bab i1 kgd.doc

68
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa yang menyebabkan terjadinya banyak korban gawat darurat disertai rusaknya infrastruktur. Manusia sebagai makhluk yang unik antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam pengangkatan korban gawat darurat pun diperlukan il;mu dan keterampilan terstandar serta art atau seni agar korban merasa aman. Oleh karena itu, pengangkatan korban gawat darurat membutuhkan cara- cara tersendiri, setiap hari banyak korban gawat darurat diangkat dan ditransportasikan. Pada sis lain banyak pula petugas kesehatan yang menderita cedera karena salah mengangkat, mungkin karena mereka tidak tahu atau mungkin pula karena mereka tidak mau tahu cara mengangkat yang benar. Pada konsisi tertentu keadaan dan cuaca yang menyertai korban gawat darurat amat beraneka ragam dan tidak ada satu rumus pasti bagaimana mengangkat dan memindahkan korban gawat darurat, Tulisan ini bertujuan memberikan garis-garis yang harus diperhatikan saat mengangkat dan memindahkan korban gawat darurat. Minimal pemindahan ketempat yang lebih aman sebelum korban ditransportasikan untuk dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Upload: saepulanwar

Post on 07-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I1 kgd.doc

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa yang menyebabkan terjadinya banyak korban gawat

darurat disertai rusaknya infrastruktur.

Manusia sebagai makhluk yang unik antara satu dengan yang lainnya. Sehingga

dalam pengangkatan korban gawat darurat pun diperlukan il;mu dan keterampilan

terstandar serta art atau seni agar korban merasa aman. Oleh karena itu, pengangkatan

korban gawat darurat membutuhkan cara-cara tersendiri, setiap hari banyak korban

gawat darurat diangkat dan ditransportasikan. Pada sis lain banyak pula petugas

kesehatan yang menderita cedera karena salah mengangkat, mungkin karena mereka

tidak tahu atau mungkin pula karena mereka tidak mau tahu cara mengangkat yang

benar.

Pada konsisi tertentu keadaan dan cuaca yang menyertai korban gawat darurat

amat beraneka ragam dan tidak ada satu rumus pasti bagaimana mengangkat dan

memindahkan korban gawat darurat, Tulisan ini bertujuan memberikan garis-garis

yang harus diperhatikan saat mengangkat dan memindahkan korban gawat darurat.

Minimal pemindahan ketempat yang lebih aman sebelum korban ditransportasikan

untuk dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Menentukan Perlunya Rujukan. Kebanyakan korban gawat darurat trauma dapat

dilakukan tindakan di rumah sakit setempat. Dalam menentukan rujukan penting

diketahui kemampuan petugas kesehatan dan rumah sakit yang akan menerima

rujukan. Bila sudah diputuskan dirujuk dengan menunda-nunda rujukan dengan

melakukan tindakan diagnostic (missal : DPL, CT Scan dsb). Waktu sangatlah

penting dari mulai kejadian sampai dilakukan terapi difinitif.

Semakin banyak pertumbuhan kendaraan bermotor dijalan raya, berbanding lurus

dengan peningkatan terjadinya jumlah kecelakaan kendaraan bermotor. Saat dijalan

kita tidak pernah bisa menghindar jika memang sedang apes mengalami kejadian

kecelakaan walaupun kita sudah sangat berhati-hati sekalipun, tapi belum tentu

pengendara lain akan berperilaku sama seperti anda di jalan.

Page 2: BAB I1 kgd.doc

2

Saat terjadi kecelakaan aturan sebenarnya dalam menolong korban seharusnya

tidak boleh sembarangan. Sehingga jika anda menemukan terjadinya suatu kecelakaan

atau musibah apapun yang membahayakan nyawa seseorang ada baiknya anda

panggil petugas kesehatan terdekat beserta tim dengan dukungan mobil ambulance

untuk segera dapat membawa korban tersebut. kelemahan kita minimnya fasilitas

menyebabkan hal ini sulit untuk dilakukan. lain halnya dengan dinegara maju seperti

amerika saat kita memanggil 911 otomatis bantuan akan segera datang.

Saat anda berniat menolong, pastikan kondisi sekitar kejadian aman dari bahaya.

Seumpama aman dari lalu lalang kendaraan lalulintas yang lain, pastikan kendaraan

terparkir aman, lihat sekeliling apakah ada tumpahan bensin atau percikan api yang

dapat meledak, pastikan penolong aman jangan sampai niat menolong justru anda

sendiri malah mengalami kecelakaan akibat tidak berhati-hati.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Apa itu system evakuasi medic ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui system evakuasi medic.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat

Darurat.

b. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Evakuasi Medic.

c. Untuk mengetahui dan memahami Lokasi dan Korban.

d. Untuk mengetahui dan memahami Prinsip Transportasi Pasien.

e. Untuk mengetahui dan memahami Standar Kendaraan Pelayanan Medic.

f. Untuk mengetahui dan memahami Tujuan Penggunaan.

g. Untuk mengetahui dan memahami Macam-Macam Transportas.

h. Untuk mengetahui dan memahami Moda Transportasi.

i. Untuk mengetahui dan memahami Transport Evakuasi Emergensi.

j. Untuk mengetahui dan memahami Transport Evakuasi Non Emergensi.

Page 3: BAB I1 kgd.doc

3

k. Untuk mengetahui dan memahami Langkah-Langkah Memindahkan

Pasien.

D. Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Massalah

C. Tujuan

D. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

B. Penilaian Nilai Lokasi dan Korban

C. Memilah atau Memilih Korban (Triase)

D. Prinsip Transportasi Pasien

E. Standar Pelayanan Kendaraan Medic

F. Macam- Macam Transportasi

G. Moda Transportasi

H. Transport Evakuasi Emergensi

I. Transport Evakuasi Non Emergensi

J. Sistem Rujukan

K. Langkah-Langkah Untuk Mencegah Cedera Saat Memindahkan Pasien

L. Hal yang Harus Dilakukan Ketika Korban di Transportasi

M. Definisi Kasus Trauma

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 4: BAB I1 kgd.doc

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Evakuasi adalah usaha memindahkan korban dari tempat yang berbahaya ke

tempat yang lebih aman dan dilakukan tindakan lebih lanjut.

System Evakuasi Medic adalah Bentuk layanan transportasi yang ditujukan dari

pos komando, rumah sakit lapangan menuju ke rumah sakit rujukan atau transportasi

antar rumah sakit, baik dikarenakan adanya bencana yang terjadi di rumah sakit,

dimana pasien harus di evakuasi ke rumah sakit lain. Pelaksanaan evakuasi tetap

harus menggunakan sarana yang terstandar memenuhi kriteria-kriteria yang suah

ditentukan berdasarkan standar pelayanan rumah sakit.

Suatu proses usaha memindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa ataupun

menggunakan bantuan alat.Tergantung situasi dan kondisi lapangan. Dengan cara ini

pasien tetap selamat sampai tujuan, serta kondisi tidak makin buruk.

1. Syarat-syarat evakuasi

a. Korban berada dalam keadaan paling stabil dan memungkinkan untuk di

evakuasi.

b. Korban telah disiapkan/diberi peralatan yang memadai untuk transportasi.

c. Fasilitas kesehatan penerima telah di beritahu dan siap menerima korban.

d. Kendaraan dan pengawalan yang dipergunakan merupakan yang paling

layak tersedia.

