bab iv hasil penelitian dan...

26
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Salatiga 8 semester I tahun pelajaran 2016/ 2017dengan subyek penelitian kelas IV dengan jumlah sebanyak 34 siswa. SD Negeri Salatiga 8 terletak di lingkungan yang cukup kondusif karena jauh dari pasar sehingga suasana di SD Negeri Salatiga 8 tergolong nyaman karena jauh dari kebisingan kendaraan umum. Sarana dan prasaran di SD Negeri Salatiga 8 sudah cukup lengkap dan fasilitas untuk mengajar seperti alat peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah sangat menunjang proses pembelajaran. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Pembelajaran pada kondisi awal, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas sehingga pembelajaran lebih berpusat pada guru, kondisi yang demikian menyebabkan siswa merasa cepat bosan dan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil tes ulangan terakhir yang dilakukan siswa pada kelas IV SDN Salatiga 8 yang berjumlah 34 siswa pada mata pelajaran IPS, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi ulangan siswa pada mata pelajaran IPS, dimana sejumlah peserta didik memperoleh nilai di bawah KKM = 70. Data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Upload: lamdieu

Post on 19-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Salatiga 8 semester I tahun

pelajaran 2016/ 2017dengan subyek penelitian kelas IV dengan jumlah

sebanyak 34 siswa. SD Negeri Salatiga 8 terletak di lingkungan yang cukup

kondusif karena jauh dari pasar sehingga suasana di SD Negeri Salatiga 8

tergolong nyaman karena jauh dari kebisingan kendaraan umum. Sarana dan

prasaran di SD Negeri Salatiga 8 sudah cukup lengkap dan fasilitas untuk

mengajar seperti alat peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah

sangat menunjang proses pembelajaran.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas

dilakukan. Pembelajaran pada kondisi awal, guru lebih sering menggunakan

metode ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas sehingga pembelajaran

lebih berpusat pada guru, kondisi yang demikian menyebabkan siswa merasa

cepat bosan dan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil tes ulangan

terakhir yang dilakukan siswa pada kelas IV SDN Salatiga 8 yang berjumlah

34 siswa pada mata pelajaran IPS, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih

rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi ulangan siswa pada mata

pelajaran IPS, dimana sejumlah peserta didik memperoleh nilai di bawah

KKM = 70. Data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

36

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV

SDN Salatiga 8 Sebelum Tindakan

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa (%)

1 95 – 100 - - -

2 90 – 94 - - -

3 85 – 89 - - -

4 80 – 84 4 11,77 Tuntas

5 75 – 79 6 17,65 Tuntas

6 70 – 74 10 29,42 Tuntas

7 65 – 69 8 23,52 Belum tuntas

8 60 – 64 2 5,88 Belum tuntas

9 55 – 59 1 2,94 Belum tuntas

10 50 – 54 2 5,88 Belum tuntas

11 < 50 1 2,94 Belum tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 69,08

Nilai tertinggi 85

Nilai terendah 45

Tabel 4.1 di atas menunjukkan rekap nilai pada kondisi awal yang

diuraikan dengan data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50

sebanyak 1 siswa atau 2,94%, siswa yang mendapat nilai antara 50-54

sebanyak 2 siswa atau 5,88%, siswa yang mendapat nilai antara 55-59

sebanyak 1 siswa atau 2,94%, siswa mendapat nilai antara 60 – 64 sebanyak

2 siswa atau 5,88%, siswa yang mendapat nilai antara 65 – 69 berjumlah 8

siswa atau 23,52%,siswa yang mendapat nilai antara 70 – 74 berjumlah 10

siswa atau 29,42%, siswa yang mendapatkan nilai antara 75-79 berjumlah 6

siswa atau 17,65% dan siswa yang mendapat nilai antara 80-84 sebanyak 4

siswa atau 11,77%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 69.08, dengan

perolehan nilai terendah yaitu 45 dan tertinggi 85.

Prosentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

maupun belum tuntas belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan,

disajikan pada tabel berikut ini:

37

Tabel 4.2

Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV

SDN Salatiga 8 Sebelum Tindakan

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa (%)

1 < 70 14 41,18 Belum tuntas

2 ≥ 70 20 58,82 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 69,08

Nilai tertinggi 85

Nilai terendah 45

Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN Salatiga 8

sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai

kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) sebanyak 14 siswa

atau 41,18% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 20 siswa atau 58,82% dari total

seluruh siswa. Berikut, prosentase siswa yang belum ataupun telah mencapai

KKM disajikan pada gambar berikut ini:

Gambar 4.1

Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena metode yang sering

digunakan adalah metode ceramah yaitu dengan guru mendominasi dalam

59%

41%

KETUNTASAN HASIL BELAJAR PRA SIKLUS

TUNTAS TIDAK TUNTAS

38

penjelasan materi kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas. Hal ini

berdampak pada siswa yang menjadi cepat bosan pada saat pelajaran IPS, ini

terlihat ketika di kelas, siswa mudah bosan selama mengikuti kegiatan

pembelajaran. Selain itu, cara guru mengajar yang masih didominasi dengan

ceramah membuat kelas menjadi monoton dan sajian pelajaran menjadi

kurang menarik perhatian siswa.

Hasil belajar siswa pada pra siklus atau data hasil belajar siswa sebelum

dilakukan tindakan, dari situlah penulis melakukan sebuah penelitian

tindakan kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian di SDN Salatiga 8,

penulis menggunakan metode Two Stay Two Stray. Penelitian ini dilakukan

dalam dua siklus, dimana tiap siklus dilakukan dua pertemuan.

4.2.2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dengan kompetensi dasar Menghargai

keragaman suku bangsa danbudayasetempat (kabupaten/kota,

provinsi) yang dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi yang sesuai

dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto

(2007:16). Langkah pelaksanaan siklus I diuraikan pada perencanaan

tindakan mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat

pembelajaran. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

dari rencana yang telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi

berdasarkan hasil observasi. Adapun penjelasan masing-masing

tahapan dijabarkan sebagai berikut.

a) Tahap Perencanaan Tindakan

Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa langkah

yang dilakukan oleh penulis, antara lain:

1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil

mencermati kembali setiap butir yang direncanakan untuk

dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan.

39

2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan

digunakan. Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga

tersebut apakah sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan

perencanaan pembelajaran yang hendak dilakukan.

3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat

pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah

disepakati dengan guru yang mendampingi sebagai observer.

b) Pelaksanaan Tindakan

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

maka disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan

pembelajaran yang terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:

Pertemuan I

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa

kegiatan seperti yang telah didesain dalam rencana

pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam,

berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur

tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Kegiatan

apersepsi yang dilakukan adalah mengingatkan kembali

kepada para siswa tentang materi.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan

materi pembelajaran yaitu Menghargai Keragaman Suku,

Bangsa dan Budaya. Kemudian guru menjelaskannya dan

membentuk siswa dalam kelompok secara berpasangan, dan

melaksanakan pembelajaran dengan metode TSTS.

3) Kegiatan penutup

Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan

tentang materi yang telah dipelajari dengan menggunakan

metode TSTS, sekaligus memberikan kesempatan kepada

siswa yang masih belum memahami materi pelajaran yang

40

diberikan, Guru memberikan pesan kepada siswa untuk

mempelajari lagi materi tersebut di rumah, karena masih akan

dilakukan lagi pertemuan berikutnya, dan memberikan

Pekerjaan Rumah (PR).

Pertemuan II

1) Kegiatan awal

Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka

pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi

siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.

Kemudian, guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak

mengerjakan PR?”. Guru mencocokkan PR dan

mengingatkan kembali tentang materi yang diajarkan

dipertemuan sebelumnya yaitu “Menghargai keragaman

suku bangsa dan budaya”.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan

materi pembelajaran yaitu Menghargai Keragaman Suku,

Bangsa dan Budaya. Kemudian guru menjelaskannya dan

membentuk siswa dalam kelompok secara berpasangan, dan

melaksanakan pembelajaran dengan metode TSTS

3) Kegiatan penutup

Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan

kepada siswa yang belum memahami pelajaran termasuk

metode pembelajarn untuk bertanya, guru bersama-sama

dengan siswa membuat kesimpulan. Guru membagikan

lembar evaluasi kepada masing-masing siswa untuk

dikerjakan.

c) Observasi

Pada kegiatan ini, yang diamati adalah aktivitas guru dan

siswa setelah diberikan tindakan dengan metode Two Stay Two

Stray. Berikut ini dipaparkan hasil aktivitas guru dan siswa dalam

41

pembelajaran dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray

yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus I, baik

pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua.

1. Aktivitas Guru

Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan metode Two Stay Two Stray

dalam pelajaran IPS. Aktivitas guru yang diamati meliputi

aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua. Data hasil observasi

aktivitas guru menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam

pembelajaran IPS, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah,

2005:331):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

45 ke bawah : gagal

Hasil pengamatan dari kedua pertemuan tersebut disajikan

berikut ini:

Tabel 4. 3

Hasil Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model TSTS

Siklus I

Pertemuan Materi Total Skor

Observasi

Nilai

Aktivitas

Kriteria

1

Menghargai

Keragaman

Suku, Bangsa

dan Budaya

14 70% Baik

2

Menghargai

Keragaman

Suku, Bangsa

dan Budaya

15 75% Baik

42

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa aktivitas guru pada

pertemuan pertama siklus I, dalam menerapkan metode Two

Stay Two Stray pada pelajaran IPS materi menghargai keragaman

suku, bangsa dan budaya masuk dalam kriteria atau katogeri baik,

dengan perolehan skor yaitu 14 dengan nilai aktivitas yaitu 70%,

dengan kategori baik. Pada siklus I pertemuan 2 masuk dalam

kriteria baik, di mana perolehan total skor dalam menerapkan

metode Two Stay Two Stray adalah 15 dengan nilai persentase

aktivitas yaitu 75%.

Pertemuan I diperoleh nilai aktivitas sebesar 70% hal ini

menunjukkan bahwa guru telah mampu menerapkan metode Two

Stay Two Stray meskipun masih terdapat beberapa langkah

pembelajaran yang belum terlaksana seperti pada kegiatan awal,

guru belum memeriksa kesiapan siswa, guru belum memberikan

motivasi kepada siswa, guru belum memberikan penjelasan

terhadap kegiatan kelompok, guru belum memberikan bimbingan

ketika siswa melakukan kegiatan presentasi serta guru belum

melakukan evaluasi terhadap presentasi yang dilakukan siswa.

Setelah dilakukan refleksi kekurangan-kekurangan tersebut mulai

teratasi meskipun masih ada beberapa aspek yang masih belum

terlaksana. Refleksi pada akhir pertemuan 1 dilakukan dengan

membahas permasalahan yang terjadi pada pertemuan 1 sekaligus

merancang solusi yakni guru harus lebih memahami langkah-

langkah metode Two Stay Two Stray. Nilai aktivitas pada

pertemuan 2 meningkat menjadi 75% hal ini menunjukkan bahwa

ada perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Aktivitas Siswa

Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas

siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa,

respon siswa dalam mengikuti pembelajaran metode Two Stay

43

Two Stray. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2. Penghitungan

aktivitas siswa, sama juga dengan mengikuti persamaan dalam

menghitung aktivitas guru menerapkan metode Two Stay Two

Stray pada pelajaran IPS, dengan persamaan berikut:

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

45 ke bawah : gagal

Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran menggunakan

metode Two Stay Two Stray pada pelajaran IPS di Siklus I ini,

masing-masing disajikan berikut ini.

Tabel 4. 4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Mengikuti Pelajaran

Menggunakan Model TSTS Siklus I

Pertemuan Materi Total Skor

Observasi

Nilai

Aktivitas

Kriteria

1

Menghargai

Keragaman

Suku, Bangsa

dan Budaya

11 61% Cukup

2

Menghargai

Keragaman

Suku, Bangsa

dan Budaya

13 72% Baik

Hasil pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 masuk

dalam kriteria cukup, dengan perolehan total skor yaitu 11

dengan persentase nilai aktivitas yaitu 61%. Hasil observasi pada

siklus I pertemuan 2 menunjukkan peningkatan dalam aktivitas

siswa, dimana perolehan aktivitas siswa berada pada kriteria

44

cukup baik dalam mengikuti pelajaran IPA menggunakan metode

Two Stay Two Stray. Skor yang diperoleh adalah 13 dengan nilai

aktivitas yaitu 72%.

Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa selama mengikuti

pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray menunjukkan

adanya peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 siklus I, di

mana pada siklus 1 nilai aktivitas yang diperoleh sebesar 61%

meningkat menjadi 72%. Kendala pada pertemuan 1 yang dialami

siswa yakni ketika diberikan tugas kelompok, masih banyak

siswa yang terlihat bingung mengenai tugas yang diberikan hal

ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model yang

digunakan, namun dengan bimbingan guru kendala tersebut dapat

teratasi terbukti dengan peningkatan skor penilaian terhadap

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

d) Evaluasi Hasil Belajar Siklus I

Hasil belajar pada siklus I yang diperoleh selama proses

pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Two Stay

Two Stray kelas IV SDN Salatiga 8, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa (%)

1 95 – 100 - - -

2 90 – 94 - - -

3 85 – 89 - - -

4 80 – 84 13 38,24 Tuntas

5 75 – 79 10 29,42 Tuntas

6 70 – 74 5 14,70 Tuntas

7 65 – 69 1 2,94 Belum tuntas

8 60 – 64 1 2,94 Belum tuntas

9 55 – 59 1 2,94 Belum tuntas

10 50 – 54 2 5,88 Belum tuntas

11 < 50 1 2,94 Belum tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 81.12

Nilai tertinggi 85

Nilai terendah 45

45

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa kondisi perolehan

hasil belajar siswa berubah setelah diberikan tindakan pada siklus

I, dimana hanya terdapat 1 siswa yang mendapatkan nilai di

bawah 50 atau sebesar 5%. Siswa yang mendapatkan nilai pada

rentang 50 – 54 sebanyak 2 siswa atau 5,88%, Siswa yang

mendapatkan nilai pada rentang 55 – 59 sebanyak 1 siswa atau

2,94%, siswa yang mendapatkan nilai rentang 60 - 64 berjumlah 1

siswa dengan prosentase 2,94%. Siswa yang mendapatkan nilai

antara 65 – 69 berjumlah 1 siswa atau 2,94%, siswa yang

mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 5 siswa atau

14,70%, dan terdapat 10 siswa yang mendapatkan nilai pada

rentang 75 – 79 atau 29,42%, terdapat 13 siswa atau sebesar

38,24% yang mendapatkan nilai pada rentang 80 – 84, dan tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 85 – 90 dan tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 90 – 100.

Nilai rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu

69,08 menjadi 81,12 pada siklus I. Nilai terendah dicapai dengan

nilai 45 dan nilai tertinggi adalah 85.

Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar

pada siklus I, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6

Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV

SDN Salatiga 8 Siklus I

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa (%)

1 < 70 6 17,65 Belum tuntas

2 ≥ 70 28 82,35 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 81.12

Nilai tertinggi 85

Nilai terendah 45

Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri

Salatiga 8, sebelum dilakukan tindakan atau pada pra siklus

diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria

46

Ketuntasan Minimal sebanyak 14 siswa atau 41,18%; sedangkan

yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 20 siswa

dengan prosentase 58,82%. Kondisi ini berubah setelah

dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang berhasil

lulus KKM sebanyak 28 siswa atau 82,35% dan siswa yang

belum berhasil lulus KKM sebanyak 6 siswa atau 17,65%.

Berikut prosentase hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.2

Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus I

Perbandingan hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan

pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan terhadap

ketuntasan belajar siswa. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar

sebanyak 28 siswa atau secara prosentase sebanyak 82,35%,

kemudian terjadi penurunan bagi siswa yang belum tuntas atau

mencapai KKM yaitu menjadi sebanyak 6 siswa atau secara

prosentase sebesar 17,65%. Hal ini disebabkan karena siswa

mulai merasa senang dalam proses pembelajaran. Meskipun

awalnya siswa sangat ribut, namun terlihat bahwa siswa

Tuntas Tidak Tuntas

47

menikmati dan tidak merasa bosan saat mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas.

e) Refleksi

Pembelajaran IPS kelas IV pada materi menghargai

keragaman suku, budaya dan bangsa pada siklus I ini belum

berhasil sesuai indikator kinerja yang ditentukan karena

ketuntasan belajar baru 82,35%.Hasilnya diungkapkan faktor

penyebab kekurang-berhasilan dalam pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali pada saat

siswa mulai diminta untuk membuat kelompok.

2) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang

menjawab benar.

3) Guru masih kaku dalam memandu siswa yang belum

memahami langkah-langkah dalam metode Two Stay Two

Stray.

Data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi, maka

peneliti melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil

tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa

penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai

dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan karena ketuntasan

belajar baru 82,35%. Hasil evaluasi observasi yang telah didapat,

kemudian peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan

pembelajaran pada siklus II, yaitu sebagai berikut:

1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok dan

mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam

materi yang sedang dipelajari melalui metode Two Stay Two

Stray.

2) Memberikan reward kepada siswa yang menjawab benar.

Reward atau penguatan kepada siswa berupa gambar bintang

atau pujian.

48

b. Pelaksanaan Siklus II

Tahap pelaksanaan siklus II sama seperti tahap pelaksanaan pada

siklus I, yakni mengacu pada tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart

dalam Arikunto (2007:16), pelaksanaan siklus II terdiri dari empat langkah

yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan

refleksi. Kompetensi dasar yang digunakan yakni Menghargai berbagai

peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan

menjaga kelestariannya. Bagian pelaksanaan siklus II menguraikan

perencanaan tindakan mengenai apa yang dilaksanakan sebagai perbaikan

dari kekurangan siklus I. Setelah perencanaan dan pelaksanaan, diuraikan

refleksi berdasarkan hasil obsevasi.

a. Tahap Perencanaan

Peneliti menyiapkandan merevisi RPP dan menyiapkan

kembali skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada

perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dan

refleksi siklus I maka peneliti melakukan upaya perbaikan

pembelajaran, memandu siswa dalam membentuk kelompok dan

mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam

materi yang sedang dipelajari melalui metode TSTS dan

memberikan reward atau penguatan kepada siswa yang

menjawab benar. Selain itu penulis juga menyiapkan kembali

lembar kerja siswa, lembar evaluasi, lembar observasi, dan

menyiapkan alat peraga.

b. Pelaksanaan

Pertemuan I

1) Kegiatan awal

Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran

dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa,

mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Kemudian,

guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak mengerjakan

PR?”. Guru mencocokkan PR dan mengingatkan kembali

49

tentang materi yang telah diajarkan dipertemuan sebelumnya

yaitu materi menghargai keanekaragaman suku bangsa dan

budaya.

2) Kegiatan inti, guru menjelaskan kembali materi tentang

menghargai keanekaragaman suku bangsa dan budaya.

Setelah bertanya jawab sebentar, guru melanjutkan materi

yakni Menghargai berbagai peninggalan sejarah di

lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga

kelestariannya.Untuk memberikan penjelasan tentang sub

materi tersebut, guru menggunakan metode TSTS. Guru

memaparkan materi dan kemudian membagi siswa ke dalam

kelompok berpasangan dan melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan dan sesuai langkah-langkah dari

metode TSTS.

3) Kegiatan akhir

Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara

individual untuk dikerjakan di rumah, guru memberikan

kesempatan kepada siswa yang belum memahami pelajaran

untuk bertanya, guru selaku pengajar bersama-sama dengan

siswa mengambil kesimpulan dan guru mengingatkan untuk

mempelajari sub materi berikutnya yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru juga memberikan

pujian kepada siswa atau kelompok yang aktif bertanya,

sambil mengingatkan pada siswa yang lain, bahwa bertanya

adalah hal penting dan mendasar di dalam belajar.

Pertemuan II

1) Kegiatan awal

Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,

kegiatan awal dimulai dengan salam, berdoa, mengabsensi

siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.

50

Setelah itu, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai pada pertemuan itu.

2) Kegiatan inti

Melanjutkan materi pada pertemuan sebelumnya, pada

pertemuan II siklus II ini,, guru menjelaskan kembali materi

tentang menghargai keanekaragaman suku bangsa dan

budaya. Setelah bertanya jawab sebentar, guru melanjutkan

materi yakni Menghargai berbagai peninggalan sejarah di

lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga

kelestariannya.Untuk memberikan penjelasan tentang sub

materi tersebut, guru menggunakan metode TSTS. Guru

memaparkan materi dan kemudian membagi siswa ke dalam

kelompok berpasangan dan melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan dan sesuai langkah-langkah dari

metode TSTS.

3) Kegiatan akhir

Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya,

guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-

hal yang belum dipahami. Sebelum menutup pelajaran, guru

memberikan tes akhir atau tes evaluasi kepada siswa, juga

memberikan pujian dan mengucapkan terimakasih atas

kerjasama selama guru melakukan penelitian.

c. Observasi

Kegiatan observasi ini, yang diamati adalah aktivitas guru

dan siswa, serta motivasi belajar siswa setelah diberikan tindakan

dengan metode Two Stay Two Stray. Berikut ini dipaparkan hasil

aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode Two Stay Two Stray yang diperoleh setelah

dilakukan tindakan pada siklus II, baik pada pertemuan pertama

maupun pertemuan kedua.

51

1. Aktivitas Guru

Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan metode Two Stay Two Stray

dalam pelajaran IPS. Aktivitas guru yang diamati meliputi

aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua. Data hasil observasi

aktivitas guru menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam

pembelajaran IPS, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah,

2005:331):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

45 ke bawah : gagal

Hasil pengamatan dari kedua pertemuan tersebut disajikan

berikut ini:

Tabel 4. 7

Hasil Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model TSTS

Siklus II

Pertemuan Materi Total Skor

Observasi

Nilai

Aktivitas

Kriteria

1 Menghargai

Peninggalan

Sejaran

18 85.7% Baik

Sekali

2 Menghargai

Peninggalan

Sejarah

20 95.2% Baik

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada

pertemuan pertama siklus II, dalam menerapkan model kooperatif

tipe TSTS pada pelajaran IPS materi menghargai peninggalan

sejarah masuk dalam kriteria atau katogeri baik sekali, dengan

52

perolehan skor yaitu 18 dengan nilai aktivitas yaitu 85.7%,

dengan kategori baik sekali.

Hasil aktivitas guru yang disajikan pada tabel 4.7 di atas,

diketahui bahwa aktivitas guru dalam menerapkan metode Two

Stay Two Stray pada siklus II pertemuan 2 masuk dalam kriteria

baik sekali, di mana perolehan total skor dalam menerapkan

metode Two Stay Two Stray adalah 20 dengan nilai persentase

aktivitas yaitu 95.2%.

Penilaian terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran

dengan metode Two Stay Two Stray menunjukkan adanya

peningkatan dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus II.

Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa guru telah menguasai

langkah-langkah pembelajaran metode Two Stay Two Stray

terbukti dengan nilai aktivitas guru pada pertemuan ke 2 siklus II

mencapai 95%.

2. Aktivitas Siswa

Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas

siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa,

respon siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Two

Stay Two Stray. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas

siswa pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2. Penghitungan

aktivitas siswa, sama juga dengan mengikuti persamaan dalam

menghitung aktivitas guru menerapkan metode Two Stay Two

Stray pada pelajaran IPS, dengan persamaan berikut:

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

53

45 ke bawah : gagal

Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran menggunakan

metode Two Stay Two Stray pada pelajaran IPS di Siklus II ini,

masing-masing disajikan berikut ini.

Tabel 4. 8

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Mengikuti Pelajaran

Menggunakan Model TSTS Siklus II

Pertemuan Materi Total Skor

Observasi

Nilai

Aktivitas

Kriteria

1 Menghargai

Peninggalan

Sejaran

17 85% Baik

Sekali

2 Menghargai

Peninggalan

Sejarah

19 95% Baik

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 masuk dalam

kriteria baik sekali, dengan perolehan total skor yaitu 17 dengan

persentase nilai aktivitas yaitu 85%. Pada siklus II pertemuan 2,

terjadi peningkatan dalam aktivitas siswa, dimana perolehan

aktivitas siswa berada pada kriteria Baik Sekali baik dalam

mengikuti pelajaran IPS menggunakan metode Two Stay Two

Stray. Skor yang diperoleh adalah 19 dengan nilai aktivitas yaitu

95%.

d. Evaluasi Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar pada siklus II yang diperoleh selama proses

pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Two Stay Two

Stray kelas IV SDN Salatiga 8 Semester I tahun pelajaran

2016/2017, adalah sebagai berikut:

54

Tabel 4.9

Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus II

No Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa (%)

1 95 – 100 5 14,70 Tuntas

2 90 – 94 15 44,12 Tuntas

3 85 – 89 4 11,77 Tuntas

4 80 – 84 3 8,82 Tuntas

5 75 – 79 3 8,82 Tuntas

6 70 – 74 4 11,77 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 93.4

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 70

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan dengan

pada siklus I. Jika pada siklus I, siswa yang tuntas belajar

mencapai 70% dari total jumlah keseluruhan siswa, maka pada

siklus II siswa yang tuntas belajar 100%, dengan uraian sebagai

berikut: yang mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 4

siswa atau 11,77%, kemudian pada rentang 75 – 79 sebanyak 3

siswa atau 8,82%, pada rentang 80 – 84 berjumlah 3 siswa

dengan prosentase 8,82%; yang mendapatkan nilai dalam rentang

85 – 89 berjumlah 4 siswa atau 11,77%, yang mendapatkan nilai

pada rentang 90 – 94 ada 15 siswa atau 44,12% dan yang

mendapatkan nilai pada rentang 95 – 100 berjumlah 5 siswa atau

14,70%. Nilai rata-rata kelas menjadi meningkat yaitu 93.4,

dengan nilai terendah 70 dan tertinggi 100.

