borang portofolio snake bite.doc
TRANSCRIPT
Borang Portofolio
Nama Peserta : dr. Zakia Pasaribu
Nama Wahana : RSUD Dr.Soeratno Gemolong
Topik : Snake bite menolak dirp SABU
Tanggal (kasus) : 12 April 2013
Nama pasien : Tn. T (60 th) No. RM : 17269
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Endah Sri Puji H, M.Kes
Tempat Presentasi : RSUD Dr.Soeratno Gemolong
Objektif Presentasi :
Keilmuan √ Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik √ Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia √ Bumil
Deskripsi :
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan suami penderita dilakukan pada tanggal 12
April 2013 pukul 18.00 WIB di IGD RSUD dr. Soeratno Gemolong dan didukung
dengan catatan medis.
Pasien datang dengan keluhan habis tergigit ular di jari telunjuk kaki kanan pada pagi
hari saat berada disawah saat pasien sedang menebang pohon terasa ada yang
menggigit kakinya pasien langsung tersentak dan tampak ada bekas gigitan seperti
gigian ular setelah tergigit pasien langsung ke orang pintar yang biasa mengobati
orang yang tergigit ular. kata orang pintar nya bisa akan di tarik oleh media
batu..pasien baru datang lagi ke RS pada sore harinya. Pasien hanya merasa pegal di
bekas gigitan ular. tidak mengeluh sesak nafas, nyeri kepala, mual atau muntah.
Tujuan :
o Menegakkan diagnosis Snake bite
o Mengatasi kegawatdaruratan pada pasien Snake bite
o Penatalaksanaan dan Edukasi pada pasien Snake bite
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus √ Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data pasien: Nama: Tn.T Nomor Registrasi: 017269
Nama klinik: RSUD Dr. Soeratno Gemolong Telp:
-
Terdaftar sejak: -
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Snake bite / Pasien datang dengan keluhan habis
tergigit ular di jari telunjuk kaki kanan pada pagi hari saat berada disawah saat pasien
sedang menebang pohon terasa ada yang menggigit kakinya pasien langsung tersentak
dan tampak ada bekas gigitan seperti gigian ular setelah tergigit pasien langsung ke
orang pintar yang biasa mengobati orang yang tergigit ular. kata orang pintar nya bisa
akan di tarik oleh media batu..pasien baru datang lagi ke RS pada sore harinya. Pasien
hanya merasa pegal di bekas gigitan ular. tidak mengeluh sesak nafas, nyeri kepala,
mual atau muntah.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah periksa ke orang pintar??????.minum tolak
angin……
3. Riwayat kesehatan/Penyakit : pasien belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat keluarga : Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
5. Riwayat pekerjaan : pasien bekerja sebagai petani
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN) :
pasien tinggal bersama dengan istri dan anaknya yang belum menikah. Kondisi
rumah pasien berlantai keramik, dibersihkan tidak setiap hari, terdapat jendela,
ventilasi, kamar mandi seminggu sekali dikuras dan WC menggunakan septitank,
tersedia tempat pembuangan sampah.
7. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN
LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS
WAHANA)
a) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik
Tanda Vital
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan darah : 130/70 mmHg
c. Nadi : 80 x /mnt, irama: regular, isi : cukup
d. Laju Nafas : 20 x /menit,
e. Suhu : 36,2 °C
Kepala : mesocephale.
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) serous.
Telinga : low set ear (-/-), discharge (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-).
Tenggorok : Faring hiperemis (-) ,T1/T1
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Kulit : Sianosis (-), ikterus (-), edema (-), ptekie(-).