2. Beberapa bentuk evakuasi

Page 5: BAB I1 kgd.doc

5

a. Evakuasi darat, dimana para korban harus secara cepat dipindahkan,

karena lingkungan yang membahayakan, keadaan yang mengancam jiwa,

membutuhkan pertolongan segera, maupun bila terdapat sejumlah pasien

dengan ancaman jiwa yang memerlukan pertolongan.

b. Evakuasi segera, korban harus segera dilakukan penanganan, karena

adanya acaman bagi jiwanya dan tidak bisa dilakukan dilapangan, misal

pasien syok, pasien stres dilingkungan kejadian dan lain-lain. Juga

dilaukan pad pasien-pasien yang berada di linkungan yang mengakibatkan

kondisi pasien cepat menurun akibat hujan, suhu dingin ataupun panas.

c. Evakuasi biasa, dimana korban biasanya tidak mengalami ancaman jiwa,

tetapi masih perlu pertolongan di rumah sakit, dimana pasien akan di

evakuasi bila sudah dalam keadaan baik atau stabil dan sudah

memungkinkan bisa dipindahkan, ini khususnya pada pasien-pasien patah

tulang.

3. Kontrol lalu lintas

Untuk memfasilitasi pengamanan evakuasi, harus dilakukan control lalu lintas

oleh kepolisian, untuk memastikan jalur lalulintas antar rumah sakit dan pos medis

maupun pos komando. Pos medis dapat menyampaikan kepada pos komando agar

penderita dapat dilakukan evakuasi bila sudah dalam keadaan stabil. Maka kontrol

lalu lintas harus seiring dengan proses evakuasi itu sendiri.

B. Penilaian Nilai Lokasi dan Korban

Secara umum penilaian lokasi dan korban diantaranya:

1. Lindungi diri sendiri untuk tindakan pencegahan

2. Nilai apakah lokasi aman untuk penolong dan korban

3. Bagaimana cara / mekanisme cedera

4. Berapa jumlah pasien

5. Apakah dibutuhkan bantuan tambahan / khusus

Adapun langkah-langkah penilaian jika kita akan menolong korban. Maka sangat 

penting untuk melakukan penilaian, baik terhadap keadaan penderita maupun  situasi

dan kondisi secara keseluruhan pada saat itu. Penolong harus melakukan penilaian

dengan  baik sehingga pertolongan kepada korban dapat dilakukan dengan sebaik-

Page 6: BAB I1 kgd.doc

6

baiknya dan memastikan bahwa tidak ada yang terlewat. tentunya pertolongan

bergantung kepada kesimpulan penilaian penolong dalam bentuk analisa apakah

penderita ini tergolong suatu kasus trauma atau kasus medis.

Tindakan penilaian ini terbagi dalam langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penilaian Keadaan

2. Penilaian Dini

3. Pemeriksaan Fisik

4. Riwayat Penderita

5. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut

6. Pelaporan

1. Penilaian Keadaan

Pada saat penolong mencapai tempat kejadian, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah menilai keadaan. Faktor-faktor yang akan mendukung atau

menghambat tindakan pertolongan pertama. Disamping itu perlu juga dinilai

bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap penderita, penolong maupun orang-

orang disekitar tempat kejadian. Pada tahap ini penolong harus melakukan

langkah-langkah pengamanan lokasi, penderita dan dirinya sendiri serta orang-

orang lainnya.

Penilaian lain yang harus dilakukan adalah penentuan bantuan apa yang

diperlukan jika dianggap perlu dan memungkinkan. Dalam melakukan penilaian

keadaan ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu penolong melakukan

analisa yaitu :

a. Bagaimana kondisi saat itu ?

Page 7: BAB I1 kgd.doc

7

Pertanyaan ini ditujukan untuk menilai apa yang sebenarnya sedang

dihadapi seorang penolong, berapa jumlah penderita, bagaimana mekanisme

kecelakaannya, amankah lingkungannya, bagaimana rencana pertolongannya,

apa saja yang bisa dimanfaatkan ? Daftar pertanyaan ini dapat dikembangkan

sesuai dengan pengalaman penolong.

b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?

Kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan mungkin tidak berhenti

sampai disitu saja. Ada kemungkinan bahwa peristiwa ini dapat berlanjut dan

menjadi bahaya bagi berbagai pihak yang ada di sekitar tempat kejadian.

Penolong harus berusaha mengembangkan pengamatannya untuk menemukan

bahaya yang mungkin terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung

bagi penolong, penderita dan orang-orang yang berada disekitar kejadian yang

dapat menjadi penyulit dalam melakukan pertolongan. Bahaya ini dapat

berupa kelanjutan suatu peristiwa atau suatu kejadian yang sama sekali baru.

Beberapa keadaan berbahaya yang mungkin terjadi ditempat kejadian,

misalnya kemungkinan ledakan, hubungan pendek arus listrik, tanah longsor,

perkelahian, kebakaran dan lain-lain.

c. Bagaimana Mengatasinya ?

Pada tahap ini penolong menentukan langkah-langkah untuk

mengamankan keadaan atau ancaman bahaya dan menentukan tindakan

pengamanan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (Safety Plan ).

Penolong juga harus menentukan dukungan apa yang diperlukan termasuk

cara-cara mengatasi keadaan secara sederhana dan cepat, sehingga bantuan

pertolongan yang datang tidak akan mengalami kesulitan, misalnya dengan

memberikan data yang cukup akurat pada saat meminta pertolongan,

memberikan rambu-rambu pada tempat kejadian dan lain-lain.

2. Penilaian Dini

Page 8: BAB I1 kgd.doc

8

Penilaian Dini dilakukan setealah penilaian keadaan dan pada tahap ini

penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa

penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. keadaan yang mengancam

nyawa diantaranya adalah masalah Pernapasan, Kesadaran dan perdarahan berat.

Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem

pernafasan dan sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan

bantuan hidup dasar dan resusitasi ( BHD RJP ).

Langkah-langkah penilaian dini :

a. Kesan Umum

b. Memeriksa Respon

c. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik ( AIRWAY )

d. Menilai pernafasan ( Breathing )

e. Menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat.

f. Hubungi bantuan.

3. Pemeriksaan Fisik

Pada saat melakukan pemeriksaan selalu perhatikan penderita. Adanya

perhatian kepada penderita menunjukkan bahwa kita bertujuan baik dan biasanya

akan memudahkan kita memperoleh data yang diperlukan. Kadang-kadang

penderita tidak mau gangguan atau kelainannya diketahui sehingga pertanyaan

akan dijawab dengan tidak, sehingga data yang diperoleh tidak akurat.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki

dengan teliti.

a. Kepala

Kulit kepala dan tulang tengkorak, termasuk tulang-tulang wajah.

Telinga dan Hidung : Perhatikan adanya cairan bening, darah atau

Page 9: BAB I1 kgd.doc

9

campurannya. Bagi Pelaku Pertolongan Pertama tidak penting untuk

mencari asal cairan tersebut tetapi curigai kemungkinan yang paling berat

yaitu terjadinya cedera tulang tengkorak dan otak, bila mekanisme

cederanya mendukung.

b. Mata

1) Manik mata (pupil) : apakah besar-kecil dan simetris antara kiri

dan kanan ? Umumnya manik mata akan mengecil bila kena

cahaya.

2) Gerakan bola mata : apakah kiri dan kanan sama ?

3) Kelopak mata : apakah bagian dalam kelopak pucat ?

4) Bagian putih mata : apakah ada kelainan ? Adanya warna selain

putih mungkin merupakan suatu tanda adanya penyakit tertentu.

Hal lain yang mungkin ditemukan adalah kemerahan, yang bila

disertai cedera mungkin merupakan tanda perdarahan.

5) Bagaimana refleksinya, normal atau melambat, atau bahkan tidak

ada sama sekali.

