan ter­sebutterpaksa memilih kegiatan yang berisiko rendah dan dengantingkat pengembalian yang rendah pula (low return activities),dan ini menyebabkan mereka kehilangan aset produktip danakhirnya kembali jatuh dalam jurang kemiskinan. Jadi,mekanisme Jaring Pengaman Sosial (JPS) harus ada untukmengurangi dampak gejolak tersebut pada penduduk miskindan membantu penduduk miskin mengatasi konsekuensi darigejolak-gejolak tersebut (shock).

2.2. Mengapa Mengukur Kemiskinan?

Mengapa mengukur kemiskinan? Barangkali justifikasiyang paling mendekati adalah yang diberikan oleh Ravallion(1998) yang mengatakan bahwa “credible measure of povertycan be powerful insrumentt for focusing the attention of policymakers on the living conditions of the poor” (pengukurankemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumenyang tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskanperhatian pada kondisi hidup orang miskin). Data kemiskinandapat memberikan informasi bagi kebijakan-kebijakan yangditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Sebuahpengukuran yang baik akan:

· Memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi efek/dampak dari pelaksanaan proyek penanggulangankrisis, misalnya kebijakan pemerintah untuk menanganimasalah kemiskinan,

· Memungkinkan seseorang untuk membandingkankemiskinan antarwaktu,

· Memungkinkan seseorang untuk membuat perbandi-ngan antartempat, dan

· Menentukan target penduduk miskin dengan tujuanuntuk memerbaiki posisi mereka.

Page 10: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 23

Secara alternatip, ada 4 (empat) pertanyaan yang ingin dijawabdengan analisis kemiskinan, yakni:

· Berapa banyak penduduk miskin atau seberapa parahkemiskinan yang terjadi ? (Mengukur Kemiskinan),

· Siapa yang miskin (Profil Kemiskinan)

· Mengapa mereka miskin? (Determinan Miskin)

· Apa yang terjadi pada orang miskin/kemiskinanjika......? (Implikasi kebijakan)

“Mimpi kita adalah dunia terbebas dari kemiskinan”,demikian tulis Bank Dunia, dan pernyataan misi pertama BankDunia adalah “memerangi kemiskinan dengan sabar danprofessional untuk hasil yang berkelanjutan (permanen)”.Sukses dalam menentukan tujuan ini hanya dapat dilakukanapabila ada pengukuran kemiskinan yang memadai. Untuktujuan kebijakan, alasan yangi paling penting bagi pengukurankemiskinan bukan kebutuhan akan angka-angka deskriptip,tetapi untuk membuat perbandingan kemiskinan agar dapatmembangun program anti kemiskinan dan memonitor kema-juan pembangunan serta strategi pertumbuhan.

Kegiatan pendataan ini dilaksanakan atas keinginan yangkuat untuk mengentaskan kemiskinan, kebodohan sertaketertinggalan infrastruktur yang terjadi di Provinsi Riau.Kegiatan ini mencoba mengidentifikasi penduduk/keluargamiskin dengan indikator spesifik Riau.

Dalam upaya mengidentifikasi penduduk miskin Riau,telah digunakan 8 (delapan) variabel yang diperoleh dari hasilpenelitian BPS di 8 (delapan) provinsi di Indonesia, dandikombinasikan dengan indikator yang digunakan oleh BKKBNProvinsi Riau serta Badan Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau.Dari pembahasan antarinstansi dan lintas sektor, telahditemukan variabel-variabel yang dimaksud, yaitu:

Page 11: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA24

1. Frekuensi makanan minimal 2 kali sehari,2. Konsumsi lauk pauk berprotein tinggi,3. Memiliki pakaian yang berbeda untuk kegiatan yang

berbeda,4. Kepemilikan asset,5. Luas lantai per kapita,6. Jenis lantai,7. Ketersediaan air bersih, dan8. Kepemilikan jamban.

Kedelapan variabel ini termuat di dalam sebuah kuesioneryang diberi nama VMISKINRIAU.04-S. Pada kuesionertersebut ke-delapan variabel ini diberi opsi ya (1) dan tidak (2).Jika responden menjawab ya pada pengolahan diberi skor 0,sedang jika responden menjawab tidak, maka pada pengolahandiberi kode 1.

