bab ii tinjauan pustaka a. ii.pdf · 2020. 7. 9. · 14 bab ii tinjauan pustaka a. financial...

28
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya Fintech pada era 1980, banyak perbankan di dunia yang memanfaatkan sistem pencatatan data yang dapat diakses melalui sistem komputer. Pada tahun 1982 e-trade membawa fintech ke arah yang lebih maju yaitu denggan cara memperbolehkan sistem perbankan secara elektonik untuk para calon investor. Pada tahun 1998 para perbankan di dunia mulai mengenalkan online banking kepada para nasabah. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah mencatat bahwasanya dari tahun 2014 sudah 88 juta orang pengguna sampai 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet, dikarenakan perkembangan infrastruktur dan kemudahan mendapatkan smartphone atau perangkat genggam. Teknologi beserta sistim informasi terus melahirkan inovasi khususnya pada teknologi financial agar memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk akses layanan finansial dan pemprosesan transaksi. 1 Peer to peer lending pertama kali diperkenalkan oleh Zopa di Inggris pada tahun 2005. Peer to peer lending menjadi wadah berinvestasi dan peminjaman dana bagi masyarakat. Di dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 77 tahun 2016 menjelaskan bahwa Peer to peer lending merupakan penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjiian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik dengan menggunaakan jaringan internet 2 . 1 Tri Inda Fadhila Rahma. 2018. Persepsi masyarakat kota medan terhadap penggunaan financial technology (fintech), dalam jurnal.uinsu.ac.id. hal.644 2 Darman. 2019. Financial Technology (Fintech):Karakteristik dan Kualitas Pinjaman Pada Peer To Peer Lending di Indonesia. http://journal.sbm.itb.ac.id. Hal:131.

Upload: others

Post on 13-Aug-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Financial Technology

A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology

Awal mula dari munculnya Fintech pada era 1980, banyak perbankan di dunia yang

memanfaatkan sistem pencatatan data yang dapat diakses melalui sistem komputer. Pada tahun

1982 e-trade membawa fintech ke arah yang lebih maju yaitu denggan cara memperbolehkan

sistem perbankan secara elektonik untuk para calon investor. Pada tahun 1998 para perbankan

di dunia mulai mengenalkan online banking kepada para nasabah.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah mencatat

bahwasanya dari tahun 2014 sudah 88 juta orang pengguna sampai 132,7 juta orang Indonesia

telah terhubung ke internet, dikarenakan perkembangan infrastruktur dan kemudahan

mendapatkan smartphone atau perangkat genggam. Teknologi beserta sistim informasi terus

melahirkan inovasi khususnya pada teknologi financial agar memenuhi kebutuhan masyarakat

termasuk akses layanan finansial dan pemprosesan transaksi.1

Peer to peer lending pertama kali diperkenalkan oleh Zopa di Inggris pada tahun 2005.

Peer to peer lending menjadi wadah berinvestasi dan peminjaman dana bagi masyarakat. Di

dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 77 tahun 2016 menjelaskan bahwa Peer

to peer lending merupakan penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan

pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjiian pinjam

meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik dengan

menggunaakan jaringan internet2.

1Tri Inda Fadhila Rahma. 2018. Persepsi masyarakat kota medan terhadap penggunaan financial technology

(fintech), dalam jurnal.uinsu.ac.id. hal.644 2 Darman. 2019. Financial Technology (Fintech):Karakteristik dan Kualitas Pinjaman Pada Peer To Peer Lending

di Indonesia. http://journal.sbm.itb.ac.id. Hal:131.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

15

Berikut lima alasan Financial Technology digemari di Indonesia :

a. Proces online biasanya lebih mudah dan sangat capat. Gsnerasi millenial lahir di era internet

begitu menginginkan solusi yang cepat bagi permasalahan mereka sehari-hari Financial

Technology yang notabenenya dapat memudahkan persoalan para kaum millenals.

b. Pelaku Financial Technology Indonesa melihat kesukesan bisnis berbasis tecknologi digital,

contohnya seperti ojek online. Mereka kemudian merasa sangat terinspirasi sehingga

membaangun usaha digital di bidang keuanggan.

c. Penggunaaan software, teknologi, dan juga Big Data oleh Financial Technology. Usaha

Financial Technology juga menggunakan dokumen dari media sosial. Aktivitas media sosial

dapat dijadikan salah satu dari analisis risiko.

d. Usaha Financial Technology diaanggap lebih fleksibel dibandingkan dengan binis

konvensional yang memiliki image lebih kaku.

e. Kebutuhan melakukan transaksi keungan secara online karena meluasnya penggunaan internet.

A.2 Pengertian Financial Techmology

Perkembanggan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat di eradigital saat

ini telah mempengaruhi pola perilaku manusia dalam mengakses beragam informasi serta

berbagai fitur layanan elektronik. Salah satu perkembaangan teknologi yang menjadi bahan

kajian terkini di Indonesia adalah Financial Technology atau Fintech dalam lembaga

keuangan3. Fintech sebagai terobosan baru yang dapat memberikan kemudahan akses bagi

seluruh lapisan masyarakat, oleh sebab itu pada dasrnya Fintech dapat diterima dengan sangat

baik oleh masyarakawat Indonesia.

Di Indonesia istilah fintech dikenal dengan sebutan yang lain yaitu Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbsasis Teknologi Informasi. Mengenaai fintech sudah diatur dalam

3 Imanuel Aditya Wulanata Chrismastianto. 2017. Analisis SWOT Implementasi Teknologi Finansial Terhadap

Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.20, Edisi 1, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pelita Harapan Tanggerang, 2017, hlm. 133.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

16

Peraturin OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi. Pada Pasal 1 Angka 3 POJK 77/POJK.01/2016 menyebutkan bahwa:

“Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi adalah penyelenggaraan

layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman

dalam rangka melakukan perjanjian pinjam-meminjam dalam mata uang rupiah secara

langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet”.

