chapter 13 -cognitive development

Upload: dedew-inta

Post on 11-Jul-2015

287 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Laporan Hasil Bacaan Materi tentang

Cognitive Development Troughout the Lifespan

Laporan ini disusun berdasarkan hasil bacaan dan berdiskusi dengan kelompok psikologi kognitif tentang Cognitive Development Troughout the Lifespandengan referensi utama berasal dari buku Cognition, 6th edition, Margaret W . Matlin, dan beberapa sumber lainnya. Kami berhasil mendapatkan pemahaman sebagai berikut : Preview Bab ini menekankan pada bagaimana proses kognitif berkembang pada beberapa area yang telah Anda pelajari pada bab-bab sebelumnya, dan yang kita gali secara mendetail adalah pada tema memori, metakognisi, dan bahasa. Fungsi pertama dari bab ini adalah untuk menginformasikan tentang perkembangan pada ketiga aspek penting diatas. Lalu kedua, adalah menganjurkan untuk mengulang atau melihat kembali beberapa konsep penting yang telah buku ini kenalkan padamu pada awal-awal. Seperti yang telah kita ketahui di awal bahwa kita akan lebih dapat belajar secara efektif jika kita belajar secara sedikit-sedikit, jadi mari kita menyegarkan kembali ingatan kita akan konsep-konsep yang telah kita pelajari sebelumsebelumnya. Introduction Seringkali kita melihat seorang anak yang berusia kurang lebih 2 tahunan memborbardir orang tuanya dengan pertanyaan terus menerus. Itu memperlihatkan bahwa syntax mereka belum berkembang sepenuhnya. Pada anak yang berusia 4 tahun, mereka telah menguasai kemampuan mengingat dan bahasa, tapi mereka masih perlu mengembangkan kemampuan memori startegis, metakognisi, syntax, dan pragmatik. Psikolog kognitif banyak membatasi diskusi tentang perkembangan kognitif pada bayi dan anak-anak. Lifespan approach to development berpendapat bahwa perubahan yang dikarenakan perkembangan belum utuh sepenuhnya setelah orang orang mencapai usia dewasa awal, karena kita akan terus berubah sepanjang hidup kita. Seperti kita lihat, beberapa1

kemampuan kognitif kita mundur selama proses bertambahnya usia, tapi ada banyak juga kapasitasnya tetap stabil. Ketika kita belajar kemampuan kognitif pada orang yang tua dan muda, masalah penelitian akan lebih sulit ketika kita mempelajari dewasa awal. Bab ini fokus pada perkembang kognitif pada tiga area : memori, metakognisi, dan bahasa. THE LIFESPAN DEVELOPMENT OF MEMORY Memory in Infants Beberapa dekade yang lalu, psikolog percaya bahwa bayi berusia 4 bulan tidak dapat benar-benar melihat atau mendengar, dan mereka benar-benar tidak bisa mengingat apapun (Gelman, 2002). Tapi, para peneliti terlalu meremehkan kapasitas memori bayi, kecuali hingga akhirnya mereka bisa membuat tugas yang menunjukkan respon bahwa bayi tersebut telah menguasainya. Untungnya, psikolog perkembangan telah memiliki beberapa metode untuk menguji kemampuan bayi dalam mengingat orang dan objek. Penelitian ini menunjukkan bahwa bayi memiliki kapasitas memori yang sangat hebat daripada yang pernah Anda bayangkan. Peneliti telah menghitung memori bayi dengan menggunakan metode mengawasi pola atensi mereka dan kemampuan mereka untuk meniru aksi setelah penundaan. Recognizing Mother Pada budaya Amerika Utara, secara umum bayi menghabiskan lebih banyak waktu dengan ibunya, ketimbang dengan orang lain. Penelitian pada mengenali stimulus visual menunjukkan bahwa bayi berusia 3 hari dapat membedakan ibu mereka dengan orang asing. Walton dan koleganya (1992) menemukan bahwa bayi yang kurang dari 3 hari membuat perbedaan yang signifikan dalam respon menghisap ketika diperlihatkan video wajah ibu mereka dan wajah orang asing yang mirip. Bayi pun sudah bisa mengenali suara ibu mereka. Kisivleski dan koleganya menguji bayi sejak 1 atau 2 minggu sebelum mereka lahir. Peneliti mendekati wanita yang akan menerima perawatan prenatal di rumah sakit di Cina, untuk menanyakan tentang menguji kemampuan bayi2

dalam mengenali suara. Jika sang ibu setuju, peneliti meminta ibu tersebut untuk membacakan puisi Cina dan wanita asing untuk membacakan puisi yang sama. Yang mengesankan, detak jantung bayi berubah lebih cepat ketika mendengar suara ibu mereka daripada ketika mendengar suara orang asing. Bayi dapat membiasakan diri terhadap karakteristik cara bicara ibu mereka sejak mereka masih di uterus. Mereka dapat mengenalinya melalui intonasi yang spesifik dan prasenya. Conjugate Reinforcement with a Mobile Program penelitian yang sangat luas pada tema memori pada bayi dilakukan oleh Carolyn Rovee-Collier dan koleganya menggunakan teknik conjugate reinforcement. Pada teknik ini sebuah benda yang dapat berpindah pindah diletakkan diatas tempat tidur bayi; tali tali terhubung pada pergelangan kaki bayi dan benda tersebut (yang pada bahasa inggris disebut mobile, sesuai dengan nama penelitiannya), sehingga ketika bayi menendang nendangkan kakinya benda tersebut akan bergerak gerak. Permainan ini menarik, khususnya untuk bayi berusia 2 hingga 6 bulan. Setelah beberapa menit mereka mulai menendang nendang dengan cepat dan menarik narik benda itu; lalu mereka terdiam dan memperhatikan bagian dari benda tersebut yang bergerak. Ketika benda sedang bergerak turun, mereka biasanya berteriak atau tertawa terbahak bahak lalu menendangnya lagi dengan bersemangat, sehingga benda itu pun bergerak naik turun. Pada operant conditioning, kaki menendang adalah sebagai respond dan pergerakan benda sebagai reinforcement (Barr et al., 2005 ; Rovee-Collier & Cuevas, 2008). Lalu bagaimana teknik conjugate reinforcement dapat digunakan untuk menguji ingatan bayi? Keseluruhan latihan dan ujian dilakukan di rumah dan tempat tidur bayi itu sendiri, sehingga lingkungan yang baru tidak mengubah ukuran reaksi bayi yang muncul. Untuk tiga menit pertama pada sesi pertama, peneliti mengambil ukuran dasar. Selama waktu ini pita itu menjadi penghubung antara kaki bayi terhadap an empty mobile stand. Lalu peneliti dapat menghitung jumlah tendangan spontan yang terjadi pada kehadiran benda sebelum bayi itu belajar bagaimana caranya membuat benda tersebut bergerak. (A)

3

http://www.the-crankshaft.info/2010/09/development-of-learning-andmemory.html

Selanjutnya peneliti menggerakkan pita sehingga tali menghubungkan pergelangan kaki bayi ke stand dimana benda tergantung (B). Bayi diberikan waktu selama 9 menit untuk menemukan bahwa tendangan mereka dapat mengaktifkan benda; ini adalah fase acquisition.4

