bab ii tinjauan pustaka 2.1 sejarah dan pengertian...

29
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalisme Jurnalistik (journalistic) secara harfiyah artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” artinya laporan atau catatan, yang berasal dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak. Secara konseptual jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengelolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktifitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis). Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” atau “keterampilanmenulis karya jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara. Yang dimaksud karya jurnalistik adalah berita (news) dan opini (views). Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajianmengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik merupakan ilmu terapan yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. sebagai ilmu, jurnalistik termasuk dalam kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi yang kepada kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. (Asep Samsul, 2004:17-18). Asal muasal lahirnya jurnalisme dalam kehidupan manusia. Kapan jurnalistik ini lahir? Dalam bukunya yang terkenal the elements of jurnalism (new york:2001), Bill Kovach dan Tom Rosentstiel mencatat bahwa pada akhir abad pertengahan, berita datang dalam bentuk lagu dan cerita, dalam belada-balada yang disenandungkan para pengamen keliling. Apa yang mungkin dianggap sebagai jurnalisme modern mulai muncul pada awal abad 17 dan betul-betul lahir

Upload: others

Post on 23-Jul-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalisme

Jurnalistik (journalistic) secara harfiyah artinya kewartawanan atau

kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” artinya laporan atau catatan, yang berasal dari

bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang

diberitakan dalam lembaran tercetak. Secara konseptual jurnalistik dapat dipahami

dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.

Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengelolah, menulis,

dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa.

Aktifitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).

Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” atau “keterampilan” menulis

karya jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan

seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara. Yang dimaksud

karya jurnalistik adalah berita (news) dan opini (views).

Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan

penyebarluasan informasi (peristiwa, opini pemikiran, ide) melalui media

massa. Jurnalistik merupakan ilmu terapan yang dinamis dan terus

berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. sebagai ilmu,

jurnalistik termasuk dalam kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang

mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi

yang kepada kepada orang lain dengan maksud memberitahu,

mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. (Asep Samsul, 2004:17-18).

Asal muasal lahirnya jurnalisme dalam kehidupan manusia. Kapan

jurnalistik ini lahir? Dalam bukunya yang terkenal the elements of jurnalism (new

york:2001), Bill Kovach dan Tom Rosentstiel mencatat bahwa pada akhir abad

pertengahan, berita datang dalam bentuk lagu dan cerita, dalam belada-balada

yang disenandungkan para pengamen keliling. Apa yang mungkin dianggap

sebagai jurnalisme modern mulai muncul pada awal abad 17 dan betul-betul lahir

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

19

dari perbincangan, terutama di tempat publik seperti kafe di Inggris. Surat kabar

pertama muncul dari kafe-kafe di Inggris sekitar tahun 1609, ketika percetakan

mulai mengumpulkan berita perkapalan, gosip, dan argumen politik yang

menyebar dari kafe-kafe dan dicetak secara sederhana di atas kertas. Dalam

catatan lain disebutkan pula bahwa produk jurnalistik pertama berupa surat edaran

bernama Acta Diurna yang terbit di Roma kuno (Romawi) pada 59 sebelum

masehi yang isinya menyajikan peristiwa-peristiwa sosial dan politik. Begitu pula

di Cina, pada masa Dinasti Tang diterbitkan selebaran pendek yang disebut pao

atau laporan yang diterbitkan pejabat pemerintah.produk jurnalistik ini dalam

beberapa bentuk dan sejumlah nama , berlangsung hingga akhir Dinasti Ching

pada tahun 1911. (Zaenuddin HM, 2011:1)

Surat kabar pertama di Indonesia terbit pada zaman pemerintahan Van

Imhoff 7 Agustus 1744 dalam bentuk cetakan yang bernama bataviasche

nouvelles en politique raisonementen. Pada tahun 1929 di zaman pemerintahan

Gubernur Jendral Daendels diterbitkan pula javasche courant. Semua surat kabar

yang terbit pada masa itu menggunakan bahasa Belanda karena wilayah Indonesia

masih dalam koloni atau jajahannya. (Zaenuddin HM, 2011:1-2)

Pelopor pers nasional Indonesia ialah surat kabar medan prijaji yang

pertama kali terbit mingguan pada tahun 1907 dengan pimpinan redaksinya adalah

RM Tirtoadisuryo, dan di berbagai wilayah Indonesia terbit surat kabar yang

terkemuka. Di Jakarta menjelang abad ke 20 terbit Taman Sari dibawah pimpinan

F Wiggers, dan Pemberita Betawi dipimpin J Hendrik. Di Bandung, Raden

Ngabehi TA sejak 1894 memimpin Pewarta Hindia, sedangkan di Semarang, ada

Bintang Pagi dan Sinar Djawa. (Zaenuddin HM, 2011:2-3)

Bagi seorang reporter atau wartawan, khususnya media cetak, baik itu Surat

kabar atau majalah, harus mengetahui apa itu berita? Sebab tugas pokok dari

seorang wartawan adalah mencari berita, menulis atau menyusun berita, kemudian

mengirimkan berita ke media di mana si wartawan tersebut menjadi anggota dari

media tersebut. Dalam pengertian sederhana berita adalah fakta atau informasi

yang ditulis oleh wartawan, dan dimuat di media pers. Baik itu di Surat Kabar, di

Majalah, di Radio ataupun di Televisi. Nothlife, seorang ahli komunikasi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

20

berpendapat: “If a dog bites a man, it is not news. But if a man bites a dog is

news”. Jika seorang anjing menggigit seorang manusia, hal itu bukan berita. Akan

tetapi sebaliknya, jika manusia menggigit anjing itu adalah berita”. Disini menitik

beratkan kepada keanehan, yang mampu menarik perhatian manusia itu

berita.(widodo, 1997:17).

Secara teknis jurnalistik, pengelompokan berita meliputi antara lain; berita

langsung (straight news), berita foto (photo news), berita suasana-berita warna

(colour news), berita menyeluruh (chomprehensive news), berita mendalam

(depth news), berita penafsiran (interpretative news), dan berita penyelidikan

(investigative news). Begitu pula dalam pengelompokan opini, seperti meliputi:

tajuk rencana atau editorial, karikatur, pojok, artikel, kolom, dan surat pembaca.

(Sumadiria, 2011:2).

Untuk memisahkan secara tegas antara berita (news) dengan opini (views),

maka tajuk rencana, karikatur, pojok , artikel, dan surat pembaca di tempatkan di

satu halaman khusus. Inilah yang disebut halaman opini (opinion page). Pemisah

secara tegas berita dan opini tersebut merupakan konsekuensi dari norma dan

etika luhur jurnalistik yang tidak menghendaki berita sebagai fakta objektif,

diwarnai atau dibaurkan dengan opini sebagai pemandangan yang sifatnya

subjektif. (Sumadiria, 2011:3).

2.1.1 Tajuk rencana atau editorial adalah suatu bentuk opini yang lazim

ditemukan dalam surat kabar dan berisikan pendapat, sikap resmi

suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual,

dan konrtoversial yang berkembang dalam masyarakat.

2.1.2 Karikatur diartikan sebagai opini redaksi media dalam bentuk gambar

yang sarat dengan muatan kritik sosial dengan memasukan unsur

humaniora, anekdot, kelucuan, agar siapapun yang melihatnya bisa

tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang dikarikaturkan itu sendiri.

2.1.3 Pojok adalah kutipan pernyataan singkat nara suber atau peristiwa

tertentu yang dianggap menarik atau konversial, untuk kemudian

dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

21

mengusik, menggelitik dan adakalanya reflektif. Tujuannya untuk

“mencubit”, mengingatkan, menggugat, kritis tapi tetap etis.

