bab iii rancang kota

35
18 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN 3.1 Gambaran Wilayah Studi Makro Lokasi perancangan kota mempunyai luas 11,4 Ha dan berada pada Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur dan Kelurahan Genuk Kecamatan Ungaran Barat. Berikut ini adalah penjelasan mengenai lokasi wilayah makro. 3.1.1 Letak Geografis Wilayah studi makro terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Gedanganak yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ungaran Timur dan Kelurahan Genuk yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ungaran Barat. Kelurahan Gedanganak memiliki luas wilayah 289,7 Ha dan Kelurahan Genuk memiliki luas wilayah 157.8 Ha. Berikut ini adalah peta wilayah makro. Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010 Gambar III.1 Peta Administrasi Wilayah Makro Kelurahan Gedanganak memiliki batas-batas administrasi yaitu Utara : Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Genuk, dan Kelurahan Ungaran Timur : Kelurahan Beji Selatan : Kelurahan Langensari Barat : Kelurahan Candirejo dan Kelurahan Genuk Kelurahan Genuk memiliki batas-batas administrasi yaitu

Upload: latifah-tio

Post on 14-Jun-2015

625 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab iii Rancang Kota

18

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN

3.1 Gambaran Wilayah Studi Makro

Lokasi perancangan kota mempunyai luas 11,4 Ha dan berada pada Kelurahan

Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur dan Kelurahan Genuk Kecamatan Ungaran Barat.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai lokasi wilayah makro.

3.1.1 Letak Geografis

Wilayah studi makro terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Gedanganak yang

merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ungaran Timur dan Kelurahan Genuk yang

merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ungaran Barat. Kelurahan Gedanganak memiliki

luas wilayah 289,7 Ha dan Kelurahan Genuk memiliki luas wilayah 157.8 Ha. Berikut ini adalah

peta wilayah makro.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.1 Peta Administrasi Wilayah Makro

Kelurahan Gedanganak memiliki batas-batas administrasi yaitu

Utara : Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Genuk, dan Kelurahan Ungaran

Timur : Kelurahan Beji

Selatan : Kelurahan Langensari

Barat : Kelurahan Candirejo dan Kelurahan Genuk

Kelurahan Genuk memiliki batas-batas administrasi yaitu

Page 2: Bab iii Rancang Kota

19

Utara : Kelurahan Ungaran

Timur : Kelurahan Gedanganak

Selatan : Kelurahan Candirejo

Barat : Kelurahan Nyatnyono

3.1.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik ini akan membahas mengenai keadaan topografi, curah hujan, jenis tanah

dan kesesuaian lahan yang akan menjadi pertimbangan pada perancangan yang aka dilakukan

a. Topografi

Pada daerah Kelurahan Gedanganak memiliki 2 jenis topografi yaitu topografi datar (0-

8%) pada bagian selatan, sisanya memiliki topografi landai (9-15%). Sedangkan untuk

Kelurahan Genuk sendiri memiliki topografi yang sama di seluruh bagian wilayahnya yaitu

topografi datar (0-8%). Berikut ini adalah peta kondisi topografi wilayah studi makro.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.2 Peta Topografi Wilayah Makro

b. Klimatologi

Berdasarkan data Bappeda Kabupaten Semarang tahun 2010, terdapat 2 curah hujan yang

ada di Kelurahan Gedanganak yaitu curah hujan 2500-3000 mm/tahun pada bagian utara dan

curah hujan 2000-2500 mm/tahun pada bagian tengah dan selatan. Sedangkan curah hujan

yang ada di Kelurahan Genuk adalah curah hujan 2500-3000 mm/tahun di seluruh bagian

wilayahnya. Berikut ini adalah peta kondisi curah hujan wilayah makro.

Page 3: Bab iii Rancang Kota

20

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.3 Peta Curah Hujan Wilayah Makro

c. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di wilayah studi makro adalah jenis tanah latosol coklat tua dan

latosol coklat kuning. Untuk Kelurahan Gedanganak, jenis tanah latosol coklat merah kuning

berada pada bagian timur laut dan sisanya memiliki jenis tanah latosol coklat tua.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.4 Peta Jenis Tanah Wilayah Makro

Page 4: Bab iii Rancang Kota

21

Sedangkan pada Kelurahan Genuk, jenis tanah latosol coklat merah kuning terdapat pada

bagian utara dan pada bagian selatan memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah latosol

tidak peka terhadap erosi, banyak dikembanggkan untuk kawasan budidaya seperti

permukiman.

d. Kesesuaian Lahan

Berdasarkan dari hasil skoring yang mempertimbangkan topografi, klimatologi, litologi

dan bahaya geologi, maka pada wilayah Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk memiliki

kesesuaian lahan yang berfungsi sebagai kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah kawasan

yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi

sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya

merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan penggunaan lahan tertentu

sebagai bagian dari kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Berikut ini adalah peta

kondisi keseuaian lahan wilayah studi makro.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.5

Peta Kesesuaian Lahan Wilayah Makro

Page 5: Bab iii Rancang Kota

22

3.1.3 Kondisi Penguanaan Lahan

Kelurahan Gedanganak dalam tata guna lahannya, lebih didominasi oleh penggunaan

lahan yang bukan berupa lahan pertanian. Penggunaan lahan bukan pertanian seluas 206,38 Ha

tersebut antara lain penggunaan lahan sebagai permukiman dan sebagai lahan industri yang

berupa pabrik. Sedangkan lahan pertanian yang memiliki luas 83,31 Ha sebagian besar

digunakan sebagai sawah dan diikuti dengan penggunaan lahan sebagai kebun/tegalan.

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Diagram III.1 Presentase penggunaan Lahan Kelurahan Gedanganak

Kelurahan Genuk juga memiliki kondisi yang cukup sama dengan Kelurahan

Gedanganak yaitu penggunaan lahan yang ada didominasi oleh penggunaan lahan bukan untuk

pertanian. Penggunaan lahan bukan pertanian digunakan sebagai permukiman dan memiliki

luas 54,75 Ha. Sedangkan lahan untuk pertanian yang memiliki luas 46,18 Ha digunakan sebagai

sawah dan kebun/tegalan.

