bab v konsep perencanaan dan perancangan v. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab...
TRANSCRIPT
130
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V. 1. Konsep Dasar Perancangan
Pembahasan konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai data
tapak beserta luas lantai Gereja yang rencananya akan dibangun, dan juga
penerapan topik dan tema arsitektur tropis pada proyek tersebut.
V. 2. 1. Data Proyek
1. Nama Proyek : Gereja Kristen Protestan Oikumene
2. Lokasi Tapak : Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat
3. Luas Lahan : 15.782,5 m2
4. KDB : 60 % = 9.469,5 m2
5. KLB : 3 = 37.347,5 m2
6. Maksimum Ketinggian : 8 Lantai
7. Luas Lantai Bangunan : 7541,18 m2 ( Perkiraan )
8. Tinggi Bangunan : 1 Lantai untuk Ruang Ibadah Utama,
5 Lantai untuk Bangunan Penunjang
9. Kapasitas Parkir : 100 Mobil, 200 Motor
V. 2. 2. Topik dan Tema
Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dirancang
dengan menggunakan aplikasi dari teori arsitektur tropis. Topik ini dipilih
131
guna memanfaatkan semua potensi yang dimiliki tapak. Teori arsitektur
tropis dalam proyek ini didefinisikan sebagai rancangan arsitektur yang
dibuat untuk mengatasi problematika yang di timbulkan oleh iklim tropis,
suatu rancangan yang dibuat untuk memodifikasi iklim luar yang
berkarakter tropis basah (yang tidak di kehendaki) menjadi iklim dalam
bangunan yang dikehendaki.
Aplikasi teori arsitektur tropis membawa arah perancangan
gereja ini untuk menyediakan kenyamanan sebesar-besarnya bagi seluruh
jemaat Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dengan
menggunakan potensi-potensi alami yang dimiliki tapak seperti cahaya
matahari, angin, ataupun curah hujan.
V. 2. Konsep Perancangan Makro
Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan penentuan
letak pintu masuk ke dalam tapak, zoning baik vertikal maupun horizontal di atas
tapak, pengolahan massa bangunan hingga pada perancangan skematik massa
bangunan.
132
V. 2. 1. Konsep Penentuan Pintu Masuk
Gambar 5.2.1.1
Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur
tapak. Kensekuensi positif yang timbul dari alternatif ini adalah
terkonsentrasinya menejemen arus keluar masuk parkir kendaraan di satu
sisi tapak saja, di samping itu, ruas jalan pada sisi timur lebih lebar
dibandingkan jalan di bagian selatan. Lebar jalan di bagian timur 26m
lebih besar dibandingkan ruas jalan di bagian selatan yang hanya 15m.
Konsekuensi buruk dari alternatif ini adalah bertumpuknya kendaraan
pada jam-jam masuk atau jam-jam keluar kegiatan ibadah.
Kemacetan yang sehari-hari terjadi diperkirakan tidak akan
terjadi di hari minggu saat ibadah (kegiatan utama) dalam Gereja ini
berlangsung, karenanya, sisi ini merupakan sisi terbaik sebagai pintu
masuk dan pinti keluar tapak.
133
V. 2. 2. Konsep Zoning Horizontal
Gambar 5.2.2.1
Sisi tapak yang berhubungan dengan jalan akan berinteraksi
langsung dengn pengguna jalan, maka dari itu, zona-zona tersebut
dijadikan sebagai zona publik. Zona publik disini dapat difungsikan
sebagai taman, parkir, ataupun juga plaza.
Tapak bagian tengah dapat difungsikan sebagai ruang-ruang semi
publik di mana pada bagian-bagian tersebut terdapat ruang-ruang yang
digunakan sebagai ruang-ruang kantor dan sebagainya.
Ibadah dalam proyek ini dikategorikan sebagai kegiatan utama,
oleh karenannya, ruang ibadah dikategorikan sebagi ruang privat. Letak
zona privat sendiri terdapat pada sisi barat laut. Pada zona ini gangguan
polusi pandangan dan polusi suara dapat diredam.