2.1.4 Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan

aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau

keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Dan lebih banyak

mencerminkan cap pribadi penulis, sifatnya memadat memakna

bandingkan dengan sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar,

dan kolom ditulis inferensial.

2.1.5 Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan

dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya

berisikan keluhan atau komentar pembaca tentang apa saja yang

menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat.

Kini setelah inonesia merdeka, jurnalistik telah mengalami pertubuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Pers Indonesia modern tidak lagi sebagai alat

perjuangan semata, tetapi telah menjadi industri dan lembaga bisnis. Jumlah surat

kabar, majalah, radio, televisi, dan internet nyaris tidak bisa lagi terhitung dengan

jari. Keberadaan media-media cetak dan elektronik serta online berkembang pesat

seiring dengan perkembangan kehidupan masyaraat Indonesia. Jurnalistik atau

berita sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang pada masa sekarang disajikan

secara canggih, kini Indonesia telah memasuki era jurnalisme global dan modern.

(Zaenuddin HM, 2011:3)

2.2 Bentuk-Bentuk Jurnalistik

1. Jurnalistik Media Cetak

2. Jurnalistik Media Elektronik

3. Jurnalistik Media Online

2.2.1 Jurnalisme Media Cetak

Jurnalisme media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda

cetak. Dalam sejarahnya, jurnalistik media cetak adalah bentuk jurnalistik pertama

sebelum munculnya radio, televisi, dan internet. Dari segi format atau ukurannya,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

22

media massa cetak terbagi menjadi berbagai segi. Pertama, format broadsheet,

yakni media cetak yang berukuran surat kabar umum. Di Indonesia hampir

seluruh surat kabar berukran sama karena yang digunakan ukuran standar

internasional. Kedua, format tabloid, yakni media yang ukurannya setengah dari

format broadsheet. Dengan ukuran tersebut, mereka dengan mudah membaca

koran dengan tanpa membua lebar-lebar, yang bisa mengganggu orang di

sebelahnya. Ketiga, format majalah, yakni setengah ukuran tabloid. Pengertian

format ini selain karena ukuran, juga karena halaman demi halaman diikat dengan

kawat (diheker)juga menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal dan

lebih mengkilap bila dibandingkan dengan kertas halaman dalam. Keempat,

format buku, yakni ukuran setengah halaman majalah. (Zaenuddin HM, 2011:3-

4).

Koran, tabloid, dan majalah memiliki perbedaan bukan hanya dari segi

format atau dari ukuran kertasnya saja, melainkan dari jadwal terbit dan isinya.

Koran nasional, sedangkan tabloid dan majalah umumnya terbit seminggu sekali

atau sastu bulan sekali. Ada juga media cetak format tabloid yang terbit dua kali

sepekan (kecuali koran tempo, meski bentuknya tabloid, sesungguhnya koran kran

yang terbit setiap hari). (Zaenuddin HM, 2011:4).

2.2.2 Jurnalistik Media Elektronik

Selain melalui media massa cetak, kita juga mengenal jurnalistik untu media

elektronik khususnya radio dan televisi. Bahkan, kini sudah muncul jurnalisik

yang disiarkan lewat internet yang disebut situs berita atau media online. Dalam

beberapa hal, media elektronik telah mengungguli media cetak, terutama karena

kekuatan audio-visualnya. (Zaenuddin HM, 2011:5).

Televisi kini merupakan media dominan dalam komunikasi massa di seluruh

dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Artinya televisi di masa

modern seperti sekarang telah menjadi primadona media massa yang bisa

merangkum banyak wilayah kehidupan manusia; informasi, hiburan, gaya hidup,

politik, ekonomi, sport, dan budaya, yang dikemas dan dikelola secara bisnis.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

23

Dibanyak negara maju, televisi telahmenjadi media massa yang paling

berpengaruh terhadap perubahan sosial dan budaya. (Zaenuddin HM, 2011:6).

Di Indonesia, jurnalistik media elektronik juga mengalami perkembangan

yang sangat pesat. Pada tahun 1980-an , radio masih memiliki penggemar dan

mejadi teman setia keluarga di desa-desa maupun di kota. Lewat siaran radio,

masyarakat dapat memperoleh informasi setiap saat, melainkan hiburan yang

murah meriah. Kini penggemar semakin menciut dan terspesialisasi karena

masyarakat sudah mulai jarang mendengarkan siaran radio, apalagi siaran berita.

(Zaenuddin HM, 2011:6).

2.2.3 Jurnalistik Media Online

Harus diakui, jurnalistik media online memiliki sejumlah keunggulan

dibandingkan jurnalisik madia cetak. Pertama, berita-berita yang disampaikan

jauh lebih cepat, bahkan dalam beberapa menit dapat di up-date. Faktor kecepata

inilah yang tidak diperoleh lewat media cetak dan media online dapat dibutuhkan

bagi ereka yang ingin mengetahui perkembangan dunia setiap saat, termasu foto-

foto yang menyertai berita tersebut. Kedua, untuk mengakses berita- berita yang

disajikan, tidak hanya dilakukan lewat komputer atau laptop yang dipasang lewat

internet, tetapi lewat ponsel atau HP pun bisa sehingga sangat mudah dan praktis.

Tidak heran bila kalangan profesional yang sibuk dan membutuhkan berita-berita

yang aktual memilih berlangganan media online disamping koran atau majalah.

Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau komentar secara

langsung terhadap berita-berita yang sukai atau berita-berita yang tidak disukainya

dengan mengetik pada kolom komentar yan sudah disediakan. Pembaca dapat

mengekspresikan pikiran dan unek-uneknya jadi pembaca tidak perlu menulis

surat pembaca yang pemuatannya bisa memakan waktu beberapa hari. (Zaenuddin

HM, 2011:8).

Maka dari itu, jika media online dikelola dengan sangat baik dan

profesional, boleh jadi akan menyaingi bahkan menggusur media cetak seperti

koran atau tabloid yang digarap dengan „asal-asalan‟kenyataan ini juga akan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

24

berdampak pada membesarnya minat kalangan muda untuk berkarier di dunia

jurnalistik media online. (Zaenuddin HM, 2011:9).

2.3 Sejarah Dan Perkembangan Sastra Indonesia

Masalah anhkatan sastra tak lepas dari kaitannya dengan penulisan sejarah

sastra Indonesia, atau penulisan sajarah sastra Indonesia itu tak dapat

mengesampingkan pemecahan masalah angkatan dalam Sastra Indonesia. Sejarah

sastra merupakan salah satu dari cabang studi sastra yang oleh Rene Wellek

(1968:39) dipecahkan menjadi tiga: teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra.

Teori sastra berhubungan dengan karya sastra yang kongkret; sedang sejarah

sastra ialah studi sastra yang membicarakan perkembangan sastra sejak lahirnya

sampai perkembangannya yang terakhir. (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:2).

Sastra (kesusastraan) suatu bangsa dari waktu kewaktu selalu mengalami

perkembangan, begitu juga halnya kesusastraan Indonesia, dengan demikian

sejarah sastra itu tak lain dari rangkaian atau jajaran periode-periode sastra.

