bab ii tinjauan pustaka a. maksilo fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. bab ii.pdf ·...

22
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasial 1. Pengertian Maksilo Fasial Maksilo fasial merupakan seni dan ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang meliputi rehabilitasi fungsi dan estetik akibat operasi (tumor, benjolan, kanker), trauma (kecelakaan) ataupun bawaan lahir (congenital defect) (Mulyetty dan Budiman, 2003:123). Maksilo fasial merupakan ilmu prosthodonsia yang berhubungan dengan perbaikan atau penggantian struktur wajah dengan protesa akibat operasi (tumor, benjolan, kista), trauma (kecelakaan), ataupun cacat bawaan lahir (congenital defect) (Carr BA, 2012:316). Maksilo fasial adalah seni dan ilmu rekonstruksi fungsional atau kosmetik dengan cara penggantian untuk daerah-daerah di rahang atas, rahang bawah, dan wajah yang hilang atau cacat karena intervensi bedah, trauma, atau malformasi perkembangan atau bawaan (Nallaswamy, 2003:684). 2. Kelainan Maksilo Fasial Kelainan maksilo fasial adalah kelainan yang disebabkan oleh operasi pengangkatan jaringan neoplasma pada leher dan muka, kelainan bawaan (congenital) maupun akibat trauma, sehingga menimbulkan defek (cacat). Kelainan tersebut turut menyebabkan terangkatnya jaringan lunak beserta jaringan keras muka yang merupakan pendukung utama dan tidak dapat dilakukan tindakan bedah rekonstruksi. Kehilangan dukungan tersebut mengakibatkan pipi, bibir, dagu dan otot-otot lain berintraksi selama masa penyembuhan yang dapat membuat cacat muka dan gangguan pada fungsi mastikasi, penelanan, bicara dan lainnya (Himawan, 1998:35).

Upload: others

Post on 10-Sep-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Maksilo Fasial

1. Pengertian Maksilo Fasial

Maksilo fasial merupakan seni dan ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang

meliputi rehabilitasi fungsi dan estetik akibat operasi (tumor, benjolan, kanker),

trauma (kecelakaan) ataupun bawaan lahir (congenital defect) (Mulyetty dan

Budiman, 2003:123).

Maksilo fasial merupakan ilmu prosthodonsia yang berhubungan dengan

perbaikan atau penggantian struktur wajah dengan protesa akibat operasi (tumor,

benjolan, kista), trauma (kecelakaan), ataupun cacat bawaan lahir (congenital

defect) (Carr BA, 2012:316).

Maksilo fasial adalah seni dan ilmu rekonstruksi fungsional atau kosmetik

dengan cara penggantian untuk daerah-daerah di rahang atas, rahang bawah, dan

wajah yang hilang atau cacat karena intervensi bedah, trauma, atau malformasi

perkembangan atau bawaan (Nallaswamy, 2003:684).

2. Kelainan Maksilo Fasial

Kelainan maksilo fasial adalah kelainan yang disebabkan oleh operasi

pengangkatan jaringan neoplasma pada leher dan muka, kelainan bawaan

(congenital) maupun akibat trauma, sehingga menimbulkan defek (cacat).

Kelainan tersebut turut menyebabkan terangkatnya jaringan lunak beserta jaringan

keras muka yang merupakan pendukung utama dan tidak dapat dilakukan

tindakan bedah rekonstruksi. Kehilangan dukungan tersebut mengakibatkan pipi,

bibir, dagu dan otot-otot lain berintraksi selama masa penyembuhan yang dapat

membuat cacat muka dan gangguan pada fungsi mastikasi, penelanan, bicara dan

lainnya (Himawan, 1998:35).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

6

B. Defek Maksila

1. Pengertian Defek Maksila

Defek maksila adalah suatu kelainan berbentuk celah atau gerong pada

rahang atas yang disebabkan oleh bawaan sejak lahir, trauma akibat kecelakaan

atau tindakan operasi. Defek atau cacat maksila akan menyebabkan gangguan,

antara lain gangguan fungsi pengunyahan, penelanan dan fungsi bicara

(Nallaswamy, 2003:687). Defek maksila merupakan defek pada maksila yang

dikategorikan menjadi congenital defect (defek bawaan lahir) dan acquired defect

(defek karena tindakan operasi) (Handayani, 2015:120).