Selanjutnya rumah tangga/keluarga yang didatangi olehpencacah dengan kuesioner ini adalah rumah tangga/keluargayang telah terseleksi dari rumah tangga yang diduga miskinoleh petugas yang juga menggunakan instrumen yang diberinama VMISKINRIAU.04-L. Kuesioner terakhir ini dirancanguntuk menjaring rumah tangga/keluarga yang dianggapmiskin dengan menggunakan 4 (empat) kriteria sebagaiberikut, yaitu:

1. Pernah menerima beras miskin dan/atau bantuan miskinlainnya pada tiga tahun terakhir,

2. Kondisi bangunan tempat tinggal dan lingkungan perumahankurang layak,

3. Luas lantai kurang dari 20 meter persegi, dan

4. Miskin menurut persepsi petugas.

Setiap rumah tangga yang dikunjungi petugas diberi tandacek pada 4 (empat) kriteria di atas sesuai dengan kondisinya.

Page 12: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 25

Sebuah rumah tangga yang diduga miskin oleh petugasminimal mempunyai 1 (satu) tanda cek. Rumah tangga akanmendapat prioritas pertama untuk didatangi petugas dengarkuesioner VMISKINRIAU.04-S, jika mempunyai (empat)tanda cek. Selanjutnya melalui informas yang terkumpul dariVMISKINRIAU.04-S akan ditentukan apakah rumah tanggayang pada awalnya diduga miskin oleh petugas dan ternyatabenar-benar miskin menurut variabel yang ditentukan.

Selanjutnya sebuah rumah tangga dikatagorikan miskin,jika 4 (empat) dari 8 (delapan) variabel miskin diatas berkode1. Sehingga sebuah rumah tangga dikatagorikan sebagai rumahtangga miskin, jika jumlah skornya 4. Namun untuk meng-hindari bias, bagi rumah tangga yang mempunyai jumlah skor3 dan diteliti ulang terhadap variabel yang, menyatakan tidak.Kontrol yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel frekuensi makanan pada rumah tanggayang berskor tiga menyatakan tidak? Jika ya, maka rumahtangga tersebut masuk dalam katagori miskin, dan

2. Jika skor 3 yang dimiliki suatu rumah tangga tidak termasukvariabel makanan, maka kontrol dilakukan terhadapfasilitas perumahan. Kontrol yang dilakukan adalah sebagaiberikut:

Jenis atap, jika rumah tangga tersebut beratap ijuk ataulainnya, maka dimasukkan ke dalam rumah tangga miskin.

Jenis dinding, jika berdinding bambu atau lainnya, langsungdimasukkan ke dalam rumah tangga miskin, sedangkan jikaberdinding kayu akan dimasukkan ke dalam rumah tanggamiskin jika tidak layak.

Jenis lantai, untuk lantai yang bukan tanah, apabila tidaklayak juga dimasukkan ke dalam rumahtangga miskin.

Sumber penerangan, jika sumber penerangan bukan listrik,maka langsung dikatagorikan rumah tangga miskin.

Page 13: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA26

Ukuran Kemiskinan Penduduk Miskin Versi BPS

Ada banyak ukuran yang dapat digunakan dalammengukur kemiskinan. Di Indonesia saat ini digunakan 2 (dua)ukuran kemiskinan, yaitu ukuran kemiskinan yang dihitungoleh BPS dan ukuran kemiskinan yang dkumpulkan olehBKKBN, dan injormasi yang hasilkan keduanya sangat berbeda.Injormasi kemiskinan yang dihitung oteh BPS rnerupaknninformasi makro sedang informasi kemiskinan yang dikeluar-kan oleh BKKBN bersifat mikro dan sangat cocok untukoperasinal lapangan.

Berbeda dengan BKKBN, pengukuran kemiskinan yangdihitung oleh BPS dilakukan dengan cara menetapkan nilaistandar kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupunnon makanan, yang harus dipenuhi seseorang untuk hidupsecara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebutdigunakan sebagai pembatas untuk memisahkan antarapenduduk miskin dan tidak miskin. Uppal (1985) menyebutkangaris pembatas tersebut sebagai garis kemiskinan (poverty line)atau batas kemiskinan (poverty treshold).