Bank Indonesia memberikan sebutan perihal Technology Financial.

“pasal 1 Angka 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan

Teknologi Finansial menyatakan bahwa”:

“Teknologi Finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang

menghasilkan produk layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada

stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan

keandalan sistem pembayaran”4.

Konsep fintech tersebut wujud dari perkembangan teknologi yang dipadukan dengan

bidang financial pada lembaga perbankan. Fintech merupakaan solusi dibidang keuangan di

Indonesia. Fintech sebagai layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang

dapat memfasilitasi masyarakat untuk melakukan proses transaksi keuangaan yang lebih

praktis, aman, serta modern.

A.3 Pengertian Peer to Peer Landing

Secara teortis, Peer_to_peer lending atau disingkat “P2P Lending” merupakan

kegiatan pinjam-meminjam antar perseorangan yang dilaksanakan secara online melalui

platform website dari berbgai perusahan peer lending. Hadirnya P2P Lending menjanjikan

solusi bagi orang yang sedang membutuhkan pinjaman dengan proses cepst dan mudah.

Peer to peer Lending merupkan salah satu sistem yang ada pada perusahaan Fintech yang

mempertemukan dengan langsung antara (investor/lender) dengan (borrower). tetapi peminjam dana

juga akan diuntungkan, karena dapat mengajukan pinjaman atau kredit dengan syarat dan proses

4 Muliaman D Hadad. Financial Technology (Fintech) di Indoensia, Kuliah Umum tentang Fintech-IBS, OJK,

Jakarta, 2017. Hlm. 3.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

17

yang lebih mudah cepat, serta tanpa agunan, bila dibandingkan dengan lembaga keuangan

konvensional lain, seperti bank5.

Berdasarkan POJK No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBT) timbul karena perjanjian pinjam meminjam uang.

Pinjam meminjam menurut Pasal 1754 KUH Perdata adalah:

“suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu

jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak

yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama”.

Subyek di dalam perikaatan perjanjian pinjm-meminjam uang adalah pemberi pinjman

(Kreditur) dan penerima pinjaman (Debitur). Sementara objek dalam perikatan perjanjan

pinjam meminjm uang adalah semua barang-barang yang habis bila dipakai dengan syarat

barang tersebut harus tidak bertentangan dengan undang.-undang, kesusilaan dan ketertiban

umum sedangkan dalam Perjanjian pinjam meminjam uang online atau dikenal juga dengan

nama Peer to Peer Lending (P2P Lending) pada dasarnya sama seperti perjanjian pinjam

meminjam uang yang dilakukan dengan cara konvensional. Yang membedakanya yaitu para

pihak tidak bertemu secara langsung, serta para pihak tidak perlu saling mengenal dikarenakan

terdapat penyelenggara yang akan mempertemukan para pihak dan pelaksanan perjanjian

dilakukan secara online6

Lahirnya perjanjian pinjam-meminjam uang secara online dimulai karena adanya

penawran yang dilaakukan oleh penyelenggra layanan pinjam meminjam uang berbasais

Teknologi Informasi dan selanjutnya dilanjutkan dengan penerimaan yang dilakukan oleh

nasabah atau calon peminjam. Penawaran dan penerimaan dalam perjanjan ini tentu saja

5 Merine Gararita Sitompul,2018, Urgensi Legalitas Financial Technologi (Fintech): Peer to Peer (P2P) Lending

Di Indonesia, Jurnal Yuridis Unaja VIL 1 NO 2,hlm 70. 6Ernama, Budiharto, Hendro,2017 “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology

(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016)”, Diponegoro Law Journal, Vol. 6, No. 3, hlm.5

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

18

memiliki mekanisme yang beda dari perikatan pinjam meminjam yang dilakukan secara

konvensional, hal ini dapat dilihat dari proses terjadinya pinjaman online.7.

B. Tinjauan perjanjian Pinjam-Meminjam

Berdasarkan Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pinjam-

meminjam diartikan: 8

“Pinjam pakai habis adalah suatu perjanjian, yang menentukan pihak pertama

menyerahkan sejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat

bahwa pihak kedua akan mengembalikan barang sejenis kepada pihak pertama dalam jumlah

dan keadaan yang sama”.

Bahwa maksud dari Pasal 1754 KUHPer pinjam meminjam diartikan adanya suatu

perjanjian antara kedua belah pihak. Pihak pertama memberikan barang kepada pihak kedua

dan pihak kedua memiliki kewajiban untuk mengembalikan barang yang telah dipinjam kepada

pihak pertama dalam jumlah dan keadaan yang sama.

Menurut Pasal 1313 menyebutkan bahwa9:

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

kepada satu orang atau lebih lainnya”.

Pengikatan ini seperti yang telah diuraikan dalam Bab IV buku III Kitab Undang-

undang Hukum Perdata oleh pasal 1320 Kitab Undang-undang hukum perdata dirumuskan

dalam bentuk:10

1. Kesepkatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu pokok persoalan tertentu;

4. Suatu sebab yang tidak terlarang;

7 Ibid,.hlm 6. 8 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754 9 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 10 Ibid. Hal.274

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

19

C. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pinjam-Meminjam

Pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian utang-piutang atau pinjam-meminjam yaitu:

a) Kreditur

Pihak Kreditur atau juga sering disebut dengan pihak yang memberi pinjaman utang (pihak

yang berpiutang). Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan

Penundaan Kewajiban Pembayaaran Utang.

