bedah preprostetik & dental implant
DESCRIPTION
Definisi, Sejarah, Klasifikasi, dan TeknikTRANSCRIPT
DERYANA SEPTRIANNISA
DEFINISI BEDAH PRE – PROSTETIK
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik (Stephens, 1997).
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati - hati sebaiknya dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi tiruan (Panchal et al, 2001).
KLASIFIKASI BEDAH PRE – PROSTETIK
Macam-macam bedah preprostetik diantaranya:
a. Alveolektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang radikal untuk mengambil
prosessus alveolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa untuk mempersiapkan
lingir sebelum dilakukan terapi radiasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
kontur yang tidak diinginkan, pegunungan, maupun tajam untuk memberikan
landasan yang lebih halus yang nyaman untuk gigi tiruan sebuah. (Pedersen, 1997)
Alveolektomi dibagi dalam beberapa klasifikasi:
- Simple alveolektomi. Dilakukan setelah multiple ekstraksi, apabila ada tulang
yang tajam di periksa dulu kemudian di alveolektomi
- Radical alveolektomi. Merupakan pembentukan kontur tulang radiks dari
tulang alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat
menonjol
b. Gingivoplasty. Mereka dilakukan untuk menghapus atau membentuk kembali
jaringan gusi untuk memberikan permukaan yang lebih dapat diterima untuk gigi
tiruan removable. Kadang-kadang jaringan lunak kelebihan atau berlebihan
memerlukan penghapusan (Fortin, 2000).
c. Torus removal adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
menghilangkan satu atau lebih tonjolan ekstra tulang baik pada rahang atas maupun
rahang bawah. Meskipun segmen seperti tulang tambahan tidak berbahaya, kehadiran
tulang ini dapat menjadikan masalah bagi pasien yang memerlukan beberapa jenis
protesa gigi, seperti gigi tiruan lengkap ataupun sebagian. (Neville, et all., 2002)
d. Frenektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan
jaringan fibrosa (frenulum). Pembedahan jaringan lunak ini bertujuan untuk
meningkatkan kenyamanan dan kestabilan protesa. (Pedersen, 1997)
e. Vestibuloplasty suatu tindakan memperdalam sulkus vestibulum. Prosedur
memperdalam sulkus untuk rahang atas atau bawah biasanya dibutuhkan oleh sulkus
yang sangat rendah sehinggga protesa tidak stabil.
f. Implan merupakan prosedur tindakan bedah yang bertujuan untuk pemasangan akar
gigi buatan yang nantinya digunakan untuk menyagga gigi tiruan.
Namun ada yang membaginya menjadi 2 kelompok, yaitu bedah preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor.
a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris relatif (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute (osteotomi), dan implan.
b. Bedah preprostetik minor, diantaranya bedah pada jaringan keras dan lunak.
PROSEDUR BEDAH PRE – PROSTETIK
Alveolektomi
Prosedur kerja Alveolektomi:
a. Disinfeksi dengan povidon iodineb. Anastesi daerah kerjac. Buat flap (triangular atau trapesium) pada daerah pembedahand. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knabel tang, dan bone filee. Dilakukan perabaan pada mukosa, bila masih ada yang tajam dikurangi lagif. Irigasi denga bersih dengan larutan saline (NaCl)g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebihan dilakukan free grafth. Ditutup dan dijahiti. Pemberian anti inflamasi, antibiotik dan analgesikj. Instruksi pasien
Komplikasi yang timbul pasca alveolektomi adalah infeksi, parastesi, hematoma, fraktur tulang, osteomielitis, resorbsi tulang yang berlebihan, pembengkakan, dan nekrosis.
Frenektomi
Teknik Frenektomi konvensional:
1. Persiapan alat bedah
2. Desinfeksi dengan Iod gliserin pada daerah yang akan di anestesi. Anestesi pada
sinistra dan dextra frenulum labialis superior yang akan dieksisi dan bagian palatal
perluasan frenulum labialis superior.
3. Jepit frenulum pada kedalaman vestibulum dengan hemostat dan dekat dengan
permukaan mukosa bibir untuk menghindari perdarahan pasca eksisi.
4. Eksisi frenulum labialis superior di bawah hemostat.dengan scalpel.
5. Daerah dasar vestibulum dan mukosa bibir dijahit agar tidak terjadi perluasan daerah
irisan dan perdarahan yang berlebihan.
