Transcript
Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI KELURAHAN BUKIT CERMIN

KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

DIDI HARDIANTO

NIM : 090565201009

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

1

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI KELURAHAN BUKIT CERMIN

KOTA TANJUNGPINANG

DIDI HARDIANTO

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di Kelurahan

Bukit Cermin terdiri dari berbagai macam program, antara lain Bantuan Langsung

Tunai (BLT), Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni, Program Keluarga Harapan,

PNPM Mandiri Perkotaan, dan Program Beras Miskin. Kelurahan Bukit Cermin

merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang. Namun dari data

yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian masih adanya penerima manfaat

ekonomi perguliran program PNPM Mandiri Perkotaan yang bukan termasuk dalam

kategori masyarakat miskin, masih minimnya kontribusi swadaya dari masyarakat

dan masih bersifat ke lokal, serta masih kurang telitinya verifikasi terhadap

pemanfaatan dana perguliran, dan keberlanjutan terhadap kegiatan yang telah

dilaksanakan.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam

Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Bukit Cermin Kota Tanjungpinang.

Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang tokoh masyarakat, 1 orang staff seksi

pembangunan di Kelurahan Bukit Cermin, 1 orang Lurah, 2 orang staff kelurahan

khusus bagian pembangunan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisa data kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa partisipasi masyarakat dalam

Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Bukit Cermin Kota Tanjungpinang belum

berjalan dengan baik. Menurut masyarakat hal ini belum tepat sasaran dan sosialisasi

yang dilakukan belum menyeluruh, kemudian tidak semua masyarakat mengetahui

bahwa penanggulan kemiskinan ini masih tetap berjalan dan tetap perlu adanya

partisipasi mereka sebagai masyarakat.

Kata Kunci : Kemiskinan, Partisipasi

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

2

A B S T R A C T

Poverty Alleviation Programs in Tanjungpinang, especially in the Kelurahan Bukit

Cermin consists of a variety of programs, such as cash assistance. Rehabilitation Not

Livable Home, the Family Hope Program, PNPM Urban and Poor Rice Program.

Kelurahan Bukit Cermin is one of the sub district in Tanjungpinang. However, from

the data obtained from the research the recipient of the economic benefits of

revolving PNPM Mandiri Urban were not included in the category of the poor, there

still lack of the contribution of self-help of the community and they are all local

oriented, and still less meticulous verification of the utilization of the funds rolling,

and sustainability the activities that have been implemented.

The purpose of this research to find out the community's participation in Poverty

Reduction in Kelurahan Bukit Cermin Tanjungpinang. Informants in this study are

two community leaders, one person staff construction in the sub district Bukit

Cermin, 1 Lurah, 2 staff development section. Analysis of the data used in this

research is the analysis of qualitative data.

Based on the results of the study it can be shown that the participation of the

community in poverty in the Kelurahan Bukit Cermin Tanjungpinang hasn't been

going well. According to the community it is yet right on target and socializing has

not done thoroughly, then not all of community knows that at still runs and still need

for their participation as a community.

Keywords: Poverty, Participation

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan adalah keadaan

dimana terjadi ketidak mampuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

dasar seperti makanan, pakaian, tempat

berlindung, pendidikan, dan kesehatan.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh

kelangkaan alat pemenuh kebutuhan

dasar, ataupun sulitnya akses terhadap

pendidikan dan pekerjaan, kemiskinan

dapat juga dikatakan sebagai suatu

standar tingkat hidup yang rendah yaitu

adanya tingkat kekurangan materi pada

sejumlah atau golongan orang

dibandingkan dengan standar

kehidupan yang umum berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan. Standar

kehidupan yang rendah ini secara

langsung tampak pengaruhnya terhadap

tingkat keadaan kesehatan kehidupan

moral, dan rasa harga diri dari mereka

yang tergolong sebagai orang miskin.

Permasalahan yang harus

dihadapi dan diselesaikan oleh

pemerintah indonesia saat ini adalah

kemiskinan, disamping masalah-

masalah yang lainnya. Dewasa ini

pemerintah belum mampu menghadapi

atau menyelesaikan permasalahan

kemiskinan. Permasalahan kemiskinan

merupakan permasalahan yang

kompleks dan bersifat

multidimensional. Oleh karena itu,

upaya pengentasan kemiskinan harus

dilakukan secara komprehensif,

mencakup berbagai aspek kehidupan

masyarakat, dan dilaksanakan secara

terpadu. Kemiskinan harus menjadi

sebuah tujuan utama dari penyelesaian

masalah-masalah yang dihadapi oleh

negara Indonesia, karna aspek dasar

yang dapat dijadikan acuan

keberhasilan pembangunan ekonomi

adalah teratasinya masalah kemiskinan.

Berdasarkan data yang

didapatkan dari Badan Pusat Statistik

Pada bulan Maret 2015, jumlah

penduduk miskin (penduduk dengan

pengeluaran per kapita per bulan di

bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia

mencapai 28,59 juta orang (11,22

persen), bertambah sebesar 0,86 juta

orang dibandingkan dengan kondisi

September 2014 yang sebesar 27,73

juta orang (10,96 persen). Badan Pusat

Statistik menunjukkan bahwa jumlah

penduduk miskin di Indonesia ternyata

bertambah banyak di tahun 2015 ini

ketimbang catatan penduduk miskin di

tahun 2014 silam. (Sumber : BPS

Tanjungpinang, 2015)

Jumlah penduduk miskin

(penduduk yang berada di bawah Garis

Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan

Riau pada bulan September 2015

sebanyak 114.834 orang (5,78 persen).

Jika dibandingkan dengan jumlah

penduduk miskin pada Maret 2015

yang berjumlah 122.398 orang (6,24

persen), secara absolut mengalami

penurunan sebanyak 7.564 orang atau

turun sebesar 0,46 poin. Selama

periode Maret 2015 - September 2015,

penduduk miskin di daerah perkotaan

turun sangat signifikan yaitu 6.390

orang, sementara di daerah pedesaan

secara absolut mengalami penurunan

sebesar 1.174 orang. (Sumber : BPS

Tanjungpinang, 2015)

Salah satu Kota yang ada di

Provinsi Kepulauan Riau adalah

Tanjungpinang, Tanjungpinang masih

memiliki masyarakat miskin. Namun

kategori orang miskin tidak seperti di

kota-kota besar lainnya yang ada di

Indonesia. Sebab di Tanjungpinang

belum ada orang miskin yang tidak

makan 2 hari sekali atau lebih.

Masyarakat Tanjungpinang dinilai

masih mampu memenuhi kebutuhan

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

4

makan sehari-hari meski digolongkan

tidak mampu.

Berdasarkan data yang

didapatkan masih ada 9396 Kepala

Keluarga yang ada di Kota

Tanjungpinang masuk dalam daftar

keluarga miskin. Tahun ini, Pemerintah

Kota Tanjungpinang mengalokasikan

anggaran Rp30 miliar untuk masyarakat

tak mampu untuk berbagai kegiatan.

Sumber dana diperoleh dari Rp10

miliar APBD Kota Tanjungpinang dan

Rp20 miliar bantuan APBD Provinsi

Kepulauan Riau.

Penanggulangan kemiskinan

adalah menyempurnakan program

perlindungan sosial. Peningkatan akses

masyarakat miskin terhadap pelayanan

dasar. Penanggulangan kemiskinan

yang komprehensif memerlukan

keterlibatan berbagai pemangku

kepentingan. Pemerintah pusat,

pemerintah daerah, dunia usaha (sektor

swata) dan masyarakat merupakan

pihak-pihak yang memiliki

tanggungjawab sama terhadap

penanggulangan kemiskinan.