2. Macam-Macam Defek Maksila

Defek maksila dibedakan menjadi dua macam yaitu congenital defect dan

acquired defect (Handayani, 2015:120).

a. Congenital defect

Congenital defect atau defek bawaan lahir merupakan cacat yang terjadi

selama bayi masih dalam kandungan berupa defek kraniofasial. Cacat yang paling

sering terjadi adalah bibir sumbing dan celah langit-langit yang termasuk alveolus

premaxillary (Handayani, 2015:120).

Gambar 2.1

Congenital Defect

(sumber: https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/types.html)

b. Acquired defect

Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak

dan ganas, akibat trauma atau kecelakaan, perubahan patologis, terapi radiasi dan

intervensi bedah (Nallaswamy, 2003:689).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

7

Gambar 2.2

Acquired Defect

(sumber: http://www.scielo.br/scielo)

3. Klasifikasi Defek Maksila

Mohamed Aramany mengklasifikasikan defek maksila berdasarkan luasnya

daerah defek menjadi enam kelas sebagai berikut: (Mohamad; dkk, 2012:90).

a. Kelas I

Defek unilateral maksila yang mengenai atau sampai batas midline dan gigi

yang tersisa terletak pada sisi lain. Kasus ini paling sering dijumpai pada pasca

hemimaxillectomy.

Gambar 2.3

Defek Rahang Atas Kelas I

(sumber: Onasis dan Syafrinani, 2015:99)

b. Kelas II

Defek unilateral hanya pada posterior dengan gigi yang tersisa pada anterior

dan posterior sisi lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

8

Gambar 2.4

Defek Rahang Atas Kelas II

(sumber: Onasis dan Syafrinani, 2015:99)

c. Kelas III

Defek pada bagian tengah palatum dengan gigi yang tersisa pada kedua sisi.

Gambar 2.5

Defek Rahang Atas Kelas III

(sumber: Onasis dan Syafrinani, 2015:99)

d. Kelas IV

Defek bilateral maksila yang melewati midline dengan gigi yang tersisa

pada regio posterior salah satu sisi.

Gambar 2.6

Defek Rahang Atas Kelas IV

(sumber: Onasis dan Syafrinani, 2015:99)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

9

e. Kelas V

Defek bilateral maksila pada regio posterior dengan gigi yang tersisa pada

regio anterior kedua sisi.

Gambar 2.7

Defek Rahang Atas Kelas V

(sumber: Onasis dan Syafrinani, 2015:99)

f. Kelas VI

Defek bilateral maksila pada regio anterior dengan gigi yang tersisa pada

regio posterior kedua sisi.

Gambar 2.8

Defek Rahang Atas Kelas VI

(sumber: Onasis dan Syafrinani, 2015:99)

C. Protesa Maksilo Fasial

1. Pengertian Protesa Maksilo Fasial

Protesa maksilo fasial merupakan protesa yang menutupi celah abnormal

pada rongga mulut ataupun rongga hidung untuk rehabilitasi fungsi dan estetik

dengan penggantian pada bagian yang rusak atau hilang menggunakan bahan

tiruan (artifisial) (Azhindra; dkk, 2012:30).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

10

Protesa maksilo fasial adalah cabang ilmu prostodonsia yang berhubungan

dengan restorasi struktur wajah akibat adanya penyakit, tindakan bedah dan

kelainan bawaan dengan alat tiruan (Onasis dan Syafrinani, 2015:99).

Pembuatan protesa maksilo fasial bertujuan untuk mengembalikan fungsi

bicara dan mengunyah, membantu proses penyembuhan jaringan lunak serta

psikologis penderita. Protesa maksilo fasial harus dibuat segera setelah operasi

karena apabila terlambat akan terjadi kontraksi otot-otot wajah yang dapat

menyebabkan retensi berkurang (Mohamad; dkk, 2012:89).

2. Macam-Macam Protesa Maksilo Fasial

Protesa maksilo fasial terdiri dari dua macam yaitu protesa ekstra oral dan

intra oral (Onasis dan Syafrinani, 2015:99).

a. Protesa ekstra oral

Protesa ekstra oral adalah protesa yang merestorasi dan mengembalikan

bagian dari wajah ataupun struktur kepala yang hilang seperti mata, hidung dan

telinga (Onasis dan Syafrinani, 2015:99).