Tabel 4.10

Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

No Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa (%)

1 < 70 - - Belum tuntas

2 ≥ 70 34 100 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 93,4

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 70

55

Ketuntasan Hasil belajar siswa SD Negeri salatiga 8,

sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang

memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM≥70) sebanyak 14 siswa atau 41,18% pada siklus I

kemudian terjadi penurunan menjadi 6 siswa atau 17,65% setelah

dilakukan siklus II tidak ada lagi siswa yang tidak berada pada di

bawah KKM. Sedangkan, yang mencapai ketuntasan minimal

sebelum dilaksanakan tindakan yaitu sebanyak 20 siswa atau

58,82% pada siklus I kemudian meningkat menjadi 28 siswa atau

82,35%, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi

100% tuntas dalam belajar IPS. Dengan hasil ini membuktikan

penelitian yang telah dilakukan telah berhasil karena telah

melebihi batas ketuntasan yaitu 85% sedangkan hasil yang

didapat adalah 100%.

Hasil tes dan pengamatan aktivitas siswa setelah diadakannya

tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus II adalah sebesar

34 siswa tuntas semua atau secara prosentase sebesar 100% tuntas

secara KKM, kemudian tidak ada lagi siswa yang belum tuntas

hasil belajarnya. Terjadinya kenaikan hasil belajar siswa tersebut

karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Siswa

terlihat sangat antusias, aktif dalam bertanya dalam pembelajaran

menggunakan metode Two Stay Two Stray.

e. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus

I dan Siklus II

Perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I dan

siklus II akan dijabarkan melalui tabel di bawah ini.

56

Tabel 4.11

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I

dan Siklus II

No. Nilai Tuntas Belum Tuntas

Jumlah

Siswa

% Jumlah

Siswa

%

1 Kondisi Awal 20 58,82% 14 41,18%

2 Siklus I 28 82,35% 6 17,65

%

3 Siklus II 34 100 % - -

Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

ketuntasan hasil belajar baik pada siklus I maupun siklus II.Pada

kondisi awal ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 58,82%,

sedangkan ketuntasan hasil belajar pada siklus I meningkat

menjadi 82,35%, dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar

23,53% dari kondisi awal ke Siklus I. Kemudian terjadi

peningkatan kembali pada siklus II yaitu sebesar 100% bagi

yang tuntas, dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar

17,65% dari ketuntasan hasil belajar dari Siklus I ke siklus II.

Hasil ini dapat disimpulkan bahwa metode Two Stay Two Stray

berhasil pada pelajaran IPS materi menghargai keragaman suku

bangsa dan budaya meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas

IV SDN Salatiga 8 semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Hasil ini disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan

hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat

dilihat pada grafik yang tersaji berikut ini:

57

Gambar 4.3

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal,

Siklus I dan Siklus II

f. Refleksi

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi

menghargai keragaman suku bangsa dan budaya, peneliti

melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan pembelajaran

memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana semua siswa

pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya.

4.3. Pembahasan

Hasil analisis komparatif, menunjukkan bahwa adanya peningkatan

terhadap ketuntasan belajar siswa mulai dari kondisi pra siklus hingga

siklus II. Hasil belajar kondisi awal atau kondisi pra siklus menunjukkan

bahwa jumlah ketuntasan siswa mencapai 58,82%, hal ini dikarenakan

dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode pembelajaran yang

0

5

10

15

20

25

30

35

Pra Siklus Siklus I Siklus II

20

28

34

14

6

0

Jum

lah

Sis

wa

Tuntas

Tidak Tuntas

58

konvensional yakni dengan ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas.

Kondisi demikian tidaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.

Tujuan pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan

dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,

minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010: 174).

Mencermati kondisi yang terjadi, maka diperlukan suatu model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPS salah

satunya adalah model TSTS. Model pembelajaran Two Stay Two

Stray/Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lainnya (Spencer Kagan,1990: 140).

Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi

kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk

kelompok secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa

untuk berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, A. (2008:

61) membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok

mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih

banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah memonitor.