Pemerintah telah melaksanakan

penanggulangan kemiskinan melalui

berbagai program dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar warga

negara secara layak, meningkatkan

kesejahteraan sosial ekonomi

masyarakat miskin, penguatan

kelembagaan sosial ekonomi

masyarakat serta melaksanakan

percepatan pembangunan daerah

tertinggal dalam upaya mencapai

masyarakat Indonesia yang sejahtera,

demokratis dan berkeadilan.

Untuk menunjang

penanggulangan kemiskinan yang

komprehensif dan mewujudkan

percepatan penanggulangan kemiskinan

dirumuskan empat startegi utama.

Strategi-strategi penanggulangan

kemiskinan tersebut diantaranya:

1. Memperbaiki program

perlindungan sosial;

2. Meningkatkan akses

terhadap pelayanan

dasar;

3. Pemberdayaan

kelompok masyarakat

miskin; serta

4. Menciptakan

pembangunan yang

inklusif.

Program Penanggulangan

Kemiskinan yang dilakukan oleh

Pemerintah Republik Indonesia terbagi

atas tiga kelompok klaster yang

dikelola oleh berbagai Kementerian dan

Lembaga Pemerintah yaitu Jaminan

Kesehatan Nasional, Kartu keluarga

sejahtera, Program Indonesia Pintar,

Program Keluarga Harapan, Beras

Untuk Keluarga Miskin, dan Kredit

Usaha Rakyat.

Program Penanggulangan

kemiskinan di Kota Tanjungpinang

khususnya di Kelurahan Bukit Cermin

terdiri dari berbagai macam program,

salah satunya Bantuan Langsung Tunai

(BLT), Rehabilitasi Rumah Tidak

Layak Huni, Program Keluarga

Harapan, PNPM Mandiri Perkotaan,

dan Program Beras Miskin. Pemerintah

saat ini memiliki berbagai program

penanggulangan kemiskinan yang

terintegrasi mulai dari program

penanggulangan kemiskinan berbasis

bantuan sosial, program

penanggulangan kemiskinan yang

berbasis pemberdayaan masyarakat

serta program penanggulangan

kemiskinan yang berbasis

pemberdayaan usaha kecil, yang

dijalankan oleh berbagai elemen

Pemerintah baik pusat maupun daerah.

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

5

Untuk meningkatkan efektifitas

upaya penanggulangan kemiskinan,

Presiden telah mengeluarkan Perpres

No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, yang

bertujuan untuk mempercepat

penurunan angka kemiskinan.

Kecamatan Tanjungpinang

Barat memiliki masyarakat miskin

dengan jumlah 2406 Kepala Keluarga,

hal ini dikatakan jauh lebih sedikit

dibandingkan 2 kecamatan lainnya.

Berikut data masyarakat miskin yang

ada di Kecamatan Tanjungpinang Barat

yang dapat di paparkan per kelurahan.

Kelurahan Bukit Cerimin

merupakan salah satu kelurahan yang

ada di Kota Tanjungpinang. Kelurahan

Bukit Cermin yang sebelumnya telah

dinobatkan sebagai Juara 1 sebagai

Kelurahan Terbaik Se Kepulauan Riau

ini, telah mewakili Kepri utuk

mengikuti Lomba Kelurahan Terbaik

Tingkat Nasional di Jakarta. Namun

dari data yang didapatkan berdasarkan

hasil penelitian terdahulu Irwan

Siswandi Rusli (2014) bahwa masih

adanya penerima manfaat ekonomi

perguliran program PNPM Mandiri

Perkotaan yang bukan termasuk dalam

kategori masyarakat miskin, masih

minimnya kontribusi swadaya dari

masyarakat dan masih bersifat ke lokal,

serta masih kurang telitinya verifikasi

terhadap pemanfaatan dana perguliran,

dan keberlanjutan terhadap kegiatan

yang telah dilaksanakan. Kemudian

data masyarakat miskin di Kelurahan

Bukit Cermin adalah Kelurahan 509

Kepala Keluarga, untuk menanggulangi

kemiskinan memang tidak hanya

tanggungjawab pemerintah saja, namun

diharapkan masyarakat juga

berpartisipasi agar setiap program

penanggulangan tersebut bisa berjalan

tepat sasaran.

Kehadiran relawan masyarakat

sangat dibutuhkan sebagai konsekwensi

logis dari penerapan pembangunan

yang berbasis masyarakat yang

membutuhkan penggerak-penggerak

dari masyarakat sendiri yang mengabdi

tanpa pamrih, ikhas, peduli dan

memiliki komitmen kuat pada

kemajuan masyarakat di wilayahnya.

Proses pembangunan yang berbasis

masyarakat tidak akan terlaksana

apabila pelopor-pelopor yang

menggerakkan masyarakat tersebut

merupakan individu-individu yang

bekerja dengan pamrih pribadi. Dengan

kata lain perubahan masyarakat sangat

ditentukan oleh relawan-relawan yang

memiliki moral baik dan mampu

menjadi contoh perubahan.

Peraturan Presiden No. 15 tahun

2010 juga mengamanatkan

pembentukan Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(TKPKD) di tingkat Provinsi dan

Kabupaten Kota. Tim ini merupakan

tim lintas sektor dan lintas pemangku-

pemangku kepentingan di tingkat

Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk

melakukan percepatan penanggulangan

kemiskinan di masing-masing tingkat

daerah yang bersangkutan.

Keanggotaan Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(Provinsi, Kabupaten dan Kota) terdiri

dari unsur pemerintah yaitu yang

berkoordinasi dan berperan dalam

penanggulangan kemiskinan, kemudian

dunia usaha yang membantu

pemerintah dalam menjalankan

program pemerintah dalam

penanggulangan kemiskinan dan

masyarakat seperti membuat atau

membentuk kelompok program

penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat.

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

6

Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah

melakukan beberapa hal yaitu

mendorong proses perencanaan dan

penganggaran sehingga menghasilkan

anggaran yang efektif untuk

penanggulangan kemiskinan.

Melakukan koordinasi dan pemantauan

program penanggulangan kemiskinan di

daerah. Menyampaikan laporan hasil

rapat koordinasi TKPKD, paling sedikit

3 kali setahun (Pasal 25 Permendagri

No. 42 tahun 2010); dan hasil

pelaksanaan penanggulangan

kemiskinan di daerah kepada Wakil

Presiden selaku Ketua TNP2K (Pasal

27 Permendagri No. 42 tahun 2010).

Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(TKPKD) Kota Tanjungpinang optimis

terhadap progres yang dilakukan dapat

menurunkan angka kemiskinan di

Ibukota Provinsi Kepri pada 2016.

Mereka melakukan kolaborasi dengan

Program Peningkatan Kualitas

Kawasan Permukiman (P2KKP)

Perkotaan sebagai pengganti PNPM

untuk penanganan titik-titik kawasan

kumuh yang ada di Kota

Tanjungpinang, diharapkan tetap

terlaksana.

Partisipasi masyarakat yang

ideal dapat dilihat dalam berbagai

pandangan. Pertama, kontribusi nyata

secara sukarela dari komunitas terhadap

suatu program untuk masyarakat,

keterlibatan masyarakat dalam proses

pembuatan keputusan dan dalam

implementasi program serta menikmati

bersama keuntungan-keuntungan dari

program pembangunan. Keterlibatan

masyarakat dalam mengevaluasi

program, suatu proses aktif, dimana

rakyat dari suatu komunitas mengambil

inisiatif dan menyatakan dengan tegas

otonomi mereka. Kedua, meningkatkan

kontrol terhadap sumber daya dan

mengatur lembaga-lembaga dalam

situasi sosial yang ada. Untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat,

maka keterlibatan masyarakat dalam

berbagai program dalam pembangunan

terutama menyangkut pengambilan

keputusan pembangunan dalam tingkat

komunitas sangat penting. (Siregar,

2001:19)

Bertitik tolak pada uraian

diatas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian yang berjudul :

“PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI KELURAHAN

BUKIT CERMIN KOTA

TANJUNGPINANG”

Perumusan Masalah

Berdasakan dari latar belakang di

atas maka perlu adanya perbaikan

peningkatan kesadaran masyarakat agar

mau berpartisispasi dalam setiap

pembangunan yang ada. Adapun

perumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut : “Bagaimana

Partisipasi Masyarakat Dalam

Penanggulangan Kemiskinan Di

Kelurahan Bukit Cermin Kota

Tanjungpinang?”

