bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 metode...

21
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi Ada beberapa pengertian tentang metode demonstrasi yang di jabarkan oleh beberapa para ahli yaitu sebagai berikut: Pengertian Metode Demonstrasi menurut Sumantri dan Permana (2001) yaitu suatu bentuk proses belajar mengajar dengan memperagakan atau menunjukkan sesuatu atau bentuk tiruan sebagai bahan ajar. Menurut Putra (2004), metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan untuk mempertunjukkan proses tertentu. Kemudian metode demostrasi menurut Yamin (2007) adalah suatu cara melaksanakan kegiatan dengan menggunakan alat dengan cara tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana memperlihatkan proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru (Ibrahim dan Syaodih, 2010). Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seseorang instruktur atau guru memperlihatkan suatu proses tindakan atau situasi benda tertentu yang sedang di gunakan untuk mempelajari materi pelajaran baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan. 2.1.1.1 Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi Jika dijabarkan dari pengertian Sumantri dan Permana (2001), metode demonstrasi berkenaan dengan tindakan- tindakan atau prosedur yang harus dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya, komponen komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu

Upload: dinhtuong

Post on 06-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Demonstrasi

Ada beberapa pengertian tentang metode demonstrasi yang di jabarkan

oleh beberapa para ahli yaitu sebagai berikut: Pengertian Metode Demonstrasi

menurut Sumantri dan Permana (2001) yaitu suatu bentuk proses belajar mengajar

dengan memperagakan atau menunjukkan sesuatu atau bentuk tiruan sebagai

bahan ajar. Menurut Putra (2004), metode demonstrasi adalah cara penyajian

pelajaran dengan memertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan

untuk mempertunjukkan proses tertentu. Kemudian metode demostrasi menurut

Yamin (2007) adalah suatu cara melaksanakan kegiatan dengan menggunakan alat

dengan cara tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Metode demonstrasi

merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana memperlihatkan

proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak

guru (Ibrahim dan Syaodih, 2010).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode

demonstrasi adalah cara mengajar dimana seseorang instruktur atau guru

memperlihatkan suatu proses tindakan atau situasi benda tertentu yang sedang di

gunakan untuk mempelajari materi pelajaran baik dalam bentuk sebenarnya

maupun dalam bentuk tiruan.

2.1.1.1 Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi

Jika dijabarkan dari pengertian Sumantri dan Permana (2001), metode

demonstrasi berkenaan dengan tindakan- tindakan atau prosedur yang harus

dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan dan

menggunakannya, komponen – komponen yang membentuk sesuatu,

membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat

kebenaran sesuatu

8

Menurut Sumantri dan Permana (2001), tujuan penggunaan metode

demonstrasi yaitu:

1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus di miliki peserta didik atau

dikuasai peserta didik

2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik

3. Mengembangkan kemempuan pengamatan pandangan dan penglihatan para

peserta didik secara bersama - sama.

2.1.1.2 Alasan penggunaan

Terdapat beberapa alasan mengapa seorang guru menggunakan metode

demonstrasi menurut Sumantri dan Permana (2001), yaitu:

a. Tidak semua topik dapat terang melalui penjelasan atau diskusi.

b. Sifat pelajaran yang menuntut diperagakan.

c. Tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi lemah

dalam auditif dan motorik ataupun sebaliknya.

d. Memudahkan mengajarkan suatu cara kerja/prosedure.

2.1.1.3Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan metode demonstrasi

menurut para ahli, yang pertama menurut Sumantri dan Permana (2001), yaitu:

a. Kelebihan metode demonstrasi:

1. Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit dan menghindari

verbalisme.

2. Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran.

3. Proses pelajaran akan lebih menarik.

4. Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya

sendiri.

5. Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat di lakukan dengan

menggunakan metode yang lain.

b. Kekurangan metode demonstrasi:

1. Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

2. Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus di

kondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.

9

3. memerlukan waktu yang banyak

4. Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.

Dengan menggunakan metode demonstrasi, diharapkan siswa dapat aktif

serta dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui proses

yang dialami siswa secara langsung akan mempengaruhi pemahaman dan hasil

belajar siswa akan meningkat (Sumantri & Permana, 2001).