THORAX
Paru :
Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris, retraksi intercosta (-/-)
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal hemitorak kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+ ,wheezing -/-, ronkhi -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas : sela iga II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : sela iga VI linea mid clavicularis sinistra
Batas jantung kanan : sela iga IV linea sternalis kanan
Pinggang jantung : sela iga III linea parasternalis kiri
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Genital : laki-laki , dalam batas normal
Pemeriksaan Neurologi : Reflek fisiologi (+) normal, Reflek patologis (-)
Anggota Gerak Superior Inferior
Akral dingin - / - - / -
Sianosis - / - - / -
Edema - / - - / -
Status lokalis digiti II pedis dextra
- Tampak bekas gigitan ular berupa 2 titik seperti bekas gigitan taring ular
- Edema (-)
- Warna di sekitar gigitan sama dengan kulit sekitar
- Nyeri tekan (+)
b) Program Pemeriksaan penunjang :
1. Darah rutin(leukosit, eritrosit, trombosit, hemoglobin, hematokrit)
2. Urin lengkap
3. GDS, ureum, kreatinin, SGOT,SGPT, clotting time, bleeding time
c) Pengobatan
pasien menolak untuk diobati dengan menggunakan SABU( Serum Anti Bisa Ular)
pasien meminta untuk dibati saja tanpa memakai sabu. Pasien diberikan :
- Amoxicillin 3 x 500 mg,
- Dexamethason 3 x 0,5 mg,
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Ranitidine 2 x 150 mg
Daftar Pustaka :
1. Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta, 2000
2. Prinsip penanganan gigitan Ular | Medical Era - Health Social NetworkWritten by
Lucky Yogasatria NatasukmaMonday, 15 March 2010 20:28
3. Konsil Kedokteran Indonesia
hasil pembelajaran:
A. Definisi Snake bite
B. Etilogi Snake bite
C. Patofisiologi Snake bite
D. Diagnostik Snake bite
E. Terapi Snake bite
F. Manual persetujuan tindakan kedokteran
Ringkasan Hasil Pembelajaran
SNAKE BITE
A. DEFINISI
Bisa ular dapat mengakibatkan orang meninggal oleh karena bias ular yang bersifat
hematotoksik, neurotoksik atau histaminic (Agus, dkk. 2000)
luka gigit yang disebabkan oleh ular, baik ular berbisa ataupun tidak berbisa.
B. ETIOLOGI
Elapidae (ular sendok (kobra), ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut),
dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
C. PATOFISIOLOGI
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata. Bisa ular
dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular
dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan
tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat ancaman yang dirasakan
ular, dan ukuran mangsa. jumlah bisa yang akan dikeluarkan.
Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek. Hal ini
menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk menyuntikan bisa dibanding
dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih dekat dan lebih mirip mengunyah daripada
menyerang seperti dikenal pada ular jenis viper.
Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk mengimobilisasi
secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada
bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu
fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease,
fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal,
bersifat toksik terhadap saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul
reaksi anafilaksis. Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi pada
bisa ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail spesifik diketahui
beberapa enzim seperti berikut ini:
1. Hyaluronidase memungkinkan bisa dapat cepat menyebar melalui jaringan subkutan
dengan merusak mukopolisakarida;
2. Phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis sekunder dari efek
esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis otot; dan
3. Enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah, dimana, pada
waktunya mengaktivasi plasmin dan menyebabkan koagulopati konsumtif dan
konsekuensi hemoragiknya.
Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan perbedaan envenomasi.
Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat
menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan toksisitas sistemik. Ular koral mungkin
meninggalkan luka kecil yang kemudian dapat muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade
neuromuscular sistemik. Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi
kerusakan sistemik dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati
bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang hebat. Efek lain, edema lokal, meningkatkan
kebocoran kapiler dan cairan interstisial di paru. Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh secara
signifikan. Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder
terhadap perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek
blokade neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal jantung
merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis.
D. GEJALA KLINIS
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang
sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban
gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala inisial,
dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :
1. Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan rasa
sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat
berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan
sekitar sisi gigitan luka.
2. Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.
Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka
yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.
3. Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem
saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan
otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya,
korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan
kesemutan.
4. Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area
tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban
gigitan ular-ular viper.
Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.
1. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-tanda
toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
2. Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih dari
12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan
penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit
atau trombosit).
3. Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah,
hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan
tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain
yang menunjukkan koagulopati konsumtif.
Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam sindrom
ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di
lapangan dan manajemen di rumah sakit.
1. Perawatan di Lapangan
seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien
sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas
yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi
pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau
kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency
life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC
(Airway, Breathing, Circulation).