Garis kemiskinan sesungguhnya merupakan sejumlahrupiah yang diperlukan oleh setiap tndividu untuk dapatmembayar kebutuhan makanan setara 2.100 kalori per orangper hart dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dariperumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dananeka barang dan jasa lainnya. Biaya untuk membayar 2.100kalori per hari disebut sebagai Garis Kemiskinan Makanan(GKM) dan biaya untuk membayar kebutuhan minimum non-makanan disebut sebagai Garis Kemiskinan Non-Makanan(GKNM). Individu dengan pengeluaran lebih rendah dari GarisKemiskinan disebut sebagai penduduk yang hidup di bawahgaris kemiskinan atau penduduk miskin.

Page 14: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 27

Keluarga Miskin Versi BKKBN

Dalam menentukan apakah sebuah keluarga digolongkanmiskin atau tidak, hampir setiap tahun BKKBN melakukanpendataan keluarga sejahtera dengan menggunakan indikatorkeluarga sejahtera. Data dikumpulkan oleh para Kader denganbimbingan Petugas atau Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana(PLKB). Kegiatan ini pertama kali dilaksanakan pada tahun1994 dan diteruskan pada tahun 1995 dan 1997. Berikutnyakegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap tahun.

Melalui pendataan keluarga dapat diperoleh gambaranstatus kesejahteraan keluarga. Atas dasar pemenuhan kebu-tuhan keluarga yang diukur melalui indikator yang digunakan,setiap keluarga di seluruh Indonesia dapat dikategorikan dalamlima tahap, yaitu keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), KeluargaSejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), KeluargaSejahtera III (KS III) dan Keluarga Sejahtera III Plus (KSIII+). Penamaan dan pengertian serta kriteria masing-masingtahapan keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keluarga Pra Sejahtera

Dikategorikan berada pada tahap ini jika sebuah keluarga tidakdapat memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga,

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan duakali sehari atau lebih.

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yangberbeda di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah dan

5. Bila anak sakit dan/atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan.

Page 15: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA28

Suatu keluarga dikategorikan sebagai Keluarga Pra-sejahteradengan alasan non ekonomi jika tidak memenuhi kriteria 1,dan dikatakan Keluarga Prasejahtera dengan alasan ekonomijika tidak memenuhi salah satu butir 2 s.d. butir 5.

b. Keluarga Sejahtera I

Pada Keluarga Sejahtera I, walaupun kebutuhan dasar (1 s.d.5) telah terpenuhi, namun kebutuhan sosial psikologis belumterpenuhi, yaitu:

6. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur,

7. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakandaging/ikan/ telur,

8. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurangsatu stel pakaian baru per tahun,

9. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiappenghuni rumah,

10. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalamkeadaan sehat,

11. Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun keatas berpenghasilan tetap,

12. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahundapat membaca tulis huruf latin,

13. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saatini, dan

14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masihpasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecualisedang hamil).

Sama halnya dengan Keluarga Pra Sejahtera. KeluargaSejahtera 1 juga terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu KS Idengan alasan ekonomi dan KS I dengan alasan non ekonomi.

Page 16: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 29

Suatu keluarga dikategorikan sebagai KS I dengan alasanekonomi jika salah satu dari butir 7 s.d. 14 tidak terpenuhi dandikategorikan sebagai KS I dengan alasan non ekonomi, jikabutir 6 tidak terpenuhi.

c. Keluarga Sejahtera II

Keluarga Sejahtera II adalah keluarga-keluarga yangdisamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya jugatelah dapat memenuhi sosial-psikologisnya, tetapi belum dapatmemenuhi kebutuhan pegembangan, seperti kebutuhan untukmenabungdan memperoleh informasi. Pada KS II inikebutuhan fisik dan sosial psikologis (l s.d. 14) telah terpenuhi,namun kebutuhan pengembangan belum semuanya terpenuhi.

d. Keluarga Sejahtera III

Kelurga Sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang telahdapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis,dan pengembangannya keluarganya, tetapi belum dapatmemberi sumbangan yang teratur bagi komunitas ataumasyarakat sekitarnya.

e. Keluarga Sejahtera III Plus

Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telahdapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologisdan pengembangannya serta telah dapat memberikansumbangan yang teratur dan berperan aktip dalam kegiatankemasyarakatan.