2.1.1.4 Langkah – langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Demonstrasi

Ada beberapa langkah yang dapat di tempuh dalam memakai metode

demonstrasi menurut Moedjiono dan Dimyati (2009) adalah sebagai berikut:

1. Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi:

� mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan di capai,

� analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi,

� mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu,

� merancang garis – garis besar demonstrasi.

2. Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi:

� mempersiapkan peralatan dan bahan yang di perlukan untuk demonstrasi,

� memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa

mengikuti demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan instruksi

keamanan demonstrasi,

� memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang di sertai penjelasan,

ilustrasi dan pernyataan.

3. Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi:

� diskusi tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja di

demonstrasikan,

� memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala

hal yang telah didemonstrasikan.

Langkah – langkah pembelajaran menggunakan metode demonstrasi yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

I. Kegiatan awal

• Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran

10

• Guru melakukan apersepsi kepada siswa

• Siswa diminta untuk mengalami sendiri kejadian yang terkait dengan topic

yang akan dibicarakan.

II. Kegiatan inti

1. Orientasi siswa pada topik

• Menyebutkan topic yang akan dipelajari dan tujuan yang akan

dipelajari

• Guru mendemonstrasikan salah satu kegiatan yang berkaitan

mengenai topic yang dipelajari

• Siswa mendiskusikan dan menyimpulkan kegiatan yang telah

didemonstrasikan�

2. Membagi siswa kedalam kelompok dengan pertimbangan kemampuan

akademis yang heterogen

• Guru membagi lembar kerja kelompok kepada siswa

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

• Guru mengontrol pelaksanaan demonstrasi praktikum

• Guru memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran

• Memberi semangat kepada siswa selama proses pembelajaran

• Siswa membuat kesimpulan jawaban yang telah dilakukan selama

praktikum

4. Menyajikan hasil demonstrasi oleh siswa dalam kelompok

• Mempresentasikan hasil demonstrasi kelompok

• Mendiskusikan/memberi tanggapan hasil diskusi kelompok lain

III. Kegiatan akhir

Evaluasi hasil demonstrasi

1. Guru bersama siswa mengkonfirmasi dan atau memberi pengantar

informasi hasil demonstrasi

2. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil demonstrasi

11

3. Guru melakukan penilaian yaitu pada lembar evaluasi per kelompok

2.1.2 Motivasi

2.1.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi menurut Nursalim, dkk (2007) adalah suatu proses untuk

menggiatkan motif atau motif – motif menjadi tindakan atau perilaku untuk

memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan. Motif disini

diartikan setiap kondisi atau keadaan pada diri seseorang atau suatu organisme

yang menimbulkan kesiapan untuk memulai atau melanjutkan suatu atau

seperangkat tindakan atau perilaku.

Menurut Djamarah (2011), motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk

dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan

suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi menurut Ibrahim dan Syaodah

(2010) adalah setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar yang didorong oleh

sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa juga di sebut dorongan atau

kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berada didalam diri individu atau

siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar

menurut Yamin (2007), merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan

dan pengalaman. Pendapat lain tentang motivasi belajar menurut Purwanto (2002)

yaitu suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang

mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang

(incentive).

Jadi, dari beberapa pendapat yang diuraikan, motivasi dapat disimpulkan

yaitu suatu dorongan atau keinginan dalam diri sendiri untuk dapat melakukan

sesuatu. Motivasi dalam penelitian ini dimaksudkan yaitu keinginan/dorongan

dalam diri siswa untuk dapat melakukan sesuatu yaitu kegiatan dalam proses

pengajaran. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengukur motivasi belajar siswa yaitu ada beberapa aspek yang dicantumkan:

1. Aspek intrinsik

a. Perasaan senang

12

• Senang mengikuti pelajaran IPA

• Senang Terhadap guru IPA

b. Kemauan

• Kemauan siswa mengerjakan soal IPA

• Kemauan siswa mengerjakan PR IPA

• Keinginan siswa memiliki nilai baik

c. Kesadaran

• Kesadaran siswa untuk belajar IPA

• Kesadaran siswa untuk mendalami materi

d. Kemandirian

• Kemandirian siswa untuk tidak menyontek

2. Aspek ekstrinsik

Dorongan dari lingkungan sekitar

• Dorongan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik

• Keinginan untuk mendapatkan hadia

2.1.2.2 Jenis - jenis Motivasi Belajar

Menurut Djamarah (2011) jenis motivasi belajar ada 2 yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif – motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam

setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang

telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan

melakukan suatu kegiatan yaang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat di perlukan, terutama belajar

sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan

aktifitas belajar terus – menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik

selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di latar belakangi oleh pemikiran

13

yang positif, bahwa semua mata pelajan yang di pelajari sekarang akan di

butuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa datang.

2. Motivasi ekstrinsik

Yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar di katakana

ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor – faktor

situasi belajar (reside in some factors outsides the learning situation). Anak didik

belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang di

pelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan

dan sebagainya.

2.1.2.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ada beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut

Nursalim (2007) adalah sebagai berikut:

a. Cita – cita atu aspirasi siswa: yaitu tampak pada keinginan anak sejak kecil

seperti keinginan belajar berjalan, membaca, menyanyi, dan sebagainya.

b. Kemampuan siswa: keberhasilan atau kemampuan siswa yang tinggi dalam

menyelesaikan suatu tugas dengan baik, dapat menimbulkan perasaan puas dan

menyenangkan, sehingga perbuatan tersebut akan cenderung di ulangi lagi

olehnya.

c. Kondisi siswa: meliputi kondisi jasmani dan rohani.

d. Kondisi lingkungan siswa: dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.

2.1.2.4 Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

� Ada beberapa peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut

Nursalim (2007) adalah sebagai berikut:

a. Motivasi menentukan penguat belajar: motivasi dapat menentukan hal – hal apa

di lingkungan yang dapat memperkuat perbuatan belajar.

b. Motivasi memperkuat tujuan belajar: suatu proses belajar akan leih mudah

terjadi apabila kita memahami apa tujuan pelajaran itu.

c. Motivasi menentukan ragam kendali rangsangan belajar: motivasi yang di

miliki individu tidak hanya memperjelas tujuan pelajaran yang di ikuti, tetapi juga

14

dapat di gunakan untuk memilih hal – hal mana dari stimulus yang di perolehnya,

yang berkaitan dengan pelajaran tersebut dan mana yang tidak.

d. Motivasi menentukan ketekunan belajar: motivasi menyebabkan seseorang

tekun belajar.

2.1.2.5 Peranan Guru Dalam Motivasi Belajar Siswa

Ada beberapa peranan guru dalam motivasi belajar siswa menurut

Nursalim (2007) adalah sebagai berikut:

a. Mengenal setiap siswa yang di ajarnya secara pribadi, sehingga guru dapat

memberi perlakuan yang tepat bagi tiap siswa.

b. Memperlihatkan interaksi yang menyenangkan sehingga menimbulkan suasana

aman di kelas dan menciptakan suasana sehat di kelas.

c. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara

tepat, sehingga guru dapt mengubah – ubah cara mengajarnya sesuai dengan

suasana kelas.

d. Menjaga suasana kelas agar siswa terhindar dari konflik dan frustasi, sebab hal

tersebut dapat menyebabkan gairah belajar siswa menurun.

e. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya, sehingga

guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai dengan hal – hal yang

di ketahuinya dari setiap siswa itu.

2.1.3 IPA

2.1.3.1 Pengertian IPA

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala – gejala yang ada

di dalam alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip

(Jasin, 2002). Somatowa (2010) juga berpendapat tentang pengertian IPA yaitu

ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi

dialam ini.

IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) yaitu IPA

sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya

pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip – prinsip saja,

tetapi juga merupakan proses penemuan. Jadi pada intinya IPA adalah bagian dari

15

disiplin ilmu yang mempelajari seluruh apa yang ada di alam ini baik benda hidup

atau mati.