6) Pada saat memeriksa mata perhatikan sumber cahaya. Jangan

sampai sinar yang terang mengganggu pemeriksaan kita. Bila

memeriksa ditempat yang terang upayakan untuk melindungi mata

dari sumber cahaya.

c. Mulut

Apakah ada perdarahan, bagian gigi yang patah, benda asing atau

gangguan lain ?

d. Leher

Page 10: BAB I1 kgd.doc

10

Periksalah leher sebelum memasang pelindung leher ( bila dianggap

perlu ). Selain PLNB perhatikan apakah tenggorokan tertarik kesatu

sisi ? apakah ada pembesaran pembuluh darah leher ? Bagaimanakah

perabaan bagian belakang leher ? bila ada luka terbuka pada daerah

leher segera pasang penutup kedap.

e. Dada

Perhatikan tampak luar dari tulang dada, tulang rusuk dan permukaan

kulitnya. Cedera pada daerah dada dapat berakibat cedera pada organ

dalam rongga dada. Bila menemukan adanya PLNB pada daerah dada

perhatikan pernafasan penderita. Pada penderita dengan respon dapat

diminta untuk menarik nafas dalam dan tanyakan apakah ada nyeri.

Pemeriksaan tulang iga dan dada dapat dilakukan dengan merabanya

tetapi hati-hati.

f. Perut

Page 11: BAB I1 kgd.doc

11

Bagian perut merupakan bagian yang paling lemah perlindungannya,

sehingga bila ada ruda paksa didaerah perut besar kemungkinannya

organ dalam perut juga akan mengalami cedera. Periksa PLNB dan

lakukan sesuai dengan kuadran perut sedemikian rupa sehingga tidak

ada bagian yang terlampaui. Periksa ketegangan dinding perut. Khusus

bila ada tanda-tanda ruda paksa didaerah perut, ketegangan dinding

perut dapat menjadi salah satu indikator terjadinya perburukan.

Pemeriksaan perut yang paling penting adalah perabaan dengan

mencari adanya daerah dengan nyeri tekan. Bila penderita mengeluh

adanya bagian yang nyeri maka lakukan perabaan dan bagian yang

nyeri ditekan dengan hati-hati. Bagian yang nyeri diperiksa terakhir.

g. Punggung

Pada penderita trauma pemeriksaan punggung biasanya dilakukan

terakhir, yaitu saat pemindahan penderita ke atas tandu atau papan

spinal. Seperti halnya pemeriksaan di tempat lain, pemeriksaan

dilakukan dengan mencari PLNB walau lebih Mengandalkan palpasi.

h. Panggul

Page 12: BAB I1 kgd.doc

12

Pemeriksaan PLNB pada daerah panggul. Ruda paksa yang paling

sering dialami panggul adalah patah tulang yang berakibat perdarahan

dalam dan dapat berakibat fatal. Jumlah darah yang dapat terkumpul

dalam rongga ini dapat mencapai 2 liter. Salah satu pemeriksaan

sederhanya untuk menilai keutuhan tulang-tulang panggul adalah

dengan menekan bersamaan kedua bagian tulang panggul yang

menonjol atau dengan sedikit memutarkan bagian panggul.

Hindarkan tindakan menggerakkan panggul ini bila sudah ada

kecurigaan cedera tulang belakang. Daerah kemaluan hanya diperiksa

bila perlu. Penderita dengan cedera tulang punggung mungkin akan

mengalami gangguan berkemih dan buang air besar sehingga

pemeriksa mungkin akan menemukan adanya bau pesing atau bau

tinja. Pada pria dengan cedera tulang belakang mungkin akan terlihat

bahwa kemaluannya mengalami ereksi yang dikenal dengan istilah

priapismus.

i. Anggota Gerak (atas dan bawah)

Pada pemeriksaan anggota gerak selain PLNB juga lakukan

pemeriksaan GerakanSensasi Sirkulasi ( GSS ). Gerakan penting untuk

menilai keadaan tulang, otot maupun saraf. Bila mencurigai adanya

patah tulang, termasuk patah tulang punggung maka penderita hanya

diminta untuk menggerakan ujung jarinya saja. Sensasi dilakukan

dengan melakukan perabaan atau cubitan ringan diujung alat gerak.

Cara lain yang dapat dilakukan pada penderita sadar adalah dengan

memegang salah satu jari lalu tanyakan jari apakah yang sedang kita

pegang ?

Page 13: BAB I1 kgd.doc

13

Nadi pergelangan tangan ( nadi radialis ) diperiksa untuk

menentukan sirkulasi pada alat gerak atas. Alat gerak bawah dapat

dinilai sirkulasinya melalui dua pembuluh nadi yaitu nadi punggung

kaki (nadi dorsalis pedis ) dan nadi dibelakang mata kaki sebelah

dalam ( nadi tibialis posterior) : Pada pemeriksaan penderita anak

( kurang dari 6 tahun) perlu dilakukan juga pemeriksaan pengisian

kapiler, yaitu dengan jalan menekan kuku dibagian yang berbatasan

dengan kulit jari.

Lalu dilihat berapa lama bagian yang pucat tersebut menjadi merah

kembali ( umumnya warnanya kembali dalam waktu kurang 2 detik ).

Pada orang dewasa pemeriksaan ini tidak berarti dan hanya dilakukan

pada pemeriksaan korban banyak.

4. Riwayat Penderita

Seperti telah disebutkan pada penilaian terarah bahwa wawancara perlu

dilakukan, baik untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian,

mekanisme kejadian atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat

dilakukan dengan penderita, keluarganya atau saksi mata dan bila dianggap perlu

maka semuanya dapat dimintai keterangannya untuk memperoleh riwayat

penderita yang rinci. Riwayat penyakit ini sangat penting pada kasus medis.

Untuk memudahkan dikenal akronim KOMPAK.

a. K = Keluhan Utama ( gejala dan tanda ).

Sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita, gejala adalah hal-hal yang

hanya dapat dirasakan oleh penderita saja misalnya nyeri, pusing, sakit.

Tanda adalah hal yang dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat,

didengar atau diraba. Saat melakukan Tanya jawab hindari jawaban

“ya” atau “tidak” atau pertanyaan yang jawabannya terarah. Usahakan

memberikan pertanyaan terbuka sehingga penderita memiliki

kesempatan untuk mengekspresikannya.

b. O = Obat-obatan yang diminum.

Tanyakan apakah penderita sedang dalam suatu pengobatan. Mungkin

gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum atau menelan obat

tertentu. Ini sering menjadi suatu petunjuk dalam menghadapi suatu

Page 14: BAB I1 kgd.doc

14

kasus medis. Contohnya adalah seorang penderita kencing manis lupa

minum obat sebelum makan, yang mungkin akan mengalami masalah

akibat kadar gula darah yang tinggi.

c. M = Makanan / Minuman terakhir.

Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada

penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata

penderita kemudian harus menjalani pembedahan di rumah sakit.

Pertanyaan ini juga akan banyak bermanfaat bila menemui kasus

keracunan, terutama racun melalui saluran cerna.

d. P = Penyakit yang diderita.

Riwayat penyakit yang sedang diderita atau pernah diderita yang

mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada

saat ini, misalnya keluhan sesak nafas dengan riwayat gangguan

jantung 3 tahun yang lalu.

e. A = Alergi yang dialami.

Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin

merupakan suatu bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu.

Umumnya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya, dan

sudah mengetahui bagaimana mangatasi keadaan darurat. Kasus alergi

di Indonesia masih agak jarang walaupun kejadiannya makin

meningkat.

f. K = Kejadian.

Kejadian yang dialami penderita, sebelum kecelakaan atau sebelum

timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini. Pertanyaan

ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang kita hadapi

murni trauma atau murni medis atau gabungan keduanya dimana yang

satu menjadi penyebab yang kedua menjadi akibat.

5. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut

Penilaian dan penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa tugas

seorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan secara berkala

sebelum mendapat pertolongan medis. Mungkin mengulang memeriksa dari awal

atau mencari hal yang terlewati.