Pertolongan Pertama
a. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
b. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara
efektif di instalasi gawat darurat.
c. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas),
dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.
d. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat
penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam
beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di
masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara
signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
e. Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit/ketat yang dapat menghambat aliran
darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan
dari area yang tergigit.
f. Monitor tanda-tanda vital korban; temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
darah (jika mungkin). Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu
menjadi membutuhkan intubasi.
g. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa
h. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak
berbisa).
i. Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa
serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular-ular masih dapat
mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek).
j. Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan
lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk
memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran
darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti
ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
Manajemen di Rumah Sakit
1. Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa
( prinsip ABC) kesulitan bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan
ventilator . Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin
berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan, dan
pembengkakan.
2. Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan kardiovaskuler.
3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan pernafasan.
4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2 ampul / dalam 500
ccDextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian
SABU 20 ampul per24 jam
.Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU yang sesuai berarti SABU
Monovalen diberikan, atau alternatif bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan
bisa polivalen
5. Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa antibiotic /antiseptic.
6. Waspadai terjadi kompartemen sindrom : 5P (pain, pallor, pulselessness, paralysis,
pale)
7. Berikan terapi suportif : tetanus toxoid, antibiotik
Berbagai teknik pertolongan pertama pada masa lalu, saat sekarang sudah tidakdianjurkan lagi, antara lain ,
- -
Jangan memotong dan menghisap kedaerah gigitan ular, hal itu akan lebih memperp
arah
kerusakan yang ada, bahaya infeksi meningkat dan tidak ada hasilnya dalam mengelu
arkan
- Jangan menggunakan es, karena es tidak menghambat venom, justru bisa menimbulka
n frostbite
- - Jangan menggunakan rangsang listrik, karena ternyata tidak bermanfaat dan resiko
- luka bakar serta gangguan jantung.
- - Jangan memakai alkohol, walau dapat meringankan nyeri, tetapi pelebaran
- pembuluh darah /vasodilatasi memudahkan penyerapan venom.
- - Jangan menggunakan tourniquet atau pengikatan tungkai/lengan, terbukti tidak
Efektif dan meningkatkan kerusakan jaringan dengan resiko kehilangan tungkai/
lengan.
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
1. Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi:a. Adalah persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan.
b. Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi adalah pernyataan sepihak dari pasien dan bukan perjanjian antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, sehingga dapat ditarik kembali setiap saat.
c. Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi merupakan proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar penandatanganan formulir persetujuan.
2. Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan terhadap pasien untuk tujuan preventif, diagnostik, terapeutik, atau rehabilitatif.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, yang dengan probabilitas tertentu dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan (kehilangan anggota badan atau kerusakan fungsi organ tubuh tertentu), misalnya tindakan bedah dan tindakan invasif tertentu.
4. Tindakan invasif adalah tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien. Tindakan invasif tidak selalu berrisiko tinggi.
5. Wali adalah orang yang secara hukum dianggap sah mewakili kepentingan orang lain yang tidak kompeten (dalam hal ini pasien yang tidak kompeten).
6. Keluarga terdekat adalah suami atau isteri, orang tua yang sah atau anak kandung, dan saudara kandung.
7. Pengampu adalah orang atau badan yang ditetapkan pengadilan sebagai pihak yang mewakili kepentingan seseorang tertentu (dalam hal ini pasien) yang dinyatakan berada di bawah pengampuan (curatele).
8. Kompeten adalah cakap untuk menerima informasi, memahami, menganalisisnya, dan menggunakannya dalam membuat persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.
