genhard sinaga_111201106
DESCRIPTION
Prospek Sukun (Arthocarpus Communis) Untuk Peningkatan Ekonomi Dalam AgroindustriTRANSCRIPT
![Page 1: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/1.jpg)
Tugas Mata Kuliah Agroindustri Medan, Maret 2014
PROSPEK SUKUN (Arthocarpus communis) UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DALAM AGROINDUSTRI
Dosen Penanggungjawab:Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.
Oleh :Genhard Sinaga
111201106Hut 6-C
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
1
![Page 2: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sukun sudah lama dikenal di tengah masyarakat Indonesia. Buahnya biasa
digoreng dibuat keripik, atau direbus sebagai makanan kecil. Harganya yang tidak
mahal menjadikannya makanan kecil yang banyak dijajakan. Buah sukun (tak
berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai
kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat
dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai
atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah
matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama.Di pulau-
pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah
dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi
pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue
panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan
digoreng. Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun.
Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun ada pula varietas yang
buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak
mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian
mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir
1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana Sukun dapat
dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan
konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan
produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada
bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi
paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari
dan panen susulan pada bulan Juli – Agustus (Winarno dkk., 1980).
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat
basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%,
fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%,
besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%
(Koswara, 2006).
2
![Page 3: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/3.jpg)
Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai
30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan
dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8
m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Bertajuk renggang,
bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar
daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau tua
mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup
tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon
mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.
Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir
berbentuk gada panjang yang menggantung, 15-25 cm, hijau muda dan menguning bila
masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina
berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, hijau. Buah majemuk merupakan
perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10-30 cm. Forma berbiji
(timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya
memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata
faset segi-4 atau segi-6 di kulitnya.Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai
agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak
menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi
'daging buah' sukun.
Hasil tanaman kehutanan dibagi menjadi dua yaitu hasil hutan kayu dan hasil
hutan non kayu. Hasil hutan non kayu memiliki nilai ekonomi yang masih rendah, namun
jika pengolahannya dikembangkan lebih lanjut akan memiliki nilai ekomoni yang lebih
tinggi dari pada nilai ekonomi hasil hutan kayu. Sebagai contoh hasil hutan non kayu
yang dapat dimanfaatkan adalah daun, getah, akar, buah, dan bagian pohon lainnya.
Rumusan Masalah
1. Apa manfaat ekonomi yang diperoleh dari buah sukun?
2. Bagaimana prospek kedepannya dari usaha buah sukun tersebut?
3. Bagaimana peluang di pasaran terhadap hasil pengolahan buah sukun?
4. Bagaimana hasil olahan yang dapat di buat dari buah sukun?
3
![Page 4: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/4.jpg)
ANALISIS MANFAAT BUAH SUKUN SECARA EKONOMI
Manfaat Ekonomi Buah Sukun
Dalam buah sukun juga memiliki kandungan mineral Ca dan P yang lebih
baik dibandingkan dengan kentang. Nilai gizi dari sukun juga tidak kalah dengan
makanan pokok lainnya, sehingga sukun bisa dijadikan alternatif bahan pangan
pokok di Indonesia. Buah sukun juga dapat membantu mengendalikan kadar gula
darah pada tingkat yang aman karena mempunyai indeks glikemik.
Hampir keseluruhan dari buah sukun dapat dimanfaatkan, seperti daun
sukun yang warnanya telah kuning dapat dibuat sebagai minuman untuk
mengobati penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis. Karena mengandung
phenol, quercetin, dan champorol yang juga dapat digunakan sebagai bahan
ramuan untuk mengobati kulit yang gatal atau bengkak. Buah sukun juga
berkhasiat untuk mengobati penyakit ginjal, terutama pada bagian daunnya. Kadar
kandungan kimia yang terdapat pada daun yang sudah tua akan lebih maksimal.
Selain itu buah sukun juga berkhasiat untuk penyakit liver.
Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di
pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat
dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau
dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari
atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik,
kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan
berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju
yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula
dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng.
Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-
masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun ada pula varietas yang buahnya
mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan
bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini
dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan
makanan murah bagi para budak di sana.
· Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan
kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2% lemak.
4
![Page 5: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/5.jpg)
Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus
yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal.·
Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal) perahu, dan sebagai
bahan dasar permen karet. Kayu sukun atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat,
sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat rumah tangga, konstruksi ringan, dan
membuat perahu.
Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah
Unsur-unsur Sukun muda Sukun masak
Air (g) 87.1 69.1
Kalori (kal) 46 108
Protein (g) 2.0 1.3
Lemak (g) 0.7 0.3
Karbohidrat (g) 9.2 28.2
Kalsium (mg) 59 21
Fosfor (mg) 46 59
Besi (mg) - 0.4
Vitamin B1 (mg) 0.12 0.12
Vitamin B2 (mg) 0.06 0.06
Vitami C (mg) 21 17
Abu (g) 1.0 0.9
Serat (g) 2.2 -
(Triyono, 2002).
Prospek Kedepan Usaha Buah Sukun
5
![Page 6: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/6.jpg)
Untuk memenuhi konsumsi rata - rata penduduk Indonesia per tahun sebesar 123
Kg dan jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,7 % per tahun, pemerintah harus mengimpor beras
sebesar 3,7 juta ton pada tahun 2002 dari negara - negara lain seperti Thailand dan
Vietnam, sedangkan produksi gabah Indonesia pada tahun 2002 sebesar 51,5 juta ton.
Tingkat konsumsi beras di Indonesia selama ini jauh lebih besar dari yang diproduksi.
Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa ketergantungan terhadap satu jenis pangan
pokok yaitu beras, tidak boleh terus berkelanjutan. Oleh karena itu dalam program
pembangunan pertanian 2000 - 2004, diversifikasi pangan merupakan salah satu
kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program tersebut dilakukan
melalui peningkatan penganekaragaman bahan pangan dan mutu pangan (Suraningsih,
2004).
Melihat hal tersebut diatas, buah sukun memiliki prospek yang cerah karena
sukun merupakan tnaman yang mudah berproduksi dan dapat dijadikan sebagai bahan
pangan subtitusi pengganti beras. Kita ketahui beras merupakan makanan wajib bagi
kebanyakan penduduk di Indonesia, jika sukun dapat dijadikan bahan pangan subtitusi
untuk penggunaan beras, maka nilai ekonomi yang dihasilkan buah sukun akan besar
apabila adanya pengolahan buah sukun yang lebih lanjut, tidak hanya sebagai keripik atau
tepung sukun saja.
Pohon sukun tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah
yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan
dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain
tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan
lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional.
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring
dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi
kekosongan produksi pangan konvensional (Pitojo, 1999).
Pohon sukun merupakan salah satu jenis tanaman yang tepat untuk mengatasi
masalah lahan kritis. Setelah diadakan penanaman pohon sukun di beberapa pulau di
kepulauan Seribu ternyata cocok dan tumbuh dengan baik. Oleh karena itu pohon sukun
tidak hanya berfungsi sebagai tanaman penghijauan saja, tetapi buahnya pun berguna
untuk menambah gizi penduduk. Jadi dengan adanya usaha untuk menanggulangi lahan
kritis, pohon sukun pun berpeluang besar untuk dikembangkan guna menunjang hal
tersebut, karena manfaatnya yang begitu besar (Kartikawati dan Adinugraha, 2003).
Pangsa Pasar
6
![Page 7: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/7.jpg)
Pengolahan sukun saat ini masih sangat sedikit, padahal kebutuhan kan tepung
sukun dipasaran sangat tinggi, karena tepung sukun dapat digunakan sebagai bahan
pengganti tepung tapioka. Hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk dapat
membudidayakan buah sukun dan dapat mengolahnya serta mendirikan usaha pembuatan
tepung sukun agar produksi tepung sukun menjadi tinggi. Tepung sukun tersebut
selanjutnya dapat diolah manjdi berbagai macam produk olahan berbahan baku tepung
sukun, seperti spongecake sukun, kue sukun, mie sukun dan juga donat sukun. Seperti
pada usaha yang telah dilakukan sekelompok mahasiswa di UGM yang berhasil
menuangkan ide kreatifnya untuk membuat olahan sukun menjadi cemilan lezat yaitu
Sukrilicious atau donat sukun. Akibat dari ide kreatif sejumlah mahasiswa ini, dapat
meningkatkan harga penjualan buah sukun menjadi lebih tinggi (Sulistiono, 2010).