Dengan dilaksanakannya pengukuran keadaan keluarga, makadalam rangka pembangunan keluarga sejahtera telahdikembangkan suatu gerakan nasional yang disebut GerakanBangga Suka Desa. Gerakan ini pada awalnya untuk

Page 17: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA30

merangsang pembangunan keluargn dipedesaan agar bisameningkat tahap demi tahap dari keadaan Pra Sejahteramenjadi Sejahtera 1, Sejahtera II, III, dan akhirnya SejahteraIII plus. Dengan adanya bantuan para pengusaha yang diawalioleh mereka yang tergabung dalam Kelompok Jimbaran, makagerakan tersebut telah diperluas menjadi Gerakan PeningkatanPenang­gulangan Kemiskinan.

Sampai saat ini, data keluarga sejahtera masih digunakansebagai informasi mikro dalam memberikan bantuan terhadapkeluarga miskin yang teridentifikasi dari Keluarga Pra Sejahteradan Keluarga Sejahtera I baik dengan alasan ekonomi maupunalasan non ekonomi.

Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, telah disadari bahwaupaya penanggulangan kemiskinan bukanlah tanggungjawabdan semata-mata merupakan program nasional yang sifatnyasentralistik, tetapi penanggulangan kemiskinan adalahtanggung jawab bersama. Sesuai dengan motto penanggulangankemiskinan, yaitu bekerja bersama-sama untuk menanggulangikemiskinan (working together to reduce poverty), makamasalah kemiskinan hanya bisa ditanggulangi melaluikerjasama dari semua unsur masyarakat, baik pemerintahpusat maupun daerah, dan unsur di luar pemerintah. Namundemikian, harus pula dipahami, bahwa yang bisa menanggulangikemiskinan tentunya adalah orang miskin itu sendiri. Unsurmasyarakat yang lain hanyalah sebagai fasilitator dan moti-vator, sehingga upaya yang paling pokok dalam kegiatanpenanggulangan kemiskinan adalah bagaimana member-dayakan masyarakat miskin (Pedoman Umum KPK Daerah,2003: 4-5).

Peran Pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinanmeliputi : identifikasi untuk menggali potensi daerah, me-mahami permasalahan, dan mengenali alternotif pemecahanmasalah sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sosial budayayang berkembang di masyarakat. balam hal ini pelibatan

Page 18: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 31

seluruh stakeholders daerah seperti Lembaga SwadayaMasyarakat, Perguruan Tinggi, pihak swasta di daerah, lmbagakeuangan daerah dan tokoh-tokoh masyarakat di daerahmutlak diperlukan.

2.3. Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan

Selama ini sebenarnya sudah banyak dilakukan studitentang kemiskinan, tetapi jawaban atas pertanyaan apa itukemiskinan dan apa pula faktor penyebab kemiskinan sulitdiberantas umumnya masih simpang­siur. Antara ahli yangsatu dengan ahli yang lain telah melukiskan masalah ini secaraberbeda-beda. Kalau berbicara masalah kemiskinan absolut danmenentukan siapa saja yang tergolong miskin di dalam suatuperekonomian, biasanya yang banyak dipakai adalah gariskemiskinan. Mereka yang berada di bawah garis kemiskinantersebut dikategorikan sebagai golongan miskin, dan merekayang berada di atas garis kemiskinan tersebut diklasifikasikansebagai tidak miskin.

Garis kemiskinan tersebut dapat mengambil berbagaibentuk, seperti jumlah pendapatan dalam unit uang, ataujumlah konsumsi dalam unit uang, atau pun jumlah konsumsikalori per hari. Perdebatan mengenai cara mengukur dantingginya garis kemiskinan yang wajar tersebut merupakansatu topik tersendiri yang telah banyak dipersoalkan para ahli(Prisma, No. 1-1997). dalam perkembangan yang terbaru,pengertian garis kemiskinan selain menimbulkan berbagaiperdebatan, juga dalam banyak kasus dinilai kurang memadaikarena tidak mencerminkan kandisi riil kemiskinan yang terjadidi masyarakat. Levitan (1980) misalnya mendefinisikan kemis-kinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standarhidup yang layak. Sedangkan menurut Schiller (1979),kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkanbarang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai

Page 19: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA32

untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas dan menurutEmil Salim mendefinisikan kemiskinan sebagai kurangnyapendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok(Ala, 1981: 1-3).

Sebagai satu masalah sosial, memang kemiskinanseringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana,yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya pen-dapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yangsangat kompleks, baik dari faktor penyebabnya maupun daridampak yang ditimbulkannya (Informasi Dasar PenyusunanStrategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Bappenas, 2003:2). Secara sosiologis, kemiskinan sesungguhnya bukan semata-mata kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhanhidup pokok atau standar hidup layak, namun Lebih dari ituesensi kemiskinan adaiah menyangkut kemungkinan atauprobabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk melangsung-kan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya.