Ruang-ruang semi publik dan privat perlu dilayani oleh hadirnya
ruang-ruang servis. Oleh karenanya, ruang servis tersebut harus dapat
134
berinteraksi langsung dengan ruang-ruang semi publik dan ruang privat.
Dalam hal ini, posisi bagian utara sangat cocok digunakan sebagai ruang-
ruang sevis.
V. 2. 3. Konsep Massa Bangunan
Gambar 5.2.3.1
Gubahan massa terdiri dari 3 massa. Massa-massa tersebut
adalah massa perantara, massa gedung ibadah utama, dan massa gedung
penunjang. Massa tersebut terletak di tengah-tengah tapak. Di sekitar
tapak, terlebih dahulu dibuat ruang hijau agar perkerasah dalam tapak
tidak terlalu besar, dengan demikian, otomatis, suhu di dalam tapak dapat
berkurang.
135
V. 2. 4. Konsep Zoning Vertikal
Gambar 5.2.4.1
Dari analisa gubahan massa terlihat proses pengolahan massa
menjadi 3 massa bangunan. Dari olahan tersebut, dianalisa lagi zoning
vertikalnya. Dari ilustrasi zoning di artas, kita dapat melihat gagaimana
zoning vertikal kompleks Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon
Jeruk.
Konsep zoning secara vertikal juga dipengaruhi oleh konsep
filosofis Gereja yang coba dikembangkan. Konsep ini mencoba
mengaplikasikan cerita Alkitab, yaitu cerita nabi Nuh yang diminta
Tuhan untuk membuat sebuah bahtera di atas bukit dan membawa beserta
keluarganya semua binatang di atas bumi masing masing sepasang (baca
Alkitab Kejadian 8 : 7-9).
Dalam Perancangan Gereja Kristen Protestan Oikumene ini,
Ruang Ibadah Utama diletakan di level ke-2. pada fase awal, jemaat
diajak untuk mengalami fase naik ke atas melalui ramp. Perjalanan ini
Perpustakaan
Ruang kantor gereja
Ruang ibadah utama
Kelas-kelas kecil
Wisma gereja
Ruang latihan
136
mensimboliskan ketika keluarga nabi Nuh dan binatang-binatang yang
ikut masuk ke dalam bukit sedang mendaki ke atas bukit.
Sampai di atas bukit (level ke-2 bangunan), jemaat masuk ke
dalam Ruang Ibadah Utama dan di sana jemaat bertemu dengan Yesus
Kristus, sang Juru selamat. Dari filosofis itu konsep vertikal zoning gereja
ini berdiri.
V. 3. Konsep Perancangan Mikro
Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan kebutuhan
dan dimensi ruang, kebutuhan parkir, sirkulasi vertikal, bentuk bangunan, hingga
kepada pembahasan utilitas dan struktur
V. 3. 1. Konsep Dimensi Ruang
Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah utama:
Tabel 5.3.1.1
Nama Ruang Standar Kapasitas Luas
Foyer 10 % dari ruang
ibadah utama
0,8 m2 / Orang
80 orang 72 m2
Ruang Ibadah
Utama
1 m2 / Orang 800 Orang 800 m2
Altar / Mimbar - 16 orang 100 m2
Ruang Ganti - - 40 m2
Ruang Persiapan
Pendeta
- - 13,8 m2
137
Ruang
Multimedia
- - 25 m2
Ruang Sound
System
- - 25 m2
Ruag Doa 0,8 m2 / Orang 80 Orang 40 m2
Ruang Ibu dan
Anak
- - 30 m2
WC / KM
Umum
1 Toilet / 50
Orang
1 m2 / Orang
16 Orang 16 m2
Total : 1161,8 m2
Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah pendamping:
Tabel 5.3.1.2
Nama Ruang Standar Kapasitas Luas
Foyer Ruang
Ibadah
Pendamping
10 % dari ruang
ibadah utama
0,8 m2 / Orang
50 40 m2
Ruang Ibadah
Pendamping
1 m2 / Orang 500 500 m2
Ruang Persiapan - - 25 m2
Total : 565 m2
138
Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang-ruang penunjang:
Tabel 5.3.1.3
Nama Ruang Standar Kapasitas Luas
KM / WC 1 Toilet / 50
Orang
1 m2 / Orang
6 Orang 6 m2
