+dodo$zduhqhvv +dodo&huwl¿fdwlrq dqg)rrg,qjuhglhqwvrq sistem … · 2020. 1. 18. · ihtifaz -...

16
Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Jl. Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta 55191 Telp. : (0274) 563515 Fax. : (0274) 564604 e-mail : [email protected] Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87 ISSN p:2622-4755 e:2622-4798. DOI: https://doi.org/10.12928/ijiefb.v2i1.847 Sistem Integrasi Proteksi & Manajemen Resiko Platform Fintech peer to peer (P2P) Lending dan Payment Gateway untuk Meningkatkan Akselerasi Pertumbuhan UMKM 3.0 Yuliyanti M Manan 1* 1 Universitas Islam Raden Rahmat Malang *e-mail: [email protected]

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

Kampus 4 Universitas Ahmad DahlanJl. Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul

Daerah Istimewa Yogyakarta 55191Telp. : (0274) 563515 Fax. : (0274) 564604

e-mail : [email protected]

Vol.1, No 1&2, Juni-Desember 2018, pp. 1-16 ISSN p:2622-4755 e:2622-4798, DOI: hps://doi.org/10.12928/ijie�.v1i1.284

The Role of Religiosity, Halal Awareness,Halal Certification, and Food Ingredients on

Purchase Intention of Halal Food

Lu'liyatul Mutmainah*University of Indonesia, Indonesia*Email: [email protected]

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87 ISSN p:2622-4755 e:2622-4798.

DOI: https://doi.org/10.12928/ijiefb.v2i1.847

Sistem Integrasi Proteksi & Manajemen Resiko Platform Fintech peer to peer (P2P) Lending dan Payment Gateway untuk Meningkatkan

Akselerasi Pertumbuhan UMKM 3.0

Yuliyanti M Manan1*

1Universitas Islam Raden Rahmat Malang

*e-mail: [email protected]

Page 2: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

73Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

The current issue and full text archive of this journal is available on IHTIFAZ at :https://doi.org/10.12928/ijiefb.v2i1.847

Sistem Integrasi Proteksi & Manajemen Resiko Platform Fintech peer to peer (P2P) Lending dan

Payment Gateway untuk Meningkatkan Akselerasi Pertumbuhan UMKM 3.0

Yuliyanti M Manan1*

1Universitas Islam Raden Rahmat Malang

*e-mail: [email protected]

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

Abstract

The MSMEs (Micro, Small and Medium Enterprises) mentioned by the government as the backbone of the Indonesian economy are also still many that have not been touched by financial services or are unbankable. Currently in line with the development of information technology in financial services, the Fintech P2P lending ecosystem and payment gateways are growing rapidly and become one of the cash less payment options, an alternative option for new types of financing due to multi-advantages; fast, collateral-free and technology-based process which is a culture of supporting MSME generation to 3.0. The Fintech P2P Lending and Payment gateway business that is oriented towards IT Base financial reporting still requires a risk management and governance system to reduce and minimize the risk of fraud, bankruptcy, default and other risks. The purpose of this research is to analyze and study innovative solutions to the Fintech business model platform related to protection system management by establishing a central and strategic role between the regulator and Fintech providers. This research uses descriptive research design by using GAP Analysis to research and develop and collaborate on innovation, especially in Fintech business operating systems.

Keyword: MSMEs, Fintech, Peer to Peer Lending (P2P), Payment Gateway

AbstrakUMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang disebutkan pemerintah sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia ternyata juga masih banyak yang belum tersentuh layanan keuangan atau unbankable. Saat ini sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi dalam layanan keuangan, Ekosistem Fintech P2P lending dan payment gateway tumbuh dengan cepat dan menjadi salah satu opsi pembayaran yang cash less, opsi alternatif jenis pembiayaan baru karena multi keunggulan; proses cepat, tanpa agunan dan berbasis teknologi

Page 3: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

yang merupakan kultur pendukung generasi UMKM ke 3.0. Bisnis Fintech P2P Lending dan Payment gateway yang berorientasi terhadap Channeling financial IT Base masih memerlukan sistem pengaturan dan tatakelola manajemen resiko untuk mengurangi dan meminimalisasi resiko kecurangan (fraud), pailit, default dan resiko yang lain. Tujuan Penelitian ini, untuk menganalisis dan membuat kajian solusi inovasi terhadap platform model bisnis Fintech terkait manajemen sistem proteksi dengan menetapkan peran sentral dan strategis antara pihak regulator dan provider Fintech. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menggunakan GAP Analysis untuk meneliti dan mengembangkan sistem operasional bisnis Fintech.