Bayi biasanya menerima dua sesi pelatihan seperti ini, berjarak 24 jam antara pelatihan pertama dan kedua. Pada akhir sesi pelatihan kedua, tali dilepaskan dan keadaan kembali kosong untuk 3 menit dimana ini di sengaja untuk menghitung apa yang bayi ingat; ini adalah uji immediate retention. Memori jangka panjang diukur setelah 1 sampai 42 hari kemudian. Benda itu kembali di gantungkan di atas tempat tidur bayi, dengan tali terikat pada daerah kosong. Jika bayi mengenali benda dan me-recall bagaimana menendang menghasilkan gerakan, ia akan menghasilkan respon kaki menendang. Rovee dan Collier telah menemukan cara yang pintar untuk menanyakan bayi apakah mereka mengingat bagaimana mengaktifkan benda tersebut. Dia juga menemukan metode objektif untuk menguji memori jangka panjang, karena ia dapat membandingkan dua ukuran : jumlah hasil tendangan pada uji immediate retentive dan jumlah tendangan yang dihasilkan pada saat keterlambatan. Rovee-Collier juga menemukan tugas operant conditioning yang kedua yang akan lebih menarik untuk bayi usia 6 dan 18 bulan. Pada tugas kedua ini bayi yang lebih tua usianya belajar untuk menekan pengungkit secara sengaja untuk membuat miniature kereta api bergerak pada trek yang melingkar. Dengan mengkombinasikan informasi dari dua tugas, peneliti mendapatkan jejak memori bayi dari usia 2 bulan hingga 18 bulan. Penelitian ini mendemonstrasikan bahwa long term retention (ingatan) menunjukkan kemajuan yang mantap selama 18 bulan pertama kehidupan.

http://wires.wiley.com/WileyCDA/WiresArticle/articles.html?doi=10.1002/wcs.38

5

Beberapa dekade yang lalu, peneliti berpikir bahwa memori bayi itu sangat terbatas. Tapi, Rovee Collier dan para pekerjanya menunjukkan bahwa bayi dapat mengingat aksi, setelah penundaan yang lama. Dan memori bayi dan dewasa itu terpengaruhi oleh banyak faktor yang sama (Rovee-Collier & Bar, 2002 ; Rovee-Collir & Cuevas, 2008 ; Rovee Collier et al., 2001). Efek konteks lebih kuat bagi bayi. Rovee Collier dan koleganya menggunakan tekhnik conjugate reinforcement untuk menguji bayi berusia 3 bulan yang tempat tidurnya dibatasi oleh kain tenun khusus, berpola penuh warna. Bayi dapat merecall dengan sangat hebat ketika mereka diuji setelah ditunda selama 7 hari. Grup lain dari bayi diuji dengan benda yang sama dan waktu penundaan yang sama, tetapi dengan tempat tidur yang berbeda. Grup kedua dari bayi ini menunjukkan tidak adanya retention (ingatan) apapun. Tanpa konteks lingkungan yang tepat, ingatan bayi menjadi tumpul. Dapat kita ingat juga bahwa kesaksian remaja muda untuk detail akan sebuah kecelakaan akan berkurang keakuratannya jika mereka mempelajari pengetahuan baru setelah menjadi saksi sebuah kejadian. Sama dengan hal tersebut, masih peneliti yang sama menguji kesaksian pada bayi berusia 3 bulan. Setelah, bayi mempelajari bagaimana ia menghasilkan pergerakan pada benda pertama, peneliti memberikan benda yang baru selama 3 menit. Ketika memori jangka panjang kelompok kontrol diuji, bayi menunjukkan hasil recall yang menurun untuk benda pertama. Bayi seperti orang dewasa akan mengalami penurunan dalam proses recall jika mereka ditunjukkan informasi setelah kejadian. Pada penelitian tambahan, peneliti menemukan beberapa kemiripan antara memori bayi dan dewasa. Yaitu bayi sama sama mengalami spacing effect, yaitu bayi akan lebih mengingat sesuatu jika itu diberikan secara bertahap. Dan bayi juga menunjukkan level-of-processing effect, yaitu mereka akan merecall secara lebih baik untuk benda yang mereka proses menggunakan deep level. Kesimpulannya, bayi mendemonstrasikan memori pada sejumlah tugas. Bayi yang baru lahir mengenali wajah dan suara ibu mereka, dan pada usia 6 bulan bayi dapat mengingat bagaimana cara menggerakan sesuatu setelah mengalami penundaan selama 2 minggu. Pada bayi berusia 14 bulan, bayi dapat mengingat bagaimana cara meniru aksi yang pernah mereka lihat 3 bulan sebelumnya.6

Memory in Children Setelah kita mengetahui bagaimana mengukur memory pada infants yang menuntut peneliti untuk bekerja sangat keras untuk meneliti memory mereka. Akan lebih gampang untuk mengakses memori anak-anak karena mereka sudah bisa berbicara dan merespon suatu tugas dengan verbal. Kesulitan yang muncul adalah anak-anak sulit untuk mengerti tugas yang diberikan, dan mereka mungkin tidak bisa mengenali kata atau kalimat yang tercetak. Ada lima topik besar yang akan dibahasa dalam memori anak-anak. (1) childrens working memory (2) their long term memory dan (3) their memory strategies. Children working memory Working memory biasanya diukur melalui jumlah benda yang dapat dipanggil kembali menurut urutannya setelah mereka dikenalkan dengan benda-benda tersebut. Kemampuan working memory anak-anak juga berhubungan dengan kemampuan mereka disekolah. Anak-anak yang memiliki phonological working memory yang tinggi biasanya menonjol dalam tugas membaca, menulis, dan mendengarkan. Sedangkan yang unggul visuospatial sketchpad akan menonjol dalam bidang matematika. Children long term memory Anak-anak memiliki recognition memory yang luar biasa, tapi memiliki kemampuan recall memory yang buruk. Recall memory membutuhkan dua memory strategies yaitu autobiographic memory for events from childhood dan childerns source monitoring.1. Autobiographic memory for events from childhood. Umumnya kita tidak bisa mengingat

kejadian yang terjadi saat kita berumur dibawah dua atau tiga tahun fenomena ini disebut childhood amnesia. Akan tetapi konsep ini masih controversial, penelitian yang dilakukan oleh Carolyn Rovee dan Kimberly Cuevas (2008) bayi memiliki memori yang mirip dengan memori orang dewasa. Patricia Bauer (2005) juga mempertanyakan konsep childhood amnesia. Tetapi dia juga sedikit optimis. Dia mengatakan bahwa bayi umur 20 bulan telah memiliki memori yang kuat, karena saat bayi 24 bulan ditanya mengenai kejadian 4 bulan sebelumnya mereka dapat menjelaskan dan mendeskripsikan hal tersebut secara verbal.7

Akan tetapi banyak peneliti bersiteru mengenai konsep infantile amnesia, mereka memiliki argument bahwa bayi yang berumur dibawah dua tahun belum bisa mengatur memori mereka (Fivush & Nelson, 2004) karena itu mereka memiliki kesulitan untuk melakukan encoding dan retrieving urutan suatu kejadian.yang berkaitan dengan diri mereka sendiri.2. Childrens source monitoring. Source monitoring adalah suatu proses yang mencoba

memutuskan apakah memori atau kepercayaan yang kita miliki nyata atau hanya khayalan kita. Ada tiga kelompok anak yang diteliti oleh Foley dan Ratner (1998) kelompok pertama diperintahkan untuk melakukan aktifitas fisik yang spesifk (contohnya: terbang seperti pesawat). Kelompok kedua diperintahkan untuk berimajinasi merasakan bagaimana rasanya jika mereka melakukan suatu aktifitas fisik (contoh: berimajinasi tentang bagaimana jika mereka terbang keliling ruangan seperti pesawat). Kelompok ketiga diperintahkan untuk membayangkan jika mereka sedang melakukan suatu aktifitas fisik (contoh: membayangkan dirinya sedang berkeliling ruangan terbang seperti pesawat). Ketika anak-anak benar-benar sedang melakukan suatu kegiatan (kelompok satu) mereka jarang mengatakan bahwa mereka sedang berkhayal mengenai kegiatan tersebut. Sedangkan ketika anak-anak sedang berimajinasi tentang kegiatan tersebut (kelompok dua) mereka sering kali mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut, bukan berimajinasi melakukan hal tersebut. Bias ini khusunya terjadi pada anak-anak di kelompok dua. Penelitian lain juga menunjukan biasanya anak-anak akan mengingat kembali suatu tugas yang sebelumnya telah dilakukan bersama-sama olehnya dan orang lain (Foley, Ratner & House, 2002; Ratner et al., 2002)3. Childrens Eyewitness Testimony. Dalam ketiga hal, yaitu kemampuan working memory,

long-term memory, dan strategi memori, kinerja anak-anak muda lebih rendah jika dibandingkan dengan kinerja orang dewasa. Ketiga kemampuan tersebut berkaitan dengan kognisi dan berpengaruh terhadap keakuratan dari kesaksian yang diberikan oleh

