bab v konsep perencanaan dan perancangan v. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab...

25
130 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. Konsep Dasar Perancangan Pembahasan konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai data tapak beserta luas lantai Gereja yang rencananya akan dibangun, dan juga penerapan topik dan tema arsitektur tropis pada proyek tersebut. V. 2. 1. Data Proyek 1. Nama Proyek : Gereja Kristen Protestan Oikumene 2. Lokasi Tapak : Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat 3. Luas Lahan : 15.782,5 m 2 4. KDB : 60 % = 9.469,5 m 2 5. KLB : 3 = 37.347,5 m 2 6. Maksimum Ketinggian : 8 Lantai 7. Luas Lantai Bangunan : 7541,18 m 2 ( Perkiraan ) 8. Tinggi Bangunan : 1 Lantai untuk Ruang Ibadah Utama, 5 Lantai untuk Bangunan Penunjang 9. Kapasitas Parkir : 100 Mobil, 200 Motor V. 2. 2. Topik dan Tema Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dirancang dengan menggunakan aplikasi dari teori arsitektur tropis. Topik ini dipilih

Upload: trinhmien

Post on 11-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

130

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

V. 1. Konsep Dasar Perancangan

Pembahasan konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai data

tapak beserta luas lantai Gereja yang rencananya akan dibangun, dan juga

penerapan topik dan tema arsitektur tropis pada proyek tersebut.

V. 2. 1. Data Proyek

1. Nama Proyek : Gereja Kristen Protestan Oikumene

2. Lokasi Tapak : Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat

3. Luas Lahan : 15.782,5 m2

4. KDB : 60 % = 9.469,5 m2

5. KLB : 3 = 37.347,5 m2

6. Maksimum Ketinggian : 8 Lantai

7. Luas Lantai Bangunan : 7541,18 m2 ( Perkiraan )

8. Tinggi Bangunan : 1 Lantai untuk Ruang Ibadah Utama,

5 Lantai untuk Bangunan Penunjang

9. Kapasitas Parkir : 100 Mobil, 200 Motor

V. 2. 2. Topik dan Tema

Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dirancang

dengan menggunakan aplikasi dari teori arsitektur tropis. Topik ini dipilih

Page 2: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

131

guna memanfaatkan semua potensi yang dimiliki tapak. Teori arsitektur

tropis dalam proyek ini didefinisikan sebagai rancangan arsitektur yang

dibuat untuk mengatasi problematika yang di timbulkan oleh iklim tropis,

suatu rancangan yang dibuat untuk memodifikasi iklim luar yang

berkarakter tropis basah (yang tidak di kehendaki) menjadi iklim dalam

bangunan yang dikehendaki.

Aplikasi teori arsitektur tropis membawa arah perancangan

gereja ini untuk menyediakan kenyamanan sebesar-besarnya bagi seluruh

jemaat Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dengan

menggunakan potensi-potensi alami yang dimiliki tapak seperti cahaya

matahari, angin, ataupun curah hujan.

V. 2. Konsep Perancangan Makro

Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan penentuan

letak pintu masuk ke dalam tapak, zoning baik vertikal maupun horizontal di atas

tapak, pengolahan massa bangunan hingga pada perancangan skematik massa

bangunan.

Page 3: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

132

V. 2. 1. Konsep Penentuan Pintu Masuk

Gambar 5.2.1.1

Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

tapak. Kensekuensi positif yang timbul dari alternatif ini adalah

terkonsentrasinya menejemen arus keluar masuk parkir kendaraan di satu

sisi tapak saja, di samping itu, ruas jalan pada sisi timur lebih lebar

dibandingkan jalan di bagian selatan. Lebar jalan di bagian timur 26m

lebih besar dibandingkan ruas jalan di bagian selatan yang hanya 15m.

Konsekuensi buruk dari alternatif ini adalah bertumpuknya kendaraan

pada jam-jam masuk atau jam-jam keluar kegiatan ibadah.

Kemacetan yang sehari-hari terjadi diperkirakan tidak akan

terjadi di hari minggu saat ibadah (kegiatan utama) dalam Gereja ini

berlangsung, karenanya, sisi ini merupakan sisi terbaik sebagai pintu

masuk dan pinti keluar tapak.