Pengertian periode disini ialah sebuah bagian waktu yang dikuasai oleh sesuatu

sistem norma-norma sastra, standar-standar, dan konvesi-konveksi sastra yang

kemunculannya, penyebarannya, keberagaman, integrasi dan kelenyapannya dapat

diruntut. Periode-periode sastra ini erat hubungannya dengan angkatan-angkatan

sastra yang menempati periode-periode tersebut. Itulah sebabnya mengapa

masalah angkatan tak dihindari dalam penulisan sejarah sastra Indonesia, ataupun

penulisan-penulisan sastra Indonesia tak lepas dari pembicaraan angkatan dari

periodisasi. Angkatan sastra disini juga tak lain adalah sekumpulan sastrawan

yang hidup dalam satu kurun masa atau menempati suatu periode tertentu. Karena

mereka hidup dalam kurun masa yang sama atau periode tertentu itu, tentulah ada

saling pengaruh hingga mereka mempunyai ide, gagasan, pemikiran, semangat

yang sama atau setidak-tidaknya ada kemiripannya. Dalam biadang kesusastraan,

ide, gagasan, pikiran, semangat itu dituangkan dalam bentuk karya sastra. Karya

sebuah angkatan berupa kumpulan karya sastra itu menunjukan ciri-ciri intrinsik

yang sama, hampir sama, atau mirip. (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:2).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

25

Secara umum kesusastraan Indonesia adalah gambaran dari proses

pertemuan antara nilai-nilai tradisional (nilai-nilai subkultur) dengan nilai-nilai

baru dari kebudayaan baru (barat). Pertemuan nilai-nilai tersebut lebih banyak

terlihat dalam bentuk-bentuk konflik. Didalam sastra indonesia, lebih banyak yang

terlihat (terungkap) arah dari pikiran-pikiran Sutan Takdir Alisyahbana dan

pikiran-pikiran pokok yang terlihat di dalam surat kepercayaan Gelanaggang

Angkatan 45. Hampir seluruh roman-roman Angkatan Balai Pustaka (Dua

Puluhan) mengungkapkan masalah feodalisme. Mempertanyakan dan memberikan

kritik yang pedas terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam sistem feodalisme

tersebut. (Mursal Esten, 2013:56).

Sebelum sebuah angkatan lenyap sama sekali, maka akan mulai tumbuh

benih-benih angkatan baru. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi tertentu

yang menyebabkan lahirnya gagasan sastra baru. Sebelum sebuah angkatan

berakhir, biasanya karena situasi dan kondisi tertentu yang istimewa, maka timbul

gagasan baru yang biasanya didukung oleh sebuah generasi sastra baru yang mulai

menampakan diri. Setelah angkatan baru terintegrasi, akan tampak ciri-ciri sastra

angkatan tersebut akan menjadi dominan dalam kurun masa tersebut. Dengan

demikian, betul-betul sudah ada angkatan baru yang tercermin dalam karya-karya

sastranya yang menunjukan adanya persamaan-persamaan intrinsik karya sastra.

Dalam studi sastra dituntut metode yang sesuai dengan hakikat dan kenyataan

karya sastra itu sendiri, bahwa kesusastraan jangan selalu dikonsepsi hanya

sebagai cermin pasif atau tiruan perkembangan politik, masyarakat, atau bahkan

intelek manusia, sastra hendaknya ditetapkan dengan kreteria sastra yang murni,

dan bila bersamaan dengan perkembangan politik, sosial, artistik, dan sejarah

intelektual, maka tak ada keberatannya. Akan tetapi titik pangkal sastra haruslah

dari perkembangan sastra sebagai sastra. (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:3).

Di dalam puisi, masalah itu akan terlihat dalam bagaimana perkembangan

penghayatan para penyair (di dalam karya puisi-puisi mereka). Terhadap

kemerdekaan. Bergerak dari mulai merindukannya (puisi-puisi M. Yamin dan

Rustam Effendi), mencita-citakan (dalam puisi-puisi Amir Hamzah,J.E.

Tatengkeng, ataupun puisi-puisi Sutan Takdir Alisyahbana), mempersoalkan dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

26

memberontak (dalam puisi-puisi Chairil Anwar), menghayatinya (dalam puisi-

puisi Goenawan dan Sapardi Djoko Damono), sampai kepada bentuk yang lebih

“ekstrim” (dalam puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, dan Hamid

Jabbar).proses perkembangan dan penghayatan terhadap kemerdekaan tersebut

didalam puisi-puisi Indonesia juga memperlihatkan suatu gambaran dari proses

pertemuan dan bantuan-bantuan nilai antara nilai-nilai tradisional (subkultur)

dengan nilai-nilai baru dari kebudayaan yang baru. (Mursal Esten, 2013:58).

Perkembangan sastra Indonesia yang demikian tidak hanya terbatas dengan

tema-tema, amanat karya sastra, serta dalam visi kepengarangan, akan tetapi juga

akan terlihat pengaruhnya terhadap struktur terhadap karya sastra tersebut. Di

dalam perkembangan Sastra Indonesia terlihat kecenderungan untuk

mempertanyakan dan kemudian meninggalkan secara berangsur-angsur nilai-nilai

tradisional untuk menggantinya dengan nilai-nilai yang baru (yang berasal dari

nilai-nilai kebudayaan barat). Pertemuan nilai-nilai banyak berlangsung melalui

proses konflik-konflik. (Mursal Esten, 2013:63).

Kelahiran Kesusastraan Indonesia Modern atau sastra Indonesia modern

adalah tahun 1920 karena disekitar tahun itu secara nyata baru ada karya sastra

dan mengingat bahwa secara resmi telah diakui pada tahun 1908, tahun dimana

lahirnya Budi Utomo (20 mei 1908) sebagai tahun kebangkitan nasional

Indonesia. Oleh karena itu, karya cipta budaya, termasuk sastra, sesudah itu dapat

dianggap secara resmi adalah karya sipta budaya Indonesia modern. (Rachmat

Djoko Pradopo, 1995:58).

Dalam menyusun sejarah sastra Indonesia perlu dibuat deskripsi mengenai

ciri-ciri sastra pada setiap periode yang merupakan ciri khusus yang

membedakannya dengan ciri-ciri periode sebelumnya atau sesudahnya. Maka ciri-

ciri sastra adalah dilihat dari ciri intrinsik dalam struktur karya sastra, baik gaya

bahasa, gaya cerita, alur, penokohan, sarana-sarana sastra seperti pusat

pengisahan, humor. Namun, perkembagan yang demikian bukan saja tidaklah

satu-satunya (sebagaiman yang terkesan selama ini), tetapi seharusnya hanyalah

merupakan satu sisi kecil saja dari perkembangan Sastra Indonesia. Sisi yang lain

yang seharusnya terbentang ialah suatu bentuk sastra yang bermula (berakar)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

27

dari pertemuan berbagai nilai dari berbagai subkultur yang ada di Nusantara ini.

karana Sastra Indonesia merupakan suatu bentuk sastra dari zamannya (zaman

ini), dalam berhadapan dengan nilai-nilai dari berbagai subkultur tersebut tidak

dapat tidak memperlihatkan ekspresi yang baru, dari ekspresi dari masa silam.

Sastra Indonesia yang demikian tidak hanya mengungkapkan (mengandalkan

kepada) adanya konflik-konflik saja, tetapi dapat juga mencari dan menemukan

konsensus-konsensus. Bagaimanapun sastrawan Indonesia berasal dari subkultur

tertentu, memahaminya lebih dari nilai-nilai dari kultur yang manapun. (Mursal

Esten, 2013:64).