8

anak-anak. Anak-anak dengan usia yang lebih besar lebih akurat dalam memberikan kesaksian daripada anak-anak yang masih kecil. Persidangan yang terjadi dalam kehidupan nyata menginspirasi Michelle Leichtman dan Stephen Ceci (1995) untuk melakukan suatu eksperimen. Dalam suatu kasus pengadilan, seorang gadis berusia 9 tahun menjadi saksi mata dan memberikan kesaksian. Ada kemungkinan bahwa stereotip dan saran yang diberikan kepada gadis itu dapat mempengaruhi kesaksian yang ia berikan. Leichtman dan Ceci mencoba mempelajari kedua faktor tersebut. Leichtman dan Ceci menguji anak-anak usia pra sekolah dan menugaskan setiap anak untuk berada pada salah satu dari empat kondisi. Dalam kondisi kontrol (control condition), orang asing bernama Sam Stone mengunjungi kelas, berjalan-jalan di dalam kelas, dan memberikan beberapa komentar sekitar 2 menit. Dalam kondisi stereotip (stereotype condition), seorang asisten peneliti menyajikan satu cerita setiap minggu untuk anak-anak selama tiga minggu sebelum Sam Stone datang berkunjung. Setiap cerita menekankan bahwa Sam orang yang baik, tetapi ia sangat canggung dan kikuk. Dalam suggestion condition, anak-anak tidak memperoleh informasi mengenai Sam Stone sebelum ia datang berkunjung. Namun, selama wawancara setelah kunjungan Sam Stone, pewawancara memberikan dua informasi yang salah, yaitu bahwa Sam telah merobek sebuah buku dan ia juga telah menumpahkan minuman coklat pada boneka beruang putih. Akhirnya, anakanak yang berada dalam stereotype condition dan suggestion condition terpengaruh oleh informasi yang mereka dapat sebelum kunjungan Sam dan informasi yang diberikan sesudah kunjungan Sam. Sepuluh minggu setelah kunjungan Sam, pewawancara baru yang belum pernah ditemui oleh anak-anak, bertanya mengenai apa yang telah Sam lakukan selama kunjungannya. Tak lupa, anak-anak ditanya apakah mereka benar-benar melihat Sam merobek-robek buku dan menumpahkan minuman pada boneka beruang. Anak-anak dalam kelompok kontrol menjawab dengan akurat. Hanya 5% dari anak-anak muda dan tidak ada anak yang lebih tua yang menyatakan kalau mereka telah9

menyaksikan bahwa Sam benar-benar merobek buku dan menumpahkan minuman. Dengan kata lain, anak-anak dapat memberikan kesaksian secara tepat jika mereka tidak menerima informasi yang menyesatkan, baik sebelum atau setelah kejadian yang ditanyakan terjadi. Hal yang mengkhawatirkan adalah sejumlah anak-anak bisa mengatakan kalau mereka benar-benar menyaksikan suatu kejadian karena telah ada stereotip yang diberikan sebelumnya. Selain itu, anak-anak juga biasanya mengatakan kalau mereka benar-benar menyaksikan suatu kejadian apabila mereka menerima informasi yang tidak akurat setelah kejadian tersebut. Penelitian lain mengemukakan bahwa keakuratan dari kesaksian yang diberikan anak-anak dipengaruhi oleh usia anak, stereotip, dan informasi yang menyesatkan (Melnyk et al., 2007; Memon et al., 2006; Roeberts et al., 2004; Roebers et al., 2005). Faktor sosial juga turut berpengaruh. Sebagai contoh, anak-anak dapat membuat kesalahan ketika pewawancara bertanya dengan nada yang sangat emosional atau ketika pewawancara bertanya dengan menggunakan bahasa yang kompleks (Bruck & Ceci, 1999; Imhoff & Baker-Ward, 1999; Melnyk et al., 2007). Sebagai informasi tambahan, anak-anak sangat enggan untuk mengatakan Saya tidak tahu ketika orang dewasa bertanya. Selain itu, anak-anak cenderung mengubah pernyataan mereka jika seseorang mendesak mereka dan kecenderungan ini lebih kuat terjadi pada usia 5 dan 6 tahun daripada usia 9 dan 10 tahun (Zajac & Hayne, 2006). Childrens Memory Strategies Sejauh ini, penjelasan mengenai memori anak-anak menunjukkan bahwa anak-anak muda menggunakan cara yang hampir sama dengan orang dewasa dalam mengenali objek. Namun, anak-anak jauh kurang akurat dibandingkan orang dewasa dalam hal mengingat dan melakukan source monitoring. Orang dewasa memiliki keuntungan, yaitu ketika mereka ingin mengingat sesuatu yang harus diingat di kemudian hari, mereka sering menggunakan strategi memori. Satu alasan penting mengapa anak-anak kurang bisa mengingat secara akurat adalah karena mereka tidak dapat menggunakan strategi memori secara efektif.

10

Strategi memori (memory strategies) merupakan cara yang digunakan untuk meningkatkan ingatan kita. Anak-anak yang masih muda mungkin tidak menyadari bahwa strategi tersebut dapat membantu sehingga mereka tidak menggunakan strategi yang efektif untuk memperbaiki ingatan mereka. Hal itu disebut sebagai utilization deficiency. Anak yang lebih tua biasanya menyadari bahwa strategi tersebut cukup membantu. Mereka memilih strategi dengan berhati-hati dan konsisten. Anak-anak yang lebih tua juga sering menggunakan berbagai strategi ketika mereka mempelajari beberapa item dan mereka terus mempelajari bagaimana mereka menggunakan strategi ini sehingga anak-anak yang lebih tua dapat mengingat item dengan cukup akurat. Terdapat tiga jenis strategi memori yang biasa digunakan, yaitu pengulangan (rehearsal), pengelompokkan (organization), dan pembayangan (imagery).1. Rehearsal, biasanya dilakukan dengan cara mengulang-ulang item yang ingin diingat.

Rehearsal bukan sebuah strategi yang efektif, tetapi cukup berguna untuk memelihara item dalam working memory. Penelitian menunjukkan bahwa anak usia 4 dan 5 tahun tidak secara spontan melakukan pengulangan terhadap item yang ingin mereka ingat. Namun, anak usia 7 tahun sudah menggunakan strategi latihan dengan cara diam-diam melatih beberapa kata bersama-sama. Anak-anak yang masih muda sebenarnya memperoleh manfaat dari strategi pengulangan ini, meskipun mereka tidak menggunakan strategi ini secara spontan. Akan tetapi, mereka sering gagal menyadari bahwa mereka bisa meningkatkan kinerja memori mereka dengan menggunakan strategi ini.2. Organizational strategies, merupakan pengkategorisasian dan pengelompokkan, yang

sering digunakan dan membantu orang dewasa. Akan tetapi, banyak anak-anak yang tidak secara spontan mengelompokkan beberapa item ke dalam kelompok yang sama untuk membantu menghafal. Sebuah demonstrasi didasarkan pada studi klasik yang dilakukan oleh Moely dan rekanrekannya (1969), di mana anak-anak mempelajari gambar-gambar dari empat kategori, yaitu hewan, pakaian, perabotan, dan kendaraan. Selama 2 menit, mereka diberitahu bahwa mereka bisa mengatur ulang gambar dalam urutan apapun yang mereka inginkan.11

Anak-anak muda jarang memindahkan gambar di samping gambar serupa lainnya, tetapi anak-anak yang lebih tua sering membagi gambar-gambar tersebut ke dalam kategori. Anak-anak yang menggunakan strategi ini melihat bahwa organizational strategies ini berguna dan dapat membantu meningkatkan ingatan mereka.