Page 4: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

133

V. 2. 2. Konsep Zoning Horizontal

Gambar 5.2.2.1

Sisi tapak yang berhubungan dengan jalan akan berinteraksi

langsung dengn pengguna jalan, maka dari itu, zona-zona tersebut

dijadikan sebagai zona publik. Zona publik disini dapat difungsikan

sebagai taman, parkir, ataupun juga plaza.

Tapak bagian tengah dapat difungsikan sebagai ruang-ruang semi

publik di mana pada bagian-bagian tersebut terdapat ruang-ruang yang

digunakan sebagai ruang-ruang kantor dan sebagainya.

Ibadah dalam proyek ini dikategorikan sebagai kegiatan utama,

oleh karenannya, ruang ibadah dikategorikan sebagi ruang privat. Letak

zona privat sendiri terdapat pada sisi barat laut. Pada zona ini gangguan

polusi pandangan dan polusi suara dapat diredam.

Ruang-ruang semi publik dan privat perlu dilayani oleh hadirnya

ruang-ruang servis. Oleh karenanya, ruang servis tersebut harus dapat

Page 5: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

134

berinteraksi langsung dengan ruang-ruang semi publik dan ruang privat.

Dalam hal ini, posisi bagian utara sangat cocok digunakan sebagai ruang-

ruang sevis.

V. 2. 3. Konsep Massa Bangunan

Gambar 5.2.3.1

Gubahan massa terdiri dari 3 massa. Massa-massa tersebut

adalah massa perantara, massa gedung ibadah utama, dan massa gedung

penunjang. Massa tersebut terletak di tengah-tengah tapak. Di sekitar

tapak, terlebih dahulu dibuat ruang hijau agar perkerasah dalam tapak

tidak terlalu besar, dengan demikian, otomatis, suhu di dalam tapak dapat

berkurang.

Page 6: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

135

V. 2. 4. Konsep Zoning Vertikal

Gambar 5.2.4.1

Dari analisa gubahan massa terlihat proses pengolahan massa

menjadi 3 massa bangunan. Dari olahan tersebut, dianalisa lagi zoning

vertikalnya. Dari ilustrasi zoning di artas, kita dapat melihat gagaimana

zoning vertikal kompleks Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon

Jeruk.

Konsep zoning secara vertikal juga dipengaruhi oleh konsep

filosofis Gereja yang coba dikembangkan. Konsep ini mencoba

mengaplikasikan cerita Alkitab, yaitu cerita nabi Nuh yang diminta

Tuhan untuk membuat sebuah bahtera di atas bukit dan membawa beserta

keluarganya semua binatang di atas bumi masing masing sepasang (baca

Alkitab Kejadian 8 : 7-9).

Dalam Perancangan Gereja Kristen Protestan Oikumene ini,

Ruang Ibadah Utama diletakan di level ke-2. pada fase awal, jemaat

diajak untuk mengalami fase naik ke atas melalui ramp. Perjalanan ini

Perpustakaan

Ruang kantor gereja

Ruang ibadah utama

Kelas-kelas kecil

Wisma gereja

Ruang latihan

Page 7: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

136

mensimboliskan ketika keluarga nabi Nuh dan binatang-binatang yang

ikut masuk ke dalam bukit sedang mendaki ke atas bukit.

Sampai di atas bukit (level ke-2 bangunan), jemaat masuk ke

dalam Ruang Ibadah Utama dan di sana jemaat bertemu dengan Yesus

Kristus, sang Juru selamat. Dari filosofis itu konsep vertikal zoning gereja

ini berdiri.

V. 3. Konsep Perancangan Mikro

Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan kebutuhan

dan dimensi ruang, kebutuhan parkir, sirkulasi vertikal, bentuk bangunan, hingga

kepada pembahasan utilitas dan struktur

V. 3. 1. Konsep Dimensi Ruang

Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah utama:

Tabel 5.3.1.1

Nama Ruang Standar Kapasitas Luas

Foyer 10 % dari ruang

ibadah utama

0,8 m2 / Orang

80 orang 72 m2

Ruang Ibadah

Utama

1 m2 / Orang 800 Orang 800 m2

Altar / Mimbar - 16 orang 100 m2

Ruang Ganti - - 40 m2

Ruang Persiapan

Pendeta

- - 13,8 m2

Page 8: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

137

Ruang

Multimedia

- - 25 m2

Ruang Sound

System

- - 25 m2

Ruag Doa 0,8 m2 / Orang 80 Orang 40 m2

Ruang Ibu dan

Anak

- - 30 m2

WC / KM

Umum

1 Toilet / 50

Orang

1 m2 / Orang

16 Orang 16 m2

Total : 1161,8 m2

Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah pendamping:

Tabel 5.3.1.2

Nama Ruang Standar Kapasitas Luas

Foyer Ruang

Ibadah

Pendamping

10 % dari ruang

ibadah utama

0,8 m2 / Orang

50 40 m2

Ruang Ibadah

Pendamping

1 m2 / Orang 500 500 m2

Ruang Persiapan - - 25 m2

Total : 565 m2

Page 9: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

138

Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang-ruang penunjang:

Tabel 5.3.1.3

Nama Ruang Standar Kapasitas Luas

KM / WC 1 Toilet / 50

Orang

1 m2 / Orang

6 Orang 6 m2

Toko Gereja - - 36 m2

Kantor Gembala 12 m2 / Orang 1 Orang 12 m2

Kantor Tata

Usaha

9 m2 / Orang 4 Orang 36 m2

Ruang Komisi

Anak

- 3 Orang 12 m2

Ruang Komisi

Remaja

- 3 Orang 12 m2

Ruang Komisi

Pemuda

- 3 Orang 12 m2

Ruang Komisi

Umum

- 3 Orang 12 m2

Ruang Komisi

Kreatif

- 3 Orang 12 m2

Ruang Komisi

Musik

- 3 Orang 12 m2

Ruang Rapat 1,5 m2 / Orang 10 Orang 15 m2

Ruang Latihan

Musik

- 5 Orang 36 m2

Ruang Latihan - 5 Orang 36 m2

Page 10: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

139

Drama dan Tari

Ruang Tidur

Pengerja

9 m2 / Orang 8 Orang 72 m2

Ruang Tidur

Pendeta Tamu

9 m2 / Orang 4 keluarga

(@ 4 Orang)

144 m2

Pantry Pengerja - - 15 m2

Pantry Pendeta

Tamu

- - 15 m2

Ruang

Perpustakaan

- - 144 m2

Ruang Penitipan 20 m2 / unit I Unit 20 m2

Ruang

Peminjaman

2,5 m2 / Orang 3 Orang 7.5 m2

Kantor Kepala

Perpustakaan

12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2

Gudang

Perpustakaan

- - 36 m2

Kelas-kelas

Kecil

1,2 m2 / Orang 240 288 m2

Total : 1002,5 m2

Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah pendamping:

Page 11: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

140

Tabel 5.3.1.4

Nama Ruang Standar Kapasitas Luas

Parkir Mobil 12,5 m2 / Mobil 100 Mobil 2500 m2

Parkir Motor 2 m2 / Motor 300 Motor 600 m2

Tempat

Pembuangan

Sampah

20 m2 / Unit 1 Unit 20 m2

STP 20 m2 / Unit 1 Unit 20 m2

Ruang Genset 60 m2 / Unit 1 Unit 60 m2

Ruang Panel 20 m2 / Unit 1 Unit 20 m2

Ruang Kantor

ME

12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2

Ruang Kantor

Keamanan

12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2

Ruang Pengelola

Perparkiran

12 m2 / Unit 1 Unit 12 m2

Pos Parkir 1 m2 / Unit 2 Unit 2 m2

Ruang Tunggu

Sopir

6 m2 / Unit 1Unit 6 m2

Total : 3464 m2

Dari perhitungan dimensi ruang di atas, luas total bangunan (tanpa

sirkulasi) adalah:

1161,6 m2 + 565 m2 + 1002,5 m2 + 2214 m2 = 6193,3 m2

Page 12: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

141

Dari perhitungan dimensi ruang di atas, luas total bangunan (ditambah

sirkulasi) adalah:

6193,3 m2 + (20% x 6193,3 m2) = 6193,3 m2 +1238,88 m2 = 7431,18 m2

V. 3. 2. Analisis Hubungan Ruang

Secara umum, hubungan skematik program ruang Gereja Kristen

Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah:

UNIT PENUNJANG

UNIT IBADAH UTAMA

UNIT IBADAH PENDAMPING

MAIN ENTRANCE

LOBBY / PLAZA

RUANG SERVICE

SIDE ENTRANCE

Page 13: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

142

Secara skematik, hubungan ruang-ruang di unit ibadah utama

adalah:

KM / WC

UNIT IBADAH UTAMA

RUANG IBADAH UTAMA

ENTRANCE

LOBBY / PLAZA

ALTAR / MIMBAR

RUANG PERSIAPAN PENDETA

UNIT IBADAH UTAMA

RUANG IBU DAN ANAK

UNIT-UNIT LAIN

RUANG ISTIRAHAT PEMUSIK

RUANG GANTI

Page 14: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

143

Secara skematik, hubungan ruang-ruang di unit ibadah

pendamping adalah:

Secara skematik, garis besar hubungan ruang-ruang di unit

penunjang adalah:

RUANG IBADAH PENDAMPING

ENTRANCE

LOBBY / PLAZA

RUANG PERSIAPAN

ENTRANCE

RUANG-RUANG KELAS

RUANG KOMISI DAN LATIHAN

RUANG PERPUSTAKAAN

RUANG PASTORI DAN

PELAYANAN WISMA GEREJA

Page 15: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

144

V. 3. 3. Analisis Kebutuhan Parkir

Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk yang

rencananya mampu menampung 800 Jemaat dengan luas bruto gedung

ibadah utama sebesar 1000 m2 rencananya akan memiliki 100 unit parkir

mobil, dan 200 unit parkir motor. Jumlah tersebut sama dengan

mengalokasikan 1250m2 lahan untuk parkir mobil, 400 m2 lahan untuk

parkir motor. Luas kebutuhan lahan parker total adalah 1650m2. Jumlah

tersebut rencananya akan ditampung sebagian dalam 1 lantai basement.

V. 3. 4. Analisis Sirkulasi Vertikal

Dalam Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk

digunakan 2 tipe sirkulasi vertikal dalam bangunan. 2 tipe sirkulasi

tersebut adalah:

1. Tangga

Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk akan memiliki

tangga sebagai akses alternative selain lift / elevator, juga sebagai

akses darurat pada saat kebakaran atau gempa bumi. Rencananya di

setiap lantai, aka nada 25 anak tangga dengan ketinggian masing-

masing anak tangga 16 cm. Dari jumlah tersebut, dengan asumsi

bahwa 1 anak tangga mempunyai dimensi penampang 30 cm x 150

cm, maka dibutuhkan ruangan sebesar 11,25 m2 sebagai ruang tangga,

Page 16: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

145

2. Ramp

Sebagai akses penyandang cacat dan jemaat lanjut usia, Gereja

Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk rencananya akan

memiliki ramp yang memiliki sudut kemiringan 6 %. Artinya dalam

panjang 1 m, ramp hanya boleh naik 6 cm.

V. 3. 5. Analisis Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Gereja Kristen

Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dibagi menjadi 2, yaitu sistem

pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem

pencahayaan alami dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem

pencahayaan siang hari dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan

perolehan cahaya matahari atau dengan menggunakan pencahayaan

artificial.

1. Sistem pencahayaan alami

Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari

yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan

sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena

mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal

yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan

buatan adalah:

- Arah edar matahari

- Arah dan besaran bukaan

Page 17: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

146

- Panjang dan jenis overstek

2. Sistem pencahayaan buatan

Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang

memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan

lampu dapat menggunakan energi listrik PLN, juga dari genset dalam

gedung. Penggunaan lampu dalam gedung Gereja Kristen Protestan

Oikumene di Kebon Jeruk memilih menggunakan lampu yang hemat

energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energy-

saving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang

menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan

manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus

diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah:

- Jenis lampu

- Jumlah lampu

- Jumlah titik lampu

- Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya

V. 3. 6. Analisis Sistem Pengudaraan

Sistem pengudaraan yang akan diterapkan dalam Gereja Kristen

Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah sistem pengudaraan alami.

Yang dimaksud dengan sistem pengudaraan alami di sini adalah upaya

pencapaian kenyamanan thermal dengan memanfaatkan potensi-potensi

iklim.

Page 18: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

147

Pencapaian kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan

mengatur arah massa bangunan, memaksimalkan pergerkan matahari

dengan cross ventilation / ventilasi silang, meninggikan plafond, dan lain-

lain. Semua upaya tersebut dilakukan tanpa menggunakan sistem

pengudaraan buatan atau AC (Air Conditioner).

Gambar 5.3.6.1

V. 3. 7. Analisis Sistem Utilitas

1. Penyediaan air bersih

Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang

ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas

untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.

