dinamika hubungan bilateral indonesia dan …
TRANSCRIPT
i
DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN AUSTRALIA
DALAM PENANDATANGANAN KERJASAMA INDONESIA-AUSTRALIA
COMPREHENSIVE ECONOMY PARTNESHIP AGREEMENT (IA-CEPA)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
Oleh
Krisdayanti Liling
4517023007
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BOSOWA
2020
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan Ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul: DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN
AUSTRALIA DALAM PENANDATANGANAN KERJASAMA IA-CEPA
(Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement).
Skripsi ini dibuat penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.Ip) pada jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bosowa Makassar.
Dalam tulisan ini penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
kata sempurna, terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun
dalam pembahasan skripsi. Hal ini disebabkan karena mengingat penulis hanyalah
manusia yang memiliki keterbatasan. Dengan ini penulis menerima kritik dan
saran yang membangun untuk menjadikan tulisan ini lebih baik lagi.
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis selalu mendapat semangat , bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu penulis menucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada yang terhormat Bapak Arief Wicaksono S.Ip., M.A dan
Ibu Beche Bt Mamma S.Ip., M.A selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penulisan skripsi ini. Selain pembimbing, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang Tua yang telah mendoakan dan membiayai penulis hingga
penulisan skripsi ini selesai. Kiranya Tuhan Yesus melindungi dan
memberikan kesehatan kepada Mama dan Papa’ dan keluarga penulis.
2. Saudara saya yang tak henti-Nya memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi saya, Daud Bondon, Darius Bondon, Daniel Rama’,
Dorcelina Dalle S.H , dan Darmiati Sa’dan Amd,kep (selaku kakak )
Dawita Rama dan Petronela Angel (selaku adik ) Matius Sanda’, Rudi
Hartono, Faustina Nurmila, Melinda Amd,Kep , dan Yustina karimba
S.E (selaku kakak ipar) Lethisya Aurelia Elisabeth Tirta, Leonel Justin
Nataniel, Levia Caterinee Queensha, Zadriel Sanda’ dan Aldwin Hartono
(selaku keponakan).
3. Paman, Tante, Sepupu serta keluarga besar penulis yang selalu
memberikan dukungan dan doanya.
4. Yth. Bapak Arief Wicaksono, S.Ip., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar.
5. Yth. Bapak Zulkhair Burhan, S.Ip., M.A selaku Ketua Prodi Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Universitas Bosowa Makassar.
iv
6. Yth. Bapak Asy’ari Mukrim, S.Ip., M.A selaku Dosen Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional
7. Yth. Bapak Ahmad Tariqhul, S.Ip., M.A selaku Dosen Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional
8. Yth. Ibu Beche Bt. Mamma, S.Ip., M.A selaku Dosen Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional
9. Yth. Ibu Finaliyah Hasan, S.Ip., M.A selaku Dosen Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional
10. Yth. Ibu Fivi Elvira, S.Ip., M.A selaku Dosen Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional
11. Yth. Bapak budi dan Ibu Mega selaku staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar.
12. Saudara Seperhimpunan penulis PMKRI Cab. Makassar yang selalu
memberikan semangat untuk menyelesaikan skirpsi.
13. Sahabat penulis, Nanda, Nisa, Angeloo yang selalu memberi semangat.
14. Teman-teman ujian; Puput, Eby, Ian, Wahyu, Ajmain, Ardy, Yudho,
Winda, Regit, dan Jessy yang juga selalu memberi dukungan.
15. Teman-teman seangkatan dari AIROS yang memberi semangat, serta
seluruh orang yang berperan yang tidak sempat saya sebutkan satu per
satu.
16. Terakhir, Yulius Aryanto Mukkun yang tak pernah kenal lelah selalu
memberi dukungan dan menolong penulis dalam menyelesaiakan skripsi
ini.
Makassar, 06 Maret 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tiujuan Dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 5
D. Kerangka Konseptual.............................................................................. 6
E. Metode Penelitian ................................................................................... 12
F. Rancangan Sitematika Pembahasan ....................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 14
BAB III GAMBARAN UMUM..................................................................... 20
A. Putaran Perundingan IA-CEPA .............................................................. 20
B. Perundingan IA-CEPA Pertama Tahun 2010 ......................................... 21
C. Perundingan IA-CEPA Kedua Tahun 2013 ............................................ 26
D. Perundingan IA-CEPA Putaran Ke 3-12 ................................................ 27
E. Perundingan IA-CEPA Putaran Keempat Tahun 2016 .......................... 28
F. Perundingan IA-CEPA Putaran Kelima Tahun 2016 ............................ 29
G. PUTARAN 6 SAMPAI DENAN PUTARAN 12 ................................. 30
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 37
A. Dinamika Hubungan Pemerintah Indonesia Dan Australia
Dalam Penandatanganan IA-CEPA ....................................................... 35
B. Kepentingan Nasional Indonesia dan Australia Dalam Penandatangan
Kerjasama IA-CEPA ............................................................................. 43
C. Dua Belas Putaran IA-CEPA .................................................................. 54
BAB V KESIMULAN DAN SARAN............................................................ 65
A. Kesimpulan ............................................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana dinamika hubungan
bilateral Indonesia dan Australia dalam mencapai kesepakan kerjasama IA-CEPA
(Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement). Dalam
hal ini penulis menggunakan konsep kepentingan nasional.Kepentingan Nasional
merupakan seperangkat tujuan yang dimiliki oleh Negara untuk memaksimalkan
potensi Negara untuk mendapatkan hasil maksimal. Indonesia dan Australia
merupakan dua negara yang sudah lama menjalin hubungan bilateral sejak Tahun
1940-an. Namun dalam kerjasama khususnya di bidang ekonomi kedua Negara
dapat di katatakan tidak begitu baik, Sehingga kedua Negara membentuk mitra
kerja yaitu IA-CEPA guna mempererat hubungan bilateral terkhusus dalam
kerjasama ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, terjadinya ketegangan politik yang
mengakibatkan adanya perbedaan dalam prioritas kepentingan masing-masing
Negara yang dimana membuat peendatangan IA-CEPA mengalami keterlambatan
dalam mengambil keputusan.
Kata kunci: Penandatanganan kerjasama IA-CEPA, Hubungan Bilateral.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dan Australia merupakan dua negara yang sudah lama menjalin
hubungan bilateral. Hubungan bilateral kedua negara sudah dimulai dan
diterapkan sejak tahun 1940-an. Namun Hubungan Indonesia – Australia dalam
bidang perdagangan tidak begitu harmonis. Dengan mmpertimbangkan posisi
geografis yang strategis, hubungan dagang seharusnya menjadi prioritas utama
di dalam hubungan kerjasama internasional di antar kedua negara. Namun yang
terjadi adalah kerjasama perdagangan diantara kedua negaraa membutuhkan
waktu yang lama sebelum kedua negara bersepakat untuk meningkattkan
nilai perdagangannya melalui kerangka kerjasama Indonesia-Australia
Comprehensive Economoic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Sebelum kerangka kerja IA-CEPA sendiri dinegosiasikan, kedua
negara telah menjalin hubungan kerjasama perdagangan melalui kerangka
perjanjian (ASEAN – Australia and New Zealand Free Trade Agreement)
AANZFTA yang telah disepakati sejak tahun 2010, dalam hall ini negosiasi
kerangka kerjasama IA-CEPA mengikuti acuan yang telah disepakati dalam
AANZFTA. Dengan begitu, dalam pelaksanaanya anggota negara ASEAN
yang akan melakukan negosiasi bilateral dengan Australia ataupun New Zealand
harus mengacu pada perundingan AANZFTA .Walaupun kedua negara telah
tergabung dalam kerangka kerja AANZFTA, hal terhsebut tidak memberikan
dampak yang signifikan mengenai hubungan perdagangan kedua negara.
2
Dapat dilihat dibawah ini bahwa nilai investasi dan perdagangan Indonesia
mengalam pasang surut. Dijelaskan bahwa angka tertingi investasi Australia
pada tahun 2011 senilai 743,6 juta US$ dan perdagangan Indonesia – Australia
pada tahun 2012 mencapai 10,8 milliar US$. (Kementrian perdagangan
Indonesia, 2016).
Investasi paling rendah Australia ke Indonesia psada tahun 2018
senilai 4,1 milliar US$ dan perdagangan paling rendah senilai 89,7 juta US$ pada
tahun 2011. Awal mula terbentuknya IA-CEPA pada tahun 2005 Indonesia dan
Australia sepakat untuk membahas kerjasama perekonomian kedua negara
melalui Joint Declaration Comprehensive Partnership.
Pembahasan berlanjut pada tahap joint Feasibility Study yang
diselenggarakan pada tahun 2007 dengan melibatkan ppihak pemerintah, swasta,
dan akademis guna mengkaji serta menganalisis peluang dan hambatan –
hambatan yang akan terjadi. Setelah pembahasan mengenai analisis selesai,
Indonesia – Australia yang diwakilkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono
(Presiden Indonesia) dan Julia Gillard (Perdana Menteri Australia) sepakat untuk
meluncurkan negosiasi pada tahun 2010.
Poin kedua yaitu kemitraan, maksudnya adalah negosiasi IA-CEPA bukan
hanya membahas tentang barang, jasa dan investasi, lebih dari itu terdapat
Vocational Education Training, Higher Educational and Health sector. Poin
ketiga adalah saling menguntungkan, yang mana dari negosiasi ini
diharapkan menjdi perjanjian yang menghasilkan keuntungan yang
berimbang dan dapat diimplementasikan dalam jangka panjang (Perdagangan,
Momentum baru kemitraan Indonesia Australia (IA-CEPA), 2018).
3
Terdapat poin – poin penting yang menjadi acuan utama bagi kedua
negara dalam membahas kerangka negosiasi IA-CEPA. Adapu cakupan utama
yang tertuang dalam IA-CEPA adalah sebagai berikut, terdapat tiga poin
utama yang menjadi acuan negosiasi IA-CEPA. Pertama yaitu
momentum, yang dimaksud momentum adalah negosiasi ini merupkan
momentum bagi kedua negara untuk meningkatkan perekonomian dan berperan
dalam Global Value Chain. Dalam kerangka kerja IA-CEPA yang luas,
membutuhkan analisis mendetail serta kajian yang luas, yang mana hal
tersebut berpengaruh terhadap lamanya negosiasi tersebut dilangsungkan.
Sampai proses negosiasi tersebut selesai secara teknis, semenjak peluncuran IA-
CEPA telah mengadakan putaran sebanyak 12 kali selama delapan tahun (2010-
2018).
Beberapa peristiwa politik terjadi selama proses negosiasi peandatangan
IA-CEPA yaitu eksekusi mati Sembilan (9) orang pengedar Narkoba yang berasal
dari Australia atau yang di kenali dengan Duo Bali Nine. Peristiwa ini menjadi
salah satu penyebabkan meningkatnya ketegangan hubungan di antara Australia
dan Indonesia, disaat yang bersamaan juga berdampak kepada hubungan
perdaganga yg terjalin di antara kedua negara pada masa pemerintahan President
Joko Widodo. Eksekusi mati Duo Bali Nine saat itu tidak hanya menggemparkan
masyarakat di Australia melainkan menjadi perbincangan hangat di kancah
internasional. Para pengedar narkoba tersebut ditangkap saat berada di Bandara
Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Pada bulan September 2005, Kejaksaan Tinggi Bali
memutuskan kesembilan warga negara Australia dikenakan tuduhan kepemilikan
4
dan perdagangan heroin dgan ancaman maksimal adalah hukuman mati.
Kemudian di tahun 2014, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa dirinya tidak
akan memberikan grasi kepada terpidana kejahatan narkotika (CCN, 2015).
Perlakuan Indonesia terhadap Bali Nine tersebut tidak dpt diterima oleh
Australia. Oleh karena itu, setelah Indonesia menarik duta besarnya pada tahun
2013 silam, Australia menyusul menarik Duta Besar Australia untuk Indonesia di
bulan April 2015. Tidak hanya menarik duta besarnya, Perdana Menteri Australia,
Tony Abbott menyatakan bahwa negaranya akan menurunkan bantuan asing
Australia ke Indonesia. Australia sendiri adalah negara pemberi bantuan asing
terbesar ke dua di Indonesia setelah Jepang. Selain itu, di kalangan masyarakat
Australia terdapat pula upaya pemboikotan destinasi wisata favorit ke wilayah di
Indonesia meskipun pada akhirnya hal tersebut tidak terlalu berdampak signifikan
kepada para wisatawan Australia ke Indonesia (Lisbet, 2015).
Menurut penulis hal ini menarik di teliti karena, seperti yang tertera pada
buku dan jurnal yang penulis baca (Dugi, 2016)yang membahas tentang negosiasi
dalam penandatangan IA-CEPA, dan (Rindu, 2016)yang membahas tentang
bagaimana hubungan bilateral kedua Negara dapat terjalin) jadi judul ini belum
pernah di teliti sebelumnya, mengingat bahwa Indonesia dan Australia sudah
menjalin hubungan kerjasama dari tahun 1940, namun apa apa yang menjadi
landasan sehingga penandatanganan IA-CEPA itu sendiri berlansung cukup lama
dalam kurun waktu kurang lebih 10 Tahun dan melakukan 12 kali pertemuan.
Sehingga penulis mengangkat judul tersebut.
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, IA-
CEPA merupakan sebuah kerjasama A ekonomi yang di lakukan oleh
Indonesia denganN Australia. Dalam kesepakatan IA-CEPA ini terjadi proses
negosiasi yang cukup panjang sejak 2010 hingga 2018. Hal ini menjadikan
topik ini sangat menarik untuk diangkat peneliti yang terkait dengan dinamika
yang terjadi dengan pemerintah Indonesia dan Australia untuk mencapai
kesepakatan IA-CEPA. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus
untuk melihat bagaimana strategi Indonesia untuk mencapai kesepakatan
tersebut.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka saya mengambil rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian yaitu: Bagaimana Dinamika
pemerintah Indonesia dan Australia untuk mencapai kesepakatan IA-
CEPA?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah di tetapkan maka penulisan ini
memiliki tujuan yaitu menganalisis dan mengetahui dinamika yang terjadi
dalam penandatanganan IA-CEPA pada tanggal 31 Agustus 2018
6
2. Kegunaan Penelitian
a. Tulisan ini diharapkan memberikan informasi tentang dinamika
penandatangan IA-CEPA.
b. Penulisan ini di harapkan bisa menjadi referensi bagi para pelajar yang
sedang mengkaji tentng Hubungan Diplomatik Indonesia-Australia.
c. Memberikan wawasan bagi penstudi Hubungan Internasional yang
melakukan penelitian.
d. Tulisan ini diharapkan bisa di gunakan penulis sebagai syarat untuk
menyelesaikan Studi Strata Satu ( S-1 ) dalam program Studi Hubungan
Internasional, fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Bosowa Makassar.
D. Kerangka Konseptual
Untuk melihat kepentingan suatu negara di dalam kerja sama internasional
yang bersifat bilateral, penulis akan melihat menggunakan salah satu konsep
kepentingan nasional untuk membantu penulis menganalisis kerja sama IA-CEPA
menurut Hans J. Morgenthau.
Kepentingan nasional adalah seperangkat tujuan yang dimiliki oleh negara
untuk memaksimalkan potensi negara untuk mendapatkan hasil maksimal.
Terdapat empat kepentingan dasar yang merupakan kepentingan nasional suatu
negara, yatiu kepentingan tanah air, kepentingan kesejahteraan ekonomi, katanan
dunia, dan kromosi nilai-nilai.
Kepentingan tanah air terkait dengan cara negara untuk dapat melindungi
kedaulatan negaranya dari gangguan yang bersifat internal maupun eksternal.
7
Kepentingan ekonomi terkait dengan cara negara untuk dapat membantu
meningkatkan perekonomian di negara tersebut.
Kepentingan tatanan dunia adalah usaha negara untuk menciptakan suatu
perdamaian antar negara di dunia. Kemudian kepentingan promosi nilai-nilai lebih
berkaitan dengan cara negara menunjukkan kepada masyarakat internasional
mengenai nilai-nilai yang dianut oleh negaranya. Kepentingan nasional yang
menjadi tujuan dari suatu negara dapat diimplementasikan melalui kebijakan luar
negeri.
Oleh karena itu, kepentingan nasional dengan kebijakan luar negeri tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Proses dan dinamika-dinamika yang
terjadi pada saat pengambilan keputusan kebijakan luar negeri itu lah yang pada
akhirnya menuntun negara untuk menentukan pilihan yang tepat. Suatu negara
dapat menghasilkan kebijakan yang berbeda terkait dengan suatu kasus tergantung
dari proses pengambilan keputusannya. Jika kita memahami bagaimana keputusan
tersebut diambil, maka kita akan lebih memahami suatu bias, persepsi, maupun
motivasi atau niat dari negara tersebut. (Morgenthau, 1952)
Pemimpin dari suatu negara memutuskan untuk berperang, membuat
aliansi, menjalin kerja sama dengan negara lain bahkan melakukan ratifikasi atas
suatu perjanjian internasional terkait lingkungan misalnya akan melewati proses
dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri terlebih dahulu. Dalam
mengeluarkan keputusan kebijakan luar negeri, suatu negara memiliki
kepentingan nasional yang menjadi dasar atau pedoman untuk memilih kebijakan
yang tepat.
8
1. Kepentingan Nasional Indonesia
Dalam meningkatkan perekonomiannya, Indonesia bekerja sama
dengan berbagai negara disekitarnya. Kerjasama tersebut berbentuk
multilateral yaitu ASEAN atau AANZFTA maupun berbentuk bilateral seperti
Indonesia dengan Australia membentuk IA-CEPA. Perundingan kerja sama
berbasis ekonomi antara Indonesia dan Australia yang disebut IA-CEPA ini,
sempat terhenti akibat adanya konflik politik yang terjadi antara tahun 2013
hingga 2016. Kemudian di tahun 2016, Australia mengunjungi Indonesia
dengan agenda mengajak Indonesia untuk mengaktifkan kembali perundingan
kerja sama IA-CEPA.Indonesia memiliki dua pilihan berbeda, yakni menerima
untuk mengaktifkan perundingan kerja sama seperti yang diminta oleh
Australia atau menolak untuk mengaktifkan perundingan kerja sama tersebut.
Dalam menentukan pilihannya sebagai bentuk suatu kebijakan luar negeri,
terdapat tiga hal penting yang menjadi faktor penentu pilihan mana yang
kemudian akan dipilih oleh negara, yakni tujuan, pilihan atau alternatif yang
tersedia, dan konsekuensi. (Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan
Internasional Badan Pengkajian, 2016).
Indonesia harus memperhitungkan kerugian dan keuntungannya dari
masing-masing pilihan tersebut. Kemudian menganalisis pilihan mana yang
memberikan keuntungan paling banyak untuk negara serta pilihan mana yang
dapat mengakomodir kepentingan nasional. (Pusat Kebijakan Kerjasama
Perdagangan Internasional Badan Pengkajian, 2016).
9
Dalam perihal ini, Indonesia di tahun 2005 sepakat untuk menjalin
suatu kerja sama ekonomi bersama dengan negara tetangganya, Australia
namun di tahun 2013 perundingan kerja sama tersebut terhenti. Di tahun 2013
hingga 2016, PDB Indonesia memang meningkat namun tidak signifikan.
Selain itu, di tahun 2016, rasio perdagangan terhadap PDB Indonesia juga
paling kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN padahal
luas wilayah Indonesia paling besar diantara negara ASEAN lainnya. Di tahun
yang sama pula, ekspor kelapa sawit Indonesia sedang menurun dan pasarnya
cenderung stagnan.
2. Kepentingan nasional Australia
Normalisasi hubungan dengan Indonesia setelah terjadinya konflik pada
tahun 2013-2015, Australia mencapai surplus perdagangan dengan
meningkatnya nilai ekspor, memperoleh produk dan jasa impor unggul dengan
biaya yang lebih murah.Total perdagangan dua arah barang dan jasa dengan
Indonesia bernilai $17,6 miliar, menjadikan Indonesia sebagai mitra dagang
terbesar ke-14 Austraalia. Hal ini merupakan bentuk dari keunggulan atau
keuntungan yang di dapat melalui kesepakatan IA-CEPA yang memberikan
peluang bisnis baik bagi Indonesia maupun Australia untuk memperluas dan
juga mendiversifikasi kemitraan ekonomi ini. (DFAT D. , 2019)
Melalui IA-CEPA, Investor Australia akan mendapatkan kemudahan
untuk berinvestasi di sector jasa keuangan, agribisnis, pariwisata,
pertambangan, rumah sakit, infrastruktur dan pendidikan. Indonesia tidak akan
dapat membatasi tingkat kepemilikan Australia atau mengharuskan
10
kepemilikan divestasi di bawah persentase yang disepakati (dengan
pengecualian terbatas). Sebagai salah satu ekonomi dengan pertumbuhan
tercepat di Indo-Pasifik, Indonesia menghadirkan peluang signifikan bagi
bisnis Australia. Hasil akses pasar pada layanan dan investasi akan
memberikan peningkatan kepastian bagi bisnis Australia dan penyedia layanan
pasar di Indonesia, termasuk tingkat kepemilikan Australia yang terjamin.
(Keuntungan IA-CEPA bagi Australia, 2019)
Meningkatkan akses ke pasar layanan masing-masing dan mengatasi
hambatan untuk meningkatkan investasi Australia di Indonesia dan investasi
Indonesia di Australia. Berdasarkan beberapa perkiraan, Indonesia akan
menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2030, dan IA-CEPA
memastikan bahwa Australia berada pada posisi yang tepat untuk
memperdalam kerja sama ekonomi dan berbagi dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Sebagai mitra strategis dan dua ekonomi terbesar di Asia Tenggara,
perjanjian ini juga melengkapi dan mendukung kepentingan bersama antara
Indonesia dengan Australia dalam membina kawasan yang aman dan makmur.
IA-CEPA juga berisi tentang seperangkat aturan modern berkualitas tinggi
yang mengatur perlakuan layanan dan investasi sebagai aturan modern tentang
perdagangan digital. Kewajiban diimbangi dengan perlindungan yang kuat
untuk menjaga hak Australiauntuk mengatur kepentingan umum. Kerjasama
ekonomi di bawah IA-CEPA akan membantu dalam implementasi perjanjian,
mendukung fasilitasi perdagangan dan menyediakan jalur untuk liberalisasi di
masa depan. (DFAT D. , 2019)
11
Program kebijakan luar negeri Indonesia di tahun 2016 mengikuti
program kebijakan yang telah dibuat di tahun 2015 yakni setelah Joko Widodo
resmi menjabat sebagai Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana
program tersebut akan berjalan selama masa jabatannya tahun 2014-2019.
Salah satu sector yang termasuk kedalam pilar utama program
kebijakan luar negerinya adalah diplomasi ekonomi. Adanya diplomasi
ekonomi di sektor perdagangan, investasi, pariwisata, maupun pembentukan
kerja sama-kerja sama ekonomi ini berperan penting untuk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Dalam rangka peningkatan
diplomasi ekonomi, berdasarkan dari laporan rencana strategis Kementerian
Luar Negeri tahun 2015-2019 terdapat 12 strategi yang diantaranya adalah:
(Rindu, 2016)
a. Memperkuat diplomasi ekonomi pada forum bilateral, regional, maupun
global untuk menopang kemandirian ekonomi nasional.
b. Memperluas pasar bagi produk maupun jasa Indonesia di sektor investasi
serta pariwisata.
c. Memperkuat diplomasi Indonesia ke negara dengan prospek pasar yang
baik.
d. Mendorong adanya kerja sama perdagangan dan investasi yang sifatnya
seimbang dan berkelanjutan.
e. Merumuskan kebijakan-kebijakan dalam berbagai kerja sama ekonomi
seperti Free Trade Agreement (FTA) atau Comprehensive Economic
Partnership (CEPA) sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia.
12
Dalam kasus IA-CEPA penulis mengklasifikasikan sebagai berikut (1)
konflik yang terjadi antara Indonesia dan Australia; (2) mengakibatkan
Penandatanganan IA-CEPA terhenti; (3) Dinamika yang berdampak terhadap
penandatanganan IACEPA berjalan sangat lama.
Berbeda dengan penelitian-penelitian yang di lakukan sebelumnya, hal
yang membedakan penelitian ini adalah pengunaan konsep kepentingan nasional.
Dengan mengklasifikasikan menjadi tiga bagian tersebut mempermudah penulis
dalam menganalisis kasus Dinamika yang terjadi dalam penandatangan IA-CEPA
yang memakan waktu lama daripada perjanjian perdagangan Australia pada
umumnya. (2018)
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe
penelitian deskriptif prediktif.
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan dua sumber data yaitu
data Primer dan Sekunder.
a. Data Primer
Data ini akan penulis peroleh dari buku, jurnal dan website serta
orang-orang yang memiliki pengetahuan lebih tentang objek penelitian.
b. Data Sekunder
Data ini akan penulis peroleh dari hasil bacaan penulis dari jurnal
akademik, buku yang berkaitan dengan tema yang penulis teliti, website-
13
website yang terkait dengan tema penelitian yaitu dinamika hubungan
bilateral Indonesia-australia dalam penandatanganan IA-CEPA
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, telaah pustaka dilakukan dengan cara menelusuri
berbagai literatur seperti buku teks, buku elektronik, jurnal online, skripsi
dalam bentuk elektronik serta artikel maupun laporan tentang kerjasama ini.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisi yang akan digunakan oleh penulisn adalah analisis data
kualitatif dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta dan
kemudian dikorelasikan dengan data yang lain sehingga bisa ditarik sebuah
kesimpulan. Teknik analisis yang dilakukan secara kualitatif ini juga memiliki
tujuan untuk memberi penjelasan secara sistematis, faktual telaah untuk
mendalami studi permasalahan yang akan dijawab.
F. Rancangan Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan terbagi dalam lima (5) bab, sebagai berikut, pada bab
pertama (1) penulis akan memaparkan latar belakang, identifikasi masalah,
metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta sistematika pembahasan; pada
bab kedua (2) penulis akan menjelaskan tentang bagaimana Dinamika hubungan
bilateral Indonesia-Australia dalam penandatanganan Indonesia-Australia
Comprehensive Economy Partnership Agreement ( IA-CEPA ). Apa yang
mendorong terjalinnya Kerjasama Indonesia-Australia. pada bab ketiga (3) akan
berbicara tentang faktor-faktor yang membuat kerjasama ini berhasil; pada bab
keempat (4) akan membahas terkait judul yang saya teliti, pada bab terakhir yaitu
bab kelima (5) akan memberikan kesimpulan tentang analisa dan bacaan tersebut.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap negara memerlukan politik luar negeri untuk melakukan interaksi
dengan negara lain di dalam sistem internasional. Kebijakan luar negeri sendiri
merupakan alat bagi negara untuk memenuhi kepentingan nasional serta sebagai
suatu strategi sebuah negara untuk mendapatkan keuntungan di dalam lingkup
internasional (Perwita & Yani, 2005).
Penulis meneliti tentang bagiamana Implikasi kemitraan bilateral kedua
negara mempengaruhi perdangangan bebas kehadiran IA-CEPA ini untuk
memperkuat dan memperluas ruang perdagangan, investasi, dan kerjasama
ekonomi antara Australia dan Indonesia. Perjanjian IA-CEPA ini merupakan suatu
kesempatan untuk menciptakan langkah perubahan dalam hubungan Indonesia
dan Australia karena kedua negara akan memasuki suatu tahapan kerjasama dan
hubungan baik yang belum ada sebelumnya. Dapat dilihat Perbedaan penulis
melalui Jurnal diatas lebih menliti mengenai Implikasi Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Kopmerhensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) Terhadap perdagangan
Luar Negeri Indonesia. (Andriani, 2017) Sedangkan penulis sekarang lebih
menitikberatkan terhadap bagaimana Dinamika yang terjadi dalam penandatangan
IA-CEPA.
Terkait dengan hubungan yang terjalin antara Indonesia dan Australia,
menurut penulis dalam mengelola suatu hubungan strategis yang tidak menentu di
dalam kawasan Australia dan Indonesia membutuhkan hubungan yang kuat dan
rasa kepercayaan yang tinggi. Tumbuhnya kepercayaan juga akan memberikan
15
alasan rasional yang mendasari penilaian umum lain dari hubungan tersebut.
Ikatan dan kepercayaan yang melekat dibutuhkan agar suatu hubungan dapat
bertahan dengan lama meskipun terjadi peristiwa yang sifatnya sensitif. (Sian,
2019)
Terkait dengan kerja sama IA-CEPA itu sendiri, terdapat beberapa
mahasiswa(i) yang pernah menulis skripsi dengan topik IA-CEPA, salah satunya
mahasiswi Universitas Parahyangan. Di dalam skripsinya, Mar memiliki rumusan
masalah apa saja yang terjadi dalam penyelesaian perundingan IA-CEPA dalam
kurun waktu perundingan putaran pertama hingga putaran ke sembilan?
menggunakan teori Neoliberalisme untuk dapat menjawab rumusan masalahnya
tersebut yang terjadi selama proses perundingan kerja sama IA-CEPA, hal
tersebut sangat berbeda dengan rumusan masalah yang penulis miliki serta teori
atau konsep yang juga digunakan. Namun, skripsi Mar dapat membantu penulis
untuk mengetahui hambatan dalam perundingan kerja sama IA-CEPA yang dapat
menghambat kepentingan dari pihak Indonesia itu sendiri. (Marutus, 2019)
Sama halnya dengan Vinsensio hanya melihat harmonisasi hubungan
kedua negara tidak secara menyeluruhdan hanya melihat dari kehangatan kedua
pimpinan negara saat ini. (Dugi, 2016), sedangkan Andriani hanya melihat dari
faktor yang mencakup IA-CEPA saja, Dalam hal ini, penulis melihat bahwa
negosiasi IA-CEPA ini bukan hanya membicarakan mengenai harmonisasi kedua
negara ataupun regional bagi setiap kawasan, penulis melihat lebih jauh bahwa
negosiasi IA-CEPA ini merupakan perjanjian yang dibentuk oleh kedua pihak
yang memiliki kekuatan di kawasan Asia Pasifik, terkhusus dengan posisinya
16
yang dipengaruhi oleh Tiongkok dan Amerika Serikat. Dengan begitu bukan
bagaimana kedua negara ini dapat memaksimalkan kesejahteraan ekonomi
melalui kerangka IA-CEPA, akan tetapi bagaimana kedua negara ini dapat
membuat poros baru dalam mengimbangi perekonomian global yang pengaruhi
oleh Tiongkok dan Amerika Serikat. (Andriani, 2017)
Bagaimana kedua negara yaitu Indonesia-Australia memulai hubungan
kerjasama bilateral melalui bidang ekspor impor daging sebelumnya Indonesia
merupakan negara tetangga yang penting bagi Australia. hal ini disebabkan karena
Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan penting dalam ASEAN
sehingga dengan posisinya yang dekat dengan Australia secara geografis dapat
menjembatani perdagangan Australia dengan negara-negara ASEAN. Dapat
dilihat perbedaan dengan penelitian yang penulis lakuakan, dimulai dari judul dan
tema di atas pada judul skripsi diatas lebih meneliti mengenai kerjasama Ekspor
Impor daging Sapi Indonesia-Australia melalui System Country Based yang
diterapkan Indonesia dalam hal Impor sesuai dengan dengan UU. No 18 2009
menjadi landasan Indonesia untuk memilih negara asal impor sapi ataupun daging
sapi dan letak geografis yang strategis. (Rindu, 2016)
Program Swasebada yang diterapkan oleh kementerian Pertanian Republik
Indonesia meskipun program tersebut tidak begitu signifikan dan terlalu
maksimal sedangkan penulis lebih menitikberatkan kepada Kerjasama Kerangka
baru IA-CEPA melalui peningkatan Food Security dalam Read Meat dan Cattle
Partnership sebagai perjanjian yang lebih diperbaharui.
17
Hubungan bilateral adalah jenis hubungan yang melibatkan dua pihak.
Biasanya digunakan untuk menyebut hubungan yang melibatkan hanya dua
negara, khususnya suatu hubungan politik, budaya dan ekonomi di antara 2
Negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara bilateral. Misalnya
perjanjian politik-ekonomi, pertukaran tumpang, dan kunjungan antarnegara.
Alternatif dari hubungan bilateral adalah hubungan multilateral; yang melibatkan
banyak negara, dan unilateral. (Kemendag, 2016).
Hubungan bilateral atau multilateral juga berlaku untuk Negara yang
bekerjasama dengan sebuah Organisasi besar dunia dalam berbagai bidang.
contoh: Spt Indonesia dengan PBB dan lain sebagainya. Tidak menutup
kemungkinan dimasa mendatang akan terjalin hubungan-hubungan baru dengan
berbagai negara.Dalam proses hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia
memiliki berbagai proses dinamika untuk menunjang kerjasama dalam hal
Ekonomi.
IA-CEPA merupakan perdagangan bebas bilateral, investasi, visa pelatihan
kerja, arbitrasi antara investor, perdagangan elektronik, dan perlindungan
hak kekayaan intelektual. Dalam perjanjian IA-CEPA, semua produk yang
diekspor dari suatu Negara ke Negara lainya akan bebas bea masuk, dan hampir
semua produk yang diimpor suatu Negara ke Negara lainya akan dibebaskan bea
masuk. Perusahaan-perusahaan disuatu Negara yang telah bekerjasama
diperbolehkan untuk memegang mayoritas saham perusahaan-perusahaan di
Negara lainnya yang telah melakukan hubungan kerjasama tersebut dan bergerak
di sektor telekomunikasi, transportasi, kesehatan dan energy. (Ramandisah, 2018)
18
Analisis Strategi Posisi Runding dalam Memperkuat Kerjasama Indonesia-
Australia Comperehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), oleh
Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kementerian Perdagangan tahun 2016. Jurnal ini fokus pada
dampak kebijakan Non Tarif Measure Australia terhadap ekspor produk
Indonesia. Hasil analisis ini memberikan rekomendasi strategi posisi runding
dalam negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-
Australia (IA-CEPA) berupa Potential Request-Offer dalam perdagangan barang
serta produk yang terkait dengan peningkatan kapasitas dalam memenuhi standard
Sanitary dan Phitosanitary (SPS) di Australia. Analisis ini juga memberikan
rekomendasi terkait Early Outcome pada kerangka IA-CEPA. (Pusat Kebijakan
Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan, 2016)
Sementara itu, untuk sektor industri atau manufaktur, Indonesia dapat
mengakses bahan baku dasar atau penolong produksi yang lebih murah dan
berkualitas untuk kemudian diekspor ke negara ketiga.“Salah satu fokus
kemitraan di bawah IA-CEPA adalah sektor pendidikan dan kesehatan. Kemitraan
kedua negara diharapkan mendorong peningkatan kualitas, daya saing, maupun
pelayanan melalui investasi Australia di kedua sektor ini. Selain itu, sesuai arahan
Presiden Joko Widodo, fokus dari kabinet ini adalah meningkatkan ketrampilan
tenaga kerja Indonesia sehingga mendukung proses industrialisasi, dalam hal ini
kedua negara bermitra dalam hal pengembangan sekolah kejuruan di Indonesia.
(Assyaur, 2019).
19
Salah satu contoh kemitraan dalam pendidikan kejuruan adalah
pekerja Indonesia diberikan kesempatan untuk mengikuti program magang
khusus. Hal ini dibuat berdasarkan kebutuhan sektor industri dan ekonomi
Indonesia yang berkaitan langsung dengan investasi Australia di sektor
pendidikan kejuruan. Terdapat juga program pertukaran tenaga kerja
antarperusahaan kedua negara agar terjadi alih pengetahuan.
Dalam rangka memastikan manfaat IA-CEPA agar bisa dinikmati oleh
pelaku usaha secara maksimal, maka kedua negara akan membuat program
kerja sama ekonomi guna meningkatkan kapasitas dan daya saing Indonesia
khususnya di bidang pangan, hortikultura, industri kreatif, pariwisata, dan
kesehatan. Kerja sama ekonomi ini terbagi dalam jangka pendek, menengah,
dan panjang. Setelah penandatangan IA-CEPA ini proses selanjutnya adalah
legal scrubing untuk memastikan konsistensi hukum dan penerjemahan
(bahasa Inggris dan Indonesia). Setelah kedua proses tersebut selesai maka
tahapan selanjutnya adalah melalui proses domestik (ratifikasi) di kedua
negara, barulah perjanjian IA-CEPA dapat berlaku secara resmi. (momentum
baru kemitraan indionesia australia (IA-CEPA), 2018).
20
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Putaran Perundingan IA- CEPA
Indonesia dan Australia telah menjalin banyak kerjasama internasional,
salah satunya adalah kerja sama IA-CEPA. Pembentukan kerja sama IA-CEPA ini
sebagai bentuk integrasi perekonomian Indonesia maupun Australia secara
bilateral dan juga regional. Tujuan kerja sama ini yakni untuk membentuk pondasi
yang kokoh di berbagai sektor seperti keamanan, lingkungan, pendidikan, hingga
isu-isu transnasional dan pada nantinya diharapkan dapat menciptakan iklim yang
kondusif untuk pengembangan bisnis dan investasi di kedua negara.
Hal tersebut mengakibatkan pelaku usaha dan investor selalu ikut andil
selama perundingan berlangsung sebagai pihak yang memberikan masukan dan
pilihan-pilihan alternatif kepada pemerintah. Kerja sama IA-CEPA ini dipandang
bukanlah sebagai FTA biasa melainkan kearah kemitraan yang bersifat lebih
komprehensif. Kemitraan antara Indonesia dan Australia ini diarahkan untuk
dapat menjadi economic powerhouse yang merupakan kolaborasi dari kekuatan
ekonomi untuk menjadi pendorong produktivitas sehingga dapat meningkatkan
volume dasar ke pasar negara lainnya. (kemendag, Fact Sheet Indonesia-Australia
Comprehensive Economic Partnership Agreement, 2018).
Selanjutnya manfaat dari adanya IA-CEPA secara keseluruhan yaitu:
1. Memperluas akses pasar dan meningkatkan daya saing bagi produk-produk
pertanian, perikanan, industri, dan kehutanan.
21
2. Memperluas pasar serta meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia
agar berstandar internasional
3. Meningkatkan investasi dua arah antara Indonesia dan Australia. Indonesia
menjadi tujuan bagi investor Australia sedangkan investor Indonesia akan
dipermudah untuk menanamkan modalnya di Australia.
4. Meningkatkan kerja sama yang lebih luas untuk mengoptimalkan
pemanfaatan perjanjian.
Pada bulan April 2005, kepala negara Indonesia maupun Australia sama
sama sepakat terhadap pembentukan Joint Declaration of Comprehensive
Partnership. Kedua pihak menyadari bahwa hubungan antara Indonesia maupun
Australia telah terjalin sejak lama dan banyak juga kerja sama-kerja sama yang
berjalan positif diantara keduanya. Selain itu, komoditas perdagangan ekspor-
impor antara kedua negara juga cukup luas seperti tekstil, produk otomotif, hasil
pertanian, hasil peternakan, hingga kedatangan wisatawan yang juga berperan
dalam peningkatan pendapatan kedua Negara. (Yani, 2005)
Kemudian di tahun 2007 kedua negara melakukan studi kelayakan terkait
dengan Free Trade Agreement. Studi kelayakan tersebut berfungsi untuk
mengevaluasi probabilitas dilaksanakannya negosiasi yang bersifat bilateral
sehingga isi dari studi kelayakan ini adalah analisis manfaat serta dampak bagi
Indonesia maupun Australia mengenai pelaksanaan suatu perjanjian bilateral.
Pertimbangan implikasi, nilai dari suatu perjanjian bilateral dalam mengatasi
masalah perdagangan kedua negara, hingga preferensi kegiatan-kegiatan yang
Komoditas Ekspor Indonesia-Australia 2005 All Products Capital Goods
22
Consumer Goods Intermediate Goods Raw Materials Animal Komoditas Impor
Indonesia-Australia All Products Capital Goods Consumer Goods Intermediate
Goods Raw Materials Animal dapat dilakukan oleh kedua negara untuk
memaksimalkan manfaat dan meminimalisir biaya yang ditimbulkan dari FTA
juga dibahas di dalam studi kelayakan ini.
Studi kelayakan ini tidak hanya melibatkan pemerintah Indonesia dan
Australia, melainkan turut melibatkan para pelaku bisnis karena sektor investasi
juga akan dibahas di dalam kerja sama kedua negara. Pada akhirnya, studi
kelayakan FTA selesai di tahun 2009. Hasilnya yakni skema FTA yang
komprehensif akan memberikan manfaat ekonomi bagi kedua negara,
mempercepat dan memperdalam tingkat integrasi ekonomi Australia dan
Indonesia dimana kedua negara ini merupakan negara dengan perekonomian besar
khususnya di wilayah Asia Pasifik. Setelah studi kelayakan telah dilaksanakan,
kedua negara langsung memulai perundingan untuk mendiskusikan terkait dengan
segala perihal di bidang ekonomi yang akan diatur dalam kerja sama ini.
(Michael, 2018)
Perundingan IA-CEPA secara resmi dapat dimulai pada tahun 2010,
putaran pertama perundingan di tahun 2012, serta putaran kedua di tahun 2013.
Pada tahun 2013 hingga 2016, perundingan IACEPA diberhentikan. Namun, di
tahun 2016, perundingan tersebut direaktivasi dan memasuki perundingan ketiga,
keempat, kelima, dan keenam langsung dilaksanakan disepanjang tahun 2016.
Selama perundingan dari tahun 2010-2013, perundingan telah berjalan sebanyak
tiga kali. Perundingan pertama, kedua negara sepakat untuk membentuk suatu
23
kerja sama yang sifatnya komprehensif dan komersial dan fokus pada panduan
dasar untuk melaksanakan perjanjian selanjutnya serta susunan negosiasi.
Kemudian di pertemuan kedua yang merupakan negosiasi pertama, mulai
mempertimbangkan position paper yang diajukan oleh Indonesia-Australia
Business Partnership Group (IABPG) yang salah satunya adalah mengadakan
proyek percobaan pertukaran keterampilan tenaga kerja serta kerja sama di bidang
pertanian. (Momentum baru kemitraan Indonesia Australia (IA-CEPA), 2018)
Di perundingan pertama juga, kedua pihak mempublikasikan dokumen
yang telah disepakati pada putaran pertama sebagai bentuk transparansi publik.
Perundingan putaran kedua yang dilaksanakan saat pertemuan ketiga, yaitu tepat
saat kedua negara sepakat untuk melanjutkan kembali kerja sama IA-CEPA
perihal yang langsung menjadi kesepakatan kedua pihak adalah terkait dengan
keamanan makanan dan standar makanan yang akan diekspor oleh Indonesia ke
Australia. Putaran selanjutnya fokus pada pembahasan kembali kesepakatan awal
IACEPA seperti laporan dari IABPG, pertukaran keterampilan tenaga kerja,
peningkatan pendidikan, pelatihan, dan terkait dengan keamanan dan standar
makanan. Hasil dari perundingan keempat adalah kedua negara menyetujui untuk
adanya keterlibatan para pelaku usaha di berbagai sektor secara langsung guna
untuk memperluas informasi serta dapat memberikan pertimbangan yang efektif.
(Momentum baru kemitraan Indonesia Australia (IA-CEPA), 2018)
B. Perundingan IA-CEPA Pertama Tahun 2010
Pada bulan November 2010, di Jakarta, kepala negara Indonesia dan
Australia bertemu dan menyetujui kerja sama IA-CEPA. Pada pertemuan ini juga
24
mereka setuju bahwa IA-CEPA akan mengatur mengenai kerja sama ekonomi dan
perdagangan hingga perihal terkait investasi dengan tujuan adanya kontribusi
yang lebih besar dan aktif lagi dari kedua pihak untuk membangun suatu
kemitraan yang tingkatannya lebih tinggi dan saling menguntungkan satu sama
lain. Oleh karena itu, pada pertemuan ini juga menghasilkan suatu panduan yang
berisi prinsipprinsip dan objektif di dalam negosiasi IA-CEPA selanjutnya, yakni
(DFAT, 2019)
1. Negosiasi akan ditujukan untuk kemajuan bersama, mempercepat
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan standar hidup.
2. Kedua negara akan melakukan negosiasi dengan cara yang positif dan
dengan pemahaman yang setara.
3. Negosiasi yang akan terjadi berdasarkan Laporan pada tahun 2009
mengenai studi kelayakan kerja sama FTA antara Indonesia dan Australia,
position paper dari pihak Indonesia-Australia Business Partnership Group
(IABPG) tahun 2012, serta hasil yang dicapai dalam kesepakatan ASEAN-
Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA).
4. Kedua negara mengakui bahwa untuk mencapai suatu keuntungan
bersama, maka ruang lingkup IA-CEPA akan bersifat komprehensif dan
tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian, melainkan
untuk memfasilitasi arus barang, investasi dan jasa, dengan mengurangi
hambatan perdagangan (tarif, non tarif, dan perihal lintas batas lainnya),
menangani langkah-langkah investasi yang berefek menghambat, serta
meningkatkan kerjasma teknis lainnya di sektor tertentu yang
diidentifikasikan dapat menjadi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
25
5. Lingkup dan cakupan negosiasi akan sebagai berikut: a) Kerja sama
ekonomi b) Perdagangan Barang c). Perdagangan Jasa d). Investasi e).
Perpindahan Masyarakat f). Isu-isu lain seperti hak kekayaan intelektual,
lingkungan, pengadaan pemerintah, dan isu lain yang relevan dengan
realitas bisnis g) Ketentuan kelembagaan dan kerangka kerja seperti
transparansi, ketentuan kelembagaan, prosedur penyelesaian sengketa,
ketentuan umum dan pengecualian, serta ketentuan penutup.
6. Karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antar kedua
negara, maka IA-CEPA harus dapat mencakup ketentuan fleksibilitas yang
akan mempertimbangkan isu-isu pembangunan sehingga keseluruhan
IACEPA adalah berorientasi pada pembangunan.
7. Dalam komitmen IA-CEPA, termasuk pembagian kerangka waktu harus
ditandatangani pada tahap awal negosiasi.
8. Terminologi AI-CEPA akan ditinjau secara berkala sehingga memudahkan
revisi ketentuan dalam perjanjian dengan memperhitungkan perkembangan
yang terjadi di kedua negara.
9. IA-CEPA akan tetap konsisten dengan perjanjian WTO (World Trade
Organization), termasuk GATT (General Agreement on Tariffs and Trade)
pasal XXIV dan GATS (General Agreement on Trade in Services) pasal
V. Negosiasi IA-CEPA juga akan berusaha untuk mencapai hasil yang
komprehensif dan seimbang melalui negosiasi parallel di semua bidang
negosiasi.
26
10. Negosiasi dalam aspek kerja sama ekonomi akan dilakukan bersamaan
dengan negosiasi pada ketentuan lain dalam rangka mengakomodasi
masukan yang berasal dari negosiasi dari aspek lainnya.
11. IA-CEPA Pre-Agreement Facility, didirikan guna mendukung
perundingan IA-CEPA. IA-CEPA PAF akan mendanai kegiatan kerja
sama ekonomi yang telah disepakati bersama yang dilakukan selama
negosiasi oleh kedua pihak. (DFAT, Indonesia-Australia Comprehensive
Economic Partnership Agreement, 2019)
C. Perundingan IA-CEPA Kedua Tahun 2013
Perundingan IA-CEPA yang kedua dilaksanakan pada 29-31 Juli 2013.
Ketua delegasi dari Australia dikepalai oleh Departemen Urusan Luar Negeri dan
Perdagangan sedangkan dari Indonesia dikepalai oleh Menteri Perdagangan,
Direktorat Jendral Kerja sama Perdagangan Internasional. Di dalam putaran ini,
kedua pihak saling memberikan dukungan lebih lanjut terkait dengan perdagangan
bilateral serta kerja sama di bidang investasi yang telah dibicarakan oleh para
kepala negara di kegiatan Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting pada
bulan Juli 2013.
Selain itu, mereka juga mulai menganalisis pergerakan aktivitas
perdagangan antar negara untuk melihat hambatan-hambatan apa saja yang
mungkin terjadi di dalam hubungan perdagangan bilateral. Negosiasi yang
berjalan dalam putaran ini lebih memfokuskan negosiasi mengenai kerja sama
ekonomi dan keterlibatan dari para pemangku kepentingan seperti pelaku bisnis.
Setelah itu, pada putaran kedua juga kembali membicarakan dan
27
mempertimbangkan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat oleh kedua
pemerintah yang tertuang di dalam Indonesia-Australia Business Partnership
Group (IA-BPG) Position Paper serta melakukan pemeriksaan kembali pada
proyek pertukaran kecakapan pilot dan kerja sama di sektor pertanian yang telah
diajukan lebih dulu oleh IA-BPG. Persetujuan terkait publikasi dokumen panduan
dalam negosiasi IA-CEPA yang telah dirumuskan pada pertemuan pertama dan
perundingan pertama juga disahkan dalam putaran kedua ini. Hal tersebut
diberikan agar adanya transparansi dan sebagai dokumen petunjuk utama dalam
melakukan negosiasi-negosiasi di putaran selanjutnya. (Prihatini, 2017)
1. Hubungan Bilateral Indonesia-Australia Semasa Penonaktifkan IA-CEPA
Tahun 2013-2016
Setelah adanya ketegangan politik yang terjadi diantara kedua belah
pihak, tercatat dari mulai tahun 2013, perundingan maupun segala bentuk
negosiasi mengenai kerja sama IA-CEPA terhenti.
2. Perundingan IA-CEPA Pasca Diaktifkannya Kembali pada Tahun 2016
D. Perundingan IA-CEPA Putaran Ketiga Tahun 2016
Pada putaran ketiga ini, Indonesia mengharapkan bentuk dari kerja sama
IA-CEPA ini harus saling memberikan manfaat untuk keduanya, peraturannya
harus saling menguntungkan, dan early outcomes yang menjadi hasil dari
perjanjian ini dapat dicapai secara realistis dan benar-benar dapat
terimplementasikan dengan baik. Agenda utama yang didiskusikan dalam putaran
ketiga sebagai diskusi pertama yang dilakukan tepat setelah dinonaktifkannya
perundingan IA-CEPA sejak tahun 2013 silam yaitu mendiskusikan terkait
28
dengan perkembangan dari early outcomes yang telah dijanjikan dari awal
pembentukan IA-CEPA serta mendiskusikan isu utama dalam perjanjian ini
sendiri seperti perdagangan barang, jasa, hingga investasi. Dalam diskusi ini tidak
hanya melibatkan pihak pemerintah melainkan juga melibatkan grup-grup
pemangku kepentingan lainnya (Kementrian Perdagangan Indonesia, 2016)
E. Perundingan IA-CEPA Putaran Keempat Tahun 2016
Perundingan yang dilakukan antara Indonesia dan Australia pada putaran
keempat atau bisa disebut sebagai perundingan kedua setelah diaktifkannya
kembali perundingan IA-CEPA pada bulan Maret 2016 ini membicarakan terkait
dengan perdagangan jasa, investasi, e-commerce, kebijakan, dan juga ketentuan
dalam kerangka kerja sama ini. Oleh karena itu, banyak pihak yang terlibat di
dalam negosiasi putaran ini yaitu delegasi Australia dipimpin oleh DFAT dan
perwakilan dari kementerian bagian lain seperti industri, inovasi dan sains,
sumber daya air dan pertanian, kesehatan, pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain.
Sedangkan dari pihak Indonesia dipimpin oleh Kementerian Perdagangan dan
perwakilan dari kementerian maupun agensi bagian lainnya seperti luar negeri,
pertanian, keuangan, BKPM, BPOM, OJK, KPPU, dan Bank Indonesia (Indonesia
Country Brief, 2016)
Negosiasi yang berlangsung pada putaran keempat turut mendiskusikan
mengenai hasil awal (early outcomes) dalam IA-CEPA, seperti laporan IA-BPG,
hasil ternak dan daging segar, memorandum of understanding (MoU) atau kontrak
kerja sama di bidang jasa keuangan yaitu antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dengan Australian Centre for Financial Studies (ACFS), pendidikan serta
29
pelatihan kejuruan, standarisasi obat-obatan dan makanan, dan lain sebagainya.
Bagi Indonesia, IA-CEPA merupakan salah satu harapan Indonesia untuk
meningkatkan kinerja perdagangan nasionalnya (Kementrian Perdagangan
Indonesia, 2016)
F. Perundingan IA-CEPA Putaran Kelima Tahun 2016
Di dalam perundingan putaran kelima IA-CEPA yang dihadiri oleh
delegasi dari Australia yaitu DFAT, departemen edukasi dan pelatiham industri,
sumber daya air pertanian, industri, serta imigrasi dan perlindungan perbatasan
serta delegasi Indonesia yang diwakilkan oleh Kementerian Pedagangan,
pertanian, komunikasi, informasi dan teknologi, ESDM, BAPPENAS, BSN,
kementerian luar negeri, dan lain sebagainya. Pihak Indonesia mengusulkan untuk
adanya kerja sama yang lebih erat dan intensif lagi di bidang vokasional
mengingat daya saing tenaga kerja di Indonesia masih rendah dan perlu untuk
ditingkatkan agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya khususnya di Asia
Pasifik. Indonesia juga memiliki potensi yang besar di bidang sumber daya
manusia mengingat Indonesia menduduki peringkat lima teratas dengan penduduk
terbanyak di dunia dengan jumlah usia produktif yang tinggi. Area kerja sama
bidang vokasionalnya antara lain di bidang pendidikan, industri pertanian,
kehutanan, kesehatan, pariwisata, serta tenaga kerja. Selain menerima usulan dari
Indonesia terkait peningkatan kerja sama vokasional, di putaran kelima juga
membahas akses pasar di bidang perdagangan barang dan jasa serta pembahasan
lebih mendalam pada draft teks IACEPA secara keseluruhan (Analisis strategi
posisi runding dalam memperkuat kerjasama IA-CEPA, 2016)
30
G. PUTARAN 6 SAMPAI DENAN PUTARAN 12
Putaran ke enam yang dilaksanakan pada tanggal 20-24 Februari 2017 di
Canberra, Australia. Pada perundingan kerja sama IA CEPA ke enam ini, delegasi
Indonesia dipimpin langsung oleh Ketua Tim Perunding IA CEPA Deddy Saleh,
sedangkan Delegasi Australia dipimpin oleh Trudy Witbreuk. Menurut penuturan
Deddy Saleh kedua negara sedang membahas modalitas VET (vocation and
Education Training) tersebut. Menurut Dedy, Indonesia membutuhkan lebih
banyak sumber daya manusia yang berkualitas dengan kapasitas dan standar yang
tinggi sehingga dapat memberikan jasa dan keahlian terbaiknya. Dengan
demikian, SDM Indonesia akan bersaing secara global. Indonesia mengusulkan
kerja sama VET pada beberapa sektor, yaitu pendidikan, pertanian, industri,
kesehatan, pariwisata dan hospitality dengan jenjang pendidikan setingkat Sekolah
Menengah Kejuruan dan Diploma.
Putaran ke tujuh yang diadakan di Jakarta, 24 Mei 2017 - Indonesia dan
Australia kembali melakukan perundingan Indonesia - Australia Comprehensive
Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Kedua negara sepakat
menyelesaikan perundingan di tahun 2017. Dalam perundingan ini Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Deddy Saleh, sementara Delegasi Australia dipimpin
oleh Trudy Witbreuk. Isu-isu utama IA-CEPA yang dibahas adalah perdagangan
barang (termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan, dan fasilitasi
perdagangan, hambatan teknis perdagangan, sanitari dan phitosanitari),
perdagangan jasa (termasuk jasa keuangan, pergerakan perseorangan, jasa
keuangan, telekomunikasi), investasi, perdagangan elektronik, persaingan usaha,
31
dan ketentuan kerangka kelembagaan. (kemendag, Kementrian Perdagangan
Indonesia, 2016)
Putaran ke delapan yang di laksanakan pada 31 Juli - 4 Agustus 2017, di
Canberra, Australia. Isu-isu utama IA-CEPA yang dibahas adalah mengenai
perdagangan barang (termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan,
fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, serta sanitasi dan
fitosanitasi), perdagangan jasa (termasuk jasa keuangan, pergerakan perseorangan,
jasa keuangan, telekomunikasi), investasi, perdagangan elektronik, dan ketentuan
kerangka kelembagaan.
Masih dalam rangkaian perundingan, Kamis 3 agustus diadakan business
luncheon dengan para anggota Indonesia-Australia Business Partnership Group
(IA-BPG) yang merupakan perwakilan kedua negara. Pertemuan ini dimaksudkan
memberikan perkembangan terkini IA-CEPA dan meminta masukan dari sektor
bisnis kedua negara. Kemudian adanya pertemuan Business Forum dan
networking reception yang diselenggarakan oleh Australia-Indonesia Business
Council (AIBC).
Forum bisnis ini merupakan salah satu upaya kedua delegasi untuk
melibatkan sektor swasta sejak awal. Tujuannya adalah mendapatkan masukan
konstruktif dan memahami peluang-peluang yang muncul dari perjanjian IA-
CEPA di masa depan, sekaligus mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi.
Pada putaran ke sembilan Delegasi Indonesia dan Australia menyelesaikan
perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IA-CEPA) yang berlangsung sejak 2 - 6 Oktober 2017, di Jakarta.
32
Pada perundingan putaran kali ini Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deddy Saleh,
sementara Delegasi Australia dipimpin oleh Trudy Witbreuk.
Sejumlah isu utama yang menjadi perhatian dalam putaran ke-9 adalah
perdagangan barang (termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan,
fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, serta sanitasi dan
fitosanitasi), perdagangan jasa (termasuk jasa keuangan, pergerakan perseorangan,
jasa keuangan, dan telekomunikasi), investasi, perdagangan elektronik, dan
ketentuan kerangka kelembagaan.
Putaran ke sembilan ini merupakan kelanjutan perundingan putaran ke
delapan yang berlangsung di Canberra pada 31 Juli-4 Agustus 2017. Deddy
mengatakan, Australia meminta agar tarif bea masuk untuk sapi bakalan,
dihapuskan saja. Apabila disepakati, kedua negara akan menjalankan kerjasama
dengan konsep economic powerhouse.
Perundingan putaran ke sepuluh, Selain sapi, Australia meminta bea
masuk nol persen untuk sejumlah komoditas, termasuk susu skim. Di tanah air,
susu skim diolah menjadi susu kental manis yang selanjutnya diekspor ke
sejumlah negara lain di Asia. (perdagangan, Kementrian Perdaganagn, 2018)
Memasuki Perundingan Indonesia - Australia Comprehensive Partnership
Agreement (IA-CEPA) putaran ke-10 berakhir dengan hasil signifikan. Kedua
negara kini selangkah lebih dekat menuju kemitraan strategis. Perundingan yang
berlangsung pada tanggal 13-17 November 2017 ini merupakan tahap finalisasi
sebelum memasuki putaran akhir. Di putaran ke- 10 ini, tim delegasi berupaya
secara maksimal mencari titik keseimbangan dari berbagai kepentingan yang
33
diperjuangkan, khususnya terkait pengembangan potensi ekonomi kedua negara
tersebut. Beranjak dari keinginan itu, kedua juru runding sepakat mengadakan
perundingan satu putaran lagi di awal Desember 2017 guna mencapai hasil
perundingan yang memuaskan kedua belah pihak. (Kementrian Perdaganagn,
2018).
Putaran ke-11 Perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA) dilaksanakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, 4-
8 Desember 2017. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deddy Saleh didampingi
Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini. Hasil dalam perundingan
putaran ke-11 ini membahas mengenai akses pasar barang jasa dan investasi, serta
kerja sama ekonomi juga teks-teks perjanjian yang belum disepakati, pada putaran
ke-11 tim perunding telah mencapai batas mandatnya sehingga perlu meminta
arahan ke tingkat pejabat yang lebih tinggi (Menteri dan Wapres). Jefrey
Zhakariya. Kepala Seksi Pasifik Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Pesan E-mail kepada penulis, pada 12 November 2019 (Zhakariya, 2019).
Pada putaran terakhir perundingan IA-CEPA yang ke 12 diselenggarakan
di Jakarta tanggal 14-16 Agustus 2018. Direktur Perundingan Perdagangan
Bilateral, Ni Made Ayu Marthini, didampingi oleh Kepala Pusat Pengkajian
Perdagangan Luar Negeri (Djatmiko Bris Witjaksono), dan Kepala Pusat
Pengkajian Perdagangan Internasional (Sri Nastiti Budianti) memimpin delegasi
RI pada pertemuan dengan delegasi Australia untuk membahas hal-hal prioritas
terkait perdagangan barang dan kerja sama ekonomi guna penyelesaian
perundingan Indonesia- Australia Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IA-CEPA).
34
Delegasi RI diperkuat oleh Kementerian dan Lembaga terkait, yaitu
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Pertanian, dan Bappenas. Sedangkan, delegasi Australia dipimpin
oleh Andew Martin dari Department of Foreign Affairs and Trade Australia. Pada
putaran ke-12, secara umum yang di bahas mengenai isu yang telah . (Michael,
2018).
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Dinamika Hubungan Pemerintah Indonesia dan Australia Dalam
Penandatangan IA-CEPA
Indonesia dan Australia Merupakan bagian dari Benua Asia yang terdiri
dari berbagai pulau dan membentuk sebuah negara dengan jumlah penduduk
ratusan juta orang. Sedangkan Australia merupakan benua yang berbentuk
pulau yang memiliki wilayah yang luas dan terletak diantara Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik, serta diapit oleh kepulauan Asia Tenggara dan daratan
Kutub Selatan. Indonesia dan Australia merupakan dua negara yang sudah
lama menjalin hubungan bilateral , kedua negara seringkali digambarkan seperti
roller coaster yakni naik secara perlahan namun turun dengan sangat tajam
menjadi bagian dari sejarah hubungan kedua negara. Terkadang hubungan
antar kedua negara ini terlihat sangat bersahabat , kooperatif , dan saling
mendukung. Namun pada periode lainnya hubungan keduanya mendadak
berubah menjadi penuh ketegangan, memanas, saling curiga, dan kurang
bersahabat. (Yasmin, 2019)
Kondisi ini disebabkan oleh berbagai perbedaan mencolok diantara kedua
negara dan bangsa bertetangga, yang terkait dengan kebudayaan, tingkat
kemajuan pembangunan, orientasi politik dan ekonomi yang
mengakibatkan adanya perbedaan dalam prioritas kepentingan masing masing
negara. Meskipun Indonesia kurang memiliki bobot perekonomian seperti Cina
dan kekuatan aliansi keamanan seperti Amerika Serikat, namun karena
36
kedekatan strategis Indonesia akan selalu menjadi salah satu hubungan yang
paling penting bagi Australia. Tidak ada dua negara tetangga yang lebih
berbeda secara budayadari Australia dan juga Indonesia, ini menghadirkan
tantangan yang signifikan bagi hubungan keduanya,mengharuskan serangkaian
kompromi untuk tetap diupayakan terutama dalam memahami norma dan
kebiasaan-kebiasaan masing-masing negara. Keduanya pun telah melakukan
banyak hal untuk menjaga stabilitas kedua negara. Tidak jarang karakter
hubungan kedua negara ini berubah sangat cepat dalam beberapa periode.
(Assyaur, 2019)
1. Hubungan Bilateral Indonesia – Australia Era Orde Baru
Masa pemerintahan Orde Baru di Indonesia merupakan suatu
masa berkembangnya hubungan antara Indonesia dengan Australia.
Munculnya pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto disambut
baik oleh kalangan politisi Australia. Australia segera mengakui
kepemimpinan Orde Baru, karena Indonesia memperlihatkan sikap anti-
komunis yang keras dan menjalankan kebijakan luar negeri yang pro-
Barat.Berbeda dengan Soekarno politik luar negeri Soeharto dinilai oleh
pihak Australia cenderung lebih agresif. Pada era Soeharto ini Australia
segera bergabung dalam konsorsium lembaga keuangan internasional yaitu
Inter-Govermental Group on Indonesia (IGGI) pada tahun 1967, sebagai
kelompok negara-negara donor yang dibentuk khusus untuk membantu
pembangunan ekonomi Indonesia yang tengah melakukan stabilisasi. Pada
tahun 1968, dibentuk Cultural Agreement yang membantu program
37
pertukaran bersama di bidang budaya dan pendidikan. Selain itu, nampak
kedua pemimpin negara saling mengadakan kunjungan balasan pada
tahun 1970-an. Untuk membangun kembali hubungan yang baik.
(Andriani, 2017)
Menteri Luar Negeri Australia membuat dua kunjungan ke Indonesia
yaitu pada tahun 1966 dan 1967. Australia juga memberi bantuan ekonomi
kepada Indonesia. Bantuan Australia terus berlanjut dan alirannya
semakin meningkat. Pada bulan Desember 1970 Menteri Luar Negeri
Australia William McMahon, pada kunjungannya kepada Menteri
Perdagangan Indonesia Dr. Soemitro Djojohadikusumo, mengumumkan
dukungan bantuan sipil untuk proyek Indonesia yang bernilai lebih dari
$ 11 juta. Sejak awal 1970-an, Indonesia telah menjadi tujuan utama
wisata bagi masyarakat Australia. Dan sebaliknya, Australia telah
menjadi sumber wisatawan yang penting bagi Indonesia. Bali merupakan
provinsi yang paling dikenal. Pada masa kepemimpinan Soeharto
Australia mulai tertarik mengunjungi daerah-daerah lain di Indonesia.
Semakin banyak yang mulai mengunjungi kota-kota lain di Indonesia,
seperti Jakarta, Medan, Yogyakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan
Kupang, selain Denpasar.
Kepariwisataan telah menjadi cara yang penting untuk meningkatkan
pengetahuan orang Australia tentang bahasa dan budaya Indonesia. Pada
tahun 1992, kedua negara juga berhasil membuat Forum Menteri
Indonesia-Australia. Melalui forum ini diharapkan kedua negara dapat
38
meningkatkan kerjasama dibidang pangan dan pertanian, perdagangan,
industri dan investasi.Selain itu, dari kunjungan PM Paul Keating ke
Indonesia, RI- Australia menandatangani kesepakatan dibidang ekonomi
yaitu perjanjian pajak berganda yang membagi hak pajak kedua negara
dalam kegiatan ekspor dan impor. Perjanjian tersebut mengenai
pembebasan suatu barang yang diberikan satu negara untuk barangnya dan
jangan sampai satu komponen barang dikenakan pajak ganda. Selain itu,
Australia juga rutin memberikan bantuan kepada Indonesia sebesar 100
juta dollar Australia untuk pembangunan Kawasan Indonesia Timur.
(Zhakariya, 2019)
2. Hubungan Bilateral Indonesia – Australia Era Megawati
Soekarnoputri
Pada tanggal 12 agustus 2001 Perdana Menteri John Howard
datang berkuunjung ke Indonesia untuk memenuhi undangan dari
Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri. Kunjungan ini menghasilkan
sebuah kesepakatan bersama antara Indonesia dengan Australia
yang ditandatangani pada tanggal 13 Agustus 2001. Komunike bersama
itu memuat 15 poin kesepakatan antara Indonesia dan Australia. Oktober
2002 hubungan bilateral kedua negara sedikit banyak terbantu dengan
berbagai isu pertahanan dan keamanan. Salah satunya yakni peristiwa
terorisme di Bali, semakin membuka Indonesia dengan ajakan Australia
memperbaiki hubungan bilateral.
Pemerintah Indonesia dan Australia menyepakati Memorandum
of Understanding (MoU) on Combating International Terrorism.
39
Pemerintah Australia kemudian membentuk Joint Counter-Terrorism
Intelligence Unit yaitu dengan mengirim petugas untuk membantu
penyelidikan para pelaku pemboman di Bali Salah satu cara untuk
mencapai tujuan nasional negara Austaralia menjalin kerjasama ekonomi
dengan Indonesia, Australia menghendaki Indonesia cukup mapan dalam
bidang ekonomi. Pada tahun 2003 hingga tahun 2004, Proyek-proyek
penanaman modal luar negeri yang telah disetujui oleh Pemerintah
Indonesia dari Australia sebanyak 72 proyek dengan nilai investasi 606,6
Juta US$. Sejak tahun 1967 hingga 2004, proyek-proyek penanaman
modal luar negeri yang disetujui Pemerintah Indonesia dari Australia
sebanyak 665 proyek dengan nilai investasi 12.293,1 Juta US$.Pada masa
Megawati Soekarnoputri, Australia rutin memberikan bantuan ekonomi
setiap tahunnya. (Lisbet, Dinamika Hubungan bilateral indonesia australia
pasca hukuman mati chan dan sukirman, 2015)
Indonesia merupakan negara penerima bantuan ekonomi terbesar
Australia di banding negara Asia Timur lainnya. Pada tahun 2001-2002,
Indonesia total menerima bantuan ekonomi dari Australia sebesar 121,5
juta dolar US$. Setiap bantuan ekonomi yang diberikan Australia, tujuan
utamanya selalu menginginkan Indonesia yang tetap utuh, makmur dan
membangun demokrasi yang baik. Kemampuan Indonesia dalam
meningkatkan perkembangan ekonomi, reformasi, perkembangan serta
kestabilan ekonomi Indonesia menjadi perhatian tersendiri bagi Australia.
40
3. Hubungan Bilateral Indonesia – Australia Era Soesilo Bambang
Yudhoyono
Terbongkarnya kasus penyadapan terhadap Presiden SBY, Ibu negara,
dan sejumlah menteri oleh intelijen Australia membuat hubungan
antara Indonesia dan Australia mengalami ketegangan dan
menyebabkan perundingan IA-CEPA sempat tertunda. Hal ini merupakan
salah satu alas an mengapa kesepakatan IA-CEPA berlangsung cukup
lama. Setelah sempat memanas karena terbongkarnya skandal penyadapan
Australia atas para pejabata tinggi Indonesia, kedua negara berangsur
pulih. Di Pulau Dewata Bali 28 Agustus 2014, Australia besedia
menandatangani suatu perjanjian khusus yang diminta oleh Indonesia.
Nama resmi perjanjian itu adalah Tata Perilaku/ Code of Conduct
(COC) dalam rangka implementasi perjanjian kerangka kerjasama
keamanan kedua negara. Ketegangan antara Indonesia dengan Australia
mengenai skandal penyadapan ini tidak mengganggu hubungan ekonomi
antara kedua negara. Menteri Luar Negeri Julie Bishop menjelaskan
tidak ada hubungan sama sekali antara masalah tersebut dengan kegiatan
ekonomi kedua negara, bisnis orang Indonesia tetap berjalan normal
demikian juga sebalikya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non
migas Indonesia ke Australia pada Januari-Maret 2014 mencapai
US$1,02 miliar. Melonjak 53,69% dibandingkan dengan US$664,1 juta
pada periode yang sama tahun Terbongkarnya kasus penyadapan terhadap
41
Presiden SBY, Ibu negara, dan sejumlah menteri oleh intelijen Australia
membuat hubungan antara Indonesia dan Australia mengalami
ketegangan dan menyebabkan perundingan IA-CEPA sempat tertunda.
Hal ini merupakan salah satu alas an mengapa kesepakatan IA-CEPA
berlangsung cukup lama.
Setelah sempat memanas karena terbongkarnya skandal
penyadapan Australia atas para pejabata tinggi Indonesia, kedua negara
berangsur pulih. Di Pulau Dewata Bali 28 Agustus 2014, Australia
besedia menandatangani suatu perjanjian khusus yang diminta oleh
Indonesia. Nama resmi perjanjian itu adalah Tata Perilaku/ Code of
Conduct (COC) dalam rangka implementasi perjanjian kerangka
kerjasama keamanan kedua negara.Ketegangan antara Indonesia dengan
Australia mengenai skandal penyadapan ini tidak mengganggu
hubungan ekonomi antara kedua negara. Menteri Luar Negeri Julie
Bishop menjelaskan tidak ada hubungan sama sekali antara masalah
tersebut dengan kegiatan ekonomi kedua negara, bisnis orang Indonesia
tetap berjalan normal demikian juga sebalikya. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non migas Indonesia ke Australia
pada Januari-Maret 2014 mencapai US$1,02 miliar. Melonjak 53,69%
dibandingkan dengan US$664,1 juta pada periode yang sama tahun
4. Hubungan Bilateral Indonesia – Australia Era Joko Widodo
Mengingat kerjasama ekonomi yang telah terkena dampak
ketegangan sebelumnya, upaya peningkatan kerjasama ekonomi menjadi
42
hal yang wajar dilakukan oleh Australia. Pada tahun 2013-2015 saat
konflik sedang terjadi, perkembangan kerjasama perdagangan Australia-
Indonesia cenderung stabil. Total jumlah perdagangan dua arah pada tahun
2014 naik sekitar 15,664 juta A$ saat masa normalisasi hubungan kedua
negara, namun kembali turun sekitar 15,046 juta A$ pada tahun 2015.
Konflik Bali Nine berpengaruh pada pemberian bantuan Australia untuk
Indonesia. Menteri luar negeri Australia Julie Bishop, menyatakan bahwa
Australia akan mengurangi anggaran dana asing tahunan untuk Indonesia.
Pemotongan dana bantuan tersebut dari sekitar 605 juta A$ menjadi 600
juta A$ untuk berbagai program ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan
pembangunan Indonesia. Walau dana yang dipangkas tidak terlalu jauh
dari perkiraan awal, hal tersebut dapat menimbulkan prasangka bahwa
potongan bantuan merupakan balasan Australia atas eksekusi mati
duo Bali Nine karena Presiden Joko Widodo menolak usulan grasi
yang diajukan para tersangka.
Bali Nine merupakan sebutan khusus bagi sembilan orang pengedar
narkoba yang tertangkap di Bandara Ngurah Rai Bali pada 17 April
2005.Hubungan bilateral kedua negara sudah mulai membaik kembali
ditandai dengan kembalinya duta besar Australia Paul Grigson ke Jakarta
pada 8 Juni 2015. Kembalinya Paul Grigson ke Jakarta merupakan salah
satu bentuk upaya Australia untuk menormalisasi kembali hubungan
kedua negara. (Lisbet, 2015)
Setelah hubungan kedua negara kembali membaik, Steven Barraclogh
selaku Minister Counsellor Australia melalui Konferensi Bisnis
43
Indonesia-Australia 2015 membahas pelaksanaan IA- CEPA untuk
meningkatkan kerjasama ekonomi kedua negara. IA-CEPA dapat menjadi
sarana yang tepat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi karena sifatnya
yang komprehensif. Upaya perbaikan hubungan diplomatik kembali
dilakukan oleh pemerintah Australia.
Pada November 2015, Perdana Menteri Australia Malcolm
Turnbull yang menggantikan posisi Tonny Abbot sebagai Perdana
Menteri sebelumnya berkunjung ke Indonesia menemui Presiden
Joko Widodo. Dalam kunjungan tersebut PM Malcolm Turnbull
menyampaikan keinginan untuk mengaktifkan kembali perundingan IA-
CEPA. Hal tersebut membuahkan hasil yang positif bagi Australia
karena pada 2-4 Mei 2016 Indonesia menyetujui mengaktifkan kembali
perundingan IA-CEPA dalam bentuk putaran ketiga di Yogyakarta. (BBC,
2015)
B. KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA DALAM
PENANDATANGANAN KERJASAMA IA-CEPA
Dalam kerangka model aktor rasional, negara merupakan satu-satunya
actor utama yang berperan dalam mengeluarkan suatu kebijakan sebagai bentuk
untuk mencapai kepentingan negara. Salah satu bentuk kebijakan luar negeri
adalah membentuk suatu kerja sama dengan negara lain. Sebelum kerja sama
terbentuk, pihak yang terlibat di dalamnya harus melakukan perundingan terlebih
dahulu untuk saling menyelaraskan kepentingan di dalam kerja sama sehingga
keuntungan dari kerja sama bisa didapatkan oleh kedua belah pihak.
44
Di dalam proses menjalankan suatu perundingan di dalam kerja sama,
terdapat perhitungan kerugian dan keuntungan negara. Sebagai aktor yang
rasional, negara menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
kerugian yang ditanggung sekecilkecilnya serta kerja sama tersebut dapat
mengakomodir kepentingan nasional negara. Hal tersebut sejalan dengan yang
telah penulis jelaskan sebelumnya.Di dalam kasus ini, negara Indonesia
merupakan negara berdaulat yang rasional yang dimana memiliki kepentingan
nasional. Wilayah Indonesia pun sangat luas, paling luas di wilayah Asia
Tenggara dan berbatasan dengan benua Pasifik (Australia dan Selandia Baru).
Dalam meningkatkan perekonomiannya, Indonesia bekerja sama dengan berbagai
negara disekitarnya. Kerja sama tersebut berbentuk multilateral yaitu ASEAN
atau AANZFTA maupun berbentuk bilateral seperti Indonesia dengan Australia
membentuk IA-CEPA. (Allizon, 1971)
Perundingan kerja sama berbasis ekonomi antara Indonesia dan Australia
yang disebut IA-CEPA ini, sempat terhenti akibat adanya konflik politik yang
terjadi antara tahun 2013 hingga 2016. Kemudian di tahun 2016, Australia
mengunjungi Indonesia dengan agenda mengajak Indonesia untuk mengaktifkan
kembali perundingan kerja sama IA-CEPA. Indonesia memiliki dua pilihan
berbeda, yakni menerima untuk mengaktifkan perundingan kerja sama seperti
yang diminta oleh Australia atau menolak untuk mengaktifkan perundingan kerja
sama tersebut.
Dalam menentukan pilihannya sebagai bentuk suatu kebijakan luar negeri,
terdapat tiga hal penting yang menjadi faktor penentu pilihan mana yang
45
kemudian akan dipilih oleh negara, yakni tujuan, pilihan atau alternatif yang
tersedia, dan konsekuensi. Indonesia harus memperhitungkan kerugian dan
keuntungannya dari masing-masing pilihan tersebut. Kemudian menganalisis
pilihan mana yang memberikan keuntungan paling banyak untuk negara serta
pilihan mana yang dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan nasional.
Konsekuensi dari model actor rasional adalah negara harus memilih salah
satu dari pilihan-pilihan tersebut atau dapat dikatakan bahwa negara tidak akan
berada ditengah-tengah pilihan. Dikarenakan negara harus memilih salah satu dari
tiap pilihan yang ada, maka negara juga harus menanggung kerugian yang akan
ditimbulkan apabila memilih pilihan tersebut. Faktor penting lainnya adalah
tujuan negara. Ketersediaan alternatif atau pilihan, memilih pilihan tersebut,
hingga menanggung konsekuensi yang ada bertumpu pada dasar yakni
kepentingan nasional yang menjadi tujuan yang ingin diraih oleh negara. Salah
satu elemen dasar dari kepentingan nasional menurut Morgenthau adalah
kepentingan kesejahteraan ekonomi.
Hal tersebut kemudian dapat terealisasikan melalui politik luar negeri
Indonesia yang bersifat bebas aktif yakni Indonesia akan bebas dalam menjalin
kerja sama dengan negara manapun dan akan aktif berpartisipasi di panggung
internasional maupun global. Dalam perihal ini, Indonesia di tahun 2005 sepakat
untuk menjalin suatu kerja sama ekonomi bersama dengan negara tetangganya,
Australia namun di tahun 2013 perundingan kerja sama tersebut terhenti. Di tahun
2013 hingga 2016, PDB Indonesia memang meningkat namun tidak signifikan.
Selain itu, di tahun 2016, rasio perdagangan terhadap PDB Indonesia juga paling
46
kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN padahal luas wilayah
Indonesia paling besar diantara negara ASEAN lainnya. (Harnas, 2017)
Di tahun yang sama pula, ekspor kelapa sawit Indonesia sedang menurun
dan pasarnya pun cenderung stagnan. Meskipun neraca perdagangan Indonesia di
tahun 2016 mengalami surplus sebesar 8.78 miliar US$ meningkat dari tahun
2015 yang surplusnya $7.67 miliar namun nilai total ekspor di tahun 2016 masih
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukan
perekonomian Indonesia belum sepenuhnya baik karena masih adanya
ketimpangan ekspor dan impor. (Istiqamah, 2014)
Apabila perekonomian Indonesia belum baik, maka investor juga tidak
berani untuk melakukan investasi besar-besaran di Indonesia. Hal ini kemudian
berdampak pada proses pembangunan di Indonesia yang melambat. Padahal, di
tahun 2016, Presiden Joko Widodo sedang massif melakukan pembangunan
khususnya infrastruktur di Indonesia seperti pembangunan MRT, LRT, jalan
bebas hambatan di Pulau Sumatera dan sepanjang Pulau Jawa, dan
pembangunanpembangunan lainnya yang juga membutuhkan dana investasi dari
luar (FDI). Asumsi-asumsi rasional tersebut dibangun sejalan dengan tipe asumsi
rasional yang dikemukakan oleh Allizon,yakni purposive actions dimana
Indonesia menginginkan adanya peningkatan pada pertumbuhan ekonomi
sehingga tindakan yang mungkin dilakukan adalah meningkatkan aktivitas
perdagangan khususnya ekspor ke negara Australia, mendapatkan pasar baru
untuk ekspor produk unggulan Indonesia dan meningkatkan aliran investasi di
Indonesia. (Allizon, 1971)
47
Kemudian poin kedua adalah consistent preferences yaitu negara
menunjukkan kecenderungan yang konsisten. Pada hal ini, preferensi Indonesia
lebih cenderung kepada perihal ekonomi selain itu di tahun 2016 juga pilar utama
kebijakan luar negerinya adalah diplomasi ekonomi guna mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Oleh karena itu, perilaku-perilaku yang
seringkali dilakukan adalah mendorong adanya kerja sama di bidang perdagangan
maupun investasi serta membentuk kebijakan dalam berbagai kerja sama ekonomi
yang bersifat bilateral maupun multilateral.
Poin terakhir adalah utility maximation, setelah perilaku dilakukan secara
konsisten dan bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional, negara akan
memilih pilihan yang paling menguntungkan dan tidak banyak mencelakai
kepentingan negara sehingga Indonesia sebagai aktor rasional akan memilih untuk
mengaktifkan perundingan IA-CEPA bersama dengan Australia. (Mariyah, 2005).
Oleh karena itu, kepentingan nasional Indonesia dalam mengaktifkan
kembali IA-CEPA adalah kepentingan peningkatan ekonomi nasional yakni
dengan adanya IA-CEPA kembali akan berdampak positif pada tingkat
perekonomian di Indonesia dan memperbaiki hubungannya dengan Australia. Jika
dilihat dari perihal-perihal yang diajukan oleh pihak Indonesia di perundingan
seperti dukungan dalam pembuatan kerja sama investasi yang apik, analisis
hambatan pada perdagangan barang dan jasa dan solusinya, serta adanya
peningkatan pelatihan pada sumber daya manusia di Indonesia. Pelatihan sumber
daya manusia merupakan suatu investasi jangka panjang untuk meningkatkan
48
kualitas SDM menjadi berdaya saing dengan negara lain setidaknya di wilayah
ASEAN.
Di tahun 2016 pula Indonesia mulai menggencarkan untuk penerapan
diplomasi ekonomi di dalam program kebijakan luar negerinya. Salah satu strategi
diplomasi ekonomi itu sendiri adalah memperkuat diplomasi Indonesia ke Negara
lain dengan prospek pasar yang baik. Indonesia telah melakukan diplomasi
dengan Australia di dalam IA-CEPA dengan prospek Australia dapat menjadi
pasar ekspor baru Indonesia di sektor industri minyak kelapa sawit sehingga
ekspor pada neraca perdagangan akan terus surplus. (Chauvel, 2005).
Jadi, setelah Australia mengunjungi dan mengajak Indonesia untuk
mengaktifkan IA-CEPA kembali, pilihan Indonesia adalah mengaktifkan kembali
atau tidak mengaktifkan perundingan kerja sama IA-CEPA ini. Dilihat dari
keuntungan dan kerugian dari masing-masing pilihan, Indonesia lebih banyak
diuntungkan apabila mengaktifkan kembali perundingan IA-CEPA karena banyak
sekali peluang-peluang bersifat ekonomi yang dapat dimanfaatkan Indonesia
dalam kerja sama IA-CEPA. Meskipun begitu, terdapat kerugian yang ditanggung
oleh negara sebagai suatu konsekuensi dari memilih suatu pilihan. Kerugian yang
mungkin terjadi adalah masuknya daging sapi dan produk pertanian lainnya secara
massif ke pasar Indonesia. Disini Indonesia harus berhati-hati untuk mengatur
impor yang masuk karena kembali lagi ke tujuan utama yang menjadi kepentingan
nasional Indonesia di dalam kerja sama IA-CEPA adalah kesejahteraan ekonomi
dengan memperbaiki pertumbuhan perekonomian serta neraca perdagangan
Indonesia. (Chrismonita, 2020).
49
Meningkatkan nilai ekspor dibanding impor yang juga berguna untuk
mengurangi tingkat ketergantungan Indonesia terhadap suatu komoditas impor.
Namun, meskipun kepentingan utamanya adalah kepentingan ekonomi, terdapat
pula kepentingan tersirat di dalamnya yakni kepentingan politik. Dukungan politik
dari pihak luar atas beberapa isu tertentu di Indonesia diperlukan pula oleh
Indonesia agar bisa mempermudah untuk mencapai tujuannya.
1. Keuntungan dan Kerugian Indonesia dalam Mengaktifkan Kembali
Perundingan Kerja Sama IA-CEPA 2016
Kerja sama IA-CEPA merupakan kerja sama di bidang ekonomi yang
dibentuk antara pihak Indonesia dan Australia pada tahun 2005. Awal
pembentukan kerja sama ini ditujukan untuk membentuk suatu pondasi kerja
sama di sector ekonomi, pendidikan, dan isu lain yang bersifat transnasional
sehingga dapat menciptakan iklim yang baik untuk pengembangan bisnis dan
investasi di Indonesia maupun Australia serta mempererat hubungan bilateral
antara Indonesia dan Australia itu sendiri. Beberapa sektor utama dalam kerja
sama ini adalah pariwisata, ketersediaan makanan, dan pengembangan
sumber daya manusia. Pada tahun 2010 hingga 2013, perundingan mengenai
kerja sama IA-CEPA mulai berjalan.
Namun, pada tahun 2013 terdapat isu penyadapan pemerintah
Australia kepada pemerintah Indonesia. Isu tersebut menghilangkan
kepercayaan pemerintah Indonesia ke pemerintah Australia sehingga
Indonesia memutuskan untuk menonaktifkan perundingan kerja sama IA-
CEPA yang telah berjalan sebanyak dua kali pada saat itu. Kemudian, di
50
tahun 2016 dimana Australia mengunjungi Indonesia dalam rangka
memperbaiki hubungan antar kedua dan mengajak Indonesia untuk
melanjutkan perundingan kerja sama IA-CEPA yang sempat terhenti selama
tiga tahun. Pemerintah Indonesia memiliki pilihan untuk menyetujui
pengaktifan perundingan kerja sama IA-CEPA atau tetap menunda
pengaktifan perundingan kerja sama tersebut. Suatu kerja sama yang dibentuk
oleh negara pasti didasari dari adanya keuntungan yang ingin didapatkan oleh
negara tersebut. Begitu pula dalam mengaktifkan perundingan kerja sama
yang telah sempat berjalan sebelumnya dimana kerja sama tersebut harus
dapat mengakomodir tujuan dan memberikan keuntungan bagi negara.
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kerja sama IA-CEPA yang merupakan kerja sama ekonomi berfokus
pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan volume perekonomian
diantaranya adalah kegiatan ekspor-impor yang akan dilakukan oleh
Indonesia maupun Australia. Kegiatan ekspor-impor Indonesia menyumbang
sebanyak 36 persen dari keseluruhan PDB yang diperoleh di tahun 2016
(ASEAN Statistics Report, 2016).
Menurut (Asbiantari, 2016) kegiatan ekspor-impor suatu negaraadalah
perihal yang penting untuk mendongkrak perekonomian negara tersebut.
Apabila Indonesia memutuskan untuk mengaktifkan kembali perundingan
kerja sama ini, maka kegiatan ekspor Indonesia ke Australia akan meningkat.
Komoditas-komoditas ekspor dan impor Indonesia diklasifikasi menjadi dua
sector yakni migas dan non-migas. Berdasarkan data Kementerian
51
Perdagangan (2016) yang didapatkan, ekspor dari Indonesia ke Australia
didominasi oleh sektor non migas sebanyak 2.671 juta US$ sedangkan sektor
migas sebesar 8 juta US$.
Di Indonesia sendiri, ekspor Indonesia di sektor migas tahun 2016
sebesar 9% dari total ekspor secara keseluruhan sedangkan ekspor non-migas
sebanyak 91%. Komoditas utama yang diekspor dengan jumlah besar oleh
Indonesia ke Australia meliputi minyak mentah, minyak olahan, hasil
tambang (baja, besi, alumunium), kayu, pupuk, karet, serta bahan-bahan
kimia pembunuh hama tanaman.
Menurut data dari Kementerian Perindustrian (2016), ekspor industri
bahan kimia dan barang dari bahan kimia berperan sebesar 9%, industri
logam dasar (baja, besi dan alumunium) sebesar 8%, industri karet dan barang
dari karet sebesar 6% serta industri kayu dan barang dari kayu dan gabus
sebesar 3% dari total ekspor hasil industri. Sedangkan terkait dengan
komoditas impor Indonesia dari Australia, meliputi gandum, hewan hidup,
gula dan madu, daging, produk olahan susu, dan batu bara. Total impor
Indonesia di sektor non migas tahun 2016 yakni 86% lebih besar daripada
sektor migas di angka 14%. Produk-produk impor utama dari Australia lebih
mengarah kepada sektor pertanian, industri makanan, dan industry produk
dari batu bara dan pengilangan minyak bumi. Total impor Indonesia di sektor
pertanian tahun 2016 sebanyak 5%, industri makanan 9%, dan industry
produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi sebesar 0.10. Rasio
perdagangan ekspor-impor Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
52
di tahun 2016 adalah 36% dimana PDB Indonesia mencapai 932,3 miliar US$
dan total perdagangan 335 miliar US$. Angka rasio perdagangan terhadap
PDB sebesar 36% merupakan angka paling rendah apabila dibandingkan
dengan rasio perdagangan terhadap PDB negara-negara di Asia Tenggara
lainnya seperti Myanmar, Filipina, dan Laos. Myanmar mencapai 51%, Laos
58%, dan Filipina 65%. Rasio Ekspor-Impor Negara-Negara ASEAN
Terhadap PDB Masing-Masing Negara Tahun 2016. Rasio antara volume
ekspor-impor terhadap PDB yang rendah membuat ekonomi domestik tidak
berpengaruh secara signifikan pada saat ekonomi global membaik.
Namun, apabila perekonomian global memburuk, maka akan terkena
dampaknya. Oleh karena itu, Indonesia harus meningkatkan kegiatan
perdagangannya yakni ekspor-impor untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian Indonesia sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ari Ginting yang menjelaskan bahwasanya peningkatan
ekspor suatu negara akan mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut
secara signifikan dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Apabila
ekspor meningkat sebanyak 1 persen, maka akan meningkatkan pertumbuhan
6 persen dan apabila ekspor menurun 1 persen, maka akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pula (Astuti&Ayuningtyas, 2018).
Sedangkan impor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi namun apabila volume impor lebih besar daripada
ekspor maka neraca perdagangan akan defisit sehingga pertumbuhan ekonomi
akan negatif. Hal tersebut menyatakan bahwa untukmendorong pertumbuhan
53
ekonomi Indonesia, maka Indonesia harus meningkatkan jumlah ekspornya
(Salomo&Hutabarat, 2007 & Haryati&Hidayat 2014).
Langkah yang dapat diambil oleh Indonesia untuk meningkatkan
ekspornya menurut Hutabarat (2017) adalah sebagai berikut:
a. Menyederhanakan sistem administrasi ekspor melalui Indonesia
National Single Window (INSW)
b. Meningkatkan riset dan mengembangkan hasil produk Indonesia
c. Meningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur
d. Menstabilkan nilai tukar rupiah
e. Meningkatkan penyelesaian masalah tenaga kerja
f. Melakukan eksplorasi ekspor pasar yang baru (Kontan, 2017).
Dalam melakukan eksplorasi ekspor pasar yang baru, produk yang akan
diekspor juga harus memiliki keunggulan dibandingkan produk sejenis di negara
tujuan pasar ekspor baru (Ahmed at.al.2013).
Kerugian di sektor ekspor yang ditanggung oleh Indonesia apabila tidak
mengaktifkan IA-CEPA adalah tidak adanya sektor yang membantu peningkatan
PDB Indonesia serta produk-produk Indonesia juga akan sulit masuk ke Australia
karena masih adanya penerapan tariff ekspor. Jika perundingan IA-CEPA
diaktifkan kembali, Indonesia dapat mengajukan peniadaan tariff ekspor untuk
produk Indonesia ke Australia dan meningkatkan kualitas produknya untuk
diekspor ke Australia dengan harga yang murah dikarenakan tidak adanya tariff
ekspor serta tidak memerlukan biaya logistik yang besar sebab letak geografis
yang berdekatan.
54
2. Kepentingan Nasional Australia Dalam Penandatanganan Kerjasama IA-
CEPA
Melalui IA-CEPA, Investor Australia akan mendapatkan kemudahan
untuk berinvestasi0 di sector jasa keuangan, agribisnis, pariwisata, pertambangan,
rumah sakit, infrastruktur1 dan pendidikan. Indonesia tidak akan dapat membatasi
tingkat kepemilikan1 Australia atau mengharuskan kepemilikan divestasi di
bawah persentase yang. disepakati (dengan pengecualian terbatas). Sebagai salah
satu ekonomi dengan .pertumbuhan tercepat di Indo-Pasifik, Indonesia
menghadirkan peluang signifikan bagi bisnis Australia. Hasil akses pasar pada
layanan dan investasi 1akan memberikan peningkatan kepastian bagi bisnis
Australia dan 1penyedia layanan pasar di Indonesia, termasuk tingkat kepemilikan
Australia yang terjamin.1
C. DUA-BELAS PUTARAN IA-CEPA
IA-CEPA merupakan perjanjian dagang bilateral ke-5 yang ditandatangani
Indonesia dalam tiga tahun terakhir, setelah Indonesia-Chile CEPA (Desember
2017), Preferensi unilateral Indonesia-Palestina (Desember 2017), pengkajian
ulang perjanjian perdagangan preferensial Indonesia-Pakistan (Januari 2018), dan
Indonesia-EFTA CEPA (Desember 2018). Sebagai salah satu bentuk perjanjian
kerjasama, IA-CEPA melaksanakan perundingan yang akan disepakati oleh
Australia dan Indonesia. Perundingan IA-CEPA telah dilaksanakan hingga
putaran kedua pada tahun 2013. Putaran pertama negosiasi IA-CEPA yang telah
dilaksanakan pada 26-27 September 2012 di Jakarta, Indonesia dan ditutup pada
tanggal 26-27 Maret 2013.
55
Pada putaran pertama ini, para delegasi sepakat untuk menegaskan
kembali komitmen Australia-Indonesia mengenai kesepakatan yang bersifat
komprehensif dan bermakna komersial. Selain itu kedua belah pihak saling
memberikan informasi mengenai tantangan yang akan dihadapi untuk menjalin
hubungan perdagangan dan investasi bilateral. Pada tanggal 26-27 Maret 2012,
IA-CEPA dilaksanakan di Jakarta. Untuk menjalankan negosiasi, pihak yang
terlibat di dalamnya tidak hanya negara. Indonesia– Australia Business
Partnership Group (IA-BPG) menjadi aktor yang penting dalam perjanjian
tersebut.
Pada pertemuan tersebut para pihak yang bersangkutan
mempertimbangkan position paper yang di ajukan oleh IA-BPG. Dalam position
paper IA-BPG mengusulkan adanya proyek percobaan seperti Diet Sehat untuk
meningkatkan konsumsi daging merah di Australia dan konsumsi buah tropis di
Australia, serta peningkatan Tenaga Kerja Terampil untuk pengembangan
keterampilan di Indonesia dan juga di Australia. Pada putaran pertama ini
Indonesia dan Australia mencapai kesepakatan tentang prinsip panduan tujuan dan
susunan negosiasi, fokus terhadap dasar yang akan menjadi panduan dalam
pelaksanaan perjanjian yang akan datang.
Selanjutnya, putaran kedua negosiasi IA-CEPA dilaksanakan pada tanggal
29 hingga 31 Juli 2013, di Canberra, Australia. Pada putaran kedua ini, Australia
dan Indonesia berfokus terhadap kelanjutan dari kerjasama ekonomi serta
keterlibatan pemangku kepentingan dalam perjanjian ini. Putaran kedua
melajutkan pertimbangan position paper dari IA-BPG yang salah satunya
56
mengusulkan adanya proyek percobaan diet sehat dan pertukaran keterampilan
tenaga kerja dan kerjasama pertanian. Selain itu, pada putaran kedua negosiasi IA-
CEPA kedua negara sepakat untuk mempublikasikan secara terbuka dokumen
prinsip panduan tujuan dan susunan negosiasi. Dokumen tersebut telah disepakati
dalam putaran negosiasi pertama. Hal ini membuktikan salah satu bentuk
transparansi terhadap publik oleh kedua negara dalam melaksanakan kesepakatan
IA-CEPA.
Negosiasi IA-CEPA putaran ke tiga kembali dilakukan pada tahun 2016.
Putaran ketiga dilaksanakan di Yogyakarta, Indonesia pada tanggal 2-4 Mei 2016.
Dalam negosiasi tersebut, kepala negosiator kembali mengingatkan prioritas IA-
CEPA dengan mewujudkan suatu program kerja yang segera direaliasikan. Para
negosiator dari Australia dan Indonesia kembali merembukkan mengenai masa
depan perdagangan barang jasa, investasi, hingga adanya peningkatan fokus
terhadap isu kebijakan e-commerce dan persaingan perdagangan lintas sektor.
Pada negosiasi ini, IA-BPG melakukan konsultasi dengan industry Australia dan
Indonesia serta DFAT (Department of Foreign Affairs and Trade) untuk meminta
saran dari individu maupun pelaku ekonomi yang tertarik dalam memberikan
informasi dalam negosiasi IA-CEPA putaran selanjutnya untuk memperluas
informasi dan pertimbangan yang efekti untuk di tentukan para pemangku
kepentingan.
Pertimbangan yang akan dinegosiasikan akan menjadi dasar dari
terbentuknya suatu aturan yang mengikat dari kedua negara dalam suatu
kerjasama. Maka kontribusi dari para pelaku ekonomi di kedua negara baik
57
individu maupun kelompok menjadi hal yang baik untuk hasil perjanjian
IACEPA. Kedua pihak juga akan menyusun struktur chapter Trade in Goods dan
pembahasan tindak lanjut mengenai early Outcome yang terkait perdagangan
barang yaitu dalam kesepakatan awal yang pertama adalah Food Safety
Cooperation Forum (FSCF). FSCF adalah kesepakatan dimana Australia
membantu Indonesia untuk menyesuaikan dan mematuhi ketentuan SPS di pasar
ekspor dan menerapkan serta mengembangkan ketentuan SPS di negara Indonesia
melalui FSCF dengan meningkatkan kapasitas untuk mengembangkan dan
menerapkan ketentuan SPS. Dengan dimasukkannya agenda Indonesian Food
Innovation Center dalam kerangka kerjasama bilateral yang komprehensif.
Kesepakatan awal yang kedua adalah Mutual Recognition on Food Standard.
Program ini akan membuat Indonesia menerapkan standar yang sangat tinggi
untuk produk makanan yang akan dieskpor ke Australia.Ini merupakan keinginan
dari pihak Australia karena mereka yang menerapkan standar yang sangat tinggi
terhadap produkOyang01dikonsumsinya. 1
Putaran 1keempat 1dilaksanakan 1pada 23-26 Agustus 2016 di Sydney,
Australia. Dalam negosiasi putaran keempat, IA-CEPA focus terhadap isu
perdagangan barang, perdagangan jasa (termasuk jasa keuangan dan
telekomunikasi), investasi, 1e-commerce, kebijakan 1persaingan, serta ketentuan
lembaga dan 1kerangka kerja. Putaran 1keempat 1memperlihatkan 1peningkatan
terhadap 1isu-isu 1selain 1ekspor- impor 1barang dan 1jasa. Hasil 1perundingan
keempat adalah 1Indonesia-Australia 1sepakat 1dalam melibatkan 1para pelaku
1usaha secara aktif selama perundingan 1berlangsung.Selain itu 1Australia-
58
Indonesia sepakat mendorong kerja sama di 1berbagai sektor, termasuk
pendidikan, tenaga kerja, keuangan, pertanian, inovasi 1pengolahan makanan,
1pariwisata, 1 dan infrastruktur seperti yang telah 1dipaparkan di paragraf1
sebelumnya. Hal ini semakin memudahkan para pelaku1 usaha untuk mengambil
manfaatOdariOadanyaOIA-CEPA. 1
Perundingan 1ke lima IA-CEPA 1dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat,
31 Oktober-4 November 2016. Pada 1perundingan ke-5 ini, kedua1 Negara
menyatakan sangat optimis dapat menghasilkan1 kemajuan yang1 signifikan.
Indonesia 1mengusulkan 1kerja sama terkait bidang vokasional. Kedua Negara
juga telah membahas akses 1pasar di bidang 1perdaganga barang dan jasa serta
pembahasan 1lebih 1mendalam 1seluruh draf teks IA-CEPA. 1
Perundingan ini merupakan1 kelanjutan dari1 perundingan ke-4 1yang
dilaksanakan pada 23-26 Agustus 20161 di Sydney, 1Australia. Isu utama1
IACEPA yang dibahas dalam1 Perundingan1 ke-5 ini antara lain1 Trade in
Goods, 1Rules of Origin, Custom Procedures and Trade Facilitation, 1 Sanitary
and Phytosanitary, Technical Barriers to Trade, Trade in Services, Professional
Services, Financial Services, Telecommunication, 1Investment, 1E-Commerce,
1Competition Policy, dan Institutional and Framework 1Provisions Perundingan
1IA-CEPA Putaran Ke-5 diselenggarakan1 di Hotel Papandayan, Bandung pada1
tanggal 31 Oktober1- 4 November 12016 dengan dihadiri oleh 114 Delega1si
Indonesia dan 38 Delegasi Australia. 1
Putaran ke enam yang dilaksanakan pada 1tanggal 20-24 Februari 2017
1di Canberra, Australia. Pada perundingan kerja sama IA CEPA1 ke enam
59
ini,Delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh Ketua Tim Perunding 1IA CEPA
Deddy Saleh, sedangkan Delegasi Australia dipimpin 1oleh Trudy Witbreuk.
1Menurut penuturan Deddy Saleh kedua negara 11sedang membahas modalitas
1VET (vocation and Education Training) tersebut. 1Menurut Dedy, 1Indonesia
membutuhkan lebih banyak sumber daya 1manusia yang 1berkualitas dengan
kapasitas dan standar yang tinggi sehingga dapat memberikan 1jasa dan keahlian
terbaiknya. Dengan demikian, SDM 1Indonesia akan 1bersaing secara1 global.
Indonesia 1mengusulkan kerja sama VET 1pada beberapa 1sektor, yaitu
1pendidikan, 1pertanian, industri, kesehatan, pariwisata 1dan 1hospitality dengan1
jenjang pendidikan setingkat Sekolah Menengah Kejuruan dan Diploma. 1
Putaran ke tujuh yang 1diadakan di Jakarta, 24 Mei 2017 - Indonesia 1dan
Australia kembali melakukan 1perundingan Indonesia -Australia1Comprehensive
Economi Partnership Agreement (IA-CEPA). Kedua 1Negara sepakat
menyelesaikan perundingan di tahun 2017. Dalam 1perundingan ini Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Deddy Saleh, 1Delegasi Australia dipimpin oleh Trudy
Witbreuk. Isu-isu utama IA-CEPA yang dibahas adalah perdagangan barang
(termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan, dan fasilitasi perdagangan,
hambatan teknis perdagangan, sanitari dan phitosanitari), perdagangan jasa
(termasuk jasa keuangan, pergerakan perseorangan, jasa keuangan,
telekomunikasi), investasi, perdagangan elektronik, persaingan usaha, dan
ketentuan kerangka kelembagaan.
Putaran ke delapan yang di laksanakan pada 31 Juli - 4 Agustus 2017, di
Canberra, Australia. Isu-isu utama IA-CEPA yang dibahas adalah
60
mengenaiperdagangan1 barang 1 (termasuk ketentuan asal barang, 1prosedur
kepabeanan, fasilitasi perdagangan, 1hambatan teknis perdagangan, 1serta sanitasi
dan fitosanitasi), perdagangan 1jasa (termasuk jasa 1keuangan, pergerakan
perseorangan, jasa keuangan, telekomunikasi), 1investasi, perdagangan elektronik,
dan ketentuan kerangka 1kelembagaan. Masih dalam rangkaian 1perundingan,
Kamis 3 agustus diadakan business 1luncheon dengan para 1anggota Indonesia-
Australia Business 1Partnership Group (IA-BPG) yang 1merupakan perwakilan
kedua 1negara. Pertemuan ini 1dimaksudkan memberikan 1perkembangan terkini
IA-CEPA dan 1meminta masukan dari sektor bisnis kedua 1negara. Kemudian
adanya pertemuan 1Business Forum dan networking 1reception yang
diselenggarakan 1oleh Australia-Indonesia Business 1Council (AIBC). Forum
bisnis ini 1merupakan salah satu upaya kedua 1delegasi untuk melibatkan 1sektor
swasta sejak awal. Tujuannya adalah mendapatkan masukan konstruktif dan1
memahami1 peluang-peluang yang muncul dari perjanjian IA-CEPA di masa
depan, sekaligus mengantisipasi tantangan 1yang akan dihadapi. 1
Pada putaran ke sembilan 1Delegasi Indonesia dan 1Australia
menyelesaikan perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA) 1yang berlangsung 1sejak 2-6 Oktober 2017,
diJakarta. Pada perundingan putaran kali ini Delegasi 1Indonesia 1dipimpin oleh
Deddy Saleh, sementara1 Delegasi Australia 1dipimpin1 oleh Trudy Witbreuk.
1Sejumlah isu utama1 yang menjadi perhatian 1dalam putaran ke-9 1adalah
perdagangan barang (termasuk1 ketentuan asal barang, prosedur 1kepabeanan,
fasilitasi 1perdagangan, 1hambatan teknis perdagangan, serta sanitasi dan1
61
fitosanitasi), perdagangan jasa 1 (termasuk jasa keuangan, pergerakan
perseorangan, 1jasa keuangan, dan telekomunikasi), investasi, 1perdagangan
elektronik, dan 1ketentuan kerangka 1kelembagaan. Putaran ke sembilan ini
1merupakan kelanjutan perundingan putaran ke delapan1 yang berlangsung di
Canberra 1pada 31 Juli-4 1Agustus 2017. Deddymengatakan, 1 Australia
meminta1 agar tarif bea masuk 1untuk sapi bakalan, dihapuskan saja. Apabila
disepakati, 1 kedua negara1 akan1 menjalankan kerjasama1 dengan konsep
economic powerhouse. 1Selain sapi, Australia meminta 1bea masuk nol persen
untuk 1sejumlah komoditas, termasuk susu skim. Di tanah air, susu skim diolah
menjadi 1susu kental manis yang selanjutnya diekspor ke sejumlah negara lain di
Asia. 1
Memasuki 1Perundingan Indonesia-Australia Comprehensive1 Partnership
Agreement (IA-CEPA) putaran ke-10 berakhir dengan hasil signifikan. Kedua
negara kini selangkah lebih dekat menuju kemitraan strategis. Perundingan yang
berlangsung 1pada 1tanggal 13-17 November 2017 ini1 merupakan tahap
finalisasi sebelum 1memasuki 1putaran 1akhir. 1Di putaran ke- 10 ini, 1tim
delegasi berupaya secara maksimal1 mencari 1titik keseimbangan dari berbagai1
kepentingan yang diperjuangkan, khususnya terkait1 pengembangan1 potensi
ekonomi1 kedua negara tersebut. Beranjak1 dari1 keinginan1 itu, kedua juru
runding1 sepakat mengadakan perundingan satu putaran lagi di awal Desember
2017 guna mencapai hasil perundingan0yang1memuaskan1kedua1belah1pihak.1
Putaran ke-11 Perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA) dilaksanakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, 4-
62
8 Desember 2017. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deddy Saleh didampingi
Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini. Hasil dalam perundingan
putaran ke-11 ini membahas mengenai akses pasar barang jasa dan investasi, serta
kerja sama ekonomi juga .teks-teks .perjanjian. yang belum disepakati, pada
putaran ke-11 tim perunding telah mencapai. batas. mandatnya sehingga perlu
meminta arahan ke tingkat pejabat yang lebih tinggi (Menteri dan Wapres). .
Pada putaran terakhir perundingan IA-CEPA yang ke 12 diselenggarakan
di Jakarta tanggal 14-16. Agustus 2018. Direktur. Perundingan Perdagangan.
Bilateral, Ni Made .Ayu Marthini, didampingi oleh. Kepala Pusat Pengkajian
Perdagangan Luar Negeri. (Djatmiko Bris Witjaksono), dan Kepala Pusat
Pengkajian Perdagangan. Internasional . (Sri Nastiti. Budianti) memimpin
delegasi.RI pada pertemuan dengan .delegasi Australia untuk membahas hal-hal
prioritas. terkait perdagangan barang dan kerja sama ekonomi guna penyelesaian.
perundingan Indonesia-Australia Comprehensive .Economic Partnership
Agreement (IA-CEPA) .
Delegasi RI diperkuat oleh Kementerian dan Lembaga terkait, yaitu
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Pertanian, dan .Bappenas. Sedangkan, delegasiAustralia dipimpin
oleh Andew Martin dari Department of Foreign Affairs. and Trade Australia.
Pada putaran ke-12, secara umu yang di bahas. mengenai isu yang telah di bahas
pada putaran ke 11. Tim perundingan sudah. mendapatkan mandat arahan
sehingga. walaupun tidak semua isu perundingan dapat diselesaikan. dalam
putaran ke-12, namun penyelesaian perundingan sudah terlihat dan dapat.
diselesaikan di pertemuan ketua perunding. .
63
Setelah melakukan. perundingan selama delapan tahun. IA-CEPA dapat
ditandatangani pada tahun. ke Sembilan. Penandatanganan perjanjian kemitraan
ekonomi komprehensif. kedua negara (IA-CEPA) ini. dilaksanakan di Jakarta,
Senin 4 februari. 2019. Penandatanganan. kesepakatan ini dilakukan oleh Menteri
Perdagangan RI Enggartiasto. Lukita dan Menteri. Perdagangan, Pariwisata, dan
Investasi Australia, Simon .Birmingham, serta disaksikan angsung oleh Wakil
Presiden RI, Jusuf Kalla, di hadapan. para pelaku usaha, wakil pemerintah, dan
beberapa perwakilan undangan lainnya. .
Dalam sambutan kedua Menteri Perdagangan menegaskan, bahwa IA-
CEPA memiliki semangat saling menguntungkan bagi kedua negara. Setelah
proses penandatanganan IA-CEPA, selanjutnya. adalah ratifikasi oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah. ratifikasi selesai, maka dilakukannya
pertukaran naskah perjanjian melalui nota diplomatik .untuk menginformasikan
seluruh persyaratan. pemberlakuan persetujuan tersebut telah dilaksanakan. Maka
setelah itu IA-CEPA dapat di publikasikan secara resmi isinya secara. luas dan
dimanfaatkan oleh semua pihak. .
64
Tabel : Neraca Perdagangan Dengan Negara Mitra Dagang Negara
Tujuan
Ekspor Australia Tahun 2014 – 2019
Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 red (%) 1418
Jan s/d Agust
Perub. (%) 19/18
2018 2019
TOTAL
PERDAGANGAN 10.595.876,1 8.518.102,1 8.469.727,8 8.533.310,8 8.645.167,3 -3,97 5.701.187,7 5.118.243,9 - 10,22
MIGAS -408.558,8 815,030,7 1,270,007,8 1.547.615,6 1.321.512,1 4,82 857,088 583,986,4 -31,86
NON MIGAS 9.187.317 7.667.071,4 7.199.765,0 6.985.695,3 7.323.655,2 -5.32 4.844.099,3 4.534.257,5 -6,40
EKSPOR 4.948.373,7 3.702.307,6 3.208.918,0 2.524.361,6 2.819.625,8 -14,0 1.895.571,6 1.525.672,3 -19,52
MIGAS 1.251.831,1 707.665,2 538.276,0 582.659,4 656.706,2 -13,80 441.794.0 106.534,5 -75,89
NON MIGAS 3.696.542,7 2.994.642,3 2.670.642,1 1.941.702,2 2.162.919,6 -13,97 1.453.877,7 1.419.137,8 -2,39
IMPOR 5.647.502,4 4.815.794,5 5.260.854,8 6.008.949,2 5.825.541,5 2,87 3.805.516,1 1.525.672.3 -19,52
MIGAS 156.727,7 143.365,4 731.731,8 964.956,2 664.805,8 16,55 415.294,4 477.452,0 14,97
NON MIGAS 5.490.774,6 4.672.429,1 4.529.123,0 5.043.993,0 5.160.735,7 -0,47 3.390.221,7 3.115.119,7 -8,11
NERACA
PERDAGANGAN -699.128,6 -1.113.487,0 -2.051.936,7 -3.484.587,6 -3.005.915,7 50,05 -1.909.844,5 -2.066.899,3 -8,22
MIGAS 1.095.103,4 564.299,8 -193.455,8 -382.296,8 -8.099,6 26.499,5 -370.917,5 -1.499,7
(Sumber : Statistik Kemendag)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdagangan Indonesia dengan
Australia selama masa perintahan Joko Widodo tidak mengalami dampak
dari dinamika politik yang terjadi.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kerja sama ekonomi yang dibentuk tahun 2005 oleh Indonesia dan
Australia bernama IA-CEPA sempat dinonaktifkan perundingannya di tahun 2013
dikarenakan adanya dinamika politik yakni pemerintah Australia melakukan
penyadapan terhadap pemerintah Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Kemudian di tahun. 2016, Perdana Menteri .Australia yang baru, Malcolm
Turnbull, melakukan kunjungan kenegaraaan .ke Indonesia bertemu dengan
Presiden Indonesia menjabat pada saat itu, Joko. Widodo. Pada saat pertemuan
tersebut, Australia mengajak pihak Indonesia. untuk mengaktifkan kembali
perundingan kerja sama ekonomi IA-CEPA. yang sempat terhenti pada tahun
2013. Dalam mengeluarkan suatu. keputusan, negara akan bertindak secara
rasional dengan mempertimbangkan keuntungan maksimal yang akan didapat,
konsekuensi yang ditanggung serta .yang utama adalah sesuai dengan tujuan
negara yaitu kepentingan nasional.
Berdasarkan analisis yang peneliti paparkan trerdapat dinamika yang
terjadi dalam proses penandatangan kerjsama IA-CEPA sehingga
penandatanganan kerjasama ini berlangsung lama yaitu:
1. Eksekusi mati Sembilan (9) orang pengedar Narkoba yang berasal dari
Australia atau yang di kenali dengan1 Duo Bali Nine. Peristiwa ini
menjadi salah satu penyebabkanq meningkatnya ketegangan hubungan di
antara Australia dan Indonesia, disaat yang q bersamaan juga berdampak
66
kepada hubungan perdagangan yang terjalin di antara kedua negara pada
masa pemerintahan President Joko Widodo. q Eksekusi mati Duo Bali q
Nine saat itu tidak hanya menggemparkan masyarakat di q Australia
melainkan menjadi q perbincangan hangat di kancah internasional. Para
pengedar q narkoba tersebut ditangkap .saat berada di Bandara Ngurah
Rai, Denpasar, Bali. q q
2. Terjadi penyadapan di istana Negara yang membuat hubungan kedua
Negara kembali menegang sehingga perundingan IA-CEPA beberapa kali
terhenti.
3. Di lakukan perundingan sebnyak 12 kali untuk mencapai kesepakatan
Kerjasama IA-CEPA.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitan dari penulis dan pemarapan kesimpulan di
atas, maka sebagai tindak lanjut 1dari hasil penelitian penulis terkait dengan
“Dinamika hubungan bilateral1 Indonesia & Australia dalam penandatangan
Kerjasama IA-CEPA”, 1maka saran dari peneliti adalah pemerintah Indonesia
harus dapat mengimbangi1 antara impor produk dari Australia dengan produk
lokal yang ada di Indonesia serta pemerintah juga harus melindungi para petani
lokal menghadapi produk-produk impor dari Australia yang akan membanjiri
pasar Indonesia. Dikarenakan kepentingan nasional Indonesia adalah
kesejahteraan ekonomi, maka Indonesia1 harus dapat meningkatkan kualitas
produksi maupun SDM agar1 volume ekspor juga dapat meningkat secara
67
signifikan serta mengatur impor dari 1Australia agar neraca perdagangan
Indonesia-Australia tidak defiisit.1
Penulis juga memberikan rekomendasi kepada peneliti selanjutnya yang
tertarik dengan topik kerja. sama IA-CEPA untuk penelitian di tahun-tahun
berikutnya agar dapat meneliti lebih rinci dengan objek penelitian yang lebih luas.
Peneliti juga mengharapkan 1penelitian selanjutnya dapat lebih
komprehensif dengan 1melampirkan referensi-referensi lain dari berbagai sumber
seperti jurnal penelitian, jurnal skripsi, dan buku. Peneliti merekomendasikan
untuk adanya penelitian 1lebih lanjut terkait dengan hasil dari kerja sama IA-
CEPA dan sejauh mana kepentingan nasional di bidang kesejahteraan 1ekonomi
dapat diakomodir oleh kerja sama IA-CEPA setelah kerja sama ini diratifikasi dan
dijalankan oleh kedua belah pihak.1
68
DAFTAR PUSTAKA
Allizon. (1971). Essence Of Decision : Explaining The Cuban Missile Crises.
Boston : Little, Brown And Company.
Amstutz. (1998). International Conflict And Cooperation : An Intriduction To
Word Politics. Mc Graw Hill.
Andriani Yeti & Andre. (2017). Iplikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) Terhadap Perdagangan
Luar Negeri Indonesia. Andalas Journal Of International Studies. 6
Assyaur, M. R. (2019) Studi Kasus Negosiasi Comprehensive Economic
Partnership Agreement.
Astuti &Ayuningtsya. (2018). Pengaruh Ekspor Impor Terhadap Perekonomian
Indonesia.
Chrismonita.(2020,O106).Https://Library.Universitaspertamina.Ac.Id./Xmlui/Ha/
123456789/942.
DFAT,D.(2019,Maret24).AboutiaCepaHttps://Dfat.Gov.Au/Trade/Agreements/N
otyetinforce/Iacepa/Pages/Indonesia-Australia-Comprehensive-Economic
Partnership-Agreement.Aspx.
DFAT. (2019) Bab. Hubungan Antara Australia Dan Indonesia. Diakses Melalui
Http://Draf.Gov.Au/Aboutus/Publications/People-To-People/ Geografi
Autralia/Bab 1 1/Index.Html Pada November 2019 Pukul 19:15 Wib..
Dugi, V. M. (2016). Memperkokoh Hubungan Indonesia - Australia Global
&Strategis, 311-324..
Harnas. (2017). IA-CEPA, Ri-Autralia Sulit Selaraskan Kepentingan.
DipetikOktober29,2019,DariHariannasional.Com:Http://Harnas.Co/2017/1
0/02/Ia-Cepa-Ri Australia-Sulit-Selaraskankepentingan.
Ika, A. (2013, Maret 2). Kompas.Com Putaran Ke-6 Ia IA-CEPA, Indonesia
FokusPada Kerja Sama Vakasi(2016). Laporan Kementrian Perdagangan
Indonesia "PerkembanganPerdagangan Australia-Indonesia 2015" ,4.
69
Istiqamah, N. S. (2014) Kerjasama Australia-Indonesia Dalam Bidang Ekxpor
Impor Daging Sapi
Kemendag. (2016). Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia Dan Australia Pasca
Hukuman Mati Sukirman.
Kemendag. (2018), Fact Sheet Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement.
Kemendag, D. (2018, Agustus 31). IA-CEPA. Momentum Baru Kementriaan
Indonesia-Australia.
Lisbet, (2015), P3di Sekjen Dpri-Ri. Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia-
Australiapasca Hukuman Mati Chan Dan Sukumaran.
Mariyah, C. (2005). Tantangan Terhadap Hubungan BilateralIndonesiaaustralia.
Jakarta.
Marutus, S. (2019). Strategi Indonesia Untuk Mencapai Kesepakatan IA-CEPA
Michael, R. (2018). Negosiasi Panjang Perjanjian Dagang Ri-Australia Akhirnya
Rampung. Jakarta: Katadata.Co.Id.
Morgenthau, M. H. (1952). Another Great Debate. The National Interest Of The
United States. The American Politica Science Review. Pp 961-988.
Perdagangan , K. (2016). Analisis Strategi Posisi Runding Dalam Memperkuat
Kerjasama IA-CEPA
Perdagangan, K. (2016). Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional
Badan Pengkajian Dan Pengembangan Perdagangan. Laporan
AkhirAnalisis Strategi Posisi Runding Dalam Memprkuat Kerjasama IA-
CEPA'7-8
Perdagangan, K. (2018, Agustus 31). Momentum Baru Kementrian Indonesia
Australia (IA-CEPA).
Prihatini, R. (2017, Desember 20). Indonesia-Australia Masih Butu Bahas
IACEPA.Dipetikoktober28,2019,Darikantor.Co.Id:Https://Nasional.Kontn
.Co.Id/News/Indonesia-Australia-Masih-Buntu-Bahasia Cepat.
70
Pujayanti, A. (2014). P3di Sekjen Dpr-Ri. Isu Pencari Suaka Dalam Hubungan
Bilateral Autralia-Indonesia, 7.
Ramandisyah, M. (2018). Sripsi. Kepentingan Australia Dalam MembukaKembali
Perjanjian IA-CEPA. Universitas Lampung, -
Rinduk, K. (2016). Analisis Kepentingan Indonesia Dalam Mengaktifkan
Kembali Perundingan Kerjasama IA-CEPA.
Samuel, F. (2013). Ketegangan Australia-Indonesia Kembali Mengaktifkan
Perundingan IA-CEPA.
Sian, T . (2019). Bonded But Not Embedded: Trust In Australia-Indonesia
Relations.Synder, R. D. (1965). Persfktif Politik Luar Negeri.
Sholihah, M. 2019. Strategi Indonesia Untuk Mencapai Kesepakatan IA-CEPA.
Tuwo, A. G. (2017). 3 Insiden Yang Panaskan Hubungan Indonesia-Australia.
Waluyo, A. (2013, November 20). Presiden Hentikan Sementara Kerja Sama
Dengan Australia. Dipetik Oktober 21, 2019, Dari Voa
Indonesia:Https://Www.Voaindonesia.Com/A/PresidenHentikanSementar
a-KerjaSamadengan-Australia/1793799.Html .
Yasmin, P. A. (2019, Maret 4) Perjalanan 9 Tahun Negosiasi Perdagangan Bebas
Indonesia-Australia.
Zhakariya, J. (2019, November 12). Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.
71
WEBSITE
BBC News. 2013, November 10. BIN: Australia menyadap Indonesia sejak
2007., dari BBC News:
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2013/11/131120_bin_sad
ap_australia
Chauvel, R. 2005. Indonesia-Australia Tantangan dan Kesempatan dalam
hubungan politik bilateral. jakarta.
CNBCIndonesia. 2019, Maret 7. Waspada! Impor Komoditas Pangan Australia
Bakal Makin Deras. Dipetik Oktober 15, 2019, dari CNBC:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190307195417-4-
59397/waspada-impor-komoditas-pangan-australia-bakal-makin-deras
Detik.com. 2015, Februari 15. Protes Eksekusi Mati Bali Nine, Australia
Sungguh Rendahkan Demokrasi RI. Dipetik November 2, 2019, dari Detik
News:
https://news.detik.com/berita/2833630/protes-eksekusi-mati-balinine-
australia-sungguh-rendahkan-demokrasi-ri
Kemlu Indonesia. 2016. Indonesia dan Australia sepakat Reaktivasi IA-CEPA.
Dipetik Oktober 23, 2019, dari Kemlu:
http://www.kemlu.go.id/canberra/id/arsip/siaran-pers/Pages/