Untuk menjadikan subkultur itu menjadi suatu nilai yang baru diperlukan

suatu penghayatan yang baru dan ekspresi yang baru. Diperlukan pula suatu

pemahaman yang luas terhadap nilai-nilai dari subkultur yang lain sehingga suatu

pertemuan pertemuan niali-nilai berpangkal dari suatu proses saling menganal dan

pemahaman. Dengan demikianlah bisa ditemukan konsensus-konsensus. Konsep

sastra berdasarkan alternatif yang demikian tidak hanya terbatas bertolak dari

struktur karya sastra tradisional, tapi yang lebih penting adalah menangkap jiwa

dan makna dari tradisi sastra subkultur (sastra tradisional) yang bersangkutan dan

fungsi dari struktur yang lama dapat dipertahankan, namun juga dapat

dikembangkan. Diberi makna dan fungsi yang baru. Atau makna dan fungsi yang

lama diberi struktur yang telah dikembangkan. (Mursal Esten, 2013:64).

Karya sastra dari waktu ke waktu selalu mendapat tanggapan pembaca,

selalu mendapat penilaian kembali. Sebuah karya sastra tidak tinggal tetap tak

berubah sepanjang sejarahnya. Sebuah karya sastra tak cuma menampakan wajah

yang sama kepada setiap pembaca pada tiap periode. Sebuah karya sastra jauh

lebih menyerupai orkestrasi yang selalu membunyikan suara-suara baru kepada

para pembacanya. Sebuah karya sastra harus dipahami sebagai pencipta dialog,

dan keahlian filologi harus didasarkan pada pembaca kembali teks sastrasecara

terus menerus, bukan hanya didasarkan pada fakta-fakta saja. sejarah sastra

merupakan sebuah proses resepsi dan produksi estetik yang terjadi pada

pelaksanaan teks-teks sastra yang dilakukan terus-menerus oleh pembaca,

kritikus, dan penulis dalam kreativitas sastra. Sejarah sastra yang didasarkan oleh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

28

data-data yang selalu bertambah yang tampak pada sejarah sastra konvensional,

hanyalah merupakan masa lalu yang dikumpulkan dan dikelas-kelaskan saja,

maka itu bukan sejarah sama sekali, melainkan pseudo sejarah. (pradopo,

1995:9).

Kini orang lebih berani menilai diri sendiri, berani mawas diri. Akan tetapi,

sebelum melangkah kesana alangkah baiknya kalau mengetahui dahulu apa yang

disebut kritik dan kritik sastra itu, bagaimana prinsip-prinsipnya, falsafahnya,

fungsinya, jenis-jenisnya, bagaimana hubungan kritik sastra dengan apresiasi

sastra dan lain-lain. (Heri Guntur Tarigan, 2015:186).

Kata kritik yang lazim di pergunakan dalam bahasa Indonesia yaitu berasal

dari bahasa Yunani krinein yang artinya mengamati, membanding, dan

menimbang. Jamalludin Adinugoro mengatakan bahwa “kritik ialah bandingan

dan bendungan”, dan seterusnya mengemukakan bahwa” ... dengan mempunyai

pedoman tata kritik itu (seseorang) dapat membanding segala yang di bacanya,

apa yang di dengarnya dan di lihatnya, bahwa ia dapat membendung pikiran dan

perasaan umum yang simpang-siur itu sesuai batas-batas Ke-Indonesiaannya,

hingga tidak dapat lagi di ombang ambingkan oleh pengaruh yang hendak

membalutnya, tidak lekas lagi ia jatuh gelisah dalam kebingungan karena lenyap

kepribadiannya, melainkan kebal ia menahan segala kritik, ibarat batu karang di

tengah-tengah ombak yang terus-terusan memukulnya...” (Heri Guntur Tarigan,

2015:186). Dari sumber-sumber itu dapat membuat suatu ramuan yang merupakan

batasan sementara sebagai pegangan terhadap kata-kata kritik, mengkritik,

kritikus, yang akan di jelaskan sebagai berikut: (Heri Guntur Tarigan, 2015:188).

Dangan mengambil analogi dan keterangan di atas maka dapat dikatakan

bahwa:

“kritik sastra : ialah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta

perbandingan yang adil terhadap baik buruknya suatu kualitas, nilai, dan

kebenaran suatu karya sastra.” Secara singkat: “kritik sastra ialah pengamatan,

perbandingan, dan pertimbangan baik-buruknya nilai suatu karya sastra”. (Heri

Guntur Tarigan, 2015:188).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

29

Dewasa ini teori struktural dan semiotik merupakan teori kritik sastra

objektif, pada umumnya bahwa ada empat pendekatan terhadap karya sastra,

yaitu: (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:141).

(1) pendekatan memetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam

(kehidupan).

(2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah alat untuk

mencapai tujuan tertentu.

(3) pendekatan ekspresif yang menggap karya sastra sebagai ekspresi, perasaa,

pikiran, dan pengalaman penyair (sastrawan). Dan

(4) pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang

otonom, terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang.

Maka dalam kritik ini yang paling terpenting adalah karya sastra sendiri,

yang khusus dianalisis struktur intrisiknya. (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:141).

Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya

sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran

hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan

kegembiraan dan kepuasan batin. (Purba, 2012:2)

2.4 Unsur-unsur pembentuk karya sastra

Karya sastra dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Puisi ( disusun berdasarkan bait ).

2. Prosa ( disusun berdasarkan paragraf ).

3. Drama ( disusun berdasarkan dialog ).

Unsur-unsur karya sastra terdiri dari Intrinsik dan Ekstrinsik. Intrinsik

terdiri dari tema, diksi, alur, tokoh, latar, sudut pandang dan amanat. Sedangkan

Ekstrinsik terdiri dari daftar riwayat hidup pengarang, latar sosial masyarakatnya,

atau kehidupan sipengarang tersebut. (Purba, 2012:3-4)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

30

2.4.1 Unsur Intrinsik

Intrinsik adalah unsur karya sastra yang mendukung dari dalam (intern)

sebuah karya sastra tersebut. Yang terdiri atas:

a. Tema

Sebuah inti atau pokok pikiran pengarang ke dalam karya sastra tersebut.

b. Diksi

Bahasa yang digunakan merupakan diksi atau pilihan kata yang tepat,

indah, dan mudah dipahami tanpa meninggalkan kesan kata berkonotasi.

c. Alur

Alur atau plot adalah hubungan cerita dari awal sampai akhir secara runtut

sehingga menimbulkan cerita yang runtut. Alur bisa berupa maju, mundur,

atau maju mundur.

d. Tokoh

Penokohan adalah karakteristik watak pelaku dalam cerita tersebut.

e. Latar

Latar atau setting adalah tempat terjadinya peristiwa tersebut di ceritakan.

f. Sudut Pandang

Sudut pandang atau biasa disebut juga point of view adalah cara pengarang

menceritakan tokoh-tokohnya dalam suatu cerita. Sudut pandang hanya

terbagi dua, yaitu sudut pandang orang pertama dan kedua.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan pengarang lewat sebuah

penceritaan tersebut. Biasanya menggunakan bahasa yang tersirat atau

tersembunyi.

2.4.1 Unsur Ekstrinsik

Ekstrinsik adalah unsur karya sastra yang mendukung dari luar (ekstern)

sebuah karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik tersebut , seperti daftar riwayat

hidup pengarang, latar sosial masyarakatnya, atau kehidupan sipengarang

tersebut.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

31

2.5 Pengertian Semiotika Dalam Sastra

Pada umumnya kritik sastra atau apa yang dinamakan kritik sastra di

Indonesia dewasa ini masih menggunakan teori-teori sastra (kritik) yang lama,

yang sudah ketinggalan oleh perkembangan kemajuan studi sastra pada umumnya.

