diskusi kasus tinea ria.docx

19
DISKUSI KASUS PITYRIASIS VERSICOLOR OLEH: RIA RAHMA AGUSTIA G99121038 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI

Upload: elanda-rahmat-arifyanto

Post on 26-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tinea

TRANSCRIPT

Page 1: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

DISKUSI KASUS

PITYRIASIS VERSICOLOR

OLEH:

RIA RAHMA AGUSTIA

G99121038

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

Page 2: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

BAB I

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. N

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kartika, Ngoresan, Jebres

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Bercak putih di lengan kanan atas

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 minggu yang lalu timbul bercak-bercak putih di daerah

lengan kanan. Awalnya bercak hanya sebesar biji jagung, namun lama

kelamaan semakin meluas sampai sebesar koin. Bercak ini terasa gatal

jika berkeringat. Ibu pasien mengaku anaknya mandi dua kali sehari dan

memakai handuk sendiri, serta selalu mengganti baju setelah mandi dan

tidak pernah menggunakan baju secara bergantian dengan anggota

keluarga yang lain. Namun saat berkeringat, pasien jarang mengganti

bajunya. Baju pasien dicuci bersama dengan pakaian anggota keluarga

yang lainnya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit serupa : (-)

- Riwayat mondok : (-)

- Riwayat alergi obat/makanan : (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

- Riwayat sakit serupa : (-)

- Riwayat lingkungan penyakit serupa : (-)

Page 3: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

III. STATUS GENERALIS

A. Keadaan Umum : baik

Derajat kesadaran : kompos mentis

Status gizi : gizi baik

B. Vital sign

Tekanan darah : 120/85 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 20 x/menit.

Suhu : 39,90C

BB : 25 kg

TB : 125 cm

C. Kulit

Sawo matang, kelembaban baik

D. Kepala

Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, sembab muka (-)

E. Mata

Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-), air mata

(-/-)

F. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-)

G. Mulut

Bibir sianosis (-), mukosa basah (+), lidah kotor (-), tremor (-), tepi

hiperemis (-)

H. Telinga

Daun telinga dalam batas normal, kanalis auricularis lapang, tragus pain

(-), dischange (-)

I. Tenggorok

Tonsil = T1-T1, Faring hiperemis (-)

J. Leher

Bentuk normocolli, limfonodi cervicalis tidak membesar, trakea di tengah

K. Thorax : dalam batas normal

Page 4: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

Pulmo : dalam batas normal

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani (+)

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

M. Extremitas

Akral dingin edema

IV. STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Regio humeri dekstra bagian medial

Efloresensi : Terdapat bercak-bercak hipopigmentasi, ukuran numular,

berbatas tegas, dengan skuama halus di atasnya.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Lampu Wood (+) dengan fluoresensi kuning keemasan

2. KOH 10% diambil dari bercak hipopigmentasi di lengan kanan atas,

terlihat hifa pendek dengan spora berkelompok.

VI. RESUME

Pasien An. N berusia 5 tahun dengan keluhan utama bercak putih pada

lengan kanan atas sejak satu minggu yang lalu, awalnya bercak hanya sebesar

biji jagung, namun lama kelamaan semakin meluas sampai sebesar koin.

Bercak ini terasa gatal jika berkeringat.

Dari pemeriksaan fisik regio humeri dekstra didapatkan bercak-bercak

hipopigmentasi, ukuran numular, berbatas tegas, dengan skuama halus di

atasnya. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Lampu Wood (+) dengan

fluoresensi kuning keemasan dan pemeriksaan KOH 10% diambil dari bercak

hipopigmentasi di lengan kanan atas, terlihat hifa pendek dengan spora

berkelompok

- -

- -

- -

- -

Page 5: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

VII. DIAGNOSA KERJA

Pitiriasis Versicolor

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Topikal

Miconazole cream 2% dioleskan sehari dua kali selama 3 minggu

2. Edukasi

Menjaga kebersihan badan

Mengenakan pakaian yang mudah menyerap keringat dan hindari

pakaian yang terlalu ketat

Resep

R/ Miconazole cream 2% tube No. I

S ue mane et vespere

Pro : An.N (6 th)

Keterangan:

Miconazole cream digunakan sebagai agen antifungal. Miconazole masuk ke

dalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas

terhadap berbagai zat intrasel meningkat. Miconazole cream 2% dioleskan sehari

dua kali selama 2-4 minggu.