Kata Kunci : UMKM, Fintech, P2P Lending, Gerbang Pembayaran

PENDAHULUAN

Indonesia semakin memperkuat reputasinya sebagai salah satu pusat kekuatan ekonomi dunia. Data World Bank (2015) memprediksi hingga 2020 PDB Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan sebesar dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, dengan populasi yang mencapai lebih dari 250 juta orang dan ditambah bonus demografi yang relatif besar, Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian global. Sayangnya potensi besar ini belum didukung oleh inklusi keuangan yang cukup baik.

Hasil survei Bank Dunia (2014) menunjukkan bahwa dari sekitar 250 juta populasi di Indonesia, baru sekitar 36 persen penduduk dewasa Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal. Selain itu, data Global Findex database (2014) yang dikutip oleh McKinsey and Company menunjukkan baru sekitar 50 persen melakukan pengiriman uang melalui bank, 27 persen menyimpan uang di bank, 7 persen menggunakan rekening untuk menerima gaji sepanjang tahun lalu, 44 persen meminjam uang dari keluarga, teman ataupun peminjam tidak resmi lainnya dan hanya 9 persen menggunakan kartu debit untuk melakukan pembayaran.

Di sisi lain, UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang disebutkan pemerintah sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia ternyata juga masih banyak yang belum tersentuh layanan keuangan atau unbankable – angkanya bahkan diprediksi mencapai 49 juta. Padahal dengan mempekerjakan lebih dari 107,6 juta penduduk Indonesia dan berkontribusi sedikitnya 60,6 persen terhadap PDB Indonesia, UKM memiliki potensi yang luar biasa besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkeadilan, dimana lebih banyak orang bisa berpartisipasi dalam kegiatan perekonomian.

Terlepas dari kesenjangan literasi dan akses terhadap layanan keuangan (Financial Inclusion), Indonesia menempati peringkat pertama pertumbuhan tercepat koneksi di dunia. Dari 250 juta penduduk, Social Baker (2016) melaporkan ada sekitar 88 juta adalah pengguna aktif internet dan 74 juta merupakan pengguna sosial media aktif. Selain itu

Page 4: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

75Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

terdapat sekitar 325 juta mobile connection dan 64 juta pengguna aktif telepon genggam. Pertumbuhan teknologi dan perkembangan digital yang pesat terlihat juga dari menjamurnya perusahaan start-up di Indonesia dalam bidang teknologi. Hasil riset Asosiasi Fintech Indonesia memetakan sedikitnya ada 157 perusahaan yang saat ini bergerak di sektor financial technology (Fintech).

Fintech saat ini telah memiliki banyak fungsi yang tidak hanya sebagai layanan transaksi keuangan online. Hasil riset Asosiasi Fintech Indonesia melaporkan bahwa saat ini perusahaan Fintech di Indonesia masih didominasi oleh perusahaan pembayaran (44%), agregator (15%), pembiayaan (15%), perencana keuangan untuk personal maupun perusahaan (10%), crowdfunding (8%) dan lainnya (8%). dan platform Fintech yang saat ini mendapatkan atensi besar adalah P2P Lending (P2P L) dan Payment gateway. kedua platform yang terkoneksi dalam ekosistem besar Fintech merupakan layanan keuangan yang sangat digemari dan menjadi sebuah solusi terhadap disparitas inklusi keuangan terhadap produk perbankan.

Fintech P2PL menawarkan solusi pembiayaan tanpa agunan bagi para peminjam (borrower) dalam hal ini UMKM serta sistem analisis kredit yang canggih dan memberikan keleluasaan kepada investor (Lender) untuk opsi alternatif investasi rill dengan keunggulan paltform online, waktu yang cepat dan tingkat pengembalian yang bersaing (Yield). Tetapi sampai saat sekarang dengan menjamurnya provider Fintech masih sekitar 15% yang teregister dalam database OJK, sedangkan regulasi yang memayungi bisnis Fintech sudah dikeluarkan melalui POJK Nomor 77 tahun 2016 tantang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPUMBTI). Salah satu point dalam POJK tersebut menjelaskan banyak tentang tatakelola bisnis Fintech yang memerlukan penjelasan derivasi dalam bentuk regulasi teknis terutama dalam sistem tatakelola dan manajemen resiko bisnis Fintech P2PL dan Payment Gateway. Untuk itu diperlukan kajian dan analisis tata kelola dan manajemen resiko terhadap bisnis Fintech terutama P2PL dan Payment Gateway agar tujuan akslerasi pembiayaan UMKM berjalan dengan maksimal dan aman.