Teori struktural dan semiotik ini merupakan salah satu teori sastra (kritik

sastra)yang terbaru di samping teori estika resepsi dan dekontruksi. Akan tetapi,

teori ini belum banyak dimanfaatkan dalam bidang kritik sastra di Indonesia.

(Rachmat Djoko Pradopo, 1995:140).

Teori Ancangan semiotika, sebagai salah satu alternatif untuk megkaji karya

sastra, muncul sejak perhatian pakar susastra memfokuskan diri pada hubungan

antara penanda dan petanda dalam memahami makna. Kaum formalis Rusia

berpendirian bahwa ada hubungan antara perkembangan karya sastra dan sikap

pembaca terhadap karya sastra itu sendiri. Dalam hal ini nilai susastra terus

menerus berubah sehingga sukar untuk menetapkan sebuah batasan tentang

pengertian susastra itu sendiri. Perubahan inilah yang tampaknya mendominasi

pandangan para formalis Rusia itu. (Puji Santosa, 2013:1)

Penganut faham formalisme Rusia ini sama sekali tidak memahami bahwa

karya sastra merupakan tanda yang memungkinkan terjadinya komunikasi, baik

karya sastra itu sendiri secara otonom, karya sastra dengan pembaca, karya sastra

dengan semesta, maupun karya sastra dengan pengarangnya sendiri. Menurut

anggapan faham ini karya sastra sebagai teks atau naskah adalah tanda yang

mandiri dalam proses komunikasi. Oleh sebab itu karya sastra yang memiliki

kedudukan dalam proses komunikasi akan hilang eksistensinya sebagai karya seni

yang tak mungkin dipahami tanpa diberi makna pembacanya. (Puji Santosa,

2013:1).

Dalam konteks budaya, maka yang kebanyakan terjadi adalah integrasi

“logis-bermakna” sementara dalam sistem sosial yang terjadi lebih kepada

integrasi “kausual-fungsional” melalui analog organik. Hal ini memberi tandas

bahwa penglihatan terhadap kebudayaan bukan bersifat “eksplansi kausualitas”

melainkan sebuah “pencarian makna”, yang menjadikan posisi simbol begitu

urgen, bukan simbol secara abstrak. (Syaiful Arif, 2010:110). Dalam konteks

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

32

sosial, dimana masyarakat menjadikan makna dalam sistem simbol, yang

kemudian membentuk praktek kehidupan. Inilah yang disebut sebagai kebudayaan

untuk memaknai budaya sebagai persoalan semiotik sehingga mengkaji budaya

adalah mengkaji makna. (Syaiful Arif, 2010:111).

Untuk mengatasi terjadinya kemacetan komunikasi dalam merebut makna

karya sastra ini, maka diciptakanlah sebuah ancangan semiotika. Dasar dari

ancangan semiotika ini adalah tanda sebagai tindak komunikasi (teeuw,1982:18).

Berdasarkan pengertian ini maka setiap tanda yang terdapat dalam karya sastra

(baik mengenai tanda atau petandanya) selama masih dapat memungkinkan

terjadinya komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait, terutama insan

susastra, dapat dikategorikan kedalam ancangan susastra semiotika. Bermula dari

bahasa sebagai sistem tanda maka karya sastra yang bermediakan bahasa maka

merupakan sistem semiotika atau sistem tanda. Pengarang pun dalam

mengekspresikan idenya menggukan bahasa, sudah barang tentu pengarang mau

tak mau memanfaatkan semiotika dalam karya sastranya. Jadi sastra merupakan

sistem tanda tingkat keduakarena menggunakan bahasa sebagai bahan dasarnya.

(Puji Santosa, 2013:2). Kata semiotika diurutkan dari bahasa Inggris semiotcs

berpangkal pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan

dan pedoman umum pembentukan istilah (produksi pusat dan pembinaan bahasa)

bahwa orientasi pembentukan istilah itu ada pada bahasa Inggris. Akhiran bahasa

Inggris –ics dalam bahasa Indonesia berubah menjadi –ik atau –ika, misalnya

dialektics berubah menjadi dialektik atau dialektika. Nama lain dari semiotika

adalah semiologi. Keduanya memiliki pengertian yang sama yaitu sebagai ilmu

tenang tanda. Baik itu semiotika atau semiologi berasal dari bahasa Yunani:

semion yang berarti tanda. (Puji Santosa, 2013:3).

Berbicara komponen dasar Semiotika tidak terlepas dari masalah-masalah

pokok mengenai tanda (sign), lambang (syimbol), dan isyarat (signal).

Pemahaman masalah lambang akan mencakup pemahaman masalah penanda

(signifier; signans; signifant) dan pertanda (signified;signatum; signifie). Ketiga

masalah diatas dimasukan kedalam cakupan ilmu semiotika, karena

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

33

memungkinkan terjadinya komunikasi antara subjek dan objek dalam jalur

pemahaman sebagai komponen dasar semiotika. (Puji Santosa, 2013:5).

2.5.1 Tanda merupakan bagian ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal

atau keadaan untuk menerangkan atau memberitahukan objek kepada

subjek. Dalam hal ini, tanda selalu menunjukan pada sesuatu hal yang

nyata, misalnya, benda, kejadian, tulisan, bahasa, tindakan, peristiwa

dan bentuk tanda- tanda yang lainnya. Tanda-tanda tersebut dari dulu

sampai sekarang tetap, tidak berubah dan tanpa penambahan kreativitas

apapun. Jadi, tanda adalah arti yang statis,umum, lugas, dan objektif

2.5.2 Lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman

si subjek kepada objek. Hubungan antara subjek dan objek terselip

adanya pengertian sertaan. Suatu lambang yang selalu dikaitkan dengan

tanda-tanda yang sudah diberi sifat-sifat kultural, situasional dan

kondisional. Misal, pada lambang “Sang Saka Merah Putih” merupakan

lambang kebanggaan bangsa Indinesia. Warna merah diberi secara

situasional, kondisional, dan kultural oleh bangsa Indonesia adalah:

gagah, berani, dan semangat yang berkobar-kobar untuk meraih cita-

cita untuk luhur bangsa Indonesai, yaitu masyarakat adil, makmur

berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Disamping itu warna merah pada

bendera kita melambangkan semangat yang tak mudah dipadamkan,

yakni semangat berjuang dan semangat membangun. Demikian pula

pada warna putih, secara kondisional, situasional, dan kultural diberi

makna: suci, bersih, mulia, luhur, bakti dan kasih sayang. Jadi lambang

adalah tanda yang bermakna dinamis, khusus, subjektif, kias, dan

majas.

2.5.3 Isyarat adalah sesuatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si subjek

kepada objek. Dalam keadaan ini si subjek selalu berbuat sesuatu untuk

memberitahukan kepada si objek yang diberi isyarat pada waktu itu

juga. Jadi isyarat bersifat temporal.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

34

Ketiganya (tanda, lambang, dan isyarat) terdapat nuansa, yakni perbedaan

yang sangat kecil mengenai bahasa, warna, dan sebagainya. (Puji Santosa, 2013:7-

8).

Dalam karya sastra, baik yang berupa puisi, cerita rekaan, maupun drama,

terdapat berbagai macam lambang, antara lain: lambang warna, lambang bunyi,

lambang suasana, lambang nada, dan lambang visualisasi imajinatif yang

ditimbulkan dari tata wajah tipografi. Sebaliknya tanda yang terdapat pada karya

sastra hanya bermanfaat untuk mengenal aspek formal atau bentuk strukturnya.

(Puji Santosa, 2013:7).

