bab i - bab viii full

Upload: silvia-rafli

Post on 17-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

proteksi feeder 9

TRANSCRIPT

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Minyak dan gas bumi merupakan komponen terbesar selain pajak yang

    memberikan sumbangan untuk pendapatan Negara Indonesia. PT Chevron Pacific

    Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang melakukan

    eksplorasi minyak dan gas bumi. Produksi minyak bumi adalah sektor yang sangat

    penting yang menentukan berjalannya perusahaan ini. Untuk memproduksi minyak

    diperlukan energi listrik yang akan didistribusikan ke area perkantoran, perumahan

    karyawan dan untuk menggerakkan pompa-pompa minyak.

    Kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam memenuhi kebutuhan

    energi listrik sangat terbatas sehingga PT CPI membangun sebuah sistem pembangkit

    energi listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada pada daerah operasi

    PT CPI. Energi listrik tersebut dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan

    sendiri oleh PT CPI yang berada pada sebuah departemen yang dinamakan Power

    Generation and Transmission (PGT).

    Mengingat arti pentingnya energi listrik bagi PT CPI, maka harus diusahakan

    agar energi listrik ini dapat tersedia secara terus menerus dan harus memiliki

    kehandalan yang tinggi. Untuk itu maka PT CPI membangun sistem pembangkit

    listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada di semua daerah operasinya

    yang saat ini sudah memilik jaringan listrik yang terinterkoneksi. Sistem tenaga listrik

    yang handal dan efisien merupakan salah satu keharusan apabila PT CPI tidak mau

    mengalami kerugian pada proses produksinya, karena terhentinya suplai listrik ke

    pompa pompa minyak dan ke proses proses produksi lainnya.

    Untuk itu dibutuhkan suatu sistem tenaga listrik yang andal (reliable) yang

    mampu mencegah kerugian atau production loss yang besar, akibat terhentinya listrik

    yang dibutuhkan untuk menggerakkan motor. Dengan proteksi yang baik, gangguan

    yang terjadi pada sistem tenaga listrik tidak akan mengganggu sistem tenaga listrik

    secara keseluruhan. Sistem transmisi dan distribusi yang baik didukung dengan

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 2

    keandalan sistem proteksi dalam sistemnya. Sistem proteksi bertujuan untuk

    mengurangi dan mencegah terjadinya gangguan yang mengakibatkan kerusakan pada

    jaringan dan peralatan listrik, serta menjaga keselamatan umum karena gangguan

    kelistrikan seperti hubung singkat, over load, dan gangguan yang disebabkan petir.

    Dengan adanya sistem proteksi yang handal akan meningkatkan pelayanan kualitas

    listrik.

    1.2 Tujuan Kerja Praktek

    Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini, antara lain :

    1. Memeuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusan mahasiswa pada

    Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau.

    2. Mengenal ruang lingkup Departemen PGT

    3. Mempelajari sistem tenaga listrik di PT CPI

    4. Melihat dan membandingkan hal hal yang telah diterima di bangku kuliah

    dengan aplikasi yang ada di lapangan.

    5. Mengenal lebih dekat dunia kerja dilingkungan perusahaan.

    6. Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknik tenaga

    listrik serta penerapannya di industri.

    7. Memahami gambaran umum tentang sistem tenaga listrik dan mempelajari sistem

    proteksi khususnya mengenai Koordinasi Sistem Proteksi pada Saluran Distribusi

    PT Chevron Pacific Indonesia di PT CPI.

    1.3 Batasan Masalah

    Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membatasi permasalahan

    pada Koordinasi Sistem Proteksi pada Saluran Distribusi PT Chevron Pacific

    Indonesia.

    1.4 Waktu Pelaksanaan

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 3

    Kerja praktek ini dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 15

    November 2013- 15 Desember 2013 bertempat di DSC PGT, PT Chevron Pacific

    Indonesia distrik Duri.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Dalam laporan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai

    berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, tujuan kerja praktek,

    batasan masalah, waktu pelaksanaan, dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

    Pada bab ini dijelaskan secara singkat mengenai PT Chevron Pacific

    Indonesia dan Power Generation & Transmission (PGT)

    BAB III DEPARTEMEN POWER GENERATION AND

    TRANSMISSION

    Pada bab ini dijelaskan secara singkat mengenai struktur organisasi PT

    CPI.

    BAB IV SISTEM KELISTRIKAN PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

    Pada bab ini akan dijelaskan secara terperinci tentang bagaimana

    sistem kelistrikan di PT CPI .

    BAB V TEORI UMUM SISTEM PROTEKSI

    Berisi tentang kesimpulan.

    BAB VI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA SALURAN

    DISTRIBUSI PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

    Berisi tentang koordinasi rele OCR dan CB dalam mem-protect sistem

    tenaga listrik.

    BAB VII PENUTUP

    Berisi tentang kesimpulan dari tema yang dibahas pada kerja praktek

    dan saran yang terkait dengannya.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 4

    BAB II

    TINJAUAN UMUM PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

    2.1 Sejarah Singkat PT Chevron Pacific Indonesia

    Pada Tahun 1942, tim survei eksplorasi yang bernama Standard Oil Company of

    California (SOCAL) mempelopori berdirinya PT Chevron Pacific Indonesia yang

    berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan dan khususnya di daerah Aceh. Usaha

    yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti karena Indonesia

    pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan Hindia Belanda. Namun usaha

    eksplorasi itu tidak berhenti secara total karena pada bulan Juni 1930 tim eksplorasi

    SOCAL membentuk n.v. Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM).

    Pada tahun 1935 NPPM mendapat hak konsensi tanah seluas 600.000 hektar di

    Sumatera Tengah yang belum banyak dieksplorasi dan masih dianggap kurang

    memberi harapan bagi pemerintah Hindia Belanda. Daerah yang ditawarkan

    merupakan daerah yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh NPPM tetapi kegiatan

    eksplorasi tetap dijalankan pada daerah tersebut.

    Pada tahun 1936 TEXACO Inc. (perusahaan yang berlokasi di Texas, USA )

    bersama dengan SOCAL sepakat untuk bergabung dan membentuk perusahaan

    California-Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Hasil penelitian kegiatan

    geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936-1937 mengindikasikan bahwa prospek

    minyak yang lebih besar terletak di daerah Selatan. Kegiatan eksplorasi untuk

    pertama kali dilakukan pada bulan April 1939 di daerah lapangan Kubu 1.

    Pada bulan Agustus 1940 ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga yang

    merupakan penemuan yang pertama di daerah Riau. Pada bulan Nopember 1940

    ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan daerah Duri pada

    bulan Maret 1941. Pada tahun 1942 Mercu Bor siap dipasang di lapangan miyak di

    Minas I, akan tetapi karena pecahnya Perang Dunia kedua (PD II) di Indonesia maka

    kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 5

    Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang. Hal ini

    dapat dilihat dari proses pengeboran yang selesai dilakukan pada saat pendudukan

    Jepang atas Indonesia. Perlu diketahui bahwa pengeboran yang dilakukan oleh Jepang

    merupakan satu-satunya sumur Wild Cat di Indonesia selama Perang Dunia kedua

    yang mempunyai kedalaman 2623 ft (787 m). Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung

    lama karena adanya perang kemerdekaan Indonesia hingga tahun 1946.

    Setelah Perang Dunia II berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk

    pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintahan RI mulai

    mempelajari dan menyusun undang-undang yang mengatur masalah pertambangan.

    Berdasarkan undang-undang pertambangan yang telah terbentuk, maka pada bulan

    Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex Pacific Oil Company

    (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah setahun, kegiatan Caltex

    dilanjutkan dengan pengembangan lapangan Minas. Pada tanggal 20 April 1952,

    Menteri Perekonomian Sumanang, SH meresmikan selesainya proyek pengembangan

    lapangan Minas yang ditandai dengan pengapalan pertama Minas Crude Oil dari

    Perawang menuju Pakning di Selat Malaka untuk selanjutnya diekspor ke pasar

    dunia. Hasil ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri,

    pembangunan jalan, and pemasangan pipa saluran (shipping line) yang mempunyai

    garis tengah 60 cm dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai

    ke Dumai, mencakup pula pembangunan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun

    pompa pusat di Duri maupun di Dumai serta kompleks perumahan dan perbengkelan

    di Duri maupun di Dumai.

    Dengan ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan besar

    untuk memperpanjang harapan hidup industri perminyakan di Indonesia dapat terus

    bertahan seperti lading minyak di Duri. Dengan teknologi perminyakan yang canggih

    yaitu menggunakan teknologi steam dapat meningkatkan produksi minyak per hari 6

    kali dari yang sebelumnya atau dari 50000 barel per hari menjadi 300000 barel per

    hari. Teknologi ini diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan minyak bumi yang

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 6

    ada di Duri sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap

    ke dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah.

    Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap

    produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total produksi

    minyak PT.CPI. Akan tetapi produksi minyak di Duri mulai mengalami penurunan

    pada tahun 1964, yang akan sangat berpengaruh pada Economic Life Expectacy

    dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT CPI menciptakan Proyek

    Injeksi Uap di lading minyak Duri, diresmikan Soeharto pada Maret 1991.

    Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang dengan pola yang

    bervariasi antara lain pola tujuh titik yaitu sumur injeksi untuk enam sumur

    produksi atau pola lima titik dan sembilan titik.

    Pada tahun 1957 Presiden Sukarno mengeluarkan perintah untuk

    menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh

    Belanda walaupun perintah Presiden Sukarno itu hanya terbatas pada perusahaan

    penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung keputusan itu mengancam

    kedudukan Caltex sebagai salah satu penghasil minyak asing terbesar di Indonesia.

    Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-Undang nomor

    44 tahun 1960 menegnai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu

    seluruh wilayah konsensi NPPM (Rokan I blok dan Rokan III blok seluas 9.030 km2)

    dikembalikan oleh Caltex kepada pemerintah Republik Indonesia, tetapi pelaksanaan

    operasi wilayah kerja tetap dikerjakan oleh Caltex.

    Pada bulan September 1963, diadakanlah Perjanjian Karya yang

    ditandatangani oleh Perusahaan Negara dan Perusahaan Asing, termasuk didalamnya

    PT CPI dan Pertamina. Perjanjian tersebut menetapkan wilayah kerja PT CPI yaitu

    Kangaroo seluas 9.030 km2

    . pada tahun 1968, diadakan penambahan luas wilayah

    yaitu Minas Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat, dan Sebanga. Dengan adanya

    penambahan luas wilayah tersebut, luas wilayah kerja PT CPI seluruhnya menjadi

    9.898 km2.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 7

    Perjanjian Karya berakhir pada 28 Agustus 1983 dan diperpanjang menjadi

    Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) sampai tanggal 8 Agustus 2001

    dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2. Dalam kontrak tersebut ditetapkan bahwa

    Pertamina adalah pengendali manajemen operasional dan yang menyetujui program

    kerja anggaran tahunan. PT CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan

    kegiatan operasional dan menyediakan keahlian teknis dan investasi serta biaya

    operasi. Rasio pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai saat ini

    adalah sebesar 88 % untuk Pertamina dan 12 % untuk PT CPI ditambah dengan

    ketentuan khusus lainnya berupa fleksibilitas atau intensif bagi PT CPI untuk hal-hal

    tertentu.

    Pada 11 Maret 1995 PT CPI menerapkan suatu sistem manajemen yang disebut

    organisasi Strategic Business unit (SBU). Jika pada sistem yang lama (District

    System) garis koordinasi manajemen bersifat sentralistik, dalam SBU garis koordinasi

    manajemen bersifat desentralistik atau otonomisasi.

    Akhirnya pada 10 Oktober 2001 dua perusahaan besar induk PT CPI yaitu

    Chevron dan Texaco bergabung menjadi Chevron Texaco. Dan sejak saat itu

    manajemen PT CPI juga ikut berubah dari SBU menjadi Indonesia Business Unit

    (IBU). Dan pada akhir tahun 2005, nama Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi

    Chevron Pacific Indonesia.

    2.2 Lokasi dan Daerah Operasi

    Daerah kerja PT CPI yang pertama, seluas hampir 10.000 km2 dikenal dengan

    nama Kanggaroo Block terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain mengerjakan

    daerahnya sendiri PT CPI juga bertindak sebagai operator bagi Calastiatic / Chevron

    dan Topco / Texaco (C & T).

    Pada bulan September 1963, ditandatangani perjanjian C & T yang pertama

    (berdasarkan Perjanjian Karya) untuk jangka waktu 30 tahun, meliputi empat daerah

    seluas 12.328 km, dikenal dengan Blok A, B, C, dan D. Setelah mendapat tambahan

    daerah seluas 4.300 km, maka pada tahun 1968 sebagian Blok A, sebagian Blok D

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 8

    dan seluruh Blok C diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia.

    Pengembalian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978

    sehingga tersisa 8.314 km.

    Pada bulan Agustus 1971, C & T menandatangani Perjanjian Coastal Plains

    Pekanbaru Block seluas 21.975 km. Kemudian bulan Januari 1975, menandatangani

    Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km. Setelah dilakukan

    pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain

    Pekanbaru tinggal 9.996 km.

    Antara tahun 1979-1991, C & T menandatangani lima perjanjian lagi, yaitu:

    1. Tahun 1979, Perjanjian Patungan (Joint Venture) dengan Pertamina (Jambi

    Selatan Blok B) seluas 5.826 km sudah dikembalikan seluruhnya tahun 1988.

    2. Tahun 1981, KPS Singkarak Blok seluas 7.163 km di Sumatera Barat (telah

    dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984).

    3. Tahun 1981, KPS Langsa Blok seluas 7.080 km di Selat Malaka dilepas Pantai

    Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh (juga dikembalikan seluruhnya pada

    Mei 1986).

    4. Tahun 1991, KPS Nias Blok seluas 16.116 km.

    5. Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Blok seluas 8.314

    km berlaku 20 tahun sejak 28 November 1993.

    Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan

    efisiensi dalam pengoperasian, maka PT CPI membagi lokasi daerah operasi menjadi

    5 distrik yaitu:

    1. Distrik Jakarta, sebagai pusat administrasi seluruhnya.

    2. Distrik Rumbai, merupakan pusat administrasi PT.CPI di Sumatera.

    3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi (sekitar 30 km dari Rumbai).

    4. Distrik Duri, merupakan daerah operasi (sekitar 112 km dari distrik Rumbai).

    5. Distrik Dumai, merupakan tempat pelabuhan tempat pemasaran / pengapalan

    minyak mentah (sekitar 184 km dari Rumbai) arah Timur Laut.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 9

    2.2.1 Bahan Baku dan Produk

    PT. Chevron Pacific Indonesia secara bisnis hanya bergerak di bidang

    eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi adalah mulai dari evaluasi kandungan

    reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan

    oleh PT CPI adalah minyak mentah yang akan dipasarkan di beberapa negara untuk

    pengolahan lebih lanjut.

    2.3 Kegiatan Operasi

    Kegiatan umum PT CPI adalah bergerak di bidang pertambangan minyak bumi

    berupa eksplorasi dan produksi.

    2.3.1 Kegiatan Eksplorasi

    Setelah hak eksplorasi diperoleh NPM pada tahun 1953, maka dilaksanakan

    kegiatan seismik secara intensif di Riau, dimulai dengan daerah-daerah sepanjang

    aliran sungai Rokan. Berdasarkan penyelidikan geologik pada tahun1936 dan 1937,

    semakin diyakini bahwa cadangan minyak yang potensial terdapat di wilayah yang

    lebih ke selatan sehingga atas permintaan Chevron, daerah kerjanya diubah sehingga

    berbentuk seperti sekarang yaitu bentuk seekor kangguru menghadap ke barat.

    Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologik beserta

    pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Penelitian seismik yang dilakukan tahun

    1937-1941 dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar dengan

    kedalaman seluruhnya 26.208 ft (7.862,4 m).

    Pada tahun 1938 dimulai pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat

    indikasi adanya minyak. Tahun 1938-1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil

    diselesaikan dengan temuan di tiga tempat yakni gas di Sebanga,serta minyak di Duri

    dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi

    eksplorasi perminyakan di Bagian Tengah Pulau Sumatera, sehingga meningkatkan

    kegiatan eksplorasi di wilayah yang baru ini.

    Setelah Perang Dunia II, PT CPI melanjutkan program eksplorasinya disamping

    mengembangkan temuannya di Minas. Enam sumur pengembangan berhasil

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 10

    diselesaikan pada waktu itu. Penelitian geologik dan pemetaan-pemetaan dimulai di

    seluruh daerah kerja pada tahun 1951, disusul dengan pengeboran eksplorasi dan

    penelitian geofisika pada tahun 1955.

    Pada tahun 1968 PT CPI memanfaatkan helikopter untuk mendukung kegiatan

    pengeboran seismik dan eksplorasi yang berhasil mengurangi secara drastis hambatan

    yang dihadapi dalam penyediaan suplai angkutan tenaga kerja untuk penelitian

    geofisik.

    Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan baru.

    Sampai tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan (minyak

    atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak tahun1989 adalah Lapangan Rintis dan

    Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi

    baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya.

    Hingga kini, PT CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km data seismik, 56.000

    km diantaranya dari daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak

    baru sudah tidak gencar lagi dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah

    meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada (enhanced

    oil recovery).

    2.3.2 Kegiatan Produksi

    Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969, lapangan Minas

    mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barel pertama, dan menjadi

    lapangan raksasa pertama di Asai di sebelah Timur Iran dan ke-22 di dunia. Hingga

    akhir tahun 1990, produksi akumulatif lapangan Minas telah mebihi tiga miliar barel.

    Minas Crude Oil digemari oleh negara-negara industri karena kadar belerangnya

    sangat rendah.

    Selama tahun 1951-1965, meskipun pengeboran eksplorasi menghasikan 7

    temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim

    politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 11

    dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun,

    diantaranya yang dilakukan adalah:

    Menginjeksikan air yang dilakukan di distik Bekasap.

    Menginjeksikan air panas yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud.

    Menginjeksikan uap air yang dilakukan di distrik Duri.

    Teknologi injeksi uap (steam Flooding) mulai diterapkan pada tahun 1981 di

    lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang mempunyai

    viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri Steam Flood

    (DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia. Kini

    di Area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi penginjeksian dengan pola

    tujuh titik (seven spot pattern) dimana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur

    produksi yang mana jika telah selesai akan meliputi areal seluas 6.600 Ha. Dengan ini

    akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing

    100 sampai 600 Ha.

    Sampai tahun 1990, PT CPI telah mengebor 3.660 sumur, 3094 sumur

    diantaranya dibor sejak tahun 1966. PT CPI saat itu masih menggunakan mercu bor

    yang dapat diangkut dengan helikopter namun pada perkembangannya dimana jalan

    darat sudah banyak dibuat, maka menara bor model angkut darat dipakai untuk

    pengeboran-pengeboran eksplorasi dan pengembangan. Setiap tahun dapat

    diselesaikan kira-kira 215-525 sumur eksplorasi dan pengembangan. Hingga akhir

    tahun 1990, jumlah produksi PT CPI sejak tahun 1952 telah mencapai lebih dari tujuh

    miliar barel, berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96 lapangan.

    Program penyuntikan air (water Flooding) di lapangan Minas dimulai tahun

    1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam

    tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di

    lapangan Kota Batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel

    sehari.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 12

    Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang lain

    untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan

    metode primer serta memperbaiki faktor perolehan selain juga untuk menahan

    merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua.

    Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun 1981

    dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri. Penyuntikan uap

    di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2 seluas 247 hektar

    sejak 1986, di area 3 seluas 1457 hektar pada tahun 1987 dan pembangunan sarana

    produksi di area 4 dengan luas 1140 hektar. Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan

    proyek injeksi uap terbesar di dunia.

    Tabel 2.1 Sejarah Proyek Injeksi Steam

    Kegiatan Tahun

    Discovery 1941

    First Production 1958

    Water Injection Pilot 1960

    First Cyclic Steaming 1967

    Steam Injection Pilot and Caustic

    study

    1975

    Simulation Reservoir Study 1981

    Steam Injection area 01 1985

    Steam Injection area 02 1986

    Steam Injection area 03 1988

    Steam Injection area 04 1990

    Steam Injection area 05 1992

    Steam Injection area 06 1994

    Steam Injection area 07 1996

    Steam Injection area 08 1997

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 13

    Steam Injection area 09 1999

    2.3.3 Lapangan Minyak

    Lapangan minyak Duri ditemukan pada tahun 1941 dengan jenis minyak yang

    berbeda dengan ladang-ladang yang ada di PT CPI lainnya, dimana kondisi

    alamiahnya sangat kental. Lapangan minyak Duri mulai diproduksi secara

    konvensional pada tahun 1958, walaupun secara perhitungan hanya dapat

    menghasilkan 7,5% dari seluruh cadangan minyak yang ada. Hal ini ditandai dengan

    selesainya pembangunan saluran pipa minyak ke Dumai dengan diameter 36 inci dan

    dermaga minyak pelabuhan Dumai yang pertama dioperasikan.

    Lapangan minyak ini mencapai puncak produksi pada tahun 1965 dengan

    produksi 65.000 barrel perhari dengan produksi secara konvensional. Karena

    digunakan secara besar-besaran dan waktu produksi lama, maka secara berangsur-

    angsur terjadi penurunan produksi sebesar13% pertahunnya.

    Untuk mengantisipasi masalah ini, maka PT CPI menerapkan metode

    Enhanced Oil Recovery (EOR). Uji coba terhadap sebuah sumur minyak dengan

    menggunakan teknologi EOR-injeksi air, pertama kali diterapkan pada tahun 1963.

    Penerapan teknologi ini dapat meningkatkan perolehan minyak, namun secara

    ekonomis kurang menguntungkan karena hanya memberikan kenaikan sebesar 16%.

    Berdasarkan masalah tersebut PT CPI terus meningkatkan cara penambangan,

    salah satunya dengan penerapan sistem injeksi uap dengan teknologi Huff and Puff

    yang diterapkan oleh Texaco.

    Sebagai studi perbandingan, Chevron melakukan uji coba penginjeksian soda

    caustic dan hasilnya menunjukan bahwa penginjeksian soda caustic ini tidak

    memberikan peningkatan yang berarti, namun setelah diuji coba dengan sistem

    penginjeksian uap didapatkan peningkatan yang sangat besar, sebesar 55%.

    Hal ini dapat dianalisa secara global yakni kekentalan minyak di Duri sangat

    tinggi, maka dapat menimbulkan pembekuan pada lorong-lorong atau celah-celah

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 14

    dimana terperangkapnya minyak tersebut karena telah lama diproduksi, sehingga

    temperatur minyak di dalam sumur-sumur mengalami penurunan dan dapat

    menimbulkan pembekuan cairan minyak mentah tersebut.

    Pada tahun 1981 PT CPI mulai menerapkan sistem injeksi uap dengan

    pembangunan area I dan pada tahun 1988 penggunaan injeksi uap ini. Pada tahun

    1989 produksi minyak mentah mencapai 130.000 barel perhari. Hasil tersebut lebih

    besar dibandingkan dengan produksi di dunia dengan produksi yang sama.

    2.4 Sarana Penunjang Operasi

    Sarana-sarana yang menunjang operasi PT CPI antara lain:

    1. Pembangkit Tenaga Listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (21 generator turbin

    gas berkapasitas 390 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik sepanjang

    1.300 km dengan menggunakan sistam Hotline Maintenance yang

    memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan

    tinggi tanpa memutuskan aliran listrik. Empat buah dermaga khusus Dumai (dua

    diantaranya mampu melayani kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton).

    2. Komplek tangki penyimpanan dengan kapasitas 58.000 barrel.

    3. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur

    Minas-Dumai dan Bangko-Dumai.

    4. Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat distrik, serta suatu

    sistem telepon dan komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan

    lapangan.

    5. Pemanfaatan empat saluran sistem komunikasi satelit domestik palapa untuk

    hubungan dengan kantor di Jakarta.

    6. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan

    perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia

    melalui Satelit Palapa dan Intelsat.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 15

    7. Pada akhir tahun 1968 , PT CPI memasang unit pengolah data elektronik yang

    pertama berupa komputer IBM 360 model 30 dengan core capacity 64 Kbytes,

    untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat,

    serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi.

    8. Dumai Remote Entry Shipping System (DRESS) merupakan On-Line

    Teleprocessing yang pertama diterapkan PT CPI untuk mengelola pengisian dan

    pemompaan tangki penyimpanan dan mengatur kapal tangki di Dumai, serta

    menyusun, membuat dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude

    Movement, Storage and Shipping.

    9. Jaringan komputer yang terdiri dari Micro Vax, IBM AS400, servers dan

    Workstations. Juga didukung 4500 PC serta WAN/LAN yang dipunyai hampir

    setiap kantor yang berada di semua daerah operasi.

    10. Saat ini sistem komputer dan jaringan Global Information Link dengan hardware

    Pentium IV dan perangkat lunak berbasis Windows XP Professional saat ini

    menjadi perangkat komputer standar yang bisa menghubungkan informasi secara

    langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di

    seluruh dunia. Beberapa aplikasi khusus menggunakan Linux dan UNIX.

    11. Jaringan fiber optic sepanjang 600 km yang menghubungkan seluruh lapangan-

    lapangan PT CPI.

    2.5 Sumber Daya Manusia

    Saat ini PT CPI memiliki lebih dari 5131 tenaga kerja yang 98% diantaranya

    adalah berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1966 PT CPI telah dipimpin oleh orang

    Indonesia. Kini PT CPI telah melaksanakan proses alih teknologi dan alih

    keterampilan yang pada dasarnya terdiri dari tiga aspek pelatihan, pertukaran gagasan

    dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja asing.

    Program pengembangan sumber daya manusia meliputi kursus keahlian dasar

    (latihan bahasa Inggris), latihan teknik (latihan kejuruan di berbagai bidang) dan

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 16

    program pengembangan manajemen (kursus segi-segi manajemen dan latihan khusus

    para karyawan senior).

    Untuk menyiapkan tenaga Indonesia menduduki jabatan yang lebih tinggi dan

    untuk pengalihan teknologi maju dari kedua perusahaan pemegang saham sejumlah

    tenaga kerja Indonesia tingkat menengah ke atas, setiap tahun mengikuti training

    sambil bekerja di Amerika Serikat. Kesempatan latihan dan pengembangan karir terus

    disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam sumber daya manusia merupakan

    inti dari filsafat PT.CPI.

    2.6 Visi, Misi dan Nilai-nilai

    Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua jajaran

    manajemen PT CPI yang bertujuan mematangkan visi, misi dan nilai-nilai yang

    dirumuskan secara tegas tertulis.

    Visi perusahaan yang dirumuskan PT CPI adalah menjadi perusahaan energi

    Indonesia yang dikagumi karena karyawannya, kemitraannya dan kinerjanya.

    Untuk dapat diakui sebagai perusahaan kelas dunia, PT CPI melaksanakan apa yang

    disebut Continous Quality Improvement (perbaikan kualitas yang

    berkesinambungan).

    Sedangkan misi perusahaan yang telah dicanangkan adalah Sebagai mitra

    Pertamina, PT CPI secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumber daya

    minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan

    pemegang saham.

    Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan karyawan

    PT. Chevron Pacific Indonesia adalah:

    1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.

    2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi.

    3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 17

    4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan

    keluarganya.

    5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat.

    6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.

    2.7 Struktur Organisasi Perusahaan

    Sejak tanggal 11 Maret 1995 PT CPI memberlakukan struktur organisasi baru

    yakni bentuk departemen menjadi Strategic Bussiness Unit (SBU) yang bersifat tim

    kerja sehingga dalam perusahaan seakan-akan ada perusahaan-perusahaan kecil.

    Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang beranggotakan orang-orang dengan disiplin

    ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota diarahkan pada kerja sama

    tim sebagai suatu kelompok kerja. Dengan demikian dalam setiap unit terdapat

    sumber daya yang cukup untuk melakukan bisnis sendiri. Team ini dikepalai oleh

    seorang Team Manager yang membawahi seksi-seksi seperti seksi teknisi,

    manajemen, dsb, sehingga menjadi satu team organisasi yang lengkap.Setiap team

    Manager dikepalai atau dikoordinasi oleh seorang Superintendent. Hal ini

    dimaksudkan untuk melakukan efisiensi kinerja perusahaan dan mengurangi panjang

    birokrasi perusahaan suatu bidang yang dapat dilihat dari kebijaksanaan perusahaan

    PT CPI untuk melaksanakan kontrak atau hubungan kerjasama dengan kontraktor

    dengan melakukan tender terbuka terhadap penyediaan alat-alat, mesin-mesin serta

    alat transportasi.

    Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin besar

    (desentralisasi) sehingga diharapkan efektifitas. Dan efisiensi perusahaan dengan

    semboyan Our Journey to World Class Company ini semakin tinggi.

