f20 kanabis

20
BAB I PENDAHULUAN Kanabis atau bahasa awamnya ganja adalah narkoba yang paling sering disalahgunakan di dunia. Kanabis mendominasi 65% narkoba yang menempati urutan tertinggi penggunaannya didunia dibanding narkoba lain. (World Drug Report, 2008) Data Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia sebagaimana dilaporkan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2006 menyebutkan bahwa antara Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2005 telah terjadi peningkatan yaitu kasus narkotika dari 1.907 tahun 2001meningkat menjadi 8.171 tahun 2005, kasus psikotropika dari 1.648 tahun 2001 meningkat menjadi 6.733 tahun 2005 karena berdasarkan Laporan Statistik Diskriptif BNN, jenis NAPZA yang menjadi masalah utama di masyarakat yang pertama adalah heroin sebesar 29%, kedua alkohol sebesar 18,2%, dan ketiga adalah ganja sebesar 17,6% (BNN, 2003). Suatu penelitian tentang kanabis dan kesehatan jiwa menyebutkan bahwa penggunaan narkoba meningkatkan risiko timbulnya sakit jiwa hingga lebih dari 40%. Para dokter, sebagaimana meminta pihak-pihak yang berwenang untuk masalah kesehatan, mengingatkan kaum muda tentang risiko kanabis terhadap mental dan perilaku. Kesimpulan tersebut berdasarkan tinjauan terhadap 35 penelitian yang meneliti frekuensi skizofrenia, ilusi, halusinasi, kekacauan pikiran dan sakit kejiwaan lainnya yang dialami para pemakai kanabis. Pengguna kanabis ternyata 41% lebih mungkin mengalami hal-hal tersebut dibanding mereka yang tidak pernah menggunakan 1

Upload: dotamania3687

Post on 21-Jan-2016

81 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kanabis

TRANSCRIPT

Page 1: F20 Kanabis

BAB I

PENDAHULUAN

Kanabis atau bahasa awamnya ganja adalah narkoba yang paling sering

disalahgunakan di dunia. Kanabis mendominasi 65% narkoba yang menempati urutan

tertinggi penggunaannya didunia dibanding narkoba lain. (World Drug Report, 2008)

Data Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia sebagaimana dilaporkan

Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2006 menyebutkan bahwa antara Tahun 2001

sampai dengan Tahun 2005 telah terjadi peningkatan yaitu kasus narkotika dari 1.907 tahun

2001meningkat menjadi 8.171 tahun 2005, kasus psikotropika dari 1.648 tahun 2001 meningkat menjadi

6.733 tahun 2005 karena berdasarkan Laporan Statistik Diskriptif BNN, jenis NAPZA yang

menjadi masalah utama di masyarakat yang pertama adalah heroin sebesar 29%, kedua

alkohol sebesar 18,2%, dan ketiga adalah ganja sebesar 17,6% (BNN, 2003).

Suatu penelitian tentang kanabis dan kesehatan jiwa menyebutkan bahwa penggunaan

narkoba meningkatkan risiko timbulnya sakit jiwa hingga lebih dari 40%. Para dokter,

sebagaimana meminta pihak-pihak yang berwenang untuk masalah kesehatan, mengingatkan

kaum muda tentang risiko kanabis terhadap mental dan perilaku. Kesimpulan tersebut

berdasarkan tinjauan terhadap 35 penelitian yang meneliti frekuensi skizofrenia, ilusi,

halusinasi, kekacauan pikiran dan sakit kejiwaan lainnya yang dialami para pemakai kanabis.

Pengguna kanabis ternyata 41% lebih mungkin mengalami hal-hal tersebut dibanding

mereka yang tidak pernah menggunakan kanabis. Risikonya relatif bertambah seiring

banyaknya pemakaian. Studi itu juga mengamati resiko depresi, kegelisahan dan kondisi emosional

lainnya, namun belum ada bukti yang pasti untuk mengaitkannya dengan kannabis.

 Di Inggris, 40% orang dewasa muda dan remaja pernah memakai ganja,sekitar 14% kasus

kejiwaan kaum muda di Inggris dapat dihindari jika tidak ada pemakaian kanabis. Penelitian

itu dipimpin Theresa Moore dari University of Bristol, dan Stanley Zammit dari Cardiff

University. Dalam penelitian tersebut, kanabis dapat menyebabkan peningkatan risiko

halusinasi, delusi dan psikosis.