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Partisipasi

Masyarakat Dalam

Penanggulangan Kemiskinan

Di Kelurahan Bukit Cermin

Kota Tanjungpinang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademis hasil

penelitian ini diharapkan

dapat memberikan

pemahaman yang mendalam

tentang Partisipasi

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

7

Masyarakat Dalam

Penanggulangan Kemiskinan

Di Kelurahan Bukit Cermin

Kota Tanjungpinang.

b. Secara Praktis hasil

penelitian diharapkan dapat

dijadikan bahan masukan

yang bagi instansi

pemerintah, khususnya Pihak

Kelurahan Bukit Cermin

sebagai instansi yang

berwenang dalam

pembangunan di wilayahnya

Konsep Operasional

1. Kontribusi sukarela dari

masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan

keputusan. Hal ini dapat dilihat

dari indikator : Masyarakat

terlibat dalam pengambilan

keputusan.

2. Usaha membuat masyarakat

semakin peka dalam

meningkatkan kemauan

menanggapi proyek-proyek

pembangunan. Hal ini dapat

dilihat dari indikator : Adanya

usaha yang dilakukan

pemerintah seperti sosialisasi

kepada masyarakat terhadap

program yang berjalan

3. Proses yang aktif artinya orang

atau kelompok terkait

pengambilan inisiatif.

Pemantapan dialog antara

masyarakat dan staff dalam

melakukan persiapan,

pelaksanaan proyek yang

sedang dilakukan. Hal ini dapat

dilihat dari indikator :

masyarakat menyumbangkan

idenya dalam pembangunan

wilayah kelurahan Bukit

Cermin.

4. Pemantapan dialog antara

masyarakat dan staff dalam

melakukan persiapan,

pelaksanaan proyek yang

sedang di lakukan. Hal ini dapat

dilihat dari indikator : Adanya

pertemuan masyarakat dengan

pihak terkait seperti pihak

kelurahan dalam menjalankan

program penataan pemukiman

kumuh di Kelurahan Bukit

Cermin

5. Ketertiban sukarela masyarakat

dalam perubahan yang

ditentukannya sendiri. Hal ini

dapat dilihat dari indikator :

Kemauan masyarakat untuk

berpartisipasi tanpa adanya

paksanaan atau tidak di

mobilisasi.

6. Keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan diri kehidupan

dan lingkungan mereka. Hal ini

dapat dilihat dari indikator :

Masyarakat mendukung

program di wilayahnya

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat

penelitian deskriptif, dimana

penulis bersifat menguraikan dan

memaparkan hasil penelitian

dengan jelas dan sistematis tanpa

menghubungkan atau mengkaitkan

unsur-unsur yang lain dalam

penelitian. Sejalan dengan pendapat

Umar (2002 : 38) mengemukakan

“tujuan penelitian deskriptif adalah

memaparkan atau mendeskripsikan

hal-hal yang ditanyakan dalam

riset, seperti : siapa, yang mana,

kapan, di mana, dan mengapa.”

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan

Kelurahan Bukit Cermin Kota

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

8

Tanjungpinang. Hal ini dikarenakan

Kelurahan Bukit Cermin yang

sebelumnya telah dinobatkan

sebagai Juara 1 sebagai Kelurahan

Terbaik Se Kepulauan Riau ini,

namun dari data yang didapatkan

masih kurang tepatnya penerima

manfaat hal ini dapat dilihat dari

yang mendapatkan bantuan bukan

termasuk dalam kategori

masyarakat miskin, masih

minimnya kontribusi swadaya dari

masyarakat dan masih bersifat ke

lokal, serta masih kurang telitinya

verifikasi terhadap pemanfaatan

dana perguliran, dan keberlanjutan

terhadap kegiatan yang telah

dilaksanakan sehingga kemiskinan

masih kerap terjadi.

3. Informan

Dalam penelitian ini, adapun teknik

pengambilan informan yang digunakan

adalah teknik purposive sampling

menurut Arikunto (2006:139) dimana

pengambilan sampel dilakukan dengan

cara mengambil subjek bukan strata

tetapi atas adanya tujuan

tertentu,informan dalam penelitian ini

adalah 2 orang tokoh masyarakat, 3

orang staff Kelurahan khusus bagian

pembangunan.

4. Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh secara

langsung dari responden di

lapangan melalui wawancara yang

bertujuan untuk mendapatkan

jawaban penelitian yang

berhubungan dengan masalah yaitu

Partisipasi Masyarakat Dalam

Penanggulangan Kemiskinan Di

Kelurahan Bukit Cermin Kota

Tanjungpinang

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data

pendukung yang diperoleh dari

buku-buku literatur yang ada

hubungannya dengan masalah,

dan dokumentasi yang meliputi :

data karakteristik pegawai, lokasi

penelitian, struktur organisasi, yang

terdata pada Kantor Kelurahan

Bukit Cermin.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan

Data

Adapun alat pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

a. Observasi, yakni peneliti

mengadakan pengamatan

langsung ke lokasi

penelitian untuk melihat

secara dekat tentang

pelaksanaan pengawasan

pembayaran pajak bumi dan

bangunan pada Kelurahan

Bukit Cermin. Sesuai

dengan pendapat Umar

(2002 : 90) yaitu teknik ini

menuntut adanya

pengamatan dari si periset

terhadap obyek risetnya.

Alat yang digunakan daftar

checklist dan catatan harian

mengenai Partisipasi

Masyarakat Dalam

Penanggulangan

Kemiskinan Di Kelurahan

Bukit Cermin Kota

Tanjungpinang

b. Wawancara yakni peneliti

akan memberikan

wawancara kepada informan

berupa butir-butir

pertanyaan untuk dijawab

guna mendapatkan informasi

tentang Partisipasi

Masyarakat Dalam

Penanggulangan

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

9

Kemiskinan Di Kelurahan

Bukit Cermin Kota

Tanjungpinang. Adapun

alat yang dipergunakan

yakni pedoman wawancara.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Patilima (2007 : 88)

menyebutkan bahwa pada analisa

data kualitatif, peneliti membangun

kata-kata dari hasil wawancara atau

pengamatan terhadap data yang

dibutuhkan untuk dideskripsikan

dan dirangkum. Data yang

diperoleh dihimpun menurut jenis

dan kelompoknya, maka

selanjutnya dilaksanakan

pengolahan dan analisis data yang

dilakukan dengan cara deskriptif,

yaitu mengemukakan masalah

menurut apa adanya. Moleong

(2011:35) menyatakan analisa dan

kualitatif adalah proses

pengorganisasian, dan penguratan

data kedalam pola dan kategori

serta satu uraian dasar, sehingga

dapat dikemukakan tema yang

seperti disarankan oleh data.