Dalam analisis GAP berdasarkan profilling bisnis Fintech di Indonesia terkait sistem tatakelola dan manajemen resiko, aspek kesenjangan terbagi menjadi 2 domain penting, Domain regulator OJK dan Domain dari provider Fintech, adapun penjelasannya sebagai berikut :

Analisis GAP dari Domain Regulator OJK;1. Belum adanya unit khusus yang mengawasi dan layanan

sertifikasi bisnis Fintech.2. Bentuk variasi dan model platform bisnis Fintech baik P2PL

dan Payment gateway yang terbilang kompleks sehingga diperlukan upaya standarisasi bisnis proses dalam tata kelola dan manajemen resiko.

Page 5: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

76 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

3. Tingkat literasi masyarakat yang rendah terhadap resiko bisnis Fintech, sehingga dimungkinkan peluang terjadinya Fraud sangat tinggi.

4. Sistem Database Layanan Keuangan yang dikenal dengan SLIK belum mengcover database UMKM baik dari sisi legal perijinan, dan sistem kelayakan usaha bisnis, didalam proses analisis kredit.

5. Sistem transaksi elektronik dan tanda tangan elektronik masih sangat sedikit aplikasinya dan belum adanya upaya standarisasi prosedural penerbitan sertifikat digital dan regulasi yang menaungi dalam proses transaksi keuangan digital.

6. Dengan evolusi teknologi informasi yang semakin canggih diperlukan instrumentasi dan tatakelola manajemen auditasi yang mumpuni dan berbasis IT.

Sedangkan analisis GAP dari domain Provider Fintech;

1. Belum maksimalnya sistem Internal IT Risk Management.2. Proses promosi dan edukasi ke masyarakat tentang pembiayaan

berbasis Fintech belum maksimal.3. Masih banyaknya provider Fintech yang belum teregistrasi dan

tersertifikasi.

Berdasarkan analisis GAP tentang konsep tata kelola dan manajemen resiko, di usulkan sebuah konsep integrasi sistem proteksi dan keamanan bisnis Fintech (P2PL dan Payment Gateway). Sistem ini mengintegrasikan peran dari pihak regulator OJK dan Provider Fintech dalam membentuk sistem tata kelola dan manajemen resiko dengan memperkuat sistem infrastruktur informasi, regulasi yang adaptif dan sistemik, upaya sertifikasi serta kepatuhan dalam pengelolaan manajemen tata kelola resiko dalam bisnis Fintech dan upaya kerjasama dengan pihak stakeholder terkait, sehingga diharapkan terjadinya iklim pembiayaan bisnis Fintech yang strategis dan mendukung upaya peningkatan ekonomi nasional melalui akslerasi pembiayaan kepada UMKM 3.0.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan konstruksi pembahasan berdasarkan Gap Analysis, yang bertujuan untuk meneliti dan mengembangkan desain Sistem Proteksi, Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech. Rancangan analisis dan pengumpulan data menggunakan studi literatur berupa referensi jurnal penelitian dan hasil hasil penelitian, text book references, dan sumber laporan yang terkait tentang kajian sistem proteksi dan manajemen resiko bisnis Fintech .

Page 6: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

77Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grand Desain Sistem Proteksi, Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech

Adapun Analisis skema diagram sistem proteksi Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech sebagai berikut :

Gambar 1. Grand desain Sistem Proteksi Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech

Dari Skema diagram di atas, sistem holistik proteksi keamanan dan manajemen resiko bisnis Fintech terdiri dari 2 elementer Life Cycles melibatkan peran stakeholder dalam hal ini regulator lembaga keuangan yaitu OJK dan sistem manajemen resiko internal dari pengelola bisnis

7

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Grand Desain Sistem Proteksi, Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech

Adapun Analisis skema diagram sistem proteksi Keamanan dan Manajemen

Resiko Fintech sebagai berikut :

MENDUKUNG KESEJAHTERAAN EKONOMI NASIONAL DENGAN AKSLERASI PERTUMBUHAN UMKM 3.0 MELALUI PEMBIAYAAN LAYANAN BERBASIS FINTECH

Borrower / Peminjam ; Mudah, Cepat &

Aksesibilitas Tinggi Aman dan

terpercaya

Lender / Donator ; Aman dan

resiko investasi kerugian kecil

KONSUMEN FINTECH 3.0

Clean Corporate Governance

Gambar 1 Grand desain Sistem Proteksi Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech

Page 7: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

78 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Fintech ( Fintech Provider) yang terhubung dengan sistem koordinasi role model korelasi linier.