Toko Gereja - - 36 m2
Kantor Gembala 12 m2 / Orang 1 Orang 12 m2
Kantor Tata
Usaha
9 m2 / Orang 4 Orang 36 m2
Ruang Komisi
Anak
- 3 Orang 12 m2
Ruang Komisi
Remaja
- 3 Orang 12 m2
Ruang Komisi
Pemuda
- 3 Orang 12 m2
Ruang Komisi
Umum
- 3 Orang 12 m2
Ruang Komisi
Kreatif
- 3 Orang 12 m2
Ruang Komisi
Musik
- 3 Orang 12 m2
Ruang Rapat 1,5 m2 / Orang 10 Orang 15 m2
Ruang Latihan
Musik
- 5 Orang 36 m2
Ruang Latihan - 5 Orang 36 m2
139
Drama dan Tari
Ruang Tidur
Pengerja
9 m2 / Orang 8 Orang 72 m2
Ruang Tidur
Pendeta Tamu
9 m2 / Orang 4 keluarga
(@ 4 Orang)
144 m2
Pantry Pengerja - - 15 m2
Pantry Pendeta
Tamu
- - 15 m2
Ruang
Perpustakaan
- - 144 m2
Ruang Penitipan 20 m2 / unit I Unit 20 m2
Ruang
Peminjaman
2,5 m2 / Orang 3 Orang 7.5 m2
Kantor Kepala
Perpustakaan
12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2
Gudang
Perpustakaan
- - 36 m2
Kelas-kelas
Kecil
1,2 m2 / Orang 240 288 m2
Total : 1002,5 m2
Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah pendamping:
140
Tabel 5.3.1.4
Nama Ruang Standar Kapasitas Luas
Parkir Mobil 12,5 m2 / Mobil 100 Mobil 2500 m2
Parkir Motor 2 m2 / Motor 300 Motor 600 m2
Tempat
Pembuangan
Sampah
20 m2 / Unit 1 Unit 20 m2
STP 20 m2 / Unit 1 Unit 20 m2
Ruang Genset 60 m2 / Unit 1 Unit 60 m2
Ruang Panel 20 m2 / Unit 1 Unit 20 m2
Ruang Kantor
ME
12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2
Ruang Kantor
Keamanan
12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2
Ruang Pengelola
Perparkiran
12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2
Pos Parkir 1 m2 / Unit 2 Unit 2 m2
Ruang Tunggu
Sopir
6 m2 / Unit 1Unit 6 m2
Total : 3464 m2
Dari perhitungan dimensi ruang di atas, luas total bangunan (tanpa
sirkulasi) adalah:
1161,6 m2 + 565 m2 + 1002,5 m2 + 2214 m2 = 6193,3 m2
141
Dari perhitungan dimensi ruang di atas, luas total bangunan (ditambah
sirkulasi) adalah:
6193,3 m2 + (20% x 6193,3 m2) = 6193,3 m2 +1238,88 m2 = 7431,18 m2
V. 3. 2. Analisis Hubungan Ruang
Secara umum, hubungan skematik program ruang Gereja Kristen
Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah:
UNIT PENUNJANG
UNIT IBADAH UTAMA
UNIT IBADAH PENDAMPING
MAIN ENTRANCE
LOBBY / PLAZA
RUANG SERVICE
SIDE ENTRANCE
142
Secara skematik, hubungan ruang-ruang di unit ibadah utama
adalah:
KM / WC
UNIT IBADAH UTAMA
RUANG IBADAH UTAMA
ENTRANCE
LOBBY / PLAZA
ALTAR / MIMBAR
RUANG PERSIAPAN PENDETA
UNIT IBADAH UTAMA
RUANG IBU DAN ANAK
UNIT-UNIT LAIN
RUANG ISTIRAHAT PEMUSIK
RUANG GANTI
143
Secara skematik, hubungan ruang-ruang di unit ibadah
pendamping adalah:
Secara skematik, garis besar hubungan ruang-ruang di unit
penunjang adalah:
RUANG IBADAH PENDAMPING
ENTRANCE
LOBBY / PLAZA
RUANG PERSIAPAN
ENTRANCE
RUANG-RUANG KELAS
RUANG KOMISI DAN LATIHAN
RUANG PERPUSTAKAAN
RUANG PASTORI DAN
PELAYANAN WISMA GEREJA
144
V. 3. 3. Analisis Kebutuhan Parkir
Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk yang
rencananya mampu menampung 800 Jemaat dengan luas bruto gedung
ibadah utama sebesar 1000 m2 rencananya akan memiliki 100 unit parkir
mobil, dan 200 unit parkir motor. Jumlah tersebut sama dengan
mengalokasikan 1250m2 lahan untuk parkir mobil, 400 m2 lahan untuk
parkir motor. Luas kebutuhan lahan parker total adalah 1650m2. Jumlah
tersebut rencananya akan ditampung sebagian dalam 1 lantai basement.
