blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/destilasi-kelompok-4-satop-… · web viewsehingga...
TRANSCRIPT
TUGAS SATUAN OPERASI DAN PROSES
“DESTILASI”
Disusun Oleh
Andriani Sukma Witari 115100307111016
Desty Yuwandini 115100701111022
Fitriyatur Rosyida 115100313111004
Liana Dini Shofiyah 115100701111006
Mustika Ayu Setyaputri 115100307111014
Kelompok 4
Dosen Pengampuh : Arie Febrianto Mulyadi STP, MP.
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
A. DEFINISI AWAL
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemiahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau di definisikan juga teknik pemisahan kimia yang bedasarkan perbedaan titik
didih. Dalam penyulingan, campurn zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan unit operasi
kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton (Sakinah, 2010).
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah
pemisahan minyak mentah menjadi bagianbagian untuk penggunaan khusus
seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lainnya. Udara
didistilasi menjadi komponenkomponen seperti oksigen untuk penggunaan medis
dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama
untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil
fermentasi untuk menghasilkan minuman suling (Darmadji, 2004).
Sedangkan destilator adalah salah satu alat yang digunakan untuk proses
destilasi. Yaitu suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan ethanol dari air
sehingga didapatkan ethanol dengan kemurnian 95 %. Untuk mencapai
kemurnian yang tinggi, maka destilasi harus dilakukan secara bertingkat.
Destilator memiliki beberapa bagian penting yaitu boiler, kolom beer, kolom
rectifier, pre- heater dan kondensor. Boiler berfungsi untuk menghasilkan uap
panas bertekanan tinggi yang akan digunakan untuk mencuci beer pada kolom
destilasi. Kolom Beer berfungsi untuk mencuci beer sehingga menghasilkan
ethnaol dengan kemurnian rendah, sedangkan kolom rectifier berfungsi untuk
memurnikan ethanol sampai tingkat kemurnian diatas 95 %. Pre-heater berfungsi
sebagai tempat pertukaran panas antara bahan yang masuk kolom destilasi dan
uap panas yang keluar dari destilasi sehingga bahan masuk mengalami pemanasan
dan uap panas mengalami pendinginan. Pendinginan uap panas akan
menyebabkan kondensasi jika kemurnian ethanol masih rendah. Ethanol dengan
tingkat kemurnian yang masih rendah akan dikembalikan menuju kolom rectifier
untuk dimurnikan lebih lanjut. Kondensor berfungsi untuk mengkondensasi
ethanol yang lolos dari tangki pre-heater untuk selanjutnya menuju tabung
penampung (Darmadji, 2004).
B. CARA KERJA MESIN
Gambar 1. Mesin Destilator
Model mesin penyuling minyak atsiri yang dipergunakan oleh masyarakat
sangat bervariasi dari sangat sederhana hingga yang menggunakan stainless steel.
Namun prinsip kerjanya semuanya hampir sama seperti gambar di bawah ini. Alat
penyuling minyak atsiri berfungsi untuk mengekstrak atau mengeluarkan/
mengambil minyak atsiri dari bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri
(minyak nilam, minyak sere, minyak kayu manis, minyak daun sirih, minyak
cengkeh, minyak pala, dll)
Prinsip kerja dari mesin ini adalah bahan yang mengandung minyak atsiri
dimasukkan ke dalam wadah suling/ destilasi, selanjutnya uap air akan membawa
minyak atsiri tersebut keluar dari jaringan bahan. Uap air bersama minyak atsiri
terkondensasi sewaktu melewati kondensor pendingin dan selanjutnya
menetes/mengalir masuk kewadah penampung dan terpisah berdasarkan
perbedaan berat jenis (Sakinah, 2010).