MENGAPA PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN ATAU KEDOKTERAN GIGI PENTING?Dengan mengingat bahwa ilmu kedokteran atau kedokteran gigi bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi bukan pula suatu kepastian, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat berbeda-beda dari satu kasus ke kasus lainnya. Sebagai masyarakat yang beragama, perlu juga disadari bahwa keberhasilan tersebut ditentukan oleh izin Tuhan Yang Maha Esa. Dewasa ini pasien mempunyai pengetahuan yang semakin luas tentang bidang kedokteran, serta lebih ingin terlibat dalam pembuatan keputusan perawatan terhadap diri mereka. Karena alasan tersebut, persetujuan yang diperoleh dengan baik dapat memfasilitasi keinginan pasien tersebut, serta menjamin bahwa hubungan antara dokter dan pasien adalah berdasarkan keyakinan dan kepercayaan. Jadi, proses persetujuan tindakan kedokteran merupakan manifestasi dari terpeliharanya hubungan saling menghormati dan komunikatif antara dokter dengan pasien, yang bersama-sama menentukan pilihan tindakan yang terbaik bagi pasien demi mencapai tujuan pelayanan kedokteran yang disepakati.Departemen Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persetujuan Tindakan Medik pada tahun 1989, dan kemudian pada tahun 2004 diundangkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang juga memuat ketentuan tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi. Lebih jauh Undang-Undang tersebut memandatkan agar diterbitkan Permenkes untuk mengaturnya lebih lanjut. Sejalan dengan itu, Konsil Kedokteran Indonesia menerbitkan buku Manual ini sebagai petunjuk ringkas pelaksanaan Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, yang untuk selanjutnya dalam buku ini akan disebut sebagai “Persetujuan Tindakan Kedokteran”. Jika seorang dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran yang sah, maka dampaknya adalah bahwa dokter tersebut akan dapat mengalami masalah :
1. Hukum Pidana : Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan dapat dikategorikan sebagai “penyerangan” (assault). Hal tersebut dapat menjadi alasan pasien untuk mengadukan dokter ke penyidik polisi, meskipun kasus semacam ini sangat jarang terjadi.
2. Hukum Perdata : Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter, maka pasien harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan sebelumnya mengenai hasil akhir tertentu dari tindakan dimaksud padahal apabila dia telah diperingatkan sebelumnya maka dia tentu tidak akan mau menjalaninya, atau menunjukkan bahwa dokter telah melakukan tindakan tanpa persetujuan (perbuatan melanggar hukum).
3. Pendisiplinan oleh MKDKI : Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang dokter atau dokter gigi yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan menyidangkannya dan dapat memberikan sanksi disiplin kedokteran, yang dapat berupa teguran hingga rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN?Sebagaimana diuraikan diatas, persetujuan tindakan kedokteran adalah pernyataan sepihak pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.Suatu persetujuan dianggap sah apabila:a. Pasien telah diberi penjelasan/ informasib. Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk
memberikan keputusan/persetujuan.c. Persetujuan harus diberikan secara sukarela.Kadang-kadang orang menekankan pentingnya penandatanganan formulir persetujuan tindakan kedokteran. Meskipun formulir tersebut penting dan sangat menolong (dan kadang-kadang diperlukan secara hukum), tetapi penandatanganan formulir itu sendiri tidak mencukupi. Yang lebih penting adalah mengadakan diskusi yang rinci dengan pasien, dan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien. Ketika dokter mendapat persetujuan tindakan kedokteran, maka harus diartikan bahwa persetujuan tersebut terbatas pada hal-hal yang telah disetujui. Dokter tidak boleh bertindak melebihi lingkup persetujuan tersebut, kecuali dalam keadaan gawat darurat, yaitu dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien atau mencegah kecacatan (gangguan kesehatan yang bermakna).
Oleh karena itu sangat penting diupayakan agar persetujuan juga mencakup apa yang harus dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak diharapkan dalam pelaksanaan tindakan kedokteran tersebut. Upaya memperoleh persetujuan dapat memerlukan waktu yang lama. Persetujuan pada berbagai keadaan akan berbeda, karena setiap pasien memiliki perhatian dan kebutuhan yang individual. Dan meskipun waktu yang tersedia sedikit, tetap saja tidak ada alasan untuk tidak memperoleh persetujuan.UNTUK APA SAJAKAH DIPERLUKAN PERSETUJUAN?Persetujuan meliputi berbagai aspek pada hubungan antara dokter dan pasien, diantaranya:
a. Kerahasiaan dan pengungkapan informasi : Dokter membutuhkan persetujuan pasien untuk dapat membuka informasi pasien, misalnya kepada kolega dokter, pemberi kerja atau perusahaan asuransi. Prinsipnya tetap sama, yaitu pasien harus jelas terlebih dahulu tentang informasi apa yang akan diberikan dan siapa saja yang akan terlibat.
b. Pemeriksaan skrining : Memeriksa individu yang sehat, misalnya untuk mendeteksi tanda awal dari kondisi yang potensial mengancam nyawa individu tersebut, harus dilakukan dengan perhatian khusus.