Page 15: BAB I1 kgd.doc

15

Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali :

a. Keadaan respon

b. Nilai kembali jalan nafas dan perbaiki bila perlu

c. Nilai kembali pernafasan, frekuensi dan kualitasnya

d. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila

waktu memang tersedia.

e. Nilai kembali keadaan kulit, suhu, kelembaban dan kondisinya. Periksa

kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian

yang terlewatkan atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.

f. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum

diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.

g. Nilai kembali pertolongan penderita, apakah sudah baik atau masih

perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan,

pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat

diatasi, dan bagian yang belum terawat.

h. pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman

dan nyaman. Bila penderita belum stabil dan keadaannya cukup parah

maka penilaian kembali dilakukan setiap 5 menit. Bila keadaan

penderita tenang dan stabil maka pemeriksaan diulang setiap 15 menit

sekali. Tidak semua hal tersebut di atas harus dilakukan. Pilihlah

pemeriksaan yang sesuai dengan keadaan penderita, namun tanda vital

sebaiknya tetap diperiksa secara teratur. Pemeriksaan tanda vital

sebaiknya dilakukan sesegera mungkin apalagi bila bekerja secara

kelompok dan pemantauan ini tetap dilakukan selama penderita masih

ditangani. Catat setiap perubahan yang terjadi.

6. Pelaporan

Setelah selesai menangani penderita, apalagi bila penolong melakukannya

dalam tugas maka semua pemeriksaan dan tindakan pertolongan harus dilaporkan

secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.

Dalam laporan sebaiknya dicantumkan :

a. Umur dan jenis kelamin penderita

b. Keluhan utama

Page 16: BAB I1 kgd.doc

16

c. Tingkat respon

d. Keadaan jalan nafas

e. Pernafasan

f. Sirkulasi

g. Pemeriksaan Fisik yang penting

h. KOMPAK yang penting

i. Penatalaksanaan

j. Perkembangan lainnya yang dianggap penting.

Skema Alur Pelayanan Medis di Lapangan

Area Pengumpulan Korban

(Collection Area)

Area Triage

Area Musibah (Triage Area)

Rumah Sakit (IGD) Transportasi Area Area Perawatan

(Care Area)

C. Memilah atau Memilih Korban (Triase)

Pengelompokan yang dijelaskan di atas membutuhkan pengalaman dan

latar belakang medis. Sebagai penolong pertama ada suatu metode sederhana yang

dapat digunakan untuk melakukan triage yang dikenal sebagai sistem START

yang merupakan singkatan dari Simple Triage and Rapid Treatment.

Sistem START mengelompokan korban menjadi 4 kelompok berdasarkan

prioritas perawatan dan harapan hidup korban sesuai kondisi pada saat ini.

Langkah-langkah pelaksanaan START.

1. Langkah pertama korban yang dapat ditunda. Kenali dan kelompokan

para korban yang masih mampu berjalan. Arahkan mereka ke tempat yang

sudah ditentukan. Kelompok ini diberi tanda HIJAU. Biasanya area triage

sudah ditentukan, sehingga korban diarahkan ke sana. Jadi walau mereka

masih mampu berjalan jangan biarkan mereka terpencar. Dalam beberapa

Page 17: BAB I1 kgd.doc

17

keadaan korban dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk ikut

membantu proses pertolongan.

2. Langkah kedua pemeriksaan pernafasan. Sekarang para penolong

menghampiri mereka yang tidak mampu berjalan. Lakukan secara sistematis,

jangan melompat dari satu korban ke korban lainnya, dan jangan

menghabiskan waktu terlalu banyak pada satu korban. Hal pertama yang

dilakukan adalah menilai pernafasan penderita. Buka jalan nafas dan nilai

pernafasannya. Korban yang mampu berjalan dapat dimanfaatkan untuk ikut

membantu mempertahankan jalan nafas pada penderita yang tidak sadar. Bila

korban tidak bernafas buka nafas dengan jalan tekan dahi angkat dagu. Bila

tetap tidak bernafas setelah jalan nafas dibuka maka berikan tanda HITAM.

Jika ia bernafas hitung berapa kali pernafasannya. Bila mencapai 30 kali atau

lebih dalam satu menit berikan tanda MERAH. Jangan hitung selama 30 detik

seperti pada penilaian penderita tetapi cukup selama 5 atau 10 detik saja. ( Bila

menggunakan 5 detik hasilnya dikalikan 12 dan bila menggunakan 10 detik

hasilnya kalikan 6 untuk mendapatkan nilai dalam 1 menit). Bila hasilnya

ternyata kurang dari 30 kali permenit lanjutkan ke langkah ketiga.

3. Langkah ketiga Penilaian sirkulasi. Penolong melakukan penilaian

sirkulasi dengan cara memeriksa pengisian kapiler. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan menekan di atas kuku ujung jari korban, ujung jari di bawah

kuku akan menjadi pucat. Bila tekanan di lepas maka ujung jari akan menjadi

merah kembali. Hitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjadi

merah, bila ternyata 2 detik atau lebih berikan warna MERAH bila kurang

dari 2 detik maka lanjutkan ke langkah keempat. Adakalanya keadaan gelap

sehingga sulit menilai pengisian kapiler. Metode alternatif yang dapat

digunakan khusus pada keadaan ini adalah dengan memeriksa nadi radialis.

Bila tidak ada korban dinyatakan MERAH, bila ada maka dilanjutkan ke

langkah keempat.

4. Langkah keempat Penilaian mental. Bila penolong mencapai tahap ini

maka berarti korban masih bernafas secara adekuat dan perfusinya masih baik.

Pada langkah keempat ini penolong memeriksa status mental korban.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan meminta korban untuk mengikuti

Page 18: BAB I1 kgd.doc

18

perintah sederhana, misalnya “buka mata”, “gerakan jari” dan lainnya.

ketidakmampuan mengikuti perintah sederhana ini berarti bahwa status mental

korban dianggap tidak normal. Korban diberikan label MERAH. Bila ternyata

korban masih mampu mengikuti perintah sederhana maka korban diberi

warna KUNING. Pemeriksaan penderita pada triage ini selesai setelah kita

memberikan tanda triage pada korban . Tindakan selanjutnya setelah

melakukan START adalah segera membawa korban sesuai dengan skala

prioritasnya ke fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan tidak berarti harus

membawa segera dari lokasi, namun pada beberapa keadaan dapat disiapkan

suatu rumah sakit lapangan atau daerah triage, yang merupakan area kemana

para korban dibawa sebelum dievakuasi lebih lanjut ke rumah sakit. Di areal

inilah penilaian penderita dilakukan dengan lebih rinci seperti penilaian

penderita yang dibahas dalam buku ini. Bila ada tenaga yang lebih ahli

maka disini dapat dilakukan triage sekunder atau pemilahan tahap 2. Biasanya

ini dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman. Hasil yang berbeda tidak

menjadi masalah.

D. Prinsip Transportasi Pasien

1. Pasien dalam keadaan stabil (diharapkan tidsk memburuk saat transportasi).

2. Selama merujuk / transportasi harus dilakukan pelayanan optimal (perhatikan

A-B-C) oleh petugas ambulans.

Tujuannya : Meminimalkan terjadinya kematian dan menghindari kecacatan

yang tidak perlu pada pasien gawat darurat.

Prinsip Transportasi pra rumah sakit ialah untuk mangangkut korban gawat

darurat dengan cepat dan aman kerumah sakit atau sarana kesehatan yang sesuai,

tercepat dan terdekat. Sarana angkutan yang umum digunakan ialah kendaraan darat

misalnya dibopong (tree men lift) kuda, motor , becak, mobil, atau AGD. Kendaraan

lewat laut atau air seperti perahu , speedboat atau ambulan sungai. Kendaraan lewat

udara misalnya “Fixed Wing”, Flying Fox misalnya antar bukit atau dari atas ke

tempat yang lebih rendah, dan Helikopter (Rotary Wing).

Pada keadaan bencana , untuk mengatasi korban gawat darurat maka AGD dapat

difungsikan sebagai rumah sakit lapangan dan triase3 lapangan umtuki mengatasi

Page 19: BAB I1 kgd.doc

19

keadaan korban sementara. Sepeda, motor, kuda atau speed boat dapat digunakan

sebagai saran transportasi dan evakuasi khusus bagi Perawat, Bidan dan Tenaga

Kesehatan Lain sebagai penolong yang menuju ke lokasi korban gawat darurat untuk

memenuhi ambulan roda empat atau Helikopter.

E. Standar Pelayanan Kendaraan Medic

Landasan Hukum :

Kepmenkes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan

Pelayanan Medik.

Kepmenkes No 143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang Standarisasi Kendaraan

Pelayanan Medik.

Diperlukan standarisasi perlengkapan umum dan medik pada kendaraan ambulans

AGDT, khususnya untuk keseragaman dan peningkatan mutu pelayaan rujukan

kegawatdaruratan medik.

Yang diatur dalam Kepmenkes adalah jenis kendaraan :

1. Ambulans transportasi

2. Ambulans gawat darurat

3. Ambulans rumah sakit lapangan

4. Ambulans pelayanan medik bergerak

5. Kereta jenazah

6. Ambulans udara

1. Ambulans Transportasi

a. Tujuan Penggunaan

Page 20: BAB I1 kgd.doc

20

Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/

tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak

akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan.

b. Persyaratan Kendaraan :

1) Teknis, kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.

2) Warna kendaraan, putih (DKI warna hijau lapis )

3) Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency,

disamping kanan dan kiri tertulis : ambulans dan logo : bintang

enam biru dan ular tongkat.

4) Ruang penderita mudah dicapai dari tempat pengemudi.

5) Tempat duduk bagi petugas dan keluarga di ruangan penderita.

6) Dilengkapi sabuk pengaman untuk petugas dan penderita.

7) Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya satu

tandu.

8) Ruangan penderita berhubungan langsung dengan tempat

pengemudi.

9) Gantungan infus terletak sekurangnya 90 sm di atas tempat

penderita.

10) Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita.

11) Lampu ruangan secukupnya/bukan neon, dan lampu sorot yang

dapat digerakan.

12) Lemari obat dan peralatan.

13) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air

limbah.

14) Sirine dua nada.

15) Lampu rotator warna merah dan biru, di tengah atas kendaraan.

16) Radio komunikasi dan atau radio genggam di ruang kemudi .

17) Tersedia peta wilayah. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat

berbahasa Indonesia.

18) Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan pemantul sinar.

19) Kendaraan mudah dibersihkan, lantai landai dan batas dinding

dengan lantai tidak menyudut.

Page 21: BAB I1 kgd.doc

21

20) Dapat membawa inkubator transport.

21) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

c. Medis

1) Tabung oksigen dengan peralatannya .

2) Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC.

3) Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa,

dll).

4) Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya.

d. Petugas

1) 1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan

berkomunikasi.

2) 1 (satu) perawat dengan kemampuan PPGD.

e. Tata tertib

1) Sewaktu menuju tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan

rotator.

2) Selama mengangkut penderita hanya menggunakan lampu rotator .

3) Mematuhi semua peraturan lalu lintas.

4) Kecepatan kendaraan maksimum 40 km di jalan biasa, 80 km di

jalan bebas hambatan.

5) Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut

dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu

dan keadaan penderita setiap 15 menit.

6) Petugas memakai seragam awak ambulans dengan identitas yang

jelas.

2. Ambulans Gawat Darurat

a. Tujuan Penggunaan

Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit. Pengangkutan

penderita dawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke

tempat tindakan definitif atau ke Rumah Sakit. Sebagai kendaraan

transport rujukan.

b. Persyaratan Kendaraan

1) Teknis, kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.

Page 22: BAB I1 kgd.doc

22

2) Warna kendaraan : kuning muda .

3) Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency,

disamping kanan dan kiri tertulis : Ambulans dan logo : Star of

Life, bintang enam biru dan ular tongkat.

4) Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang

pengemudi.

5) Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.

6) Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi.

7) Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat.

8) Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien.

9) Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu.

10) Tandu dapat dilipat.

11) Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak

untuk melakukan tindakan.

12) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat

penderita.

13) Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita.

14) Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang

dapat digerakan.

15) Meja yang dapat dilipat.

16) Lemari obat dan peralatan.

17) Tersedia peta wilayah dan detailnya.

18) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air

limbah.

19) Sirine dua nada.

20) Lampu rotator warna merah dan biru.

21) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi.

22) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia.

c. Peralatan rescue.

1) Lemari obat dan peralatan.

2) Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar.

3) Peta wilayah setempat – Jabotabek.

Page 23: BAB I1 kgd.doc

23

4) Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku.

5) Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.

d. Medis

1) Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang.

2) Peralatan medis PPGD.

3) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/

bayi.

4) Suction pump manual dan listrik 12 V DC.

5) Peralatan monitor jantung dan nafas.

6) Alat monitor dan diagnostic.

7) Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa.

8) Minor surgery set.

9) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya.

10) Entonok.

11) Kantung mayat.

12) Sarung tangan disposable.

13) Sepatu boot.

e. Petugas

1) 1(satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi

2) 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD

3) 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS

f. Tata tertib

1) Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan

lampu rotator.

2) Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang

dihidupkan.

3) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

4) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di

jalan bebas hambatan.

5) Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut

dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu

dan keadaan penderita setiap 15 menit.

Page 24: BAB I1 kgd.doc

24

6) Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.

3. Ambulans Rumah Sakit Lapangan

a. Tujuan Penggunaan

Merupakan gabungan beberapa ambulans gawat darurat dan ambulans

pelayanan medik bergerak. Sehari-hari berfungsi sebagai ambulans

gawat darurat.

b. Persyaratan Kendaraan

1) Teknis Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.

2) Warna kendaraan : kuning muda.

3) Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency,

disamping kanan dan kiri atas tanda : Ambulans dan logo : Star of

Life, bintang enam biru dan ular tongkat.

4) Kendaraan menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di

ruang pengemudi.

5) Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.

6) Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi.

7) Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat.

8) Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien.

9) Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu.

10) Tandu dapat dilipat.

11) Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak

untuk melakukan tindakan.

12) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat

penderita.

13) Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita.

14) Lampu ruangan secukupnya, bukan neon dan lampu sorot yang

dapat digerakan.

15) Meja yang dapat dilipat.

16) Lemari obat dan peralatan.

17) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air

limbah.

18) Sirine dua nada

Page 25: BAB I1 kgd.doc

25

19) Lampu rotator warna merah dan biru terletak di atap sepertiga

depan.

20) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi.

21) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia.

c. Peralatan rescue

1) Lemari obat dan peralatan

2) Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar

3) Peta wilayah setempat – Jabotabek dan detailnya

4) Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku

5) Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.

d. Medis

1) Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang

2) Peralatan medis PPGD

3) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/

bayi

4) Suction pump manual dan listrik 12 V DC

5) Peralatan monitor jantung dan nafas

6) Alat monitor dan diagnostik

7) Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa

8) Minor surgery set

9) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya

10) Entonok

11) Kantung mayat

12) Sarung tangan disposable

13) Sepatu boot

e. Petugas

1) 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi

2) 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD BTLS/BCLS

3) 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS

f. Tata tertib

Page 26: BAB I1 kgd.doc

26

1) Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan

lampu rotator

2) Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang

dihidupkan

3) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku

4) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di

jalan bebas hambatan.

5) Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut

dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu

dan keadaan penderita setiap 15 menit.

6) Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.

4. Ambulans Pelayanan Medic Bergerak

a. Tujuan Penggunaan :

Melaksanakan salah satu upaya pelayanan medik di lapangan.

Digunakan sebagai ambulans transport.

b. Persyaratan Kendaraan

1) Teknis Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak.

2) Berbentuk kontainer dan berfungsi sebagai poliklinik.

3) Warna kendaraan : kuning muda.

4) Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency,

disamping kanan dan kiri atas tanda : Poliklinik dan logo : Star of

Life, bintang enam biru dan ular tongkat.

5) Sirine satu atau dua nada.

6) Lampu rotator warna merah dan biru di atap sepetiga depan.

