bab iv kel vjadi
TRANSCRIPT
BAB IV
KELARUTAN TIMBAL BALIK
4.1 Tujuan Percobaan
1. Menentukan temperatur kritik suatu sistem larutan
2. Menentukan kurva kelarutan fenol dalam air
3. Menbandingkan kelarutan beberapa sistem larutan.
4.2 Tinjauan Pustaka
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di
dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan
pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit
kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,
titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan
yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
(http//www.wikipedia.com, 18 Mei 2009, 18:09)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1. Temperatur
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan
(∆H) negatif, maka daya larut turun dengan turunnya temperatur. Bila panas
pelarutan (∆H) positif, maka daya larut naik dengan naiknya temperatur.
2. Jenis zat terlarut dan pelarut
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur
baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur.
3. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair,
tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, Kimia Fisika, hal. 142)
Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh :
1. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur
baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur
sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially
miscible),sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely
immiscible).
(Sukardjo, Kimia Fisika, hal. 142)
2. Temperatur.
- Zat padat dalam cairan.
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan,
bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air,
namun terdapat beberapa zat padat yang kelarutannya menurun bila
temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari seriumsulfat
(Ce2(SO4)3).
- Gas dalam cairan
Kelarutan suatu gas dalam suatu cairan biasanya menurun dengan naiknya
temperatur.
(Keenan, Charles W, Kimia Untuk Universitas, Jilid I edisi keena, hal. 383)
3. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair,
tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, Kimia Fisika, hal. 142)
Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :
1. Larutan gas dalam gas
Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifat-sifat
larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
2. Larutan gas dalam cair
Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. Daya larut
N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat
besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air,
sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan
ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan
CO2 lebih mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedangkan NH3 dan
H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
3. Larutan cairan dalam cairan
Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur
sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan
tergantung dari jenis cairan dan temperatur.
Contoh :
a. Zat-zat yang mirip daya larutnya besar.
Benzena-Toluena
Air-Alkohol
Air-Metil
b. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur
Air-Nitro Benzena
Air-Kloro Benzena
4. Larutan zat padat dalam cairan
Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi
larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam
air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat
organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik.
Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena
kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
(Sukarjo, Kimia Fisika, hal: 143-146)
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur
kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika
temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan
kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari
temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva
parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan
temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan
fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan
tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan
bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan
berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka
komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat
dicampur dengan sempurna.
Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh
komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan.
(Olaf A. Hougen, Chemical Process Principles, hal: 167-168)
Ada dua macam larutan, yaitu :
1. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk
suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam
(miscible).
2. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur
masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara
bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 372)
Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang
dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam
air.
b. Immisable, yaitu jika kedua zat tersebut tidak dapat larut
antara zat satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air.
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 376)
Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu
pelarut untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut).
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 674)
Sifat-sifat metanol :
a. Tidak bewarna
b. Larut dalam air
c. Bersifat racun
d. Mempunyai rumus molekul CH3OH
e. Mempunyai massa molar 32,04 gr/mol
f. Mempunyai titik didih 65°C
g. Mempunyai titik beku -97,8C
(http://de.wikipedia.org/wiki/Methanol , 21 Mei 2009, 18:25)
Sifat-sifat fenol :
a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida
b. Mempunyai titik didih yang tinggi
c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH
d. Fenol larut dalam pelarut organik
e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna
f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol
g. Mempunyai titik didih 181,9°C
h. Mempunyai titik beku 40,9°C
(http://de.wikipedia.org/wiki/Phenol, 21 Mei 2009, 18.30)
(Ralph J. Fessenden, Dasar-Dasar kimia Organik, hal 295 & 297)
Sifat NaCl :
a) Berasal dari reaksi antara NaOH dengan HCl menjadi NaCl dan H2O.
b) Biasanya bersifat higroskopis yang artinya zat yang dapat menyerap air.
c) Aplikasi nyata adalah garam dapur, bila tidak disimpan ditempat tertutup
rapat maka lama kelamaan akan basah.