“ pada Pasal 1 angka 2 telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kreditur adalah

orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di

muka pengadilan”.

b) Debitur

Pihak Debitur atau yang sering disebut dengan pihak yang menerima pinjaman utang (pihak

yang berutang). Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pada Pasal 1 angka 3 telah dijelaaskan bahwa yang

dimaksud dengan Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-

undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.

D. Hubungan Antara Debitur Dan Kreditur

Berdasarkan makna perikatan utang piutang yakni merupakan perjanjan yang telah

dilaksanakan antara kedua belah pihak. Pihak pertama sebagai Kreditur memberikan pinjaman

utang kepada pihak kedua sebagai Debitur atau penerima pinjaman utang, objek dari hal

tersebut berupa uang dengan mencantumkan jangka waktu dan mewajibkan kepada pihak

kedua selaku Debitur agar mengembalikan utang tersebut kepada pihak pertama selaku

Kreditur dalam jumlah dan bentuk yang sama sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah

pihak.

Makna diatas disimpulkan bahwa setelah terjadinya kesepkatan antara seorang Debitur

dan seorang Kreditur tersebut. maka berdasarkan asas “pacta sunt servanda” memiiki makna

bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku mengikat sebagai undang.undang bagi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

20

mereka yang membuaatnya. Degan demikian setelah terjadi kesepaakatan antara kedua belah

pihak dan setelah kedua belah pihak menandatangani perikatan tersebut, kedua belah pihak

terikat dengan perikatan yang telah diselenggarakan tersebut, sehinga harus mentaati peraturan

yang berlaku serta beriktikad baik dalam menjalankan suatu perjanjian.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

21

E. Hak Dan Kewajiban Konsumen

E.1 Hak Konsumen Menurut John F. Kennedy

John F. Kennedy merupakan mantan Presiden Amerika Serikat, mengemukaakan

bahwa terdapat 4 (empat) hak konsumen yang harus dilindungi diantaranya: 11

1) Hak Memperoleh Keamanan (the right to safety);

2) Hak Memilih (the right to choose)

3) Hak Mendapat Informasi (the right to be informed)

4) Hak Untuk di Dengar (the right to be heard)

E.2 Hak Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Hak-Hak Konsumen sebagai berikut: 12

a. Hak atas keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang

dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur dan mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk di dengar pendapat atau keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakannya.

e. Hak untuk mendapatkan Advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara tidak diskriminatif.

11 Zulham. 2013. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta. Kencana PRENADA MEDIA GROUP. Hal. 47-48 12 Gunawan Widjaya & Ahmad Yani. 2003. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Hal. 29

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

22

h. .Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya.

i. Hak-Hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya

Menurut Janus Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

terdapat tiga (3) macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya:13

1) Hak manusia karena kodratnya;

Merupakan hak yang diperoleh begitu kita lahir, seperti hak untuk hidup, hak memilih agama,

dsb. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh negara bahkan negara wajib menjamin

pemenuhannya, hak ini disebut Hak Asasi Manusia (HAM).

2) Hak yang lahir dari hukum;

Hak yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya. Hak ini disebut sebagai hak Hukum.

Contohnya hak untuk mendapatkan jaminan keamanan dan keslamatan bagi konsumen.

3) Hak yang lahir dari hubungan kontraktual;

Diharapkan agar pelaku usaha memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

barang atau jasa.

Bahwa untuk dapat menjamin suatu barang dan/atau jasa dalam penggunaannya akan

nyaman dan aman serta tidak membahayakan konsumen, maka diberikan hak bagi konsumen

untuk memilih barang dan/atau jasa yang dikehendaki berdasarkan atas keterbukaan informasi

yang jelas, benar dan jujur. Apabila terdapat penyimpangan yang dapat merugikan konsumen,

maka konsumen berhak memperoleh Advokasi, didengar, pembinaan, perlakuan yang adil,

kompensasi, sampai dengan ganti rugi.14

13. M. Syamsudin. 2013. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha. https://bpkn.go.id. Hal:5 14 Ibid. Hal. 30

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

23

E.3 Kewajiban Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Adapun kewajiban Konsumen terdapat pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Meliputi:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan

barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.

b. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Dengan adanya kewajiban konsumen sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan

agar para konsumen dapat memperoleh hasil yang sangat optimal atas perlindungan dan/atau

kepastian hukum.

F. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha

F.1 Hak Pelaku Usaha

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

menerarangkan bahwa:

“pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi”.15

Pada Pasal 6 Undang-Undan Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan

atas hak-hak yang telah diberikan kepada konsumen, pelaku usaha diberikan hak16:

a. Untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai

tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. Untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik;

15 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen 16 Zulham. op.cit. Hal. 53.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

24

c. Untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa

konsumen;

d. Untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen

tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-Hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya;

F.2 Kewajiban Pelaku Usaha

Pelaku Usaha memiliki kewajiban yang telah diatur didalam Pasal 7 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Hak tersebut sebagai konsekuensi dari

hak konsumen yang telah disebutkan pada Pasal 6 UU No. 8 Tahun 1999, oleh sebab itu pelaku

usaha dibebankan kewajiban-kewajuban diantaranya: 17

a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan

ketentuan standart mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau

jasa tertentu, serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau

diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang

diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian;

17 Zulham. op.cit. Hal. 51.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

25

Bahwa hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal balik dengan hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi. Dapat diartikan bahwa hak bagi konsumen adalah kewaajiban yang harus

dipenuhi oleh pelaku usaha. Pengaturan di Undang-Undang Perlindungan Konsumen lebih

spesifik dibandingkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dikarenakan di dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen pelaku usaha selain harus melakukan kegiatan usaha

dengan itikad baik. Pelaku usaha juga harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif

tanpa persaingan yang curang antar pelaku usaha. Kewaajiban pelaku usaha sangat erat

kaitannya dengan larangan dan tanggung jawab pelaku usaha.18

Kewajiban-kewajiban tersebut merupaakan manifestasi hak konsumen dalam sisi lain

yang “ditargetkan” untuk mewujudkan budaya tanggung jawab kepada pelaku usaha.