C. APLIKASI MESIN DALAM AGROINDUSTRI
1. Dalam Proses Pembuatan Asap Cair
Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap
hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan
yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon
lainnya. Pengertian umum liquid smoke (asap cair) merupakan suatu hasil
destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung
maupun langsung dari bahan yang banyak mengandung karbon dan
senyawa-senyawa lain. Bahan baku yang banyak digunakan untuk membuat
asap cair adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu, dan
lain-lain. Asap cair bisa juga berarti hasil pendinginan dan pencairan asap dari
tempurung kelapa yang dibakar dalam tabung tertutup. Asap yang semula
partikel padat didinginkan dan kemudian menjadi cair itu disebut dengan nama
asap cair. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asap cair adalah hasil destilasi
atau pengembunan dari uap hasil pembakaran langsung ataupun tidak langsung
dari bahan–bahan yang mengandung karbon.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan asap cair dapat dirancang
dean standar tertentu seperti kekedapan, kekuatan dan keamanan dalam
pengoperasiannya. Beberapa alat yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Wadah Pengarangan, ruang pembakaran, penampung tar/asap cair,
destilator dapat dibuat dari stainless steel atau drum besi yang dimodifikasi
seperti gambar dibawah.
2. Pipa besi yang dimodifikasi yang dibentuk seperti gambar dibawah.
3. Alat pemanas dapat berupa blower dan atau dapat menggunakan
sekam/arang.
4. Pipa PVC (jumlah dan ukuran disesuaikan).
5. Pompa air
6. Tangki air dan penyangganya.
Gambar 2. Bagan Dapur Pirolisis dan Distilasi Sampah Organik
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan
yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak
toksis). Asap cair dapat digunakan dalam bidang agroindustri sebagai bahan
pengawet makanan.
Penerapan aplikasi asap cair ini adalah pada PT. Tropica Nucifera
Industry. Penelitian kelapa sudah dilakukan sejak tahun 1979, kemudian pada
tahun 1987 DR. Bambang Setiaji, M.Sc bersama Pusat Peran serta Masyarakat
aktif melatih masyarakat untuk memproduksi minyak kelapa sebagai bagian dari
gerakan untuk pemberdayaan ekonomi. Untuk menunjang program tersebut, DR.
Bambang Setiaji, M.Sc membuat lembaga profit dengan nama PT. Tropica
Nucifera Industry, saat ini PT. TNI telah mendaftarkan produknya dengan merk
Povco dan dalam proses mempatenkan sehingga masyarakat dapat memproduksi
minyak dengan metode ini dengan standar dan kualitas yang terkontrol dari Coco
Power tanpa harus takut terkena klaim pelanggaran HAKI. Salah satu produk
yang dihasilkan oleh PT. Tropica Nucifera Industry adalah Liquid Smoke (Asap
Cair). Asap cair merupakan hasil pendinginan dan pencairan asap dari tempurung
kelapa darikelapa dibakar dalam tabung tertutup. Asap yang semula merupakan
partikel padat dibuatdingin kemudian menjadi cairan disebut nama asap cair atau
cairan asap. Tahapan produksi asap cair pada PT. Tropica Nucifera Industry
adalah sebagai berikut:
1. Pirolysis
Masukkan tempurung kelapa ke dalam tungku pirolysis ± 120 kg. Tutup
pintu tungku dengan rapat agar kedap udara. Lakukan pembakaran tungku
dengan bahan bakar tempurung kelapa tuayang dapat menghasilkan panas yang
sesuai untuk pirolysis (suhu 400oC-500oC). Tanda bahwa suhu tercapai adalah
bunyi mendesis yang terdengar darikatup pada tungku. Hasil pemanasan yaitu
Fraksi Padat (arang), Fraksi Berat (tar), danFraksi Ringan (Asap). Asap hasil
pirolysis di lewatkan pada pipa kondensor berisi air mengalir, sehingga
menghasilkan Asap Cair Grade 3 yang masih mengandung banyak tar di
dalamnya.
2. Distilasi
Distilasi adalah suatu proses pemisahan Asap Cair Grade 3 dan grade 2
dari komponen tar-nyasehingga didapatkan asap cair dengan kandungan tar
minimal karena tar merupakansenyawa yang bersifat karsinogenik. Tahap-
tahap yang harus dilakukan:
a) Proses pemurnian asap cair. Proses ini bertujuan untuk meminimalisir
jumlah tar pada asap cair. Cara yang dilakukan adalah dengan mendiamkan
asap cair beberapa waktu sampai tampak tar terdapat di bagian bawah.
b) Filtrasi dengan zeolit aktif. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan asap
cair yang benar-benar bebas dari zat berbahaya. Cara yang dilakukan adalah
dengan menyaring asap-asap cair destilat dengan menggunakan zeolit aktif.
c) Filtrasi dengan karbon aktif. Proses ini bertujuan untuk memperoleh filtrat
asap cair dengan bau asap yang ringan dantidak menyengat. Cara yang
dilakukan adalah dengan menyaring asap cair hasil filtrasi zeolit menggunakan
karbon aktif.
Fungsi Asap Cair Grade 3 adalah sebagai penggumpal karet, penghilang
bau karet, pengawet kayu supaya tidak dimakan rayap. Grade 2 sebagai pengawet
makanan kering(ikan dan daging); dan Grade 1 adalah sebagai pengawet makanan
basah (mie, tahu, bakso).
Gambar 3. Proses Pembuatan Asap Cair
2. Aplikasi Mesin Destilator Pada Pembuatan Minyak Cengkeh di UD.
Anugerah Wonosalam
Menurut Amin (2011) minyak atsiri banyak dimanfaatkan oleh manusia,
baik untuk obat – obatan, penyedap rasa mapun industri parfum. Minyak atsiri
dapat memiliki kemampuan menghambat (inhibit) pertumbuhan dan
perkembangan bakteri dan jamur yang parasit pada manusia, karena komponen
kimia minyak atsiri ada yang memiliki aktivitas anti mikrobia seperti eugenol.
Sehingga saat ini eugenol banyak diisolasi dari tumbuh-tumbuhan yang
mengandung eugenol seperti tanaman cengkeh, dengan menyuling minyak
atsirinya.
Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah
cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%).
Bagian bunga mengandung fixed oil (lemak), resin, tanin, protein, selulosa,
pentosan dan mineral dengan minyak atsiri sebagai komponen yang paling
banyak. Kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (7080%).
Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol.
Kadar eugenol minyak atsiri kuncup bunga relatif lebih tinggi daripada tangkai
bunganya. Besarnya komponen kimia minyak atsiri cengkeh dapat berbeda
tergantung pada faktor iklim, musim, lokasi geografis,geologi, bagian tanaman
dan metode yang digunakan untuk memperoleh minyak atsiri.
Komponen utama minyak cengkeh adalah Eugenol. Eugenol merupakan
suatu metoksifenol dengan rantai hidrokarbon pendek. Eugenol mempunyai nama
lain 1-allil 3-metoksi-4-hidroksi benzena atau 1-(3-metoksi-4hidroksi benzena)-1-
propena. Eugenol mengandung beberapa gugus fungsional yaitu allil, fenol, dan
eter. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut dalam pelarut organik.
Warnanya kuning pucat, seperti minyak.
Produksi minyak cengkeh menggunakan metode Destilasi membutuhkan
satu set alat destilator yang terdiri dari ketel, kondensor (pendingin) dan
penampung uap, dengan gambar dibawah ini:
Gambar 4. Penampang alat Destilasi
Penyulingan dengan metode Destilasi membutuhkan satu set alat destilator
dengan komponen-komponen dibawah ini beserta fungsinya:
A. Ketel (t : 153 cm; d: 192 cm)
Menguapkan minyak yang ada pada daun, dengan system pemanasan
berupa tungku ,dengan bahan bakar kayu dan limbah daun penyulingan minyak.
Gambar 5. Ketel Penguap
B. Kolam Kondensor ( p: 640 ; l : 352 cm )
Alat ini berfungsi sebagai pengembun, kerjanya adalah merubah fasa uap
kembali menjadi fasa cair, dengan cara pertukaran kalor antara uap dengan air
dingin yang dialirkan diantara dinding kolom dan coil pendingin. Karena
fungsinya sebagai penukar kalor maka alat ini juga sering disebut Heat
Exchanger.
C. Drum Penampung Uap
Alat ini digunakan untuk menampung uap yang keluar dari pipa ketel
penguap. Alat ini dipasang menurun sebanyak empat unit berukuran (d:55 cm;
t:45 cm) dan satu unit berukuran penampung uap (d:110 cm; t:90 cm), ukuran ini
dipasang paling bawah. Uap yang dipasahkan antara air dan minyak hanya pada
drum ke satu, sedangkan untuk yang ke dua sampai terakhir diambil enam atau
satu tahun sekali.
D. Alat Penyaring
Alat ini digunakan untuk memurnikan minyak yang sebelumnya sudah
dipisahkan secara manual pada drum kesatu. Alat ini dapat memisahkan sampah
dan air dari minyak dengan baik, sehingga minyak bias langsung dipasarkan.
Gambar 6. Kolam Kondensor Gambar 7. Penampung Uap yang berisi campuran Minyak cengkeh
E. Densitas Meter
Alat ini digunakan untuk menentukan nilai berat jenis minyak
cengkeh.Penggunaanya adalah mencelupkan minyak sampai tenggelam, namun
alat ini akan secara otomatis melayang ke permukaan, sehingga nilai berat jenis
dapat kelihatan.
Gambar 8. Alat penyaring minyak Gambar 9. Densitas meter
cengkeh
F. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menentukan berat bersih minyak cengkeh
yang akan siap dipasarkan. Penggunaannya dengan cara menimbang terlebih
dahulu berat minyak kotor yang belum disaring, kemudian dilakukan
penyaringan, setelah itu berat bersih minyak dapat diketahui.
Gambar 10. Timbangan
UD. Anugerah memproduksi minyak cengkeh menggunakan metode
Destilasi dengan bahan baku daun cengkeh kering. Dimana proses awal adalah
pengeringan dan proses akhir adalah penukuran berat jenis, untuk menentukan
kualitas minyak cengkeh. Gambar dibawah adalah Flowchart Proses produksi
Minyak Cengkeh:
3. Pembuatan Bioetanol dari Ubi Jalar
Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Namun,
kebutuhan energi saat ini sangat tidak terkontrol dan persediaannya semakin
menipis. Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan
bakar fosil. Jika eksploitasi ini dilakukan terus menerus, maka dapat diperkirakan
sumber energy ini akan habis. Salah satu alternatjf yang ditawarkan dalam
Gambar 11. Proses Pembuatan Minyak Cengkeh
penghematan energy ini adalah dengan pembuatan bioetanol, yaitu bahan bakar
nabati yang tak pernah habis karena sumbernya dari alam. Ubi jalar adalah salah
satu bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol. Melihat
potensi tersebut peneliti melakukan percobaan pembuatan bioethanol dari
singkong secara farmentasi menggunakan ragi tape. Digunakan ragi tape karena
ragi tape sangat komersil dan mudah didapat.
Langkah-langkah dalam pembuatan bioetanol ubi jalar ini secara garis
besar dapat dibedakan menjadi Persiapan Bahan Baku,Liquefikasi dan
Sakarifikasi, Fermentasi, Distilasi, dan Dehidrasi (Yakinudin, 2010).
1. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari singkong yang
telah dikupas dan dibersihkan. Kemudian dihancurkan untuk memecahkan
susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik.
2. Liquifikasi dan Sakarifikasi
Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku singkong
dikonversi menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa Amylase melalui
proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 derajat celcius (hidrolisis).
3. Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %.
Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku
tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor). Dimana hasil
fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah antara 7
hingga 10 % (cairan beer).
4. Distilasi.
Distilasi atau penyulingan yang merupakan proses terpenting dan
dilakukan untuk memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Pada
suhu 78 derajat celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap
lebih dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap ethanol dalam
distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi
cairan ethanol.
5. Dehidrasi
Untuk pemurnian ethanol 95 % diperlukan proses dehidrasi (distilasi
absorbent), alat yang digunakan pada proses pemurnian dinamakan Dehidrator.
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan alat destilator adalah
Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole, Gading, Playen, GunungKidul.
Minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan daun dan ranting kayu putih
(M. leucadendra). Kapasitas produksi dari pabrik ini adalah 18 ton bahan siap
suling per hari dengan rendemen sekitar 0.8% – 1%. Lama produksi dalam 1
siklus selama 6-8 jam. Metode yang digunakan dalam penyulingan pabrik
Dendang Mole ini adalah destilasi uap dengan menggunakan mesin destilasi.
Mesin destilasi ini mempunyai 2 tahap proses, tahap penguapan dan pengembalian
uap dalam cair atau padat. Dengan burner, bahan akan di steam untuk proses
penguapan, lalu dilakukan penyulingan dari hasil uap panas yang membawa
minyak dihasilkan dari boiler.
Proses produksi minyak kayu putih diawali dari bahan baku, yang berasal
dari 11 RPH dibawah Dinas Kehutanan yang tersebar di beberapa Kecamatan :
Paliyan, Panggang, Karang Mojo dan Playen. Perlakuan terhadap bahan baku
sebelum proses penyulingan adalah dengan diangin angin selama 3 hari.
1. Setelah kering angin bahan baku dimasukkan ke dalam ketel kukus, dimana
sistem kukus atau sistem uap tidak langsung ini biasa digunakan untuk
menyuling daun.
2. Ketel bahan baku ini dipanasi oleh uap yang berasal dari ketel air (boiler) yang
dipanaskan secara langsung menggunakan bahan bakar
3. Air dari sumber air setelah ditreatment dialirkan kedalam boiler kemudian
dipanaskan dan uapnya digunakan untuk memanaskan bahan baku dan
mengambil menyak dalam bentuk uap yang bercampur dengan uap air dari
boiler
4. Selanjutnya uap air dan uap minyak masuk kedalam kondensor (pipa spiral
yang direndam air) untuk diembunkan menjadiminyak bercampur air dan
selanjutnya masuk keseparator yang berfungsi memisahkan air dari minyak.
5.
Gambar 12. Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih
4. Proses Penyulingan Daun Nilam
Salah satu aplikasi destilator dalam agroindustri adalah pada proses
penyulingan daun nilam. Pada jurnal penelitian “Efektifitas Penyulingan Daun
Nilam Metode Steam Destillation Dengan Perlakuan Pendahuluan Pengeringan
Suhu Rendah Termodifikasi” dilakukan penyulingan terhadap daun nilam. Hal ini
dilakukan agar didapatkan daun nilam murni. Penyulingan dilakukan dengan alat
penyuling yang biasanya dilakukan petani/pekebun nilam pada umumnya yaitu
dengan menggunakan metode uap (steam destilation). Ketel suling dengan
ketinggian 74,5 dan diameter 30 cm dibagi menjadi 2 ruangan. Hasil yang
didapatkan berupa tinggi tumpukan bahan pada saat penyulingan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap rendemen minyak nilam yang dihasilkan,
sedangkan kecepatan udara pengeringan tidak memiliki perbedaan yang nyata.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen minyak nilam yang dihasilkan
meningkat dengan kecepatan pengeringan yang paling rendah dan meningkatnya
tinggi tumpukan bahan dalam ketel suling (Herlina, dkk, 2008).
Sementara penggunaan mesin destilasi atau yang biasa disebut dengan
destilator sudah banyak diaplikasikan pada perusahaan-perusahaan. Biasanya
perusahaan yang menggunakan mesin destilator adalah perusahaan-perusahaan
yang memproduksi minyak goreng, CPO, penyulingan air tawas menjadi air
murni, dll. Pada perusahaan minyak goring ,mesin destilasi diperlukan untuk
menghasilkan minyak murni. Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya:
PT. SMART, Tbk. Medan, merupakan perusahaan yang termasuk dalam
SINAR MAS GROUP. Nama perusahaan PT. SMART, Tbk. Merupakan
singkatan dari PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. Perusahaan
ini berada di kawasan Belawan, Medan, Sumatera Utara, dengan total luas lahan
64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking Installation) yang
berada di Jalan Balmerah Baru III, Belawan II, Kecamatan Medan Belawan,
Medan.PT. SMART, Tbk. dikenal dengan nama PT. Ivo Mas Tunggal yang
berdiri pada tahun 1984 dengan pengolahan utama produk menggunakan bahan
baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi produk minyak goreng dan stearin. Pada
proses pengolahan secara fisika berdasarkan proses dimana asam lemak di dalam
CPO atau degummed oil dipisahkan dengan cara destilasi. Hal ini berbeda dengan
proses alkalin dimana asam lemak (fatty acid) dan degummed oil dihasilkan
dengan alkalin, lalu sabunnya dipisahkan (Suheri, 2012).
PT. Bromo Steel Indonesia adalah perusahaan manufakur yang
memproduksi pressure vessel, heat exchanger dan steam boiler. PT Bromo Steel
Indonesia terletak di daerah pesisir kota Pasuruan lebih tepatnya terletak di
kawasan Pelabuhan Pasuruan. Perusahaan ini berdiri pada saat belanda masih
menjajah Indonesia. Sehingga sebagian besar bangunan serta alat-alat kerja di
perusahaan adalah peninggalan Belanda. Salah satu peninggalan Belanda yang
masih terjaga dan terawat dengan baik adalah sumber air yang sampai saat ini
telah dikonsumsi dan digunakan Mandi Cuci Kakus (MCK) oleh karyawan di PT.
Bromo Steel. Bentuk pengaplikasian destilator pada perusahaan ini adalah untuk
pengujian pada kualitas air tersebut, lebih tepatnya untuk menguji kadar mangan
mangan dalam air. Prosedur kerjanya adalah sebagai berikut. Pertama diambil
sampel 50 ml. Keudian ditambahkan 2,5 ml pereaksi khusus Mn. Dipanaskan dan
didihkan selama 5 menit. Setelah mendidih dipindahkan dari pemanas dan
ditambahkan 0,5 gr. Kalium persulfat (K2S2O8). Didihkan kembali selama 5
menit. Warna ungu kemerahan yang terjadi menunjukan adanya unsure mnagan
(Mn). Di dinginkan hingga temperature kamar. Setelah dingin, dipindahkan secara
kualitatif ke dalam labu takar 50 ml dan encerkan sampai tanda batas. Kemudian
dikocok sampai bercampur rata dan ditentukan kadar mangan (Mn) dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm. Blanko aquadest diperlakukan
sama dengan sampel.Prosedur selanjutnya adalah Pemeriksaan Phenol Metode :
Spektrofotometri cara uji 4- amino antypirin (C11H13N3O): Diambil 100 ml
sampel/ standart/ blanko di dalam labu destilator, kemudian lakukan destilasi pada
suhu 170ºC. tamping hasil destilasi sebanyak ±75 ml. kemudian ditambahkan
aquades sampai tepat 100 ml. Ditambahkan 2,5 ml NH4OH (Amonium
Hidroksida) 0,5 N. Ditambahkan buffer phospat sampai pH 7,9 ±0,1 (1 ml) d.
Ditambahkan 1 ml larutan 4- amino antypirin (C11H13N3O) kemudian diaduk
dengan baik. Ditambahkan 1 ml potassium Fersianida (K3Fe(CN)6) kemudian
diaduk. Ditunggu selama 15 menit. Dibaca pada spektro dengan λ 500 nm 35.
Pada perusahaan ini aplikasi detilator hany terbatas pada skala laboratorium
(Natalia dan Muhammad, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. Modul Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan: Pembuatan
Asap Cair Dari Sampah Organik Sebagai Bahan Pengawet Makanan.
Cikarang: Badan Pelatihan Kesehatan.
Amin, M. Nur Ghoyatul. 2011. Proses Produksi Minyak Cengkeh ( Clove Oil )
Menggunakan Metode Destilasi Di UD. Anugerah Wonosalam. Laporan
Praktek Kerja Lapang Program Studi Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo. Madura
Darmadji, P. 2004. Optimasi Pemurnian Asap Cair Dengan Metoda Redistilasi
Volum XIII. Buletin Kimia. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
FATETA IPB. Bogor.
Herlina, Betty, dkk. 2008. Efektifitas Penyulingan Daun Nilam Metode Steam
Destillation Dengan Perlakuan Pendahuluan Pengeringan Suhu Rendah
Termodifikasi. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 1 (2). Universitas
Bengkulu.
Khalistyawati, S., Astuti, T. W., dan Sebastiani, Y. 2010. Laporan Praktik Kerja
Industri Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Vco (Virgin Coconut Oil) Pt.
Tropica Nucifera Indutry Bantul. Yogyakarta.
Natalia, Destry dan Muhammad Toriq. 2012. Penyehatan Air Murni. Laporan
Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Bromo Steel Indonesia Pasuruan.
Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada.
Sakinah, S. 201. Modifikasi Proses Penyulingan Dengan Variasi Tekanan Uap
Untuk Memperbaiki Karakteristik Aroma Minyak Kelapa. KMS IPB.
Bogor.
Suheri, Edi. 2012. Pengolahan CPO Menjadi Minyak Goreng Dan Stearin.
Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Smart, Tbk Medan. Universitas
Sumatera Utara.
Yakinudin, A. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar
Terbaharukan Dan Solusi Untuk Meningkatkan Penghasilan Petani
Singkong. Jurnal Teknologi Vol 15 No 2.