2.2.2 Ruang lingkup IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu pembelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP,

2006).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), menyebutkan bahwa ruang

lingkup pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek – aspek berikut:

1. Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu, manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan tumbuhan, serta kesehatan.

2. Benda/ materi, sifat – sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

16

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda –

benda langit lainnya.

2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) 2006, yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari – hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bakal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.4 Belajar

Menurut Slameto (2003), belajar merupakan suatu usaha yang di lakukan

oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Nursalim, dkk (2007), belajar diartikan sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku indidvidu yang relative menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif.

17

Definisi belajar menurut Suryabrata (2002), adalah bahwa belajar

membawa perubahan, dan perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya

kecakapan baru yang terjadi karena usaha. Kemudian definisi belajar menurut

Winataputra (2008) adalah belajar sebagai penambahan, perluasan, dan

pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan.

Berdasarkan pengertian belajar di atas maka dapat di simpulkan bahwa

belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam

bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Dan belajar

merupakan perubahan seluruh tingkah laku suatu organism atau individu sebagai

hasil pengalaman.�

2.1.4.1 Hasil belajar

Hasil belajar (Sudjana, 2010) adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menurut Dimyati dan

Moedjiono (2009), hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua

sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang baik bila di banding pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis – jenis ranah kognitif,

afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terseleksinya bahan pelajaran.

Menurut Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Kemudian hasil belajar

menurut Suprijono (2011) menyatakan bahwa pola – pola perbuatan, nilai – nilai,

pengertian – pengertian, sikap – sikap, apresiasi dan keterampilan.

Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan kecakapan aktual (actual

ability) yang di peroleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu

kemampuan dasar yang berupa disposisi yang di miliki individu untuk mencapai

prestasi. Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan

berbagai cara, salah satunya yaitu dengan melakukan evaluasi. Evaluasi menurut

Sudijono (2008) yang berarti kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk

dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah

18

pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian

inilah yang dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah tes. Bila penilaian

(evaluasi) kita gunakan dalam dunia pendidikan, maka penilaian pendidikan

berarti suatu tindakan untuk menentukan segala sesuatu dalam dunia pendidikan.

Salah satu kegiatan evaluasi yang di lakukan oleh pendidik atau guru dengan cara

melakukan tes.

Tes merupakan cara (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan

penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian

tugas baik berupa pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab (oleh testee), atau

perintah – perintah yang harus dikerjakan sehingga (atas dasar data yang diperoleh

dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah

laku atau prestasi testee dan nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai – nilai

yang dicapai oleh testee lainnya, atau di bandingkan dengan nilai standar tertentu

(Ibrahim dan Syaodih, 2010).

Adapun bentuk – bentuk tes menurut Ibrahin dan Syaodih (2010) adalah tes

bentuk uraian, tes bentuk obyektif dan bentuk melangkapi. Yang pertama, tes

bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraiakan apa

yang terdapat dalam pikirannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.

Tes bentuk uraian terbagi atas dua jenis yaitu: (1) Uraian bebas yaitu tes yang soal

– soalnya harus di jawab dengan uraian secara bebas. (2) Uraian terbatas yaitu tes

yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah terarah.

Kemudian tes yang kedua yaitu tes bentuk obyektif. Tes bentuk ini ada beraneka

ragam jenisnya yaitu: (1) bentuk benar salah yaitu soal dibuat dalam pertanyaan.

Tugas murid menetapkan apakah pernyataan itu benar atau salah. (2) bentuk

pilihan ganda yaitu bentuk soal ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban,

satu diantaranya adalah jawaban yang benar. Tugas siswa adalah memilih jawaban

yang benar itu dari sejumlah kemungkinan (option) yang tersedia. (3) bentuk

menjodohkan yaitu siswa diminta menjodohkan secara tepat setiap butir soal

dengan pasangannya pada kemungkinan jawaban. Dan bentuk tes yang terakhir

adalah bentuk melengkapi yaitu bentuk ini terdiri dari serangkaian

pernyataan/paragraph yang dihilangkan sebagian unsurnya, sehingga tidak

19

lengkap. Kemudian siswa diminta untuk melengkapi kalimat atau paragraph

tersebut.

