dengue hay fever
DESCRIPTION
DBD pada dewasaTRANSCRIPT
RESPONSI INTERNA
Infeksi Dengue dengan Warning Sign
OLEH :
Diah Permatasari
H1A 011 017
SUPERVISOR:
dr. M. Farid Wajdi, Sp.PD
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSU PROVINSI NTB
2015
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. I.W
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Golong
Suku : Bali
Agama : Hindu
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Petugas SPBU
No. RM : 56-31-03
MRS : 06-07-2015
Tanggal pemeriksaan : 8-07-2015
II. SUBYEKTIF
Keluhan Utama : demam 5 hari
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan dari Klinik Sokka Narmada dengan keluhan demam sejak 5 hari
yang lalu (tanggal 1 Juli 2015). Demam dirasakan terus menerus dari hari pertama
sampai hari ke lima. Pada hari pertama demam suhu badan pasien 38,8°C terus
meningkat hingga 39,8°C dan demam tidak turun sampai hari ke lima. Pada hari ke
4 demam pasien minum obat penurun panas, setelah itu demamnya sempat turun
namun demam naik lagi beberapa jam setelah minum obat tersebut. Keluhan
disertai mual, muntah dan nyeri ulu hati dan perut bagian kanan atas, keringat
dingin, pusing, nyeri seluruh persendian, nyeri retroorbita, nyeri tenggorokan.
Batuk, pilek, mimisan dan perdarahan di tempat lain disangkal. Keluhan nyeri dada,
rasa berdebar pada dada, sesak, kejang dan perubahan status mental disangkal.
Aktivitas buang air kecil dan buang air besar lancar dan tidak didapatkan kelainan.
1
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit paru,
penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tulang/sendi, mudah ruam dan
keganasan disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien atau tetangga yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.
Riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, asma atau penyakit paru,
penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tulang/sendi, mudah ruam atau
perdarahan yang lama setelah luka serta keganasan dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Pasien merupakan seorang petugas SPBU di lombok tengah. Pasien tinggal
bersama kedua orang tua di daerah lingsar. Sebulan terakhir pasien tidak pernah
pergi ke daerah wisata pantai atau hutan.
Tetangga disekitar rumah pasien ada yang mengalami demam dengue. Namun
belum dilakukan foging di daerah tempat tinggal tersebut.
Riwayat merokok, kebiasaan minum alkohol, atau jamu-jamuan disangkal.
Riwayat Pengobatan :
Ketika pasien demam, nyeri pinggang dan sakit kepala pasien membeli obat di
warung bermerk “bodrex”, namun keluhan tidak membaik. Selanjutnya pada
sore hari tanggal 6 Juli 2015 pasien dibawa ke klinik Sokka Narmada, disana
pasien diberikan infus RL dan paracetamol, selanjutnya pasien dirujuk ke RSU
Provinsi NTB karena kondisi pasien semakin lemah.
Riwayat Alergi:
2
Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.
III. OBYEKTIF
Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Status Gizi
Berat Badan : 62 kg
Tinggi Badan :172 cm
BMI : 21 (normal)
Vital SignTekanan Darah :130/70 mmHg (posisi baring)
Nadi :64 x/menit, regular, kuat angkat (posisi baring)
Frekuensi Nafas :18 x/menit, regular, tipe torako-abdominal
Suhu aksiler :36,4ºC
Rumple Leed : positif
Status Lokalis
Kepala:
Ekspresi wajah : normal
Bentuk dan ukuran : normal
Rambut : rontok (-)
Edema : (-)
Malar rash : (-)
Parese N. VII : (-)
Nyeri tekan kepala : (-)
Massa : (-)
Mata:
Simetris
3
Alis : normal
Exopthalmus (-/-)
Ptosis (-/-)
Edema palpebra (-/-)
Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemia (-/-)
Sclera : icterus (-/-)
Pupil : isokor, bulat, refleks pupil (+/+)
Kornea : normal
Lensa : katarak (-/-)
Pergerakan bola mata ke segala arah : normal
Telinga:
Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan
Lubang telinga : normal, secret (-/-)
Nyeri tekan tragus (-/-)
Peradangan pada telinga (-)
Pendengaran : kesan normal
Hidung:
Simetris, deviasi septum (-/-)
Napas cuping hidung (-/-)
Perdarahan (-/-), secret (-/-)
Penghidu normal
Mulut:
Simetris
Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-)
Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Gigi : dalam batas normal
Mukosa : Normal
4
Leher:
Simetris
Kaku kuduk (-)
Pembesaran KGB (-)
JVP : 5 + 2 (tidak meningkat)
Pembesaran otot SCM (-)
Otot bantu nafas SCM tidak aktif
Pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thoraks:
1. Inspeksi:
Bentuk & ukuran: normal, simetris,barrel chest (-)
Pergerakan dinding dada: simetris
Permukaan dada: ikterik (-), papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis
(-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-)
Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif
Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-)
Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan
kanan
Fossa jugularis: tidak tampak deviasi
Tipe pernapasan: torako abdominal
Ictus cordis : ICS V linea midclavicula sinistra
2. Palpasi:
Posisi mediastinum: deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
Pergerakan dinding dada simetris, gerakan tertinggal (-)
Fremitus vocal:
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal
5
Ictus cordis teraba pada ICS V linea mid clavicula sinistra, thrill (-).
6
3. Perkusi:
Densitas
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Batas paru-hepar:
o Inspirasi : ICS VI
o Ekspirasi : ICS IV
4. Auskultasi:
Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-). Pulmo :
Vesikuler :
Rhonki basah :
- -
- -
- -
Wheezing :
- -
- -
- -
7
Ekskursi 2 ICS
+ +
+ +
+ +
Abdomen:
1. Inspeksi:
Distensi (-)
Umbilicus: masuk merata
Permukaan kulit: ikterik (-), vena collateral (-), massa (-), caput medusae
(-), spider naevi (-), scar (-), striae (-), ruam (-)
2. Auskultasi:
Bising usus (+) normal, frekuensi 8 x/menit
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
3. Perkusi:
Orientasi : Normal
Organomegali : tidak ada.
Nyeri ketok (-)
4. Palpasi:
Nyeri tekan ringan (-)
Nyeri tekan dalam
massa (-), defans muskular (-)
Hepar , ren, dan lien : Normal, tidak terdapat pembesaran.
Nyeri kontra lateral (-), nyeri tekan lepas (-)
Ekstremitas:
Akral
hangat
:+ +
Sianosis : - -
+ + - -
Edema : - - Clubbing : - -
8
+ -
- -
finger
- - - -
Deformitas : - - Ikterik : - -
- - - -
Genitourinaria: Tidak dievaluasi
IV. RESUME
Pasien Tn. IW usia 22 rujukan dari klinik Soja datang ke IGD RSUP NTB
mengeluhkan demam terus menerus sudah 5 hari sejak tanggal 1 Juli 2015. Demam
tinggi dirasakan terus menerus selama 4 hari dan tidak membaik setalah minum
obat penurun panas. Keluhan lain yaitu keringat dingin (+), pusing (+), nyeri perut
(+) sekitar hipokondriaka dextra dan epigastrium, mual (+), muntah (+), nyeri
seluruh persendian (+), nyeri retroorbita (+), nyeri tenggorokan (+), batuk (-), pilek
(-). Mimisan dan perdarahan di tempat lain disangkal. Keluhan nyeri dada, rasa
berdebar pada dada, sesak, kejang dan perubahan status mental disangkal. Aktivitas
buang air kecil dan buang air besar lancar dan tidak didapatkan kelainan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan KU baik, kesadaran compos mentis. Tekanan
darah 130/70 mmHg, nadi radialis 64x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu aksila
36,4 ºC. Nyeri tekan dalam pada hipokondriaka dextra dan epigastrium. Rumple
leed positif.
9
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Parameter
Hasil Nilai Rujukan
UGD
(06/07/15)
Ruangan
(07/07/15)
Ruangan
(08/07/15)
Ruangan
(09/07/15)
HGB 16,8 17,8 16,1 15,6 11,5 – 16,5 g/dL
RBC 5,46 5,77 5,24 5,10 4,0 – 5,0 x 106 /µL
HCT 44,4 47,7 44,2 43,6 37,0 – 45,0 %
MCV 81,3 82,7 84,4 85,5 82,0 – 92,0 fl
MCH 30,8 30,8 30,7 30,6 27,0 – 31,0 pg
MCHC 37,8 37,3 36,4 35,8 32,0 – 37,0 g/dL
WBC 6,18 9,22 8,20 7,16 4,0 – 11,0 x 103 /µL
PLT 18 17 34 94 150 – 400 x 103 /µL
Pemeriksaan Lain
ParameterHasil
IGD (6/7/2015)
IgM Negatif
IgG Negatif
Widal test Salmonella typhi titer O (+) 1/160
Salmonella typhi titer H (+) 1/160
Salmonella paratyphi A (+) 1/320
VI. ASESSMENT
Diagnosis : infeksi Dengue dengan Warning Sign
10
VII. PLANNING
Terapi:
Medikamentosa:
Infus RL 30 tpm
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Ranitidin 2x1 ampul
Non-medikamentosa:
Bed rest
Konsumsi cairan yang adekuat
KIE
Penyakit infeksi Dengue, terapi, dan komplikasinya.
Kontrol kembali jika ada keluhan berulang atau keluhan lain.
Monitoring Keluhan
Tanda vital
Hematologi (Hb,Ht, trombosit,WBC) per 24 jam
Prognosis Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
11
FOLLOW UP PASIEN
Tgl Subyektif Obyektif Assessment Planning8/07/15
KU: demam RPS: Nyeri perut (+) sekitar epigastrium dan regio kanan atas disertai mual, muntah (-), nyeri memberat dengan palpasi dalam. Sakit kepala terutama retroorbita (+), nyeri sendi (+) menyeluruh tidak berpindah. Keringat dingin dan menggigil (-).Batuk (-), pilek(-).
Keadaan Umum: baikKesadaran: CMTD: 120/80 mmHgN: 80x/mnt regular, kuat angkat RR: 24x/mnt T: 36,6˚CK/L: an -/-; ikt -/-, Tho: C: S1S2 tunggal regular m(-) g (-) P: Ves +/+ wh -/- rh-/-Abd: distensi (-); BU (+), N; massa (-); Nyeri tekan dalam di regio kanan atas (+) dan epigastrium.Ekst: hangat (+/+)/(+/+)Edema (-/-)/(-/-)
Dengue dengan Warning Sign Infus RL 30 tpm Paracetamol 3x500
mg Lanzoprazole 3x 30
mg Ondansentron 1
ampul/ 8 jam
9/07/15
Mual (-), muntah (-), demam (-), nyeri perut (-)
Keadaan Umum: baik Kesadaran: CMTD: 130/70 mmHgN: 64x/mnt regular, kuat angkat, RR: 18x/mnt T: 36,4˚CAbd: Nyeri tekan dalam regio kanan atas (+)
Dengue dengan Warning Sign Infus RL 30 tpm Lanzoprazole 3x 30
mg Ondansentron 1
ampul/ 8 jam
Pukul 14.00 BPL
12
13
PEMBAHASAN
Definisi
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
merupakan DBD disertai dengan renjatan syok.
Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu negara endemis DBD. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2007, prevalensi kasus DBD tersebar di Indonesia dengan nilai 0,6%.
Prevalensi tertinggi DBD diperoleh pada kelompok umur dewasa muda (25-34 tahun)
dan terendah pada bayi.
Etiologi
Penyebab DD/DBD ialah virus dengue genus Flavivirus dan terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe terbanyak di Indonesia
adalah DEN-3. Ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus
dengan masa inkubasi 4-10 hari. Vektor tersebut umumnya menggigit pada siang hari.
Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesisnya masih belum diketahui dengan pasti. Terdapat 3 sistem organ
yang berperan penting dalam patogenesisnya, yakni sistem imun, hati dan sel endotel
pembuluh darah. Virus yang diinjeksikan vektor terlebih dahulu menginfeksi sel
langerhans dan keratinosit pada epidermis dan dermis yang selanjutnya bermigrasi ke
nodus limfe, di mana makrofag dan monosit direkrut sebagai target infeksi selanjutnya.
Selanjutnya, virus tersebar melalui darah (viremia primer), menginfeksi makrofag
jaringan pada organ limpa, hati, sum-sum tulang, sel stromal dan sel endotel pembuluh
darah. Sel-sel yang terinfeksi mengalami nekrosis dan melepas produk toksik yang
mengaktivasi sistem fibrinolitik dan koagulasi. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin, dan PF4 (trombosit
faktor 4), sedangkan koagulopati terjadi karena interaksi virus dengan endotel yang
14
memicu disfungsi endotel (jalur ekstrinsik) dan aktivasi faktor XIa (jalur interinsik).
Hemopoeisis juga ditekan, bergantung pada luasnya infeksi di sum-sum tulang dan kadar
IL-6, IL-8, IL-10, IL-18 sehingga menurunkan trombogenisitas darah. Masa hidup
trombosit pun memendek akibat pengikatan fragmen C3g. Antibodi IgM terhadap virus
dengue bereaksi silang dengan endoteliosit, plasmin dan trombosit, memperkuat
peningkatan permeabilitas vaskular dan koagulopati.
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul antara lain:
Demam bifasik yang muncul tiba-tiba
Mual-muntah
Nyeri kepala, nyeri otot dan tulang. Nyeri kepala bisa menyeluruh atau terpusat pada
supraorbita dan retroorbita. Nyeri otot terutama pada tendon dan otot perut apabila
ditekan.
Gangguan pada mata: pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi dan fotofobia.
Tanda bahaya: nyeri perut, muntah persisten, akumulasi cairan terlihat pada
pemeriksaan fisik, perdarahan mukosa, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
peningkatan hematokrit disertai penurunan jumlah trombosit.
Perjalanan klinis infeksi dengue dibagi menjadi 3 fase, yakni fase febris, kritis dan
pemulihan (gambar 1).
15
Gambar 1. Perjalanan klinis dengue
Diagnosis
Berdasarkan pedoman demam berdarah dengue WHO 2009, demam dengue terbagi
menjadi 3 bagian, yakni: dengue tanpa tanda-tanda bahaya, dengue dengan tanda-tanda
bahaya, dan dengue berat (gambar 2).
Berdasarkan pedoman WHO tahun 2009 tentang dengue langkah-langkah untuk
menegakkan diagnosis DD/DBD adalah:
a. Anamnesis:
Onset demam/gejala
Jumlah intake cairan oral
Warning sign
Diare
Perubahan status mental/ kejang/ pusing
Urin output (frekuensi, volume, dan waktu buang air kecil terakhir)
16
Gambar 2. Klasifikasi dengue
Riwayat lain yang relevan, misalnya keluarga atau tetangga menderita
dengue, bearada atau beperjalanan ke area endemis dengue, co-existing
condition (misalnya: hamil, obes, diabetes mellitus, hipertensi), ke hutan dan
berenang di air terjun (pertimbangkan leptospirosis, thypus, malaria), seks
bebas dan pengguna obat terlarang (pertimbangkan HIV).
b. Pemeriksaan Fisik Wajib:
Status mental
Status hidrasi
Status hemodinamik
Takipneu/asidosis breathing/efusi pleura
Abdominal tenderness/hepatomegali/asites
Rash dan manifestasi perdarahan
Tes rumple leed
c. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Sangat penting untuk melihat jumlah hematokrit, WBC, dan platelet.
Leukopenia umumnya terjadi pada hari ke 2-3. Peningkatan hematokrit dan
penurunan platelet umumnya terjadi pada hari ke 2-7 demam.
Pemeriksaan tambahan dibutuhkan sesuai indikasi, meliputi: tes fungsi hati,
glukosa, elektrolit serum, urea, kreatinin, bikarbonat atau laktat, enzim
jantung, EKG dan pemeriksaan urin.
17
Manajemen
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien dibagi ke dalam
3 kategori manajemen:
a. Group A- Tidak MRS
Pasien yang bisa mendapat volume yang adekuat melalui intake oral dan buang
air kecil minimal sekali setiap 6 jam, serta tidak ada warning sign. Pasien dengan
hematokrit stabil dapat pulang dengan diberikan KIE segera ke rumah sakit jika
keluhan memberat atau ada warning sign.
18
b. Group B-MRS
Meliputi pasien dengan warning sign, dengan co-existing condition (hamil, infan
atau lansia, obes, diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hemolisis kronis) dan
disesuaikan dengan kondisi sosial pasien (di rumah tinggal sendiri atau jauh dari
rumah sakit dengan transport yang tidak memadai). Jika pasien mengalami dengue
dengan warning sign, rencana terapi sebagai berikut:
Dapatkan nilai hematokrit sebelum mulai terapi cairan. Berikan cairan isotonik
seperti NaCl 0,9%, Ringer’s lactate, atau Hartmann’s solution. Mulai dengan 5-
7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam ,
kemudian 2-3 ml/kg/jam atau kurang bergantung respon klinis pasien.
Nilai status klinis dan ulangi pemeriksaan hematokrit. Jika hematokrit tetap atau
meningkat sedikit, berikan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
memburuk dan hematokrit meningkat tajam, tingkatkan menjadi 5-10 ml/kg/jam
selama 1-2 jam. Nilai status klinik dan ulangi pemeriksaan hematokrit, laju infus
berdasarkan keduanya.
Prinsipnya berikan cairan intravena untuk mempertahankan perfusi yang baik
dan urin output 0,5 ml/kg/jam. Parameter yang harus dimonitor meliputi tanda
vital, perfusi perifer (setiap 1-4 jam hingga keluar dari critical phase), urin
output setiap 4-6 jam, hematokrit (sebelum dan setelah terapi penggantian
cairan, kemudian setiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ lainnya
(profil ginjal, hati, dan koagulasi sesuai indikasi).
Jika pasien dengue tanpa warning sign, rencana terapinya sebagai berikut:
Anjurkan cairan oral. Jika tidak toleran, mulai infus NaCl 0,9% atau RL dengan
atau tanpa dekstrose dengan laju maintenance. Untuk pasien obes dan
overweight gunakan berat ideal.
19
Harus dimonitor tempratur, volume cairan masuk dan urin output (volume dan
frekuensi), warning sign, hematokrit, WBC dan platelet. Pemeriksaanlain
(fungsi hati dan ginjal) sesuai indikasi.
c. Group C- Severe dengue
Tujuan yang ingin dicapai dari resusitasi cairannya adalah meningkatkan
sirkulasi sentral dan perifer (kurangi takikardi, tingkatkan tekanan darah, volume
pulsasi, ekstremitas hangat dan tidak pucat, dan CRT <2 detik) dan
20
meningkatkan perfusi organ target (kesadaran stabil, urin output ≥0,5 ml/kg/jam,
memperbaiki atau mencegah asidosis metabolik).
Pada renjatan shock, perhatikan apakah shock terkompensasi atau tidak.
21
Gambar 3. Algoritma compensated shock
22
>50%
ParameterTTV, CRT, hematokrit, Urin output
Anak dan wanita dewasa: <40%,Pria <45% (kemungkinan bleeding)
Gambar 4. Algoritma decompensated shock
23
TTVdan cek perfusi perifer setiap 30 menit hingga bebas shock, selanjutnya tiap 1-2 jam
Komplikasi
1. Haemorrhagic complication
Pasien yang berisiko mengalami perdarahan mayor (terutama perdarahan GIT
dan vagina) adalah pasien yang:
Shock prolonged/refrakter
Shock hypotensive dan gagal ginjal atau hati dan/atau asidosis metabolik
berat dan persisten
Diberikan kortikosteroid
Memiliki ulkus peptikum sebelumnya
Dalam terapi antikoagulan
Memiliki trauma, misalnya injeksi intramuskular.
Transfusi harus diberikan segera ketika dicurigai atau dikenali adanya perdarahan
berat. Perdarahan berat dikenali melalui:
Status hemodinamik dan hematokrit
Penurunan hematokrit disertai hemodinamik tidak stabil setelah resusitasi
cairan
Shock refrakter yang gagal respon terhadap terapi cairan 40-60 kg/kg
Hypotensive shock dengan hematokrit normal atau rendah sebelum resusitasi
cairan
Asidosis metabolik persisten atau memburuk, terutama jika disertai distensi/
abdominal tenderness berat.
Tatalaksana komplikasi haemoragik berikan 5-10ml/kg PRC atau 10-20 ml/kg
whole blood. Cek respon hemodinamik dan keseimbangan asam-basa.
2. Overload cairan
Overload cairan dengan efusi pleura luas dan asites umumnya menyebabkan
distres dan gagal nafas akut pada severe dengue. Penyebab lain distres dan gagal
nafas yang munkin adalah edema paru akut, metabolik asidosis berat dan ARDS.
24
Tatalaksana overload cairan:
Oksigen segera
Stop terapi cairan atau kurangi ke laju minimal
Bergantung fase klinis dengue dan status hemodinamik; jika hemodinamik stabil
dan diluar fase kritis (>24-48 jam) stop cairan IV ataukontinyu dengan monitor
ketat. Jika dibutuhkan berikan furosemide oral/IV 0,1-0,5 mg/kg/dose, 1-2
kali/hari atau infus kontinyu 0,1 mg/kg/jam. Monitor serum kalium.
Jika hemodinamik stabil tapi masih dalam fase kritis, kurangi cairan. Hindari
diuretik.
Jika pasien tetap shock dengan hematokrit rendah atau normal tapi ada tanda
overload cairan mungkin mengalami occult haemorrhage. Berikan whole blood.
Jika tetap shock dengan peningkatan hematokrit, ulangi bolus kecil koloid.
3. Komplikasi lain
Hiperglikemia dan hipoglikemia bisa muncul walaupun tanpa riwayat diabetes
mellitus dan/agen hipoglikemi. Ketidak seimbangan elektrolit dan asam basa yang
kemungkinan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah dan diare atau
penggunaan larutan hipotonis untuk resusitas dan koreksi dehidrasi. Hiponatremi,
hipokalemi, hiperkalemi, ketidak seimbangan kalsium dan asidosis metabolik dapat
terjadi. Waspada juga infeksi nosokomial.
Kriteria Boleh Pulang dan KIE
25
26
Berdasarkan anamnesis pada pasien yang saya laporkan terdapat gejala demam terus
menerus sudah 5 hari sejak tanggal 1 Juli 2015. Demam tinggi dirasakan terus menerus
selama 4 hari dan tidak membaik setalah minum obat penurun panas. Keluhan lain yaitu
keringat dingin (+), pusing (+), nyeri perut (+) di regio kanan atas dan epigastrium, mual
(+), muntah (+), nyeri seluruh persendian (+), nyeri retroorbita (+), nyeri tenggorokan
(+), batuk (-), pilek (-). Mimisan dan perdarahan di tempat lain disangkal. Keluhan nyeri
dada, rasa berdebar pada dada, sesak, kejang dan perubahan status mental disangkal.
Aktivitas buang air kecil dan buang air besar lancar dan tidak didapatkan kelainan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan KU baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah
130/70 mmHg, nadi radialis 64x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu aksila 36,4 ºC. Nyeri
tekan dalam pada hipokondriaka dextra dan epigastrium.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :
1. Trombositopenia yang mulai pada hari ke 5 demam yakni 18.000, 17.000, 34.000,
dan 94.000 pada hari ke 8 demam.
2. Pada pasien ini hematokrit pada hari ke 5 demam yakni 44,4%, 47,7%, 44,2% dan
43,6% pada hari ke 8 demam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien yang saya laporkan terkena infeksi virus
dengue, MRS pada awal fase kritis disertai dengan warning sign.
Pada pasien Dengue dengan Warning Sign yang dirawat inap di rumah sakit terapi yang
diberikan adalah berdasarkan guideline WHO 2009 terapi cairan. Cairan yang digunakan
adalah cairan isotonik yaitu NaCl 0.9% atau Ringer Laktat . Pada pasien ini jumlah cairan
yang diberikan adalah 90 cc/jam atau 2160 cc per hari. Jumlah tetesan yang didapat
adalah 30 tetes per menit sehingga tetesan yang diberikan pada pasien ini adalah kurang
lebih 30 tetes per menit.
Pada pasien ini diperbolehkan pulang pada hari ke 4 perawatan karena secara keseluruhan
kondisi pasien membaik dan sudah melewati fase kritis. Nafsu makan pasien membaik,
keluhan demam, nyeri kepala (retroorbita), dan nyeri perut sudah berkurang. Pasien juga
sudah bebas demam selama 48 jam tanpa antipiretik. Jumlah trombosit pasien juga sudah
kecenderungan meningkat.
27
Daftar Pustaka
Tanto, et al, 2014. Kapita selekta kedokteran: essentials of medicine. Jakarta: Media aesculapsius.
World Health Organization, 2009. Dengue, Guidleines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control [online]. Available from: http://www.who.int/tdr/publications/documents/dengue-diagnosis.pdf [Diakses 23 Juli 2015]
DENGUEGUIDELINES FOR DIAGNOSIS,
28