Adapun langkah – langkah analisa

data yang dilakukan adalah :

1. Reduksi Data Dari

lokasi penelitian, data

lapangan dituangkan

dalam uraian laporan

yang lengkap dan

terinci. Data dan

laporan lapangan

kemudian direduksi,

dirangkum, dan

kemudian dipilah-pilah

hal yang pokok,

difokuskan untuk

dipilih yang terpenting

kemudian dicari tema

atau polanya ( melalui

proses penyuntingan,

pemberian kode dan

pentabelan ). Reduksi

data dilakukan terus

menerus selama proses

penelitian berlangsung.

Pada tahapan ini

setelah data dipilah

kemudian

disederhanakan, data

yang tidak diperlukan

disortir agar memberi

kemudahan dalam

penampilan, penyajian,

serta untuk menarik

kesimpulan sementara.

2. Penyajian Data

Penyajian data (

display data )

dimasudkan agar lebih

mempermudah bagi

peneliti untuk dapat

melihat gambaran

secara keseluruhan

atau bagian- bagian

tertentu dari data

penelitian. Hal ini

merupakan

pengorganisasian data

kedalam suatu bentuk

tertentu sehingga

kelihatan jelas

sosoknya lebih utuh.

Data-data tersebut

kemudian dipilah-pilah

dan disisikan untuk

disortir menurut

kelompoknya dan

disusun sesuai dengan

katagori yang sejenis

untuk ditampilkan agar

selaras dengan

permasalahan yang

dihadapi, termasuk

kesimpulan-

kesimpulan sementara

diperoleh pada waktu

data direduksi.

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

10

3. Penarikan Kesimpulan

/ Verifikasi Pada

penelitian kualitatif,

verifikasi data

dilakukan secara terus

menerus sepanjang

proses penelitian

dilakukan. Sejak

pertama memasuki

lapangan dan selama

proses pengumpulan

data, peneliti berusaha

untuk menganalisis

dan mencari makna

dari data yang

dikumpulkan, yaitu

mencari pola tema,

hubungan persamaan,

hipotetsis dan

selanjutnya dituangkan

dalam bentuk

kesimpulan yang

masih bersifat tentatif.

LANDASAN TEORITIS

1. Partisipasi masyarakat

Perencanaan dengan pendekatan

partisipatif menurut Samsura (2003:13)

dianggap sebagai strategi pembangunan

dan penentuan keputusan publik, sangat

tergantung pada kesadaran masyarakat

untuk mau melibatkan diri dalam

pembangunan. Pengikutsertaan

masyarakat dalam proses perencanaan,

dianggap sebagai salah satu cara yang

efektif untuk menampung dan

mengakomodasi berbagai kepentingan

masyarakat. Dengan kata lain, upaya

pengikutsertaan masyarakat yang

terwujud dalam perencanaan

partisipatif, dapat membawa

keuntungan substantif dimana

keputusan publik yang diambil akan

lebih efektif, disamping akan memberi

sebuah rasa kepuasan dan dukungan

publik yang cukup kuat terhadap suatu

proses pembangunan.

Dengan demikian keterlibatan

masyarakat dalam proses penentuan

kebijakan publik, memberikan nilai

strategis bagi masyarakat itu sendiri dan

menjadi salah satu syarat penting dalam

upaya pembangunan yang

dilaksanakan. Uphoff dalam Endang

(2003:37) mengatakan bahwa

partisipasi pembangunan dapat

dilakukan melalui keikutsertaan

masyarakat dalam memberikan

kontribusi guna menunjang pelaksanaan

pembangunan yang berwujud tenaga,

uang, barang material, ataupun

informasi yang berguna bagi

pelaksanaan pembangunan.

Keterpaduan antara pemerintah dan

masyarakat dalam proses perencanaan

sangat menentukan dalam merumuskan,

melakukan pemilihan dan penilaian

terhadap berbagai alternatif kegiatan

yang ditetapkan. Hal ini berarti bahwa

adanya kerjasama yang baik

memberikan makna dalam perencanaan

suatu pembangunan tidak dilakukan

oleh sepihak, dan atas dasar tersebut

masyarakat mempunyai hak dan

wewenang untuk ikut serta dalam

merencanakan, melaksanakan,

melestarikan dan mengembangkan

pembangunan.

Sztompka (2007:65) menyatakan

bahwa manusia ada setiap saat dari

masa lalu ke masa mendatang.

Masyarakat bukan sebuah kesatuan

fisik (entity), tetapi seperangkat proses

yang saling terkait bertingkat ganda.

Kehadirannya justru melaui fase antara

apa yang telah terjadi dan apa yang

akan terjadi. Dalam masyarakat kini

terkandung pengaruh, bekas, dan

jiplakan masa lalu serta bibit dan

potensi untuk masa depan. Sifat

berprosesnya masyarakat secara tersirat

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

11

berarti bahwa fase sebelumnya

berhubungan sebab-akibat dengan fase

kini dan fase kini merupakan

persyaratan sebabakibat yang

menentukan fase berikutnya.

Keterlibatan aktif atau partisipasi

masyarakat tersebut dapat berarti

keterlibatan dalam proses penentuan

arah, strategi dan kebijaksanaan

pembangunan yang dilakukan

pemerintah. Hal ini terutama

berlangsung dalam proses politik tetapi

juga dalam proses hubungan sosial

antara kelompok-kelompok

kepentingan dalam masyarakat. Hal ini

dapat berupa sumbangan mobilisasi

sumbersumber pembiayaan

pembangunan kegiatan produktif yang

serasi, pengawasan sosial atas jalannya

pembangunan dan lain-lain. Pada

pokoknya kegiatan masyarakat yang

mendukung peningkatan tabungan dan

investasi, dan dengan demikian

pembentukan modal. Ketiga, adalah

keterlibatan dalam memetik hasil dan

manfaat pembangunan secara

berkeadilan. Bagian-bagian daerah

ataupun golongan-golongan masyarakat

tertentu dapat ditingkatkan

keterlibatannya dalam bentuk kegiatan

produktif mereka melalui perluasan

kesempatankesempatan dan pembinaan

tertentu.

Siregar (2001:19) menyatakan

bahwa partisipasi dapat dilihat dalam

berbagai pandangan. Pertama,

kontribusi nyata secara sukarela dari

komunitas terhadap suatu program

untuk masyarakat, keterlibatan

masyarakat dalam proses pembuatan

keputusan dan dalam implementasi

program serta menikmati bersama

keuntungan-keuntungan dari program

pembangunan. Keterlibatan masyarakat

dalam mengevaluasi program, suatu

proses aktif, dimana rakyat dari suatu

komunitas mengambil inisiatif dan

menyatakan dengan tegas otonomi

mereka. Kedua, meningkatkan kontrol

terhadap sumber daya dan mengatur

lembaga-lembaga dalam situasi sosial

yang ada. Untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat, maka

keterlibatan masyarakat dalam berbagai

program dalam pembangunan terutama

menyangkut pengambilan keputusan

pembangunan dalam tingkat komunitas

sangat penting.

Lain halnya dengan Rush dan

Althoff (2002:129) adanya hierarki

mencakup seluruh jajaran partisipasi

politik dan untuk dapat diterapkan pada

semua tipe sistem politik. Adalah

penting juga untuk kita sadari bahwa

partisipasi pada satu tingkatan hierarki

tidak merupakan prasyarat bagi

partisipasi pada suatu tingkatan yang

lebih tinggi, walaupun mungkin hal ini

berlaku bagi tipe-tipe partisipasi

tertentu. Pada puncak hierarki terdapat

orang-orang yang menduduki berbagai

macam jabatan dalam sistem politik,

baik pemegang-pemegang jabatan

politik maupun anggota-anggota

birokrasi pada berbagai tingkatan.

Menurut Kaho (2002:40), partisipasi

masyarakat dapat terjadi pada empat

tahap yaitu :

1. Partisipasi dalam proses

pembuatan keputusan.

