evapro jamel_bang aan tb
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PERMASALAHAN “PENJANGKAUAN KASUS TB” PADA PROGRAM
“P2M” DI PUSKESMAS 1 SOKARAJA
Disusun Oleh:
Shella Shalis Jamilah G1A212033
Andika Rediputra G1A212036
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PERMASALAHAN “PENJANGKAUAN KASUS TB” PADA PROGRAM
“P2M” DI PUSKESMAS 1 SOKARAJA
Disusun Oleh:
Shella Shalis Jamilah G1A212033
Andika Rediputra G1A212036
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Telah dipresentasikan dan disetujui
Tanggal ……………….
Preseptor Lapangan
dr. Sugeng Rahadi
NIP.19601028.198912.1.001
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan…………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………….. ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………….....……………………………… 1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………. 2
C. Manfaat Penulisan……………………………………………... 2
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi………………………………………………… 3
B. Analisis Penyebab Masalah…………………………………….. 5
C. Analisis Lingkungan Penyebab Masalah………………………. 6
D. Analisis Output..………………………………………………... 7
E. Identifikasi Aspek Isu Strategis dari Hasil Analisis SWOT…….8
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF YANG
DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGANTISIPASI ISU
STRATEGIS TERSEBUT
A. Isu Strategis……………………………………………………... 10
B. Antisipasi
Strategis……………………………………………….11
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………..…… 13
B. Saran……………………………………………….…………... 13
DAFTAR PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah
keadaan baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan
cacat juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan
atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36
tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa,
dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).
Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh tersedianya
sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli. Pembangunan
kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden),
karena penyakit menular masih merupakan masalah yang utama, sementara
perkembangan penyakit degeneratif juga muncul menambah masalah
kesehatan bagi Indonesia (Kep Menkes, 2004).
Sebagai Primary Health Care, Puskesmas 1 Sokaraja saat ini harus
lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai lini terdepan dalam bidang
kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, Puskesmas 1 Sokaraja sebagai salah
PHC harus dapat mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja dalam bentuk kegiatan
pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
Kegiatan pokok yang telah rutin dilaksanakan adalah enam program
pokok Puskesmas yang meliputi KIA-KB, Balai Pengobatan, Pembrantasan
Penyakit Menular (P2), Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, dan
Promosi Kesehatan (Promkes) (Profil Puskesmas 1 Sokaraja, 2011).
Enam program pokok yang telah dijalankan, salah satu program yaitu
Pembrantasan Penyakit Menular (P2) masih memiliki beberapa kendala.
Kendala ini terkait masih tingginya prevalensi penyakit menular di
Kecamatan 1 Sokaraja, seperti TBC, diare, ISPA, dan penyakit menular
lainnya. Berdasarkan data yang ada, P2 yang saat ini masih bermasalah
adalah tentang pembrantasan penyakit TB pulmo yang sampai sekarang
belum maksimal bahkan ada 4 pasien TB yang masuk ke kategori MDR
(Multi Drug Resistant) (Profil Puskesmas 1 Sokaraja, 2011).
Permasalahan yang saat ini dihadapi Puskesmas 1 Sokaraja dalam
pemberantasan TB adalah penemuan deteksi kasus masih bersifat pasif.
Artinya penemuan kasus hanya mengandalkan pasien yang berkunjung ke
BP saja dan memiliki tanda dan gejala TB. Sementara deteksi secara aktif
dengan melibatkan masyarakat, terutama kader kesehatan belum berjalan
dengan baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas 1
Sokaraja terkait pelaksanaan 6 Program Pokok Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
penyakit TB di Puskesmas 1 Sokaraja
b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya
pemberantasan TB
c. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas dalam
melaksanakan pemberantasan penyakit TB .
C. Manfaat
1. Sebagai bahan wacana bagi puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi
dalam kinerja Puskesmas.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat
BAB II
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi
1. Input
a. Man
a) Kelebihan
b) Kekurangan
1) Belum adanya petugas yang bekerja khusus sebagai petugas
penanggulangan TB di Puskesmas 1 Sokaraja karena petugas
yang menjadi koordinator penanggulangan TB merangkap juga
dalam membantu di balai pengobatan untuk lansia.
2) Kurang optimalnya pemanfaatan kader kesehatan atau bidan
desa setempat sehingga kegiatan pemantauan tidak dapat
dilakukan secara maksimal.
b. Money
a) Kelebihan
Dana untuk kegiatan program Puskesmas 1 Sokaraja berasal dari
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk transportasi dalam
penjaringan kasus TB.
b) Kekurangan
Tidak adanya dana khusus untuk petugas yang melakukan
pemeriksaan dahak, yang mengirim sampel dahak bila hasil
pemeriksaan BTA (+) serta jika seorang pasien TB sembuh sehingga
petugas tidak terlalu termotivasi dalam penjaringan suspek TB.
c. Material
a) Kelebihan
1) Puskesmas 1 Sokaraja memiliki mobil ambulans, mobil
puskesmas keliling, dan 2 sepeda motor sebagai alat
transportasi ke masyarakat.