(http//www.yahoo.answer.com, 21 Mei 2009, 18:24)
Sifat-sifat air, yaitu :
Mempunyai rumus molekul H2O. Satu molekul air tersusun atas dua
molekul hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C).
Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam pelarut organik.
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar.
Air juga mempunyai sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami
kepolarannya.
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh
kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air
Mempunyai massa molar :18,0153 gr/mol
Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa fase cairan pada 20°C), dan
mempunyai densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan).
Mempunyai titik lebur : 0°C, 273,15 K, 32°F
Mempunyai titik didih : 100°C, 373,15 K, 212°F
Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20°C.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Air, 21 Mei 2009, 18:59)
4.3. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan.
- batang pengaduk
- beakerglass
- botol aquadest
- corong kaca
- gelas arloji
- karet penghisap
- labu ukur
- masker
- neraca analitik
- penjepit kayu
- piknometer
- pipet tetes
- pipet volume
- rak tabung reaksi
- sarung tangan
- tabung reaksi
- termometer
- timbangan digital
- waterbath
B. Bahan-bahan yang digunakan.
- fenol (C6H5OH)
- metanol (CH5OH) 1%
- natriumklorida (NaCl) 1%
- aquadest (H2O)
4.1. Prosedur Percobaan
1. Sistem fenol-aquadest
- Menyiapkan campuran fenol dengan aquadest di dalam 5 tabung reaksi
dengan komposisi masing-masing sebagai berikut:
Tabung Fenol (g) Aquadest (mL)
1
2
3
4
1
1
2
2
5,5
4,5
3,9
1,8
5 3 2
- Memanaskan tiap campuran tersebut dalam waterbath dengan susunan
seperti di atas.
- Mengaduk campuran dengan perlahan dan mencatat suhu pada saat
campuran berubah dari keruh menjadi jernih.
- Mengeluarkan tabung reaksi dari waterbath lalu membiarkan campuran
menjadi dingin serta mencatat suhu pada saat campuran menjadi keruh
lagi.
- Mencatat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih.
2. Sistem fenol-metanol.
- Membuat campuran 2 g fenol dengan 3,9 mL larutan metanol 1% di
dalam tabung reaksi, kemudian memanaskan dalam waterbath.
- Mencatat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih.
3. Sistem fenol-NaCl.
- Membuat campuran 2 g fenol dengan 3,9 larutan NaCl 1% di dalam
tabung reaksi, kemudian memanaskan dalam waterbath.
- Mencatat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih.
4.2. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.5.1. Data Pengukuran Suhu pada Sistem Fenol-Air.
No Fenol
(g)
Aquadest
(mL)
Suhu (C)
Jernih Keruh Rata-rata
1
2
3
4
5
1
1
2
2
3
5,5
4,5
3,9
1,8
2
54
57
59
54
52
51
52
54
51
50
52,5
54,5
56,5
52,5
51
Tabel 4.5.2. Data Pengukuran Suhu pada Sistem Fenol-Metanol.
No Fenol
(g)
Metnol
(mL)
Suhu (C)
Jernih Keruh Rata-rata
1 2 3,9 52 49 50,5
Tabel 4.5.3. Data Pengukuran Suhu pada Sistem Fenol-NaCl.
No Fenol(g) NaCl(mL) Suhu (C)
Jernih Keruh Rata-rata
1 2 3,9 46 39 42,5
4.3. Hasil Perhitungan
A. Sistem fenol-air
1. Mencari densitas (ρ) Air
Berat piknometer kosong : 15,4720 g
Berat piknometer dan air : 39,9669 g
Volume piknometer : 25 mL
Rumus :
Dimana :
= Densitas aquadest (g/mL)
W1 = Berat piknometer + aquadest (g)
W2 = Berat piknometer kosong (g)
V = Volume piknometer (mL)
= 0,9798 g/mL
Jadi densitas aqudest() yang di dapat adalah 0,9798 g/mL.