2.6 Pengertian Puisi

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Akan

tatapi, arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruaing lingkupnya

menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat

tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang kadang menggunakan

kata-kata kiasa”.(Heri Guntur Tarigan, 2015:3).

Dalam bahasa Inggris padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat

berhubungan dengan kata poet dan kata poem. Kata poet sendiri berasal dari

bahasa Yunani yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Inggris kata poet

ini lama sekali disebut maker. Dalam bahasa Yunani sendiri kata poet diartikan

orang yang mencipta, melalui imajinasinya, orang yang hamper menyerupai

dewa, atau yang sangat suka dengan dewa-dewa. Dia adalah orang yang

berpenglihatan tajam, orang suci, sekaligus merupakan seorang filusuf,

negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. (Heri

Guntur Tarigan, 2015:4).

Puisi didefinisikan sebagai karya tulis dimana bahasa digunakan sebagai

bahan untuk membangun kualitas estetiknya. Penekanan estetika suatu bahasa,

seperti yang penggunaan pengulangan, majas dan rima adalah yang membedakan

puisi dari prosa. Puisi juga bisa disebut sebagai perwujudan imajinasi dari

manusia yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan

curahan dari isi hati seseorang yang membawa keadaan orang lain kedalam

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

35

hatinya. Baris-baris pada penulisan puisi dapat berbentuk apa saja,seperti

melingkar, zigzag dan lain sebagainya. Puisi yang normatif selalu mengikuti

aturan persajakan yang jelas. Puisi seperti ini lebih mudah untuk dinikmati karena

secara struktur begitu teratur. Hal-hal yang seperti ini sesuai dengan pernyataan,

bahwa puisi adalah ekspresi dan pengalaman yang bernilai serta bermanfaat bagi

pembacanya. (burhan fanani, 2016:81).

Dari beberapa keterangan di atas masih lebih bersifat etrimologis terhadap

kata puisi. Unutk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi, kita masih

membutuhkan gambaran tentang puisi, Ralph Waldo Emerson memberi

penjelasan bahwa “ puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa

sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar, dan mencari kehidupan serta

alasan yang menyebabkannya ada, karena bukanya irama melainkan argument

yang membuat iramalah (yaitu idea tau gagasan) yang menjelmakan suatu puisi.

(Heri Guntur Tarigan, 2015:3).

Gambaran puisi penghayatan terhadap kemerdekaan, Puisi Indonesia

Modern adalah suatu bentuk puisi yang baru, yang sebelumnya tidak dikenal

dalam tradisi puisi indonesia asli. Sebagai ana dengan kesusastraan indonesia

modern. Puisi Indonesia Modern juga merupakan bentuk sastra dari hasil

persentuhan dengan tradisi Sastra Asing, terutama kesusastraan perubahan-

perubahan dalam sestruktur, tapi juga dalam tema, sikap, dan visi kepengarangan

perkembangan puisi Indonesia Modern pada hakikatnya merupakan gambaran

perkembangan dari manusia Indonesia Modern. Sebagai mana Indonesia Modern

adalah era baru dari perkembangan manusia Indonesia. Proses perubahan dan

perkembangan itu dengan jelas terlihat dalam bagai mana perkembangan

pengayatan penyair terhadap kemerdekaan. Oleh kepekaan penyair terhadapa

permasalahan agak juga akan merupakan gambaran dari perkembangan

pengayatan terhadap kemerdekaan itu. (Mursal Esten, 2013:2).

Di dalam puisi, salah satu unsur struktur yang penting adalah unsur

musikalitas. Unsur musikalitas berperan membentuk dan membangun suasana di

dalam sebuah puisi. Dengan demikian, sesungguhnya unsur musikalitas didalam

sebuah puisi menyangkut keseluruhan struktur puisi tersebut. Ia juga dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

36

membentuk dan membangun imaji-imaji. Pada fase awal puisi-puisi indonesia

modern (puisi-puisi M. Yamin dan Rustam Effendi) kemerdekaan dilihat sebagai

suatu yang dirindukan, jauh, dan sayup-sayup. Mungkin ada keinginan di

dalamnya tapi belum terlihat perjuangan dan sikap hidup yang menyertainya.

Perkebangan penghayatan para penyair terhadap kemerdekaan tidak hanya dapat

dilihat melalui tema, amanat, dan sikap-sikap kepengaragan saja, tapi bahkan juga

pada perkembangan unsur musikalitas dari puisi-puisi yang mereka tulis. Sejarah

dari perkembangan dan sikap penghayatannya terhadap kemerdekaan. (Mursal

Esten, 2013:4).

2.7 Unsur-Unsur Pembangun Puisi

Pada dasarnya, puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi

(konsep tradisional). Istilah konsep dan isi tersebut oleh para ahli dinamai

berbeda-beda, diantaranya unsur tematik atau semantik dan unsur sintaktik puisi,

tema dan struktur, bentuk fisisk dan bentuk batin, hakikat dan metode. Struktur

fiksi puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait

puisi. Bait-bait puisi itu membangun membangun kesatuan makna di dalam

keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur puisi ini merupakan medium

pengungkap struktur batin puisi. (sukino, 2010:115).

Untuk menulis sebuah puisi,harus mengetahui unsur-unsur pembangun puisi

yang akan diuraikan sebagai berikut: (Burhan Fanani, 2016:82).

2.7.1 Pilihan Kata (Diksi)

Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi)

yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain.

Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. (Burhan Fanani,

2016:82).

Setiap kata yang dipilih dan dipergunakan oleh sang penyair mempunyai

makna dan misi tertentu, baik mengenai ruang maupun mengenai waktu. Semisal

kata-kata klasik yang dipilih dan dipergunakan oleh Sanusi Pane dalam sanjaknya

“ Candi Mendut” seperti: candi, berhala, Bhuda, Bodhisatwa, jiwa, Maya,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

37

Nirwana, meningkatkan kita pada suasana abad ke 8; sedangkan kata-kata

mimbar, pikiran-pikiran dunia, suara-suara kebebasan, teknologi, kampus, tirani,

sangkur baja, panser, bren, barikade, demonstran yng terdapat dalam “tirani”

karya Taufik Ismail, membawa kita kesuasana perjuangan Angkatan 66

menumpas kezaliman dan kediktatoran rezim orde lama. Dengan uraian singkat

inilah dapat ditegaskan betapa pentingnya pilihan kata atau diksi bagi suatu

sanjak. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah,

amanat, efek, dan nada suatu puisi dengan tepat. (Henri Guntur Tarigan, 2015:30)

Secara teoritis, diksi sering dimaknai dengan pilihan kata. Diksi merupakan

serapan dari kata „diction’ yang diartikan sebagai „choise and use of words‟. Diksi

mengandung dua makna. (sukino, 2010:117).

Pertama, pilihan kata merupakan kemampuan membedakan secara tepat

nuansa-nuansa makna sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin

disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai

dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Kedua, pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kosa kata bahasa itu

sendiri. Diksi bukan hanya digunakan untuk menyatakan kata-kata mana

yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga

meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.

Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya,

atau cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari

diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau yang memiliki

nilai artistik yang tinggi. Kesimpulan utama mengenai diksi, (sukino, 2010:117-

118).

(1) Diksi mencakup kesimpulan kata-kata mana yang dipakai untuk

menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata

yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat atau juga

menggukan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

(2) Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna

dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan

bentuk yang sesuai situsi dan nilai rasa.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

38

(3) Pilihan kata yang tepat hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar

kosa kata atau pembendaharaan kata.