Ketiga bentuk tes tersebut biasanya sering di gunakan dalam ulangan harian

atau tes formatif, dan tes sumatif. Tes Formatif di maksudkan untuk memantau

kemajuan hasil belajar siswa selama proses belajar berlangsung, dan untuk

memberikan balikan bagi penyempurnaan program belajar – mengajar, serta untuk

mengetahui kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar –

mengajar menjadi lebih baik. Sedangkan Tes sumatif di berikan pada saat satua

pegalaman di anggap selesai. Tes sumatif di berikan dengan maksud untuk

menetapka apakah seorang siswa berhasil mencapai sekumpulan tujuan

pengajaran atau tidak. Tujuan tes sumatif ialah untuk menentukan angka

berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya di pakai sebagai angka

raport.

Bentuk soal tes yang di berikan untuk siswa dalam penelitian ini adalah

soal bentuk pilihan ganda yaitu bentuk soal ini menyediakan sejumlah

kemungkinan jawaban, satu diantaranya adalah jawaban yang benar. Tugas siswa

adalah memilih jawaban yang benar itu dari sejumlah kemungkinan (options)

yang tersedia.

Ada beberapa tujuan dan fungsi dalam penilaian (evaluasi) menurut

Sudijono (2008), yang pertama yaitu tujuan dari penilaian mencakup tujuan

umum dan khusus, yaitu:

a. Tujuan umum

Tujuan umum yang pertama, yaitu untuk menghimpun bahan – bahan

keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau

taraf kemajuan yang di alami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti

proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umun

dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang

akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat

keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan – tujuan kurikuler, setelah

mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah

ditentukan. Kemudian tujuan umum yang kedua yaitu, untuk mengetahui tingkat

20

efektifitas dari metode – metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam

proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua

dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai di manakah

efektifitas mengajar dan metode – metode mengajar yang telah di terapkan atau di

laksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang di laksanakan oleh peserta

didik.

b. Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari evaluasi dalam bidang pendidikan

adalah, yang pertama yaitu untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam

menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin

timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki

dan meningkatkan prestasinya masing – masing. Kemudia tujuan khusus yang ke-

dua yaitu untuk mencari dan menemukan faktor – faktor penyebab keberhasilan

dan ketidak berhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga dapat dicari dan di temukan jalan keluar atau cara – cara perbaikannya.

Yang kedua yaitu fungsi penilaian (evaluasi) yang secara umum ada dua

macam fungsi yang di miliki. Fungsi yang pertama yaitu sebagai alat pengukur

terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat

perkembangan atau kemajuan yang telah di capai oleh peserta didik setelah

mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dan

fungsi penilaian yang kedua yaitu sebagai alat pengukur keberhasilan program

pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh

program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

Menurut Purwanti (2008), prinsip – prinsip penilaian hasil belajar peserta

didik di dasarkan pada data sahih yang diperoleh melalui prosedur dan instrument

yang memenuhi persyaratan dengan mendasarkan diri pada prinsip – prinsip

sebagai berikut:

a. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan

sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,

dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi

kepada peserta didik untuk lebih giat belajar.

21

�� Trasparan/tebuka artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun

dasar pengambilan keputusan harus di sampaikan secara transparan dan di

ketahui oleh pihak – pihak terkait secara obyektif.�

�� Menyeluruh artinya penilaian hasil belajar yang di lakukan harus meliputi

berbagai aspek, kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah

pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif yang di

refleksikan dalam kebiasaan berfikir dan berfikir dan bertindak.�

�� Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian

kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan

psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya di lakukan setelah siswa