Peran Regulator OJKPada basic elemen dari skema Sistem Proteksi Keamanan dan

Manajemen Resiko Fintech, peran regulator dalam hal ini pihak OJK, membentuk sebuah unit khusus yang bertugas dalam mengawasi, mengontrol, melakukan sertifikasi, dan berbagai kewenangan vital lainnya terhadap industri bisnis keuangan berbasis teknologi (Fintech). Unit tersebut secara domain literal yaitu “ Unit Pengawasan dan Sertifikasi Fintech”.

Unit ini adalah salah satu bagian integral dari bagian IKNB, dan dalam sistem operasionalnya di dukung oleh 5 Sub-Unit khusus yang terspesialisasi dalam upaya meningkatan peran pengawasan, pengendalian dan kontrol terhadap manajemen resiko bisnis Fintech, adapun 5 Sub-Unit tersebut adalah :

A. Sub Unit Auditasi dan PelaporanSub unit auditasi dan pelaporan secara khusus melakukan peran

kontrol berupa produk regulasi tentang audit, melakukan proses auditasi dengan sistem yang terstandart, melakukan pengawasan secara reguler dengan mapping time line yang strategis, melakukan standarisasi sistem pelaporan dengan menggunakan sistem XBRL Reporting (Extensible Business Reporting Language) yang terintegrasi dengan platform teknologi yang digunakan dalam bisnis Fintech serta regulasi sistem pelaporan berbasis waktu.

Adapun detail dari sub unit Auditasi dan pelaporan secara general terdapat 2 tasklist primer diantaranya :

1. Standarisasi sistem pelaporan dengan menggunakan XBRL Reporting

Sistem XBRL Reporting secara teknis programming adalah bahasa baku pelaporan bisnis berbasis XML yang dikembangkan untuk memfasilitasi komunikasi data bisnis dan data keuangan secara elektronis. Peran Sub Unit Auditasi dan pelaporan dengan sistem XBRL Reporting adalah :− Menetapkan informasi standar dalam bentuk taksonomi

XBRL kepada provider bisnis Fintech− Melakukan Prosessing dan Analysis data dalam format XBRL

yang di report oleh Provider Fintech− Menetapkan jadwal pengiriman laporan oleh Provider

Fintech dalam bentuk dokumen XBRL (XBRL Instance document) berdasarkan format taksonomi yang telah ditetapkan.

Page 8: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

79Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

2. Regulasi sistem pelaporan berbasis waktu Sub-Unit auditasi dan pelaporan, membuat dan menetapkan

regulasi terkait jadwal pengiriman laporan baik bulanan, tribulan ataupun tahunan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh OJK.

B. Sub-Unit Standarisasi Tanda Tangan Elektronik (TTE)Sub Unit Standarisasi Tanda Tangan Elektronik (TTE) adalah salah

satu sub unit dengan spesialisasi tugas terhadap kebijakan/regulasi, sistem tatakelola implementasi TTE terutama di layanan ekosistem bisnis Fintech, P2P lending ataupun Payment Gateway, serta peran koordinasi dengan pihak-pihak terkait baik stakeholder dalam hal ini Kemenkominfo ataupun penyedia layanan TTE dalam bisnis keuangan digital.

Adapun detail dari sub unit Standarisasi Tanda Tangan Elektronik (TTE) secara general terdapat 2 tasklist primer di antaranya :

1. Pembentukan infrastruktur dan produk regulasi tentang TTE dalam lingkup bisnis keuangan berbasis digital (Fintech)

Proses pembentukan infrastruktur layanan TTE OJK merujuk pada 3 produk hukum yang menaungi dari layanan tersebut yaitu UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE (Informasi Transaksi Elektronik) dan PP Nomor 28 Tahun 2012 mengenai Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik Dalam Layanan Keuangan Digital dan PP Nomor 82 Tahun 2012 tentang penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Untuk itu diperlukan sinergi dan kerjasama dengan stakeholder terkait dalam hal ini Kemenkominfo RI.

Bisnis proses sistem infrastruktur penerbitan layanan TTE, Secara teknis Kemen-Kominfo membuat regulasi atau peraturan derivasi dari landasan hukum penyelenggaraan layanan TTE sesuai peraturan yang berlaku dan mempersiapkan Root CA (Certification Authorithy) Nasional dengan melegalisasi CA untuk layanan jasa keuangan kepada OJK (selaku regulator pemerintah). OJK sebagai PSE Berinduk (Penerbit Sertifikat Digital) membuat dan mempersiapkan RA (Registration Authorithy) sebelum menerbitkan sertifikasi digital kepada Applicant / Users.