Gambar 2.9

Protesa Ekstra Oral

(sumber: https://www.elmundo.es/cronica.html)

b. Protesa intra oral

Potesa intra oral adalah protesa yang merestorasi dan menggantikan struktur

dalam rongga mulut seperti obturator pada celah palatum dan feeding plate pada

bayi (Onasis dan Syafrinani, 2015:99).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

11

a b

Gambar 2.10

a. Palatal Lift b. Feeding Plate

(sumber: https://Palatal-lift-prosthesis dan https://Feeding-Plate-Obturator)

3. Obturator

a. Pengertian obturator

Obturator adalah protesa maksilo fasial yang digunakan untuk menutupi

defek, memelihara integritas komponen rongga mulut dan hidung akibat proses

perkembangan penyakit, kelainan bawaan (congenital), akibat trauma

(kecelakaan) maupun penyakit (tumor atau kanker) (Tenripada; dkk, 2012:150).

Obturator yaitu alat yang didesain untuk menutupi pembukaan atau defek pada

maksila seperti cleft palate atau pembuangan sebagian atau seluruh maksila

karena tumor (Handayani, 2015:120).

b. Fungsi obturator

Beberapa fungsi dari penggunaan obturator yaitu menggantikan bagian

mulut yang hilang, sebagai alat bantu makan, mempercepat proses penyembuhan,

membantu pembentukan kembali bentuk palatal atau soft palate. Selain itu juga

dapat memperbaiki fungsi bicara, estetik, posisi bibir, serta fungsi penelanan dan

pengunyahan (Handayani, 2015:121).

c. Tipe-tipe obturator

Protesa obturator terdiri dari tiga tipe berdasarkan tahap perawatannya

(Onasis dan Syafrinani, 2015:99).

1) Surgical obturator

Obturator bedah (surgical obturator) adalah protesa maksilo fasial yang

bersifat sementara, dibuat sebelum pembedahan dan diinsersikan selama atau

segera setelah pembedahan. Obturator ini berfungsi menggantikan tulang-tulang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

12

alveolus yang hilang dan struktur palatum akibat pembedahan. Keuntungannya

dapat menahan tampon dengan stabil sehingga mempercepat penyembuhan

(Tenripada; dkk, 2012:151).

Gambar 2.11

Surgical Obturator

(sumber: Pardeep; dkk, 2017:356)

2) Interim obturator

Interim obturator atau delayed surgical obturator adalah protesa maksilo

fasial yang diinsersikan 1-4 minggu setelah pembedahan. Protesa ini digunakan

untuk menjaga estetika dan fungsi sampai protesa definitive selesai dibuat. Pada

awal proses penyembuhan harus dihindari beban oklusal untuk mencegah iritasi

pada area bekas pembedahan. Pasien dievaluasi setiap 10-14 hari selama 2-3

bulan untuk memperbaiki protesa karena kemungkinan akan mengalami

perubahan jaringan dari proses penyembuhan luka (Tenripada; dkk, 2012:151).

Gambar 2.12

Interim Obturator

(sumber: Tenripada; dkk, 2012:153)

3) Definitive obturator

Definitive obturator adalah protesa maksilo fasial yang menggantikan

seluruh defek, struktur lainnya termasuk gigi yang hilang akibat pembedahan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

13

Protesa ini diinsersikan setelah terjadi penyembuhan, biasanya 3-4 bulan setelah

pembedahan. Waktu dapat bervariasi tergantung ukuran defek, proses

penyembuhan, prognosis tumor, dan ada tidaknya gigi yang tersisa. Definitive

obturator harus mampu memberi dukungan retensi dan stabilisasi,

mengembalikan bentuk wajah setelah kehilangan sebagian tulang fasial

(Tenripada; dkk, 2012:151).

Gambar 2.13

Definitive Obturator

(sumber: https://symbiosisonlinepublishing.com)

d. Teknik pembuatan obturator

Pembuatan obturator bisa dilakukan dengan dua teknik yaitu one piece dan

two piece obturator (Handayani, 2015:121).