menyelasaiakan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses

pembelajaran.�

�� Obyektif, artinya proses penilaian yang di lakukan harus meminimalkan

pengaruh – pengaruh, atau pertimbangan subyektif dari penilai.�

�� Sistematis, artinya penilaian harus di lakukan secara terencana dan bertahap

serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan

belajar sisiwa.�

� Berkesinambungan, artinya evaluasi harus di lakukan secara terus – menerus

sepanjang rentang waktu perjalanan.�

� Adil, artinya dalam proses penilaian tidak ada siswa yang di untungkan atau di

rugikan berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi, agama, budaya, bahasa,

suku bangsa, warna kulit dan gender.�

i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan kriteri

tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Ada beberapa kriteria tes yang baik untuk menilai hasil belajar siswa

menurut Ibrahim dan Syaodih (2010) yaitu harus memenuhi validitas, reliabilitas

dan objektivitas. Pengertian yang sederhana tentang ketiga kriteria tersebut yaitu:

1. Suatu tes di katakana valid jika tes itu mengukur apa yang sesungguhnya ingin

di ukur. Jika suatu tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berhitung,

maka soalnya harus dibatasi pada kemampuan berhitung, jangan menuntut

kemampuan yang lain, seperti kemampuan berbahasa dan sebagainya.

22

2. Suatu tes di katakana reliable jika tes itu memperlihatkan hasil yang sama

(tetap) ketika di berikan pada waktu yang berbeda tehadap individu atau

kelompok yang sama.

3. Suatu tes di katakana objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap

suatu jawaban yang di berikan, sama atau menunjukkan hasil yang sama.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah

bukti usaha yang di capai oleh siswa yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan

sikap seseorang dalam memahami materi pelajaran serta menyelesaikan

permasalahan dan juga kemampuan yang di miliki seseorang setelah menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang di lakukan seseorang setalah

melakukan usaha – usaha belajar. Untuk selanjutnya yang di maksud hasil belajar

dalam penelitian ini adalah hasil tes yang di ambil pada mata pelajaran IPA kelas

IV SD N Trembul Rejo 01 Kec. Ngawen Kab. Blora pada pokok bahasan Energi

panas dan Energi bunyi.

2.2 Kajian Hasil Panelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang di lakukan, berikut ini di kemukakan

beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variable penelitian yang di

lakukan adalah sebagai berikut:

1. Rachmawati (2011) Pengaruh Penggunaan metode demonstrasi pada mata

pelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N karanggeneng 1 Kec.

Kunduran Kab. Blora tahun pelajaran 2010/2011. Hasilnya yaitu: Metode

demonstrasi terhadap hasil belajar IPA pokok bahasan Energi panas dan Energi

bunyi pada siswa kelas IV SD N Karanggeneng 1 Kec kunduran kab, blora

semester II Tahun Pelajaran 2010/2011. Disini kelas IV A sebagai kelas

eksperimen (menggunakan treatmen metode demonstrasi) dan Kelas IV B

sebagai kelas control( tanpa menggunakan treatment). Analisis perbedaan

menggunakan analisis uji t, uji t ini di gunakan untuk mengetahui perbedaan

nilai rata – rata kelas eksperimen dan kelas control. Hasil analisis pada kelas

23

eksperimen perhitungan menunjukkan bahwa nilai T hitung sebesar 3.474 dan

f table sebesar 0.676, jadi T hitung > Ftabel (3.474>0.676), dan nilai

probabilitas (0,001<0,05) maka Ho ditolak, jadi ada perbedaan penggunaan

metode demonstrasi dengan pembelajaran tanpa menggunakan metode

demonstrasi artinya metode demonstrasi berpengaruh positif dalam

pembelajaran terhadap hasil belajar IPA pokok bahasan energy panas dan

energy bunyi pada siswa kelas IV SD N Karanggeneng 1 Kec. Kunduran Kab.