Hal ini tentunya akan menarik minat banyak pihak, terutama masyarakat
perdesaan yang umumnya dekat dengan hutan, untuk dapat membudidayakan buah sukun
dan mengolahnya. Di satu sisi hal ini tentunya dapat berdampak kepada kurangya jumlah
pengangguran di Indonesia dan dapat meningkatkan kemajuan ekonomi di Indonesia.
Hasil Olahan
Mie Sukun
Pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah pembuatan
mie sukun. Mie sukun dapat dibuat dari sukun kukus yang telah dihancurkan (pasta
sukun) atau dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Pada pembuatan mie
diperlukan komponen gluten tinggi, yang terdapat pada terigu, sehingga pada pembuatan
mie sukun dicampur dengan terigu. Fungsi terigu adalah membentuk struktur karena
gluten bereaksi dengan karbohidrat. Bahan lain dalam pembuatan mie adalah air, garam,
soda kue dan telur. Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat,
melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal dari gluten. Fungsi garam adalah untuk
memberi rasa, memperkuat tekstur mie, membantu reaksi antara gluten dengan
karbohidrat sehingga meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie. Telur berfungsi untuk
mempercepat penyerapan air pada terigu, mengembangkan adonan dan mencegah
penyerapan minyak sewaktu digoreng. Soda kue berfungsi untuk mempercepat
pengembangan adonan, memberikan kemampuan dalam memperbesar adonan serat,
mencegah penyerapan minyak dalam penggorengan mie. (Antarlina dan Sudarmadi,
2009)
7
![Page 8: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/8.jpg)
Cara pembuatan mie yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Timur sangat sederhana, yaitu dengan mencapur tepung
sukun/pasta sukun, terigu, telur, garam, soda kue, dan air, hingga terbentuk adonan
tertentu selanjutnya dicetak lembaran. Pencetakan lembaran menggunakan alat penggiling
mie diulang berkali-kali hingga berbentuk lembaran yang halus. Pada awal penggilingan
dimulai dengan ukuran ketebalan yang besar dan makin lama makin tipis. Penggilingan
lembaran terakhir disesuaikan dengan ukuran mie. Apabila diinginkan mie yang
berdiameter kecil ketebalan lembaran dibuat tipis, dan bila diinginkan mie besar
ketebalan lembaran dipertebal. Setelah itu dilakukan pemotongan mie. Mie yang
terbentuk dilakukan perebusan, maka dihasilkan mie basah, atau
dikeringkan menjadi mie kering (Antarlina dan Sudarmadi, 2009).
Mie kering merupakan makanan ringan yang banyak diminati oleh anak-anak.
Mie kering juga bisa dibuat menjadi mie basah yang digunakan sebagai bahan pelengkap
untuk usaha bakso. Seperti yang kita ketahui bahwa usaha bakso sangat menjamur
dimana-mana dan sangat disukai oleh berbagai kalangan, baik anak-anak hingga orang
dewasa. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya adalah kadar gizinya yang
tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi kita. Mie sukun juga dapat diolah lagi
menjadi mie goreng, mie kuah dan berbagai olahan mie lainnya.
Kegemaran orang Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan
potensi ekonomi yang dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun
menjadi mie sukun ini, membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan
dijadikan sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Keripik Sukun
Untuk produk olahan buah sukun menjadi keripik biasanya masih memakai
teknologi tradisional. Pembuatan sukun menjadi keripik biasanya dapat dilakukan pada
usaha-usaha rumah tangga dengan cara memakai beberapa pekerja untuk membantu
mengupas, mencuci, memotong tipis-tipis, mengoreng, membumbui hingga ke
pemasarannya. Teknologi yang lebih lanjut, dapat dilihat dari penggunaan alat pemotong
buah sukun, dan adanya pembuatan kemasan sehingga memberi nilai tambah untuk
penjualan keripik tersebut karena dipandang lebih kreatif dan indah. Sebagai contoh pada
pembuatan keripik sukun yang diusahakan oleh Tati Yulinati, dia menyatakan bahwa
pembuatan keripik gongshu, walaupun mudah tetapi cukup makan waktu lama, dalam
satu kali produksi Tati dan kawan-kawan mampu membuat 50-100 kemasan ukuran 100
gr dengan harga Rp2.500/kemasan. Caranya, sukun dikukus, dihancurkan, diberi tepung
8
![Page 9: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/9.jpg)
beras, kemudian dicetak. Terakhir sukun digoreng, barulah sukun siap untuk dinikmati.