Sebuah studi yang baru telah menyatakan bahwa mungkin perlu untuk menghentikan

ribuan pengguna ganja hanya dalam rangka mencegah satu kasus skizoprenia.

1

Page 2: F20 Kanabis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT KANABIS

Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari

tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana (T9-tetrahydrocannabinol(T9-THC)

adalah yang paling banyak. Tanaman kanabis biasanya dipotong, dikeringkan,dipotong kecil-

kecil, selanjutnya digulung menjadi rokok (biasanya disebut “joints”),yang selanjutnya

dihisap seperti rokok. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed,

tea, dan Mary Jane. Nama lain untuk kanabis yang menggambarkan tipe kanabis dalam

berbagai kekuatan, adalah hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, dan sinsemilla. Bentuk kanabis

yang paling poten berasal dari ujung tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang

dikeringkan dan berwarna cokelat-hitam yang berasal dari daun, yang disebut sebagai hashish

atau hash. Efek euforia dari kanabis telah dikenali selama beribu-ribu tahun. Efek medisy ang

potensial dari kanabis sebagai analgesik, antikonvulsan, dan hipnotis telah lama dikenali pada

abad ke-19 dan ke-20. belakangan ini kanabis dan komponen aktifnya yang utama, T9-THC,

telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder karena obat terapi kanker dan untuk

menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindrom imunodefisiensi (AIDS). Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa

negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca. Di

Indonesia, kanabis dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya kanabis ditanam

pada awal musim penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya. Hasil panen

kanabis berupa daun beriut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran

daun, ranting, bunga, dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi

2

Page 3: F20 Kanabis

rokok mariyuana. Kalau bunga betinanya diekstrak, akan dihasilkan damar pekat yang

disebut hasyis.

EPIDEMIOLOGI

Kira-kira sepertiga (32,2%) dari populasi yang dilaporkan pernah menggunakan

kanabis satu kali atau lebih selama hidupnya, 9,5% pernah menggunakannya di tahun

terakhir, dan 4,8% pernah menggunakannya di bulan terakhir. Persentasi tersebut

ditranslasikan menjadi 67,4 juta anggota populasi yang pernah menggunakan kanabis di

dalam hidupnya, 19,2 juta dalam tahun terakhir, dan 9,7 juta dalam bulan terakhir. Orang

dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun merupakan kelompok usia yang paling mungkin

pernah menggunakan kanabis, tetapi mereka yang berusia 18 sampai 25 tahun merupakan

yang paling mungkin menggunakan kanabis dalam tahun terakhir atau bulan terakhir.

Pemuda yang berusia 12 sampai 17 tahun merupakan kelompok usia yang paling kecil

kemungkinannya pernah menggunakan kanabis selama hidup, dan orang dewasa yang berusia

35 tahun dan lebih merupakan kelompok usia yang paling kecil kemungkinannya pernah

menggunakan kanabis dalam tahun terakhir dan bulan terakhir.

FARMAKOLOGI

Komponen utama dari kanabis adalah d9-THC; tetapi, tanaman kanabis mengandung

lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah diantaranya secara kimiawi berhubungan

dengan d9-THC. Pada manusia d9-THC secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-d9-

3

Page 4: F20 Kanabis

THC, suatu metabolit yang aktif didalam sistem saraf pusat.Suatu reseptor spesifik untuk

kanabiol telah diidentifikasi, diklon dandikarakterisasi. Reseptor kanabinoid diikat dengan

protein G inhibitor (Gi), yang berikatan dengan adenilil siklase di dalam pola menginhibisi.

Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalis

(fungsi kontrol gerakan), hipokampus (fungsi daya tangkap dan ingatan), dan serebelum

(fungsi koordinasi gerak tubuh), dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral

(fungsi-fungsi kognitif yang lebih tinggi). Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu

kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan

jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron

monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Selain itu, suatu perdebatan tentang

apakah kanabinoid menstimulasi yang disebut pusat kesenangan (reward centers) di otak,

seperti neurondopaminergik dari area tegmental ventralis.

Efek psikologis dan kesehatan yang segera setelah seseorang mengkonsumsi kanabis

adalah euphoria, relaksasi, perubahan persepsi, dan intensifikasi dari pengalaman pancaindra

yang luar biasa, seperti makan, melihat film, dan mendengarkan musik.