3. Imagery, adalah cara yang sangat berguna untuk meningkatkan memori pada orang

dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak usia 6 tahun dapat dilatih untuk menggunakan visual imagery secara spontan. Pada kenyataannya, penggunaan imagery secara spontan tidak berkembang sampai remaja, bahkan kebanyakan mahasiswa tidak menggunakan strategi ini dengan cukup baik.

Anak prasekolah tidak menggunakan strategi memori dengan hati-hati dan konsisten. Anak-anak jarang menghargai bahwa mereka perlu menggunakan strategi memori. Namun, sebagai anak-anak, mereka tetap mengembangkan dan belajar bagaimana menggunakan strategi memori seperti pengulangan, pengelompokkan, dan pembayangan. In Depth Memory in Elderly People Stereotype yang dimiliki oleh sebagian besar orang mengenai orang orang usia lanjut adalah bahwa orang - orang usia lanjut merupakan orang yang menyenangkan, namun terkadang mereka pelupa dan kurang kompeten dalam hal kognisi. Contohnya, seorang wanita usia lanjut yang membuatkan masakan (salad) pada tamunya. Saladnya sangatlah lezat, hanya saja wanita tersebut ternyata telah salah membubuhkan pemutih dan bukan cuka sebagai bumbu saladnya. Kesalahan yang dilakukan oleh wanita usia lanjut tersebut mengimplikasikan adanya kelemahan memori dan penurunan kecerdasan umum pada orang orang usia lajut. Budaya di Amerika Utara cenderung mempercayai orang orang usia lanjut sebagai seseorang yang telah mengalami banyak penurunan fungsi kognisi. Suatu perilaku dapat dikatakan sebagai suatu perilaku humoris pada kaum muda, sedangkan pada orang orang usia lanjut, perilaku humor dapat dikatakan sebagai suatu ketidakcakapan. Stereotype yang12

mengatakan bahwa orang orang yang lebih tua adalah pelupa, memiliki pengaruh yang penting, karena stereotype tersebut dapat membuat orang orang usia tua menjadi kurang percaya pada kemampuannya, sehingga mengakibatkan mereka hanya mampu mengingat sedikit informasi. Working Memory in Elderly People Dalam kasus working memory, faktor seperti sifat yang dimiliki tugas dapat menjelaskan apakah kita dapat menemukan persamaan atau perbedaan usia (Craik, 2006). Pada umumnya, kita akan menemukan persamaan usia ketika tugas yang diberikan merupakan tugas yang penjelasannya langsung pada inti permasalahan dan hanya membutuhkan penyimpanan yang sederhana. Sebaliknya, kita akan menemukan perbedaan usia ketika tugas yang diberikan merupakan tugas yang rumit dan membutuhkan pemanipulasian informasi. Jadi, seiring dengan bertambahnya usia yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognisi pada orang orang usia lanjut, ternyata hal itu juga dapat menyebabkan penurunan pada working memory orang orang usia lanjut. Contoh bagi sifat kompleks dari working memory dapat kita temukan pada penelitian yang dilakukan oleh Stine dan teman sejawatnya pada tahun 1989, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris yang dimiliki partisipan. Ketika kalimat memiliki susunan yang normal dan diucapkan dengan kecepatan normal pula, partisipan yang lebih muda dan yang lebih tua menunjukkan persamaan kemampuan. Sebaliknya, ketika kata dari suatu kalimat disusun secara acak dan disucapkan dengan kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan normal, partisipan yang lebih muda mampu me-recall informasi dua kali lebih banyak daripada yang dapat dilakukan oleh partisipan yang lebih tua. Yang harus diingat adalah bahwa orang orang usia lanjut mampu mengerjakan tugas dengan baik, ketika tugas tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari harinya. Long-term Memory in Elderly People Pada dasarnya dalam mengetahui pengaruh usia terhadap perbedaan kemampuan memory, namun hanya pada tugas yang lebih kompleks. Untuk itu, dalam melihat pengaruh usia pada perbedaan kemampuan long-term memory, terdapat 4 topik yang dapat menjelaskan fenomena tersebut, diantaranya:13

1. Prospective Memory Pada chapter 6 dijelaskan bahwa prospective memory merupakan kemampuan mengingat hal hal yang hendak dilakukan dikemudian waktu atau dengan kata lain kemampuan mengingat hal hal yang telah direncanakan untuk dilakukan. Apabila dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, orang dewasa tua lebih sering membuat kesalahan saat mengerjakan tugas prospective memory. Hal ini memang masuk diakal, karena prospective memory sangatlah tergantung pada working memory seseorang telah kita ketahui bahwa orang yang lebih tua cenderung mengalami penurunan pada kemampuan working memory-nya. Namun, orang yang lebih tua akan mampu mengerjakan suatu tugas dengan lebih akurat ketika tugas tersebut memiliki isyarat isyarat lingkungan. Contohnya adalah saat partisipan yang masih muda dan yang sudah berusia lanjut terlibat dalam tugas belanja, keduanya diperlihatkan sebuah daftar berisi barang barang yang harus dibelanjakan. Ketika kedua kelompok partisipan melihat papan iklan suatu restoran cepat saji, keduanya mengira bahwa yang harusnya dibeli adalah hamburger dan cenderung lupa dengan barang barang yang ada di daftar belanja. Pada kasus ini, partisipan yang lebih muda berhasil melengkapi atau berhasil membeli lebih banyak barang yang ada dalam daftar. Hal ini menunjukkan bahwa orang orang usia lanjut lebih mudah terganggu ingatannya (ingatan pada daftar barang yang harus dibelanjakan) daripada ingatan orang orang yang lebih muda. 2. Implicit Memory Pada chapter 5, dijelaskan mengenai perbedaan antara tugas memory secara implicit dan explicit. Tugas memory secara eksplisit adalah ketika seseorang diinstruksikan untuk mengingat suatu informasi yang telah mereka pelajari sebelumnya (contohnya, me-rekognisi atau me-recall suatu informasi). Sedangkan, tugas memory secara implicit adalah ketika partisipan diperintahkan untuk melakukan tugas perceptual dan kognisi (contohnya, tugas melengkapi penggalan penggalan kata); pengalaman masa lampau mengenai materi dapat memfasilitasi performa mereka pada tugas tertentu. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Light dan koleganya pada tahun 1995 untuk14