    Pengorganisasian SBU menghubungkan proses pengembangan dan pengelolaan

    loading minyak menjadi satu unit, sedangkan organisasi pendukung digerakkan oleh

    proses dan dirancang untuk meningkatkan semangat kerja team.

    PT CPI membagi perusahaannya dalam 7 SBU, yaitu :

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 18

    Rumbai SBU, dengan wilayah operasi meliputi area Petapahan, Zamrud, Libo

    dan Pedada.

    Minas SBU, merupakan daerah lapangan minyak yang memiliki kadar

    belerang yang rendah, dan dikenal dengan Minas Crude.

    Duri SBU, merupakan penghasil minyak terbesar PT CPI yang memiliki

    injeksi uap terbesar di dunia, wilayah operasinya meliputi lapangan minyak

    Duri dan Kulin.

    Bekasap SBU, wilayah operasinya meliputi daerah Petani dan Bekasap.

    Support Operation SBU, bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian

    minyak, pembangkit listrik, operasi perbaikan, dan jasa transportasi angkutan

    darat dan laut.

    Exploration and Technical Support SBU.

    Safety, Health and Environment (SH&E) SBU

    Mulai tahun 2005 struktur organisasi PT CPI mulai berubah lagi.

    Kepemimpinan PT CPI dipegang oleh seorang President Director yang

    berkedudukan di Jakarta. Sedangkan kepemimpinan di Sumatera dipegang oleh

    seorang Managing Director.

    2.8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja

    Untuk kesejahteraan karyawan PT CPI menyediakan fasilitas antara lain:

    Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan

    pekerja. Sifat tunjangan khusus ini adalah bukan merupakan unsur upah pokok.

    Tunjangan khusus Batam, diberikan apabila pekerja dipindahkan secara

    permanen ke dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat tunjangan ini bukan

    merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya adalah 70% dari upah pokok.

    Fasilitas angkutan/kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk pergi

    dan pulang dari kantor ke tempat tinggal mereka.

    Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas

    angkutan/kendaraan dari perusahaan.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 19

    Fasilitas perumahan perusahaan bagi semua golongan pekerja.

    Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat fasilitas

    perumahan karena terbatasnya fasilitas perumahan perusahaan yang ada, atau

    kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas perumahan.

    Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih setiap

    bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang sudah mengambil

    fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak menempati

    rumah perusahaan.

    Tunjangan Hari Raya Keagamaan.

    Jaminan selama pekerja sakit.

    Tunjangan istirahat tahunan.

    Bantuan perusahaan selama menjalankan ibadah Haji bagi yang memeluk agama

    Islam, baik berupa ongkos naik haji, biaya pengangkutan ke tempat

    pemberangkatan ataupun kedatangan dan biaya pengurusan dokumen-dokumen

    yang diperlukan.

    Bantuan bersalin bagi pekerja wanita atau istri pekerja yang diakui oleh

    perusahaan.

    Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu keselamatan,

    jas hujan dan jaket.

    Biaya pengobatan dan pemeliharaan bagi pekerja yang mendapatkan kecelakaan

    kerja.

    Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja.

    Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaan kesehatan dan pemeliharaan

    kesehatan bagi pekerja dan keluarganya.

    Sarana olahraga, seperti kolam renang, fitness centre, bowling, basket, tenis, golf

    dan lain-lain.

    Fasilitas dan tunjangan perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota keluarganya

    yang oleh perusahaan diminta untuk mendampingi/mengikuti pekerjaan tersebut.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 20

    Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam status

    lajang di tempat kerja yang baru.

    Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah

    Menengah Umum dan Perguruan Tinggi.

    Kegiatan produksi di PT CPI mempunyai resiko yang cukup tinggi.

    Kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar. Untuk itu diperlukan kesadaran

    dan usaha preventif terhadap kemungkinan bahaya yang datang setiap saat. PT CPI

    menekankan hal ini pada setiap karyawannya untuk selalu mementingkan

    keselamatan kerja (First Safety). Program yang diterapkan oleh PT CPI adalah

    dengan pelaksanaan program Safety. Pada intinya program ini diarahkan pada tiga

    sasaran, yaitu human, equipment dan procedure. Ketiga elemen tersebut mempunyai

    peranan yang sama pentingnya dalam menciptakan suasana kerja yang selamat.

    Langkah-langkah yang diambil untuk menanamkan kesadaran dan

    keselamatan kerja bagi karyawannya adalah :

    1. Mengadakan latihan rutin tentang keamanan dan keselamatan kerja.

    2. Menghilangkan keadaan atau tindakan-tindakan yang berbahaya.

    3. Mengadakan inspeksi, pengaturan tata ruang yang baik dan menyediakan

    prosedur kerja yang tertib.

    4. Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan berarti menekan biaya

    produksi dalam penggantian alat-alat maupun pemeliharaan akibat kecelakaan

    kerja.

    Berdasarkan falsafah keunggulan beroperasinya, PT CPI sangat

    memperhatikan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungannya yaitu Do It safely

    or Not At All dan There is always time to do it right. Untuk memenuhi hal tersebut

    maka PT.CPI mempunyai komitmen untuk selalu mematuhi setiap peraturan hukum

    pemerintah, menjaga standar etika, menyadari bahwa pekerjaan merupakan sumber

    daya yang tak ternilai, menjaga lingkungan hidup dan menopang masyarakat sekitar

    serta menerapkan perbaikan kualitas kehidupan sebagai jalan hidupnya.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 21

    2.8.1 Health, Environment and Safety (HES)

    Healthy, Environment and Safety (HES), merupakan salah satu kebijakan

    yang dibuat guna menunjang terpenuhinya nilai-nilai di atas, sehingga tujuan

    perusahaan bisa tercapai. PT CPI telah lama menerapkan keselamatan kerja dalam

    strategi bisnisnya, namun dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan

    maka PT CPI juga turut berperan aktif dalam menerapkan kebijakan yang

    menyangkut lingkungan hidup maupun lingkungan kerja.

    HES merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT Chevron Pacific

    Indonesia untuk melaksanakan usahanya secara etis dan dengan penuh rasa tanggung

    jawab sosial untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai, mitra kerja,

    keluarga dan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan.

    Merupakan cita-cita PT CPI untuk diakui oleh lingkungan industri dan

    masyarakat sekitar dimana perusahaan beroperasi sebagai pelopor dalam kinerja

    kesehatan, lingkungan, keselamatan, kehandalan dan efisiensi.

    Untuk mewujudkan cita-cita di atas PT CPI akan menunjukkan

    kepemimpinan yang sadar sosial dan memperlihatkan keteladanan dalam

    pelaksanaan-pelaksanaan program kesehatan, lingkungan dan keselamatan.

    Memastikan kepatuhan terhadap kebijaksanaan ini, semua peraturan dan perundang-

    undangan kesehatan, lingkungan, keselamatan dan standar industri yang diakui serta

    membuat peraturan sendiri bila belum ada peraturan yang berlaku. Memastikan agar

    semua karyawan perusahaan dan mitra kerja memahami tanggung jawab mereka atas

    kesehatan, lingkungan dan keselamatan.

    2.8.2 Health (Kesehatan)

    Bidang ini bertanggung jawab untuk menjadikan lingkungan fisik yang baik dan

    tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Bagian-bagian yang diawasi antara lain,

    yaitu :

    1. Penyediaan Air

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 22

    Air yang dikonsumsi ataupun yang dibuang ke hutan parameternya selalu

    dikontrol secara kontiniu agar tidak mencemari lingkungan dan aman untuk

    dikonsumsi. Diantara parameter-parameter tersebut antara lain : pH, total

    dissolved solid, kesadahan, biocide, temperatur.

    2. Pengelolaan Sampah

    Sampah yang berasal dari pekerjaan bangunan akan dibakar. Sampah dari

    laboratorium akan diproses sehingga tidak membahaya-kan. Sampah yang

    berasal dari bahan beracun (B3) akan dikirim ke Balai Pengolahan di Bogor

    untuk diolah lebih lanjut. Limbah yang berasal dari kotoran manusia akan

    dimasukkan ke-septic tank yang terdapat di perumahan.

    3. Pengawasan Terhadap Makanan dan Minuman

    Makanan yang terdapat di Mess Hall, commisary, dan sanggar karyawan

    diperiksa secara berkala. Pengawasan juga meliputi masakan kadaluarsa

    suatu produk.

    4. Pest Control

    Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan

    hewan pengganggu. HES menyediakan pekerja untuk membasmi hewan-

    hewan tersebut bila diminta oleh penghuni camp. dan melakukan

    pembasmian berkala terhadap penyakit malaria dan demam berdarah.

    2.8.3 Environment (Lingkungan)

    Bagian Environment mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran

    terhadap lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau buangan

    minyak ke hutan, pencemaran air produksi yang diizinkan untuk diinjeksikan ke

    dalam tanah.

    2.8.4 Safety (Keselamatan)

    Bidang safety menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit

    yang dilakukan oleh Chevron Texaco, IBU Management dan tim HES beberapa tahun

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 23

    terakhir menunjukkan bahwa dalam beberapa hal dibidang keselamatan perusahaan

    bisa lebih baik. Temuan-temuan dan hasil pengamatan itu memberikan peluang untuk

    perbaikan terutama di area dasar-dasar keselamatan. Berdasarkan inilah kemudian

    Managemen IBU mencanangkan fokus perbaikan di bidang fundamental safety.

    Lebih lanjut kemudian fundamental safety work practice didefinisikan sebagai 7

    elemen dasar keselamatan. Elemen tersebut adalah Access Control, Work Permit,

    Personal Protective Equipment (PPE), Lock Out Tag Out (LOTO), Standard

    Operating Procedure (SOP), Job Safety Analysis (JSA), Material Safety Data Sheet

    (MSDS) dan Housekeeping.

    Kegiatan yang menjadi tanggung jawab bagian ini adalah :

    a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan kesehatan

    lingkungan,pelatihan terhadp HES.

    b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan dan melakukan inspeksi.

    c. Melakukan pencegahan dan melacak sebab terjadinya kecelakaan melalui

    perencanaan yang baik.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 24

    BAB III

    DEPARTEMEN POWER GENERATION AND TRANSMISSION

    3.1 Tinjauan Umum

    Untuk menjalankan semua mesin-mesin produksi di PT CPI, baik di pompa

    angguk maupun ESP (Electrical Submersible Pump) serta peralatan listrik lainnya,

    diperlukan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Untuk memenuhi

    kebutuhan ini, PT CPI memiliki departemen khusus yang menangani sistem

    kelistrikan yang terdiri dari pembangkitan, transmisi dan distribusi.

    Sampai tahun 1968, sebagian besar dari kebutuhan listrik PT CPI diperoleh

    dari puluhan buah enginator (perpaduan mesin dan generator) yang tersebar disetiap

    lokasi dengan kapasitas sekitar 60 KW. Pada saat itu sistem enginator masih

    dirasakan efisien untuk memasok energi listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan

    pompa di sumur pengeboran. Melihat perkembangan sumur minyak yang

    menggunakan pompa semakin banyak dilokasi yang berjauhan, manajemen PT CPI

    membuat sebuah sistem tenaga listrik yang lebih handal dibandingkan dengan hanya

    mengandalkan enginator.

    Pada tahun 1969 diresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas

    (PLTG) Duri yang terdiri dari 2 unit generator turbin gas Sulzer buatan Swiss dengan

    kapasitas masing-masing 10 MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini lahirlah

    sebuah departemen baru di PT CPI, yang dikenal dengan nama Power Generation

    and Transmission (PGT) yaitu sebuah departemen bertugas menyediakan tenaga

    listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari gas buang turbin untuk

    mendukung kebutuhan RG-SBU.

    Dari tahun ke tahun jumlah unit turbin gas ini semakin bertambah seiring

    dengan meningkatnya kebutuhan daya listrik di PT CPI. Saat ini di PT CPI terdapat

    empat buah PLTG yang beroperasi dan sebuah PLTG yang berukuran 300 MW

    (COGEN), antara lain :

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 25

    Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit gas turbin dengan daya 232 MW.

    Tapi sekarang hanya mensuplai sekitar 100 MW, maksimum.

    Central Duri Gas Turbin (CGT) sebanyak 5 unit gas turbin dengan daya 145

    MW. Tapi sekarang hanya mensuplai sekitar 105 MW, maksimum.

    North Duri (COGEN) sebanyak 3 unit gas turbin dengan daya 300 MW

    Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator di tiga titik

    pusat pembangkit itu mencapai 475 MW. Daya yang dipakai oleh keseluruhan beban

    saat ini sekitar 460-470 MW. Sedangkan dalam penyaluran daya listriknya, saluran

    pada PT CPI terbagi atas:

    1. Saluran transmisi 230 kV

    2. Saluran transmisi dan interkoneksi 115 kV

    3. Saluran sub transmisi 44 kV

    4. Saluran distribusi 13,8 kV dan 4,16 kV

    8D

    230 KV TRANSMISSION SYSTEM

    PINANG

    BANGKO

    BATANG SINTONG

    MENGGALA

    ROKAN PEMATANG MAIN

    PUNGUT

    BEKASAP

    LIBO

    KOTABATAK PETAPAHAN SURAM

    K B J

    5B

    6D

    3D

    4D

    6DN

    TO BERUK / ZAMRUD fffl;fdjgo;fdjgl;dfkg;l(op(operated by CPI)

    DURI POWER STATION

    CENTRAL DURI POWER PLANT

    8C

    4 B

    DURI PROJECT

    ND Subs.

    115 KV

    115 KV

    115 KV

    EXISTING

    115 KV

    NEW

    ND = North Duri 230 KV Switchyard

    230 KV

    KBJ

    Rental GT at Kerang

    PEDADA

    BERUK ZAMRUD

    PUSAKA

    M INAS POWER PLANT

    SO. BEKASAP

    TEMP. KOTABATAK

    ND-CD 115 kV Tie Line

    KBJ 230/115 kV switchyard

    P G & T

    P r o j e c t s S c o p e

    Keterangan : : Dioperasikan dan dimiliki oleh Caltex. : Tidak beroperasi lagi.

    Gambar 3.1 CPI Power System One Line Diagram

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 26

    Sebagai departemen yang bertanggung jawab membangkitkan dan mencatu

    daya listrik di perusahaan ini, Departemen PGT yang bernaung didalam Divisi

    Support Operation mengemban tugas sebagai berikut :

    Membangkitkan daya listrik yang cukup dan berkesinambungan secara efisien

    guna memenuhi pertumbuhan beban di PT CPI.

    Mencatu daya listrik yang andal dan baku guna memenuhi kebutuhan operasi PT

    CPI.

    Memanfaatkan gas buang panas dari turbin-turbin gas di Central Duri secara

    maksimal untuk menghasilkan uap guna kebutuhan operasi Duri Steam Flood.

    Mempertahankan keselamatan kerja yang tinggi.

    3.2 Struktur Organisasi PGT

    Dalam struktur organisasi perusahaan, PGT termasuk salah satu departemen yang

    bernaung dibawah Support Operation SBU. Sejalan dengan misi yang digariskannya,

    PGT memiliki misi sebagai berikut :

    Menyediakan tenaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas

    dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG&SBU dan lainnya dengan

    menjunjung tinggi kepentingan pelanggan, pengendalian mutu terpadu serta

    keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja.

    Dalam menjalankan pengoperasian sehari-hari, PGT memiliki sub-sub bagian

    yaitu:

    1. MGR Operation

    2. REM

    3. Bus Sup

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 27

    3.2.1 MGR operation

    3.2.1.1 Transmission Distribution and Operation Engineering (TDO)

    Transmission Distribution Operation (TDO) merupakan tim di PGT yang

    bertanggung jawab dalam pengiriman dan pendistribusian tenaga listrik yang

    dihasilkan oleh unit pembangkit ke beban, seperti pompa-pompa di sumur-sumur

    minyak, mesin-mesin industri penyangga, penerangan jalan dan sebagainya. Selain

    itu, TDO juga mempunyai tugas lain, yaitu memelihara dan memperbaiki jaringan

    transmisi dan distribusi di PT CPI.

    Dalam rangka menjalankan tugasnya, tim ini dibagi lagi menjadi beberapa

    unit yaitu:

    a. Power Line Maintenance

    Bertugas memeriksa jaringan transmisi dan distribusi dan mengirim informasi

    jika terjadi kerusakan pada jaringan yang dapat menimbulkan gangguan untuk

    diperbaiki dengan menggunakan patroli jaringan (line patrol). Aktivitas lainnya

    adalah memelihara dan memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi serta

    melaksanakan commissioning untuk instalasi yang baru dan menghubungkannya

    dengan jaringan yang sudah beroperasi. Dalam melakukan tugas perbaikan tersebut

    harus diperhitungkan dampak kehilangan produksi dari sumur-sumur minyak

    produksi. Jika pekerjaan tersebut dianggap mengganggu produksi minyak, maka akan

    dilakukan pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB) atau hot line work.

    b. Substation and Control System

    Kegiatan yang dilakukan antara lain memasang, memelihara dan memperbaiki

    seluruh peralatan yang terpasang pada substation seperti circuit breaker, switchgear,

    trafo, relay dan lain-lain.

    c. Power System Operation (PSO)

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 28

    Kegiatan unit rekayasa sistem ini antara lain menganalisa segala gangguan

    yang mungkin terjadi di areanya masing-masing dan mengusahakan perlindungan

    secara maksimal. Secara keseluruhan, tugas PSO adalah:

    Bertanggung jawab terhadap kelancaran aliran energi listrik.

    Menentukan pengaturan relay suatu jaringan.

    Menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik.

    Merancang suatu sistem tenaga listrik dengan tingkat kestabilan yang bisa

    diandalkan

    Karena unit kerja yang harus ditangani TDO sangat luas, tim ini dibagi

    berdasarkan daerah operasinya. Tiap-tiap wilayah dipimpin oleh satu orang Team

    Manager. Ada empat unit TDO dalam departemen yaitu:

    1. TDO Bekasap : meliputi daerah Bekasap/Petani, Libo, Bangko/Balam, distrik

    Duri dan sekitarnya.

    2. TDO Duri : meliputi Duri field, kulim, distrik Dumai dan sekitarnya.

    3. TDO Minas : meliputi disrik Minas, Minas field dan sekitarnya.

    4. TDO Rumbai : meliputi distrik Rumbai, Pedada, Petapahan, dan sekitarnya.

    3.2.1.2 Power System & Generation (PSG)

    PSG merupakan salah satu tim yang berada di bawah PGT yang memiliki

    tugas utama untuk menangani pembangkitan energi listrik untuk keperluan PT CPI.

    Di samping itu, PSG juga bertanggung jawab untuk memelihara dan mengoperasikan

    sistem pembangkit gas turbin pada keempat PTTG.

    Tim PSG dikepalai oleh seorang Manager . PSG memiliki tim-tim yang

    mempunyai tugas masing-masing antara lain:

    a. Tim Power Plant.

    Mengendalikan operasi power plant yang meliputi starting dan mematikan

    generator serta gas turbin.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 29

    Menjaga kelangsungan ketersediaan energi listrik.

    Menjaga mutu energi listrik yang dihasilkan.

    b. Tim Power System Management

    Menyusun jadwal pembangkitan dan penyaluran energi listrik, modifikasi dan

    rekayasa masalah yang menyangkut operasi DSC dan lain-lain.

    Menangani pembelian spare part dan komponen yang dibutuhkan.

    Perencanaan ke depan dan koordinasi dengan bagian lain.

    c. Tim Conditioning Monitoring

    Mengadakan inspeksi peralatan sistem pembangkit dan sistem kontrol

    Pengetesan sistem control

    Mengajukan rekomendasi untuk perbaikan ke bidang Gas Turbine Maintenance.

    Selain menangani masalah pembangkitan tenaga listrik, PSG juga menangani

    pemanfaatan gas buang dari turbin. Saat ini pemanfaatan gas buang terdapat di

    Central Duri dan North Duri. Gas buang ini dimanfaatkan untuk membuat uap

    dengan menggunakan alat yang dinamakan Waste Heat Recovery Steam Generator

    (WHRSG). Uap ini dimanfaatkan oleh bagian produksi untuk proyek injeksi uap Duri

    atau Duri Steam Flood (DSF) dimana dengan adanya injeksi uap ini, minyak yang

    berada di ladang Duri menjadi mudah diangkat oleh pompa sehingga kerja pompa

    menjadi lebih ringan.

    3.2.2 REM

    Tim GMT terdiri dari beberapa tim yaitu Technical Support Duri &Minas,

    Support Shop, Maintenance execution dan Material and Spare Parts. Tugas tim

    tersebut adalah:

    Mengadakan pemeriksaan terhadap turbin gas

    Mengganti dan memperbaiki bagian turbin gas yang rusak

    Melakukan pengetesan sistem kontrol dan perbaikan seperlunya.

    Menangani pembelian spare part yang dibutuhkan

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 30

    Melakukan perencanaan ke depan

    Menyusun jadwal perbaikan, modifikasi dan pemecahan masalah rekayasa.

    3.2.3 Bus Sup

    Tim support merupakan tim yang bertugas untuk menangani masalah-masalah

    administrasi departemen, hubungan inter-departemen maupun antardepartemen atau

    dengan relasi lain.

    Tim engineering bertugas mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan

    dengan pengembangan dan perencanaan misalnya estimasi jumlah beban sepuluh

    tahun yang akan datang sehingga dapat dilakukan antisipasi dengan membangun

    power plant tambahan untuk mengimbangi meningkatnya beban. Di samping itu BES

    juga menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional PGT dan

    mengusahakannya agar mencapai taraf optimal. Tanggung jawab dari BES antara

    lain:

    a. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan dari PGT

    b. Melakukan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancangan estimasi

    pertumbuhan beban dengan menggunakan parameter yang ada, misalnya

    pertumbuhan sumur minyak, bertambahnya mesin pompa produksi dan

    sebagainya.

    c. Bertanggung jawab atas pengembangan proyek untuk mengimbangi

    pertumbuhan beban, misalnya perluasan jaringan transmisi dan pembangunan

    PLTG baru.

    d. Penelitian dan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk membangkitkan listrik

    per kWh dan biaya operasional lainnya.

    Tim BES ini sendiri dikepalai oleh seorang manager. BES itu sendiri terdiri

    dari beberapa unit kerja yaitu Planning and Budget, Design and Construction, IT and

    Support System, Safety Health and Environment, dan Quality Improvement. Tim ini

    juga membawahi pengoperasian DSC.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 31

    BAB IV

    SISTEM KELISTRIKAN PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

    4.1 Gambaran Umum

    Sistem tenaga listrik dari beberapa elemen penting, yaitu sistem pembangkit,

    sistem transmisi sistem sub-transmisi dan sistem distribusi. PT. CPI menggunakan

    sistem pembangkit sendiri dengan jaringan tenaga listrik 60 Hz, yang sudah

    terinterkoneksi di seluruh wilayah operasi yang meliputi Rumbai, Minas, Duri, dan

    Dumai.

    Gambar 4.1 Sistem Tenaga Listrik PT Chevron Pacific Indonesia

    Dalam sistem pembangkitkan tenaga listrik, PT Chevron Pacific Indonesia

    menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang merupakan rangkaian

    instalasi mekanik dan elektrik dimana gas sebagai hasil produk pembakaran

    diekspansikan kedalam turbin sebagai penggerak mula (prime mover) generator untuk

    menghasilkan energi listrik. Penggunaan turbin gas oleh PT Chevron Pacific

    Indonesia lebih dengan alasan tersedianya gas alam dalam jumlah yang memadai

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 32

    serta melimpah sebagai hasil sampingan selain minyak bumi. Selain itu, waktu start

    yang dibutuhkan turbin gas lebih cepat yaitu kurang dari 15 menit dibandingkan

    turbin uap yang membutuhkan waktu berjam-jam karena harus memanaskan air

    dalam boiler terlebih dahulu.

    Pada saat ini, kebutuhan tenaga listrik PT Chevron Pacific Indonesia diperoleh

    melalui empat unit power plant, yaitu :

    1. Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit turbin gas dengan daya 229 MW.

    2. Central Duri Gas Turbin (CGT) sebanyak 5 unit turbin gas dengan daya 100

    MW.

    3. Duri Gas Turbin (DGT) sebanyak 1 unit turbin gas dengan daya 20 MW.

    4. North Duri sebanyak 3 unit turbin gas dengan daya masing masing 100 MW

    sehingga total semuanya adalah 300 MW.

    Keseluruhan daya yang diperoleh dari ketiga generator-generator pembangkit itu

    mencapai 649 MW. Daya keseluruhan beban yang dipakai saat ini mencapai 440

    MW. Pada daerah operasi North Duri, tegangan yang dibangkitkan oleh generator

    sebesar 13.8 kV. Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator ini akan

    dinaikkan terlebih dahulu menggunakan trafo step up yang berada di wilayah

    pembangkit. Tujuan dari penaikkan tegangan ini adalah untuk memperkecil nilai arus

    sehingga memperkecil nilai rugi-rugi (losses) P = I2R. Dengan arus yang kecil

    mengakibatkan luas penampang pada konduktor yang digunakan juga menjadi kecil

    dan lebih ekonomis. Di samping itu, dengan menaikkan besar tegangan juga akan

    memperkecil voltage drop yang terjadi. Namun untuk mengatasi hal-hal tersebut,

    pada gardu induk dilengkapi dengan voltage regulator untuk menjaga besarnya

    tegangan agar tetap stabil.

    Besarnya nilai tegangan yang dinaikkan oleh trafo step up adalah 230 kV. Pada

    substation, tegangan 230 kV ini dibagi lagi sesuai dengan kebutuhan dan jarak

    transmisi, seperti diturunkan menjadi 115 kV, 44 kV, dan 13.8 kV. Tegangan

    transmisi yang digunakan adalah 230 kV, 115 kV, dan 44 kV. Tegangan 230 kV

    ditransmisikan ke gardu induk lainnya yang letaknya sangat jauh, tegangan 115 kV

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 33

    ditransmisikan ke gardu yang letaknya jauh sedangkan tegangan 44 kV

    ditransmisikan ke gardu yang letaknya dekat. Saluran transmisi yang digunakan oleh

    PT Chevron Pacific Indonesia adalah saluran udara yaitu Saluran Udara Tegangan

    Ekstra Tinggi (SUTET) untuk tegangan 230 kV dan Saluran Udara Tegangan Tinggi

    (SUTT) untuk tegangan 115 kV. Untuk jaringan transmisi 230 kV menggunakan

    tiang berupa menara (tower) karena tegangan yang ditransmisikan sangat tinggi

    sehingga diperlukan keamanan (safety) agar tidak mudah mengalami gangguan

    seperti gangguan binatang serta pepohonan- pepohonan yang tinggi.

    (a) (b) (c)

    Gambar 4.2 Saluran Transmisi (a) 230 kV, (b) 150 kV, (c) 44 kV

    Setelah melalu proses transmisi, tegangan kemudian diturunkan kembali

    dengan menggunakan trafo step down untuk didistribusikan ke beban-beban yang

    berada di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia. Sistem distribusi yang

    digunakan adalah jenis radial dengan tegangan distribusi 13.8 kV. Adapun tegangan

    yang pada saluran distribusi yang digunakan dalam daerah operasi PT Chevron

    Pacific Indonesia, yaitu :

    1. Saluran distribusi 13.8 kV yang merupakan saluran udara (over head line)

    sebagai feeder yang mensuplai pompa motor di ladang minyak yang tersebar,

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 34

    mensuplai kebutuhan perumahan dan perkantoran di PT Chevron Pacific

    Indonesia.

    2. Saluran distribusi 4.16 kV yang merupakan saluran udara dan saluran bawah

    tanah (underground cable) yang berfungsi sebagai jaringan untuk area

    perkantoran dan catu daya untuk motor-motor listrik pada pompa.

    Gambar 4.3 Saluran Distribusi 13.8 kV

    Dengan menggunakan trafo step down, tegangan tersebut diturunkan menjadi

    110 V dan 220 V agar dapat digunakan dalam pemukiman karyawan dan kantor, serta

    480 V untuk kebanyakan motor listrik dan pompa. Dalam menjaga kestabilan

    tegangan, PT Chevron Pacific Indonesia menggunakan banyak transformator

    distribusi pada daerah lokasi pompa minyak di lapangan, perkantoran serta

    perumahan. Setiap pompa minyak memiliki satu trafo distribusi. Sementara di

    kawasan perumahan, terdapat trafo distribusi yang melayani satu hingga lima rumah.

    Dengan demikian ketersediaan dan kontinuitas listrik dapat dipertahankan.

    4.2 Peralatan Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik

    Adapun peralatan transmisi dan distribusi tenaga listrik yang terdapat di

    daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia, yaitu sebagai berikut :

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 35

    4.2.1 Substation (Gardu Induk)

    Substation merupakan komponen sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai

    pusat penyaluran (transmisi) yang menghubungkan sistem tranmisi tegangan tinggi

    dengan saluran-saluran dan gardu-gardu distribusi. Adapun fungsi dari substation

    yaitu untuk :

    a. Mengubah besaran tegangan.

    b. Mengatur tegangan untuk mengimbangi voltage drop sistem.

    c. Mengatur kuantitas aliran daya listrik pada jaringan transmisi dan distribusi.

    d. Menghubungkan generator ke jaringan transmisi dan distribusi.

    e. Melakukan interkoneksi antar jaringan.

    f. Menghubungkan sinyal komunikasi ke jaringan transmisi.

    Untuk mendukung fungsi di atas, di substation terdapat beberapa peralatan

    diantaranya adalah :

    4.2.1.1 Transformator Daya

    Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk

    menyalurkan daya / tenaga listrik dari suatu level tegangan ke level tegangan tertentu.

    Adapun jenis dari transformator daya yang digunakan di North Duri Substation yaitu

    transformator step down. Penggunaan transformator step down untuk menurunkan

    tegangan yang dihasilkan dari trafo step up 230 kV di pembangkit menjadi tegangan

    115 kV. Di samping itu, terdapat juga trafo step down yang menurunkan tegangan

    115 kV menjadi tegangan 13.8 kV.

    Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan jantung

    dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat

    beroperasi secara maksimal (kalau bisa secara terus menerus tanpa berhenti).

    Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu, maka cara pemeliharaan

    juga dituntut sebaik mungkin.Oleh karena itu tranformator harus dipelihara dengan

    menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik dan tepat.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 36

    (a) (b) (c)

    Gambar 4.4 Trafo Step Down (a) 230 / 115 kV, (b) 115 / 13.8 kV (c) 13.8 kV / 220V

    Perubahan temperatur akibat perubahan beban menyebabkan seluruh

    komponen trafo menjadi panas, oleh karena itu untuk mengurangi panas pada trafo

    dilakukan pendinginan pada trafo. Adapun sistem pendinginan pada trafo

    dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

    ONAN (Oil Natural Air Natural)

    Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan udara secara

    alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebutkan oleh perbedaan berat jenis

    antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas.

    ONAF (Oil Natural Air Force)

    Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami

    sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan

    hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya

    operasi trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 37

    sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah meningkat

    maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.

    OFAF (Oil Force Oil Force)

    Sistem ini menggunakan sirkulasi minyak yang digerakkan oleh kekuatan

    pompa sedangkan sirkulasi udara menggunakan kipas angin.

    Selain itu, pada trafo daya terdapat Tap Changer Trafo (Perubahan Tap) yang

    merupakan alat perubah pembanding transformasi untuk mendapatkan tegangan

    operasi sekunder yang sesuai dengan tegangan sekunder yang diinginkan dari

    tegangan primer yang berubah-ubah. Untuk Tap Changer yang hanya dapat

    dioperasikan pada keadaan trafo tidak bertegangan disebut dengan Off Load Tap

    Changer.

    4.2.1.2 Voltage Regulator

    Voltage regulator merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang digunakan

    untuk menjaga kestabilan tegangan sesuai dengan tingkat tengangan yang ditentukan.

    Tegangan yang tidak stabil ini diakibatkan oleh adanya penurunan tegangan dari

    pembangkit ke gardu induk transmisi akibat dari losses yang dihasilkan sepanjang

    kawat penghantar. Di samping itu, kenaikan tegangan juga dapat terjadi akibat

    lepasnya beban. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan atau

    pada benda lainnya.

    Gambar 4.5 Voltage Regulator

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 38

    Di North Duri Substation terdapat dua jenis voltage regulator yaitu voltage

    regulator yang konstruksinya menyatu dengan 230 / 115 kV dan voltage regulator

    seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.

    4.2.1.3 Coupling Capacitor and Potential Device (CCPD)

    CCPD adalah alat penurunan tegangan yang digunakan untuk mengukur

    tegangan tinggi 230 kV dan 115 kV. Prinsip kerja dari CCPD ini adalah membagi

    tegangan dari kapasitor.

    Gambar 4.6 Coupling Capacitor dan Potential Device

    4.2.1.4 Lightning Arrester

    Lightning Arrester adalah alat pelindung / pengaman peralatan listrik pada

    gardu induk dari tegangan lebih akibat sambaran petir (lightning surge) pada kawat

    transmisi ataupun disebabkan oleh sentakan penghubung (switching surge). Dalam

    keadaan normal, lightning arrester bersifat tidak bisa menyalurkan arus listrik

    (isolator) sedangkan dalam keadaan terjadi gangguan, lightning arrester akan bersifat

    konduktif dengan menyalurkan arus listrik ke bumi.

    Di North Duri Substation, lightning arrester dilengkapi dengan counter yang

    membantu memberikan informasi tentang jumlah tegangan petir yang mengalir ke

    lightning arrester.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 39

    Gambar 4.7 Lightning Arrester

    4.2.1.5 Circuit Breaker (CB)

    Circuit Breaker adalah suatu alat pemutus rangkaian listrik pada sistem tenaga

    listrik yang mampu membuka (ON) dan menutup (OFF) rangkaian pada semua

    kondisi, termasuk arus hubung singkat sesuai dengan ratingnya dan juga pada kondisi

    tegangan yang normal atau tidak normal. Pada saat ini, PT Chevron Pacific Indonesia

    sedang mengusahakan pemakaian Gas Circuit Breaker (GCB) secara keseluruhan

    dikarenakan beban perawatan (maintenance) yang lebih mudah. Namun untuk

    sekarang ini, penggunaannya masih mengkombinasikan antara Gas Circuit Breaker

    (GCB) dan Vacuum Circuit Breaker (VCB).

    (a) (b)

    Gambar 4.8 (a) Gas Circuit Breaker, (b) Vacuum Circuit Breaker

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 40

    4.2.1.6 Switch

    Switch adalah alat yang digunakan untuk mengisolasi atau memisahkan

    peralatan dari sistem yang masih bertegangan, mem-bypass peralatan serta

    mentanahkan (grounding) peralatan. Alat ini berperan penting terutama dalam hala

    perawatan peralatan sistem tenaga listrik seperti perawatan circuit breaker. Adapun

    jenis-jenis switch yang dipakai pada substation antara lain :

    Line Switch

    Line Switch berfungsi untuk mengisolasi suatu cabang saluran transmisi atau

    distribusi dari feeder utama.

    Gambar 4.9 Line Switch

    Line Switch ini terhubung secara langsung dengan ground switch. Ketika line

    switch on, maka ground switch off.

    Ground Switch

    Ground Switch berfungsi untuk mentanahkan peralatan listrik yang terhubung

    secara langsung dengan line switch.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 41

    Gambar 4.10 Ground Switch

    By-pass Switch

    By-pass Switch adalah peralatan untuk mem-bypass peralatan tegangan tinggi

    terutama pada saat peralatan tenaga listrik tersebut dalam keadaan maintenance.

    Gambar 4.11 By-pass Switch

    4.2.1.7 Fuse

    Fuse adalah peralatan pemutus aliran listrik yang bekerja dengan sistem

    thermal (berkaitan dengan panas), yaitu apabila komponen fuse yang bernama fuse

    link dilewati oleh arus yang besar, maka fuse akan melebur atau putus sehingga aliran

    listrik akan terputus pula.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 42

    Gambar 4.12 Fuse

    4.2.1.8 Bus

    Bus merupakan terminal tempat pengambilan sumber listrik. Semua peralatan

    pada gardu induk dihubungkan ke bus sebagai pertemuan atau hubungan trafo-trafo

    tenaga, SUTT, SUTET, SKTT, dan peralatan listrik lainnya. Hal ini digunakan untuk

    menerima dan menyalurkan tenaga atau daya listrik.

    Gambar 4.13 Bus

    4.2.1.9 Ruang Kontrol

    Ruang kontrol berisikan panel-panel listrik yang mengatur seluruh peralatan

    listrik yang terdapat di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia. Panel-panel

    listrik diantaranya adalah panel circuit breaker, panel by-pass switch, panel proteksi

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 43

    relay, dan sebagainya. Apabila terdapat gangguan maka keputusan untuk mengatasi

    permasalahan berasal dari ruangan ini (ON / OFF). Pada ruangan ini terdapat Remote

    Terminal Unit (RTU) yang digunakan untuk mengumpulkan informasi peralatan

    lapangan kepada sistem DSC.

    (a) (b)

    (c) (d) (e)

    Gambar 4.14 (a) Panel Kontrol, (b) Panel Circuit Breaker,

    (c)-(d)-(e) Panel Proteksi Relay

    Di dalam ruangan ini terdapat juga ruang pencatu daya tegangan DC yang

    disimpan dalam baterai. Tegangan DC yang tersimpan akan digunakan sebagai

    cadangan listrik misalnya jika tegangan sistem yang menyuplai ruang kontrol untuk

    panel-panel listrik dan relai yang mati.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 44

    4.2.1.10 Ground Resistor

    Ground Resistor adalah resistor yang dipasang antara titik netral trafo dengan

    pentanahan yang berfungsi untuk memperkecil arus gangguan. Resistor ini dipasang

    pada titik netral trafo yang dihubungkan dengan wye (Y). Neutral Ground Resistor

    (NGR) yang digunakan di PT Chevron Pacific Indonesia adalah sebesar 20 ohm.

    (a) (b)

    Gambar 4.15 Ground Resistor

    Dalam hal ini ground resistor dihubungkan dengan recloser (sebagai

    pendeteksi jika adanya arus gangguan) serta dengan disconnection switch dan bypass

    switch pada saat perbaikan (maintenance).

    4.2.1.11 Ground Box

    Ground Box merupakan tempat pelindung batang rod yang ditancapkan

    untuk sistem pentanahan yang digunakan pada substation.