2. Partisipasi dalam bentuk

pelaksanaan.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan

hasil.

4. Partisipasi dalam mengevaluasi.

Lebih rinci Cohen dan Uphoff

dalam Dwiningrum (2011:61)

membedakan partisipasi menjadi empat

jenis yaitu pertama, partisipasi dalam

pengambilan keputusan. Kedua,

partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga,

partisipasi dalam pengambilan manfaat.

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

12

Dan keempat, partisipasi dalam

evaluasi. Pertama, partisipasi dalam

pengambilan keputusan. Partisipasi ini

terutama berkaitan dengan penentuan

alternatif dengan masyarakat yang

berkaitan dengan gagasan atau ide yang

menyangkut kepentingan bersama.

Dalam partisipasi ini masyarakat

menuntut untuk ikut menentukan arah

dan orientasi pembangunan. Wujud dari

partisipasi ini antara lain seperti

kehadiran rapat, diskusi, sumbangan

pemikiran, tanggapan atau penolakan

terhadap program yang ditawarkan.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan

suatu program meliputi: menggerakkan

sumber daya, dana, kegiatan

administrasi, koordinasi dan penjabaran

program. Ketiga, partisipasi dalam

pengambilan manfaat. Partisipasi ini

tidak lepas dari hasil pelaksanaan.

Menurut Mikkelsen (dalam

Soetomo : 2010 : 438 ) ada 6 tafisran

makna tentang partisipasi :

1. Kontribusi sukarela dari

masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan

keputusan.

2. Usaha membuat masyarakat

semakin peka dalam

meningkatkan kemauan

menanggapi proyek-proyek

pembangunan

3. Proses yang aktif artinya orang

atau kelompok terkait

pengambilan inisiatif.

Pemantapan dialog antara

masyarakat dan staff dalam

melakukan persiapan,

pelaksanaan proyek yang

sedang dilakukan.

4. Ketertiban sukarela masyarakat

dalam perubahan yang

ditentukannya sendiri.

5. Keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan diri kehidupan

dan lingkungan mereka.

2. Kemiskinan

Kemiskinan selalu mendapatkan

tempat yang cukup penting dalam

pembahasan pembangunan.

Kemiskinan adalah ketidakmampuan

individu dalam memenuhi kebutuhan

dasar minimal untuk hidup layak (BPS

dan Depsos, 2002:3). Kemiskinan

merupakan sebuah kondisi yang berada

di bawah garis nilai standar kebutuhan

minimum, baik untuk makanan dan non

makanan, yang disebut garis

kemiskinan (poverty line) atau batas

kemiskinan (poverty threshold).

Kemiskinan adalah suatu kondisi

ketidakmampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata

masyarakat di suatu daerah. Kondisi

ketidakmampuan ini ditandai dengan

rendahnya kemampuan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan pokok baik

berupa pangan, sandang, maupun

papan. Kemampuan pendapatan yang

rendah ini juga akan berdampak

berkurangnya kemampuan untuk

memenuhi standar hidup rata-rata

seperti standar kesehatan masyarakat

dan standar pendidikan. Garis

kemiskinan adalah sejumlah rupiah

yang diperlukan oleh setiap individu

untuk dapat membayar kebutuhan

makanan setara 2100 kilo kalori per

orang per hari dan kebutuhan non-

makanan yang terdiri dari perumahan,

pakaian, kesehatan, pendidikan,

transportasi, sertaaneka barang dan jasa

lainnya (BPS dan Depsos,2002:4).

Kemiskinan adalah

permasalahan yang sifatnya

multidimensional. Pendekatan dengan

satu bidang ilmu tertentu tidaklah

mencukupi untuk mengurai makna dan

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

13

fenomena yang menyertainya. Definisi

secara umum yang lazim dipakai dalam

perhitungan dan kajian-kajian akademik

adalah pengertian kemiskinan yang

diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu

sebagai ketidakmampuan mencapai

standar hidup minimum (World Bank,

2000).

Dari segi faktor penyebabnya,

kemiskinan dapat dibedakan menjadi

kemiskinan kultural, kemiskinan

sumber daya ekonomi, dan kemiskinan

struktural. Kemiskinan sumber daya

ekonomi melihat fenomena kemiskinan

dari sisi ketiadaan atau kelangkaan

sumber daya ekonomi baik faktor-

faktor produksi yang berupa modal,

tanah, sumber daya manusia dalam hal

ini tingkat dan kualitas pendidikan

maupun kondisi geografis yang terkait

dengan tempat tinggal suatu

masyarakat. Kemiskinan struktural

merupakan kemiskinan yang

disebabkan oleh faktor struktur

ekonomi dan politik yang melingkupi si

miskin. Struktur ekonomi dan politik

yang kurang berpihak pada sekelompok

masyarakat tertentu sehingga

menimbulkan hambatan-hambatan

dalam akses sumber daya ekonomi,

lapangan pekerjaan dan partisipasi

dalam pembangunan.

Ukuran lain kemiskinan

dikembangkan oleh Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), yang menggunakan data

mikro hasil pendaftaran keluarga

prasejahtera dan sejahtera I. Dalam

ukuran ini, sebuah keluarga disebut

miskin jika: (i) tidak bisa melaksanakan

kewajiban rutin dalam agamanya; (ii)

tidak bisa makan dua kali dalam sehari;

(iii) tidak mempunyai pakaian lain

untuk bekerja/bersekolah dan

melakukan aktivitas lainny; (iv) tinggal

di rumah yang sebagian besar

ruangannya berlantai tanah; (v) tidak

bisa membayar biaya fasilitas

kesehatan. Metode penghitungan

penduduk miskin yang dilakukan Badan

Pusat Statistik (BPS) sejak pertama kali

hingga saat ini menggunakan

pendekatan yang sama yaitu pendekatan

kebutuhan dasar (basic needs). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan

didefinisikan sebagai ketidakmampuan

dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan makanan maupun non

makanan yang bersifat mendasar.

Berdasarkan pendekatan tersebut,

indikator yang digunakan adalah Head

Count Index (HCI) yaitu jumlah

presentase penduduk miskin yang

berada di bawah garis kemiskinan

(GK).

Kemiskinan adalah keadaan

dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti

makanan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

dapat disebabkan oleh kelangkaan alat

pemenuh kebutuhan dasar, ataupun

sulitnya akses terhadap pendidikan dan

pekerjaan. Kemiskinan merupakan

masalah global. Sebagian orang

memahami istilah ini secara subyektif

dan komparatif, sementara yang lainnya

melihatnya dari segi moral dan

evaluatif, dan yang lainnya lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang

telah mapan. Kemiskinan dipahami

dalam berbagai cara. Pemahaman

utamanya mencakup Gambaran

kekurangan materi, yang biasanya

mencakup kebutuhan pangan sehari-

hari, sandang, perumahan, dan

pelayanan kesehatan.

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Program pengentasan

kemiskinan di Kota Tanjungpinang

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

14

khususnya di Kelurahan Bukit Cermin

terdiri dari berbagai macam program,

salah satunya Bantuan Langsung Tunai

(BLT), Rehabilitasi Rumah Tidak

Layak Huni, Program Keluarga

Harapan, PNPM Mandiri Perkotaan,

dan Program Beras Miskin.

1. Bantuan Langsung Tunai :

Bantuan Langsung Tunai (BLT)

merupakan salah satu program

Pemerintahan untuk

meringankan beban hidup

masyarakat miskin dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya.

Kebijakan ini merupakan

program subsidi pemerintah

setelah kenaikan harga Bahan

Bakar Minyak tahun lalu.