1) One piece obturator

One piece obturator terdiri dari satu bagian heat cured acrylic yang

melapisi shim, terbuat dari bahan soft cured acrylic menggunakan tiga stop dalam

daerah defek agar tidak berubah kedudukannya (Abadi, 2009:10). Keuntungan

dari teknik ini yaitu tidak terdapat garis perubahan warna pada protesa, daerah

undercut cukup tebal sesuai kebutuhan, lebih sederhana, pengerjaan cepat, tepat

dan akurat (Handayani, 2015:121).

Kerugian dari teknik one piece yaitu terasa berat saat dipakai karena

terdapat shim, dapat terjadi kebocoran shim sehingga cairan atau sisa makanan

masuk yang menyebabkan protesa semakin berat (Sridevi, 2014:146).

2) Two piece obturator

Two piece obturator terdiri dari dua bagian yaitu heat cured acrylic yang

terpisah dan disatukan dengan self cured acrylic menggunakan cuvet yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

14

terpisah. Bagian dasar dan bagian penutup obturator diproses dengan heat cured

acrylic (Chalina, 1972:139).

Teknik two piece mempunyai keuntungan yaitu ketebalan protesa dapat

dikontrol sehingga hasilnya lebih maksimal. Kerugiannya proses pembuatan lebih

lama dan resin akrilik dapat meresap ke bagian berongga dari obturator (Sridevi,

2014:146).

D. Definitive Obturator

1. Pengertian Definitive Obturator

Definitive obturator merupakan obturator permanen yang menggantikan

sebagian atau seluruh rahang dan gigi yang hilang akibat pembedahan atau

trauma. Definitive obturator dibuat ketika penyembuhan jaringan dan kontruksi

telah selesai 3-6 bulan setelah pembedahan tergantung pada besarnya defek dan

proses penyembuhan (Onasis dan Syafrinani, 2015:99-100).

2. Bagian-bagian Definitive Obturator

Protesa definitive obturator terdiri dari elemen gigi, basis dan cengkram.

a. Elemen gigi

Elemen gigi merupakan bagian dari protesa definitive obturator yang

berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan elemen gigi merupakan

tahap yang cukup sulit kecuali pada kasus dimana gigi asli masih ada sehingga

dapat dijadikan panduan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen gigi adalah

ukuran gigi (sesuai dengan gigi tetangganya), bentuk gigi (harmonis dengan

wajah dan jenis kelamin), warna gigi (disesuaikan dengan gigi yang masih ada)

(Gunadi; dkk, 1991:216).

b. Basis

Basis merupakan bagian obturator yang bersandar di atas tulang alveolar

menutupi jaringan lunak (Geovani, 2012:7). Basis obturator terbuat dari akrilik,

karena bahan ini disukai dalam pembuatan protesa untuk memulihkan cacat.

Bahan ini siap pakai dan mudah didapatkan, memiliki warna yang menyerupai

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

15

jaringan asli, terdiri dari heat cured acrylic, self cured acrylic, dan soft cured

acrylic (Nallaswamy, 2003:714).

1) Heat cured acrylic

Heat cured acrylic adalah bahan yang paling umum digunakan untuk basis

protesa, terdiri dari campuran monomer dan polimer yang mencapai polimerisasi

setelah dipanaskan dalam temperatur tertentu (Sundari; dkk, 2016:51).

Keuntungan dari bahan heat cured acrylic adalah estetik sangat baik karena

warnanya stabil dan translusen menyerupai jaringan gusi, harga relatif murah,

manipulasi dan pembuatannya mudah, tidak larut dan tidak aktif dalam cairan

mulut, mudah direparasi dan perubahan dimensinya kecil (Geovani, 2012:17).

Bahan resin akrilik heat cured acrylic juga memiliki kerugian yaitu

kekuatan terhadap benturan rendah, tidak tahan abrasi, dan konduktivitas termal

rendah (Geovani, 2012:18).

2) Self cured acrylic

Self cured acrylic dapat berpolimerisasi sendiri pada temperatur ruang atau

teraktivasi secara kimia. Self cured acrylic juga dapat berpolimerisasi dengan

penambahan aktivator atau katalisator tanpa menggunakan panas (Sundari; dkk,

2016:52).