mengukur implicit memory pada banyaknya waktu yang digunakan oleh partisipan dalam membaca rangkaian surat yang lazim dan kurang lazim. Seseorang akan menunjukkan kemampuan implicit memory-nya ketika ia mampu membaca rangakaian cerita yang lazim dengan lebih cepat daripada membaca rangkaian cerita yang kurang lazim. Pada tugas implicit memory ini, orang dewasa yang berusia antara 64 dan 78 tahun, menunjukkan kemampuan yang sama dengan orang dewasa yang berusia antara 18 dan 24. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan orang dewasa muda dan orang dewasa yang berusia lanjut sama pada tugas implicit memory. 3. Explicit Recognition Memory Pada tugas memori dalam merekognisi suatu informasi secara eksplisit, orang muda dan orang orang usia lanjut menunjukkan kemampuan yang hampir sama. 4. Explicit Recall Memory Sejauh ini, yang telah kita diskusikan mengenai long-term memory adalah bahwa orang orang usia lanjut mengalami kesulitan pada tugas yang melibatkan prospective memory, tapi mereka menunjukkan kemampuan yang baik pada tugas long-term memory lainnya, yakni pada tugas yang melibatkan implicit dan explicit recognition memory. Selanjutnya akan dibahas mengenai explicit recall memory, yakni kemampuan memori yang secara perlahan mengalami penurunan pada usia lanjut, sehingga perbedaan usia menjadi lebih terlihat. Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah suatu riset. Hasil dari sebuah riset mengatakan bahwa orang yang lebih tua lebih banyak melakukan kesalahan dalam me-recall nama, detail dari suatu peristiwa sejarah, dan mengingat suatu sejarah. Bagaimanapun juga, orang orang usia lanjut menunjukkan kemampuan yang berbeda beda pada tugas long term memory recall. Contohnya, orang dengan kemampuan verbal yang rendah dan tingkat pendidikan yang juga rendah, menunjukkan penurunan pada tugas me-recall seiring dengan proses penuaan. Berbeda dengan orang usia lanjut yang memiliki kemampuan verbal dan tingkat pendidikan yang tinggi, karena di usianya yang sudah lanjut mereka masih mampu menunjukkan performa yang baik, hal15

ini menunjukkan bahwa tidak selamanya proses penuaan dapat mengakibatkan penurunan pada fungsi memory tertentu. Lynn Hasher dan koleganya telah menyelidiki variabel lain, yakni variabel waktu. Hasil dari penelitian Lynn adalah bahwa orang yang lebih tua akan mengerjakan suatu tugas dengan lebih baik, ketika ia menjalaninya di pagi hari. Sedangkan, apabila ia dites pada siang hari, ia akan cenderung lebih banyak melakukan kesalahan. Intinya, orang yang lebih muda akan memiliki kinerja memory yang baik pada siang hari dan orang yang lebih tua akan memiliki kinerja memory yang lebih baik pada pagi hari. Penurunan kemampuan memory merupakan suatu hal yang tidak universal pada orang orang usia lanjut, atau dengan kata lain, tidak semua orang orang berusia lanjut akan mengalami penurunan memory. Faktanya, Zacks dan Hasher pada tahun 2006, menutup bahasan mereka mengenai penuaan dan long-term memory dengan kalimat berikut: Secara keseluruhan, penemuan terbaru ini mengusulkan bahwa kita terkadang terlalu meremehkan kemampuan memory dari orang dewasa yang lebih tua. Explanations for Age Differences in Memory. Pola hasil yang kompleks memerlukan penjelasan yang kompleks juga. Selain itu, kita harus menekankan bahwa kita mencari penjelasan atas perubahan memori yang menyertai penuaan normal, gangguan seperti penyakit Alzheimer membutuhkan penjelasan yang berbeda. Pengambilan memori eksplisit kemungkinan menunjukkan sebuah defisit. Dari

perspektif neuroscience, ini masuk akal, karena pemulihan eksplisit tergantung pada jaringan kompleks yang banyak pada struktur otak yang berbeda, termasuk daerah frontal dan parietal korteks dan struktur subkortikal dalam manusia. Karena bagian otak harus bekerja sama, pengambilan memori eksplisit dapat terganggu jika salah satu komponen dari jaringan tidak berfungsi dengan baik. Sampai saat ini, belum jelas bagaimana perubahan biologis di otak benar-benar sesuai dengan proses psikologis.1. Inneffective use of memory strategies and metamemory. Seperti yang dijelaskan nanti

dalam bab ini, perbedaan usia Metamemory tidak cukup konsisten untuk menjelaskan16

perbedaan kinerja memori. Orang tua berbeda dari hasil dengan anak-anak. Catatan sebelum masalah memori anak mungkin akan kembali ke defisit pada strategi memori, dan keterampilan Metamemory dari anak-anak tidak berkembang dengan baik. Sebaliknya, orang dewasa mirip dengan dewasa muda dalam menggunakan strategi dan Metamemory.

2. The contextual-cues hypothesis. Orang dewasa muda relatif terampil dalam mengingat

isyarat kontekstual, sebagai contoh, di mana mereka dan tanggal berapa ketika mereka mendengar cerita tertentu. Sebaliknya, orang dewasa yang lebih tua ingat petunjuk kontekstual lebih sedikit. Oleh karena itu, orang dewasa yang lebih tua harus bergantung pada proses, namun proses yang disengaja untuk mengambil suatu informasi, dan tugas eksplisit pemulihan lebih sulit bagi mereka.3. Reduced processing resources and processing speed. Penjelasan pertama untuk

pengurangan sumber daya pengolahan adalah bahwa memori bekerja berkurang pada orang tua. Penjelasan kedua adalah bahwa pengolahan berkurang tua sering mengalami penurunan kognitif, atau tingkat lebih lambat merespon pada tugas-tugas kognitif.

THE LIFESPAN DEVELOPMENT OF METACOGNITION Seperti yang telah kita pelajari pada Chapter 6, metacognition merupakan pengetahuan kita mengenai proses kognitif kita atau pemikiran kita mengenai berpikir. Dua jenis metakognisi yang penting, yaitu metamemory (misalnya, menyadari bahwa kita perlu untuk menggunakan strategi dalam mengingat nama seseorang) dan metacomprehension (misalnya, mencoba untuk memutuskan apakah kita mengerti mengenai definisi dari metacognition. Metacognition in Children Penelitian mengenai metacognition pada anak sudah berkembang selama 30 tahun. Faktanya, penelitian mayor pertama mengenai metacognition lebih berfokus pada anak daripada17

pada mahasiswa (Flavell, 1971). Menurut Flavell, anak kecil memiliki metacognition yang terbatas; mereka jarang memonitor memori mereka, bahasa, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan (Flavell, 1979). Penelitian terbaru mengenai metacognition anak lebih banyak berfokus pada topik yang dinamakan theory of mind atau pemikiran anak mengenai bagaimana pikiran mereka bekerja dan mengenai keyakinan mereka tentang pemikiran orang lain. Dalam bahasan berikutnya, kita akan berfokus pada beberapa komponen dalam metacognition anak, seperti metamemory dan metacomprehension. Children's Metamemory : How Memory Works Komponen penting dalam metamemory adalah pengetahuan kita mengenai bagaimana memori bekerja. Anak yang berusia tiga atau empat tahun mengetahui bahwa satu set gambar kecil dapat diingat dengan lebih baik daripada satu set gambar yang besar. Namun, anak seringkali memiliki pemikiran yang sederhana mengenai bagaimana memori mereka bekerja. Misalnya, anak yang berusia tujuh tahun belum menyadari bahwa kata- kata akan lebih mudah diingat ketika dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya daripada dipilih secara acak. Jika anak tidak tahu bagaimana memori mereka bekerja, mereka tidak akan tahu bagaimana merencanakan strategi belajar yang efektif.