V. 3. 4. Analisis Sirkulasi Vertikal
Dalam Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk
digunakan 2 tipe sirkulasi vertikal dalam bangunan. 2 tipe sirkulasi
tersebut adalah:
1. Tangga
Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk akan memiliki
tangga sebagai akses alternative selain lift / elevator, juga sebagai
akses darurat pada saat kebakaran atau gempa bumi. Rencananya di
setiap lantai, aka nada 25 anak tangga dengan ketinggian masing-
masing anak tangga 16 cm. Dari jumlah tersebut, dengan asumsi
bahwa 1 anak tangga mempunyai dimensi penampang 30 cm x 150
cm, maka dibutuhkan ruangan sebesar 11,25 m2 sebagai ruang tangga,
145
2. Ramp
Sebagai akses penyandang cacat dan jemaat lanjut usia, Gereja
Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk rencananya akan
memiliki ramp yang memiliki sudut kemiringan 6 %. Artinya dalam
panjang 1 m, ramp hanya boleh naik 6 cm.
V. 3. 5. Analisis Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Gereja Kristen
Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dibagi menjadi 2, yaitu sistem
pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem
pencahayaan alami dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem
pencahayaan siang hari dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan
perolehan cahaya matahari atau dengan menggunakan pencahayaan
artificial.
1. Sistem pencahayaan alami
Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari
yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan
sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena
mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan
buatan adalah:
- Arah edar matahari
- Arah dan besaran bukaan
146
- Panjang dan jenis overstek
2. Sistem pencahayaan buatan
Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang
memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan
lampu dapat menggunakan energi listrik PLN, juga dari genset dalam
gedung. Penggunaan lampu dalam gedung Gereja Kristen Protestan
Oikumene di Kebon Jeruk memilih menggunakan lampu yang hemat
energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energy-
saving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang
menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan
manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus
diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah:
- Jenis lampu
- Jumlah lampu
- Jumlah titik lampu
- Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya
V. 3. 6. Analisis Sistem Pengudaraan
Sistem pengudaraan yang akan diterapkan dalam Gereja Kristen
Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah sistem pengudaraan alami.
Yang dimaksud dengan sistem pengudaraan alami di sini adalah upaya
pencapaian kenyamanan thermal dengan memanfaatkan potensi-potensi
iklim.
147
Pencapaian kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan
mengatur arah massa bangunan, memaksimalkan pergerkan matahari
dengan cross ventilation / ventilasi silang, meninggikan plafond, dan lain-
lain. Semua upaya tersebut dilakukan tanpa menggunakan sistem
pengudaraan buatan atau AC (Air Conditioner).
Gambar 5.3.6.1
V. 3. 7. Analisis Sistem Utilitas
1. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang
ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas
untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.
2. Sistem instalasi listrik
Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu /
ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi
ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat
148
aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan adalah
aliran listrik dari genset. Ruang genset, dan ruang-ruang panel listrik
diletakan berkelompok dalam kelompok ruang Mechanical dan
Engineering (ME) yang diletakan dilantai basement agar kehadirannya
tidak mengganggu kenyamanan ruang –ruang utama.