Kenaikan BMM diambil sebagai

bentuk penyelamatan anggaran

Negara akibat naiknya harga

minyak dunia saat itu. Program

bantuan pemerintah berjenis

pemberian uang tunai atau

beragam bantuan lainnya, baik

bersyarat (conditional cash

transfer) maupun tak bersyarat

(unconditional cash transfer)

untuk masyarakat miskin.

2. Rehabilitas Rumah Tidak Layak

Huni. Rumah memiliki fungsi

yang sangat besar bagi individu

dan keluarga tidak saja

mencakup aspek fisik, tetapi

juga mental dan sosial. Untuk

menunjang fungsi rumah

sebagai tempat tinggal yang

baik maka harus dipenuhi syarat

fisik yaitu aman sebagai tempat

berlindung, secara mental

memenuhi rasa kenyamanan dan

secara sosial dapat menjaga

privasi setiap anggota keluarga,

menjadi media bagi pelaksanaan

bimbingan serta pendidikan

keluarga. Dengan terpenuhinya

salah satu kebutuhan dasar

berupa rumah yang layak huni,

diharapkan tercapai ketahanan

keluarga. Pada kenyataannya,

untuk mewujudkan rumah yang

memenuhi persyaratan tersebut

bukanlah hal yang mudah.

Ketidakberdayaan mereka

memenuhi kebutuhan rumah

yang layak huni berbanding

lurus dengan pendapatan dan

pengetahuan tentang fungsi

rumah itu sendiri.

Pemberdayaan fakir miskin juga

mencakup upaya Rehabilitasi

Sosial Rumah Tidak Layak

Huni (RSTLH). Demikian juga

persoalan sarana prasarana

lingkungan yang kurang

memadai dapat menghambat

tercapainya kesejahteraan suatu

komunitas. Lingkungan yang

kumuh atau sarana prasarana

lingkungan yang minim dapat

menyebabkan masalah sosial

dan kesehatan. Permasalahan

Rumah Tidak Layak Huni yang

dihuni atau dimiliki oleh

kelompok fakir miskin memiliki

multidimensional. Oleh sebab

itu, kepedulian untuk menangani

masalah tersebut diharapkan

terus ditingkatkan dengan

melibatkan seluruh komponen

masyarakat (stakeholder) baik

pemerintah pusat maupun

daerah, dunia usaha,

masyarakat, LSM dan elemen

lainnya. Untuk memperbaiki

RTLH tersebut, Direktorat

Pemberdayaan Fakir Miskin

mengalokasikan kegiatan

Rehabilitasi Sosial Rumah

Tidak Layak Huni (RSTLH)

yang dipadukan dengan

pembuatan Sarana dan

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

15

Prasarana Lingkungan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat

yang dapat diakses secara

umum.

3. Program Keluarga Harapan.

PKH adalah program

perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai

kepada Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM) dan bagi

anggota keluarga RTS

diwajibkan melaksanakan

persyaratan dan ketentuan yang

telah ditetapkan.Program ini,

dalam jangka pendek bertujuan

mengurangi beban RTSM dan

dalam jangka panjang

diharapkan dapat memutus mata

rantai kemiskinan antar

generasi, sehingga generasi

berikutnya dapat keluar dari

perangkap

kemiskinan.Pelaksanaan PKH

juga mendukung upaya

pencapaian Tujuan

Pembangunan Millenium. Lima

Komponen Tujuan MDG‟s yang

akan terbantu oleh PKH yaitu:

Pengurangan penduduk miskin

dan kelaparan; Pendidikan

Dasar; Kesetaraan Gender;

Pengurangan angka kematian

bayi dan balita; Pengurangan

kematian ibu melahirkan.

Program Keluarga Harapan

(PKH) adalah program

pemberian uang tunai kepada

Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM) berdasarkan

persyaratan dan ketentuan yang

telah ditetapkan dengan

melaksanakan kewajibannya.

Program semacam ini secara

internasional dikenal sebagai

program conditional cash

transfers (CCT) atau program

Bantuan Tunai Bersyarat.

Persyaratan tersebut dapat

berupa kehadiran di fasilitas

pendidikan (misalnya bagi anak

usia sekolah), ataupun kehadiran

di fasilitas kesehatan (misalnya

bagi anak balita, atau bagi ibu

hamil).

4. PNPM Mandiri Perkotaan.

Program Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP) merupakan program

pemerintah yang secara

substansi berupaya dalam

penanggulangan kemiskinan

melalui konsep memberdayakan

masyarakat dan pelaku

pembangunan lokal lainnya,

termasuk Pemerintah Daerah

dan kelompok peduli setempat,

sehingga dapat terbangun

"gerakan kemandirian

penanggulangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan",

yang bertumpu pada nilai-nilai

luhur dan prinsip-prinsip

universal. [Dikutip dari : Buku

Pedoman Umum P2KP-3, Edisi

Oktober 2005]. Penguatan

kelembagaan masyarakat yang

dimaksud terutama juga

dititikberatkan pada upaya

penguatan perannya sebagai

motor penggerak dalam

„melembagakan' dan

„membudayakan' kembali nilai-

nilai kemanusiaan serta

kemasyarakatan (nilai-nilai dan

prinsip-prinsip di P2KP),

sebagai nilai-nilai utama yang

melandasi aktivitas

penanggulangan kemiskinan

oleh masyarakat setempat.

Melalui kelembagaan

masyarakat tersebut diharapkan

tidak ada lagi kelompok

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

16

masyarakat yang masih terjebak

pada lingkaran kemiskinan,

yang pada gilirannya antara lain

diharapkan juga dapat tercipta

lingkungan kota dengan

perumahan yang lebih layak

huni di dalam permukiman yang

lebih responsif, dan dengan

sistem sosial masyarakat yang

lebih mandiri melaksanakan

prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Kepada

kelembagaan masyarakat

tersebut yang dibangun oleh dan

untuk masyarakat, selanjutnya

dipercaya mengelola dana abadi

P2KP secara partisipatif,

transparan, dan akuntabel. Dana

tersebut dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk membiayai

kegiatan-kegiatan

penanggulangan kemiskinan,

yang diputuskan oleh

masyarakat sendiri melalui

rembug warga, baik dalam

bentuk pinjaman bergulir

maupun dana waqaf bagi

stimulan atas keswadayaan

masyarakat untuk kegiatan yang

bermanfaat langsung bagi

masyarakat, misalnya perbaikan

prasarana serta sarana dasar

perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan

mampu memberikan kontribusi

untuk penyelesaian persoalan

kemiskinan yang bersifat multi

dimensional dan struktural,

khususnya yang terkait dengan

dimensi-dimensi politik, sosial,

dan ekonomi, serta dalam

jangka panjang mampu

menyediakan aset yang lebih

baik bagi masyarakat miskin

dalam meningkatkan

pendapatannya, meningkatkan

kualitas perumahan dan

permukiman meraka maupun

menyuarakan aspirasinya dalam

proses pengambilan keputusan.

Untuk mewujudkan hal-hal

tersebut, maka dilakukan proses

pemberdayaan masyarakat,

yakni dengan kegiatan

pendampingan intensif di tiap

kelurahan sasaran.

5. Beras Miskin. Raskin

merupakan subsidi pangan

dalam bentuk beras yang

diperuntukkan bagi

rumahtangga berpenghasilan

rendah sebagai upayadari

pemerintah untuk meningkatkan

ketahananpangan dan

memberikan perlindungan sosial

padarumah tangga sasaran.