2. Regulasi dan Pengawasan Public Key Infrastructure (PKI) & Biometric Cryptography dengan menggunakan One ID Concept

Tahap berikut dalam rangka standarisasi TTE, diperlukan regulasi dan pengawasan PKI& Biometric Cryptography dengan menggunakan One ID Concept (OIC).

Page 9: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

80 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Konsep OIC adalah sebuah desain sistem dalam pembuatan TTE dengan mengintegrasikan bridging data kependudukan dalam hal ini database NIK Nasional dibawah kementerian Dalam Negri RI (yang telah dilakukan verifikasi dan otentikasi data sehingga tidak terjadi double ID dan bentuk error data yang lainnya) dengan Database Penyelenggara Sertifikasi Digital dalam hal ini pihak OJK bekerjasama dengan Kemenkominfo RI.

Secara teknis OIC digambarkan sesuai dengan infografis sebagai berikut:

Gambar 2. Infografis Konsep OIC

C. Sub-Unit Standarisasi Payment GatewaySub-Unit Standarisasi Payment Gateway, bertugas sebagai

pengawas, pembuat regulasi dan unit sertifikasi proses traffic pembayaran elektronik dalam domain transaksi e-commerce, transaksi online ataupun transaksi digital lainnya, baik melalui pembayaran melalui kartu (kartu kredit, kartu debit), E-Wallet ataupun Bank Transfer.

Sub-Unit Standarisasi Payment Gateway membuat beberapa acuan standarisasi dan regulasi tentang Payment Gateway sebagai berikut :

1. Regulasi dan Sertifikasi PCI- DSS (Payment Card Industry– Data Security Standard)

Secara teori Standar Keamanan Data Industri Kartu Pembayaran (PCI DSS) adalah seperangkat kebijakan dan prosedur yang berlaku secara luas yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan keamanan transaksi kredit, debit dan kartu tunai dan melindungi pemegang kartu dari penyalahgunaan informasi pribadi mereka.

Page 10: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

81Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

Sertifikasi PCI-DSS mengacu kepada standart sertifikasi PCI-DSS internasional, tentunya peran sub-unit Standarisasi Payment Gateway, adalah melakukan baseline data provider Fintech yang telah mendapatkan PCI-DSS certified dan bagi yang provider Fintech yang belum mendapatkan sertifikasi PCI-DSS, memberikan pembinaan dan bantuan informasi persyaratan persiapan mendapatkan sertifikat melalui sistem kerjasama dengan badan sertifikasi PCI-DSS Indonesia.

2. Standarisasi dan Implementasi platform API (Application Programming Interface) pada Interface Internet Payment Gateway (IPG)

Secara definisi programming API (Application Programming Interface) adalah sekumpulan perintah, fungsi, dan protokol yang dapat digunakan oleh programmer saat membangun perangkat lunak untuk sistem operasi tertentu. API memungkinkan programmer untuk menggunakan fungsi standar untuk berinteraksi dengan sistem operasi lain.

Dengan berkembangnya sistem payment gateway, keberadaan API sangat mutlak dibutuhkan sebagai program yang menjembatani kolaborasi perbankan dengan provider Fintech yang khusus melayani sistem payment gateway. Untuk itu Sub-Unit Standarisasi Payment Gateway membuat beberapa acuan standarisasi dan regulasi yang diperlukan untuk implementasi platform API pada IPG, dengan ketentuan general sebagai berikut :

− Menjamin tingkat keamanan dan aspek sekuritas yang tinggi dan teruji dalam proses integrasi platform.

− API code support untuk konsep instant detection, artinya aplikasi dapat melakukan deteksi, analisa, dan memberi notifikasi secara instan saat customer melakukan pembayaran. Tidak perlu lagi menunggu customer untuk melakukan konfirmasi secara manual.

− Realtime report support, artinya dengan inetgrasi dengan API sistem laporan transaksi bisa dilaksanakan dan mendapatkan report secara real time.