Apabila dipandang sepintas lalu maka kata-kata yang dipergunakan dalam

puisi pada umumnya sama jasa dengan kata-kata yang dipergunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Secara kalimah kata-kata yang dipergunakan dalam puisi

dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili makna yang sama; bahkan bunyi

ucapan pun tidak ada perbedaan. Walaupun demikian haruslah kita sadari bahwa

penempatan dan penggunaan kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati,

teliti, serta lebih tepat. Kata-kata yang dipergunakan dalam dunia persanjakan

tidak seluruhnya bergantung pada makna denotative, tetapi lebih cenderung pada

makna konotatif. Konotasi atau nilai kata inilah yang justru lebih banyak member

efek bagi para penikmatnya. Uraian-uraian ilmiah biasanya lebih mementingkan

denotasi. Itulah sebabnya maka sering orang mengatakan bahwa bahasa ilmiah

bersifat denotatif, sedangkan bahasa sastra bersifat konotatif. (Henri Guntur

Tarigan, 2015:29).

2.7.2 Larik

Larik atau baris memiliki pengertian yang berbeda dengan kalimat dalam

prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frasa, bisa pula seperti sebuah kalimat.

Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada

puisi baru, tidak ada batasan utuk larik. (Burhan Fanani, 2016:83).

2.7.3 Bait

Bait merupakan kumpulan lari yang tersusun harmonis. Pada bait inilah

biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik pada sebuah bait

biasanya empat buah, namun pada puisi baru, bait tidak terbasi. (Burhan Fanani,

2016:83).

2.7.4 Bunyi

Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi

yangditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Irama (ritme)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

39

adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek dan keras lembut ucapan bunyi.

Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan

bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),

tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan

dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah

salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima.

Baik rima ataupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi,

yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

(Burhan Fanani, 2016:84).

Ritme dan rima, irama dan sajak, besar sekali pengaruhnya untuk

memperjelas makna suatu puisi.ritme dan rima suatu puisi erat sekali

hubungannya dengan sense, feeling, tone, intention, yang terkandung di dalam

nya. Jelas bahwa perubahan ritme cenderung untuk menimbulkan perubahan ke 4

unsur hakekat puisi itu. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah

turun-naiknya suara secara teratur, sedangkan rima atau sajak adalah persamaan

bunyi. Berbicara melalui ritme maka mau tak mau kita harus menyebut istilah foot

atau kaki sajak, dan yang terpenting di antaranya: (Henri Guntur Tarigan,

2015:35).

a. Jambe: U – / U –

b. Anapes: U U – / U –

c. Troche: – U / – U

d. Dactylus: – U U / – U U

(–) berarti aris (keras)

(U) berarti thesis (lunak).

Dengan demikian jelaslah bahwa kita baru dapat mengetahui kaki-sajak yang

terdapat pada seiap larik atau bait puisi, setelah kita mendengarkan atau membaca

puisi tersebut. (Henri Guntur Tarigan, 2015:36).

Selanjutnya mengenal beberapa jenis rima, antara lain menurut posisinya,

terbagi menjadi dua:

a. Rima awal

Bagaikan banjir gulung gemulung

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

40

Bagaikan topan seruh menderuh

Demikian rasa

Datang semasa

Mengalir, menimbun, mendesak, mengepung

Memenuhi sukma, menawan tubuh

b. Rima akhir

Habis kikis

Segala cinta ku hilang terbang

Hilang kembali aku pada mu

Seperti dulu

Menurut susunannya, rima dapat pula dibagi atas tiga bagian

a. Rima berbingkai; dengan susunan atau rumus: aa, bb, cc, dd

b. Rima berselang; dengan rumus: abab, cdcd

c. Rima berpeluk; dengan rumus: abba, cbdc

2.7.5 Citraan

Citraan atau imaji adalah kata atau susunan dari kata-kata yang dapat

mengungkapkan pengalaman indra, seperti penglihatan, pendengaran, dan

perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (Burhan Fanani, 2016:84).

a. Imaji suara (auditif)

b. Imaji penglihatan (visual)

c. Imaji raba atau sentuh (imaji taktil)

Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan

merasakan apa yang dialami oleh penyair.

Semua penyair ingin menyugukan pengalaman batin yang pernah di alami

nya kepada para penikmat karyanya. Salah satu usaha untuk memenuhi keinginan

tersebut ialah dengan pemilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dalam

karya mereka. Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat itu dapat

memperkuat serta memperjelas imajinasi pikiran manusia, dan energi tersebut

dapat pula mendorong imajinasi untuk menjelmakan gambaran yang nyata. Semua

hal yang telah kita utarakan tadi yaitu segala yang di rasai atau di alami secara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

41

imajinatif inilah yang biasa kita kenal dengan istilah imagery atau imaji. (Henri

Guntur Tarigan, 2015:30).

Dalam karyanya, sang penyair berusaha sekuat daya agar para penikmat

dapat melihat, merasakan, mendengar, menyentuh, bahkan bila perlu mengalami

segala sesuatu yang terdapat dalam sanjaknya, sebab hanya dalam jalan demikian

sajalah dia dapat meyakinkan para penikmat terhadap realitas dari segala sesuatu

yang sedang didendangkannya itu. (Henri Guntur Tarigan, 2015:31).

Citraan (pengimajian) dalam penulisan puisi dimaksudkan untuk

menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan ini terfokus pada

gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat gambaran hidup

dalam pengindraan, unuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau

bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Citraan juga

bermanfaat untuk menciptakan suasana kepuitisan. Bahkan, ada penyair yang

menyadarkan kekuatan puisinya pada citraan ini. Menurut Situmorang citraan

dapat dibedakan: citraan penglihatan (visual), citraan pendengaran (audidif),

citraan pengucapan (altikulator), citraan penciuman (alfoktori), citraan kecapan

(gustatori), citraan perabaan/perasaan (faktual), citraan gerak (kienastik), dan

citraan organik. Citraan dapat dapat dihasilkan dengan jalan menampilkan nama-

nama, deskripsi, irama, asosiasi intelektual, atau dengan beberapa cara tersebut

tampil bersama-sama. Namun, sebagai bekal untuk para penulis, berikut ini

diuraikan citraan secara terpisah dari masing-masing bagian. (sukino, 2010:117-

121).

Pertama, Citraan penglihatan (Visual Imagery) merupakan citraan yang

timbul karena daya sarana penglihatan. Citraan ini cenderung membawa imaji

pembaca seakan-akan melihat objek. Contoh pengguna citraan penglihatan yang

dapat digunakan sebagai model bagi penulis, lihat puisi berikut:

STANZA

Ada burung dua, jantan dan betina

Hinggap di dahan

Ada daun dua, tidak jantan tidak betina

Gugur dari dahan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

42

Ada angin dan kapuk gugur, dua-dua sudah tua

Pergi ke selatan

Ada burung dan kapuk, angin, dan mungkin juga debu,

Mengedap dalam nyanyiku.

(Rendra, empat kumpulan sajak)

Citaraan yang terdapat pada puisi di atas, dapat menggunakan sarana visual

seperti, burung dua, dua helai daun, debu. Seuanya ini dimaksudkan untuk

menciptakan suasana dan kekuatan puisi. (sukino, 2010:124).

