bab ii tinjauan pustaka a. pelaksanaan fungsi...
TRANSCRIPT
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Pengertian Perawatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai
upaya mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga
adalah unit pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua orang atau
lebih yang ada dan tidak ada hubungan darah atau hubungan secara hukum
akan tetapi berperan sebagai keluarga atau siapapun yang di katakan klien
sebagai keluarganya (Friedman, 1999).
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses
yang rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan
sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga.
Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Proses keperawatan
merupakan inti dan sari dari keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi
gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang
lain menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan
-
8
merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematis, yang
digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau
komunitas. Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah
penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok
dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris,
disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan
keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini
sangat sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai objek dari
studi yang sistematis dalam bidang keperawatan (Anonim, 2008).
2. Fungsi Perawatan Keluarga
Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam
pengkajian keluarga. Keluarga merupakan perspektif dasar dalam
masyarakat dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan, dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan
yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota
keluarga yang sakit. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan berlangsung
terutama melalui komitmen dan modifikasi lingkungan serta gaya hidup
pribadi, hal ini semakin memperkuat peran pokok keluarga dalam
melaksanakan tanggungjawab terhadap kesehatan para anggotanya. Model
keperawatan kesehatan yang diberikan pada keluargapun seharusnya
diubah, penyuluhan dan konseling untuk perawatan diri keluarga
merupakan tujuan utama dari praktik keperawatan keluarga (Nita, 2008).
-
9
Perilaku keluarga berhubungan dengan sehat-sakit. Praktik-praktik
kesehatan dan penggunaan pelayanan perawatan kesehatan sangat
bervariasi antar keluarga. Budaya lingkungan kelas social, serta Budaya,
lingkungan, kelas sosial, serta tingkat perkembangan teknologi akan
berpengaruh terhadap konsep sehat-sakit keluarga.
3. Alasan Keluarga Sebagai Fokus Sentral Keperawatan Keluarga
Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga harus
menjadi fokus sentral dari keperawatan keluarga, yaitu :
a. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera,
perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan
dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi anggota keluarga yang
lain dan unit ini secara keseluruhan.
b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status
kesehatan anggotanya
c. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada
peningkatan, perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan
konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi
resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan
d. Upaya menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk
memberikan perawatan kesehatan keluarga.
4. Empat Orientasi Dasar Terhadap Sehat dan Sakit
Tiga orientasi dasar yang paling menonjol terhadap sehat dan sakit
adalah :
-
10
a. Perasaan sehat-sakit yang objektif (orientasi pada keadaan perasaan).
b. Ada tidaknya gejala-gejala umum atau spesifik (orientasi pada gejala)
c. Keadaan mampu atau tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa
dilakukan (orientasi pada penampilan)
d. Pentingnya kepercayaan kesehatan pribadi dan keluarga.
5. Aspek Kehidupan
Beberapa aspek kehidupan memiliki valensi negative, valensi positif,
dan valensi netral. Individu akan mencoba untuk menghindari aspek-aspek
yang dinilai negatif dan sebaliknya mencoba memasukkan aspek positif
dalam kehidupan mereka. Seorang individu dapat melakukan tindakan-
tindakan preventif untuk menghindari penyakit jika keluarga dapat
dipercaya :
a. Secara pribadi seseorang rentan terhadap penyakit
b. Keadaan sakit minimal agak berat, sehingga konsekuensi mendapat
penyakit akan mengganggu kehidupan orang tersebut secara
signifikan.
c. Melakukan tindakan tertentu akan bermanfaat dalam mengurangi
kerentanan terhadap penyakit.
6. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga
Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
keluarga yaitu (Setiadi, 2008) :
-
11
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana
keluarga, mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan keluarga yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini
memerlukan data umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat,
komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi
keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan
langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang
ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat
informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
Dalam hal ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang
diambil. Perawatan sederhana dengan melakukan cara-cara perawatan
yang sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui
sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
-
12
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap
keluarga terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan melakukan
perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan
keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya sminimal
mungkin.
d. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis
Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya
hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga. Dengan
memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan,
dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan kenyamanan agar
anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari
luar.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga
Dimana keluarga mengetahui apakah keberdaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi
pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling
-
13
dekat misalnya posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit, Hal ini
dilakukan dengan alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi perawatan
kesehatan keluarga :
a. Praktik gaya hidup, yaitu pola diet, tidur dan istirahat, kebiasaan
pengunaan obat, perawatan diri
Sosial budaya, lingkungan, dan gaya hidup memainkan peran
dalam kesehatan secara nyata. Perbaikan status kesehatan adalah
melalui perbaikan gaya hidup. Perubahan tingkah laku pribadi dalam
hal diet, olahraga, merokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat sangat
diperlukan, dan semua hal itu merupakan faktor-faktor penting yang
mempengaruhi kesehatan. Praktik diet keluarga, dimana dalam wujud
sadar gizi sebagai strategi kesehatan akan memberikan kontribusi yang
besar bagi keluarga untuk memaksimalkan upaya preventif keluarga.
Informasi tambahan yang relevan dalam mengkaji praktik diet
keluarga meliputi kesadaran akan fungsi waktu makan bagi keluarga
dan waktu makan (Nita, 2008).
Peningkatan status kesehatan secara menyeluruh, perbaikan
status mental, dan umur yang lebih panjang mempunyai korelasi
positif dengan kebiasaan tidur dan istirahat yang adequat dan teratur.
Kebiasaan menggunakan obat dalam keluarga, dimana banyak obat
yang digunakan oleh keluarga dilakukan sebagai alternatif terhadap
perawatan professional. Pada umumnya masalah-masalah kesehatan
-
14
yang sedang dialami dipandang terlalu sederhana untuk mencari
perawatan medis atau dianggap bahwa keluarga mampu menanganinya
secara memadai. Oleh karena itu penting untuk dikaji penggunaan obat
yang dijual bebas sehingga dapat diketahui efek samping dan efek
kompatibilitas yang berbahaya (Nita, 2008).
Praktik perawatan diri., dimana penentuan terhadap kemampuan
keluarga dalam melakukan perawatan diri dan motivasinya serta
kompetensi aktual dalam menangani persoalan-persoalan kesehatan
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan perawat dalam
melakukan pengkajian keluarga. Tanggungjawab keluarga terhadap
perawatan diri tergantung dari pemahaman keluarga terhadap status
kesehatannya serta masalah-masalah kesehatan dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatannya
(Nita, 2008).
b. Praktik lingkungan, yaitu praktik kebersihan diri dan keamanan
Praktik lingkungan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan atau pola-
pola yang secara positif atau negatif mempengaruhi status kesehatan
keluarga atau anggota keluarga.
c. Praktik preventif berdasarkan medis, pemeriksaan umum dan lebih
spesifik, pemeriksaan penglihatan dan pendengaran, imunisasi.
Pemeriksaan fisik lengkap yang dilakukan secara teratur setiap
tahun bagi populasi yang sehat dianggap sebagai sesuatu yang tidak
efektif dan merupakan suatu pemborosan. Di lain pihak, pemeriksaan
-
15
fisik preventif selektif yang dilakukan secara teratur merupakan sebuah
upaya yang efektif dari segi biaya dan mampu men-screening beberapa
kemungkinan utama terhadap kesehatan.
Pengkajian kesehatan tahunan (pemeriksaan fisik, riwayat
kesehatan, dan pemeriksaan diagnostik) yang disesuaikan dengan
umur, ras, dan jenis kelamin sangat penting untuk dilakukan.
Pengkajian ini memberikan informasi yang diperlukan agar bersama-
sama klien dapat membuat rencana pemeliharaan kesehatan.
Pengkajian kesehatan preventif mengidentifikasi faktor resiko dari
seorang individu. Pengkajian kesehatan juga dapat digunakan untuk
mendeteksi tanda-tanda penyakit yang tidak tampak serta gejala-gejala
yang penting dalam temuan kasus.
Pentingnya status imunisasi, merupakan salah satu tindakan
paling penting dan paling spesifik untuk mencegah penyakit adalah
imunisasi. Minimal 75 % - 80 % dari anak-anak yang rentan harus
diimunisasi secara efektif untuk melindungi komunitas dari penyakit-
penyakit menular yang dapat dicegah. Adanya riwayat kesehatan
keluarga dianggap penting karena beberapa hal. Pertama, bahwa
riwayat keluarga akan sering mengidentifikasi faktor-faktor resiko
keluarga. Kedua, pengalaman-pengalaman keluarga dengan penyakit
tertentu mungkin menimbulkan ketakutan, mitos, ataupun salah
pengertian tentang suatu penyakit. Ketiga, dengan menggali riwayat
medis keluarga, perawat akan belajar lebih banyak tentang orientasi
-
16
keluarga dan dengan demikian perawat akan memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang masa lalu keluarga.
d. Praktik kesehatan gigi
Perawatan kesehatan gigi meliputi perawatan preventif dan
praktik-praktik kesehatan kuratif. Empat unsur dasar untuk
pemeliharaan kesehatan gigi yaitu :
1) Pelayanan gigi preventif yang teratur, termasuk pemeriksaan gigi,
rontgen, pembersihan, penyuluhan, dan fluoride topical bila perlu.
2) Penggunaan air yang mengandung fluoride, atau jika tidak ada,
penggunaan cairan fluoride oral sehari-hari atau tablet untuk anak-
anak.
3) Menyikat gigi (flossing) setelah makan.
4) Penurunan jumlah diet tertentu dari karbohidrat yang dapat
mengalami fermentasi dalam diet.
8. Fungsi perawatan kesehatan pada keluarga dengan frekuensi terjadinya
ISPA
Pada dasarnya dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga
dibutuhkan suatu kerjasma antara keluarga dan tenaga kesehatan setempat,
dimana kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki
anak usia 0-4 tahun. Fungsi perawatan keluarga dalam hal ini harus
mampu mengenal masalah yang dihadapi anak usia 0-4 tahun, mengambil
suatu keputusan, mampu melakukan perawatan terhadap anak usia 0-4
-
17
tahun,, mampu memodifikasi lingkungan, mampu dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan terdekat (Depkes, 2002).
Pada anak dengan status gizi dan kesehatan yang baik dapat
terhindar dari penyakit salah satunya penyakit ISPA, dimana keajdian
penyakit ISPA salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi adalah
faktor sosio-demografi, biologis, perumahan dan kepadatan serta polusi.
Faktor sosio-demografi meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan orangtua,
penghasilan keluarga, faktor biologi meliputi status gizi, pemberian ASI
eksklusif. Faktor perumahan dan kepadatan meliputi keadaan lantai,
dinding, jumlah penghuni kamar yang melebihi 2 orang. Faktor polusi
dalam ruangan meliputi tidak adanya cerobong asap, kebiasaan ayah
merokok dan adanya perokok selain ayah (Darmage, 1999).
Di dalam perawatan kesehatan keluarga mempunyai tugastugas
perawatan terutama pada anak terkena ISPA yaitu keluarga perlu
mengetahui masalah yang terjadi pada penderita ISPA khususnya anak
terkena ISPA yaitu karakteristik anak yang ISPA. Pada anak yang terkena
ISPA, keluarga melakukan tindakan perawatan sederhana dengan menjaga
status gizi anak ISPA, menjaga lungkungan tetap bersih. kesehatan
memutuskan membawa anak terkena ISPA ke pusat kesehatan
(puskesmas, poli kesehatan), memodifikasi lingkungan tetap asri, cukup
udara, menciptakan kenyamanan agar anak ISPA dapat beristirahat dengan
tenang tanpa adanya gangguan dari luar. Pada anak ISPA yang sudah
-
18
menahun dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan, agar mendapatkan
pengobatan secara tepat.
B. Konsep ISPA
1. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau berurutan (Nelson, 1999).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Depkes, 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah
suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian
saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2002).
2. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
-
19
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari
390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
3. Penyebab penyakit ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan
bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar
kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat
terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap
hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya
asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga
banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.
Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry
basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).
4. Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Damage (1999) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
-
20
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-
lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas
orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan,
sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah
tangga yang memasak sambil menggendong anaknya (Depkes RI
1997).
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan
gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA
yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan
berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan
agar tidak mudah terserang penyakit ISPA (Depkes RI ,1999).
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu :
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
-
21
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan
semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang
akan masuk kedalam tubuh (Depkes RI, 2004).
2) Faktor rumah
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam rumah sangat
diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam
rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap
tersebut yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit
ISPA. Begitu juga keadaan jumlah kamar yang penghuninya lebih
dari 2 orang, karena bisa menghalangi proses pertukaran udara
bersih sehingga menjadi penyebab terjadinya ISPA (Krieger dan
Higgins, 2002).
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik
industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong
tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin.
Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal,
sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan
dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan
-
22
asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan
oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa
menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan
supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam.
Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi
rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak,
bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan
asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang
(Depkes RI, 1999).
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000
bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen
oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol
dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut
akan beresiko terserang ISPA (Depkes RI, 1999).
5. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom
dikutip dari Effendy (1999) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan,
-
23
misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi
asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang
terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang
terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena
keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit
ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan
membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
6. Tanda dan gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian
saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan
dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta
perubahan struktur fungsi siliare.
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing,
malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),
photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara
nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan
dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas
apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.
(Nelson, 1999). Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Departemen
Kesehatan RI ( 2002 ) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
-
24
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari
390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
7. Pencegahan ISPA
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan
mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain
penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat
lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur,
serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita
tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh
kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri
penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
-
25
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di
udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
-
26
C. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber : Friedman (1999), Krieger dan Higgins, (2002), Depkes RI, 2004).
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga pada keluarga
Frekuensi terjadinya ISPA
Faktor-faktor resiko ISPA 1. Demografi
a. Jenis kelamin b. Umur c. Pendidikan
2. Faktor biologi a. Status gizi b. Faktor rumah
3. Faktor polusi a. Cerobong
asap/pabrik/rumah tangga b. Kebiasaan merokok
Frekuensi terjadinya ISPA pada anak usia 0-4 tahun
Pelaksanaan Fungsi perawatan kesehatan : a. Mengenal masalah keluarga b. Mengambil keputusan c. Merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah d. Memodifikasi lingkungan
fisik dan psikologis kesehatan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pelaksanaan
Fungsi perawatan kesehatan :
a. Praktik gaya hidup
b. Praktik lingkungan
c. Praktik preventif
d. Praktik kesehatan gigi
-
27
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan fungsi perawatan
kesehatan pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun
2. Variabel Terikat
Varibel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi terjadinya ISPA
F. Hipotesa
Ha : Ada hubungan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga
pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan frekuensi
terjadinya ISPA di Desa Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo,
Kabupaten Grobogan.
Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan
keluarga pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan
frekuensi terjadinya ISPA di Desa Tanggung, Kecamatan
Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.