2. Mencari % berat fenol dalam air.
Rumus:
% W fenol =
Untuk tabung I :
% W fenol = = 34,3571 %
Dengan cara yang sama untuk variasi berat fenol dan volume air yang
berbeda diperoleh hasil sebagai berikut :
No fenol (g) aquadest (g) % berat fenol
1
2
3
4
1
1
2
2
5,5
4,5
3,9
1,8
15,6521%
18,4874%
34,3571%
53,1400 %
5 3 2 60,4887%
B. Sistem fenol-metanol
1. Membuat metanol 1% sebanyak 50 mL dari metanol
100%
Rumus :
(V1 C1) = (V2 C2)
Dimana : V1 = volume metanol 1 %
V2 = volume metanol 100 %
C1 = konsentrasi metanol 1 %
C2 = konsentrasi metanol 100 %
(V1 C1) = (V2 C2)
50 x 1% = V2 x 100%
V2 = 0,5 mL
Jadi untuk membuat metanol 1% sebanyak 50 mL adalah dengan memipet
0,5 mL metanol 100% dan mengencerkan ke dalam labu ukur 50 mL
dengan aquadest sampai tanda batas.
2. Menentukan densitas metanol
Berat piknometer kosong : 15,4720 g
Berat piknometer dan metanol : 40,572g
Volume piknometer : 25 mL
Rumus :
Dimana:
= Densitas metanol (g/mL)
W1 = Berat piknometer + metanol (g)
W2 = Berat piknometer kosong (g)
V = Volume piknometer (mL)
= 1,004 g/mL
Jadi densitas metanol () yang di dapat adalah 0,004 g/mL.
3. Mencari % berat fenol dalam metanol
Rumus :
% W fenol =
% W fenol =
= 33,8090 %
Jadi % berat fenol 33,8090%.
C. Sistem fenol-NaCl
1. Membuat larutan NaCl 1 % sebanyak 50 mL jika
diketahui air = 0,998.
Rumus :
% W NaCl =
1 % =
WNaCl = 0,489 g
Jadi untuk membuat NaCl 1% sebanyak 50 mL adalah dengan menimbang
0,489 g dan melarutkannya ke dalam labu ukur 50 mL dengan aquadest
sampai tanda batas.
2. Menentukan berat jenis () NaCl
Berat piknometer kosong : 15,4720 g
Berat piknometer + larutan NaCl : 40,097 g
Volume piknometer : 25 mL
Rumus :
Dimana : = Densitas NaCl (g/mL)
W1 = Berat piknometer + larutan NaCl (g)
W2 = Berat piknometer kosong (g)
V = Volume piknometer (mL)
= 0,985 g/mL
Jadi densitas NaCl () yang didapat adalah 0,985 g/mL.
3. Mencari % berat fenol dalam NaCl
Rumus :
% W fenol =
=
= 34,2378 %
Jadi % berat fenol dalam NaCl 34,2378 %.
4.4. Grafik
50
51
52
53
54
55
56
57
0 10 20 30 40 50 60 70
T rata-rata
% b
erat
Grafik 4.7.1. Hubungan antara % berat fenol terhadap suhu pada sistem
fenol-air.
4.5. Pembahasan
1. Sistem fenol-Aqudest
Dari hasil percobaan diperoleh temperatur kritis sistem fenol-Aquadest adalah
56,5C dengan komposisi dalam aquadest sebesar 34,3571 %, sedangkan
menurut Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168
temperatur kritis sistem fenol air adalah 66C dengan komposisi berat fenol
34%. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa terjadi penyimpangan yang
disebabkan karena :
a. Kurang cermat dalam menentukan temperatur pada saat larutan berubah
dari keruh menjadi jernih dan dari jernih ke keruh kembali karena
perubahan larutan dari keruh menjadi jernih terjadi dalam waktu yang
singkat.
b. Kesalahan pada saat penimbangan fenol, karena fenol teroksidasi sehingga
mudah menguap.