2) Tersedianya laboratorium sebagai sarana untuk pemeriksaan
dahak suspek TB.
3) Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik suspek TB seperti
stetoskop, spigmomanometer, termometer.
4) Tersedianya peralatan untuk pembuatan preparat S-P-S (pot
sputum, objek glass, lampu spritus, mikroskop, zat pewarna,
dan lain – lain).
b) Kekurangan
1) Masih minimnya media promosi yang ada (misalnya poster).
2) Belum semua orang dengan kriteria tersangka TB yang
terjaring di balai pengobatan puskesmas maupun pustu dapat
diperiksa dahaknya dikarenakan dahak tidak keluar.
d. Metode
a) Kelebihan
Untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB paru di
puskesmas ada SOP tersendiri. Ketrampilan petugas diperoleh dari
pendidikan dan dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara insidensil
yang hanya berfungsi sebagai refreshing ilmu-ilmu baru.
b) Kekurangan
1) Metode yang digunakan adalah passieve case finding
e. Minute
Waktu pelaksanaan kegiatan tidak ada jadwal khusus yang diterapkan.
Bagian P2 hanya menunggu pasien yang datang atau laporan dari bidan
desa kemudian dijaring. Hal itu merupakan metode pasif karena hanya
menunggu pasien yang datang berobat ke puskesmas.
f. Market
Sasaran dari P2 ini merupakan khususnya bagian penyakit-penyakit
menular. Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja
merupakan sasaran seluruhnya dalam penjaringan TB.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan sistem melalui proses akan diubah dari
input menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua
kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan tempat dan kelompok
penduduk sasaran yang dilakukan staf puskesmas bekerjasama seharusnya
dengan seluruh kader kesehatan atau bidan desa dalam menjaring pasien
dengan positif TB.
3. Output
Jumlah yang menjadi sasaran yang terlapor ke puskesmas pada tahun 2011
terdapat 30 kasus (terdiri dari 17 kasus laki-laki dan 13 kasus perempuan)
dan 4 kasus TB paru lama (kambuhan). Target sasaran bagi P2 terutama
kasus TB adalah berusaha untuk meningkatkan jangkauan penemuan
penderita TB paru positif khususnya dengan bidan desa dan yang lainnya.
4. Effect
Dapat lebih menarik minat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1
Sokaraja untuk lebih berperan aktif dalam keikutsertaan dalam kegiatan
kesehatan, tidak hanya bidan desa atau kader kesehatan.
5. Outcome (Impact)
Dampak program yang diharapkan adalah meningkatkan peran
serta aktif masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja dalam kegiatan
menjaring pasien dengan TB dan melibatkan seluruh kader kesehatan serta
bidan desa yang ada.
B. Analisis proses penyebab masalah
1. Perencanaan
a. Kelebihan
1) Penjaringan suspek penderita TB dilaksanakan dengan
menggunakan metode passive case finding karena dianggap lebih
memungkinkan dalam hal pembiayaan.
2) Rencana pelaksanaan program P2 TB bekerja sama lintas program
seperti promkes dan pengobatan.
b. Kekurangan
Menggunakan metode passive case finding.
2. Pelaksanaan
a. Kelebihan
1) Petugas balai pengobatan melakukan rujukan ke laboratorium jika
ada pasien suspek TB.
2) Pasien dengan keluhan batuk (kemungkinan TB) digali riwayat
batuknya lebih dalam.
3) Petugas P2 melakukan pemantauan pada pasien yang tidak datang
pada jadwal kontrol melalui telepon atau kunjungan ke rumah
penderita TB.
b. Kekurangan
1) Belum semua orang dengan kriteria tersangka TB yang terjaring di
balai pengobatan (dahak tidak keluar).
2) Penyuluhan dilakukan jika ditemukan suspek penderita TB dan
hanya dilakukan kepada kader kesehatan sehingga kader yang
menyampaikan kepada penderita TB.
3. Pengawasan dan pengendalian
a. Kelebihan
Laporan program P2 TB dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas tiap sebulan dan triwulan, disertai dengan data pencapaian
program. Evaluasi program dilakukan setiap 3 bulan sekali.
b. Kekurangan
C. Analisis lingkungan penyebab masalah
Berdasarkan pengamatan, analisis lingkungan yang bisa menjadi
penyebab jangkauan suspek TB masih rendah adalah:
1. Masih rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang TB
sehingga masyarakat kurang peduli.