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yang mengatur tentang kegiatan peer to peer

lending di indonesia, diatur 2 hal yaitu: 19

1. Bahwa penyelenggara adalah “badan hukum indonesia yang menyediakan, mengelola, dan

mengoperasikan layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi;

2. Bahwa penyelenggara harus berbadan hukum perseroan terbatas atau koperasi.

Penyelenggara peer to peer lending sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan usaha

di Indonesia dan harus tunduk pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Kewajiban-kewajiban tersebut merupakan manifestasi hak konsumen dalam sisi lain

yang “ditargetkan” untuk mewujuudkan budaya tanggung jawab kepada pelaku usaha.

G. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-Unsur Tindak Pidana

G.1 Pengertian Tindak Pidana

Pengertian Tindak Pidana yang dikemukakan oleh bebarapa para sarjana yaitu:

18. Ibid. Hal:10 19Adi Setiadi Saputra. 2019. Perlindungan terhadap pemberi pinjaman selaku konsumen dan tanggung jawab

penyelenggara peer to peer lending dalam kegiatan peer to peer lending di indonesia. Journal. Unpar.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

26

a. D. Simons

menurut teori ini tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan secara

sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya

dan yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum 20.

b. J. Bauman

Perbuatan yang memenuhi rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan

kesalahan21.

c. Wiryono Prodjodikoro

Tindak pidana adalah suatu perbuaatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana22.

d. Pompe

Definisi menurut Pompe, dalam hukum positif strafbaarfeit adalah feit (tindakan) yang

diancam pidana dalam ketentuan undang-undang. dan didalam teori ini menyatakan bahwa

sifat melawan hukum dan kesalahan bukanlah syarat mutlak untuk adanya tindak pidana23.

e. Moeljatno

menurut Moeljatno, tindak pidana adalah suatu perbuaatan yang diancamam dengan pidana,

barang siapa melanggar larangan tersebut.

Dalam memberikan definisi mengenai pengertian tindak pidana para pakar hukum

terbagi menjadi dua aliran yaitu aliran monistis dan aliran dualistis, pandangan monistis dalam

pengertian tindak pidana sudah tercakup di dalamnya criminal act dan criminal responbility.

Sedangkan pandangan dualistis keseluruhan syarat untuk adanya pidana tidak melekat pada

perbuatan pidana oleh karena dalam pengertian tindak pidana hanya mencakup criminal act

tidak mencakup criminal responbility 24. Sedangkan pandangan dualistis keseluruhan syarat

20Tongat. 2012. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan. Malang. UMM Press.

Hal. 94-97 21 Ibid. 22 Ibid. 23 Ibid. 24 Ibid

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

27

untuk adanya pidana tidak melekat pada perbuatan pidana oleh karena dalam pengertian tindak

pidana hanya mencakup criminal act tidak mencakup criminal responbility 25.

G.2 Unsur-Unsur Tindak Pidana

Beberapa unsur-unsur tindak pidana menurut beberapa sarjana yang menganut aliran

monistis dan aliran dualistis26:

Menurut D. Simons penganut aliran monistis untuk adanya suatu tindak pidana harus

adanya unsur-unsur sebagai berikut:

a) Perbuatan manusia

b) Diancam dengan pidana

c) Melawan hukum

d) Dilakukan dengan kesalahan

e) Oleh orang yang bertanggung jawab

Sedangkan menurut Moeljatno penganut aliran dualistis tindak pidana harus memenuhi

unsur sebagai berikut:

a) Adanya perbuatan (manusia)

b) Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)

c) Bersifat melawan hukum (syarat materiil).

Unsur Rumusan Tindak Pidana di dalam Undang-Undang

a) Unsur Sifat Melawan Hukum

Menurut ajaran Wederrechtelijk dalam arti formiil yaitu suatu perbuatan di pandang

bersifat Wederrechtelijk apabila perbuaatan tersebut telah memnuhi semua unsur delik yang

terdapat dalam rumusan delik menurut undang-undang. sedangkan suatu perbuatan dapat di

25 Ibid 26 Ibid

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

28

pandaang sebagai Wederrechtelijk dalam arti materiil, suatu perbuatan tersebut horus dithinjau

menrut asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis.27

Berdasakan redaksi rumusanya, sifat melawan hukumnya (wederrehtelijkheid)

perbuatan, dapat terletak pada perbuhatannya itu sendiri (misal pada pasal: 167(1), 179, 180,

254(2), 255(2), 333(1), 334(1), 335(1), 448) dan dapat terletak pada maksud dari melakukan

perbuatan (misalnya pasal: 362, 368(1), 369(1), 378, 390).28

b) Unsur Kesalahan

Kesalahan (schuld) merupakan unsur subjektif dari tindak pidana. Kesalahan memiliki

dua segi yaitu: segi psikologis dan segi yuridis. Ditinjau dari psikologis kesalahan harus dicari

dalam batin pelaku, yaitu adanya hubungan batin dengan perbuatan yang dilakukan sehingga

ia dapat dipertangungjawabkan perbuatannya.29

H. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Elektronik

H.1 Tindak Pidana Pengancaman Lewat Media Elektronik

Tindak pidana pengancaaman di dalam UU ITE diatur dalam

Pasal Pasal 29 yang berbunyi 30:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan

secara pribadi.”