Keberhasilan Program Raskin

diukur berdasarkantingkat

pencapaian indikator 6T, yaitu:

tepat sasaran,tepat jumlah, tepat

harga, tepat waktu, tepat

kualitas,dan tepat

administrasi.Program ini

bertujuan untuk mengurangi

bebanpengeluaran Rumah

Tangga Sasaran (RTS)

melaluipemenuhan sebagian

kebutuhan pangan pokok

dalambentuk beras dan

mencegah penurunan

konsumsienergi dan

protein.Selain itu raskin

bertujuan

untukmeningkatkan/membuka

akses pangan keluargamelalui

penjualan beras kepada keluarga

penerimamanfaat dengan jumlah

yang telah ditentukan. Program

Raskin adalah salah satu

program penanggulangan

kemiskinan dan perlindungan

sosial di bidang pangan yang

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

17

diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat berupa

bantuan beras bersubsidi kepada

rumah tangga berpendapatan

rendah (rumah tangga miskin

dan rentan miskin). Program

Raskin adalah program nasional

lintas sektoral baik vertikal

(Pemerintah Pusat sampai

dengan Pemerintah Daerah)

maupun horizontal (lintas

Kementerian/Lembaga),

sehingga semua pihak yang

terkait bertanggung jawab

sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing untuk

kelancaran pelaksanaan dan

pencapaian tujuan Program

Raskin. Program Raskin

bertujuan untuk mengurangi

beban pengeluaran rumah

tangga sasaran dalam memenuhi

kebutuhan pangan pokok dalam

bentuk beras. Lebih jauh,

program raskin bertujuan untuk

membantu kelompok miskindan

rentan miskin mendapat cukup

pangan dan nutrisi karbohidrat

tanpa kendala. Efektivitas

Raskin sebagai perlindungan

sosial dan penanggulangan

kemiskinan sangat bergantung

pada kecupan nilai transfer

pendapatan dan ketepatan

sasaran kepada kelompok

miskin dan rentan. Rumah

tangga yang berhak menerima

beras Raskin, atau juga disebut

Rumah Tangga Sasaran

Penerima Manfaat (RTS-PM)

Program Raskin, adalah rumah

tangga yang terdapat dalam data

yang diterbitkan dari Basis Data

Terpadu hasil PPLS 2011 yang

dikelola oleh Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K) dan

disahkan oleh Kemenko Kesra

RI.

PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI KELURAHAN

BUKIT CERMIN KOTA

TANJUNGPINANG

1. Kontribusi sukarela

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat dianalisa

bahwa masyarakat yang ada di

Kelurahan Bukit Cermin masyarakat

belum semua mampu untuk

memberikan keputusan dalam

penanggulangan kemiskinan tidak dapat

dipungkiri tidak semua masyarakat

mampu untuk mengambil keputusan,

hanya tokoh masyarakat dan beberapa

orang dari mereka saja, hal ini dapat

dilihat dari ada masyarakat yang tidak

mau memberikan data yang benar

sehingga penanggulangan kemiskinan

di Bukit Cermin ini masih ada,

penanggulangan kemiskinan dan

pelaksanaannya harus berorientasi ke

bawah dan melibatkan masyarakat luas,

melalui pemberian wewenang

perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan di tingkat daerah. Namun

tidak sedikit yang mau berkontribusi

secara sukarela untuk menyumbangkan

tenaganya bersama-sama dalam

pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan ini.

Paradigma pembangunan yang

sekarang menempatkan masyarakat

sebagai pelaku utama pembangunan.

Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai

provider dan pelaksana, melainkan

lebih berperan sebagai fasilitator dan

katalisator dari dinamika pembangunan,

sehingga dari mulai perencanaan hingga

pelaksanaan, masyarakat mempunyai

hak untuk terlibat dan memberikan

Page 19: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

18

masukan dan mengabil keputusan,

dalam rangka memenuhi hak-hak

dasarnya.

2. Usaha membuat masyarakat

semakin peka

Dari hasil wawancara dengan

seluruh informan dan dari hasil

observasi di lapangan maka dapat

dianalisis bahwa keterlibatan

masyarakat dilakukan baik dari pihak

kelurahan bukit cermin. Namun

menurut masyarakat hal ini belum tepat

sasaran dan sosialisasi yang dilakukan

belum menyeluruh, hal ini dibuktikan

bahwa tidak semua masyarakat

mengetahui bahwa permasalahan

kemiskinan ini masih tetap berjalan.

Salah satu upaya dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat

adalah memberikan pengetahuan dan

sosialisasi terhadap program-program

yang ada. Hadir dalam sosialisasi

tersebut adalah perwakilan dari setiap

RT, yang mempublikasikan tentang

standar serta prosedur, kriteria dan

segala syarat yang berhubungan dengan

program penanggulangan kemiskinan,

sosialisasi dilakukan sepanjang tahun

2015, sebanyak 2 kali. Sosialisasi ini

diharapkan dapat mensinergikan

elemen elemen yang terlibat di

penanggulangan kemiskinan dalam

mengimplementasikan program

program yang akan dicapai.

3. Proses yang aktif

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan, maka dapat dianalisa

bahwa Pemerintah Kelurahan untuk

menjalankan perencanaan

pembangunan yang menjunjung tinggi

asas demokrasi dan pasrtisipasi

masyarakat. Jumlah penduduk yang

besar menuntut Pemerintah Kelurahan

Bukit Cermin untuk menyelenggarakan

pembangunan yang berdasarkan

aspirasi dari masyarakat sesungguhnya,

bukan atas kesepakatan kelompok elite

lokal saja. Pembangunan kelurahan

merupakan bagian integral dari sasaran

pembangunan nasional. Pembangunan

nasional pada hakikatnya adalah warga

masyarakat indonesia seluruhnya,

dimana warga masyarakat tersebut

merupakan subjek dan objek

pembangunan nasional, karena

pembangunan tersebut berasal dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Dengan kata lain, keberhasilan

pembangunan kelurahan tidak terlepas

dari partisipasi seluruh masyarakat

kelurahan.

4. Pemantapan dialog

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat dianalisa

bahwa masyarakat kurang aktif dalam

kegiatan yang ada di Kleurahan Bukit

Cermin dan cenderung harus lebih aktif

jika di mobilisasi. Partisipasi

masyarakat adalah pelibatan

masyarakat bukan hanya kepada proses

pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga

melibatkan masyarakat dalam hal

perencanaan dan pengembangan

termasuk menikmati hasil dari

pelaksanaan tersebut. Lebih lanjut

secara sederhana partisipasi masyarakat

adalah keterlibatan seseorang (individu)

atau sekelompok masyarakat secara

sukarela, dalam suatu kegiatan mulai

dari proses perencanaan, pelaksanaan

kegiatan, sampai kepada proses

pengembangan kegiatan.

Ditinjau dari jenjang

Kesukarelaannya Partisipasi dapat

dibedakan atas : 1).Partisipasi spontan,

yaitu peran serta yang tumbuh karena

motivasi intrinsik berupa pemahaman,

penghayatan, dan keyakinannya sendiri.

2). Partisipasi terinduksi, yaitu peran

serta yang tumbuh karena terinduksi

oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa

bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar;

Page 20: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

19

meskipun yang bersangkutan tetap

memiliki kebebasan penuh untuk

berpartisipasi. 3). Partisipasi tertekan

oleh kebiasaan, yaitu peran serta yang

tumbuh karena adanya tekanan yang

dirasakan sebagaimana layaknya warga

masyarakat pada umumnya, atau

peranserta yang dilakukan untuk

mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau

norma yang dianut oleh masyarakat

setempat. Jika tidak berperan serta,

khawatir akan tersisih atau dikucilkan

masyarakatnya. 4). Partisipasi tertekan

oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peran

serta yang dilakukan karena takut akan

kehilangan status sosial atau menderita

kerugian/tidak memperoleh bagian

manfaat dari kegiatan yang

dilaksanakan.5). Partisipasi tertekan

oleh peraturan, yaitu peran serta yang

dilakukan karena takut menerima

hukuman dari peraturan/ketentuan-

ketentuan yang sudah diberlakukan.