Dengan cara begitu, kita bisa menikmati buah sukun dengan bentuk yang unik dan rasa
yang variatif (Rachmawati, 2010).
Tepung Sukun
Sukun dapat menjadi sumber tepung dengan kandungan mineral dan vitamin
yang lebih baik dibanding beras. Proses pengolahannya pun cukup sederhana sehingga
dapat dilakukan di pedesaan. Berbagai jenis penganan dapat diolah dari tepung sukun.
Teknik pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun yaitu melalui tahap pengupasan
buah sukun, perajangan, pengukusan, pengeringan, penepungan, dan penyimpanan.
Kendala dalam pembuatan tepung sukun adalah terbentuknya warna coklat pada buah
saat diolah menjadi tepung. Hal ini disebabkan adanya enzim yang terkandung dalam
buah sukun. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat, bahan harus diusahakan
sedikit mungkin kontak dengan udara dengan cara merendam buah yang telah dikupas
dalam air bersih, serta menonaktifkan enzim dengan cara dikukus. Lama pengukusan
tergantung pada jumlah bahan, berkisar antara 10-20 menit. Tingkat ketuaan buah juga
mempengaruhi warna tepung. Buah muda menghasilkan tepung sukun yang berwarna
putih kecoklatan. Semakin tua buah, semakin putih warna tepung. Tepung sukun yang
paling baik dihasilkan dari buah yang dipanen 10 hari sebelum tingkat ketuaan optimum
(Suyanti, dkk. 2001).
9
![Page 10: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/10.jpg)
PENUTUP
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa buah sukun mempunyai banyak
khasiat dalam mengobati berbagai penyakit dan bahkan bukan itu saja buah sukun juga
dapat member prospek keuntungan yang besar apabila dikelola dengan baik dalam
agroindustri.Oleh sebab itu,maka tidak diragukan lagi bahwa pengolahan buah sukun
untuk masyarakat maupun industry memberikan banyak kontribusi apalagi dalam sector
perekonomian.
Kegemaran orang Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan
potensi ekonomi yang dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun
menjadi mie sukun ini, membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan
dijadikan sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Alternatif pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah
pembuatan mie sukun yang terbuat dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Mie
sukun ini banyak digemari oleh anak-anak. Selain mie basah yang digunakan sebagai
bahan pelengkap untuk usaha bakso. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang
lainnya adalah kadar gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi.
Sukun dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara lain sebagai bahan
makanan, misalnya tepung sukun, getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun,
mie sukun dan sebagainya. Olahan buah sukun yang paling berpotensi adalah sebagai
bahan makanan, karena memiliki nilai gizi yang tinggi salah satunya kandungan
karbohidrat.
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat
basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%,
fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi
0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2% . Karena kandungan karbohidratnya
cukup tinggi, maka sukun sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pangan pokok
alternatif pengganti beras.
10
![Page 11: Genhard Sinaga_111201106](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082817/55cf9684550346d0338bff80/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Angkasa, S. Dan Nazanuddin. 1994. Sukun dan Keluih. Penebar Swadaya. Jakarta.
Antarlina dan Sudarmadi. 2009. Mie Sukun Ala BPTP Jatim. BPTP. Jawa Timur.
Departemen Pertanian, 2009, Sukun: Bisakah Menjadi Bahan Baku Produk Pangan, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 31(1): 1-3.
Harsanto, B.P., 1986. Budidaya dan Pengolahan Sukun. Kanisius, Jakarta.
Kartikawati, N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. P urwobinangun. Yogyakarta.
Koswara, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. ebookpangan.com.
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.
Rachmawati, R.R. 2010. Gongshu Keripik Sukun Penuh Gizi. FP UNPAD. Jatinangor.
Sulistiono. 2010. Yang Sedap Dari Sukun. UGM. Yogyakarta.
Suraningsih, M. S. 2004. Strategi Pengembangan Komoditi sukun dalam Peningkatan Diversifikasi Pangan. MB IPB. Bogor.
Suyanti, S. W. Dan Susmonol. 2001. Teknologi Pengolahan Tepung Sukun dan Pemanfaatannya untuk Berbagai Produk Makanan dan Olahan. BPPP. Jakarta.
Triyono, A. 2002. Teknologi Pengolahan Keripik Sukun. BPM. Jakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
11