7) Kendaraan berpengatur udara /AC dengan pengendali di ruang

pengemudi.

8) Ruang kerja cukup luas dan atap tinggi sehingga petugas dapat

berdiri untuk melakukan tindakan dan gantungan infus tinggi

sehingga cairan infus dapat menetes dengan lancar.

9) Meja kerja yang dapat dilipat.

10) Tempat duduk petugas di ruang periksa yang dapat diatur/ dilipat.

11) Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan penderita.

Page 27: BAB I1 kgd.doc

27

12) Tempat tidur atau tandu dapat dilipat sekurangnya untuk satu

pasien.

13) Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita.

14) Generator 220/240 Volt AC dengan peralatannya, dan alih

tegangan arus.

15) Lampu ruangan secukupnya, bukan neon dan lampu sorot yang

dapat digerakan.

16) Lemari obat dan peralatan.

17) Kapasitas penyimpanan air bersih 20 liter, wastafel dan

penampungan air limbah.

18) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi.

c. Peralatan rescue

1) Peta wilayah setempat – Jabotabek.

2) Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku

3) Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.

d. Medis

1) Tabung oksigen dengan peralatan.

2) Peralatan medis PPGD (terlampir)

3) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/

bayi

4) Suction pump manual dan listrik 12 V DC

5) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya

6) Sarung tangan disposable

7) Sepatu boot

e. Petugas

1) 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi

2) Perawat berkemampuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan

3) Paramedis lain sesuai kebutuhan

4) Dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS

f. Tata tertib

1) Bila sangat dibutuhkan boleh menghidupkan sirine

Page 28: BAB I1 kgd.doc

28

2) Selama berangkat ke tujuan dan pulang, lampu rotator boleh

dihidupkan

3) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku

4) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di

jalan bebas hambatan.

5) Petugas membuat/ mengisi laporan catatan penderita.

6) Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.

5. Ambulans Gawat Darurat Medic Sepeda Motor

a. Tujuan Penggunaan :

Pertolongan Penderita Gawat Darurat pra Rumah Sakit, sebagai

kendaraan pendahulu.

b. Persyaratan Kendaraan

1) Teknis Kendaraan roda dua, bahan bakar minyak/ bensin

2) Silinder 100 cc atau lebih

3) Warna kendaraan : kuning muda – hijau

4) Tempat duduk dua orang

5) Sirine satu atau dua nada

6) Lampu rotator warna biru

7) Radio komunikasi atau radio genggam

8) Helmet, jaket dengan identitas dibuat dari bahan pemancar cahaya

9) Tanda pengenal tertulis gawat darurat/ Emergency dan logo : Star

of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.

c. Medis

1) Tabung oksigen dengan peralatan.

2) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/

bayi

3) Alat pertolongan luka (terlampir)

4) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya

5) Sarung tangan disposable

6) Sepatu boot

d. Petugas

Page 29: BAB I1 kgd.doc

29

1) 2 (dua) orang perawat berkemampuan PPGD dan yang mempunyai

SIM C sebagai pengemudi.

e. Tata tertib

1) Bila sangat dibutuhkan boleh menghidupkan sirine

2) Selama berangkat ke tujuan dan pulang, lampu rotator boleh

dihidupkan

3) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku

4) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di

jalan bebas hambatan.

5) Petugas membuat/ mengisi laporan catatan penderita.

6) Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.

6. Kereta Jenazah

a. Tujuan Penggunaan

Merupakan kendaraan yang digunakan khusus untuk mengangkut

jenazah.

b. Persyaratan Kendaraan

1) Teknis, kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak

2) Warna kendaraan : hitam, di kanan-kiri bertulis : Kereta Jenazah

3) Dilengkapi sabuk pengaman bagi penumpang

4) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi

5) Lampu ruangan secukupnya, dan lampu sorot yang dapat digerakan

6) Sirine satu atau dua nada

7) Lampu rotator warna merah dan biru

8) Dapat mengangkut sekurangnya satu peti jenazah, dan ada sabuk

pengaman peti jenazah.

9) Ruang jenazah terpisah dari ruang kemudi.

10) Tempat duduk/ duduk lipat bagi sekurang-kurangnya 4 (empat)

orang di samping jenazah.

11) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air

limbah

12) Tanda pengenal kereta jenazah dari bahan pemantul sinar

13) Gantungan karangan bunga di depan, samping kiri dan kanan.

Page 30: BAB I1 kgd.doc

30

14) Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku

c. Petugas

1) 1 (satu) pengemudi yang dapat berkomunikasi

2) 1 (satu) pengawal jenazah atau lebih

d. Tata tertib

1) Sirine hanya digunakan saat bergerak dalam iringan jenazah dan

mematuhi peraturan lalau lintas tentang konvoi.

2) Bila tidak dalam iringan hanya boleh menghidupkan rotator.

3) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.

4) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di

jalan bebas hambatan.

F. Macam-Macam Transportasi

1. Transportasi Pra Rumah Sakit

Adalah persiapan transport pada pasien kritis / gawat darurat merupakan

komponen penting dalam penanganan yang menjadi satu

kesatuan/berkelanjutan.

2. Transportasi Gawat Darurat

Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila

diduga patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.

Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat :

Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang

paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi

pada tutlang tersebut juga paling kuat.

Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga

terutama pada paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha,

bukan dengan punggung.

Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat :

a. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai

beban yang akan

b. diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan

dipaksakan

Page 31: BAB I1 kgd.doc

31

c. Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki

sedikit sebelahnya

d. .Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat

e. Tangan yang memegang menghadap kedepan

f. . Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila

terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm

g. Jangan memutar tubuh saat mengangkat

h. Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong

penderita

3. Transportasi Pasien Kritis

Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu

atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring

dan terapi.

4. Transportasi Intrahospital

a. Masalah yg akan dihadapi adalah bila diperlukan diagnostik

sedangkan peralatannya tdk dapat dipindahkan.

b. Insel et all : melaporkan a high morbidity rate of 13% pd pasien

yg dipindahkan dari OK ke ICU . Perubahan ini dapat terjadi

berhubungan dengan keadaan akut yg terjadi pada saat inhalasi

anestesi.

c. Prinsip dasar untuk transport intra hospital sama dengan

interhospital bahwa transport harus menjamin keamanan petugas,

waktu transport yang minimal, dan menjamin bahwa pelayanan

optimal dan dapat dipertanggung jawabkan oleh dokternya setiap

saat.

G. Moda Transportasi

1. Moda transport yang digunakan tergantung dari kebutuhan klinis dan

perlengkapan / alat trasnport yang tersedia dan jarak transportasi.

2. Semua obat harus dicek terlebih dahulu , perhatikan ada /tidaknya label

sebelum pemberian (obat yang digunakan pada pasien gawat darurat) dan

harus didatakan.

Page 32: BAB I1 kgd.doc

32

3. Pada saat moda transportasi :

4. Stabilisasi tanda vital

5. Jamin jalan nafas terbuka / Secure airway dan iv access

6. Amankan semua kateter terpasang

7. Monitoring sebelum berangkat

H. Transport Evakuasi Emergensi

Emergency Ambulance (Ambulans Gawat Darurat) adalah unit transportasi medis

yang didesain khusus yang berbeda dengan moda transportasi lainnya. Ambulans

gawat darurat didesain agar dapat menangani pasien gawat darurat, memberikan

pertolongan pertama dan melakukan perawatan intensif selama dalam perjalanan

menuju rumah sakit rujukan. Ambulans gawat darurat juga harus memenuhi aspek

hygiene dan ergonomic.Selain itu ambulans gawat darurat juga harus dilengkapi

dengan peralatan yang lengkap dan dioperasikan oleh petugas yang professional di

bidang pelayanan gawat darurat.

Pemindahan korban gawat darurat dapat secara emergensi dan non emergensi.