6. Eksisi perluasan frenulum labialis superior yang melebar hingga palatal.
7. Lakukan kuret di daerah permukaan tulang. Bersihkan semua serabut periosteum agar
tidak terjadi pertemuan serabut bagian koronal dan apikal
8. Irigasi dengan saline, tekan 3-5 menit
9. Pemasangan periodontal pack pada daerah bedah agar penyembuhan luka optimal dan
tidak terjadi perlekatan bibir dengan gingival selama proses penyembuhan gingival.
10. Pemberian resep dan instruksi; obat yang digunakan berupa analgetik dan antibiotik.
11. Kontrol I (1 minggu pasca operasi): pembukaan periodontal pack dan pengambilan
jahitan, irigasi dengan antiseptic dan instruksi untuk perawatan di rumah.
12. Kontrol II ( 2-3 minggu pasca operasi): penyembuhan 2 minggu pasca operasi, irigasi
dan instruksi perawatan.
DEFINISI DENTAL IMPLAN
Menurut Federation Dental of America (FDA) pengertian Dental Implan adalah:
• Bila ditinjau secara lokal : merupakan suatu alat yang menahan protesa baik dalam bentuk
plastis taupun logam dengan berbagai cara dan sistem serta dimasukkan ke dalam tulang
alveolar yang tinggal pada maksila atau mandibula.
• Bila ditinjau secara prosthesis : merupakan suatu metal frame work yang terdapat pada
permukaan tulang dibawah mukoperiosteum (sub periostal implant) atau tertanam di dalam
tulang (endosteal implan).
Dental implant adalah gigi palsu (dari bahan sintetik) yang dipasang ke dalam mulut
pasien melalui tindakan pembedahan sehingga gigi palsu ini tertanam ke dalam tulang
rahang. Dengan demikian gigi palsu ini dapat berdiri sendiri tanpa mengganggu gigi-gigi lain
yang masih sehat. Dental implant adalah gigi palsu yang paling mirip dengan gigi asli. Bahan
yang dipakai terbuat dari titanium yang bersifat ’bio-innert’ dengan jaringan tubuh (tulang)
atau biocompatible, implan dapat diterima dan terintegrasi dengan baik dalam tubuh manusia,
tanpa komplikasi atau reaksi penolakan dari jaringan tubuh.
SEKILAS SEJARAH DENTAL IMPLAN
Dental implant telah dikenal sejak beberapa tahun yang silam, dan mengalami
kemajuan pesat sejak tahun 1987. Di negara-negara maju, pemasangan dental implant
merupakan prosedur bedah yang rutin dikerjakan pada prakter dokter gigi seperti halnya
pencabutan gigi.
Professor Ingle Brånemark dari Swedia merupakan pelopor pengembang dental
implant yang mulai dikembangkannya sejak tahun 1967. Saat ini dental implant terus
berkembang sehingga seluruh negara industri maju ikut mengembangkan dan memproduksi
dental implant.
Secara umum pemasangan dental implant dilakukan 2-2.5 bulan setelah pencabutan
gigi, dimaksudkan karena luka pada tulang bekas pencabutan gigi telah sembuh dan tulang
baru yang sehat telah terbentuk sehingga dental implant akan dapat dipasang dengan baik.
Hal ini dimaksudkan, dental implant dapat terpasang dengan baik di tulang dan dapat
diperoleh primary stability, yaitu terpasangnya dental implant secara kencang pada tulang
rahang di awal pemasangan. Primary stability diperlukan agar proses penyatuan antara dental
implant dengan tulang rahang melalui proses yang disebut dengan osseointegration.dapat
berlangsung dan proses ini akan berjalan dalam kurun waktu antara 2-2.5 bulan setelah dental
implant terpasang. Setelah dental implant mengalami osseointegrasi, tahapan selanjutnya
adalah pemasangan mahkota gigi yang didahului dengan pemasangan bagian di atas dental
implant yang disebut dengan abutment implant.
(catatan: terjadinya osseointegrasi dental implant dan tulang disekitarnya merupakan penentu
keberhasilan pemasangan suatu dental implant)
Pada banyak kasus pemasangan dental implant dapat dilakukan segera setelah
pencabutan gigi dan dapat diperoleh hasil yang baik dalam pencapaian osseointegrasi. Teknik
pemasangan dental implant semacam ini disebut dengan Immediate implant placement (Dasar
pemikirannya dapat dijelaskan bahwa luka di tulang rahang bekas pencabutan gigi secara
natural akan terisi oleh pertumbuhan tulang baru, sehingga bila dental implant dipasang
segera setelah pencabutan gigi, maka jaringan tulang disekeliling soket gigi akan juga
tumbuh disekeliling dental implant seperti halnya pada luka bekas pencabutan gigi normal
sehingga dengan sendirinya dental implant tersebut akan tertutup oleh pertumbuhan tulang
baru tersebut).