2. Sistem instalasi listrik

Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu /

ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi

ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat

Page 19: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

148

aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan adalah

aliran listrik dari genset. Ruang genset, dan ruang-ruang panel listrik

diletakan berkelompok dalam kelompok ruang Mechanical dan

Engineering (ME) yang diletakan dilantai basement agar kehadirannya

tidak mengganggu kenyamanan ruang –ruang utama.

3. Sistem pengolahan limbah

Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan

dan setelah itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air

GARDU

METERAN

TRAFO

PANEL UTAMA

PANEL GEDUNG

PENUNJANG

PANEL GEDUNG IBADAH UTAMA

PANEL GEDUNG IBADAH

PENDAMPING

GENSET

PLN

Page 20: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

149

hujan diharuskan oleh Peraturan Pemda untuk disalurkan ke sumur

resapan, sehingga pada bangunan juga disediakan sumur resapan.

Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi, wastafel) disalurkan

ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan digunakan

untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman.

4. Sistem penangkal petir

Yang akan diterapkan pada perancangan Gereja Kristen Protestan

Oikumene ini adalah penangkal petir sistem Thomas, sistem Thomas

mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas dengan

tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.

5. Sistem penanggulangan kebakaran

Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi

meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung Gereja Kristen

Protestan Oikumene di Kebon Jeruk. Dalam hal penaggulangan musibah

kebakaran, hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan Gereja Kristen

Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah sistem konstruksi tahan api,

sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat, sistem

springkler, dan sistem hidran.

Page 21: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

150

- Sistem konstruksi tahan api

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar,

lantai dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau

kompartemen. Dengan demikian, setiap komponen bangunan,

dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat

menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan

terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi

penghuni dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam.

- Sistem deteksi

Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat

detector, flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini

mendeteksi ada asap, panas, ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan

mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan springkler

terdekat dengan titik deteksi.

Gambar 5.3.7.2

- Sistem panggil manual

Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi

konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem

Page 22: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

151

komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya

tombol alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga

kebakaran.

Gambar 5.3.7.3

- Sistem lampu darurat

Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus.

Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi

teraman. Biasanya lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan

dasar fosfor yang mempu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka

waktu tertentu.

- Sistem springkler

Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor

asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masing-

masing springkler adalah 25 m2.

Page 23: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

152

Gambar 5.3.7.4

- Sistem Hidran

Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi

kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air /

water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu

didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah

sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya. Air yang

digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari

menara air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya

menggunakan air yang berasal dari sistem hidran kota.

Page 24: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

153

Gambar 5.3.7.5

V. 3. 8. Analisis Sistem Struktur

Ada 2 bagian penting dalam sistem struktur. Bagian pertama

dinamakan Sub Structure / bagian pondasi. Bagian ini menjadi bagian

penyalur beban yang dihantarkan dari atas ke bawah melalui kolom.

Kolom sendiri termasuk bagian struktur kedua atau yang disebut

upper structure atau struktur atas. Yang termasuk dalam bagian struktur

atas adalah, kolom, balok, dan slab lantai. Semuanya dirangkai rigid

menjadi sebuah bangunan fungsional.

1. Struktur atas / Upper structure

Struktur atas / Upper structure pada Gereja Kristen Protestan

Oikumene di Kebon Jeruk menggunakan perpaduan antara sistem

rangka beton dan rangka baja. Sistem rangka beton yang

Page 25: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. …thesis.binus.ac.id/doc/bab5/2008-1-00027-ar bab v.pdf · Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur

154

digunakanpun merupakan perpaduan dari sistem balok beton

konvensional dengan balok beton pre-stressed atau balok pra tegang.

Balok beton konvensional digunakan pada gedung penunjang dimana

jarak antar kolom tidak terlalu besar. Balok beton pre-stressed / pra

tegang digunakan pada ruangan-ruangan yang membutuhkan bentang

lebar seperti gedung ibadah utama dan gedung ibadah pendamping.

Sistem pembalokan ini dapat dipadukan dengan sistem pembalokan

baja rang secara dimensi lebih kecil dibandingkan balok beton. Gaya

dari balok tersebut kemudia disalurkan oleh kolom menuju ke pondasi

/ sub-structure.

2. Struktur bawah / sub-structure

Struktur Bawah / sub-structure pada Gereja Kristen Protestan

Oikumene di Kebon Jeruk menggunakan struktur pondasi bore pile

dengan pertimbangan pada saat pembuatan tidak mengganggu

lingkungan sekitar, karena tidak menimbulkan suara keras.