Blora pada semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Asti (2010), Penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi

belajar peserta didik kelas V paa mata pelajaran IPA. Hasilnya yaitu melalui

penelitian, penulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar

dengan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA di kelas V

SD Negri 2 Kalimendong. Hipotesis penelian: dengan menggunakan metode

demonstrasi,maka prestasi b elajar peserta didik kelas V mata pelajaran IPA

semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SD N Kalimendong II, pada pokok

bahasan system pernapasan pada manusia dan system pencernaan pada

manusia akan meningkat. Hasil yang di peroleh dalam penelitian ini adalah

terjadinya peningkatan prestasi belajar peserta didik yang signifikan. Pada

siklus I kondisi awal (pre test) , prestasi belajar peserta didik termasuk dalam

kategori rendah yang di tunjukkan dengan rata – rata nilai 42, sedangkan pada

pembelajaran berikutnya (post test) ditunjukkan dengan nilai rata – rata 76 dan

setelah di lakukan tindak lanjut, rata – rata nilai peserta didik menjadi 79.

Selanjutnya pada siklus II, terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik

yang di tunjukkan dengan rata – rata nilai 83. Dan setelah di lakukan tindak

lanjut rata – rata nilai peserta didik menjadi 84 dengan mencapai ketuntasan

belajar 100%. Dengan demikian metode demonstrasi dapat meningkarkan

prestasi belajar peserta didik kelas V Mata Pelajaran IPA SD N 2

Kalimendong.

3. Rasyim (2011), Upaya meningkatkan hasil belajar IPA tentang

mendeskripsikan sifat- sifat cahaya melalui metode demonstrasi menggunakan

periskop di kelas V SD N 3 Kalisalak UPK Kebasen Banyumas pada semester

24

II Tahun 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA

dengan metode demonstrasi menggunakan periskop hasil belajar siswa

sebelum dilaksanakan penelitian ini nilai rata – rata pada mata pelajaran IPA

hanya 66,42. Pada siklus II nilai rata – rata menjadi 89,13 atau naik 34% dari

kondisi awal. Dengan demikian hasil belajar siswa dengan menggunakan

metode demonstrasi menngunakan periskop mengalami peningkatan.

4. Astuti (2010), Penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA di SD N Jepon 8 Kecamatan

Jepon Kabupaten Blora Semester I tahun ajaran 2009/2010. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada siswa kelas V yang berjumlah 25 anak terjadi

peningkatan ketuntasan hasil belajar terhadap materi organ tubuh dengan

kompetensi dasar mengidentifikasi fungsi organ peredaran darah. .

Peningkatan prestasi belajar tersebut terjadi secara bertahap di mana pada

kondisi awal hanya terdapat lima siswa yang telah tuntas dalam belajarnya,

pada siklus I ketuntasan siswa meningkat 17 siswa yang telah tuntas dan pada

siklus II ketuntasan belajar siswa 100%. Dengan demikian hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode demonstrasi menngunakan periskop mengalami

peningkatan.

5. Adi dan Amrih. 2010. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar IPA pada siswa kelas V di SD gugus Sembodro Kecamatan Kaliwungu,

Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) adanya korelasi

yang tinggi dan sangat signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar, dengan koefisien korelasi 0,795 sig 1 tailed 0,000. Motivasi belajar

menyumbang 63,2% terhadap pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh

faktor lain. Ini berarti, semakin tinggi motivasi belajar siswa maka akan

semakin tinggi pula prestasi belajarnya. (2) Semua aspek dalam motivasi

belajar mempunyai korelasi yang positif dan signifikan terhadap pencapaian

prestasi. Besar sumbangan tiap aspek dalam motivasi belajar sebagai berikut:

(a) motivasi belajar (aspek kesenangan dalam belajar) menentukan 22,37%

terhadap prestasi belajar siswa. (b) Motivasi belajar (aspek kemauan dalam

belajar) memberi sumbangan sebesar 24,50% terhadap pencapaian prestasi

25

belajar. (c) Motivasi belajar ( aspek kecerdasan dalam belajar) menentukan

38,44% terhadap pencapaian prestasi belajar. (d) Motivasi belajar ( aspek

kemandirian dalam belajar) memberi sumbangan 14,21% terhadap pencapaian

prestasi belajar. (e) Motivasi belajar (aspek dorongan untuk belajar dari

lingkungan sekitar) memberi sumbangan 36,72% terhadap pencapaian prestasi

belajar.