Dengan demikian teknik ini dapat dipakai sebagai teknik pemasangan dental implant
dengan mempertimbangan akan memperpendek waktu kunjungan ke dokter dibandingkan
apabila dental implant dipasang menunggu luka bekas pencabutan gigi dibiarkan sembuh
dahulu baru kemudian dental implant dipasang.
Pada banyak kasus, pemasangan dental implant dapat dilakukan pada kasus emergensi
(misalnya: kehilangan gigi oleh karena sesuatu hal (mis: kecelakaan) dimana gigi harus
dilakukan pencabutan dan dental implant dapat segera dipasang melalui teknik immediate
dental implant placement.
Immediate dental implant placement tidak diindikasikan pada luka bekas gigi yang
mengalami infeksi. Sangat baik bila dilakukan pada gigi-gigi anterior atau gigi depan dan
sebaiknya sangat dipertimbangkan untuk dipasangkan gigi-gigi posterior atau gigi geraham.
JENIS DENTAL IMPLAN
1. Implan Subperiosteal
Implan tipe ini berupa kerangka logam yang diletakkan di bawah periosteum tetapi di atas
permukaan tulang alveolar. Implan ini dapat digunakan pada maksila maupun mandibula.
Implan subperiosteal mempunyai riwayat percobaan klinis yang paling panjang, tetapi tingkat
keberhasilan jangka panjangnya diragukan, tingkat kesuksesannya 54% dalam 15 tahun.
Implan subperiosteal jarang diindikasikan kecuali untuk area resorpsi edentulous yang parah.
Implan ini juga tidak dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya
merupakan gigi asli.
2. Implan Transosseous
Implan ini menembus seluruhnya pada mandibula. Implan transmandibular ini diindikasikan
hanya untuk mandibula dengan resorpsi tulang yang parah.
3. Implan Endosseous
Implan endosseous ini diletakkan langsung pada tulang seperti akar gigi asli dan dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Ada tiga desain dasar dari endosseous implan yaitu bilah,
silindris, sekrup dan kombinasi dari tiga desain dasar implan tersebut. Implan endosseous
secara umum terbuat dari titanium/ alloy titanium, diberi lubang-lubang atau jendela, dan
seringkali dilapisi (semprotan plasma titanium, pyrolitik karbon, aluminium oksida dan
hidroksi apatit) untuk membantu integrasi tulang yaitu penggabungan tulang dengan implan
atau penyatuan tanpa diperantai jaringan lunak.
Pada dasarnya rencana perawatan untuk pemasangan implan sebagai penyangga gigi
tiruan cekat hampir sama dengan rencana perawatan pada pemasangan gigi tiruan cekat
secara konvensional. Namun pada pemasangan gigi tiruan dukungan implan harus
dipertimbangkan mengenai tipe, dan posisi implan yang akan ditempatkan. Selain itu,
pemilihan jenis restorasi yang akan mendukung implan juga harus dipertimbangkan. Jenis
gigi tiruan yang dapat didukung implan antara lain:
1. Implan Penyangga Jembatan
Fungsi implan penyangga jembatan hampir sama dengan gigi asli sebagai penyangga
jembatan konvensional, tetapi gigi tiruan ini didukung oleh implan bukan didukung oleh gigi
asli. Implan penyangga jembatan ini digunakan pada kasus kehilangan lebih dari satu gigi.
Implan ini juga digunakan apabila penggunaan dengan implan tunggal dapat menimbulkan
tekanan yang berlebihan, contohnya pada kasus clenching dimana dapat menimbulkan
tekanan yang berlebihan pada implan tunggal dan nantinya akan menyebabkan kegoyahan
pada implan.
2. Implan Penyangga Overdenture
Implan penyangga overdenture adalah implan yang mendukung overdenture yang
dilekatkan di atasnya. Implan penyangga overdenture digunakan ketika seseorang kehilangan
banyak gigi, tetapi masih memiliki tulang yang adekuat untuk mendukung implan. Implan
penyangga overdenture biasanya dibuat untuk kehilangan gigi di rahang bawah karena gigi
tiruan penuh konvensional cenderung kurang baik adaptasinya apabila digunakan di rahang
bawah.
3. Implan Penyangga Mahkota
Implan penyangga mahkota merupakan implan yang mendukung gigi tiruan yang
terdiri dari unit yang berdiri sendiri tanpa harus dihubungkan dengan gigi atau implan
lainnya. Implan penyangga mahkota ini biasa digunakan untuk menggantikan kehilangan
salah satu elemen gigi pada regio anterior.