Children's Metamemory : Realizing the Necessity of Effort Komponen penting lainnya dalam metamemory adalah kesadaran bahwa jika kita benar benar ingin mengingat sesuatu, kita harus membuat suatu usaha. Mereka bahkan lebih memungkinkan daripada orang dewasa untuk terus mempelajari informasi yang telah mereka ketahui. Mereka biasanya melaporkan kepada eksperimenter bahwa mereka mengingat daftar dengan memuaskan, namun mereka hanya mampu me-recall sedikit pada saat tes. Children's Metamemory : Accuracy of Prediction Biasanya, anak kecil optimis namun tidak realistik dalam memperkirakan kinerja memori mereka. Sebaliknya, anak yang lebih besar, remaja, dan orang dewasa cukup akurat. Sebuah18

penelitian yang dilakukan oleh Yussen dan Levy pada tahun 1975 mempelajari anak preschool (rata ratanya 4.6 tahun), anak kelas 3 (rata ratanya 8.9 tahun), dan mahasiswa (rata ratanya 20,2 tahun). Setiap orang pertama kali diminta untuk memperhitungkan jumlah dari nama gambar yang mereka akan mampu untuk me-recall dalam urutan yang benar. Pertanyaan tersebut menghitung metamemory karena pertanyaan tersebut meminta orang untuk berpikir mengenai kemampuan memori mereka. Kemudian, Yussen dan Levy menghitung memory span semua orang dalam tugas ini. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa anak anak preschool optimis ketika memperhitungkan memori mereka. Namun, optimisme ini mungkin mendorong perasaan aman yang salah. Mereka mungkin tidak percaya bahwa mereka perlu untuk mengeluarkan usaha atau menggunakan beberapa strategi untuk mengingat materi. Namun, sebagai anak yang tumbuh dan berkembang, perkiraan mereka akan menjadi lebih sederhana, sementara memory spans mereka akan terus meningkat. Sementara itu, mahasiswa cukup realistik dalam memperkirakan memory span mereka. Children's Metamemory : The Relationship between Metamemory and Memory Performance Terdapat beberapa pengamatan yang berhubungan dengan memori pada anak, yaitu 1) memori mereka salah, mereka tidak menyadari bahwa mereka perlu untuk berusaha dalam mengingat dan mereka tidak menyadari seberapa kecilnya mereka mampu mengingat, 2) mereka tidak menggunakan memory strategies secara spontan, dan 3) relatif pada beberapa anak, kinerja mereka buruk. Hubungan kausal dari ketiga pengamatan di atas adalah sebagai berikut. Metamemory penggunaan strategi kinerja memori

Menurut argumen tersebut, ketika anak memiliki metamemory yang buruk, mereka tidak akan sadar bahwa mereka harus menggunakan strategi untuk mengingat materi. Jika mereka tidak menggunakan strategi, maka kinerja memori mereka akan buruk. Terdapat beberapa bukti bahwa metamemory berhubungan dengan penggunaan strategi. Misalnya, anak dengan kemampuan metacognitive yang lebih baik akan lebih memungkinkan untuk melaporkan19

penggunaan memory strategies. Mereka juga lebih memungkinkan untuk menggunakan strategi tersebut dengan lebih efektif. Jadi, metamemory berhubungan dengan penggunaan strategi dan penggunaan strategi berhubungan dengan kinerja memori. Children's Metacomprehension Metacomprehension merupakan pemikiran kita mengenai pemahaman bahasa. Selama tugas metacomprehension, kita memperkirakan apakah kita memahami sesuatu yang kita baca atau yang dibicarakan oleh orang lain kepada kita. Metacomprehension juga termasuk pengetahuan kita dan pemikiran mengenai pemahaman. Sebagai anak yang tumbuh dan berkembang, anak anak menjadi semakin terampil dalam memerhatikan ketika sebuah paragraf tersebut sulit untuk dipahami. Anak anak secara bertahap mempelajari beberapa komponen penting dalam metacomprehension. Metamemory in Elderly People Penelitian mengenai metakognisi orang paruh baya terbatas pada topik metamemori. Berikut tiga komponen metamemori yang sesuai dengan orang paruh baya.1. Beliefs about memory. Orang dewasa muda dan dewasa tua berbagi kepercayaan yang

sama mengenai properti-properti dari tugas memori. Kedua kelompok usia tersebut memiliki pengetahuan fundamental yang sama tentang bagaimana memori bekerja, strategi yang paling efektif, dan materi yang akan diingat.2. Memory monitoring. Dalam beberapa tugas, orang dewasa muda dan dewasa tua

memiliki kemampuan yang sama dalam memonitor performa memori mereka. Misalnya saja dalam memprediksi item yang akan diingat atau memutuskan materimateri yang sulit. Kedua kelompok usia ini juga memiliki performa yang baik dalam keakuratan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang umum. Namun, orang di kelomppok usia dewasa tua cenderung terlalu percaya diri dalam beberapa tugas memori.3. Awareness of memory problem. Orang-orang paruh baya cenderung memiliki masalah

mengenai tugas recall, seperti mengingat nama atau nomor telepon. Mereka juga cenderung mengatakan bahwa kekurangan memori mereka meningkat seiring usia.20

Permasalahan tersebut menimbulkan stereotip mengenai memori orang paruh baya dan mendorong mereka untuk berpikir bahwa kekurangan memori mereka akan dating dengan sendirinya. Sebagai akibatnya, mereka tidak mencoba mengembangkan strategi memori. Namun sebaliknya, beberapa orang paruh baya memiliki memory self-efficacy yang tinggi. Memory self-efficacy adalah kepercayaan mereka mengenai potensi dalam menunjukkan performa yang baik dalam tugas memori. Biasanya, orang paruh baya yang memiliki memory self-efficacy yang tinggi akan menunjukkan performa yang baik dalam tugas memori.

THE DEVELOPMENT OF LANGUAGE Dalam periode dua sampai tiga tahun, semua anak-anak normal mengalami perkembangan dari pengucapan satu kata menuju wacana yang kompleks. Pada kenyataannya, anak usia 5 tahun dapat memproduksi kalimat mirip dengan apa yang diucapkan oleh orang dewasa. Rata-rata anak berusia 6 tahun dapat memproduksi 10000-14000 kata. Untuk menerima keahlian ini anak-anak harus belajar kira-kira 7 kata setiap hari di setiap waktunya semenjak mereka mulai bicara dan sampai ulang tahunnya yang keenam. Anak-anak mengkombinasikan kata-kata ke dalam frasa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Language in Infants Speech Perception in Infancy Untuk memperoleh bahasa, bayi harus bisa membedakan antar fonem, atau unit suara terkecil pada bahasa. Namun, kemampuan untuk membuat perbedaan hanyalah setengah dari perjuangan; bayi juga harus dapat mengelompokkan suara-suara yang sama secara fonetis. Misalnya, pengenalan bahasa membutuhkan kemampuan untuk mengenali bahwa suara b dan p berbeda satu sama lain, suara b yang diucapkan dengan suara bass, di tengah kata, adalah sama dengan suara b yang diucapkan dengan suara sopran, di akhir kata. Lebih dari 30 tahun penelitian telah menunjukkan bahwa persepsi bahasa pada bayi merupakan sesuatu yang mengherankan. Bayi dapat mempersepsikan hampir semua perbedaan21

ucapan yang digunakan dalam bahasa, baik pada saat lahir atau beberapa minggu pertama kehidupan. Mereka juga dapat mengenali kesamaan, tahap awal yang penting dalam pemahaman bahasa. Kemampuan bayi sangat kondusif untuk belajar bahasa. Peter Eimas dan asistennya (1971) merupakan salah satu yang pertama kali menemukan kapasitas untuk mempersepsi bahasa pada bayi. Mereka menggunakan metode yang bernama nonnutritive sucking di mana bayi menghisap puting susu untuk menghasilkan suara tertentu. Air susunya tidak ada, tapi mereka tetap menghisap minimal dua kali setiap detik untuk mempertahankan suara. Namun, mereka secara bertahap menunjukkan habituation, terjadi ketika stimulus sering diperlihatkan, dan menurunkan tingkat respon. Mungkin karena suaranya terlalu membosankan, tidak sebanding dengan kerja keras mereka yang sering menghisap. Eimas dan rekan-rekannya memperlihatkan suara spesifik pada bayi 1 4 bulan dalam penelitiannya. Setelah bayi mengalami habituasi pada suara pertama, peneliti memberikan suara kedua. Misalnya, bayi yang telah memperlihatkan habituasi pada suara bah tiba-tiba diberikan suara yang sama yaitu pah. Bayi-bayi tersebut tidak memperlihatkan habituasinya. Ketika pah diberikan, mereka tiba-tiba mulai menghisap sekali lagi dengan semangat. Berlawanan dengan, grup bayi yang berbeda memperlihatkan habituasi ketika mereka terus mendengar suara bah; tingkat respon mereka mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian lain mengenai persepsi bahasa, bayi 4 bulan merespon relatif cepat pada bahasa aslinya, dengan memutar kepala mereka ke arah pengeras suara. Sebaliknya, mereka merespon lebih lambat pada bahasa asing. Kemudian, bayi yang berusia 8 bulan dapat memahami batas kata (word boundaries) yang terpisah pada masing-masing pasangan kata secara berurutan. Language Comprehension in Infancy Kemampuan pemahaman bayi dalam bermacam-macam area:1. Recognizing important words. Bayi yang berusia 4 dan 5 bulan telah dapat mengingat