Pasal tercebut menjelaskan bahwasanya setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa

hak mengirimkan atau menyebarluaskan informasi elektronik yang berisi ancaman kekerasan

atau untuk menakut-nakuti seseorang secara pribadi maka dapat dikenakan UU ITE Pasal 29.

Dari Pasal 29 UU ITE terdapat sejumlah unsur yang terbagi menjadi dua bagian yaitu:

27http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11733/1/NUREDAH%20%2010400114165.pdf diakses pada tanggal 16

januari 2020 pkl. 20.18 wib. 28 Ibid. 29 Ibid 30Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

29

1) Unsur Subyektif, kesalahan pelaku dalam rumusan ketentuan undang-undang disebut “dengan

sengaja”.

2) Unsur Obyektif yaitu perilaku atau tindakan yang melawan hukum.

a) Unsur “Tanpa Hak”

Melihat letak unsur sengaja mendahului unsur perbuatan dan tanpa hak, maka tidak diragukan

lagi, bahwa pelaku menghendaki untuk melakukan perbuatan mendistribusikan, atau membuat

dapat diaksesnya informasi elektronik. Kehendak ini termasuk juga pengetahuan yang harus

sudah terbentuk sebelum berbuat, karena demikian sifat kesengajaan. Orang hanya dapat

menghendaki segala sesuatu yang sudah diketahuinya. Disamping itu sengaja juga harus

ditujukan pada unsur tanpa hak, yang artinya bahwa pelaku sebelum mendistribusikan

informasi elektronik atau dokumen elektronik tersebut, telah mengetahui atau menyadari

bahwa Ia tidak berhak melakukannya.

b) Unsur “Mendistribusikan”

Mendistribusikan yaitu menyalurkan, membagikan, mengirimkan kepada beberapa orang atau

beberapa tempat31. Dalam konteks tindak pidana pengancaman dengan menggunakan sarana

teknologi informasion menurut UU ITE, oleh sebab itu perbuatan mendistribusikan diartikan

sebagai perbuatan dalam bentuk dan cara apapun yang sifatnya menyalurkan, membagikan,

mengirimkan, memberikan, menyebarkan informasi elektronik kepada orang lain atau tempat

lain dalam melakukan transaksi elektronik dengan menggunakan teknologi informasi.

c) Unsur “Mengirimkan”

Istilah Mengrimkan menurut KBBI yaitu menyampaikan, (mengantarkan dan sebagainya)

dengan perantaraan32 . Dalam hal ini menyampaikan Informasi dan/atau Dokumen Elektronik.

Informasi elektronik yang dikirim adalah merupaakan data atau sekumpulan data elektronik

31 Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indoesia Pusat Bahasa, Edisi keempat,

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 336. 32 https://kbbi.web.id/kirim diakses 22 Desember 2019.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

30

seperti tulisan, suara, gambar, gambar bergerak bersuara maupun tidak, peta, rancangan, foto,

Electronic Data Interchange (EDI), surat elektronik (electronik maill) telegram, teleks,

telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, anda, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah

diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang mampu memahaminya.

d) Objeknya

Objek yang dimaksud adalah Informasi dan/atau Dokumen Elektronik yang mempunyai

Muaatan Pemerasan dan/atau pengancaman. Dengan menggunakan penafsiran gramatikal dan

menerapkanya pada objek tindak pidana maka dapat dimaknai, Dukomen elektonik adaalah

surat tertulis atau yang terdapat serta disimpan secara elektronik, isinya dapat dipakai sebagai

bukti berupa tulisan suara gamhar, peta, rancanggan, foto. Electronic Data Interchage (EDI),

surat elektronik (electronic mail) telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya huruf tanda, angka

kode akses. simbol atau perforasi yang sudah diolah.

SMS dikategorikan sebogai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 UU ITE. Pasal 1 angka 1 UU

ITE berbunyi sebagai berikut:

“Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk, tetapi tidak

terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange

(EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,

tanda, angka, Kode Akses, simbol yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami

oleh orang yang mampu memahaminya”.

Pasal 1 angka 4 UU ITE berbunyi sebagai berikut:

“Dokumen elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,optikal,

atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau

Sistem Elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta rancangan,

foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol yang memiliki makna atau arti

atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”.

Tindakan atau perbuatan mendistribusikan, membuat dapat diaksesnya informaasi

Elekronik dan/atau Documen Electronik baru dapat dipidana atau timbul sifat melawan

Hukumnya perbuatan. apabila isi informasi Dokumen Elektonik tersebut mengandung muatan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

31

pengancaman, Tindak pidana pokoknya adalah ancaman kekerasan, sementara saranaya

dengan memanfatkan atau menggunakan sistem atau jaringan teknologi ITE. yang memiliki

arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sementara dalam rumusan

Pasal 29 menghenai obyeknya, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elekronik yang

dimaksud adalah berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.

Kekerasan yaitu perbuatan dengan menggunakan kekutan fisik yang besar atau cukup

besar, yang mengakibatkan orang yang dipaksa tidak berdaya secara fisik. Sementara pada

ancaman kekerasan wujud nyata kekerasan belum dilakukan. Namun telah menimbulkan rasa

cemas serta takut jika perbuatan benar-benar akan terjadi. Karena itu ketidakberdaayaan akibat

dari ancaman kekerasan bersifat psikis. Karena sifatnya kekerasan yang berupa perbuaatan

fisik yang dilakukan langsung pada orang yang dipaksa, maka perbuatan semacam ini tidak

mungkin bias dilakukan dengan cara memanfatkan teknologi informasi. Ancaman kekerasan

pada seseorang bisa dilakukan dengan cara mendistribusikan Informasi Elektronik. Misalnya

dengan mengirimkan e-mail pada alamat seseorang atau mengirim SMS pada nomor hand

phone seseorang.