2. Pasien TB seringkali merasa malu atau minder apabila diketahui sebagai
penderita tuberkulosis, karena penyakit ini menular.
3. Suspek penderita TB tidak bisa mengeluarkan dahak, karena kurang
memahami cara mengeluarkan dahak yang benar.
4. Kurangnya kesadaran pada suspek penderita TB dan keluarga suspek TB
untuk memeriksakan dahaknya ke laboratorium.
D. Analisis output
Berdasarkan data yang ada dapat diketaui bahwa hasil kegiatan
indikator kinerja jangkauan TB Puskesmas 1 Sokaraja belum memenuhi target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk
tahun 2011 dikarenakan belum maksimalnya pelaksanaan program P2 TB
paru.
Apabila kita menggunakan analisa SWOT mengenai maslah P2
penyakit TB, maka didapat informasi sebagai berikut :
a. Strength
1) Puskesmas 1 Sokaraja memiliki letak yang strategis, yaitu berada di
pusat kecamatan sehingga memudahkan akses layanan kesehatan.
2) Tersedianya koordinator program untuk mendeteksi dan menangani
penderita TB di Puskesmas 1 Sokaraja.
3) Memiliki sarana non kesehatan yang cukup memadai yaitu dua sepeda
motor, satu mobil ambulans, dan satu mobil puskesmas keliling.
b. Weakness
1) Tenaga kesehatan di bidang P2 khususnya yang menangani masalah TB
hanya satu orang sehingga kurang optimal dalam penemuan penderita
TB.
2) Sistem deteksi penyakit TB masih dilakukan secara pasif, yaitu hanya
mengandalkan pasien yang datang ke puskesmas yang memiliki tanda
dan gejala TB serta laporan dari beberapa bidan desa. Deteksi penderita
secara aktif, penyuluhan kesehatan ke desa-desa dan pembentukan
kader kesehatan khusus TB dalam penanganan TB belum berjalan.
3) Pengetahuan penderita yang kurang mengenai penyakit TB paru, cara
pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat.
4) Belum adanya kader TB di tiap desa.
c. Opportunity
1) Warga wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja mudah diajak kerjasama
dalam masalah kesehatan, hal ini terlihat dari mereka sangat mudah
dikumpulkan dalam acara kesehatan, misalnya Posyandu Balita,
Posyandu Lansia, maupun perkumpulan PKK.
d. Threat
1) Ada beberapa warga wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja yang tidak
mengetahui tentang penyakit TB, baik faktor risiko, cara penularan,
maupun tanda dan gejala.
2) Sarana dan prasarana yang belum memadai terutama sumber daya
manusia.
3) Kurangnya motivasi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas P2 TB
E. Identifikasi Aspek Isu Strategis dari Hasil Analisis SWOT
Permasalahan yang terjadi seputar P2 TB dapat disimpulkan dari hasil
analisis SWOT baik permasalahan dari dalam maupun dari luar Puskesmas 1
Sokaraja. Puskesmas 1 Sokaraja memiliki kekuatan dalam upaya
melaksanakan program P2 TB yaitu letak puskesmas yang berada di pusat
kecamatan sehingga masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja mudah
menjangkaunya dana ada koordinator programnya selain itu adanya fasilitas
berupa mobil dan sepeda motor puskesmas yang memudahkan petugas P2 TB
dalam melaksanakan tugasnya. Akan tetapi kondisi ini kurang mendukung
karena tenaga kesehatan di bidang P2 sangat terbatas yaitu hanya satu orang
sedangkan wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja cukup luas yaitu mencakup 10
desa. Kondisi seperti ini mempersulit jangkauan P2 TB secara aktif dengan
terjun langsung ke masyarakat.
Jika kita lihat ke masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja,
sebenarnya lebih banyak kekuatan yang dapat dioptimalkan. Kondisi ini
terlihat dari antusiasme warga yang sangat tinggi terhadap masalah kesehatan,
mereka mudah dikumpulkan dalam acara posyandu, posyandu lansia, dan
perkumpulan PKK. Dari mereka juga banyak yang menjadi kader kesehatan di
desa masing-masing. Hambatan yang terjadi yaitu masalah pengetahuan
kesehatan yang rendah.
Jika dilihat kekuatan dan kelemahan yang telah dianalisis, baik dari dalam
dan luar Puskesmas, mengajak peran serta masyarakat dalam penanggulangan
TB adalah solusi yang cukup tepat, dibanding hanya mengandalkan peran
petugas kesehatan saja yang jumlahnya terbatas untuk turun langsung ke
masyarakat. Hal ini mengingat mereka, masyarakat wilayah kerja Puskesmas
1 Sokaraja memiliki tingkat partisipatif yang cukup baik di bidang kesehatan
dan dapat diajak kerjasama.