pola suara nama mereka sendiri. Secara spesifik, Mandel dan rekan-rekannya (1995) menemukan bahwa bayi lebih senang mengalihkan kepalanya untuk melihat lokasi di mana nama mereka dibicarakan. Berlawanan dengan, mereka jarang mengalihkan22

kepalanya ketika nama berbeda dibicarakan dengan panjang dan penekanan suku kata yang sama. Bayi muda juga mengerti beberapa pilihan kata. Misalnya, Tincoff dan Jusczyk (1999) memperlihatkan bayi 6 bulan dua video yang ditempatkan saling berdekatan satu sama lain. satu video memperlihatkan ibu sang bayi, dan video lainnya memperlihatkan ayah sang bayi. Sementara itu, penelitian menunjukkan kata mama atau kata papa. Ketika kata mama diberikan, bayi melihat lebih lama video ibunya; ketika kata papa diberikan, mereka melihat lebih lama video ayahnya. Konsep bayi tidak digeneralisasikan pada orang dewasa lainnya. Pada studi kedua, peneliti menggunakan video laki-laki dan perempuan lain. Bayi tidak memperlihatkan preferensi untuk melihat gender asing yang tepat ketika mendengar mama dan papa.2. Appreciating semantic concepts. Jean Mandler dan rekan-rekannnya memperlihatkan

bahwa bayi memiliki konsep yang lebih canggih tentang suatu objek dibandingkan dengan yang kita perkirakan. Misalnya, bayi berusia 9 bulan sudah dapat membedakan mainan burung dan mainan pesawat terbang yang secara visual sama. Mereka juga dapat membedakan antara objek yang animated dan inanimated. Pada penelitian lain, McDonough dan Mandler (1998) memperlihatkan bayi berusia 9 bulan, anjing yang minum dari gelas dan mobil yang ditunggangi boneka. Peneliti kemudian peneliti memberikan beberapa obyek baru dari dua kategori pada bayi tersebut seperti kucing dan trenggiling untuk kategori hewan; truk dan forklift untuk kategori kendaraan. Bayi menunjukkan pola imitasi yang sesuai untuk objek baru, bahkan yang relatif asing. Yaitu mereka menunjukkan trenggiling yang minum dan forklift memberikan tumpangan pada boneka. Bayi memiliki kemampuan untuk menggeneralisasikan kategori seperti hewan atau kendaraan.3. Discriminating

between grammatical words and meaning words. Bayi dapat

membedakan antara banyaknya kategori kata-kata yang abstrak. Secara spesifik, bayi 6 bulan lebih senang mendengarkan kata benda dan kaya kerja yang menyampaikan makna (seperti mommy, bermain, dan memasak), daripada kata-kata yang memberikan fungsi gramatikal (seperti ini, itu, dsb).23

4. Understanding the correspondence between sound and sight. Bayi juga memahami

komponen lain dari pemahaman bahasa: nada emosional dalam mengucapkan bahasa. Misalnya, Walker-Andrews (1986) memutarkan rekaman suara senang dan suara marah pada bayi berusia 7 bulan. Sementara itu, bayi melihat sepasang film satu pembicara merasa senang dan satu pembicara merasa marah diperlihatkan berdampingan. Bagian mulut ditutup sehingga bayi tidak dapat mengandalkan gerakan bibir untuk mencocokkan suara dengan film. Akibatnya, bayi harus mencari isyarat-isyarat emsional pada pipi dan mata pembicara,. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika bayi mendengar suara orang yang senang, ia cenderung menonton dengan wajah yang senang; sedangkan ketika bayi mendengar suara orang yang marah, ia cenderung menonton dengan wajah yang marah. Bayi dapat memahami bahwa ekspresi wajah harus sesuai dengan intonasi vokal. Language Production in Infancy Vokalisasi awal pada bayi melalui serangkaian tahapan. Bayi sekitar usia 2 bulan memulai untuk cooing, yaitu suara yang berisi huruf vokal seperti 'oo'. Ketika bayi berusia sekitar 6 bulan, suara yang mereka keluarkan berkembang menjadi babbling, yaitu vokalisasi yang sudah menggunakan huruf konsonan dan vokal yang diulang-ulang seperti 'dadada'. Sekitar usia 10 bulan, vokalisasi mulai terdengar seperti bahasa asli bayi. Pengamatan ini bertepatan dengan penurunan kemampuan bayi untuk membedakan antara fonem yang tidak relevan dalam bahasa asli mereka. Bayi yang tuli pun juga memulai kode bahasa dengan 'babble' menggunakan tangan mereka, memproduksi tindakan sistematis yang memiliki arti yang tidak ditemukan di anak-anak yang dapat mendengar. Upaya pertama dalam komunikasi yang dilakukan dengan sengaja muncul pada usia 8 bulan, ketika bayi mulai untun melakukan tindakan untuk menarik perhatian dari orang lain. Mungkin dengan menunjuk sesuatu atau dengan mengulang-ulang tindakan seperti tepuk tangan. Adult's Language to Infants Bayi belajar bahasa dengan cepat karena kemampuan pendengaran, kapasitas memori, dan penyerapan bahasa mereka. Bayi menerima bantuan paling besar melalui orang tua dan orang dewasa lainnya. Orang dewasa yang merawat anak cenderung membuat bahasa yabg simpel dengan menyesuaikan bahasa mereka ketika berbicara dengan anak. Istilah bahasa yang24

digunakan ketika berbicara dengan anak adalah child-directed speech. Child-directed speech menggunakan pengulangan, kosa kata dan sintaks yang simpel, fokus pada yang terjadi disini dan sekarang, pengucapan yang jelas, pengucapan yang lambat, pitch yang tinggi, perubahan pitch secara berlebihan, dan ekspresi wajah yang berlebihan. Istilah ini sebelumnya diberi nama motherese. Tetapi istilah ini mengabaikan kenyataan bahwa para ayah, orang dewasa lainnya, dan anak yang lebih tua juga menggunakan 'motherese' dalam berbicara kepada bayi dan anak kecil. Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa menggunakan cara bahasa yang berbeda ketika berbicara dengan bayi atau anak kecil dan dengan orang yang lebih tua. Child-directed speech membantu anak mengerti arti dan struktur bahasa. Ibu yang mengalami depresi psikologis tidak menggunakan seluruh cara dalam child-directed speech, seperti perubahan pitch yang berlebihan. Bayi dari ibu yang mengalami depresi mungkin akan mendapatkan sedikit kesempatan dalam mempelajari bahasa, kecuali ada pengasuh lain yang dapat menyediakan child-directed speech.

