film good will hunting
DESCRIPTION
analisisTRANSCRIPT
Dari film tersebut, dapat diketahui simpton-simpton yang ditunjukkan oleh Will,
yaitu antara lain :
1. Will sangat introvert, tertutup dengan orang lain, tidak mau kemampuan dan
masalahnya diketahui oleh orang lain. Ini terlihat ketika Profesor Lambeau
menghampiri Will saat Will ketahuan sebagai orang yang memecahkan teka-
teki yang disayembarakan. Begitu juga ketika Sean menanyai Will.
2. Berbicara dan berperilaku kasar, pemberontak dan agresif. Will sering terlibat
perkelahian, memcemooh orang dengan kata-kata kasar, bahkan ketika
bertengkar dengan pacarnya yaitu Skylar, Sifat agresifitas Will sangat
terlihat.
3. Will tidak suka menuruti aturan hukum yang ada dalam masyarakat. Terbukti
dengan deretan daftar kejahatannya yang cukup banyak ketika di
pengadilan.
4. Senang mempermalukan seseorang dan sangat sombong. Beberapa ahli
terapi menjadi korban permainan Will dan juga para pengusaha yang ingin
merekrut Will menjadi karyawannya.
5. Keras kepala dan sukar percaya pada orang lain. Chuckie, sahabat Will,
Profesor Lambeau, Sean dan banyak orang di sekitar Will yang sering
memberikan saran, namun Will tidak mau melakukan saran itu dan
cenderung membantah semua saran yang diberikan oleh orang lain.
Stressor atau kejadian-kejadian yang terlihat dalam film tersebut yang membuat
keadaan emosi Will memuncak :
1. Ketika melihat anak jalanan yang mengejek seorang mahasiswi di jalanan.
Will langsung marah dan memukuli gerombolan anak jalanan itu.
2. Ketika temannya Chuckie dilecehkan di kafe, Will langsung membelanya dan
ganti mencemooh dengan kata-kata kasar dan menantang mahasiswa
tersebut untuk berkelahi.
3. Ketika Pacar Will, Skylar mengajaknya ke California, tapi Will tidak mau dan
justru pecah pertengkaran hebat.
4. Ketika Profesor Lambeau menyanggah dan menyuruh Will untuk memeriksa
kembali teori yang baru dipecahkan. Will langsung menolaknya dan
membakar kertas-kertas teori tersebut.
Proses terapi yang dilakukan oleh Sean sebagai seorang psikolog, yaitu :
Awal pertemuan, Sean berusaha untuk berkomunikasi dan membangun
hubungan yang baik dengan Will. Namun usahanya ini gagal karena Will
mempermainkan Sean dengan kejeniusannya. Sean tetap membangun hubungan
baik dengan Will meskipun ditanggapi dengan kasar dan pasif oleh Will. Bahkan
Sean pun sempat marah dengan Will dan menekan Will agar mau memahami
semua permasalahannya juga bukan malah mengejeknya. Setelah peristiwa itu Will
cenderung diam, dan tutup mulut. Sean tetap bercerita tentang semua
permasalahannya secara terbuka kepada Will meskipun ditanggapi dengan pikiran
Will yang nakal. Lama kelamaan Will pun merasa dipercaya, apalagi setelah melihat
pertengkaran Sean dengan profesor Lambeau, dimana Sean membela mati-matian
Will. Walau demikian Sean masih saja sulit untuk mengungkit masa lalu Will, karena
Will selalu berkilah dan membalik pertanyaan jika ditanya.
Sean pun menggunakan teknik proyeksi dengan menceritakan suatu masalah
yang dialami kliennya yang lain dan dirinya sendiri. Will pun terjebak, ia tidak bisa
lagi menahan air mata dan emosinya ketika akar permasalahan dari perilakunya
selama ini terbongkar. Ternyata Will mengalami child abuse (kekerasan dan
penganiyaan pada masa kecilnya oleh ayahnya) sehingga mengalami trauma dan
terbawa pada perilakunya saat dewasa. Will kecil merasa pantas dihukum karena ia
memang patut disalahkan. Sean pun mengejar Will dengan mengulang-ulang akar
permasalahan Will, Sampai Will pun tak kuasa menahan air matanya dan jatuh ke
dalam pelukan Sean. Sejak itulah akar permasalahan yang telah lama direpres
akhirnya dibawa ke permukaan sadar sehingga Will pun mulai sadar dan menerima
kenyataan itu.