Efek kognitifnya meliputi berkurangnya memori jangka pendek dan kehilangan hubungan. ketrampilan

dan reaksi motoriknya juga mengalami kemunduran.

Eek tidak nyaman yang biasa terjadi dari kanabis adalah gelisah, panik, dan perasaan

tertekan. Pengaruh ini hanya terjadi pada mereka yang belum terbiasa dengan kanabis dan

pasien yang diberikan THC untuk tujuan pengobatan. Bagi mereka yang telah terbiasa

dengan kanabis maka mereka akan menginginkan harapan-harapan yang lebih tinggi lagi

dengan konsumsi yang lebih banyak sehingga menimbulkan efek delusi dan halusinasi.

Tetapi, toleransi terhadap kanabis memang terjadi, dan ketergantungan fisikologi

adalah tidak kuat. Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas sampai peningkatan

ringan dalam iritabilitas, kegelisahan,insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala

tersebut ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara

mendadak.Jika kanabis digunakan seperti rokok, efek euforia tampak dalam beberapa menit,

mencapai puncak dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam. Beberapa efek

motorik dan kognitif berlangsung selama 5 sampai 12 jam. Kanabis juga dapat digunakan

peroral jika disiapkan dalam makanan. Kira-kira harus digunakan dua sampai tiga kali lebih

banyak kanabis yang digunakan peroral untuk sama kuatnya dengan kanabis yang digunakan

melalui inhalasi asapnya. Banyak variabel yang mempengaruhi sifat psikoaktif dari kanabis,

termasuk potensi penggunaan kanabis, jalur pemberian, teknik mengisap, efek pirolisis dari

4

Page 5: F20 Kanabis

kandungan kanabinoid, dosis, lingkungan, pengalaman masa lalu pemakai, harapan pemakai,

dan kerentanan biologis unik dari pemakai terhadap efek kanabinoid

Keracunan secara cepat pada pengguna ganja sangat rendah dan tidak ditemukan

kasusyang fatal dari keracunan akibat penyalahgunaan kanabis pada manusia. Tentu saja ini

juga dipengaruhi oleh cara penggunaan dengan merokok dan ditelan yang mengakibatkanlambatnya

reaksi dalam tubuh, disamping juga ditentukan oleh kandungan THC dari ganja yang

dikonsumsi

GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan

berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,

Edisi III) dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth

Edition).

Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva

(yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.

Peningkatan nafsu makan dan mulut kering adalah efek intoksikasi kanabis yang sering.

Belum pernah dicatat secara jelas kasus kematian yang disebabkan oleh intoksikasi kanabis

saja yang mencerminkan tidak adanya efek dari zat pada kecepatan pernafasan. Efek

merugikan potensial yang paling serius dari dari penggunaan kanabis berasal dari inhalasi

hidrokarbon karsinogenik yang sama-sama ditemukan dalam tembakau konvensional, dan

beberapa data menyatakan bahwa penggunaan kanabis yang berat berada dalam resiko

mengalami penyakit pernafasan kronis dan kanker paru-paru.

Banyak laporan menyatakan bahwa penggunaan kanabis jangka panjang berhubungan

dengan atrofi serebral, kerentanan kejang, kerusakan kromosom, defek kelahiran, gangguan

5

Page 6: F20 Kanabis

reaktivitas kekebalan, perubahan konsentrasi testosteron, dan disregulasi siklus menstruasi;

tetapi, laporan tersebut belum secara pasti ditegakkan, dan hubungan antara efek tersebut

dengan penggunaan kanabis tidak pasti.

DSM-IV menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai

kriteria spesifik dalam bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk

intoksikasi kanabis. Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya

ditemukan didalam bagian DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama

sebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM-IV

tentang gangguan psikotik akibat zat.

Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis

DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan

kanabis. Data eksperimental dengan jelas menunjukkan toleransi terhadap banyak

efek kanabis; tetapi, data kurang mendukung adanya ketergantungan fisik.

Ketergantungan psikologis pada pemakaian kanabis terjadi pada pemakai jangka panjang.

Intoksikasi Kanabis

Pengaruh subjektif dari intoksikasi kanabis bervariasi dari satu individu ke individu

yang lain, menetapkan pada tingginya variable farmakokinetik dosis cara pemberian, latar

belakang pengalaman dan harapan, dan kerentanan individu terhadap efek psikotis tertentu.

DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Kriteriadiagnostik

menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat ´dengan gangguan persepsi´.

Secara khas, intoksikasi dicirikan oleh periode awal “high” yang digambarkan sebagai

perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tanda dan gejala intoksikasi ini berupa euphoria

diikuti periode mengantuk atau sedasi. Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan

pemakai terhadap stimuli eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-

warna tampak lebih terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif.

Persepsi waktu berubah, pendegaran dan penglihatan terganggu. Efek subjektif dari

intoksikasi sering berupa reaksi disosiasi.

Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi

serta bisa mempengaruhi tingkat kesadaran, dimana lebih jelas pengaruhnya terhadap

penilaian kognitif. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan

pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang.

6

Page 7: F20 Kanabis

Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan

keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat

lainnya. Kanabis membangkitkan delirium organik toksis yang menetap lama

dikarakteristikkan sebagai kebingungan dengan proses fikir yang kacau, afek yang labil,

waham dan halusinasi pernah dilaporkan.

Delirium Intoksikasi Kanabis

Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang

berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja

yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi,

persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi yang juga menggangu

tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif tersebut.

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis akibat

kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara

adalah lebih sering. Dosis tinggi kanabis membangkitkan gejala psikotik singkat seperti

waham kejar atau halusinasi pendengaran dan penglihatan, khususnya orang dengan

gangguan psikiatrik yang mendasarinya. Psikosis yang jelas agak sering di negara-negara di

mana orang-orangnya mempunyai jalur untuk mendapatkan kanabis dengan potensi yang

tinggi.

Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk, yang sering

kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang

terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada

sebelumnya pada orang yang terkena.

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder) adalah

suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami

keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam

keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut yang tidak jelas

dan tidak terorganisir. Beberapa pengguna kanabis melaporkan pengalaman ada kalanya tidak

7

Page 8: F20 Kanabis

menyenangkan, paling banyak sering menggambarkan sebagai reaksi cemas dari intensitas

ringan sampai sedang.

Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek

merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti rokok.

Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala kecemasan

dibandingkan pemakai yang berpengalaman.

Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan

DSM-IV tidak secara resmi mengenali gangguan mood akibat kanabis (cannabis

induced mood disorder); dengan demikian, gangguan tersebut diklasifikasikan sebagai

gangguan akibat berhubungan yang tidak ditentukan (NOS; not other-wise specified).

Intoksikasi kanabis dapat disertai dengan gejala depresif, walaupun gejala tersebut

dapat mengarahkan pemakaian kanabis jangka panjang. Tetapi, hipomania, adalah gejala

yang sering pada intoksikasi kanabis.

DSM-IV juga tidak secara resmi mengenali gangguan tidur akibat kanabis atau

disfungsi seksual akibat kanabis; dengan demikian, keduanya diklasifikasikan sebagai

gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan (NOS). Jika ditemukan gejala

gangguan tidur maupun gejala disfungsi seksual dan berhubungan dengan penggunaan

kanabis, gejala tersebut hampir selalu menghilang dalam beberapa hari atau satu minggu

setelah menghentikan pemakaian kanabis.

Kilas balik (flash back)

Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan kanabis tidak secara resmi

diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat laporan kasus orang yang mengalami

sensasi berhubungan dengan intoksikasi kanabis setelah efek jangka pendek dari substansi

telah menghilang. Perdebatan tentang apakah flash back berhubungan dengan penggunaan

kanabis saja atau apakah berhubungan dengan penggunaan bersama dengan halusinogen atau

kanabis dicampur dengan phencyclidine (PCP).

Sindrom Amotivasional

Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial adalah sindrom amotivasional.

Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini berhubungan dengan penggunaan kanabis

atau apakah mencerminkan sifat karakterologis pada sekelompok orang, tidak tergantung

8

Page 9: F20 Kanabis

pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom amotivasional telah dihubungkan dengan

pemakaian kanabis jangka panjang dan berat dan ditandai oleh ketidakmauan seseorang

melakukan suatu tugas di sekolah, pada pekerjaan, atau tiap situasi yang memerlukan

pemusatan perhatian yang lama.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan urin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa keadaan

seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan laboratorium

menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique (EMIT), meskipun Radio

Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes diatas relatif sensitif

dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan (screening) awal karena jauh dari

sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada positif palsu dan

negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam penerapan yang

terbaik.

Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-MS).

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam

setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap

di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring

untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan kanabis secara ringan dapat memberikan

hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif

2-4 minggu.

DIAGNOSIS

Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan

berdasarkan PPDGJ-III (pedoman Penggologan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,

Edisi III) dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth

Edition).

DIAGNOSIS BANDING

1. Gangguan mental primer

2. Gangguan distimik

9

Page 10: F20 Kanabis

PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI

Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan pengobatan

penyalahgunaan substansi lain abstinensia dan dukungan. Abstinensia dapat dicapai melalui

intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas

dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urin, yang dapat mendeteksi

kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai

dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok. Pendidikan harus

merupakan inti untuk program abstinensia dan dukungan, karena pasien yang tidak mengerti

alasan intelektual untuk mengatasi masalah penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit

motivasi untuk berhenti. Untuk beberapa pasien suatu obat antiansietas mungkin berguna

untuk menghilangkan gejala putus zat jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan kanabis

mungkin berhubungan dengan gangguan depresi dasar yang mungkin berespons dengan

terapi antidepresan spesifik.

PROGNOSIS

Ketergantungan kanabis terjadi perlahan, yang mana mereka akan mengembangkan

pola peningkatan dosis dan frekuensi penggunaan. Efek yang menyenangkan dari kanabis

sering berkurang pada penggunaan berat secara teratur.

Sejarah gangguan tingkah laku pada masa anak, remaja, dan gangguan kepribadian

antisosial adalah faktor resiko untuk berkembangnya gangguan terkait zat, termasuk

gangguan terkait kanabis. Sedikit data yang tersedia pada perjalanan efek jangka panjang dari

ketergantungan dan penyalahgunaan kanabis.

10

Page 11: F20 Kanabis

BAB III

KESIMPULAN

Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari

tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana D9-tetrahydrocannabinol ( D9-THC)

adalah yang paling banyak. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot,

weed, tea, dan Mary Jane. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.

Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalis,

hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral.

Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek

kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Efek fisik yang paling sering dari

kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata merah) dan takikardi ringan. Pada

dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan dan mulut kering.

Intoksikasi kanabis dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan

derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada

keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang. Delirium

yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas

kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu

reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Gangguan psikotik akibat

kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering. Jika gangguan

psikotik akibat kanabis memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan

kepribadian yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena. Gangguan Kecemasan

Akibat Kanabis adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak

orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran

paranoid. Kategori gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan ini adalah untuk

gangguan yang berhubungan dengan pemakaian kanabis yang tidak dapat diklasifikasikan

sebagai ketergantungan kanabis, penyalahgunaan kanabis, intoksikasi kanabis, delirium

intoksikasi kanabis, gangguan psikotik akibat kanabis, atau gangguan kecemasan akibat

kanabis. Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada

42-72 jam. Uji saring untuk kanabinoid pada pengguna kanabis ringan dapat memberikan

hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif

2-4 minggu. Perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan

11

Page 12: F20 Kanabis

dengan menggunakan skrining obat dalam urin. Dukungan dapat dicapai dengan

menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok.

12

Page 13: F20 Kanabis

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H I and Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. 6 th Edition. USA.

William and Wilkins, 2010: 640-646

2. Kaplan H I and Saddock BJ, Comprehensive Textbook of Psychiatry: ed saddock BJ.

Vol.1. 6th Edition. USA. William and Wilkins, 1995: 810-816.

3. Kusumawardani, dkk. Buku Ajar Psikiatri : ed Elvira, Hadisukanto. FKUI, 2010. 142-143.

4. Camellia V, Gangguan Sehubungan Kanabis. Tersedia di

http://http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3396/1/10E00568.pdf. diunduh pada 28

Agustus 2013

5. Cannabis Related Disorder. Tersedia di http://www.minddisorders.com/Br-Del/Cannabis-

and-related-disorders.html. diunduh pada 28 Agustus 2013.

6. Cannabis and Mental Health. Tersedia di

http://www.rcpsych.ac.uk/mentalhealthinfo/problems/alcoholanddrugs/cannabis.aspx.

diunduh pada 28 Agustus 2013

13