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF YANG
DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGANTISIPASI ISU
STRATEGIS TERSEBUT
A. Isu Strategis
Indikator-indikator keberhasilan pencapaian program TB paru yang
telah dicapai selama tahun 2011 belum memenuhi target pencapaian nasional.
Hasil tersebut menjadi masalah sehingga diperlukan langkah-langkah untuk
dapat memenuhi pencapaian target nasional tersebut.
Belum tercapainya target yang telah ditentukan Dinas Kesehatan dapat
disebabkan berbagai hal. Selanjutnya akan dilakukan analisis untuk
menentukan kemungkinan penyebab masalah tidak tercapainya target
puskesmas dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan
output) dan keungkinan penyebab yang menimbulkan masalah tersebut
adalah :
1. Metode yang digunakan adalah passive case finding.
2. Belum semua petugas Puskesmas terutama paramedis (perawat, bidan desa)
ikut peran serta dalam menjangkau kasus TB.
3. Kurang optimalnya pemanfaatan kader kesehatan sebagai kader TB,
sehingga belum tersedianya kader-kader TB di setiap desa.
4. Tidak adanya dana khusus untuk petugas yang terlibat langsung dengan
program penjaringan TB.
5. Penyuluhan dilakukan jika ditemukan suspek penderita TB dan hanya
dilakukan kepada kader kesehatan sehingga kader yang menyampaikan
kepada penderita TB.
6. Belum semua orang dengan kriteria tersangka TB yang terjaring dapat
diperiksa dahaknya (dahak tidak keluar).
7. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai TB masih rendah, dan
kesadaran akan pentingnya kebersihan diri atau perilaku hidup sehat masih
minim, serta masih berkembangnya stigma negatif tentang tuberkulosis,
karena penderita dianggap menularkan penyakit.
B. Antisipasi Strategis
Isu strategis yang dialami di Puskesmas 1 Sokaraja lebih mengarah ke
peran serta masyarakat dalam deteksi pasien TB Paru secara aktif. Strategi ini
berdasarkan analisis SWOT dianggap paling realistis karena apabila orientasi
pemecahan masalah ini lebih ke arah internal puskesmas, maka lebih banyak
kesulitan, terutama masalah terbatasnya tenaga kesehatan di bidang P2 dan
luasnya wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja yang mencakup 10 desa. .
Upaya peningkatan program P2 TB paru di Puskesmas 1 Sokaraja dapat
dilakukan dengan cara:
1. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas 1 Sokaraja
untuk dapat menggencarkan program P2M khususnya yang berkaitan
dengan penjangkauan kasus TB paru.
2. Mengoptimalkan semua kader kesehatan dan bidan desa dalam
menjangkau kasus TB paru.
3. Pembentukan kader TB.
4. Melakukan kerjasama lintas program seperti promosi kesehatan dan
pengobatan.
5. Memperbanyak sarana-sarana untuk promosi kesehatan seperti poster,
leaflet, flip chart, dan lainnya.
6. Melakukan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis secara berkala
kepada masyarakat baik secara perorangan/ individu maupun kelompok
mengenai pengetian, tanda dan gejala, cara penularan, cara pencegahan,
perlu adanya pembentukan PMO (Pengawas Minum Obat), penjelasan
mengenai pengobatan serta efek samping dari obat tersebut dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah
dimengerti, jika perlu menggunakan alat peraga (brosur, leaflet, dan
lainnya) (PDPI, 2002).
7. Pembentukan PMO ini berasal dari kader kesehatan ataupun tokoh
masyarakat yang dihormati, sehingga ketaatan dan kepatuhan pasien TB
Paru dalam minum obat semakin membaik. Hal lain yang penting adalah
dengan dibentuknya PMO, maka deteksi kasus dapat ditemukan secara
aktif dengan cost efective yang tinggi, mengingat petugas kesehatan tidak
harus turun langsung ke lapangan untuk mencari kasus (Sukarna et.al.,
2003).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku Profil Kesehatan Kecamatan Puskesmas. 2008. Profil Kesehatan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja Kabupaten Banyumas. Diterbitkan oleh Puskesmas 1 Sokaraja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. 2004. Diunduh dari: http://dinkessulsel.go.id. Tanggal 13 November 2012
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Diunduh dari: http://www.klikpdpi.com. Tanggal 5 Februari 2012
Sukana, Bambang, Heryanto, dan Supraptini. 2003. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol 2 (3) : 282-9.