Definisi yang lebih lengkap tentang kemiskinan di-kemukakan oleh John Friedman. Menurut Friedman (1979),kemiskinan adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasibasis kekuasaan sosial. Sementara yang dimaksud basiskekuasaan sosial itu menurut Friedman meliputi. Pertama,modal produktif atas asset, misalnya tanah perumahan,peralatan, dan kesehatan. Kedua, sumber keuangan, sepertipendapatan dan kredit yang memadai. Ketiga, organisasi sosialdan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentinganbersama, seperti koperasi. Keempat, network atau jaringansosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, penge-tahuan dan ketrampilan yang memadai. Kelima, informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan.

Menurut akar penyebab yang melatarbelakanginya, secarateoritis kemiskinan dibedakan menjadi dua kategori. Pertama,kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai

Page 20: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 33

akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan ataukarena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.Artinya faktor-faktor yang menyebabkan suatu masyarakatmenjadi miskin adalah secara alami memang ada, dan bukanbahwa akan ada kelompok atau individu di dalam masyarakattersebut yang lebih miskin dari yang lain. Mungkin saja dalamkeadaan kemiskinan alamiah tersebut akan terdapat perbedaan-perbedaan kekayaan, tetapi dampak perbedaan tersebut akandiperlunak atau dieliminasi oleh adanya pranata­pranatatradisional, seperti pola hubungan patron-client, jiwa gotong­royong,dan sejenisnya yang fungsional untuk meredam kemungkinantimbulnya kecemburuan sosial.

Kedua, kemiskinan struktural, yakni kemiskinan yangterjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota ataukelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi danfasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian, sebagiananggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnyajumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebutbila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakatdari kemiskinan.

Kemiskinan struktural dalam banyak hal terjadi bukankarena seorang individu atau anggota keluarga malas bekerjaatau karena mereka terus-menerus sakit. Berbeda denganperspektif modernisasi yang cenderung memvonis kemiskinanbersumber dari lemahnya etos kerja, tidak dimilikinya etikawirausaha atau karena budaya yang tidak terbiasa dengan kerjakeras. Menurut Selo Soemardjan (1980), yang dimaksuddengan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dideritaoleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial mas-yarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumberpendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

Secara teoritis, kemiskinan struktural dapat diartikansebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakatyang penyebab utamanya bersumber, dan oleh karena itu dapat

Page 21: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA34

dicari pada struktur sosial yang berlaku adalah sedemikian rupakeadaannya sehingga mereka yang termasuk ke dalamgolongan miskin tampak tidak berdaya untuk mengubahnasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya. Struktursosial yang berlaku telah mengurung mereka ke dalam suasanakemiskinan secara turun-temurun selama bertahun-tahun.Sejalan dengan itu, mereka hanya mungkin keluar dari penjarakemelaratan melalui suatu proses perubahan struktur yangmendasar.

Kemiskinan struktural, biasanya terjadi di dalam suatumasyarakat di mana terdapat perbedaan yang tajam antaramereka yang hidup melarat dengan mereka yang hidup dalamkemewahan dan kaya raya. Mereka itu, walaupun merupakanmayoritas terbesar dari masyarakat, dalam realita tidakmempunyai kekuatan apa-apa untuk mampu memperbaikinasib hidupnya. Sedangkan minoritas kecil masyarakat yangkaya raya biasanya berhasil memonopoli dan mengontrolberbagai kehidupan, terutama segi ekonomi dan politik. Selamagolongan kecil yang kaya raya itu masih menguasai berbagaikehidupan masyarakat, selama itu pula diperkirakan struktursosial yang berlaku akan bertahan. Akibatnya terjadilah apayang disebut dengan kemiskinan struktural.

Yang termasuk golongan miskin struktural itu, misalnyaterdiri dari para petani yang tidak memiliki tanah sendiri, ataukaum migran di kota yang bekerja di sektor informal denganhasil yang tidak menentu sehingga pendapatannya tidakmencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dankeluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaumburuh, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan lain-lainyang tidak terpelajar dan tidak terlatih, atau apa yang dengankata asing disebut unskilled labour. Golongan miskin inimeliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitasdari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golonganekonomi sangat lemah (Soedjatmoko, 1981: 46-61).