Pemindahan korban gawat darurat dalam keadaan emergensi contohnya :L

1. Ada api, atau bahaya api atau ledakan

2. Ketidakmampuan menjaga korban gawat darurat terhadap bahaya lain pada

TKP (benda jatuh dsb).

3. Usaha m,encapai korban gawat darurat lain, yang lebih urgen

4. Ingin RJP korban gawat darurat, yang tidak ,ungkin duilakukan ditempat

tersebut.

Pemindahan Emergensi :

a. Tarikan Baju

Kedua tangan korban gawat darurat harus diikat untuk mencegah

naik kea rah kepala waktu baju ditarik. Bila tidak sempat, masukan

kedua tangan dalam celananya sendiri.

b. Tarikan Selimut

Korban gawat darurat ditaruh dalam selimut , yang kemudian

ditarik.

c. Tarikan Lengan

Page 33: BAB I1 kgd.doc

33

Dari belakang korban gawat darurat, kedua lengan paramedic

masuk di bawah ketiak korban gawat darurat, memegang kedua

lengan bawah korban gawat darurat.

d. Ekstrikasi Cepat

Dilakukan pada korban gawat darurat dalam kendaraan yang harus

dikeluarkan secara cepat.

I. Transport Evakuasi Non Emergensi

Apapun cara pemindahan korban gawat darurat non emergensi, selalu ingat

kemungkinan patah tulang leher (servikal) bila korban gawat darurat trauma.

Dalam keadaan ini dapat dilakukan urutan pekerjaan normal, seperti kontrol TKP,

survai lingkungan, stabilisasi kendaraan dan sebagainya.

Pemindahan Non-Emergensi :

Dalam keadaan ini dapat dilakukan urutan pekerjaan normal , seperti control

TKP, survai lingkungan, dan stabilisasi kendaraan.

1. Pengangkatan dan pemindahan secara langsung

Oleh dua atau 3 petugas. Harus di ingat bahwa cara ini tidak boleh

dilakukan bila ada kemungkinan fraktur servikal. Prinsip pengangkatan

tetap harus diindahkan.

2. Pemindahan dan pengangkatan mamakai seprei

Sering dilakukan di rumah sakit. Tidak boleh dilakukan bila ada dugaan

fraktur servikal.

J. Sistem Rujukan

1. Pengertian

Regionalisasi sistem rujukan adalah pengaturan sistem rujukan dengan

penetapan batas wilayah administrasi daerah berdasarkan kemampuan pelayanan

medis, penunjang dan fasilitas pelayanan kesehatan yang terstuktur sesuai dengan

kemampuan, kecuali dalam kondisi emergensi.

2. Alur Sistem Rujukan Regional

a. Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan pelayanan berjenjang di mulai

dari Puskesmas, kemudian kelas C, kelas D selanjutnya RS kelas B dan

akhirnya ke RS kelas A.

Page 34: BAB I1 kgd.doc

34

b. Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat

inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat

rujukan, dilakukan atas pertimbangantertentu atau kesepakatan antara

rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien

c. RS kelas C/D dapat melakukan rujukan ke RS kelas B atau RS kelas A

antar atau lintas kabupaten/kota yang telah di tetapkan

3. Cara transportasi dan rujukan yang baik

a. Dokter yang merujuk

b. Informasi petugas pendamping

c. Dokumentasi

d. Sebelum di rujuk dilakukan stabilisasi

4. Protokol Rujukan

a. Informasi untuk petugas pendamping

1) Pengelolaan jalan nafas

2) Cairan yang telah/ akan diberikan

3) Prosedur khusus yang mungkin diperlukan

4) GCS, resusitasi, dan perubahan-perubahan yang mungkin

terjadidalam perjalanan

b. Dokumentasi, harus disertai dengan penderita

1) Terapi yang telah diberikan

2) Permasalahan penderita

3) Keadaan penderita saat akan dirujuk

4) Sebaiknya dengan fax agar datalebih cepat sampai.

K. Langkah-Langkah Untuk Mencegah Cedera Saat Memindahkan Pasien

Manusia bukan kambing, karena itu pengangkatan penderita membutuhkan cara-

cara tersendiri. Setiap penderita diangkat dan dipindahkan, dan banyak pula petugas

kesehatan yang melakukan pemindahan penderita menderita cedera karena salah

mengangkat, mungkin karena tidak tahu, tetapi mungkin pula karena sikap acuh.

Keadaan cuaca yang menyertai penderita beraneka ragam, dan tidak ada satu rumus

pasti bagaimana mengangkat dan memmindahkan penderita. Tulisan ini bertujuan

memberikan garis-garis besar yang harus diperhatikan pada saat mengangkat dan

memindahkan penderita.

Page 35: BAB I1 kgd.doc

35

1. Jangan sembarangan memindahkan korban!

keinginan kuat untuk menolong terkadang membuat seseorang buru-buru ingin

membawa korban kerumah sakit. banyak kejadian kecelakaan mobil atau motor

dimana korban mengalami cedera/patah tulang belakang ataupun tulang leher

sebagai bagian sistem saraf pusat. Pertolongan terburu-buru dengan mengangak

korban secara serampangan justru dapat memperparah kondisi patahn tulang

tersebut dan akibatnya fatal salah satunya menyebabkan kecacatan pada korban

dan parahnya menyebabkan kematian.

Cara mengangkat dan memindahkan pasien yang benar

2. Menyeret lebih baik dari pada mengangkat!

Jika anda ingin memindahkan korban kecelakaan dari lokasi kecelakaan

karena seumpama berada di tengah jalan atau ada dalam area yang berbahaya.

Maka lebih baik untuk diseret ketimbang anda mengangkat korban. Penyeretan

akan jauh lebih meminimalisasi cedera tambahan ketimbang dilakukan

pengangkatan namun caranya tidak benar. Penyeretan mengurangi resiko leher

terpelintir, patah tulang tertekuk, atau patahan tulang yang runcing sehingga

menusuk organ-organ dalam yang berisiko menimbulkan perdarahan.

3. Membantu menghentikan perdarahan!

Salah satu resiko trauma adalah terjadinya perdarahan jika ada luka. Untuk

menghindari semakin banyak darah yang hilang dimana dapat berisiko terjadinya

Shock karena perdarahan. Sebelum petugas kesehatan datang anda dapat

Page 36: BAB I1 kgd.doc

36

membantu mengurangi perdarahan dengan cara bebat luka atau menekan kuat-

kuat luka dengan kain yang tebal. cara seperti itu dapat membantu korban

mengalami kehilangan banyak darah yang dapat memperburuk kondisinya. Jika

luka terjadi di tangan dan kaki, namun tidak ada kecurigaan patah tulang maka

tinggikan posisi tangan dan kaki diatas jantung untuk mengurangi derasnya aliran

darahnya.

Adapun Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengangkat Korban Gawat

Darurat.

Kita perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengangkat korban gawat darurat,

Situasi ini perlu kita waspadai agar tidak terdapat korban berikutnya serta tidak ada

lagi penambahan luka baru pada korban.

1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita.

2. Nilailah beban yang akan diangkat secara bersama , dan bila merasa tiodak

mampu, jangan paksakan. Selalu komunikasi secara teratur dengan pasangan

kita.

3. Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di depan kaki sebelahnya.

4. Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat. Punggung harus selalu

dijaga lurus.

5. Tangan yang memegang menghadap ke depan.

6. Jarak antara kedua tangan yang memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm.

7. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa, jarak

maksimal tangan kita ke tubuh kita adalah 50 cm.

8. Jangan memutar tubuh saat mengangkat.

9. Hal-hal tersebut juiga berlaku saat menarik atau mendorong korban gawat

darurat.

L. Hal yang Harus Dilakukan Ketika Korban di Transportasi

1. Bila mungkin kabari fasilitas kesehatan yang kita tuju.

2. Lanjutkan perawatan penderita. Pada beberapa keadaan pertolongan yang 

dilakukan di lapangan hanya dilakukan secara cepat, sehingga sebagai

penolong pekerjaan ini harus diselesaikan dalam perjalanan menuju fasilitas

kesehatan.