Dengan begitu akhirnya Will pun menjadi dirinya sendiri yang bebas dari rasa
penyesalan yang menghantuinya selama ini. Perilaku Will pun menjadi normal dan
lebih berkepribadian daripada sebelumnya. Will pun dapat dengan bebas untuk
memutuskan apa yang sebenarnya dia inginkan. Jika melihat alur proses terapi yang
dilakukan oleh Sean terhadap Will, maka dapat diketahui bahwa Sean
menggunakan pendekatan Humanistik. Dalam pendekatan yang berorientasi pada
person centered ini, manusia dipandang sebagai mahkluk yang dilahirkan dengan
pembawaan dasar yang baik, konstruktif, rasional, sosial, berkeinginan maju,
realistis, memiliki kapasitas menilai diri dan mampu membawa diri untuk bertingkah
laku sehat dan seimbang serta cenderung melakukan aktualisasi diri. Dengan
demikian setiap orang dipandang mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Dalam hal ini konselor atau terapis hanyalah sebagai fasilitator yang membantu
klien dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu konselor
atau terapis harus memiliki sifat dan sikap seperti : ketulusan untuk menolong,
terbuka atas perasaannya sendiri, empati, menghargai tanpa syarat, menerima
penuh diri klien, realness dan otentik (tanpa kepura-puraaan). Sikap-sikap tersebut
akan membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk menemukan
akar permasalahannya dalam suatu hubungan yang tulus dan saling percaya satu
sama lain, bukannya seperti hubungan dokter dengan pasien tetapi lebih pada
hubungan antar sahabat.
Pendekatan humanis ini bersifat non directive dan sangat sederhana, konselor
harus mampu menjadi seorang pendengar yang baik dan berusaha untuk
memahami klien dalam sudut pandang klien itu sendiri. Pada saatnya nanti konselor
dapat membantu untuk menjernihkan dan merefleksikan perasaan emosional klien.
Namun demikian dihindari pemberian suatu nasehat ataupun interpretasi. Konselor
dan terapis harus percaya bahwa proses pemecahan masalah akan timbul dari
dalam diri klien itu sendiri karena hanya klien sajalah yang mengetahui dinamika
dirinya seperti yang dialami oleh Will. Keberhasilan dari terapi teknik ini yaitu adanya
perubahan dalam diri klien baik karena rapport yang telah dibangun bersama,
maupun sifat dan sikap konselor atau terapis seperti yang telah disebutkan diatas.
Beberapa perubahan yang mungkin terjadi pada diri klien adalah sebagai berikut :
1. Klien menjadi lebih seimbang, lebih terbuka terhadap pengalaman dan
kecenderungan untuk menunjukkan perilaku bertahan (defensif) menjadi
menurun atau semakin berkurang.
2. Klien secara konsekuen menjadi lebih realistis, subyektivitas menjadi
berkurang dan cara pandang dan hasil pengamatannya menjadi lebih luas.
3. Pola pikir dan tingkah laku klien menjadi lebih efektif dalam rangka tujuannya
ke arah pemecahan masalah.
4. Penyesuaian psikologis klien meningkat, menjadi lebih bebas untuk
mengekspresikan diri pribadinya.
5. Kepekaan perasaan terhadap lingkungan yang dirasakan mengancam
menjadi berkurang. Hal ini timbul sebagai akibat dari peningkatan
keseimbangan self.
6. Pola pengamatan (persepsi) klien terhadap self yang ideal menjadi lebih
realistis.
7. Sebagai akibat dari peningkatan penyesuaian psikologis, maka berbagai
jenis tekanan jiwa yang biasanya dialami klien menjadi berkurang.
8. Penghargaan positif klien terhadap selfnya sendiri meningkat.
9. Klien menjadi lebih percaya diri dan terus terang.
10. Penerimaan klien terhadap sosok orang lain mengalami peningkatan,
padahal sebelum menjalani terapi klien merasa sulit untuk menerima orang
lain dan cenderung untuk menghindar dari interaksi dengan orang lain.
11. Klien menjadi lebih mampu untuk mengontrol perasaan dan perilakunya dan
menjadi lebih kreatif.
Dan beberapa perubahan yang telah disebutkan diatas juga nampak dalam diri
Will Hunting setelah menjalani proses konseling dan terapi bersama dengan Sean.
Akhirnya Will Hunting menjadi dirinya sendiri yang autentik dan menjadi seorang
manusia yang berfungsi sepenuhnya (fully functioning person) seperti yang
dikemukakan oleh Carl Rogers.