c. Pendidikan : Pasien dibutuhkan persetujuannya bila mereka dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Jika seorang dokter melibatkan mahasiswa (co-ass) ketika sedang menerima konsultasi pasien, maka pasien perlu diminta persetujuannya. Demikian pula apabila dokter ingin merekam, membuat foto ataupun membuat film video untuk kepentingan pendidikan.
d. Penelitian : Melibatkan pasien dalam sebuah penelitian merupakan proses yang lebihmemerlukan persetujuan dibandingkan pasien yang akan menjalani perawatan. Sebelum dokter memulai penelitian dokter tersebut harus mendapat persetujuan dari Panitia etika penelitian. Dalam hal ini Departemen Kesehatan telah menerbitkan beberapa panduan yang berguna.
SIAPA “PEMBERI INFORMASI DAN PENERIMA PERSETUJUAN”?Adalah tanggung jawab dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan/tindakan untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter memang dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan persetujuan, namun tanggung jawab tetap berada pada dokter pemberi delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara benar dan layak. Jika seseorang dokter akan memberikan informasi dan menerima persetujuan pasien atas nama dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya mampu menjawab secara penuh pertanyaan apapun yang diajukan pasien berkenaan dengan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya–untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut dibuat secara benar dan layak.
SOAP
1. SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan habis tergigit ular di jari telunjuk kaki kanan pada pagi
hari saat berada disawah saat pasien sedang menebang pohon terasa ada yang menggigit kakinya
pasien langsung tersentak dan tampak ada bekas gigitan seperti gigian ular setelah tergigit pasien
langsung ke orang pintar yang biasa mengobati orang yang tergigit ular. kata orang pintar nya
bisa akan di tarik oleh media batu..pasien baru datang lagi ke RS pada sore harinya. Pasien hanya
merasa pegal di bekas gigitan ular. tidak mengeluh sesak nafas, nyeri kepala, mual atau muntah.
2. OBJEKTIF
Kesan Umum :
Pasien laki- laki , Umur : 60 tahun
Keadaan umum : baik
Tanda Vital
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan darah : 130/70 mmHg
c. Nadi : 80 x /mnt, irama: regular, isi : cukup
d. Laju Nafas : 20 x /menit,
e. Suhu : 36,2 °C
Pemeriksaan per organ tidak ditemukan kelainan, kecuali pada status lokalis, beberapa hal
yang ditemukan:
Status lokalis digiti II pedis dextra
- Tampak bekas gigitan ular berupa 2 titik seperti bekas gigitan taring ular
- Edema (-)
- Warna di sekitar gigitan sama dengan kulit sekitar
- Nyeri tekan (+)
3. ASSESMENT
Bisa ular dapat mengakibatkan orang meninggal oleh karena bias ular yang bersifat
hematotoksik, neurotoksik atau histaminic (Agus, dkk. 2000) luka gigit yang disebabkan
oleh ular, baik ular berbisa ataupun tidak berbisa.
- Nasional studi melaporkan kejadian musiman 90% dari bulan april- oktober
- 50% (usia 18-28 thn).
- Gigitan ular (95%) >> di ekstremitas bagian atas terutama di tangan
4. PLAN
Diagnosis : snake bite menolak dirp SABU
Pengobatan :
pasien menolak untuk diobati dengan menggunakan SABU( Serum Anti Bisa Ular)
pasien meminta untuk dibati saja tanpa memakai sabu. Pasien diberikan :
- Amoxicillin 3 x 500 mg,
- Dexamethason 3 x 0,5 mg,
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Ranitidine 2 x 150 mg
Edukasi :
Jika muncul sesak nafas, muntah terus menerus, nyeri kepala berat langsung di bawa lagi ke igd
Berita acara presentasi portofolio
Pada hari ini tanggal :.................................................................................................................telah
dipresentasikan portofolio oleh :
Nama :.........................................................................................................
No. ID Peserta :..........................................................................................................
dengan judul / topik :
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
No. ID dan Nama Pendamping :..............................................................................................
............................................................................................................................................................
.No. ID dan Nama Wahana :..............................................................................................
Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan
........................................ ........................................... .......................
........................................ ............................................ .......................
........................................ ........................................... .......................
....................................... ............................................ .......................
........................................ ............................................ .......................
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Dr. Endah Sri Puji H, M.Kes
NIP : 19710219 200312 2 005