D. Sub-Unit Pengelola Database Layanan KeuanganBerdasarkan UU No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), OJK berwenang untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar bank maupun lembaga lain di bidang keuangan (Pasal 69 UU OJK). Selain itu OJK juga berwenang dalam pengaturan dan pengawasan sistem informasi debitur (Pasal 7 UU OJK). Dari amanat UU diatas peran OJK melalui Sub-Unit Pengelola

Page 11: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

82 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Database Layanan Keuangan adalah mempersiapkan infrastruktur, sistem dan regulasi tentang database layanan keuangan, untuk itu ada 2 tasklist terkait kewenangan diaatas dijelaskan sebagai berikut :

1. Program Database SLIK-Plus ; Integrated Bridging Data dengan Kemenkop&UMKM, layanan integrasi database E-Register, dan E-DSS (Decision Support System) UMKM

Program SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) telah dilaunching oleh OJK, sebagai pengganti program SID (Sistem Informasi Debitur) yang sudah ada, keunggulan dari SLIK adalah integrasi data debitur dan informasi layanan keuangan yang lebih holistik dan menjangkau seluruh elemen provider bisnis keuangan baik bank dan non bank. Provider Fintech dalam hal ini layanan P2P lending (P2PL) sangat memerlukan informasi SLIK sebagai tools dan media filter terhadap identitas customer P2PL, sebagai identifying character dan tracking history keuangan peminjam ataupun pemberi pinjaman.

Provider Fintech dalam melakukan operasional pemberian pinjaman terutama kepada UMKM sangat memerlukan informasi yang detail dan rinci terkait identitas UMKM, profil kelayakan bisnis dan usaha, karakter, psikometry analysis dan profilling penting lainnya. Dengan konsep nir-agunan menjadikan Fintech P2PL ekstra ketat dalam memfilter UMKM yang melakukan kegiatan pinjaman, dan menurut survei (Fintech.id) hanya 29,9% pinjaman yang mendapat approval. untuk itu konsep SLIK Plus sebuah konsep integrasi database SLIK OJK dengan database E-Registrasi UMKM dan E-DSS UMKM Kementerian Koperasi dan UMKM, untuk memudahkan Fintech P2PL memberikan pertimbangan pinjaman yang lebih holistik dan memudahkan bagi UMKM start-up untuk dapat mendapatkan layanan pinjaman.

2. Peer to Peer Database Server Concept (Desentralisasi management Database server)

Manajemen database server SLIK merupakan server core system dari semua data keuangan nasional (Big Data) yang sangat memerlukan manajemen infrastruktur database yang aman, rahasia dan sangat ramah lingkungan. untuk itu konsep manajemen server yang memenuhi konsep persyaratan diatas adalah sistem Desentralisasi server dengan konsep Peer to Peer Server.

E. Sub-Unit Literasi, Edukasi dan Pengembangan (LEP)Bisnis Fintech

Sub unit LEP bisnis Fintech merupakan salah satu pilar dalam rangka meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan di masyarakat

Page 12: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

83Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

terutama UMKM yang belum tersentuh dengan lembaga jasa keuangan baik bank ataupun non bank. Peranan Sub Unit LEP bisnis Fintech dalam meningkatkan literasi dan edukasi serta mitigasi resiko memiliki 2 tasklist yang sangat vital, diantaranya adalah:

1. Program Literasi dan Edukasi mitigasi resiko pada provider Fintech dan Konsumen (Borrower&Lender)

Program ini meningkatkan awareness, literasi dan edukasi kepada provider Fintech, bahwa bisnis Fintech tidak hanya terkait dengan aspek teknologi informasi, tetapi lebih banyak kepada aspek manajemen keuangan, pengelolaan cash-flow credit dan berbagai manajemen keuangan yang lainnya, sehingga Sub-Unit LEP memberikan pelatihan, literasi dan edukasi tentang manajemen resiko kepada provider Fintech.

2. Program pengembangan dan forum komunikasi dengan pelaku Fintech untuk pengembangan Fintech 3.0

Dalam perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan sangat canggih, implementasi inovasi teknologi dibidang keuangan digital memerlukan kajian yang strategis untuk itu Sub-Unit LEP membuat sebuah forum inkubator untuk forum komunikasi dengan provider Fintech terhadap derivasi jenis layanan Fintech, regulasi yang up-to date, dan model pengembangan jenis bisnis Fintech baru sehingga peran koordinasi dan komunikasi antara regulator dan provider Fintech berjalan dengan baik serta tidak terjadi disparitas informasi dan teknologi.