5. Keterlibatan masyarakat

Dari hasil wawancara dengan

informan maka dapat dianalisa bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh

masyarakat, jika terjadi penyimpangan

maka seharusnya dinas ini sebaiknya

turun langsung. Setiap program yang

dilaksanakan di Kelurahan Bukit

Cermin harus melibatkan secara aktif

semua komponen masyarakat yang

terlibat dan terkena program baik dalam

rangka perencanaan maupun pada

pelaksanaan dan pengawasannya,

sehingga masyarakat merasa ikut

memiliki hasilnya serta menjaga

keberlangsungannya. Oleh karena itu

semua program seperti PNPM harus

dilaksanakan secara partisipatif

berdasarkan inisiatif dari bawah dan

maupun membangkitkan keterlibatan

aktif sebagian besar warga masyarakat.

Tingkat partisipasi masyarakat

dalam melakukan pengawasan dan

evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil

dari kegiatan program penanggulangan

kemiskinan. Dalam hal pengawasan

dan evaluasi, tingkat partisipasi

masyarakat lebih banyak yang terlibat

melakukan pengawasan dan penilaian.

karena masyarakat yang terlibat

berpartisipasi dalam pengawasan dan

penilaian begitu dominan dalam

pengawasan hasil program tersebut. Ini

menunjukkan bahwa kesadaran

masyarakat untuk mengontrol dan

mengawasi jalannya program

penanggulangan kemiskinan telah ada

sehingga hasil pelaksanaan

pembangunan lebih baik dan

manfaatnya dapat dinikmati lebih lama.

Tumbuh dan berkembangnya

partisipasi masyarakat dalam

pembangunan, sangat ditentukan oleh .

Adanya kemauan, kesempatan dan

kemampuan masyarakat untuk

berpartisipasi. Perlu disadari bersama

bahwa sesungguhnya wujud partisipasi

masyarakat sangatlah dibutuhkan ,

dimana partisipasi masyarakat sebagai

salah satu pilar dalam penanggulangan

kemiskinan, merupakan hal yang

penting dalam hal membangun

komunitas. Karena melalui partisipasi

masyarakat ini diharapkan akan tercapai

pengambilan keputusan yang

demokratis Yaitu masyarakat

mengambil keputusan secara

musyawarah untuk mencapai mufakat.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat dianalisa bahwa Partisipasi

Masyarakat Dalam Penanggulangan

Kemiskinan Di Kelurahan Bukit

Cermin Kota Tanjungpinang belum

berjalan dengan baik, masyarakat yang

ada di Kelurahan Bukit Cermin belum

semua mampu berpartisipasi. Hal ini

Page 21: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

20

dapat dilihat dari masyarakat kurang

aktif dalam kegiatan yang ada di

Kelurahan Bukit Cermin dan cenderung

lebih aktif jika di mobilisasi.

Kemudian dari hasil penelitian

diketahui bahwa sosialisasi belum tepat

sasaran dan belum menyeluruh, hal ini

dibuktikan bahwa tidak semua

masyarakat mengetahui bahwa tentang

program penanggulangan kemiskinan

masih tetap berjalan. Hadir dalam

sosialisasi tersebut adalah perwakilan

dari setiap RT, yang mempublikasikan

tentang standar serta prosedur, kriteria

dan segala syarat yang berhubungan

dengan program penanggulangan

kemiskinan, di Kelurahan Bukit Cermin

sudah ada dilakukan dialog sebelum

melakukan program penanggulangan

kemiskinan, walaupun secara observasi

ditemukan ketika dilakukan dialog tidak

semua masyarakat ikut serta hanya

beberapa seperti RT/RW, kemudian

tokoh masyarakat. Padahal semua

masyarakat harusnya terlibat karena

penanggulangan kemiskinan melalui

kegiatan pelatihan ketrampilan serta

perbaikan sarana dan prasarana untuk

menciptakan lingkungan pemukiman

yang layak dan sehat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan bahwa

:

1. Adanya sosialisasi tentang

penanggulangan kemiskinan

kepada masyarakat Bukit

Cermin

2. Adanya pengawasan terhadap

pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan

agar tepat sasaran

3. Adanya kegiatan yang

melibatkan masyarakat agar

masyarakat terbiasa

berpartisipasi

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, 2001.

Pemberdayaan, Pengembangan

Masyarakat dan Komunitas

(Pengantar Pada Pemikiran dan

Pendekatan Praktis), Jakarta,

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BPS/Badan Pusat Statistik dan

Depsos/Departemen Sosial. 2002.

Penduduk Fakir Miskin Indonesia.

Jakarta: BPS.

Djopari, Jrg dan Ratnia Solihah. 2008.

Pengantar Ilmu Pemerintahan.

Jakarta, Universitas Terbuka

Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.

Desentralisasi dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pendidikan.

Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar

Dan Aplikasinya. Surabaya: Guna

Widya.

Juliantara. 2002. Pembaruan Desa:

Bertumpu pada Apa yang

Terbawa. Yogyakarta: Lapera

Pustaka

Kaho, Josep Riwu. 2002. Prospek

Otonomi Daerah di Negara

Republik Indonesia. Jakarta:

Rajawali Pers.

Mikkelsen, Britha. 2001. Metode

Penelitian Partispatoris dan

Upaya-Upaya Pemberdataan.

Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, 2001, Metode Penelitian

Kualitatif, cetakan keempatbelas,.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muluk, Khairul, 2007, Menggugat

Partisipasi Publik dalam

Page 22: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Tanjungpinang khususnya di

21

Pemerintahan Daerah,

Malang,Bayumedia Publishing

Ndraha. 2000. Ilmu Pemerintahan

(kybernology), Rineka Cipta,

Jakarta.

Patilima, Hamid. 2007. Metode

Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Alfabeta.

Ramli. 2006. Cyber Law dan HAKI.

Jakarta: Aditama.

Rasyid. 2000. Otonomi daerah Negara

kesatuan. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Rush, Michael dan Althoff, Phillip.

2002. Pengantar Sosiologi Politik.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Samsura, D.A.A. 2003. Participatory

Planning, Good Governance dan

Civil Society.

Siregar, M.B. 2001. Pengaruh

Partisipasi Masyarakat Terhadap

Pembangunan Kebersihan Kota

Medan. Tesis Sekolah

Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Soetomo. 2010. Strategi-strategi

Pembangunan Masyarakat,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Suryawati. 2004. Teori Ekonomi

Mikro. UPP. AMP YKPN.

Yogyakarta

Sztompka, P. 2007. Sosiologi

Perubahan Sosial. Jakarta :

Prenada Media.

Umar. 2000. Metodologi Penelitian.

Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo

Settiady. 2006. Metodologi

Penelitian Sosial.Jakarta : Bumi

Aksara

Winardi 1990, Kepemimpinan Dalam

Manajemen, Rineka cipta, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara.

Penelitian Terdahulu :

Endang. 2003. Pengaruh Implementasi

Program Pembinaan Lumbung

Pangan terhadap Kualitas

Pengelolaan Lumbung Pangan

Masyarakat Desa di Kabupaten

Sumedang. Tesis. Program

Pascasarjana Unpad, Bandung.

Irwan Siswandi Rusli. 2014. Partisipasi

Masyarakat Dalam Pemanfaatan

Dana Pnpm-Mp Terhadap Upaya

Penanggulangan Kemiskinan

(Studi Kasus Pada Masyarakat

Kelurahan Bukit Cermin).

SKRIPSI. Program Studi Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

(UMRAH) Tanjungpinang


Top Related