Keuntungan dari bahan self cured acrylic adalah dapat memperbaiki

adaptasi terhadap jaringan lunak dibawahnya, mudah dilepas dari cuvet,

fleksibilitas lebih tinggi dibanding heat cured acrylic, dan distorsinya lebih

rendah (Geovani, 2012:19).

Bahan resin akrilik self cured acrylic juga memiliki kerugian yaitu cukup

mahal, warna kurang stabil, kekuatan kurang, adhesi dengan gigi kurang, dan

terkadang menyebabkan iritasi (Geovani, 2012:20).

3) Soft cured acrylic

Soft cured acrylic digunakan untuk memberikan lapisan lembut pada

obturator (Parker; dkk,1998:55). Sifat fisik dari bahan ini adalah penyerapan dan

kelarutan cairan minimal, dan menghambat pertumbuhan jamur. Sifat mekaniknya

adalah kemudahan dalam pemrosesan, finishing dan polishing (Pradnyani,

2017:11).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

16

Keuntungan bahan soft cured acrylic yaitu bersifat elastis, nyaman bagi

pasien, serta mengurangi dampak traumatis pada residual ridge (Pradnyani,

2017:11).

Bahan resin akrilik soft cured acrylic juga memiliki kerugian yaitu daya

serap air yang tinggi, harganya cukup mahal, dan lebih mudah berubah bentuk

sehingga protesa cepat longgar (Azhindra; dkk, 2013:247).

c. Cengkram kawat

Cengkram kawat merupakan jenis cengkram yang lengan-lengannya terbuat

dari kawat jadi (wrought wire) dan dibentuk dengan cara membengkokkan

menggunakan tang cengkram (Gunadi; dkk, 1991:161).

Cengkram kawat yang biasa digunakan dalam pembuatan protesa definitive

obturator adalah cengkram C, Adam, arrow, continous dan cengkram

sirkumferential.

1) Cengkram C

Cengkram ini seperti cengkram setengah jackson dengan pangkal ditanam

pada basis (Gunadi; dkk, 1991:167).

Gambar 2.14

Cengkram C

(sumber: Gunadi; dkk, 1991:167)

2) Cengkram Adam

Cengkram ini merupakan cengkram penahan langsung (Gunadi; dkk,

1991:165).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

17

Gambar 2.15

Cengkram Adam

(sumber: Gunadi; dkk, 1991:165)

3) Cengkram arrow (panah)

Berbentuk seperti anak panah yang ditempatkan pada interdental gigi,

biasanya pada gigi anak-anak dimana retensinya kurang. Oleh sebab itu cengkram

arrow dipakai untuk protesa sementara selama masa pertumbuhan (Gunadi; dkk,

1991:164).

Gambar 2.16

Cengkram Arrow

(sumber: Gunadi; dkk, 1991:165)

4) Cengkram continuos dengan eyelet

Pembuatan eyelet serupa dengan pembuatan arrow pada cengkram

arrowhead. Eyelet terletak tegak lurus di bawah titik kontak gigi, arah putaran

eyelet harus seragam, untuk retensi dapat di buat melengkung atau zigzag.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

18

Gambar 2.17

Cengkram Continuos dengan Eyelet

(sumber: https://symbiosisonlinepublishing.com)

5) Cengkram sirkumferential

Cengkram sirkumferential terletak melingkar pada kontur terbesar gigi,

posisi harus rapat dengan gigi, koil dapat dibuat bulat atau zigzag.

Gambar 2.18

Cengkram Sirkumferential

(sumber: https://symbiosisonlinepublishing.com)

3. Teknik Penyusunan Gigi Normal pada Definitive Obturator

Pada penyusunan gigi anterior posterior rahang atas, permukaan labial

setiap gigi yang akan disusun ditarik porosnya. Gigi harus memenuhi syarat

inklinasi mesio distal dan antero posterior.

a. Gigi incisivus satu rahang atas

Gigi incisivus satu rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal

membentuk sudut 95o dengan bidang oklusal. Inklinasi antero posterior tepi incisal

sedikit masuk ke palatal untuk memberi dukungan pada bibir. Jika dilihat dari

bidang oklusal tepi insisal terletak di atas linggir rahang (Itjingningsih, 1991:88).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

19

a b

Gambar 2.19

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:88)

b. Gigi incisivus dua rahang atas

Gigi incisivus dua rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal

membentuk sudut 80o dengan bidang oklusal. Tepi incisalnya 2 mm di atas bidang

oklusal. Untuk inklinasi antero posterior, bagian servikal condong lebih ke palatal

dan dilihat dari bidang oklusal tepi incisal terletak di atas linggir rahang

(Itjingningsih, 1991:90).

a b

Gambar 2.20

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:90-91)

c. Gigi caninus rahang atas

Gigi caninus rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal hampir

sama dengan gigi incisivus satu atas. Garis luar distal tegak lurus bidang oklusi

dan inklinasi antero posterior bagian servikal tampak lebih menonjol. Ujung cups

lebih ke palatal dan menyentuh bidang orientasi. Dilihat dari bidang oklusalnya

ujung cusp terletak di atas linggir rahang (Itjingningsih, 1991:92).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

20

a b

Gambar 2.21

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:92)

d. Gigi premolar satu rahang atas

Gigi premolar satu rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal tegak

lurus bidang oklusi. Inklinasi antero posterior cusp bukal pada bidang oklusi dan

cusp palatal kira-kira 1 mm di atas bidang oklusi. Dilihat dari bidang oklusal

groove developmental sentral terletak di atas linggir rahang (Itjingningsih,

1991:107).

a b

Gambar 2.22

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:107-108)

e. Gigi premolar dua rahang atas

Gigi premolar dua rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal

tegak lurus bidang oklusal. Inklinasi antero posterior cusp bukal dan cusp palatal

terletak pada bidang oklusal. Dilihat dari bidang oklusal developmental groove

sentral terletak di atas linggir rahang (Itjingningsih, 1991:108).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

21

a b

Gambar 2.23

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:108-109)

f. Gigi molar satu rahang atas

Gigi molar satu rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal

condong ke distal. Inklinasi antero posterior cusp-cuspnya terletak pada bidang

oblique dari kurva antero posterior yaitu cusp mesio palatal terletak pada bidang

oklusi, cusp mesio bukal dan disto palatal sama tinggi kira-kira 1 mm di atas

bidang oklusi dan cusp disto bukal kira-kira 2 mm di atas bidang oklusi. Dilihat

dari bidang oklusal cusp-cuspnya terletak pada kurva lateral yaitu permukaan

bukal gigi caninus, premolar satu, premolar dua, dan cusp mesio bukal gigi molar

satu rahang atas satu garis dengan permukaan fasial galangan gigit. permukaan

bukal gigi molar satu rahang atas membentuk sudut dengan permukaan fasial

galangan gigit kira-kira 6° ke palatal (Itjingningsih, 1991:110).

a b

Gambar 2.24

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:110)

g. Gigi molar dua rahang atas

Gigi molar dua rahang atas diletakkan dengan inklinasi mesio distal

condong ke distal dan inklinasi antero posterior cusp-cuspnya terletak pada bidang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

22

oblique dari kurva antero posterior. Dilihat dari bidang oklusal permukaan bukal

gigi molar satu rahang atas terletak pada kurva leteral yaitu development groove

sentral gigi molar satu, molar dua rahang atas sejajar garis median (Itjingningsih,

1991:111).

a b

Gambar 2.25

a. Inklinasi Mesio Distal b. Inklinasi Antero Posterior

(sumber: Itjingningsih, 1991:112)

4. Retensi dan Stabilisasi pada Definitive Obturator

Obturator yang dibuat pada umumnya berat sehingga mempengaruhi retensi

dan stabilisasi. Retensi dan stabilisasi dapat dioptimalkan dengan mengurangi

beratnya obturator sehingga dapat berfungsi dengan nyaman selama pengunyahan,

penelanan dan berbicara (Stivie dan Dharmautama, 2015:11-12).

a. Retensi

Retensi adalah kemampuan protesa untuk melawan gaya-gaya pemindah

secara vertikal seperti aktivitas otot-otot pada saat bicara, mastikasi, tertawa,

gravitasi dan lainnya yang cenderung memindahkan protesa ke arah oklusal.

Untuk mendapatkan retensi, pemilihan jenis cengkram dan diameter dari

cengkram berpengaruh. Jika diameter cengkram lebih besar maka diperoleh

retensi yang lebih besar pula (Gunadi; dkk, 1991:156).

Retensi adalah kemampuan untuk menahan gaya-gaya yang cenderung

mengubah hubungan antara protesa dengan jaringan lunak mulut waktu istirahat.

Retensi berkenaan dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa

dan protesa. Beberapa retensi yang bisa didapatkan adalah retensi anatomis dari

jaringan keras (sebagai basis) dan jaringan lunak (bersifat fleksibel). Retensi

mekanis diperoleh dari cengkram (panjang, diameter, bahan, kedalaman

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

23

undercut), dan adhesif (gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenis)

(Azhindra; dkk, 2013:246-248).

b. Stabilisasi

Stabilisasi adalah kemampuan protesa untuk bertahan pada tempatnya

sewaktu mendapat tekanan atau fungsional agar tidak mudah terlepas (Azhindra;

dkk, 2013:246). Stabilisasi merupakan gaya untuk melawan pergerakan ke arah

horizontal. Dalam hal ini semua bagian cengkram berperan, kecuali bagian ujung

lengan retentif (Gunadi; dkk, 1991:157).

5. Prosedur Pembuatan Definitive Obturator

Untuk mendapatkan suatu protesa definitive obturator tahapan-tahapan

dalam pembuatannya adalah sebagai berikut:

a. Persiapan model

Model yang telah dicetak dirapikan dengan amplas atau trimer dan

dibersihkan dari nodul-nodul. Daerah undercut yang tidak menguntungkan

diblockout dengan gips. Selanjutnya transfer desain dari SPK ke model kerja dan

tidak boleh mengganggu mukosa bergerak dan tidak bergerak agar dapat

memperoleh retensi dan stabilisasi (Itjingningsih, 1991:45).

b. Pembuatan cengkram

Cengkram dibentuk dengan cara membengkokkan kawat dengan tang tiga

jari, tang borobudur, tang kombinasi, tang pipih dan lainnya untuk mendapatkan

dukungan retensi dan stabilisasi (Gunadi; dkk, 1991:161-162).

c. Pembuatan basis pola malam

Basis pola malam berguna sebagai dasar landasan protesa. Basis terbuat dari

base plate wax yang dilunakkan dengan lampu spiritus, lalu diletakkan di atas

model kerja dan sedikit ditekan (Itjingningsih, 1991:52).

d. Pembuatan bite rim

Bite rim berfungsi menggantikan kedudukan gigi untuk mendapatkan

hubungan rahang atas dan rahang bawah. Bite rim dibuat dari base plate wax yang

dilunakkan di atas lampu spiritus dan digulung membentuk silinder. Kemudian

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

24

dibentuk seperti tapal kuda dan letakkan di atas basis pola malam (Itjingningsih,

1991:57-58).

e. Penanaman model kerja pada okludator

Okludator adalah alat yang digunakan untuk menentukan oklusi dan meniru

gerakan oklusi sentris (hubungan maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang

bawah waktu mandibula dalam keadaan relasi sentris) (Itjingningsih, 1991:26).

Model kerja rahang atas dan rahang bawah ditanam pada okludator dengan bahan

plaster of paris, lalu rapikan agar memudahkan saat pengerjaannya. Pemasangan

okludator bertujuan untuk membantu proses penyusunan elemen gigi karena kita

dapat mengetahui oklusinya (Martanto, 1981:140).

f. Penyusunan elemen gigi tiruan

Penyusunan gigi disesuaikan dengan bentuk wajah dari pasien serta gigi

tetangga atau gigi antagonis yang masih ada. Penyusunan dapat dilakukan secara

bertahap yaitu gigi anterior atas terlebih dahulu, gigi anterior bawah, gigi

posterior atas, gigi molar satu bawah dan gigi posterior bawah lainnya dengan

memperhatikan inklinasi, overjet dan overbite (Itjingningsih, 1991:85).

g. Wax contouring

Wax contouring adalah membentuk dasar dari protesa malam sedemikian

rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial dan semirip mungkin dengan

anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Wax conturing dapat menggunakan

instrumen tangan seperti lecron dan pisau malam (Itjingningsih, 1991:135).

h. Flasking

Flasking ialah proses penanaman model beserta malam dalam suatu flask

atau cuvet untuk membuat mold space. Flasking mempunyai dua metode yaitu

pulling the casting dan holding the casting. Pada metode pulling the casting,

setelah boiling out gigi ikut pada flask bagian atas. Keuntungan teknik ini,

pengulasan separating medium dan metode packing acrylic mudah. Kerugiannya

sering terjadi peninggian gigitan.

Metode holding the casting yaitu permukaan labial gigi-geligi ditutup

plaster of paris sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

25

Keuntungannya, ketinggian gigitan dapat dicegah sedangkan kerugian teknik ini

untuk pengulasan separating medium sulit dikontrol (Itjingningsih, 1991:154).

i. Boiling out

Tujuan dilakukan prosedur boiling adalah menghilangkan wax dari model

yang telah ditanam dalam flask untuk mendapatkan mould space dengan cara

memasukkan flask ke dalam air mendidih selama 5-10 menit. Mould space harus

bener-bener bersih dan tidak terdapat sisa wax yang menempel maupun serpihan

dari gips yang tajam, lalu ulasi CMS (Clod Mould Seal) sampai merata

(Itjingningsih, 1991:154).

j. Pembuatan shim dan packing pertama

Defek dilapisi selapis tipis pola malam dan buat tiga lubang sebagai stop

agar tidak berubah kedudukannya pada flask atau cuvet bawah, lalu buat penutup

pada cuvet atas dengan selapis tipis pola malam. Selanjutnya lakukan packing

pertama.

Packing ialah proses percampuran antara monomer dan polimer resin

akrilik. Ada dua metode packing yaitu dry methode (cara mencampur monomer

dan polimer langsung di dalam mould space) dan wet methode (cara mencampur

monomer dan polimer diluar mould space, bila sudah mencapai dough stage baru

dimasukkan ke dalam mould space) (Itjingningsih, 1991:155).

Buat adonan self cured acrylic dengan wet methode, tunggu sampai dough

stage, letakkan di atas pola malam yang telah dibuat sebelumnya pada cuvet atas

maupun bawah kemudian dipres. Setelah kurang lebih 10 menit cuvet dibuka dan

pola malam yang ada dibuang, shim diperiksa apakah ada yang pecah atau bolong,

lalu rapikan (Hasanah, 2017:23).

k. Packing kedua

Siapkan adonan heat cured acrylic dengan wet methode, tunggu adonan

sampai dough stage, letakkan pada dasar defek cuvet bawah kurang lebih setebal

pola malam pada pembuatan shim. Selanjutnya letakkan shim di atas adonan heat

cured acrylic tersebut sambil sedikit ditekan, lalu tuang kembali sisa adonan heat

cured acrylic diatas shim. Lakukan dua kali pengepresan, yang pertama dengan

cellophane dan yang kedua tanpa cellophane (Hasanah, 2017:24).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Maksilo Fasialrepository.poltekkes-tjk.ac.id/235/3/6. BAB II.pdf · Acquired defect merupakan defek yang terjadi pada pasien neoplasma jinak dan ganas,

26

l. Curing

Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan

polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya. Polimerisasi secara

thermis disebut dengan heat curing, dan secara khemis (zat kimia yang

ditambahkan dalam monomer) disebut cold/ self curing. Pemberian panas bisa

didapatkan secara water heat (air panas) (Itjingningsih, 1991:163).

m. Deflasking

Deflasking ialah melepaskan protesa dari flask atau cuvet dan bahan tanam

dengan tang gips, tetapi tidak boleh lepas dari model kerjanya supaya dapat

kembali persis seperti sebelum proses flasking, packing dan curing (Itjingningsih,

1991:164).

n. Finishing

Finishing merupakan penyempurnaan bentuk akhir protesa dengan

membuang sisa-sisa resin akrilik atau gips yang tertinggal menggunakan hanging

bur atau mikromotor dengan mata bur freezer, round bur, mandril amplas dan

lain-lain (Itjingningsih, 1991:183).

o. Polishing

Polishing adalah menghaluskan dan mengkilapkan protesa tanpa mengubah

konturnya. Menghaluskan protesa dapat menggunakan feltcone dan pumice yang

dicampur dengan air untuk menghilangkan guratan dan meratakan permukaan

protesa. Selanjutnya dipoles dengan white brush dan CaCo3 yang dicampur

dengan air sampai protesa licin dan mengkilap (Itjingningsih, 1991:187).