Peran Provider Fintech

Bagian ke 2 dari Program Sistem Proteksi Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech dalam meningkatkan manajemen dan tatakelola resiko Bisnis Fintech dalam hal ini sesuai dengan ekosistem Fintech 3.0 P2PL dan Payment Gateway, adalah penguatan internal sistem manajemen resiko provider Fintech, hal ini merupakan wujud dari upaya Clean Corporate Governance. Sistem manajemen resiko untuk provider Fintech terdiri dari 3 bagian / unit inti , bagian tersebut adalah :

A. Penguatan Internal IT Risk Management System (ITRM)

Pada bagian ITRM terdiri dari 5 sub unit yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh provider Fintech, 5 sub unit tersebut adalah:

1. Pengembangan dan Pengadaan Sistem IT Pengembangan dan pengadaan sistem mencakup pengelolaan

IT yang tepat melalui proses identifikasi, pengembangan/pengadaan, implementasi dan pemeliharaan sistem IT yang digunakan dalam proses bisnis Fintech. Pengembangan dan

Page 13: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

84 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

pengadaan sistem dimaksud dapat berupa pengembangan perangkat lunak (Software) secara internal atau pembelian perangkat lunak, perangkat keras (hardware) dan jasa pengembangan sistem dari pihak ketiga. hal ini diperlukan didalam menghadapi berbagai resiko akibat adanya kesalahan (error), Fraud maupun layanan bisnis yang tidak tepat.

2. Operasionalisasi Teknologi Informasi Dalam sistem operasionalisasi TI, provider Fintech harus memiliki

SOP dan sistem standar dan hal ini merupaka core system dari bisnis Fintech. Operasional TI tidak hanya terkonsentrasi pada pusat data (Data Center), tetapi juga pada aktivitas lainnya yang terkait dengan penggunaan aplikasi yang terintegrasi, beragam media komunikasi, koneksi intenet, dan berbagai sistem platform digital lainnya. Demikian juga dengan pemrosesan data dapat dilakukan secara online realtime, ataupun offline. oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang memadai atas operasional TI yang memadai agar dapat meminimalisasi resiko terganggunya kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi.

3. Jaringan dan Pengamanan Informasi Jaringan dan informasi adalah aset yang sangat penting bagi

provider Fintech, baik sistem koneksi TI,keamanan koneksi TI, sertifikasi koneksi TI dan informasi terkait dengan konsumen, keuangan, laporan maupun informasi lainnya. Kebocoran, kerusakan, ketidaakuratan, ketidaktersediaan ataupun gangguan lain terhadap informasi tersebut dapat menimbulkan dampak yang merugikan baik secara finansial ataupun non finansial bagi provider Fintech.

Untuk itu provider Fintech harus mewujudkan sistem jaringan dan pengamanan informasi mulai dari penyediaan infrastruktur yang memadai, sistem jaringan koneksi yang standar, hardware yang mumpuni dan terstandar, pengelolaan manajemen tenaga kepada data center, sistem pelatihan dan rekruitment sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas, dan sistem prosedur pengamanan informasi (meliputi prosedur back-up dan recovery data, sistem pertahanan terhadap threat (virus).

4. Pengendalian Intern dan Audit Intern Provider Fintech harus memiliki sistem pengendalian intern

dan auditor intern, hal ini merupakan bagian yang sangat vital dan menjaga terhadap keberlangsungan bisnis Fintech. Auditor intern harus melaksanakan program audit untuk memastikan bahwa pengendalian pengamanan informasi telah diterapkan, memadai dan berjalan secara efektif sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku

Page 14: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

85Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

5. Business Continuity Plan (BCP) Bisnis Fintech harus memiliki BCP dan BCM (Business Continuity

Management) terhadap berbagai gangguan/ kerusakan yang disebabkan oleh manusia ataupun fenomena alam seperti; gempa bumi, bom, kebakaran dan lain-lain.

B. Unit Pengembangan & Inovasi IT Fintech dan Unit Literasi & Edukasi Fintech (Unit LEP)Unit LEP Provider Fintech melakukan kegiatan pengembangan

produk inovasi terbaru berdasarkan update-IT platform bisnis dan pembaruan terhadap proses IT, Menyempurnakan mesin algortima pintar untuk Scoring Credit Analysis with psycomteric,mempertimbangkan sistem cryptocurrency dalam transaksi semisal Block chain (bit coin) ataupun membuat inovasi pinjaman berupa penyertaan agunan berupa sertifikat HAKI (hak Kekayaan Intelektual) untuk P2PL. hal ini sangat penting agar ekspansi bisnis Fintech memiliki sustainbilitas yang tinggi.

KESIMPULAN

Program Sistem Proteksi Keamanan dan Manajemen Resiko Fintech merupakan program yang menitikberatkan proses pada sistem pengawasan yang terintegrasi antara OJK dan provider Fintech dalam 1 sistem yang terkoneksi secara linier. Oleh karena itu, terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi agar tujuan akhir dari implementasi dapat tercapai :

1. Adanya SEOJK yang secara khusus mengatur konsep mitigasi resiko bisnis Fintech

2. Adanya sinergi dari berbagai komponen stakeholder yang terkait seperti OJK, Bank Indonesia, Kementerian Kominfo, Kementerian Koperasi dan UMKM, penyelenggara P2PL, perusahaan asuransi dan perbankan dalam mendukung ekosistem Fintech.