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Diagram III.2 Presentase penggunaan Lahan Kelurahan Genuk

Page 6: Bab iii Rancang Kota

23

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.6

Peta Penggunaan Lahan Wilayah Makro

Kawasan industri yang ada diantaranya industri PT. Ungaran sari Garment serta kawasan

pendidikan TK, SD, maupun perguruan tinggi yaitu UNDARIS, Universitas Darul Ulum Islamic

Center Sudirman serta Sekolah Tinggi Theologia Abdiel. Penggunaan lahan yang ada sebagian

besar di peruntukan untuk permukiman. Hal ini dikarenakan kedua kelurahan ini merupakan

daerah yang strategis dilalui oleh jalan arteri semarang-jogjakarta dan menyebabkan tingginya

penggunaan lahan untuk permukiman masyarakat. Perkembangan lahan-lahan terbangun ini

terutama pada tingginya perkembangan lahan permukiman menyebabkan berkurangnya lahan

RTH. Pada daerah yang berada di pinggiran jalan utama banyak lahan-lahan di pergunakan

untuh lahan perdagangan dan jasa.

Page 7: Bab iii Rancang Kota

24

3.1.4 Kondisi Non Fisik

Kondisi non fisik akan membahas mengenai kondisi kependudukan dan ekonomi yang

ada di wilayah studi. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing kondisi non fisik wilayah

makro.

a. Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Gedanganak pada tahun 2012 adalah 13.994 jiwa dengan

komposisi penduduk laki-laki sebanyak 6741 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 7253

jiwa.

Tabel III.1

Jumlah Penduduk Kelurahan Gedanganak

Kel. Umur

Laki-laki

Perempuan

0-4 509 461

5-9 594 570

10-14 623 576

15-19 548 652

20-24 643 930

25-29 596 683

30-34 598 716

35-39 617 714

40-44 593 655

45-49 503 441

50-54 332 297

55-59 263 208

60-64 107 122

65-69 78 62

70-74 75 72

75+ 62 88

Sumber: Kabupaten Semarang dalam Angka 2011

Sumber: Kabupaten Semarang

dalam Angka 2011

Grafik III.1

Piramida Penduduk

Kelurahan Gedanganak

Page 8: Bab iii Rancang Kota

25

Jumlah penduduk Kelurahan Genuk pada tahun 2012 adalah 8393 jiwa dengan komposisi

penduduk laki-laki sebanyak 3970 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4423 jiwa. berikut

ini adalah piramida penduduk dan tabel jumlah penduduk Kelurahan Genuk

Tabel III.2

Jumlah Penduduk Kelurahan Genuk

Kel. Umur

Laki-laki

Perempuan

0-4 283 254

5-9 323 313

10-14 302 274

15-19 359 426

20-24 399 628

25-29 430 530

30-34 377 366

35-39 300 306

40-44 302 335

45-49 239 279

50-54 224 237

55-59 156 159

60-64 92 97

65-69 66 60

70-74 51 63

75+ 67 96

Sumber: Kabupaten Semarang dalam Angka 2011

b. Perekonomian

Perekonomian dilihat dari jenis pekerjaan yang ada di Kelurahan Genuk dan Gedanganak.

Mayoritas penduduk di kedua kelurahan tersebut bekerja di bidang industri dan jasa.

Banyaknya penduduk yang bekerja di bidang industri disebabkan banyaknya pabrik industri

yang ada di Ungaran. Sebagian besar penduduk yang bekerja di pabrik adalah bekerja sebagai

Sumber: Kabupaten Semarang

dalam Angka 2011

Grafik III.2

Piramida Penduduk

Kelurahan Genuk

Page 9: Bab iii Rancang Kota

26

buruh pabrik. Sedangkan penduduk yang bekerja di bidang jasa, kebanyakan bekerja di kantor-

kantor pemerintah.

3.1.5 Sarana Prasarana

a. Jaringan Jalan

Jaringan jalan dalam suatu wilayah berfungsi sebagai penghubung antara satu wilayah

dengan wilayah lain untuk mempermudah mobilisasi atau pergerakan dalam wilayah tersebut.

Dengan adanya jaringan jalan tersebut, segala aktivitas dalam suatu wilayah akan berjalan

dengan lebih baik.

Jaringan jalan yang ada di Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk sudah memiliki

kondisi yang cukup baik. Baik jalan lokal yaitu jalan yang ada di dalam wilayah perancangan

maupun jalan kolektor yaitu jalan Letjend S Parman sebagian sudah beraspal walaupun

terdapat badan jalan yang masih berlubang. Untuk Jalan Letjen S Parman yang berada di antara

pabrik dengan wilayah perancangan memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi dan sering

terjadi kemacetan karena banyaknya penduduk yang menggunakan jalan tersebut terutama

untuk menuju jalan raya. Selain itu, banyaknya pedagang kaki lima yang memakan bahu jalan,

semakin membuat jalan tersebut semakin sempit.

b. Jaringan Air Bersih

Sebagian warga yang berada pada Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk

mendapatkan suplai air bersih yang bersumber dari PDAM. Selain itu warga juga menggunakan

air bersih yang bersumber dari sumur.

c. Jaringan Listrik

Jaringan listrik yang ada pada Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk secara

keseluruhan sudah terpenuhi. Selain itu jarang terjadi pemadaman pada kedua wilayah

kelurahan tersebut.

d. Persampahan

Untuk sampah yang ada pada Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk dikelola

dengan diangkut pada TPS yang telah tersedia. Meskipun demikian, masih terdapat warga yang

mengelola sampah dengan cara dibakar.

e. Drainase

Jaringan drainase yang ada di Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk sudah dalam

kondisi yang baik, tidak ada drainase yang tersumbat. Untuk jenis drainasenya yaitu drainase

primer yang berupa sungai yang ada pada kedua kelurahan dan drainase sekunder dan tersier

yang biasanya mengikuti jaringan jalan.

Page 10: Bab iii Rancang Kota

27

f. Sarana Pendidikan

Untuk jumlah sarana pendidikan yang ada pada Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan

Genuk terhitung sudah cukup memadai, tetapi untuk jenjang SMA tidak masih belum terdapat

fasilitas pendidikannya. Selain itu bangunan sekolahnya dalam kondisi yang cukup baik.

Tabel III.3

Jumlah Sarana Pendidikan Wilayah Makro

Kelurahan TK SD SMP SMP SMA PT

Gedanganak 6 4 0 0 0 0

Genuk 6 4 0 0 0 1

Sumber: Kabupaten Semarang dalam Angka 2011

g. Sarana Kesehatan

Untuk jumlah sarana Kesehatan yang ada pada Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan

Genuk terhitung sudah cukup memadai, tetapi untuk Pustu masih belum terdapat pada kedua

kelurahan tersebut.

Tabel III.4

Jumlah Sarana Kesehatan Wilayah Makro

Keluraha

n

Puskesmas Pustu Praktek

Dokter

Bidan Poskesdes Polindes Posyandu Apotek Toko

obat

Gedang

anak

0 0 6 4 1 0 8 4 0

Genuk 0 0 5 3 1 0 10 1 0

Sumber: Kabupaten Semarang dalam Angka 2011

h. Sarana Perdagangan

Untuk sarana perdagangan yang ada pada Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk

sudah cukup banyak jumlahnya. Tetapi untuk sarana perdagangan yang berupa pasar tidak

terdapat pada kedua kelurahan.

Tabel III.5

Jumlah Sarana Perdagangan Wilayah Makro

Kelurahan Pasar Mini

Market

Toko Kedai

Makan

Restauran

Gedanganak 0 6 155 43 9

Genuk 0 2 134 36 12

Sumber: Kabupaten Semarang dalam Angka 2011

i. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan yang ada pada Kelurahan Gedanganak dan Genuk didominasi oleh

keberadaan masjid dan mushola. Keberadaan sarana peribadatan yang berupa gereja hanya

terdapat pada Kelurahan Genuk. Selain itu tidak terdapat sarana peribadatan lain.

Page 11: Bab iii Rancang Kota

28

Tabel III.6

Jumlah Sarana Peribadatan Wilayah Makro

Kelurahan Masjid Mushola Gereja Pura Vihara Klenteng

Gedanganak 8 26 2 0 0 0

Genuk 11 13 0 0 0 01

Sumber: Kabupaten Semarang dalam Angka 2011

3.1.6 Kondisi Sistem Ruang Terbuka

Ruang terbuka yang ada di Kelurahan genuk dan Kelurahan Gedanganak yaitu berupa

ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau.

a. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka hijau yang ada sudah mencukupi dari kebutuhkan wilayahnya. Dimana

RTH yang terdapat di kelurahan Genuk dan Kelurahan Gedanganak berupa RTH aktif san pasif.

RTH aktif diantaranya lahan-lahan persawahan yang masih sebagian dikelola oleh masyarakat

dan lahan yang dipergunakan untuk lapangan bermain bola pada saat sore hari. Untuk RTH

pasif terdapat lahan-lahan perkebunan milik warga yang sudah tidak berproduksi dan tidak

dikelola lagi. Sehingga RTH tersebut menjadi tidak terurus dan banyak yang telah berubah

menjadi lahan-lahan permukiman. Padahal keberadaan RTH sangat berpengaruh penting bagi

suatu wilayah.

b. Ruang Terbuka Non Hijau

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Gambar III.7

Peta Sebaran Sarana Wilayah Makro

Page 12: Bab iii Rancang Kota

29

Terdapat pula ruang tebuka non hijau yaitu berupa lahan-lahan kosong yang akan

dikembangkan untuk rumah-rumah. Akan tetapi keberadaan tidak terurus dan cenderung

terabaikan.

3.1.7 Rencana Pengembangan Penggunaan Lahan Berdasarkan RTRW

Kelurahan Genuk merupakan administrasi dari Kecamatan Ungaran Timur, sedangkan

Kelurahan Gedanganak merupakan administrasi Kecamatan Ungaran Timur. Berdasarkan

RTRW Kab. Semarang tahun 2011 – 2031, baik Kecamatan Ungaran Timur maupun Kecamatan

Ungaran Barat untuk seluruh wilayahnya merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai

kawasan strategis pengembangan kota baru. Dimana dalam pengembangan tersebut

dikembangkan sebagai kawasan :

Permukiman perkotaan

Pendidikan skala kabupaten – perguruan tinggi

Perdagangan dan Jasa

Industri

Sumber : Bappeda Kabuapeten Semarang, 2010

Gambar III.8 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Semarang

3.1.8 Kondisi Urban Sprawl

Kelurahan Genuk dan Kelurahan Gedanganak merupakan dua kawasan strategis, dimana

kedua kawasan tersebut dilalui oleh jalan arteri Semarang-Jogjakarta. Sebagai kawasan yang

dilalui jalan utama menyebabkan tingginya aktivitas yang ada, Sehingga tidak jarang

menimbulkan perkembangan penggunaan lahan seperti perdagangan dan jasa yang dapat

Page 13: Bab iii Rancang Kota

30

dilihat sepanjang jalan arteri semarang-jogja. Adanya jalan arteri di pinggiran kota seperti

wilayah-wilayah lain yang ada di Kecamatan Ungaran menyebabkan mudahnya aksesibilitas

menuju pusat kota terutama Kota Semarang. Tingginya harga lahan di Pusat Kota Semarang,

menyebabkan banyak sebagian masyarakat memilih daerah pinggiran diluar Kota Semarang

seperti Kecamatan Ungaran sebagai lokasi rumah tinggal yang harga lahannya cenderung masih

murah. Akibatnya Kecamatan Ungaran baik Kecamatan Ungaran Timur maupun Ungaran Barat

berkembang dengan pesat sebagai pertumbuhan kota baru.

Adapun penggunaan lahan disebabkan oleh adanya pertumbuhan kawasan-kawasan

industri dan perguruan tinggi yang menjadi magnet bagi para pendatang. Akibatnya banyaknya

migrasi masuk di Kelurahan genuk dan Kelurahan Gedanganak dan menyebabkan tingginya

kebutuhan lahan untuk permukiman. Banyak rumah-rumah yang dijadikan kos-kosan dan

kontrakan untuk para buruh pabrik dan mahasiswa yang berasal dari luar kota. Permukiman-

permukiman ini semakin menggerus lahan pertanian yang ada karena peningkatan kebutuhan

akan lahan permukiman yang semakin meningkat. Perkembangan lahan permukiman ini juga

menyebabkan pola permukiman yang tidak teratur karena tidak adanya rencana terhadap

infrastruktur yang ada.

Contoh rumah-rumah di

kawasan perancangan yang

telah mengekspansi lahan

RTH. Arah-arah

perkembangannya ke

kawasan yang masih

tersedianya RTH.

Gambar III.9 Peta Perubahan Penggunaan lahan tahun 2003-2013

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Page 14: Bab iii Rancang Kota

31

Selain penduduk yang menetap, banyak juga masyarakat yang melakukan ulak-alik setiap

harinya untuk bekerja, baik yang berasal dari Kecamatan Ungaran sendiri maupun luar

kecamatan bahkan luar Kebupaten Semarang. Mereka yang melakukan kegiatan ulak alik atau

pulang pergi dari tempat tinggal ke tempat kerja setiap hari disebut dengan komuter. Para

komuter yang melakukan perjalanan setiap hari menuju lokasi industri biasanya menggunakan

kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Kendaraan umum yang biasa digunakan oleh para

komuter diantaranya mobil angkutan perkotaan yang biasanya digunakan oleh masyarakat dari

Kecamatan Ungaran sendiri baik Kecamatan Ungaran Barat maupun Kecamatan Ungaran Timur.

Selain mobil angkutan perkotaan adapula minibus-minibus yang biasa digunakan oleh para

komuter yang berasal dari luar kabupaten seperti Kota Salatiga, Kota Solo, Kabupaten Demak,

dan juga Kota Semarang. Kendaraan-kendaraan umum ini memarkirkan kendaraan pada

terminal bayangan yang ada di titik lokasi Jalan S. Parman pada waktu-waktu tertentu terutama

jam masuk dan pulang kerja sehingga menimbulkan kemacetan. Karena dilihat dari kondisi

eksistingnya pada jalan lingkungan yang lebarnya ±6m tidak memiliki pedestrian ways,

dipergunakan untuk memarkirkan minibus dan kendaraan-kendaraan lainnya.

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Gambar III.10 Peta Lokasi Terminal Bayangan

Selain perkembangan permukiman terjadi pula perkembangan aktivitas perdagangan dan

jasa didalam kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan perubahan pola tata guna lahan yang

sebagian besar menjadi permukiman sehingga sehingga semakin berkurangnya lahan

pertanian, dan pola aktivitas masyarakat agraris berubah menjadi non agraris. Tidak hanya

masyarakat asli, banyak para pendatang selain para buruh dan mahasiswa yang datang. Akan

tetapi banyak para pedagang yang membuka usaha untuk berjualan, khususnya di area sekitar

Lokasi terminal bayangan

Page 15: Bab iii Rancang Kota

32

kawasan industry dan pendidikan. Kegiatan perdagangan ini juga tidak dilakukan dengan

perencanaan, dimana kegiatan perdagangan banyak membangun toko-toko dengan memakan

badan jalan sehingga menyebabkan jalan menjadi sempit.

3.2 Gambaran Wilayah Studi Mikro

Wilayah studi perancangan mikro memiliki luas 11,4 Ha dan berada pada lahan di

Kelurahan Genuk dan Kelurahan Gedanganak. Berikut ini adalah gambaran umum lokasi.

3.2.1 Deliniasi Wilayah Studi Perancangan

Lokasi perancangan kawasan terletak di Kelurahan Genuk Kecamatan Ungaran Barat dan

Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memiliki luas 11,4 Ha.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Semarang, Kecamatan Ungaran Timur merupakan kasawan

yang direncanakan sebagai kawasan strategis pengembangan kota baru. Kawasan ini

merupakan kawasan urban sprawl yang terjadi karena adanya Industri Garmen yaitu PT.

Ungaran Sari Garments dan adanya perguruan tinggi UNDARIS, Universitas Darul Ulum Islamic

Center Sudirman serta Sekolah Tinggi Theologia Abdiel. Kawasan ini memiliki kelerengan yang

relatif datar yaitu 9-15 %. Selain itu, kawasan ini dekat dengan jalan provinsi yang

menghubungkan Kota Semarang, Jogjakarta, dan Solo. Pengunaan lahan di kawasan ini terdiri

dari area permukiman, pendidikan, dan perdagangan jasa (mix use). Diliniasi dilakukan

berdasarkan batas yang berupa jalan, yaitu Jalan Melati Baru raya dan Jalan Letjen S Parman.

Berikut ini adalah lokasi perancangan mikro

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.11 Peta Administrasi Lokasi Perancangan

Page 16: Bab iii Rancang Kota

33

3.2.2 Kondisi Fisik Lokasi Perancangan

Pada sub bab ini akan dijelsakan mengenai kondisi fisik lokasi perancangan yang terdiri

dari kondisi jenis tanah, topografi, curah hujan, bahaya geologi, dan kesesuaian lahan yang akan

menjadikan dasar dalam perancangan.

a. Jenis Tanah

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.12

Peta Jenis Tanah Lokasi Perancangan

Telah di ketahui dari peta di atas bahwa jenis tanah yang ada di wilayah studi ini memiliki

2 jenis tanah yaitu jenis tanah latosol coklat tua dan jenis tanah latosol coklat merah kuning.

Kondisi jenis tanah latosol coklat tua sangat mendominasi wilayah studi mencapai 60%, jenis

tanah ini biasanya di gunakan untuk pertanian tetapi yang sifatnya tidak peka terhadap erosi

maka di keadaan eksisting di wilayah studi ini sudah mulai di gunakan untuk lahan permukiman

yang tumbuh begitu pesat. Begitu pula juga dengan jenis tanah latosol coklat merah kuning yang

jenisnya bagus untuk permukiman.

b. Klimatologi

Pada kondisi fisik klimatologi, akan dibahas mengenai kondisi curah hujan yang ada di

wilayah perancangan, berikut ini adalah peta kondisi curah hujan wilayah perancangan.

Page 17: Bab iii Rancang Kota

34

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.13

Peta Klimatologi Lokasi Perancangan

Dari peta diatas maka dapat di ketahui tingkat curah hujan yang ada di wilayah studi ini

mencapai 2500-3000 mm/th. Dari kategori yang telah di kaetahui bahwa intensitas hujan 2500-

3000mm/th atau 6,8-8,2 mm/hari (sangat rendah) ini termasuk dalam kategori cukup merata

sepanjang tahun. Curah hujan yang tergolong sangat rendah ini sesuai dengan kondisi eksisting

di wilayah studi, yang bebas dari bahaya banjir meskipun daerah resapan airnya tergolong

minim.

c. Topografi

Topografi adalah gambaran tentang tingkat kemiringan dan ketinggian tanah dari

permukaan laut. Kondisi kemiringan tanah merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi kesesuaian lahan. berikut ini adalah peta kondisi topografi wilayah

perancangan.

Page 18: Bab iii Rancang Kota

35

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.14

Peta Topografi Lokasi Perancangan

Dari peta diatas dapat diketahu bahwa kelerengan yang terdapat di wilayah studi ini

memiliki kelerengan mencapai 9-15% maka dapat disimpulkan kelerengan tersebut tidak

terlalu curam atau landai. Kelerengan tersebut termasuk kawasan layak bangun contohnya

seperti pembangunan permukiman dan bangunan lain-lainnya.

d. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk

penggunaan tertentu. Berdasarkan hasil skoring dan overlay antara kondisi topografi, jenis

tanah dan curah hujan didapatkan kondisi kesesuaian lahan yang akan ditunjukkan melalui peta

berikut ini

Page 19: Bab iii Rancang Kota

36

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.15

Peta Kesesuaian Lahan Lokasi Perancangan

Dari peta diatas dapat di jelaskan bahwa dari seluruh wilayah studi termasuk kawasan

budidaya. Kawasan budidaya ini termasuk kawasan lahan terbangun kawasan yang bisa di

bangun sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan lain-lain yang sifatnya sebagai

kawasan yang cocok untuk dikembangkan.

3.2.3 Kondisi Non Fisik Wilayah Perancangan

Kondisi non fisik ini akan membahas mengenai kondisi kependudukan dan kegaiatan

ekonomi yang akan memjadi dasar dalam perancangan yang akan dilakukan.

a. Kependudukan

Kependudukan yang ada di wilayah studi ini sangat padat dan jumlah penduduk di

wilayah studi ini di perkirakan dengan asumsi yang telah di tentukan yaitu setiap satu rumah

maka ada 5 orang yang menempati rumah masyarakat. Sedangkan untuk kos diasumsikan

bahwa 1 kos terdapat 8 orang. Sehingga jumlah penduduk yang ada di lokasi rancang adalah

1752 orang. Jumlah masyarakat yang ada cukup banyak sehingga intensitas kepadatan cukup

tinggi. Hal ini di karenakan wilayah tersebut sebagai wilayah perekonomian yang cukup bagus

dengan adanya pabrik dan perguruan tinggi, banyaknya penduduk dari wilayah luar yang

Page 20: Bab iii Rancang Kota

37

datang ke wilayah studi untuk bekerja sebagai buruh, bersekolah, dan banyaknya penduduk

yang berjualan mencari keuntungan dari aktivitas buruh dan yang bersekolah tersebut.

b. Perekonomian

Kondisi perekonomian yang ada di wilayah studi ini merupakan perekonomian yang

membantu dalam proses perkembangan suatu wilayah tersebut. Jenis-jenis perekonomian yang

ada di wilayah studi ini berupa adanya pabrik yang yang cakupannya besar bagi perekonomian

di wilayah tersebut seperti Industri Garmen yaitu PT. Ungaran Sari Garments, adanya

perguruan tinggi UNDARIS dan ada pula pedagang kaki lima yang terdiri dari berbagai macam

jenis mulai dari penjualan makanan, sembako, sayuran, minuman, jasa laundry, hingga

penjualan pakaian yang dapat meningkatkan perekonomian warga di lokasi perancangan dan

menjadikan magnet bagi masyarakan pendatang dari sekitar wilayah perancangan.

3.2.4 Sarana dan Prasarana

a. Jaringan Jalan

Jaringan jalan merupakan prasarana yang penting dalam suatu wilayah, karena

menghubungkan aktivitas yang satu dengan aktivitas lainnya. Jaringan jalan yang ada di lokasi

perancangan terdiri dari jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. Jalan kolektor yang ada

adalah jalan R. Soeparman sebagai jalan yang menghubungkan jalan arteri dengan jalan

lingkungan. Kondisi jalan ini cukup baik karena tidak ada jalan yang rusak dan bergelombang.

Jalan ini selalu ramai digunakan oleh para pengguna jalan terutama pekerja dari industri

garmen, sehingga sering terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu. Selain itu, dengan banyaknya

PKL yang berada di pinggir jalan semakin membuat macet jalan tersebut. Jalan lokal yang ada di

lokasi rancang terletak di bagian utara sebagai batas wilayah rancang. Jalan lokal adalah jalan

melati baru raya. Kondisi jalan tersebut baik, karena beraspal dan tidak ada yang berlubang.

Jalan lingkungan terdapat di perumahan. Jalan ini terdiri dari jalan aspal dan jalan paving,

dimana kondisinya cukup baik karena tidak rusak dan berlubang. Kondisi jalan di lokasi

perancangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 21: Bab iii Rancang Kota

38

b. Jaringan Air Bersih

Air bersih merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Lokasi

perancangan yang terletak di Desa Gedanganak dan Desa Genuk memiliki sumber air bersih dari

PDAM. Namun ada juga masyarakat yang menggunakan sumur pribadi kemudian airnya di

tampung di penampungan air. Pada lokasi perancangan tidak pernah terjadi kekeringan. kondisi

air bersih baik karena tidak keruh dan tidak berbau.

c. Jaringan Listrik

Pada abad 21 ini listrik menjadi salah satu prasarana yang berperan penting dalam

kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena semua kegiatan membutuhkan listrik. Pada Lokasi

perancangan memiliki jaringan listrik yang sudah terdistribusi secara merata. Rumah warga

yang ada di lokasi perancangan sudah tidak ada lagi yang menumpang untuk kebutuhan listrik.

Kondisi jaringan listrik yang ada cukup baik, karena jarang terjadi pemadaman listrik.

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota 2013

Gambar III.16 Kondisi Jalan di Lokasi Perancangan

Jalan Kolektor S. Soeparman

Jalan lokal Melati Baru Raya

Jalan lingkungan

Page 22: Bab iii Rancang Kota

39

d. Persampahan

Persampahan merupakan prasarana yang berperan dalam estetika di suatu kawasan.

Dengan adanya sistem persampahan yang baik maka estetika pada kawasan tersebut juga

semakin baik. Lokasi perancangan yang terletak di Desa Gedanganak dan Desa Genuk memiliki

sistem persampahan yang masih on site. Masih banyak warga yang membuang sampah di lahan

kosong dan membakarnya. Terlihat di pada lahan kosong yang dekat perumahan banyak

sampah yang menumpuk. Sehingga kurang sedap untuk dipandang mata.

e. Drainase

Drainase dalam suatu wilayah digunakan sebagai aliran untuk membuang air. Drainase

terdiri dari drainase primer sekunder dan tersier. Pada lokasi perancangan terdapat drainase

primer dan tersier. Drainase primer yang ada di lokasi perancangan berupa sungai. Kondisinya

cukup baik karena tidak banyak sampah pada sungai tersebut. Drainase tersier berupa

parit/selokan pada perumahan. Drainase tersier tersebut sudah permanen dengan kondisi yang

cukup baik, karena aliran airnya lancar dan tidak terdapat sampah pada selokan tersebut . Akan

tetapi pada ruas jalan kolektor R. Soeparman tidak terdapat saluran drainase. Jadi setelah

perumahan langsung ada jalan, sehingga jika musim penghujan maka air akan lari ke jalan.

f. Sanitasi

Sanitasi cukup penting dalam suatu wilayah terkait dengan pembuangan limbah. Lokasi

perancangan memiliki sistem sanitasi yang sudah modern yaitu menggunakan WC leher angsa.

Sistem sanitasi yang ada adalah off site. Setiap rumah sudah memiliki WC modren.

g. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang penting terkait untuk meningkatkan

pengetahun warga. Pada lokasi perancangan terdapat 1 sarana pendidikan berupa SD yaitu SD

Negeri 1 Genuk. Kondisi bangunan dari sarana pendidikan ini cukup baik. Sarana pendidikan ini

terdapat di jalan kolektor sehingga tidak hanya warga dari lokasi perancangan saja yang bisa

mengakses sekolah ini, namun dari wilayah di luar lokasi perancangan juga bisa mengakses

sekolah tersebut. Selain itu juga terdapat TK swasta yaitu TK Al-islam, TK tersebut terdapat di

jalan kolektor. Di sekitar kawasan perancangan terdapat perguruang tinggi yaitu UNDARIS.

Page 23: Bab iii Rancang Kota

40

h. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan berperan dalam meningkatkan kesehatan warga pada suatu wilayah.

Tidak terdapat sarana kesehatan pada lokasi perancangan. Untuk memenuhi jasa kesehatan,

warga di lokasi perancangan pergi ke luar wilayah seperti puskesmas yang ada di Kecamatan.

Sedangkan jika sakit parah warga pergi ke rumah sakit umum daerah Kabupaten Semarang.

i. Sarana Perdagangan

Lokasi perancangan merupakan magnet bagi warga pendatang. Hal ini tentunya

membuat warga sekitar memanfaatkan kondisi tersebut seperti membuat kos-kosan, kios-kios

untuk berdagang (makanan, minuman, pakaian, dan sembako), serta jasa laundry. Selain banyak

kios, di lokasi perancangan juga banyak terdapat PKL (Pedagang Kaki Lima) di pinggir jalan

R.Soeparman. Dengan adanya perdagangan yang banyak muncul di lokasi perancangan,

tentunya akan meningkatkan perekonomian warga lokal. Kondisi perdagangan di lokasi

perancangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

TK Al-Islam

SD Negeri Genuk 1

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota 2013

Gambar III.17 Kondisi Sarana Pendidikan Lokasi Perancangan

Page 24: Bab iii Rancang Kota

41

j. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan digunakan oleh warga untuk berinteraksi dengan Sang Pencipta,

sehingga penting dalam suatu wilayah memiliki sarana peribadatan. Banyaknya sarana

peribadatan tergantung agama yang dianut oleh masyarakat. Mayoritas agama yang dianut oleh

masyarakat adalah agama islam, maka sarana peribadatan yang ada adalah masjid. Dalam lokasi

perancangan tidak terdapat gereja. Masjid yang ada di lokasi rang terdapat di jalan kolektor

yang bersebelahan langsung dengan TK Al-Islam. Masjid tersebut juga digunakan oleh warga

dari luar lokasi rancang. Sedangkan mushala tidak terdapat di lokasi rancang. Kondisi Masjid

dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Sarana perdagangan kios dan PKL

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota 2013

Gambar III.18 Kondisi Sarana Perdagangan Lokasi Perancangan

Page 25: Bab iii Rancang Kota

42

k. Sarana Transportasi

Lokasi perancangan dilalui oleh angkutan umum berupa angkutan perkotaan dan shutel

bis. Angkutan tersebut banyak dimanfaatkan oleh pekerja di industri garmen ketika berangkat

dan pulang kerja. Angkutan umum ini melalui jalan kolektor R.Soeparman. Banyaknya angkutan

umum ini menyebabkan kemacetan ketika jam 06.30 dan 16.00. Rute angkutan perkotaan yang

berwarna kuning adalah dari Kota Ungaran menuju ke Kecamatan Ungaran Timur dan Ungaran

Barat. Namun masuk ke lokasi rancang untuk menjemput para pekerja di industri garmen.

Angkutan umum berupa shutel bis menghubungkan Kabupaten Semarang dengan Kota Salatiga.

Shutel bis juga masuk ke lokasi rancang, karena mengangkut penumpang pekerja industri

garmen. Pekerja industri Garmen ada yang berasal dari Kota Salatiga. Angkutan umum tersebut

biasanya tidak berhenti di terminal bayangan, mereka langsung putar balik ketika penumpang

sudah penuh. Sarana angkutan umum berupa shutel bis dan angkutan perkotaan dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Masjid di Lokasi Rancang

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota 2013

Gambar III.19 Kondisi Sarana Peribadatan Lokasi Perancangan

Page 26: Bab iii Rancang Kota

43

3.2.5 Kondisi Penggunaan Lahan Eksisting

Lokasi perancangan yang berada pada perbatasan antara Kecamatan Ungaran Timur dan

Kecamatan Ungaran Barat serta berada di sekitar jalur regional telah mengalami perkembangan

secara linier yang ditandai dengan adanya pola penggunaan lahan terbangun yang

terkonsentrasi pada kawasan di sekitar jalur utama. Selain itu, sebagian besar fasilitas umum

dan sosial di wilayah perancangan juga berlokasi di sekitar jalur utama ini. Dengan kondisi

perkembangan wilayah tersebut, lokasi perancangan memiliki kecenderungan perkembangan

sebagai kawasan perkotaaan atau kawasan urban. Selain itu, perkembangan lokasi perancangan

yang terletak di Kota Ungaran ini juga dipengaruhi oleh aktivitas perkotaan Semarang,

Kondisi lokasi perancangan yang dekat dengan industri garmen PT Ungaran Sari Garment

dan sarana pendidikan tingkat tinggi seperti UNDARIS, telah memberikan banyak pengaruh

perubahan pada fisik dan tata guna lahan di wilayah perancangan. Sebagian besar penggunaan

lahan di wilayah perancangan digunakan sebagai kawasan permukiman yang terdiri dari hunian

rumah keluarga dan hunian yang dijadikan sebagai kost bagi pekerja pabrik dan mahasiswa dari

perguruan tinggi di sekitarnya. Berikut ini adalah peta penggunaan lahan lokasi perancangan.

Jalan yang sering dilewati

angkutan umum.

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota 2013

Gambar III.20 Kondisi Sarana Transportasi Lokasi Perancangan

Page 27: Bab iii Rancang Kota

44

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Semarang 2010

Gambar III.21 Peta Penggunaan Lahan

Berdasarkan peta di atas dapat diketahui bahwa lokasi perancangan termasuk kedalam

kategori urban sprawl hal ini dapat dilihat dari kondisi penggunaan permukiman yang

mengkonversi lahan pertanian yang ada sebelumnya. Pertumbuhan lahan terbangun dilokasi

perancangan cenderung tidak terkendali dan menyabebabkan penguranan lahan terbuka hijau.

Urban sparwl yang terjaddi di lokasi perancangan juga menyebabkan perubahan kegiatan

perekonomian penduduk yang semula sebagian besar merupakan petani berubah menjadi

pekerja di sektor industri. Berikut ini adalah peta figure ground lokasi perancangan tahun 2003,

2008, dan 2013.

Page 28: Bab iii Rancang Kota

45

Pada sekitar Jalan Letjen S Parman, juga berkembang area perdagangan dan jasa seperti

deretan pertokoan dan deretan pedagang kaki lima.

2003 2008

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010

Gambar III.22

Figure Ground Kawasan

Perancangan

2013

Sumber: Hasil Survei Kelompok 4A Perancangan Kota 2013

Gambar III.23 Pedagang Kaki Lima Kawasan Jalan S. Parman

Page 29: Bab iii Rancang Kota

46

3.2.6 Kondisi Sistem Ruang Terbuka

Secara umum, ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non

hijau. Pemanfaatan lahan yang terus tumbuh untuk pembangunan berbagai fasilitas erkotaan,

termasuk adanya kemajuan industri dan transportasi pada wilayah perancangan membuat

lahan-lahan terbuka yang ada berubah peruntukkannya. Perubahan lahan terbuka ini juga

terjadi akibat adanya anggapan masyarakat bahwa lahan terbuka merupakan lahan cadangan

dan bersifat tidak ekonomis. Berikut ini akan dijelaskan lahan atau ruang terbuka yang ada di

lokasi perancangan.

a. Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota

adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh

tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung

dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,

kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Pada lokasi

perancangan, ruang terbuka hijau yang ada terdiri dari lahan pertanian, kebun dan semak

belukar atau dapat dapat disebut sebagai ruang terbuka hijau pasif serta lapangan sepak bola

yang termasuk ke dalam ruang terbuka aktif. Pada lokasi perancangan belum terdapat ruang

terbuka hijau yang berfungsi sebagai area rekreasi dan estetika bagi lingkungan. Berikut ini

adalah kondisi ruang terbuka hijau yang ada di lokasi perancangan.

Sumber: Hasil Survei Kelompok 4A Perancangan Kota 2013

Gambar III.24

Ruang Terbuka Hijau Lokasi Perancangan

Page 30: Bab iii Rancang Kota

47

Ruang terbuka hijau didominasi oleh sawah dan tegalan yang merupakan ruang terbuka

hijau pasif. Pada kondisi esksisting, sawah dan tegalan yang ada sudah banyak yang beralih

fungsi menjadi lahan terbangun, hal ini dapat dilihat dari gambar di atas yang menunjukkan

lokasi sawah yang berada di antara rumah-rumah warga.

b. Ruang Terbuka Non Hijau

Sebagian besar ruang terbuka non hijau yang ada di lokasi perancangan merupakan

badan air atau sungai. Pada lokasi perancangan terdapat sebuah sungai yang berada pada

tengah lokasi perancangan. Selain sungai, ruang terbuka non hijau pada lokasi perancangan juga

terdiri dari halaman warga yang telah mengalami perkerasan dan lahan –lahan terbuka yang

telah dibuat kavling untuk dijadikan hunian.

3.2.7 Kondisi Pola Bangunan Eksisting

Kondisi pola bangunan pada perancangan kota mempunyai tiga bentuk pola yaitu pola

grid, pola organik, dan pola diagram. Dari hasil survey ke wilayah studi perancangan maka

dapat di ketahui bahwa wilayah studi ini memiliki pola organik. Pola organik merupakan

organisme yang berkembang sesuai dengan nilai-nilai budaya dan sosial dalam masyarakatnya

dan biasanya berkembang dari waktu ke waktu tanpa adanya perencanaan. Pola organik ini

perubahaanya terjadi secara spontan serta bentuknya mengikuti kondisi topografi yang ada.

Sumber: Analisis Kelompok 4A Perancangan Kota 2013

Gambar III.25

Kondisi Pola Organik pada Bangunan

Sifat pola organik ini adalah fleksibel, tidak geografis, biasanya berupa garis melengkung

dan dalam perkembangan masyarakat mempunyai peran yang besar dalam menentukan bentuk

kotanya. Berbeda dengan bentuk grid dan diagram yang biasanya ditentukan penguasa kotanya.

Pola organik

Page 31: Bab iii Rancang Kota

48

Dari keadaan eksisting yang terjadi pada wilayah studi ini polanya terbentuk karena

adanya intensitas aktivitas warga yang sangat tinggi yaitu aktivitas-aktivitasnya berupa industri

pabrik, perguruan tinggi, dan pedagang kaki lima. Akibat dari aktivitas tersebut maka pola

permukiman yang terbentuk tidak sesuai dengan perancangan, bentuk jalan mengikuti arah

pola permukiman sehingga tidak berbentuk grid, dan banyaknya penggunaan lahan yang tidak

sesuai kegunaannya contohnya yaitu lahan hijau di jadikan buat perkembangan kota yang di

bangun untuk permukiman.

Sumber: Analisis Kelompok 4A Perancangan Kota 2013

Gambar III.26

Pola Permukiman

3.3 Potensi dan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan pada wilayah studi perancangan, didapatkan potensi dan

permasalahan inti yang akan dijadikan acuan dalam konsep maupun penerapan perancangan.

Berikut ini adalah potensi dan permasalahan yang ada di wilayah studi.

3.3.1 Potensi

Potensi inti yang ada di lokasi perancangan terkait dengan adanya urban sprawl adalah

sebagai berikut:

Munculnya aktivitas perdagangan dan jasa sehingga meningkatkan perekonomian

warga di lokasi perancangan.

Kawasan menjadi magnet bagi masyarakat pendatang.

Bentuk jalan

mengikuti arah pola

permukiman sehingga

tidak berbentuk grid

Page 32: Bab iii Rancang Kota

49

3.3.2 Masalah

Permasalahan inti yang ada di lokasi perancangan terkait dengan adanya urban sprawl

adalah pertumbuhan kota yang tidak teratur. Pertumbuhan kota yang tidak teratur terjadi

karena adanya industri PT Ungaran Sari Garmen dan perguruan tinggi Undaris. Dengan adanya

PT USG dan Undaris menarik para pendatang untuk tinggal di lokasi rancang, sehingga muncul

permukiman baru yang tidak terstruktur dan tidak terintegrasi. Banyaknya pendatang

mengakibatkan terjadinya alih fungsi bangunan menjadi kos-kosan (rent house). Permukiman

yang tidak terstruktur berdampak pada pemborosan lahan dan infrastruktur. Pemborosan

lahan ini menjadikan jarak antar rumah yang berjauhan sehingga ketergantungan terhadap

moda transportasi tinggi. Ketidakteraturan kota juga terlihat dari pertumbuhan PKL di

sepanjang jalan S. Parman yang semakin hari semakin tidak teratur. PKL yang ada memakan

bahu jalan sehingga menambah kemacetan di Jalan S Parman. Pada jalan utama juga tidak

terdapat pedestrian ways, padahal banyak pekerja yang berjalan sehingga menambah

kemacetan yang ada. Berikut alur permasalahan di lokasi rancang

Sumber: Analisis Kelompok 4A Perancangan Kota 2013

Diagram III.3

Alur permasalahan Lokasi Rancang

Pertumbuhan Kota Tidak Teratur

Pemborosan Lahan dan

Infrastruktur

Munculnya Permukiman Baru

yang Tidak Terstruktur dan Tidak

Saling Terintegrasi

Ketergantungan Terhadap Moda

Transportasi

Adanya Industri

Garmen dan

Undaris menjadi

daya tarik para

pendatang

Livable dan Compact

City

‘Livable Boarding

Dense City’ Concept

INPUT MASALAH

Alih Fungsi

Bangunan

Rumah

Menjadi Rent

House ‘Kost-

Kost’

OUTPUT

MASALAH

SOLUSI

Page 33: Bab iii Rancang Kota

50

Sumber: Analisis Kelompok 4A Perancangan Kota 2013

Gambar III.27

Potensi dan Masalah di Lokasi Rancang

3.3.3 Analisis SWOT

Matrik SWOT digunakan untuk mengetahui bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Dalam

analisis ini digunakan faktor geologi sebagai acuan. Pengertian dari SWOT ialah:

1. Strength (kekuatan)

Adalah kelebihan dan keuntungan yang dimiliki oleh wilayah studi.

2. Weakness (kelemahan)

Adalah kekurangan yang terdapat di wilayah studi.

3. Opportunity (peluang)

Adalah potensi dari kesempatan yang mungkin untuk dilakukan dengan memperhatikan

strength dan weakness yang telah diketahui sebelumnya.

4. Threat (ancaman)

Adalah kendala atau ancaman yang akan muncul dari suatu wilayah studi jika tidak

memperhatikan faktor-faktor yang telah ada. Berdasarkan identifikasi potensi dan

permasalahan yang ada di lokasi perancangan, maka dapat dirumuskan matrik SWOT sebagai

berikut:

Alih fungsi bangunan menjadi kos-

kosan

Tidak Adanya pedestrian ways

Titik Kemacetan

Aktivitas Perdagangan dan Jasa

Page 34: Bab iii Rancang Kota

51

Tabel III.7

Analisis SWOT Lokasi Perancangan

Internal

Eksternal

Strength

(S)

Merupakan kawasan yang dikembangkan

sebagai kawasan strategis pengembangan kota

baru

Mempunyai kelerengan yang relatif datar

Merupakan kawasan tujuan para pendatang

yang mencari pekerjaan

Weakness

(W)

Merupakan kawasan yang padat dengan

penataan yang buruk

Banyak terjadi alih fungsi lahan terbuka

hijau menjadi permukiman

Pertumbuhan PKL yang sangat pesat

Sirkulasi terbatas dan terjadi kemacetan

Tidak adanya pedestrian dan area parkir

Kepadatan bangunan yang tinggi

Opportunity

(O)

Mempunyai lingkungan pendukung

dengan adanya universitas

Mempunyai lingkungan pendukung

dengan adanya kegiatan produksi

tekstil (pabrik) dan perdagangan

jasa

Strategi SO

Menjadikan kawasan perancangan sebagai smart

city, yaitu kawasan permukiman yang medukung

kegiatan pendidikan

Menjadikan kawasan sebagai kawasan yang

compact dan mix used sehingga dapat memenuhi

semua kebutuhan penghuni serta dapat dijangkau

tanpa menggunakan kendaraan

Memberikan hunian yang menyediakan

kebutuhan tempat tinggal bagi para pendatang

Strategi WO

Adanya kebijakan yang tegas terkait dengan

IMB agar masyarakat tidak sembarangan

dalam membangun

Melakukan penataan PKL melalui konsep

pedestrian mall sehingga PKL tidak

mengganggu aktivitas di jalan

Menciptakan area parkir di setiap area

perdagangan dan jasa, agar masyarakat

tidak memakirkan kendaraan di jalan

Melakukan pelebaran pada Jalan S Parman

yang merupakan jalan kolektor primer.

Menerapkan konsep highrise building untuk

mengoptimalkan penggunaan lahan dan

menciptakan lahan terbuka yang lebih luas

Page 35: Bab iii Rancang Kota

52

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perancangan Kota

Threat

(T)

Berada dekat dengan Jalan Provinsi

sehingga menimbulkan kebisingan

dan kemacetan

Strategi ST

Pemberian barrier area pada kawasan yang dekat

dengan jalan provinsi sehingga akan mengurangi

kebisingan

Strategi WT

Menbuat area pedestrian yang nyaman bagi

pejalan kaki sehingga meminimalisir

penggunaan kendaraan dan kemacetan

Memberikan shelter bus untuk bus-bus

antar kota yang tidak teratur saat menaikkan

dan menurunkan penumpang

Menjadikan kawasan yang dekat dengan

jalan provinsi dan jalan kolektor sebagai

kawasan perdagangan dan jasa sehingga

akan lebih menguntungkan dari sisi

aksesibilitas