Ke Dua, Citraan Pendengaran (Auditory Imagery), penggunaan pencitraan

pendengaran dalam puisi biasanya digunakan oleh penulis untuk merangsang

indra pendengaran pembaca. Bagi seorang penulis, auditory imagery ini puisi

yang dihasilkan didominasi dengan kekayaan citra audio. Perhatikan contoh puisi

berikut ini:

CERMIN 1

Cermin tak pernah berteriak, ia pun tak pernah

Meraung, tersedan, atau terhisak,

Meski apapun jadi terbalik di dalamnya,

Barang kali ia bisa bertanya,

Mengapa kau seperti kehabisan suara?

(Damono, 1983)

Kalau diamati secara kasat mata, kata-kata yang terdapat pada puisi di atas

tidak semuanya kata benda berbentuk auditory. Tetapi secara totalitas puisi diatas

dibangun melalui kekuatan bumi. Contohnya kata meraung, tersedan, terhisak,

berteriak merupakan kata-kata citraan pendengar. Kata-kata itu memberikan

gambaran kekuatan yang meerangsang daya dengar pembaca. (sukino, 2010:124).

Ke tiga, citraan penciuman (smell imagery) biasanya digunakan penyair atau

penulis untuk menciptakan daya imaji melalui setimulusasi indra penciuman.

Yang perlu ditekankan disini adalah kata-kata yang kita pilih harus mendukung

pada kekuatan makna puisi kita. Perhatikan contoh puisi berikut ini yang

didalamnya mengandung indra penciuman.

RAFLESIA

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

43

Kau mekar membawa aroma

Semerbak menembus kegelapan malam

Diantara pepohonan

Kini kau mekar di antara belukar

Semerbak baunya menembus dedaunan

Di antara harumnya kembang

Kau mengundang serangga datang

Mencium aroma putik

Mekarnya kembang

(Kino Sumarjo, 2004)

Ide-ide abstrak dalam puisi dikonkretkan dengan cara penggambaran

melalui aroma bunga sebagai bentuk citraan, namun perlu diingat bahwa tidak

semua kata-kata puisi citraan menggunakan penciuman semuanya. (sukino,

2010:125).

Ke empat, Citraa Rasaan (Taste Imagery) diguakan penyair denngan

mengetengahkan atau memili kata-kata untuk membangkitkan emosi pembaca.

Kekuatan puisi yang menekankan pada citraan rasaan adalah bagaimana penullis

mampu mensugesti dan mempengaruhi emosi pembaca. Contoh puisi yang

mengandung citraan rasaan:

TUHAN TELAH MENEGURMU

Tuhan telah menegur dengan cukup sopan

Lewat perut anak-anak yang kelaparan

Tuhan telah menegur dengan cukup sopan

Lewat semayup suara adzan

Tuhan telah menegur dengan cukup dengan menahan kesabaran

Lewat gempa bumi yang berguncang

Deru angin yang meraung-raung kencang

hujan dan banjir yang melintang-pukang

adakah mendengar

(Apip Mustopa,1977)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

44

Kekuatan puisi diatas, menekankan pada rangsangan imaji pembaca melalui

keterlibatan emosi pembaca. Teguran tuhan kepada umatnya melalui berbagai

bencana dari yang ringan sampai yang berat. (sukino, 2010:125).

Ke Lima, Citraan Rabaan (Tactile Imagery) secara harfiyah citraan rabaan

berkaitan dengan pemberdayaan pencecapan indra kulit. Citraan rabaan ini bisa

dicontohkan dengan baris atau kata “lengan tersayat sembilu” atau ungkapan

lama “bagai hati tertusuk sembilu”. Citraan rabaan cenderung menggambarkan

suasana mencekam, kesedihan, kepasrahan, dan sebagainya. Citraan rabaan dalam

penulisan puisi memiliki frekuensi penggunaan yang terbatas. (sukino, 2010:126).

Ke emam, Citraan Gerakan (Kinaesthetic Imagery) dimanfaatkan dengan

tujuan lebih menghidupkan gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam

seolah-olah bergerak. Contoh citraan gerakan pada pengalan puisi di bawah ini:

MIKRAJ

Di ujung musim yang menggasing

Bagai dengus gurun pasir

Cahaya melompat

Dalam laut salju

Diseretnya langkah

Malam itu

Dalam putih waktu

(Abdul Hadi, MW)

Puisi diatas memberikan gambaran singkat bagaimana citraan raban

digunakan di dalam puisi. Kata “melompat” memberikan gambaran seakan-akan

ada cahaya matahari yang bergerak. Bermacam-macam citraan tersebut dalam

pemakaiannya kadang-kadang digunakan lebih cara bersama-sama untuk

memperkuat efek kepuitisan. (sukino, 2010:126).

2.7.6 Makna atau Isi

Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata pembentukan larik dan bait.

Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah

misipenulis puisi disampaikan. (Burhan Fanani, 2016:84). Isi atau makna bisa

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

45

berkaitan dengan ide atau skemata penyair yang akan dituangkan kedalam bentuk

puisi. Isi biasanya akan menjiwai keseluruhan puisi, dan yang terpenting adalah

kepekaan terhadap seluruh fenomena yang ditemui. Hal ini penting ditumbuh

suburkan karena keberadaan puisi tentunya tidak akan terlepas dengan

pengungkapan nilai-nilai kehidupan. Isi puisi sebenarnya sangat bervariasi. Hal ini

sangat tergantung pada kecenderungan penulis sendiri.

Seorang penulis kata WS Rendra, haruslah bisa mendalemi elemendasar

kehidupan itu sendiri. Sedangkan Derek Walcott, penerima Hadiah Nobel Sastra

1992, mengatakan bahwa penulis puisi adalah orang yang bergelut dengan lautan

emosi. (sukino, 2010:117).

Unsur pembangun puisi di atas kemudian disusun sesuai dengan struktur

fisik dan struktur batin. Keduanya dapat anda pelajari lebih lanjut dibuku-buku

lain mengenai penulisan puisi. Struktur yang baik akan membuat sebuah puisi

yang dapat dinikmati dan bermanfaat bagi orang lain. (Burhan Fanani, 2016:84).

Penulisan puisi merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni.

Sebagai produk seni, puisi tetap dinikati untuk ditulis dan dipublikasikan dengan

berbagai cara. Berbagai bentuk, tema, dan gaya muncul mengiringi pelahiran

sebuah puisi. Memang, pelahiran puisi ini tidak selamanya membuahkan hasil.

Maksudnya, banyak penulis puisi yang berhenti, hilang kreativitasnya untuk

menciptakan puisi.banyak penulis pemula berhenti setelah menghasilkan satu atau

beberapa puisi. Setelah dicermati, ternyata banyak penulis pemula yang dalam

mengakrabi penulisan puisi lupa akan sebuah pernyataan yang paling mendasar

bahwa sebuah puisi bisa menjadi sesuatu yang dihargai, dinikmati, disukai,

dihormati, serta dianggap berguna jika ia mengandung muatan nilai yang

bermanfaat bagi kehidupan. (sukino, 2010:111).

Bila hal ini terjadi, maka penulis pemula khususnya yang akan menekuni

penulisan puisi, harus mencoba menggali dan mengasah kepekaan terhadap

fenomena-fenomena yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dan sesuatu yang

paling menggembirakan bagi penulis pemula, khususnya penulis puisi adalah

semakin terbukanya ruang untuk mengekspresikan pemikiran dalam bentuk puisi.

Hal ini mengingatkan banyaknya alternatif wadah untuk mengkomunikasikan ide

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Dan Pengertian Jurnalismesc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123241191.pdf · 2017. 8. 23. · 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah

46

dalam puisi. Kondisi inilah yang selalu mendorong seseorang memilih puisi

sebagai alternatif menyalurkan ide kepada pembaca. (sukino, 2010:112).