3. Cari data tambahan bila penderita respons.

Page 37: BAB I1 kgd.doc

37

4. Lakukan penilaian berkala.

5. Periksa Ulang Pembalutan dan pembidaian.

6. Jaga jalan nafas tetap terbuka (airway). Penderita mungkin muntah dan

muntahan ini perlu dibawa contohnya karena mungkin merupakan data yang

diperlukan di rumah sakit. Misalnya pada kasus keracunan makanan.

7. Bercakaplah dengan penderita bila ia sadar.

8. Beritahukanlah kepada supir bila ada hal-hal dalam cara membawanya yang

dapat mempengaruhi keadaan penderita.

9. Bila terjadi henti jantung maka sebaiknya berhenti dan lakukan RJP.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah Draft SOP IGD, antara lain:

1. TRANSPORTASI PASIEN / HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

a. Pengertian:

Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit.

Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam

ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit.

b. Tujuan:

Memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat

keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.

c. Kebijakan:

Sarana transportasi terdiri dari:

1) Kendaraan pengangkut (ambulance)

2) Peralatan medis dan non medis.

3) Petugas (medis/paramedis)

4) Obat-obatan life saving dan life support.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban

bencana adalah:

1) Sebelum Diangkat

a) Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah

ditanggulangi.

b) Perdarahan telah dihentikan

c) Luka-luka telah ditutup

d) Patah tulang telah difiksasi

Page 38: BAB I1 kgd.doc

38

2) Selama perjalanan harus dimonitor

a) Kesadaran

b) Pernafasan 

c) Tekanan Darah

d) Denyut Nadi

e) Keadaan Luka

d. Prosedur:

Memindahkan pasien ke ambulans

1) Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien

sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya,

melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring,

dan kemudian memindahannya ke ambulans.

2) Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang

berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka

proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum

menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi

diselesaikan.

3) Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara

manual dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan

pasien harus diimobilisasi di atas spinal board.

4) Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut

a) Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.

b) Stabilisasi pasien untuk dipindahkan

c) Memindahan pasien ke ambulans

d) Memasukkan pasien ke dalam ambulans

5) Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak

memburuk.

6) Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera

diselesaikan, benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh

balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat

pengangkut pasien.

Page 39: BAB I1 kgd.doc

39

7) Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan

cedera yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada

prinsipnya, kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas

tinggi, segera transpor dengan cepat.

8) Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah

paparan cuaca, dan menjaga privasi.

9) Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali

pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman. Yang pertama

diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau

panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang

digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada.

10) Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu

misalnya pada penggunaan spinalboard dan hanya bisa diletakkan

di atas tandu/usungan ambulans (ambulance stretcher),maka

disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah

pasien tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak.

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi

1) Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang

sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas

usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan

nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran

yang cukup saat diletakkan di atas usungan.

2) Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa

pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu

pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda

usungan brgerak saat ambulans tengah melaju.

3) Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans,

pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan. Perubahan posisi

di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan

kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak

memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery

(miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage

Page 40: BAB I1 kgd.doc

40

cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada

kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport

dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai

dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus

tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus

diikat erat ke usungan.

4) Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat

keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke

ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat

menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat

mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan

nyeri.

5) Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika

kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung,

letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras

sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu

membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan

papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.

6) Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi

sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka

semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang

tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan

tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan

alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.

7) Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun

dapat menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulans.

Periksa setiap perban untuk memastikan keamanannya. Jangan

menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat

dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.

8) Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur

selama pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain mitella

yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat

Page 41: BAB I1 kgd.doc

41

traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap

terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi

bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.

9) Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.

Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa

pergi ke rumah sakit,biarkan mereka menumpang di ruang

pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi

proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk

pengamannya.

10) Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau

barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang

tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda

bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang

dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

11) Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa

pasien ketika dinaikkan ke ambulans. Ucapkan beberapa patah kata

dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat

bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk

menenangkan pasien anak yang ketakutan. Senyum dan nada suara

yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi

perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang

ketakutan.

12) Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap

diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai

perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah

pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan

pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien,

bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan

selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda

transportasi pasien ke rumah sakit.

Perawatan Pasien selama Perjalanan

Page 42: BAB I1 kgd.doc

42

1) Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika

usaha bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum

memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur tersebut

harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan

pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan

emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk

mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial

assesment) pasien.

2) Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar

dan Anda telah mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi

selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari

informasi baru dari pasien.

3) Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign.

Peningkatan denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat

menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan

perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi segera

setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital

sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk

pasien stabil.

4) Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan

informasi hasil pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah

Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.

5) Periksa ulang perban dan bidai.

6) Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-

cakap terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang

ketakutan.

7) Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk

menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan

memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk

menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti

jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui adanya

henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika Anda

Page 43: BAB I1 kgd.doc

43

memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di antara

matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko

tinggi mengalami henti jantung.

8) Memindahkan Pasien Ke Unit Gawat Darurat

a) Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan

lisan atas kondisi pasien Anda. Beritahu setiap perubahan

kondisi pasien yang telah Anda amati.

b) Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan

laporan perawatan pra rumah sakit.

c) Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah

sakit.. Jika benda-benda berharga pasien dipercayakan

penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf

UGD yang bertanggung jawab.

d) Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah

kepada dokter atau perawat UGD apakah layanan anda

masih dibutuhkan.

M. Definisi Kasus Trauma

Yang dimaksud dengan korban trauma adalah korban yang mengalami gangguan

fisik, yaitu berupa benturan dengan benda keras. Penyebab terjadinya benturan bisa

bermacam-macam, seperti jatuh, kejatuhan benda, atau kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan tingkat cideranya, korban trauma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

trauma ringan (non significant) dan berat (significant). Korban dikatakan trauma

ringan bila mengalami cidera yang kemungkinan kematian dan cacatnya kecil, seperti

terkilir, luka bakar ringan, terpeleset, dan lain-lain. Korban dikatakan trauma berat

jika kemungkinan kematian atau cacat permanennya besar. Cidera yang

dikelompokkan dalam trauma berat antara lain:

1. terlempar dari kendaraan bermotor yang melaju kencang

2. kecelakaan mobil hingga terbalik

3. jatuh dari ketinggian lebih dari 2 m

4. kecelakaan dengan patah tulang besar (seperti tulang paha)

Page 44: BAB I1 kgd.doc

44

5. kecelakaan banyak penumpang, seorang penumpang meninggal, maka orang

di sebelah orang tersebut dikategorikan trauma berat

6. korban yang tidak sadar dan tidak diketahui mekanisme kejadiannya dianggap

trauma berat.

Penanganan korban trauma sedikit berbeda dengan dengan penanganan korban

medis. Pemberian pertolongan pada korban trauma memerlukan pemeriksaan seluruh

bagian tubuh. pemberian pertolongan juga harus ekstra hati-hati apabila ada indikasi

korban mengalami cidera tulang spinal, yaitu cidera tulang belakang mulai dari tulang

leher hingga tulang ekor. Cidera pada tulang spinal merupakan cidera yang paling

sensitif. Jika penanganannya salah, korban bisa meninggal dunia.

Page 45: BAB I1 kgd.doc

45

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu proses usaha memindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa ataupun

menggunakan bantuan alat.Tergantung situasi dan kondisi lapangan. Dengan cara ini

pasien tetap selamat sampai tujuan, serta kondisi tidak makin buruk.

Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut

penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman

tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.

B. Saran

Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti,

mengetahui tentang System Evakuasi Medic serta tindakan-tindakan yang akan

diambil dalam melakukan tindakan system evakuasi medic yang bermutu dan

bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan

kasus yang terjadi di lapangan / lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan

kesinkronan yang wajar.