Page 22: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 35

Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadi-nya kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali apa yang disebutsebagai mobilitas sosial vertikal. Mereka yang miskin akan tetaphidup dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya akantetap menikmati kekayaannya.

Menurut pendekatan struktural, adalah terletak padakungkungan struktural sosial yang menyebabklan merekakekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka.Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corakrintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Umpama-nya kelemahan ekonomi tidak memungkinkan mereka untukmemperoleh pendidikan yang berarti agar bisa melepaskan diridari kemelaratan.

Ciri lain dari kemiskinan struktural adalah timbulnyaketergantungan yang kuat pihak si miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya. Menurut Mas’ud (1994: 143), adanyaketergantungan inilah yang selama ini berperan besar dalammemerosotkan kemampuan si miskin untuk bargaining dalamdunia hubungan sosial yang sudah timpang antara pemiliktanah dan penggarap, antara majikan dan buruh. Buruh tidakpunya kemampuan untuk menetapkan upah, pedagang keciltidak bisa mendapatkan harga yang layak atas barang yangmereka jual. Dengan kata lain pihak yang miskin relatif tidakdapat berbuat banyak atas eksploitasi dan proses marginalisasiyang dialaminya karena mereka tidak memiliki alternatifpilihan untuk menentukan nasib ke arah yang lebih baik.

Pengertian dan definisi kemiskinan struktural, kendatimenjadi alternatif konsep yang lebih disukai ilmuwan sosial,tetapi kelebihan definisi seperti yang dikemukakan SeloSoemardjan di atas diakui atau tidak sesungguhnya cenderungbersifat ideolagis dalam arti definisi di atas populer karena disana ada semangat dan nilai-nilai yang menggugat kemapanandan status quo. Secara konseptual, definisi kemiskinan yangdikemukakan Selo Soemardjan sedikit-banyak bersifat nor-

Page 23: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA36

matif. Parsudi Suparlan, misalnya, seorang antropolog yangmenyunting kumpulan tulisan tentang kemiskinan di per-kotaan, dengan lugas menyatakan bahwa definisi yangdikemukakan Selo Soemardjan kurang tajam dan tidak masukakal (Suparlan, 1994: 14-15).

Definisi dan pengertian kemiskinan yang lebih lengkapdalam arti sesuai dengan kenyataan dan secara konseptual jelasdikemukakan oleh Robert Chambers (1987). Menurut RobertChambers, inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletakpada apa yang disebut deprivation trap atau perangkap kemis-kinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari lima unsur,yaitu: (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan fisik, (3)keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan, dan (5)ketidakberdayaan. Kelima unsur ini seringkali sating berkaitsatu dengan yang lain sehingga merupakan perangkap kemis-kinan yang benar-benar berbahaya dan mematikan peluanghidup orang atau keluarga miskin.

Dari kelima dimensi di atas, kerentanan dan ketidak-berdayaan perlu mendapat perhatian yang utama. Kerentanan,menurut Chambers dapat dilihat dari ketidakmampuankeluarga miskin untuk menyediakan sesuatu guna menghadapisituasi darurat seperti datangnya bencana alam, kegagalanpanen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskinitu. Kerentanan ini sering menimbulkan poverty rackets atau“roda penggerak kemiskinan” yang menyebabkan keluargamiskin harus menjual harta benda dan asset produksinyasehingga mereka menjadi makin rentan dan tidak berdaya.

Ketidakberdayaan keluarga miskin salah satunya ter-cermin dalam kasus di mana elit desa dengan seenaknyamemfungsikan diri sebagai oknum yang menjaring bantuanyang sebenarnya diperuntukkan bagi orang miskin. Ketidak-berdayaan keluarga miskin di kesempatan yang lain mungkindimanifestasikan dalam hal seringnya keluarga miskin ditipudan ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Ketidak-

Page 24: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 37

berdayaan sering pula mengakibatkan terjadinya bias bantuanterhadap si miskin kepada kelas di atasnya yang seharusnyatidak berhak memperoleh subsidi (Soetrisno, dalam Dewantadkk., 1995: 19-20).