6. Atminah (2010) Upaya Pemberian Motivasi Belajar Siswa untuk

Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pembuatan Suatu Karya/Model Pada

Mata Pelajaran IPA Kelas V SD N Wateshaji Kec. Pucakwangi Kab. Pati

Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini adalah terjadi

peningkatan kompetensi membuat suatu karya/model. Peningkatan ketuntasan

prestasi belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi

awal hanya terdapat 6 siswa (28,57%) yang telah tuntas dalam belajarnya,

pada Siklus I melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat

menjadi 21 siswa (100%) yang telah tuntas, dan pada Siklus II melalui 1

pertemuan ketuntasan belajar siswa tetap 100%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pemberian motivasi belajar dapat meningkatkan

penguasaan kompetensi pembuatan suatu karya/model pada mata pelajaran

IPA siswa kelas V SD N Wateshaji Kec. Pucakwangi Kab. Pati Semester II

Tahun Pelajaran 2009/2010.

Dengan melihat hasil penelitian yang relevan di atas maka dapat diketahui

bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

atau dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat di lihat

dengan jelas dengan adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

demonstrasi dengan tanpa menggunakan metode demonstrasi. Dengan demikian

penggunaan metode demonstrasi sangat bermanfaat bagi siswa dalam proses

pembelajaran. Dengan menggunakan metode demonstrasi, siswa setidaknya dapat

dibantu pemahamanya tentang materi yang sebelumnya di anggap sulit, dan

dengan guru menggunakan metode demonstrasi maka siswa akan mudah

memahami materi yang di sampaikan oleh guru. Kemudian motivasi belajar juga

26

mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan adanya motivasi, siswa akan terdorong

untuk mengikuti materi pelajaran walaupun materi itu dianggap sulit.

2.3 Kerangka Pikir

Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pendidikan dapat di lakukan

dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana

pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk

membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajarnya.

Pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi akan mengurangi

kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Melalui

pembelajaran dengan metode demonstrasi, diharapkan semua siswa didalam kelas

aktif dalam mengikugi kegiatan pembelajaran. Dalam metode demonstrasi ini

selain guru menjelaskan materi disini siswa juga akan di buat aktif belajar yaitu

dengan cara memanfaatkan metode demonstrasi. Anak juga akan terlibat dalam

pemecahan masalah dengan berdiskusi kelompok atau dengan temannya.

Sehingga dalam pembelajaran tidak monoton, tetapi dengan siswa di bimbing

guru dapat belajar langsung pada obyek sehingga siswa dapat benar – benar

memiliki pengalaman belajar yang baru.

Dengan Berdasarkan bagan, dapat di jabarkan sebagai berikut yaitu: pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol keduanya sama sama di beri pretest. Dan hasil

dari pretes tersebut tidak boleh ada perbedaan yang signifikan artinya, hasil tes

tersebut harus seimbang antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah

melihat hasil tes kedua kelas tersebut seimbang, kemudian pada kelas eksperimen

menggunakan metode demonstrasi saat diberi perlakuan, sedangkan pada kelas

kontrol hanya menggunakan system pembelajaran yang konvensional. Kemudian

kedua kelas tersebut di beri posttest, dan hasil posttest itu harus ada perbedaan

yang signifikan antara kelas kontrol (tanpa menggunakan metode demonstrasi)

dan kelas eksperimen (menggunakan metode demonstrasi).

27

Bagan 2.1 Kerangka piker

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah di jabarkan di atas,

maka dapat dirumuskan:

Diduga terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar dan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 01 Trembulrejo

Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Semester II tahun pelajaran 2011/2012.

Siswa kelompok kontrol

Terdapat pengaruh terhadap penggunaan metode demonstrasi. Dimana hasil belajar dan motivasi belajar siswa lebih tinggi disbanding kelompok kontrol

Postest ( soal test dan angket motivasi belajar siswa)

Pembelajaran dengan metode demonstrasi

Pretest (soal tes dan angket motivasi belajar)

Siswa kelompok eksperimen

Pretest (soal test dan angket motivasi belajar)

Pembelajaran dengan metode konvensional

Postest(soal test dan angket motivasi belajar siswa)