3. Adanya program promosi, edukasi dan literasi yang berjenjang kepada masyarakat agar masyarakat terutama dapat memanfaatkan layanan bisnis keuangan Fintech.

4. Tersedianya infrastruktur nasional terutama akses layanan dan jaringan internet, yang menjangkau ke seluruh daerah Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAgung, Gregorius, (2004). 11 Script Spektakuler Active Server Pages.

Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.Arner, D.W., Barberis, J., and Buckley, R.O. (2017). FinTech and RegTech

in a nutshell, and the future in sandbox. CFA Institute. Research Foundations Briefs, 3, 1-20

Page 15: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

IHTIFAZ - JIEFB

86 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Amperiyanto, Tri, (2006). Melihat Keamanan Windows Vista. Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Ahza Anwari. Perkembangan Regulasi Manajemen Resiko. dalam artikel yang diakses tanggal 2 Februari 2014 http://www.bankirnews.com.

Bank Indonesia. (2014). Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM. Diakses 30 Agustus 2016 dari http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/edukasi/Contents/Buku%20Saku%20Keuangan%20Inklusif.pdf

Buckley, R.P., and Malady, L. (2015). Building consumer demand for digital financial services– the new regulatory frontier. Journal of Financial Perspectives, 122-137.

Cumming, D.J., and Schwienbacher, A. (2016). Fintech Venture Capital. SSRN Working Papers.Available at: https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2784797

European Central Bank (ECB) (2017). Guide to assessment of fintech credit institutions license applications. September 2017. Available at: https://www.bankingsupervision.europa.eu/legalframework/publiccons/pdf/licensing_and_fintech/ssm.guide_on_assessment_for_licensing_of_fintech_credit_insts_draft.en.pdf

Fintech.id (2017). Kegiatan Pembayaran Gaya Baru dalam Dunia Fintech. diakses tanggal 26 Mei 2017 dari https:// Fintech.id

Fintech.id (2017). Fintech dan TTE. diakses tanggal 26 Mei 2017 dari https:// Fintech.id

Giannetti, M., and Ongena, S. (2012). “Lending by example”: Direct and indirect effects offoreign banks in emerging markets. Journal of International Economics, 86, 167-180.

Jogiyanto, HM, (1990). Analisis & Disain Sistem Informasi. Pendekatan terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset. Yogyakarta.

Lawrence, Jacowitz, (2005). Advanced Software Project Management, West Virginia University-USA.

Muzdalifah, and Rahma. (2018). “Peran Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada UMKM di Indonesia (Pendekatan Keuangan Syariah)”. Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 3, No. 1, 2018.

Redaksi Majalah SWA. 2009. Bangkitnya Franchise Lokal. JakartaOtoritas Jasa Keuangan. (2016). Capaian Kinerja 2015 dan Program

Strategis 2016 Industri Keuangan Non-Bank. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2016 dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/berita-dan-kegiatan/infoterkini/Pages/Capaian-Kinerja-2015-dan-Program-Strategis-2016-Dari-IndustriKeuangan-Non-Bank.aspx

Otoritas Jasa Keuangan (2017). POJK Nomor 77 tahun 2012 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) diakses tanggal 26 Mei 2017 dari http://www.ojk.go.id/

Page 16: +DODO$ZDUHQHVV +DODO&HUWL¿FDWLRQ DQG)RRG,QJUHGLHQWVRQ Sistem … · 2020. 1. 18. · IHTIFAZ - JIEFB 74 Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking yang merupakan

87Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking

Journal of Islamic Economics,

Finance, and Banking

Vol. 2, No. 1, Juni 2019, pp. 73-87, ISSN p:2622-4755

e:2622-4798

id/regulasi/otoritas-jasa-keuangan/peraturan-ojk/Documents/Pages/POJK-Nomor-77-POJK.01-2016/SAL%20-%20POJK%20Fintech.pdf

Veitzhal, Rivai, (2002). Islamic Risk Management For Islamic Bank. Kompas Gramedia. Jakarta

World Economic Forum (WEF) (2015). The Future of Financial Services How disruptive innovations are reshaping the way financial services are structured, provisioned and consumed. Juni 2015. Available at: http://www3.weforum.org/docs/WEF_The_future__of_financial_services.pdf