Setelah dilakukan tindakan yakni dengan menerapkan model

pembeljaran TSTS, dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa dari

kondisi pra siklus ke siklus I adalah sebesar 23,53% yakni ketuntasan

peningkatan dari 58,82% (kondisi pra siklus) menjadi 82,35% (kondisi

siklus I), meskipun terjadi peningkatan ketuntasan terhadap hasil belajar

siswa, namun hasil tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena

ketuntasan pada siklus I masih dibawah dari indikator keberhasilan yang

ditentukan yakni 85% siswa mendapat nilai di atas KKM (KKM ≥ 70)

sehingga diperlukan tindakan pada siklus II.

Hasil observai pada siklus I menunjukakan bahwa proses

pembelajaran sudah berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa

langkah pembelajaran yang terlewatkan, siswa masih mengalami

59

kebingungan dalam penyelesaian tugas namun setelah dilakukan evaluasi

dan didiskusikan bersama dengan guru kelas, maka dirancang solusi dari

permasalahan tersebut, diantaranya guru perlu lebih memahami langkah-

langkah pembelajaran sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan

model TSTS dapat terlaksana seluruhnya. Hasil observasi pada siklus II

menunjukkan adanya peningkatan baik terhadap guru maupun siswa, hal

tersebut membuktikan bahwa guru telah dapat melaksanakan

pembelajaran TSTS dengan baik, selain itu ketuntasan belajar siswa juga

mengalami peningkatan.

Kondisi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yakni

sebesar 17,65%, yakni dari 82,35%( siklus I) menjadi 100% (kondisi

siklus II). Nilai ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan

keberhasilan dalam penelitian ini karena nilai ketuntasan pada siklus II

telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitan yang dilakukan oleh

Yuhendrawati (2012) telah melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

untuk meningkatkan hasil belajar IPS Siswa Kelas IV A SDN 164

Pekanbaru. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada peningkatan,

pada kondisi siklus I jumlah ketuntasan sebesar 85.37% kemudian setelah

dilanjutkan pada siklus II jumlah ketuntasan meningkat menjadi 100%,

dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa model kooperatif tipe

TSTS telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian lainnya yang juga menunjukkan keberhasilan penerpan

TSTS dalam meningkatkan hasil belajar adalah penelitian dari Putri

Hannika Sitorus Pane 2015 telah melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model

pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Pada mata pelajaran IPS Di

Kelas IV SDN. Hasil penelitiannya menunjukkan dari 28 siswa bahwa 4

siswa (14, 286%) tuntas dan 24 siswa (85, 714%) siswa tidak tuntas. Pada

siklus I rata-rata kelas meningkat yaitu menjadi 67, 321 di mana 16 siswa

60

lulus (57, 142 %) dan 12 siswa (42,858 %) tidak lulus. Maka

dilaksanakan siklus II, dan hasilnya mengalami peningkatan yaitu nilai

ratarata menjadi 88, 75 di mana 26 siswa (92,857%) tuntas dan 2 siswa (7,

143 %) tidak tuntas.

Kebeherhasilan dalam menerapkan model TSTS dalam penelitian

dapat dilihat melalui lembar observasi baik observasi guru maupun

observasi siswa. Hasil dari observasi terhaadap penerapan model TSTS

menunjukkan adanya peningkatan nilai pada lembar observasi, ini

menunjukkan bahwa TSTS dapat diterapkan guru tanpa ada penghambat.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa model TSTS merupakan model

yang tidak sulit diterapkan, sehingga dapat menjadi refrensi bagi guru

ketika hendak meningkatkan hasil belajar IPA. Adapun keunggulan dalam

penelitian ini yakni peneliti dapat menerapkan model TSTS pada kelas

dengan jumlah siswa yang relatif banyak yakni jumlah siswa pada kelas

IV SDN 8 sebanyak 34 siswa, memang dibutuhkan pengendalian kelas

yang ekstra, guru harus selalu membimbing dan memantau kegiatan yang

dilakukan siswa sehingga jumlah subyek tidak akan menjadi masalah.

Setelah diberikan pembelajaran dengan TSTS, selain dapat meningkatkan

hasil belajar, terlihat juga perubahan sikap di mana siswa yang tadinya

malu dan tidak berani mengemukakan pendapat menjadi berani. Kondisi

yang telah dipaparkan, apabila ditarik kesimpulan maka upaya dalam

meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 8 Salatiga

melalui pembelajaran TSTS telah berhasil dilakukan.