Page 6: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superficial pada kulit yang

disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai

dengan adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi

ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis

versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha,

dan lipatan paha (Madani A, 2000). Penyakit ini terutama terdapat pada orang

dewasa muda, dan disebabkan oleh ragi Malassezia, yang merupakan

komensal kulit normal pada folikel pilosebaseus. Ini merupakan kelainan yang

biasa didapatkan di daerah beriklim sedang, bahkan lebih sering lagi terdapat

di daerah beriklim tropis. Alasan mengapa multipikasi ragi tersebut sampai

terjadi dan dapat menimbulkan lesi kulit pada orang-orang tertentu belum

diketahui (Graham-Brown, 2005).

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan

morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata identik dengan Pityrosporum

orbiculare (Madani A, 2000). Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi

(50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab (Radiono, 2001).

C. Epidemiologi

Pityriasis versicolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai

di daerah tropis karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang

hampir semua umur terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak

ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di Amerika Serikat

dilaporkan bahwa penderita pada usia 20-30 tahun dengan perbandingan

1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada,

Page 7: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit

ini, sedangkan di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5-1%

dari semua penyakit jamur (Partogi, 2008).

Pityriasis versicolor dapat terjadi di seluruh dunia, tetapi penyakit ini lebih

sering menyerang daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Di Mexico 50%

penduduknya menderita penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi pada pria dan

wanita, dimana pria lebih sering terserang dibanding wanita dengan

perbandingan 3:2 (Amelia, 2011).

D. Cara Penularan

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena aktivasi

Malassezia furfur pada tubuh penderita sendiri (autothocus flora), walaupun

dilaporkan pula adanya penularan dari individu lain. Kondisi pathogen terjadi

bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi

sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan

berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang

mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga

adalah faktor lingkungan atau faktor individual. Faktor lingkungan

diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya kelembaban kulit.

Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau

adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau malnutrisi

(Radiono, 2001).

E. Patogenesis

Pityriasis versicolor timbul bila Malassezia furfur berubah bentuk menjadi

bentuk miselia karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun

endogen (Partogi, 2008).

Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat (Budimulja,

2001). Hal ini merupakan penyebab sehingga Pityriasis versicolor banyak

dijumpai di daerah tropis dan pada musim panas di daerah subtropis. Faktor

eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian ataukosmetik dimana akan

Page 8: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2, mikroflora dan pH (Partogi,

2008). Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik,

sindrom Cushing, terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga

yang positif. isamping itu bias juga karena Diabetes Melitus, pemakaian

steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit – penyakit berat lainnya

yang dapat mempermudah timbulnyaPityriasis versicolor (Partogi, 2008).

Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari

yang masuk ke dalam lapisan kulit akan mengganggu proses pembentukan

melanin, adanya toksin yang langsung menghambat pembentukan melanin,

dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh Pityrosporum dari asam lemak

dalam serum yang merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase (Partogi,

2008).

F. Diagnosa Banding

Diagnosa banding Pityriasis versicolor adalah :

a. Dermatitis seboroik,

b. Sifilis stadium II,

c. Pityriasis rosea,

d. Psoriasis vulgaris,

e. Vitiligo,

f. Morbus Hansen tipe Tuberkoloid,

g. Eritrasma,

h. Pityriasis Alba

i. Hipopigmentasi pascainflamasi (Madani A, 2000).

G. Gambaran Klinis

Kelainan kulit Pityriasis versicolor sangat superfisial dan ditemukan

terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-

warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-

bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk

papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya

Page 9: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia

berpenyakit tersebut (Budimulja, 2002).

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan

alas an berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau

kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering

dikeluhkan penderita (Budimulja, 2002). Penderita pada umumnya hanya

mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau

kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya

muncul saat berkeringat (Radiono, 2001).

Bentuk lesi tidak teratur dapat berbatas tegas atau difus. Sering didapatkan

lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas

membentuk plakat. Kadang-kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular

dengan numular, folikular dengan plakat ataupun folikular, atau numular dan

plakat (Madani A, 2000).

Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan skuama

halus di permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas. Kelainan ini

biasanya bersifat asimtomatik, hanya berupa gangguan kosmetik. Pada kulit

gelap, penampakan yang khas berupa bercak-bercak hipopigmentasi.

Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan produksi asam azelaik

oleh ragi, yang menghambat tironase dan dengan demikian mengganggu

produksi melanin. Inilah sebabnya mengapa lesi berwarna cokelat pada kulit

yang pucat tidak diketahui.

Variasi warna yang tergantung pada warna kulit aslinya merupakan sebab

mengapa penyakit tersebut dinamakan ‘Versicolor’(Graham-Brown, 2005).

H. Diagnosis

Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh

Malassezia fulfur diagnosis Pityriasis versicolor harus dibantu dengan

pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

Page 10: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%

Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompokan sel ragi bulat berdinding

tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang

akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker

blue-black atau biru laktafenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut

sering dilukiskan sebagai “meat ball and spaghetti” (Radiono, 2001).

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian

kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas

alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung

dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut

diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam,

dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah

mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang

memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu

dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung

seperti kalung. Pada Pityriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek,

bercabang, terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan spora yang

berkelompok (Boel, 2003).

2. Pemeriksaan dengan Sinar Wood

Pemeriksaan dengan Sinar Wood, dapat memberikan perubahan warna

pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah

yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna kuning

keemasan sampai orange (Boel, 2003).

I. Pengobatan

Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topikal maupun

sistemik. Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana

mencapai 60% pada tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab

itu diperlukan terapi profilaksis untuk mencegah rekurensi:

1. Pengobatan Topikal

Page 11: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten.

Obat yang dapat digunakan ialah :

a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu.

Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit

sebelum mandi

b. Salisil spiritus 10%

c. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol

dan ekonazol dalam bentuk topikal

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

e. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis

mandi selama 2 minggu (Partogi, 2008).

2. Pengobatan Sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang

luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat

diberikan adalah :

a. Ketoconazole

Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari

b. Fluconazole

Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu

c. Itraconazole

Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu (Madani A, 2000).

3. Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

c. Jemur di matahari ±10 menit antara jam 10.00-15.00

(Murtiastutik, 2009)

Pityriasis versicolor cenderung untuk kambuh, sehingga pengobatan harus

diulangi. Daerah hipopigmentasi perlu waktu yang lama untuk repigmentasi,

dan kedaan yang bertahan lama ini janganlah dianggap sebagai suatu

kegagalan pengobatan (Graham-Brown, 2005).

Page 12: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

J. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat disarankan

pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan.

Pada daerah endemik dapat disarankan pemakaian ketokonazol 200 mg/hari

selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg sekali sebulan atau pemakaian sampo

selenium sulfid sekali seminggu (Radiono, 2001).

Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan

pencegahan, misalnya sekali dalam seminggu, sebulan dan seterusnya. Warna

kulit akan pulih kembali bila tidak terjadi reinfeksi. Pajanan terhadap sinar

matahari dan kalau perlu obat fototoksik dapat dipakai dengan hati-hati,

misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memulihkan warna kulit

tersebut (Madani, 2000).

K. Prognosis

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan (Radiono, 2001) bila

pengobataan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus

di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu

Wood dan sediaan langsung negatif (Partogi, 2008).

Page 13: DISKUSI KASUS Tinea Ria.docx

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Sri., 2011. Mikosis Superfisial di unduh dari :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30416 [diakses pada

tanggal 13 September 2013]

Boel, Trelia,. 2003. Mikosis Superfisial di unduh dari :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1174 [diakses pada tanggal

12 September 2013]

Budimulja, U., 2002. Mikosis. In : Djuanda A., et al, Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI, 100-101

Graham-Brown, Ribon., Tony Burns., 2005. Lecture Notes Dermatologi. Jakarta :

Erlangga, 40-41.

Madani, Fattah., 2000. Infeksi Jamur Kulit. In : Harahap Marwali, Ilmu Penyakit

Kulit. Jakarta : Hipokrates, 73-74

Murtiastutik, D. 2009. Infeksi Jamur. In : Murtiastutik, D., et al, Atlas

Penyakit Kulit & Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press

Radiono, S., 2001. Pitirasis Versicolor. In : Budimulja, U., et al, Dermatomikosis

Superfisialis. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 19-22.