Sedangkan kelarutannya fenol-aquadest lebih tinggi dibandingkan dengan
kelarutan sistem fenol-metanol dan sistem fenol-NaCl. Menurut teori dari
(http//www.wikipedia.com), fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3
gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut
menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
2. Sistem fenol-metanol
Dari percobaan diperoleh temperatur kritis untuk sistem fenol-metanol adalah
50,5ºC dengan % berat fenolnya adalah 33,8090 % sedangkan secara teoritis
temperatur kritis sistem fenol-metanol adalah dibawa temperatur kritik sistem
fenol air seperti dalam buku Kimia Organik Hart Suminar halaman 165 sebab
fenol metanol memiliki titik didih relatif tinggi sebab tidak saja hanya
memasok kalor (energi) yang cukup untuk menguapkan setiap molekul tetapi
juga memasok kalor yang cukup untuk memutus ikatan hidrogen sebelum
setiap molekul dapat diuapkan, dan titik didih metanol secara teoritis adalah
adalah 650C. Dilihat dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa hasil
percobaan tidak sesuai dengan hasil teoritis yang ada hal ini disebabkan
karena :
- Perubahan dari keruh menjadi jernih menjadi keruh kembali terjadi dalam
waktu yang singkat sehingga penentuan temperaturnya menjadi kurang
tepat.
- Fenol mudah menguap sehingga komposisi menjadi berkurang.
Sedangkan kelarutan fenol-metanol lebih rendah dibandingkan dengan
kelarutan sistem fenol-aquadest tetapi lebih besar dari kelarutan sistem fenol-
NaCl. Menurut teori dari (http//www.wikipedia.com), fenol memiliki sifat yang
cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−, maka metanol
dapat dilarutkan dalam fenol.
3. Sistem fenol-NaCl
Dari percobaan diperoleh temperatur kritis untuk sistem fenol-NaCl adalah
42,5ºC dengan persentase berat fenolnya adalah 34,2378 %. Temperatur kritis
sistem fenol NaCl di atas temperatur kritis sistem fenol dalam air. Sistem
fenol-NaCl membutuhkan temperatur yang lebih tinggi, ini sesuai dengan
teori dalam wikipedia bahwa titik didih NaCl adalah 1465ºC. Hal ini
disebabkan juga karena sifat solute (fenol) dan solvent (NaCl) tidak memiliki
gugus fungsi yang sama dan fenol-NaCl tidak dapat membentuk ikatan
hidrogen sehingga fenol-NaCl sukar larut. Sedangkan kelarutannya lebih
rendah dibandingkan dengan kelarutan sistem fenol-aquadest dan kelarutan
sistem fenol-metanol. Menurut teori dari (http//www.wikipedia.com), fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari
gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida
C6H5O−, maka NaCl dilarutkan dalam fenol.
4.6. Kesimpulan
1. Temperatur kritis untuk sistem fenol-air adalah 56,5C dengan
komposisi berat fenol sebesar 34,3571 %. Temperatur kritis sistem fenol-
aquadest lebih rendah dibandingkan dengan temperatur kritis sistem fenol-
metanol dan sistem fenol-NaCl, sedangkan kelarutannya lebih tinggi
dibandingkan dengan kelarutan sistem fenol-metanol dan sistem fenol-NaCl.
2. Temperatur kritis untuk sistem fenol-metanol lebih rendah dari pada
temperatur kritis sistem fenol-air dan suhu rata-rata pada sistem fenol-
metanol adalah 50,50C sedangkan komposisi berat fenol sebesar
33,8090%.Temperatur kritis sistem fenol-metanol lebih tinggi daripada sistem
fenol-aquadest dan sistem fenol-NaCl, sedangkan kelarutannya lebih rendah
dibandingkan dengan kelarutan sistem fenol-aquadest tetapi lebih besar dari
kelarutan sistem fenol-NaCl
3. Temperatur kritis untuk sistem fenol-NaCl lebih tinggi daripada
temperatur kritis sistem fenol-air dan suhu rata-ratanya adalah 42,50C
sedangkan komposisi berat fenolnya sebesar 34,2378%. Temperatur kritis
sistem fenol-NaCl lebih tinggi dari pada sistem fenol-metanol dan sistem
fenol-aquadest, sedangkan kelarutannya lebih rendah dibandingkan dengan
kelarutan sistem fenol-aquadest dan kelarutan sistem fenol-metanol.