Maka dalam hal ini SMS yang berisi ancaman tersebut dapat ditafsirkan dengan

menggunaakan penafsiran hukum ekstensif yang diperluas yaitu sebagai informasi elektronik

yang berisi ancaman kekerasan atau menokut-nakuti yang ditujukan secara pribadi

sebagaaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (ITE). Dengan demikian, SMS dapat digolongkan sebagai informasi elektronk

dan/atau data elektronik yang berisi ancaman kekersan atau menaakut-nakuti yang ditunjukan

secara pribadi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

32

H.2 Tindak Pidana Mendistribusikan Informasi Melalui Media Elektronik

Tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan informasi elektronik

yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran diatur pada Pasal 27 ayat (3) jo 45

ayat (1) dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah)”.33

Unsur-Unsur yang terdapat pada Pasal tersebut :

Unsur Subjektif:

1. Kesalahan: Dengan sengaja

Unsur-Unsur Objektif:

1. Melawan Hukum: Tanpa Hak

2. Perbuatan: mendistribusikan; dan/atau mentransmisikan; dan/atau,

membuat dapat diaksesnya;

a. Informasi Elektronik; dan/atau

b. Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Unsur-unsur tersebut sama dengan unsur pada ayat (1) maupun ayat (2), kecuali unsur

mengenai keadaan yang menyertai objek tindak pidana. Unsur melawan hukum dicantumkan

dalam rumusan tindak pidana dikarenakan bahwa sifat melawan hukum adalah unsur tindak

pidana.

H.3 Tindak Pidana Pengancaman Dalam KUHP

Diatur di dalam Pasal 369 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang

berbunyi: 34

33 Adami Chazawi, Ardi Ferdian, 2015, Tindak Pidana Informasi & Transaksi Elektronik, Malang: Media Nusa

Creative, Hal. 70. 34 R. Soesilo. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Politea. Bogor. Hal. 257

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

33

(1)” Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dengan melawan hak, memaksa orang dengan ancaman akan menista dengan lisan atau

menista dengan tulisan atau dengan ancaman akan membuka rahasia, supaya orang itu

memberikan suatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang itu

sendiri atau kepunyaan orang lain, atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan

piutang, dihukum karena mengancam dengan hukuman penjara selama-lamanya empat

tahun”.

(2)”Kejahatan ini hanya dituntut atas pengaduan orang yang dikenakan kejahatan itu”.

Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 369 KUHP yaitu:

Unsur Ojektif, memaksa orang dengan ancaman:

1) Menista;

2) Menista dengan lisan atau menista dengan tulisan;

3) Membuka rahasia;

Unsur Subjektif;

1) Barang siapa;

2) Dengan maksud;

3) Menguntungkan diri sendiri atau orang lain;

4) Dengan melawan hukum;

5) Agar Orang Itu:

a. memberikan kepadanya suatu barang miliknya atau milik orang lain;

b. menghapuskan utang;

c. membuat utanng;

Pasal 39 ayat (2) KUHP menyatakan bahwa kejahatan yang bersifat delik aduan.

Perbuatan dapat dituntut atas dasar pengaduan dari orang yang terkena kejahatan. Sedangkan

di dalam Pasal 368 KUHP ayat (2) tentang pemarasan merupakan kejahatan “biasa” yang tidak

perlu adanya pengaduan. Dengan demikian dalam Pasal 368 ayat (2) ini penegak hukum dapat

bertindak tanpa adanya pengaduan oleh yang terkena kejahatan.

Selain itu, jika seseorang melawan hak memaksa orang lain untuk melakukan tidak

melakukan atau membiaarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan ancaman

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

34

kekerasan, dapat dikenakan Pasal 335 KUHP tentang perbuhatan tidak menyenagkan atas

pengaduan korban. Sesuai ketentuan ini, ancaman kekersan (meskipun belum terjadi

kekerasan) pun dapat dikenakan Pasal 335 KUHP jika unsur adanya paksaan terpenuhi, dalam

KUHP terdapat di BAB XVIII Kejahatan terhadap kemerdekaan orang.

Unsur-unsur Pasal 335 yaitu:

1) sesara melawan hukum;

2) memaksa orang melakukan atau tidak melakukan;

3) memakaai kekarasan;

4) terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.35

H .4 Tindak Pidana Penghinaan

Penghinaan terdapat pada Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berbunyi:

“(1) Barang siapa dengan sengaja menyerang kehormatan nama baik seseorang dengan

menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam

karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.36

“(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara

paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah”.37

“(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan

demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri”.38

Apabila unsur-unsur penghinaan atau Pencemaran Nama Baik ini hanya diucapkan

(menista dengan lisan), maka perbuaatan tersebut dapat digolongkan dalam Pasal 310 ayat (1)

KUHP. Namun, apabila unsur-unsur tersebut dilakukan dengan surat atau gambar yang

disiarkan, dan dipertunjukkan atau ditempelkan (menista dengan surat), maka pelaku dapat

dijerat atau dikenakan sanksi hukum Pasal 310 ayat (2) KUHP.39

35 Ibid. Hal.238. 36 Ibid. Hal. 37 Ibid. Hal. 38 bid. Hal. 39http://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/996-pencemaran-nama-baik melalui-sosial-media.