3. Sistem pengolahan limbah
Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan
dan setelah itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air
GARDU
METERAN
TRAFO
PANEL UTAMA
PANEL GEDUNG
PENUNJANG
PANEL GEDUNG IBADAH UTAMA
PANEL GEDUNG IBADAH
PENDAMPING
GENSET
PLN
149
hujan diharuskan oleh Peraturan Pemda untuk disalurkan ke sumur
resapan, sehingga pada bangunan juga disediakan sumur resapan.
Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi, wastafel) disalurkan
ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan digunakan
untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman.
4. Sistem penangkal petir
Yang akan diterapkan pada perancangan Gereja Kristen Protestan
Oikumene ini adalah penangkal petir sistem Thomas, sistem Thomas
mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas dengan
tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.
5. Sistem penanggulangan kebakaran
Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi
meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung Gereja Kristen
Protestan Oikumene di Kebon Jeruk. Dalam hal penaggulangan musibah
kebakaran, hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan Gereja Kristen
Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah sistem konstruksi tahan api,
sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat, sistem
springkler, dan sistem hidran.
150
- Sistem konstruksi tahan api
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar,
lantai dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau
kompartemen. Dengan demikian, setiap komponen bangunan,
dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat
menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan
terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi
penghuni dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam.
- Sistem deteksi
Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat
detector, flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini
mendeteksi ada asap, panas, ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan
mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan springkler
terdekat dengan titik deteksi.
Gambar 5.3.7.2
- Sistem panggil manual
Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi
konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem
151
komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya
tombol alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga
kebakaran.
Gambar 5.3.7.3
- Sistem lampu darurat
Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus.
Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi
teraman. Biasanya lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan
dasar fosfor yang mempu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka
waktu tertentu.
- Sistem springkler
Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor
asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masing-
masing springkler adalah 25 m2.
152
Gambar 5.3.7.4
- Sistem Hidran
Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi
kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air /
water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu
didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah
sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya. Air yang
digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari
menara air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya
menggunakan air yang berasal dari sistem hidran kota.
153
Gambar 5.3.7.5
V. 3. 8. Analisis Sistem Struktur
Ada 2 bagian penting dalam sistem struktur. Bagian pertama
dinamakan Sub Structure / bagian pondasi. Bagian ini menjadi bagian
penyalur beban yang dihantarkan dari atas ke bawah melalui kolom.
Kolom sendiri termasuk bagian struktur kedua atau yang disebut
upper structure atau struktur atas. Yang termasuk dalam bagian struktur
atas adalah, kolom, balok, dan slab lantai. Semuanya dirangkai rigid
menjadi sebuah bangunan fungsional.
1. Struktur atas / Upper structure
Struktur atas / Upper structure pada Gereja Kristen Protestan
Oikumene di Kebon Jeruk menggunakan perpaduan antara sistem
rangka beton dan rangka baja. Sistem rangka beton yang
154
digunakanpun merupakan perpaduan dari sistem balok beton
konvensional dengan balok beton pre-stressed atau balok pra tegang.
Balok beton konvensional digunakan pada gedung penunjang dimana
jarak antar kolom tidak terlalu besar. Balok beton pre-stressed / pra
tegang digunakan pada ruangan-ruangan yang membutuhkan bentang
lebar seperti gedung ibadah utama dan gedung ibadah pendamping.
Sistem pembalokan ini dapat dipadukan dengan sistem pembalokan
baja rang secara dimensi lebih kecil dibandingkan balok beton. Gaya
dari balok tersebut kemudia disalurkan oleh kolom menuju ke pondasi
/ sub-structure.
2. Struktur bawah / sub-structure
Struktur Bawah / sub-structure pada Gereja Kristen Protestan
Oikumene di Kebon Jeruk menggunakan struktur pondasi bore pile
dengan pertimbangan pada saat pembuatan tidak mengganggu
lingkungan sekitar, karena tidak menimbulkan suara keras.