Language in Children Words Meskipun anak umumnya memproduksi kata pertama mereka ketika mereka berusia sekitar satu tahun, banyaknya kosa kata pada usia satu tahun berkisar antara 0 sampai 50 kata. Kata pertama pada anak biasanya menunjukkan orang-orang, objek, dan aktivitas mereka. Produksi kata meningkat secara cepat. Pada usia 20 bulan, mereka dapat memproduksi sekitar 180 kata. Ketika usia 28 bulan, meningkat menjadi sekitar 380 kata. Pertumbuhan bahasa pada anak akan semakin cepat jika pengasuh sering membacakan dan mengajak berbicara mengenai aktivitas yang mereka lakukan bersama anak. Pemahaman bahasa pada anak juga meningkat secara cepat. Contohnya, ketika mereka mendengar suatu kata, mereka dapat secara cepat mengarahkan atensi mereka pada objek yang25

sesuai. Anak juga belajar mengenai makna beberapa kata dari mendengarkan pembicaraan orang lain. Umumnya, lebih banyak kata-kata yang dipahami oleh anak dibandingkan dengan yang dapat mereka produksi. Kemampuan memori anak juga meningkat secara cepat pada periode ini, dimana meningkatkan produksi bahasa dan pemahaman bahasa mereka. Faktor lain yang dapat membantu anak dalam mempelajari kata baru adalah fast mapping, atau menggunakan konteks untuk menerka makna kata dalam satu atau dua kali paparan. Fast mapping menunjukkan bahwa konteks merupakan hal penting untuk anak kecil. Studi mengenai fast mapping yang dilakukan Heibeck dan Markman (1987) memperlihatkan anak pra-sekolah dapat memilih satu diantara sepasang objek yang diminta. Permintaan menggunakan kata yang tidak familiar dan familiar seperti "bawakan yang berbentuk jajar genjang, bukan yang berwarna biru". Anak mengerti permintaan dengan membawakan objek yang sesuai yaitu objek dengan label yang tidak familiar. Ketika di tes beberapa menit kemudian, bahkan anak berusia 2 tahun dapat mengingat istilah yang tidak familiar. Anak dengan kosa kata yang luas memiliki keterampilan dalam menggunakan fast mapping. Anak kecil mungkin menggunakan label baru untuk kategori yang terlalu luas atau sempit. Overextension adalah penggunaan kata yang menunjukkan objek lain dengan maksud menunjukkan objek yang orang dewasa akan cenderung sesuai menangkapnya. Misalnya, anak memanggil seluruh orang dewasa laki-laki dengan panggilan papa. Anak usia 2 tahun sering memproduksi overextension untuk kata anjing dan bola. Contohnya, anak menggunakan kata anjing untuk menunjukkan serigala, beruang, rubah, ikan, dan binatang lainnya. Overextension umumnya digunakan ketika anak belum mengetahui kata yang benar untuk item yang tidak familiar. Anak juga melakukan underextension, yaitu menggunakan kata yang lebih sempit dibandingkan yang dilakukan orang dewasa. Misalnya, mereka hanya memberlakukan kata doggie pada hewan peliharaan keluarga. Anak yang lebih tua menolak untuk mempercayai bahwa kata 'binatang' dapat berlaku pada belalang. Morphology Morphology mempelajari mengenai unit dasar yang memaknai suatu bahasa. Pada anakanak bahasa yang digunakan cenderung bahasa yang sederhana, seperti mama sepatu. Bagi anak-anak yang bahasa utamanya adalah bahasa inggris biasanya mereka akan menambahkan26

akhiran s atau akhiran ed sebagai tanda kata jamak dan kata past tense. Namun biasanya akan terjadi overregularization, dimana anak-anak cenderung menerapkan aturan yang sama pada kata-kata yang irregular, seperti menggunakan kata mouses dimana seharusnya mice, menggunakan kata goed dimana seharusnya went, menggunakan kata eated dimana seharusnya ate, dan lain-lain. Ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena ini. Pertama menurut pendekatan PDP anak-anak melakukan overregularization karena penambahan s untuk kata jamak dan penambahan ed untuk kata past tense merupakan pola yang paling umum ditemui, dimana hanya ada sekitar 200 kata irregular dibandingkan sekian banyak kata yang menggunakan aturan umum. Kedua dengan teori yang dikemukakan oleh Gary Marcus (1996), rule-and-memory-theory, dimana anak-anak mempelajari aturan umum mengenai penambahan akhiran tetapi mereka juga mengingat kata-kata irregular yang sering dijumpai, dan seiring perkembangannya anak-anak akan mengganti kata yang di overregularization dengan kata-kata irregular yang seharusnya. Syntax Syntax merupakan aturan tata bahasa, aturan mengenai bagaimana mengkombinasikan kata-kata menjadi kalimat yang bermakna. Pada anak-anak biasanya kemampuan ini cenderung belum berkembang. Sehingga biasanya anak-anak hanya mengkombinasikan dua kata dalam penyampaiannya. Dua kata yang dikombinasikan ini biasanya menyampaikan hubungan kepemilikan, pekerjaan yang dilakukan terhadap sesuatu, atau pekerjaan yang dilakukan oleh sesuatu, meskipun demikian kata-kata yang dikombinasikan juga bergantung pada konteks saat anak tersebut mengatakannya. Seiring perkembangannya anak-anak akan mulai menambah kombinasi katanya, dan sekitar umur tiga setengah tahun biasanya anak-anak sudah dapat mengutarakan kalimat yang benar dalam aspek morphology dan syntax. Yang perlu ditekankan adalah proses mempelajari bahasa pada anak-anak bukanlah proses pasif dimana mereka sekedar melakukan imitasi bahasa yang dilakukan orang dewasa, tetapi mereka juga aktif mengkonstruksi bahasa tersebut. Pragmatics Pragmatics adalah pengetahuan yang berhubungan dengan aturan sosial yang mendasari bahasa. Seiring perkembangannya anak-anak akan mempelajari bahasa apa yang pantas27

diucapkan dalam situasi apa, kepada siapa, adaptif terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang baik. Berdasarkan penelitian pun anak-anak telah memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lawan bicara mereka, ini terlihat dari bahasa yang mereka gunakan saat berbicara dengan anak yang lebih kecil dibandingkan dengan bahasa yang mereka gunakan saat berbicara dengan orang dewasa.

Daftar Pustaka1. Matlin, Margaret W. 2005. Cognition sixth edition. United States of America: John

Wiley & Sons, Inc.2. Matlin, Margaret W. 2009. Cognition seventh edition. United States of America:

John Wiley & Sons, Inc.3. http://www.the-crankshaft.info/2010/09/development-of-learning-and-

memory.html4. http://wires.wiley.com/WileyCDA/WiresArticle/articles.html?doi=10.1002/wcs.38

28

LEMBAR PENILAIAN KONTRIBUSI ANGGOTA KELOMPOK Kela s A Kelompo k Diskusi 1 Chapte r 13 Tanggal 13/12/201 0 Nama/NPM Ketua Kelompok Annastasia Hakim/190110090042

Nama anggota kelompok &No

Nilai gagasan

Nilai Proses Nilai Awal Rank Nilai Akhir

NPMSyifa Fathiannisa Npm: 190110090004 Rully Syahrul Akbar

0 0

+3 3

Tot 3 3

- +1 1.5 3 3

Tot 2 1.5

1 2

5 4.5

6 9

9.5 8 29

Npm: 190110090007 3 Tekstidinegari Thaufik Npm:190110090008 Dewinta Larasati Npm: 190110090017 Rizka Safitri Npm: 190110090035 Mega Pratiwi Npm: 190110090036 Ayu Florantina Npm: 190110090047 Nabila Nataza Npm: 190110090050 Ahmad Abdul Aziz Npm: 190110090056 Dewi Amalia 10 Npm: 190110090057 0 3 3 0.5 3 2.5 5.5 4 11 0 4 4 0 4 4 8 1 12.5

4

0

3

3

0.5

3

2.5

5.5

5

10.5

5

0

3

3

0

3

3

6

3

11.5

6

0.5

3

2.5

0.5

3

2.5

5

7

9

7

0

4

4

0.5

4

3.5

7.5

2

12

8

0

3

3

1

2

1

4

10

7

9

0

2

2

0

3

3

5

8

8.5

Total Nilai Kelompok

100

Ketua Kelompok

30

(

Annastasia Hakim

)

31