Diakses pada tanggal 17 januari 2020. Pkl.09.54 wib.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

35

Berdasarkan rumusan pasal 310 ayat (1) KUHP, bahwa seseorang dapat dipidana maka

orang tersebut harus melakukan penghinaan dengan cara menuduh seseorang telah melakukan

suatu hal. Tuduhan tersebut dibuat agar supaya tersiar dan diketahui oleh khalayak umum. Hal

yang dituduhkan tersebut tidak harus berupa perbuatan-perbuatan yang bersifat jahat, tetapi

bentuk dari tuduhan tersebut bisa terhadap semua hal yang dapat merusak kehormaatan atau

nama baik seseorang. Contohnya yaitu: menuduh bahwa seseorang telah melakukan

perselingkuhan.40

Kehormatan merupakan perasaan pribadi atau harga diri. Sedangkan nama baik adalah

kehormatan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang yang berhubungan dengan

kedudukannya di dalam masyarakat.

Pada pasal 310 ayat (1) dan (2) tidak mensyaratkan bahwa perbuatan tersebut harus

dilakukan di muka umum. Namun, hal yang harus dibuktikan adalah bahwa pelaku mempunyai

maksud agar supaya apa yang dituduhkan itu diketahui oleh khalayak umum. Dengan

pembahasan seperti itu, maka juga tidak perlu dibuktikan apakah tuduhan sudah benar-benar

diketahui oleh khalayak umum atau belum. Tetapi hal yang harus dibuktikan yaitu apakah

pelaku mempunyai maksud itu. Jika hal tersebut dilakukan demi kepentingan umum dan untuk

membela harga diri, maka pelaku tidak dapat dipidana namun haruss dibuktikan terlebih

dahulu.

Penghinaan dapat ditelusuri dari kata ‘menghina” berarti “menyerang kehormatan dan

nama baik seseorang”. Korban penghinaan tersebut biasanya merasa malu sedangkan

kehormatan di sini hanya menyangkut nama baik seseorang dan bukan kehormatan dalam

pengertian seksualitas.41 Perbuatan menyerang (aaranden) tidaklah bersifat fisik, melainkan

terhadap apa yang diserang atau objeknya yaitu perasaan mengenai kehormatan dan nama baik

40 Tongat. Hukum Pidana Materiil Tinjauan atas Tindak Pidana Terhadap Subyek Hukum dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana. Penerbit Djambatan. Jakarta. 2003. Hlm.158 41 Reydi Vridell Awawangi. 2014. Pencemaran Nama Baik dalam Kuhp dan Menurut UU.NO.11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. https://media.neliti.com. Hal:118

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

36

seseorang. Objek yang di serang adalah rasa atau perasaan harga diri mengenai kehormatan

dan rasa atau peraasaan harga diri mengenai nama baik.

H.5 Tindak Pidana Penyebaran Nama Baik Melalui Media Elektronik

Terdapat pada Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

No.19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No.

11 Tahun 2008 yaitu: 42

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik yang

memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.

Ketentuan yang mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan/atau fitnah Pasal

310 dan 311 yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Unsur-unsur obyektif

1) Mendistribusikan;

2) Mentransmisikan;

3) Membuat dapat diaksesnya;

Unsur Subyektif

1) berupa kesalahan, yaitu yang dimaksud dengan “dengan sengaja”.

Penafsran pasal 27 ayat (3) UU ITE harus merujuk pada pasal-pasal penghinan yang

terdapat di dalam KUHP. Di dalam UU ITE tidak terdapat pengartian tentang pencemaran

nama baik. Merujuk pada pasal 310 ayat (1) KUHP. Pencemaran nama baik diartikan sebagai

perhuatan yang menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu

hal dengan maksud agar diketahui oleh khalayak umum. Frasa “penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik” yang tidak ada penjelasannya dalam UU ITE , membuktikan bahwa

pasal 27 ayat 3 UU ITE merupakan (lex spesialis) dari penghinaan (bleediging) Bab XVI Buku

42Pasal 27ayat (3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No.19 Tahun 2016 perubahan atas

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11 Tahun 2008.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

37

II KUHP. Seperti hal nya terdapat pada pasal 310 ayat (3) KUHP bahwa tidak dapat dipidana

apaabila dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. Dua

keadaan inilah yang menyebabkan pelaku berhak mendistribusikan, menstramisikan informasi

elektronik meskipun isinya bersifat perihal penghinaan.43

1. Unsur kesengajaan dan tanpa hak

Menurut keterangan Menteri Komunikasi dan Informasi pada persidangan di Mahkamah

Konstitusi, unsur dengan sengaja diartikan “pelaku harus menghendaki perbuatan

mendistribusikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik dan mengetahui bahwasanya informasi dan/atau Dokumen Elektronik tersebut

memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Sedangkan unsur tanpa hak

diartikan bertentangan dengan hak atau tanpa kewenangan atau tanpa hak.

2. Unsur mendistribusikan, menstransmisikan, membuat dapat diaksesnya Informasi dan/atau

Dokumen Elektronik.

Karakteristik Tindak pidana pencemaran nama baik melalui media elektronik dapat

dikenali dengan mencermati beberapa hal, diantanya: 44

a. Perbuatan dilakukan dengan memanfatkan teknologi informasi;

b. Objek tindak pidananya berupa dokumen elektronik dan/atau informasi elektronik;

c. Objek tindak pidana tersebut didistribusikan atau ditransmisikan, melalui jaringan dan dapat

atau telah diakses oleh orang lain;

d. Isi dokunen elektranik dan/atau informasi elektronik tersebut bertujuan untuk menyerang

kehormatan seseorang;

e. Perbuatan tersebut telah melanggar kepentigan hukum orang lain;

43 Adami Chazawi.Ardi Ferdian. Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik. Media Nusa Creative.

Malang. 2015. Hal:69-75 44http://e-journal.uajy.ac.id/4921/1/AtvenVemanda%20NPM%20090510007.JURNAL.pdf diakses pada tanggal.