    Gambar 4.16 Ground Box

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 45

    4.2.2 Tiang Penghantar

    Penggunaan saluran transmisi udara (Overhead Line) oleh PT Chevron Pacific

    Indonesia memerlukan tiang-tiang untuk menjaga kawat penghantar tetap berada di

    udara dengan tidak mengganggu kehidupan makhluk hidup dan peralatan yang berada

    di dekatnya. Tiang-tiang penghantar ini memiliki konstruksi dan kekuatan mekanik

    yang sesuai dengan kondisi lingkungan.

    Tabel 4.1 Tipe Tiang Penghantar di Daerah Operasi

    PT Chevron Pacific Indonesia

    Tipe Tiang Penghantar Diameter Sudut Belokan Jaringan

    Tipe A (Tangan Pole) 8 inci 0 - 5 13.8 kV

    Tipe B (Small Angle Pole) 8 inci 6 30 13.8 kV

    Tipe C (Large Angle Pole) 12 inci 30 90 13.8 & 115 kV

    Tipe D (Dead And Pole) 12 inci Dilengkapi guy

    wire

    13.8 kV

    Tipe I (I Pole) Disesuaikan - 38.5 115 kV

    Di samping itu, jarak antara tiang bergantung dari besarnya tegangan dan

    kondisi medan yang dilalui oleh jaringan tersebut, yaitu :

    100 m 150 m untuk jaringan 13.8 kV

    175 m 200 m untuk jaringan 44 kV

    400 m untuk jaringan 115 kV

    500 m untuk jaringan 230 Kv

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 46

    4.2.3 Konduktor

    Konduktor adalah alat / media yang dapat menghantarkan listrik. Pada

    transmisi tenaga listrik, konduktor digunakan dalam bentuk kawat. Kawat konduktor

    yang digunakan oleh PT Chevron Pacific Indonesia adalah kawat ASCR (Aluminium

    Conductor Steel Reinforced) padata yang berbentuk lilitan mengelilingi kawat baja

    sebagai intinya dan memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi.

    4.2.4 Isolator

    Isolator adalah alat / media yang tidak dapat menghantarkan listrik,

    disebabkan oleh nilai resistansi yang besar. Dengan kata lain bahwa isolator

    menghambat aliran arus sehingga tidak ada arus yang dapat mengalir melalui isolator.

    Bahan isolator yang digunakan di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia

    adalah porselen.

    Tabel 4.2 Jenis dan Penggunaan Isolator di PT Chevron Pacific Indonesia

    Jenis Isolator Penggunaan

    Isolator Gantung Transmisi tegangan 44 & 115

    kV

    Isolator Pasak Transmisi tegangan rendah

    Isolator Tarik Transmisi tegangan 115

    Isolator Long Rod Untuk daerah berdebu

    4.2.5 Trafo Distribusi

    Pada daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia, trafo distribusi merupakan

    trafo yang digunakan untuk mengubah tegangan distribusi primer (13.8 kV & 4.16

    kV) ke tegangan distribusi sekunder (1100 V, 960 V, 480 V, 220 V, 110 V dan lain-

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 47

    lain). Tegangan distribusi sekunder yang dihasilkan tergantung dari kebutuhan dan

    kepentingan.

    Gambar 4.17 Trafo Distribusi

    4.2.6 Recloser

    Recloser digunakan untuk membuka dan menghubungkan rangkaian listrik

    melalui sebuah pengendali baik pada saat ada gangguan maupun dalam kondisi

    normal. Pada saat gangguan, recloser berfungsi untuk mengisolasi gangguan supaya

    tidak mempengaruhi sistem yang lebih besar, sedangkan pada saat normal, recloser

    ini dapat dipakai untuk memindahkan beban dengan memutus atau menghubungkan

    beban tersebut dari suatu feeder ke feeder lain. Pada umumnya recloser di set 4 kali

    trip atau 3 kali reclose (menutup kembali). Waktu reclose biasanya diatur antara 15,

    30 atau 45 detik.

    (a) (b)

    Gambar 4.18 Recloser (a) di tiang distribusi, (b) proteksi arus lebih phase to ground

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 48

    4.2.7 Load Break Switch (LBS)

    Load Break Switch merupakan peralatan listrik yang digunakan untuk

    memindahkan dan menghubungkan satu jaringan dengan jaringan lainnya dengan

    tujuan menambahkan atau mengurangkan beban pada lokasi jaringan, serta guna

    mengadakan perbaikan jaringan dan peralatannya sehingga jaringan bebas dari

    tegangan listrik.

    Gambar 4.19 Load Break Switch

    4.2.8 Decission Support Center.

    Metode pengendalian jarak jauh (remote control) adalah suatu alat yang

    memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk menjalankan suatu benda, sistem

    ataupun instrumen dengan mengadakan perubahan-perubahan yang dikehendaki

    tanpa menyentuh peralatan atau benda secara langsung. Contohnya : remote televisi,

    remote kunci mobil dan lain-lain.

    DSC merupakan sistem pengontrollan (controlling) dan pengawasan

    (monitoring) jaringan listrik pada remote area dan pengambilan data-data parameter

    jaringan yang terpusat. Daerah instalasi jaringan yang luas memerlukan suatu kontrol

    dan koordinasi yang baik agar semua peralatan yang terdapat dalam sistem dapat

    bekerja simultan dan memuaskan. Sistem kontrol ini diperlukan agar kinerja sistem

    dapat dipantau dari jarak jauh dan dapat meminimalisir gangguan yang terjadi. Sistem

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 49

    ini berfungsi untuk mengendalikan dan memantau sistem ketenagaan listrik di PT

    Chevron Pacific Indonesia.

    Ide pemakaian DSC di PT Chevron Pacific Indonesia berasal dari gagasan

    mantan superintendent PGT, Bapak A.S. Wahjosoedibyo pada tahun 1974. Wujud

    nyata dari gagasan beliau adalah pembelian beberapa buah Gas Turbin yang

    dilengkapi dengan sistem pengendali oleh pabriknya, General Electric Co., yang

    diberi nama GETAC (Getac Electric Telemetring and Control). Pada saat itu alat

    pengendali yang termasuk canggih ini dioperasikan hanya dapat mencakup tiga lokasi

    yaitu Pusat Pembangkit di Minas, Gardu Distribusi di Central Minas dan Gardu

    Transmisi dan Distribusi di North Minas. Semua data dan pengendaliannya diatur

    dari Master Station di Pusat Pembangkit Duri.

    Pada tahun 1979, mantan superintendent Bapak Puguh Soegiharto kembali

    memunculkan ide pemakaian DSC dengan mengundang tim konsultan dari

    perusahaan Macro Engineering, Philadelphia, Amerika Serikat. Tim ini bertugas

    memberikan rekomendasi serta gambaran umum sistem pengendalian untuk

    pengoperasian di PT Chevron Pacific Indonesia. Dikarenakan membutuhkan investasi

    yang besar, maka pengendaliannya mendapatkan perhatian khusus langsung dari

    perusahaan pemegang saham yaitu Chevron & Texaco yang diwakili oleh B. H.

    Steele (mantan asisten Superintendent TDE-PGT) dan J. J. Mason (yang kemudian

    bekerja sebagai tenaga ahli di divisi eksplorasi). Hasil meyakinkan diputuskan dari

    studi kelayakan pada tahun 1985 sehingga pemesanan perlengkapan diwujudkan

    termasuk media komunikasi dan komputer. Pada tanggal 16 Desember 1988

    manajemen PT Chevron Pacific Indonesia meresmikan pemakaian Master Station

    pada proyek DSC.

    Komponen utama sistem DSC yang digunakan adalah Master Station, Remote

    Terminal Unit, dan media komunikasinya. Pusat pengendalian dan pemantauan

    master station berada di Distrik Duri yakni PGT Head Office. Lewat master station,

    operator dapat memantau kinerja feeder-feeder yang menyuplai beban. Dengan

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 50

    sistem software tertentu, operator dapat mengetahui berapa daya yang dipakai, arus di

    suatu feeder, frekuensi sistem, dan operasi Circuit Breaker di seluruh lokasi.

    Di Master Station ini terdapat mimic board atau papan status yang berfungsi

    untuk memperlihatkan secara keseluruhan sistem interkoneksi listrik di PT Chevron

    Pacific Indonesia serta dilengkapi dengan lampu-lampu indikator. Apabila CB

    bekerja dengan baik maka lampu indikator akan berwarna merah sedangkan apabila

    CB dalam kondisi terbuka, lampu indikator akan menjadi hijau dan juka CB

    dinonaktifkan dalam selang waktu tertentu, maka lampu indikator tidak menyala.

    Penandaan lampu indikator berkedip-kedip menandakan terjadi distorsi pengiriman

    sinyal dari sistem di lapangan ke Master Station.

    Gambar 4.20 DSC Room

    Dengan mengamati status pada mimic board, dapat diketahui sistem jaringan

    dari seluruh tegangan yang terpasang lengkap dengan lampu indikator pada setiap

    substation. Pengaturan ini dilakukan agar diproses produksi dapat berjalan dengan

    baik dengan keadaan status suplai energi listrik yang terkendalikan. Jika pada suatu

    substation terjadi trip pada CB, maka RTU akan mengirimkan sinyal ke Master

    Station. Pada saat tersebut alarm akan menampilkan status CB, sehingga operator

    dapat langsung mengetahui lokasi gangguan. Setiap terjadi gangguan akan tercatat di

    logging station. Jika perubahan terjadi secara beruntun dan tidak diketahui

    penyebabnya, operator akan mencetak data serta menganalisanya lebih lanjut.

  • PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

    SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 51

    Dari Master Station, peralatan dapat dikontrol secara otomatis. Apabila terjadi

    gangguan, operator di master station akan menghubungi patroli atau petugas yang

    terdekat dengan lokasi untuk memeriksa keadaan. Rekomendasi dari petugas akan