Secara empirik, banyak bukti memperlihatkan bahwanaiknya penduduk di atas garis kemiskinan tidak otomatisberarti penduduk tersebut hidupnya benar-benar bebas dariancaman dan perangkap kemiskinan, melainkan penduduktersebut sebenarnya hanya berpindah dari satu tahap kemis-kinan yang terendah -yaitu tahap destitute- ke tahap apa yangdisebut sebagai near poor. Dibandingkan dengan kelompokkemiskinan destitute, kelompok near poor hidupnya memangrelatif lebih baik, namun belum benar-benar stabil. Dalam artibila sewaktu-waktu kelompok near poor ini menghadapi suatukrisis, maka dengan cepat kelompok near poor ini akan melorotlagi ke status destitute. Sebuah keluarga petani yang termasukkelompok near poor tidak mustahil terpaksa turun kelas men-jadi kelompok destitute bila tanpa diduga panen mereka tiba-tiba gagal karena serangan hama, banjir atau anjloknya hargajual di pasaran akibat ulah spekulan gabah (Suyanto, 1996).

Dalam kenyataan bahkan acap terjadi, kelompok mas-yarakat yang termasuk cukupan atau kaya bukan kelompoknear poor tiba-tiba harus mengalami penurunan status yangdrastis, yakni masuk ke dalam kelompok “keluarga miskinbaru”. Jadi, berbeda dengan kesan dan pengumuman yangdikeluarkan pemerintah di masa Orde Baru yang kerapmenyebutkan jumlah orang miskin di Indonesia senantiasaturun dari waktu ke waktu, dalam kenyataan justru tidakjarang terjadi penambahan jumlah orang miskin.

2.4. Landasan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan adalah salah satu prioritaspembangunan sebagaimana termuat dalam UU No. 25 Tahun

Page 25: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA38

2000 tentang PROPENAS. Dalam PROPENAS dengan jelasdisebutkan bahwa sasaran yang harus dicapai dalam limatahun periode pembangunan (2000-2004) adalah berkurangnyajumlah penduduk miskin absolut sebesar 4% dari tingkatkemiskinan yang menurut data tahun 1999 sebesar 37,5 jutajiwa (18% penduduk) menjadi 14% atau sebesar 28,86 juta jiwapada tahun 2004 (Menkokesra, 2003). Mungkinkah target inidiwujudkan?

Sebagai Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan,Menkokesra M. Jusuf Kalla (2003) menggarisbawahi bahwaupaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sesungguhnyahanya bisa terwujud apabila masalah kesenjangan, pengang-guran dan kemiskinan dapat teratasi. Dalam hal ini, menurutMenkokesra beberapa persoalan pokok yang perlu diperhatikanpemerintah adalah:1. Masalah pendidikan. Pendidikan harus dihitung sebagai

investasi, bukan sebagai biaya. Hal ini menjadi pentingkarena terkait dengan peningkatan kemampuan sumber-daya manusia terutama generasi muda. Terlebih kita harusmenghadapi era globalisasi yang sarat dengan kompetisi.

2. Masalah kesehatan. Terkait dengan penyiapan sumberdayamanusia, maka kesehatan juga harus dihitung sebagaiinvestasi bagi negara.

3. Peningkatan pelayanan dasar dan infrastruktur dasarmasyarakat terkait dengan aspek pendidikan, kesehatan danlingkungan, baik di pedesaan maupun di perkotaan yangakan menggerakkan ekonomi produktif masyarakat.

Strategi penanggulangan kemiskinan dan peningkatankesejahteraan masyarakat intinya adalah pemberdayaanmasyarakat, yaitu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatmelalui peran serta aktif masyarakat itu sendiri dalam me-wujudkan pemenuhan kebutuhan hidup, meningkatkankesejahteraan sosial ekonomi, serta memperkukuh martabatmanusia dan bangsa. Strategi ini di tingkat nasional diarahkan

Page 26: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 39

untuk menurunkan populasi penduduk miskin dari sekitar18,95% (atau sekitar 37,3 juta jiwa) di tahun 2001 menjadisekitar 14% (atau sekitar 26,8 juts jiwa) di akhir tahun 2004.Strategi pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui duakegiatan pokok:1. Upaya pengurangan pengeluaran masyarakat miskin

dalam mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan,kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah danmendukung kegiatan sosial ekonomi,