22 Januari 2020.pkl. 14.30 wib.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

38

Apabila pencemaran nama baik telah mencakupi ciri-ciri diatas maka dapat dikatakan

sebagai cybercrime. Tindak pidana pencemaran nama baik melalui media elektronik tidak bisa

dilepaskan dari peran teknologi informasi sebagai sarana di dalam melaksanakan tindak pidana.

Pemanfaatan teknologi informasi memicu konsekuensi adanya perubahan objek tindak pidna

yang mula berupa nama baik atau kehormatan seseorang berubah menjadi dokumen elektronik

dan/atau informasi elektronik yang mempunyai muatan pencemaran. Perbedaan objek tindak

pidana tersebut, menimbulkan perubahan cara pengungkapan tindak pidana pencemaran nama

baik melalui media elektronik. Pengungkapan tindak pidana pencemaran nama baik melalui

media elektronek harus dilaksanakan dengan cara atau metode khusus yang mendasarkan

kepada teori telematika karena tindak pidana yang terjadi dilakukan dengan menggunakan

metode tertentu yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.45

I. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

I. 1 Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindugan hukum merupaakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk

menciptakan tujuan-tujuan hukum, yaitu: keadilaan, kemanfatan dan kepastian hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan pada subyek hukum sesuai

dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk

represif (pemaksan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan

peraturan hukum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaknai dengan perlindugan hukum

yaitu perilaku untuk menjaga dan melindungi subyek hukum berdasarkan peraturan perundang’

undangan yang berlaku46.

45 Ibid. Hal. 24 46 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Buku Satu, Balai Pustaka Utama, Jakarta, 1989,hlm.874

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

39

a. Satjipto Raharjo

Definisi Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia

yang telah dirugikan oleh orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat

agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum47.

b. Muktie, A. Fadjar

Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, didalam hal ini hanya

perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum terkait pula dengan

adanya hak48.

c. Philipus M. Hadjon

Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang dapat melindungi

suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan

perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu hal yang dapat mengakibatkan tidak

terpenuhinya hak-hak tersebut49.

d. Soedikno Mertokusumo

perlindunggan hukum yaitu Suatu hal atau perbuatan untuk melindungi subjek hukum

berdsarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan disertai dengan sanksi-

sanksi bila di antara salah satu pihak ada yang melakukan wanprestasi50.

I.2 Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum

Menurut pendapat dari Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi

2 hal yaitu: 51

a) Perlindugan Hukum Preventif

47Andika, pengertian perlindungan hukum,dalam http://tesishukum.com/pengertianperlindungan-hukum-

menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 21 Desember 2019. 48 Ibid. 49 Ibid. 50 Soedikno Mertokusumo, Mengenal hukum (Suatu Pengantar), Liberty,Yogyakarta,1991, 51Radhy Alfian Santara, 2017, Tinjauan umum perlindungan hukum bagi pengguna bus,

http://repository.unpas.ac.id/27342/4/Bab%202.pdf diakses Tanggal 28 Februari 2020,pukul. 04.38.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

40

Merupakan bentuk perlindungan hukum yang mana rakyat diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemeritah mendapat bentuk

yang defintif.

b) Perlindungan Hukum Represif

Bentuk perlindungan hukum yang lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.

I. 3 Perlindungan Hukum Peer To Peer Lending

Perlindugan Hukum terkait Peer to Peer Landing Otoritas Jasa Keuangan Sendiri Sudah

Mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yaitu :

1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan. Prinsip dasar dalam perlindungan konsumen sektor jasa keuangan

menurut POJK ini adalah “menerapkan prinsip-prinsip diantaranya:

1. Transpiransi;

2. perlakuan yang adil;

3. keandalan;

4. kerahasiaan dan keamanan data atau informasi Konsumen

5. penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa untuk konsumen secara

Sederhna, cepat, dan pasti dengan biaya terjangkau.

2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/ POJK.01/2016 tentang-Layanan-Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi-Informasi.

Sebagai langkah awal OJK telah mengeluarkan POJK No. 77/ POJK.01/2016 tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (POJK Peer to Peer Lending)

salah satu nya mengatur tentang jenis Fintech yang sedang berkembang di Indonesia saat ini

yaitu Peer-to-Peer Lending (P2P Lending). OJK melihat adanya urgensi munculnya ketentan

yang mengatur perihal Fintech pinjam--meminjam, jika diperhatikan budaya pinjam

meminjam (utang) di kalangan masyarakat Indonesia yang masih kuat. Selain itu juga,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. II.pdf · 2020. 7. 9. · 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Financial Technology A.1 Sejarah dan Perkembangan Financial Technology Awal mula dari munculnya

41

perusaaan Fintech dengan skema Peer-to-Peer Lending merupakan lingkup kewenangan dari

pihak Otoritas Jasa Keuangan. Sebab, perusahaan Fintech memberikan pelayanan pada jasa

keuangan. Namun, perusahaan tersebut belum memiliki landasan hukum kelembagaan dalam

menjalankan kegiaatan usahanya pada sektor keuangan.

Peraturan perundang-undangan pada point perlindungaan mencakup, Mitigsi Risiko,

Tata Kelola Sistem Teknologi Informasi Penyelenggaran Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi, Edukaasi dan Perlindungan Pengguna Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Prinsip dan Teknis Pengenalan Nasabah,

Larangan dalam Penyelenggaran Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi serta Laparan Berkala kepada pihak Otoritas Jasa Keuangan.

3) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 18/ SEOJK.02/2017 Setelah berlakunya POJK

nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi, Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan ketentuan tentang pelaksanaan tata

kelola dan manajemen risiko Teknologi Informasi pada sistem pinjam meminjam uang berbasis

teknologi dalam SEOJK Nomor : 18/ SEOJK.02/2017 mulai berlaku pada tanggal yang telah

ditetapkan 18 April 2017.

4) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangaan No.014/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan

Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen.