bab ii tinjauan pustaka 1eprints.umm.ac.id/47516/3/bab ii.pdf2.2 tinjauan nefrolitiasis 2.2.1...

18
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Tanaman Nampu 2.1.1 Klasifikasi Nampu Kingdom : Plantae Clade : Angiosperms Clade : Monocots Order : Alismatales Family : Araceae Subfamily : Aroidae Tribe : Homalomenae Genus : Homalomena Schott Species : Homalomena occulta 2.1.2 Nama Daerah Nampu Homalomena occulta tersebar dari berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang beragam seperti cariyang bodas, cariyang beureum (Sunda) dan juga sebutan nampu ataupun nyampu dari Jawa tengah (Dalimartha,2003). Gambar 2.1 Tanaman Nampu

Upload: others

Post on 21-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Tanaman Nampu

2.1.1 Klasifikasi Nampu

Kingdom : Plantae

Clade : Angiosperms

Clade : Monocots

Order : Alismatales

Family : Araceae

Subfamily : Aroidae

Tribe : Homalomenae

Genus : Homalomena Schott

Species : Homalomena occulta

2.1.2 Nama Daerah Nampu

Homalomena occulta tersebar dari berbagai daerah di Indonesia dengan

nama yang beragam seperti cariyang bodas, cariyang beureum (Sunda) dan juga

sebutan nampu ataupun nyampu dari Jawa tengah (Dalimartha,2003).

Gambar 2.1 Tanaman Nampu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

5

2.1.3 Morfologi dan Penyebaran

Tanaman nampu adalah tanaman yang dapat ditemukan di daerah

pegunungan, pinggiran sungai dan tepi danau. Tetapi selain di alam, tanaman

nampu dapat juga digunakan sebagai tanaman hias ataupun tanaman obat

(Dalimartha, 2003).

Tanaman nampu memiliki ciri-ciri yang spesifik dan berbeda dengan

tanaman lain, nampu merupakan tanaman terna yang memiliki usia hidup lama

dan tingginya berkisar antara 50-100 cm, batangnya bulat, tidak berkayu, warna

ungu sampai kecoklatan dan memiliki rimpang yang bentuknya memanjng.

Tanaman nampu memiliki daun tunggal dan tangkai yang panjangnya berkisar 50-

60 cm dengan bentuk bulat dan berdaging, ujung daun berbentuk runcing, pangkal

berbentuk rompang, semua tepi rata, kedua permukaan licin, memiliki tulang daun

yang menyirip, panjang daun berkisar 70-90 cm dengan lebar 20-35 cm dan

berwarna hijau tua. Selain daun, tanaman nampu juga memiliki bunga dengan ciri

bunga majemuk, warna ungu dan memiliki bentuk bongkol yang tumbuh pada

ketiak daun, memiliki kelamin ganda dengan panjang bunga 15-30 cm dan tangkai

yang berwarna ungu. Terdapat pula buah buni yang memiliki bentuk bulat, kecil,

warnanya merah dan bijinya panjang. (Dalimartha,2003).

2.1.4 Kandungan Kimia Nampu

Rimpang nampu mengandung beberapa senyawa yang memiliki efek

terapi dalam bidang pengobatan. Senyawa tersebut adalah saponin, flavonoid,

tannin dan polifenol. Pada bagian daun nampu mengandung senyawa saponin dan

flavonoid (Dalimartha,2003).

Contoh kandungan senyawa metabolit sekunder pada nampu diantaranya

adalah :

2.1.4.1 Senyawa Flavonoida

Tanaman nampu memiliki kandungan kimia yang bermacam-macam,

diantaranya adalah flavonoida. Flavonoida merupakan senyawa polar yang dapat

membentuk kompleks dengan ion logam. Mekanisme dalam melaurtkan batu

ginjal adalah dengan membentuk kompleks antara ion kalsium batu ginjal dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

6

gugus hidroksi karbonil flavonoida yang terkandung dalam obat tradisional (Ida

and Anang, 2015).

2.1.4.2 Senyawa Terpen

Senyawa terpen atau biasa disebut isoprena karena memiliki motif pada

strukturnya yang berulang (unit C5). Terpen terbagi lagi dalam beberapa

kelompok, diantaranya yaitu monoterpen dengan unit atom C10, seskuiterpen

C15, diterpen C20 triterpen dan steroid C30 dan tetraterpen C40 (Heinrich et al.,

2005).

2.1.4.3 Apigenin

Gambar 2.2 Struktur Kimia Flavonoida

Gambar 2.3 Struktur Kimia Terpen

Gambar 2.4 Struktur Kimia Apigenin

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

7

Apigenin merupakan komponen flavonoid utama yang termasuk dalam

golongan flavon. Rumus molekulnya adalah C15H10O5 dan bobot molekul 270,23

g/mol. Nama Intenational Union of Pure and Applied Chemistry dari apigenin

adalah 5,7-dihidroksi-2-(4-hidroksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on. Titik leleh

apigenin 345–350. Apigenin memiliki banyak kegunaan, salah satunya dalam

bidang farmasi. Senyawa ini dapat digunakan sebagai obat asam urat (Duke,

1999).

2.1.5 Manfaat Nampu

Tanaman nampu dapat mengatasi gejala penyakit seperti menggigil,

rematik, pegal linu dan dapat meningkatkan nafsu seks dari pria (Dalimartha,

2003).

2.2 Tinjauan Nefrolitiasis

2.2.1 Definisi Nefrolitiasis

Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem kemih

(ginjal dan ureter). Batu ginjal tersebut tersusun dari berbagai jumlah kristaloid

dan matriks organik. Batu ureter hampir selalu berasal dari ginjal tetapi kemudian

diturunkan ke ureter (Stoller, 2004).

Gambar 2.5 Nefrolitiasis

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

8

2.2.2 Epidemiologi Nefrolitiasis

Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di

Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada

lakilaki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa dengan puncak usia dekade

ketiga dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang

dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar

37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu

jumlah pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang

(Abdurrosid et al., 2017).

2.2.3 Penyebab Batu Ginjal

Menurut (Soenarto,2005) penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu :

A. Genetik (bawaan)

Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal

sejak dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikcit. Anak yang sejak kecil

mengalami ganggua metabolisme khususnya dibagian ginjal yaitu air seninya

memiliki kecenderungan mudah mengendapkan garam membuat mudah terbentuk

batu. Karena fungsi ginjalnya tidak dapat bekerja secara normal maka kelancaran

proses pengeluaran air juga mudah mengalami gangguan, misalnya banyak zat

kapur dalan air kemih sehingga mudah mengendapkan batu

B. Makanan

Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal discbabkan oleh faktor makanan

dan minuman Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia

yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya kalsium tinggi, seperti

oksalat dan fosfat. Kedua bahan tersebut mudah mengkristal di ginjal. Demikian

juga pada makanan yang kadar asam uratnya tinggi. Orang yang mengkonsumsi

air (khususnya air putih) dalam jumlah yang sedikit sangat beresiko terkena

penyakit batu ginjal. Ini dikarenakan terjadi kekurangan cairan diginjal sehingga

air seni menjadi pekat, lalu mudah membentuk batu. Selain faktor makan dan

minum, suplemen vitamin ikut berperan dalam pembenrtukan batu ginjal,

misalnya kekurangan vitamin A atau terlalu banyak mengkonsumsi vitamin D.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

9

C. Aktivitas

Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.

Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih

tinggi dari pad orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang yang kurang

berolah raga. Karena tubuh kurang bergerak (baik olahraga mupun aktifitas

bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran seni menjadi kurang lancr.

Bahkan tidak hanya penyakit ginjal yang diderita, penyakit lain bisa dengan

gampang menyerang.

2.2.4 Gejala Nefrolitiasis

Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar

biasa,akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin

berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah

akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya

menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan

hematuria.

Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

A. Hematuria

B. Piuria

C. Polikisuria/frequency

D. Urgency

E. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada

daerah pinggang.

F. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.

G. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah,

selanjutnya ke arah penis atau vulva.

H. Anorexia, muntah dan perut kembung

I. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya

batu leukosit meningkat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

10

2.2.5 Etiologi Nefrolitiasis

Terbentuknya batu saluran kemih ada hubungannya dengan gangguan

aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-

keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologi

terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran

kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang

berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang

berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Menurut Purnomo, 2003 Faktor intrinsik nefrolitiasis antara lain :

A. Herediter (keturunan) : penyakit diturunkan dari orang tua.

B. Umur : Penderita sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

C. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan

dengan pasien perempuan.

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

A. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu

saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai

daerah stonebelt.

B. Iklim dan temperatur

C. Asupan air : kurangnya asupan air akan mempercepat penumpukan batu

pada saluran ginjal.

D. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya

batu.

E. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktivitas.

2.2.6 Patofisiologi Nefrolitiasis

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks. Komposisi

dari batu ginjal bervariasi, kirakira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat,

asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang

rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih

atau urin sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

11

adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi amonium yang

berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Sjamsuhidajat, 1998).

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

A. Teori supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen pembentuk batu ginjal mendukung

terjadinya kristalisasi. Kristal yang menumpuk menyebabkan terjadinya agresi

kristal kemudian timbul menjadi batu.

B. Teori matriks

Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%

heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Matriks menyebabkan penempelan kristal-

kristal sehingga menjadi batu.

C. Teori inhibitor

Pada kondisi normal jumlah kalsium dan fosfat sudah melampui daya

kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapan. Fosfat

mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal.

Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

D. Teori epistaxis

Pembentukan batu oleh beberapa zat secara bersamaan, salah satu batu

merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.

Contohnya agresi asam urat dalam urin akan mendukung pembentukan batu

kalsium dengan bahan asam urat sebagai inti pengendapan kalsium.

E. Teori kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

2.2.7 Klasifikasi Nefrolitiasis

Klaisifkasi nefrolitiasis diantaranya adalah :

A. Kalsium oksalat: 80% dari batu kalsium, faktor risiko termasuk volume

urin rendah, hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hiperoksaluria dan hipositraturia.

B. Kalsium fosfat : 20% dari batu kalsium. Faktor risiko termasuk pH urin

tinggi dan asidosis tubulus ginjal.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

12

C. Batu asam urat: 10% hingga 20% pada batu ginjal disebabkan oleh

hiperurisemia.

D. Batu sistin: 1% dari batu ginjal, biasanya disebabkan oleh kesalahan

metabolisme bawaan yang menghasilkan reabsorpsi yang abnormal pada tubulus

ginjal yaitu asam amino cystine, ornithine, lysine, dan arginine.

E. Batu struvite: 1% hingga 5% batu ginjal, juga dikenal sebagai batu infeksi.

Terdiri dari magnesium, amonium, dan fosfat (Pak CY, 2003).

2.2.8 Penatalaksanaan Nefrolitiasis

Nefrolitiasis memiliki berbagai macam metode untuk penyembuhannya,

diantaranya adalah :

A. Obat Kimia

Obat kimia banyak dipilih oleh kebanyakan masyarakat karena selain

biaya yang terjangkau, juga akses unuk mendapatkan obatnya sangat mudah. Ada

beberapa obat kimia sebagai terapi utama nefrolitiasis tergantung dari jenis batu

pada pasien. Untuk terapi kalium sitrat digunakan untuk batu kalsium dengan

kadar kalsium yang normal dalam tubuh. Sedangkan diuretik thiazid digunakan

Gambar 2.6 Mekanisme Terapi Obat Kimia pada Nefrolitiasis

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

13

untuk terapi batu kalsium dengan kadar kasium yang tinggi dalam tubuh. Selain

itu ada allopurinol yang digunakan untuk batu asam urat (Wolf, 2012).

1) Diuretik

Diuretik adalah suatu zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih

(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat lainnya yang menstimulasi

diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak termasuk dalam

defenisi ini, misalnya zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin dan

teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon

anti diuretik (Tjay, 2002).

Obat diuretik merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan

reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl

- memasuki urine dalam jumlah lebih banyak

dibanding dalam keadaan normal bersama dengan air yang mengangkut secara

pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dalam

tubulus menjadi meningkat karena natrium lebih banyak dalam urine, dan

mengikat air lebih banyak dalam tubulus ginjal serta produksi urine menjadi lebih

banyak. Dengan demikian, diuretik meningkatkan volume urine dan sering

mengubah PH-nya serta komposisi ion dalam urine dan darah (Halimudin, 2007).

Mekanisme Kerja Diuretik dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, tempat

kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi

natrium sedikit, akan memberi efek lebih kecil dibandingkan dengan diuretik yang

bekerja pada daerah dengan reabsorbsi natrium tinggi. Kedua, status fisiologi dari

organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan

ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi

antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik

digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis. Penggunaan diuretik sudah

sedemikian luas sampai saat ini (Siregar, 2008).

2) Xantin Oksidase Inhibitor

Xantin oksidase inhibitor secara klinik digunakan sebagai penghambat

enzim xantin oksidase. Enzim tersebut berperan dalam metabolisme purin yang

berasal dari dalam (asam nukleat) dan juga luar tubuh (makanan dan minuman

yang mengandung purin). Metabolisme purin menghasilkan produk akhir yaitu

berupa adenilik acid (AMP: Adenosine Monophosphate), inosinik acid (IMP:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

14

Inosine Monophosphate), dan guanilik acid (GMP: Guanosine Monophosphate)

yang dapat disintesa melalui sintesis secara de novo. Sintesis asam urat secara de

novo berawal dari GMP yang didegradasi oleh nukleotidase menjadi guanosin,

kemudian guanosin didegradasi oleh phosporilase menjadi guanin. Selanjutnya

guanin dideaminasi oleh guanin deaminase menjadi xantin yang dilanjutkan

degradasi oleh xantin oksidase menjadi asam urat. IMP didegradasi oleh

nukleotidase menjadi inosin yang dilanjutkan degradasi oleh phosporilase menjadi

hipoxantin dan didegradasi menjadi asam urat oleh enzim xantin oksidase. AMP

dideaminasi oleh AMP deaminase menjadi IMP dan didegradasi oleh nukleotidase

menjadi inosine yang dilanjutkan degradasi oleh phosporilase menjadi inosine.

Inosine yang terbentuk didegradasi oleh xantin oksidase menjadi xantin, kemudian

dikonversi menjadi asam urat (Kelley, 1991).

Contoh obat xantin oksidase inhibitor adalah allopurinol. Mekanisme

penghambatan allopurinol karena memiliki struktur yang hampir sama dengan

xantin (substrat enzim xantin oksidase). Allopurinol mampu berikatan dengan

xantin oksidase pada sisi aktifnya dengan membentuk ikatan yang terdiri dari

kombinasi ikatan kovalen, elektrostatik, dan hidrogen. Allopurinol memiliki

afinitas puluhan kali lebih kuat terhadap xantin oksidase dibandingkan xantin.

Oleh karena itu, apabila dalam lingkungan terdapat inhibitor ini

(allopurinol) bersamaandengan xantin (substrat), maka allopurinol akan lebih

Gambar 2.7 Penghambatan Xantin Oksidase oleh Allopurinol

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

15

bereaksi dengan xantin oksidase membentuk produk (oksipurinol) dibandingkan

dengan substratnya sendiri (xantin), sehingga efek penghambat pembentukan

asam urat dapat berlangsung terus selama masih terdapat allopurinol dalam

lingkungan (Ahmad, 2012). Tetapi, penggunaan allopurinol akan menimbulkan

banyak efek samping, seperti contoh reaksi kulit berupa kemerahan, reaksi alergi,

dan gangguan pada saluran cerna (Wilmana, 2007).

B. Obat Tradisional

Alternatif lain untuk menyembuhkan penyakit batu ginjal salah satunya

adalah pengobatan secara tradisional. Obat tradisional merupakan ramuan bahan

alam yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman secara turun-temurun (Katno & Pramono, 2009). Teknik pengobatan

secara tradisional mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan

penggunaan obat kimia (Thomas, 1989). Tetapi masih sangat jarang ditemukan

obat tradisional di toko obat maupun apotek. Obat tradisional yang banyak

ditemukan hanya batugin elixir®

(produk lokal) dan cystone®

(produk impor).

1) Cystone®

Cystone®

memiliki kandungan di dalamnya yaitu Didymocarpus

pedicellata 65 mg, Saxifraga ligulata 49 mg, Rubia cordifolia 16 mg, Cyperus

scariosus 16 mg, Achyranthes aspera 16 mg, Onosma bracteatum 16 mg,

Vernonia cinerea 16 mg, lime silicate calx 16 mg, asphaltum (purified) 13 mg.

Cystone®

adalah obat tradisional yang banyak digunakan untuk mengobati

masalah urologi. Cystone®

telah banyak digunakan di seluruh dunia, dan sekarang

juga sudah diperjual belikan di berbagai belahan dunia, seperti India dan Amerika.

Cystone®

telah digunakan secara klinis untuk mengobati banyak komplikasi

saluran kemih seperti urolithiasis, nefrolitiasis, rasa sakit saat berkemih, neuro-

ureterolithiasis, komplikasi saluran kemih pada kehamilan dan berbagai gangguan

ginjal lainnya. Cystone®

juga memiliki efek antimikroba sehingga dapat

digunakan sebagai pencegahan penyakit infeksi saluran kemih (Erickson et al.,

2011) (Sharma et al., 1983).

Pada nefrolitiasis, cystone®

bekerja dengan cara menghambat

pembentukan zat yang memiliki potensi untuk membentuk batu pada ginjal seperti

asam oksalat, hidroksiprolin dan lain sebagainya. (Erickson et al, 2011)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

16

C. Terapi Tindakan

Terapi tindakan terbagi atas beberapa metode, diantaranya adalah :

1) Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )

ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Prinsip

dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang

kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang

dihasilkan dapat difokuskan ke arah batu. Sesampainya di batu, gelombang tadi

akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk

memecah batu hingga menjadi pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama kencing

tanpa menimbulkan sakit. Komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir

tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya

kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa kali tindakan dan sulit pada orang

bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita

dan juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi

kerusakan pada ovarium (Badlani, 2002).

2) Ureterorenoskopic (URS)

Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980an telah mengubah terapi

batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser

dan pneumatik telah sukses memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak

bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat

pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis

pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman operator dan ketersediaan alat

tersebut.

3) Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)

Menurut Al-Kohlany (2005), PCNL yang berkembang sejak dekade 1980

secara teoritis dapat digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS

dan ESWL menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun

demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang

untuk dipecahkan dengan PCNL.

Prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke kalik atau pielum secara

perkutan. Kemudian melalui akses tersebut dimasukkan nefroskop rigid atau

fleksibel, yang selanjutnya batu ureter diambil secara utuh atau dipecah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

17

Keuntungan dari PCNL adalah apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat

diambil atau dihancurkan. Proses PCNL berlangsung cepat dan dapat diketahui

keberhasilannya dengan segera. Kelemahan PCNL adalah perlu keterampilan

khusus bagi ahli urologi.

4) Operasi Terbuka

Operasi terbuka memiliki beberapa variasi untuk batu ureter yang

mungkin masih bisa dilakukan. Hal tersebut tergantung pada anatomi dan posisi

batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior.

Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja,

terutama pada penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang

besar (Fillingham and Douglass, 2000).

2.2.9 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur

logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara

analisis ini untuk melihat unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung

pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis

kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tingggi (batas deteksi kurang

dari 1 ppm). Pelaksanaannya relatif sederhana dan interferensinya juga sedikit.

Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom

netral dan sinar yang diserap adalah sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis

besarnya, prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri

ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel

dan peralatannya (Gandjar, 2010).

2.3 Tinjauan Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan .Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan

tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

18

dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang

sama (Mukhriani, 2014).

Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan uji warna, penentuan

kelarutan, bilangan Rf dan ciri spectrum UV. Identifikasi yang paling penting dan

digunakan secara luas ialah pengukuran spektrum serapan dengan menggunakan

spektrofotometer. (Mukhriani, 2014)

Jenis metode ekstraksi yang kami digunakan untuk penelitian adalah

maserasi. Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.

Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. (Agoes,2007)

Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang

sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi

dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam

pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut

dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode

maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup

banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa

senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,

metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat

termolabil (Mukhriani, 2014).

2.4 Metode Pengujian Aktivitas Batu Ginjal Secara In Vivo

2.4.1 Etilen Glikol

Etilen glikol adalah suatu senyawa dengan nama IUPAC 1,2-etanadiol,

memiliki berat molekul 62,068 g/mol, senyawa ini adalah senyawa racun dengan

LD50 786 mg/KgBB manusia. Etilen glikol memiliki rasa yang manis, tidak

berbau dan tidak berwarna. Etilen glikol sendiri memiliki banyak fungsi,

diantaranya adalah sebagai pelarut, biasa digunakan sebagai bahan tambahan

kosmetik dan lain sebagainya. Dibalik semua itu, etilen glikol mempunyai efek

racun yang apabila terhirup, etilen glikol akan teroksidasi menjadi asam glikolat,

kemudian menjadi asam oksalat dan menjadi racun. Paparan jangka pendek pada

manusia akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, Cardiopulmonary

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

19

dan kerusakan ginjal kemudian. Selain itu, efek pada tikus juga dapat

menyebabkan toksisitas pada hati dan ginjal. (Pubchem.com).

Etilen glikol diabsorbsi cepat oleh saluran pencernaan. Etilen glikol

dimetabolisme di hati sebanyak 80% dan sisanya akan diekskresikan ke ginjal.

Oksalat yang merupakan produk akhirnya juga akan diekskresi ke ginjal. Asam

glikolat yang dihasilkan pada proses metabolisme pembentukan kalsium oksalat

oleh etilen glikol dapat mengakibatkan kondisi asidosis metabolik berat (Dasgupta

2012). Kondisi asidosis dan peningkatan produksi asam oksalat akan bereaksi

dengan kalsium membentuk kompleks kalsium oksalat yang bersifat sitotoksik

(Cheville 2006). Kompleks tersebut dapat menyebabkan sumbatan pada sel epitel

ginjal yang memicu proses pembentukan inti Kristal,agregasi, dan penempelan

pada sel epitel tubulus ginjal yang akan berkembang menjadi batu ginjal

(Anggarwai et al. 2013).

2.4.2 Amonium Klorida

Amonium klorida dengan molekular formula NH4Cl mempunyai berat

molekul 53,489 g/mol. Amonium klorida merupakan suatu kristal padat berwarna

putih dengan kelarutan dalam air yaitu sebesar 37%. Amonium klorida adalah

garam yang membentuk asam yang berfungsi membantu menjaga pH,

memberikan efek diuretik ringan dan bisa juga untuk indikasi sebagai

ekspektoran. (Pubchem.com)

Gambar 2.8 Proses Terbentuknya Batu Kalsium Oksalat oleh Paparan Etilen Glikol

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

20

Pada nefrolitiasis, senyawa amonium klorida berperan sebagai katalisator

untuk mempercepat terbentuknya batu ginjal kalsium oksalat. Adanya

penambahan amonium klorida akan menurunkan pH darah sehingga memperparah

asidosis metabolik. Kondisi asidosis sebenarnya dipengaruhi oleh adanya etilen

glikol di dalam ginjal, tetapi dengan adanya amonium klorida maka akan

memperparah kondisi asidosis metaboliknya. Sehingga etilen glikol akan bereaksi

dengan kalsium membentuk kompleks kalsium oksalat yang bersifat sitotoksik

dan akan berkembang menjadi batu ginjal (Cheville, 2006)

2.5 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian

fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa

yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode penapisan fitokimia

dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu

pereaksi warna. Hal yang berperan penting dalam penapisan fitokimia adalah

pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti et al., 2008).

Penapisan fitokimia juga merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-

senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai

macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-

senyawa tersebut dapat diidentifikasikan dengan pereaksi-pereaksi yang mampu

memberikan ciri khas dari setiap golongan metabolit sekunder (Harbone, 1987).

2.6 Tikus Wistar

Tikus putih banyak digunakan sebagai hewan percobaan di laboratorium.

Klasifikasi tikus putih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Ammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1eprints.umm.ac.id/47516/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Nefrolitiasis 2.2.1 Definisi Nefrolitiasis Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem

21

Spesies : Rattus norvegicus

Tikus putih yang digunakan untuk pecobaan laboratorium yang dikenal

ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar. Tikus putih

termasuk tikus wistar memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai

hewan uji penelitian di antaranya perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran

yang lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus

putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang

lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat,temperamennya

baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arsenik tiroksid (Akbar,

2010).

Gambar 2.9 Ginjal Tikus