2. Upaya peningkatan produktivitas masyarakat miskin, yangmana masyarakat miskin memperoleh peluang, kemam-puan pengelolaan, dan perlindungan untuk memperolehhasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi,sosial budaya maupun politik. Pada tingkat pelaksanaan,program KPK pada dasarnya bertujuan untuk mempercepatpengurangan jumlah penduduk miskin di seluruh wilayahnegara. Secara garis besar cakupan dari program penang-gulangan kemiskinan yang dikembangkan adalah:

a. Pemberdayaan dan pengembangan kemampuan manusiayang berkaitan dengan aspek pendidikan, kesehatan, danperbaikan kebutuhan dasar tertentu lainnya,

b. Pemberdayaan dan pengembangan kemampuan manusiaberkaitan dengan perbaikan aspek lingkungan, per-mukiman, perumahan, dan prasarana pendukungnya,

c. Pemberdayaan dan pengembangan kemampuanmanusia yang berkaitan dengan aspek usaha, lapangankerja, dan lain-lain yang dapat meningkatkan pendapatan.

Untuk menyusun strategi penanggulangan kemiskinanyang betul-betul sesuai dengan kebutuhan masyarakat, adadua hal pokok yang harus dikerjakan. Pertama, melakukanpenyelarasan kebijakan dan program penanggulangankemiskinan untuk tahun 2003 dan 2004. Kedua, melakukanpenyusunan strategi penanggulangan kemiskinan untukjangka panjang (Menkokesra, 2003).

Page 27: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA40

Penyelarasan kebijakan dan program penanggulangankemiskinan tahun 2003-2004 dimaksudkan untuk meletakkanperspektif yang benar tentang konsistensi antara kebijakan danprogram daerah, antara program dan penganggaran, antarapenentuan sasaran dan sistem penyampaian, dan melakukanpembagian peran di antara pemerintah daerah, swasta danmasyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Untukmelakukan hal itu ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan,yaitu:1. Mengkaji masalah kemiskinan. Kegiatan ini dilakukan untuk

memahami kemiskinan secara komprehensif oleh seluruhpelaku. Sehingga diharapkan di antara pelaku mempunyaipemahaman yang sama tentang kemiskinan, faktor apa sajayang menyebabkannya dan bagaimana mengatasinya.

2. Identifikasi kebijakan dan program penanggulangan kemis-kinan. Identifikasi kebijakan dan program penanggulangankemiskinan adalah sebuah upaya untuk menginventarisirkebijakan dan program yang ditujukan untuk menang-gulangi kemiskinan dari setiap sektor, baik yang dilakukanoleh pemerintah daerah, swasta maupun oleh masyarakat.

3. Sinkronisasi antar program tahun 2003 dan 2004. Prosessinkronisasi program diarahkan untuk menyelaraskan antarprogram yang ada di setiap instansi pemerintah daerah,serta antar program dari satu instansi pemerintah daerahdengan instansi pemerintah daerah lainnya.

4. Mengkonsistensikan antara kebijakan, program, pengang-garan, dan sistem penyampaian. Konsistensi ini di-maksudkan untuk meletakkan kebijakan, program,penganggaran dan sistem penyampaian dalam satu benangmerah yang sama, yaitu menanggulangi kemiskinan.Dalam penganggaran, pemerintah daerah harus menyusunanggaran dan mengalokasikan Dana Alokasi Umum (DAU),serta berusaha untuk mencari sumber-sumber lain untukmenanggulangi kemiskinan.

Page 28: Bab 2 KEMISKINAN DAN PERMASALAHANNYA

INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 41

5. Membagi peran antara pemerintah, swasta dan masyarakat.Penanggulangan kemiskinan tidak dapat hanya dilakukanoleh pemerintah saja, oleh karena itu harus dilakukankerjasama dengan swasta dan masyarakat setempat. Diantara ketiga kelompok ini harus dilakukan pembagianperan secara seimbang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Namun, pembagian peran ini bukanlah sebuahkerjasama di antara para pelaku.

6. Menentukan kelompok sasaran dan merumuskan sistempenyampaian. Agar kebijakan dan program yang dilakukandapat mencapai tujuan secara tepat, maka harus ditentukankelompok sasaran yang benar-benar sesuai dengan kebi-jakan dan program yang akan dilakukan. Selanjutnyadirumuskan cara penyampaian kebijakan dan programtersebut kepada kelompok sasaran yang telah ditentukan.bengan ditentukannya kelompok sasaran dan cara pe-nyampaian kebijakan dan program, diharapkan kebijakandan program akan mencapai tujuan secara tepat dan akurat.