gravimetri jf

15
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA REFRAKTOMETRI 27 JUNI 2014 Oleh : Kelompok IV 1. Krisdian Dwi Prasetyo 08.2013.1.01564 2. Nur Sari Sadicha 08.2013.1.01573 3. Bagus Dwi Susanto 08.2013.1.01588 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA 2014

Upload: ds-bagoes

Post on 22-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

    REFRAKTOMETRI

    27 JUNI 2014

    Oleh :

    Kelompok IV

    1. Krisdian Dwi Prasetyo 08.2013.1.01564

    2. Nur Sari Sadicha 08.2013.1.01573

    3. Bagus Dwi Susanto 08.2013.1.01588

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

    2014

  • 2

    I. TUJUAN

    1. Untuk mengetahui cara analisa melalui metode gravimetri.

    2. Untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan berat cuplikan yang

    diketahui..

    II. TEORI

    Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat

    atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen

    dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri

    adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.

    Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi

    unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi

    bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu

    yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu

    faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar,1990).

    Berdasarkan proses pemisahannya, maka dikenal empat macam metode

    dalam gravimetri :

    1. Metode Pengendapan

    Dengan cara ini, zat uji yang telah ditimbang seksama dilarutkan, lalau

    komponen yang akan ditetapkan diendapkan dengan pereaksi. Endapan

    yang terbentuk kemudian /dipisahkan dengan penyaringan, lalu dimurnikan

    dengan pencucian, dilanjutkan dengan pengeringan atau pemanasan, lalu

    ditimbang hingga bobot tetap.

    2. Metode Evolusi

    Metode evolusi didasarkan pada penguapan komponen zat uji dengan cara

    pemanasan. Komponen yang menguap adalah perbedaan dari berat

    penimbangan zat uji sebelum dan sesudah penguapan.

    Cara ini sering digunakan untuk penetapan kadar air dari zat uji dengan

    dengan pemanasan pada 105C sampai 110C dan penetapan CO2 dengan

    pemijaran pada suhu yang lebih tinggi.

  • 3

    Metode ini memungkinkan untuk menyerap komponen yang menguap (air

    atau karbondioksida) menggunakan penyerap yang cocok. Berat dari

    komponen yang menguap adalah pertambahan berat dari penyerap.

    3. Metode Penyaringan

    Dengan cara ini, komponen dari zat uji diekstrak dengan pelarut spesifik.

    Ekstral yang diperoleh kemudian diuapkan hingga bobot konsisten.

    Cara ini cocok apabila teknik isolasi sederhana, konsentrasi zat aktif cukup

    tinggi, dan zat aktif yang diperoleh harus murni atau mudah dimurnikan.

    Contoh : penetapan alkaloid; penetapan zat aktif dari sediaan farmasi

    preparat galenik (missalnya, Colchicine, luminal Na).

    4. Metode Elektrogravimetri

    Metode ini didasarkan atas penapisan zat pada sebuah elektroda melalui

    proses elektrolisa. Berat lapisan yang merupakan komponen zat uji yang

    ditetapkan adalah selisih dari penimbangan elektroda (kering) sebelum dan

    sesudah elektrolisa.

    Proses pengendapan dalam analisa kuantitatif gravimetri digunakan

    untuk memisahkan suatu zat dengan zat lainnya, yang merupakan dasar titrasi

    gravimetri. Pada analisa gravimetri pengendapan tersebut juga merupakan proses

    pemisahan zat uji, untuk kemudian diproses lebih lanjut. Kondisi endapan tidak

    harus sama dengan kondisi sisa yang ditimbang. Sehingga pada analisa

    gravimetri, harus dibedakan antara bentuk endapan (precipitation form) dan

    bentuk timbang (weighing form).

    Untuk memperoleh endapan yang ideal, harus diperhatikan faktor yang

    mempengaruhi pembentukan endapan, seperti derajat kejenuhan, jenis presipitan,

    cara penambahan presipitan, suhu, dan pendiaman endapan (digestion).

    Endapan terjadi apabila larutan mengandung solute melebihi kelarutan

    zat tersebut pada kondisi tertentu. Oleh karena itu, pertama kali harus dibuat

    larutan yang lewat jenuh. Dari larutan yang lewat jenuh akan terbentuk inti kristal

    yang kecepatan pembentukannya sebanding dengan derajat kelewat jenuhan dari

    larutan tersebut. Inti kristal ini berfungsi sebagai pusat penumpukan endapan

  • 4

    berikutnya, sehingga terjadi agregat kristal yang lebih besar. Disamping itu,

    agregat kristal yang satu dengan yang lainnya dapat bergabung membentuk

    partikel yang lebih besar.

    Bersamaan dengan itu, akan terbentuk inti kristal yang lain, sementara

    inti yang satu bertambah besar. Oleh karena itu, kecepatan pembentukan inti

    kristal harus dijaga agar tetap lambat supaya diperoleh kristal besar dalam jumlah

    kecil dan bukan kristal kecil dalam jumlah besar.

    Setiap endapan harus dicuci sebelum diubah menjadi bentuk timbang.

    Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang teradsorpsi pada

    permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis.

    Masukkan cairan pencuci ke dalam penyaring sampai sedikit diatas

    endapan, kemudian dibiarkan cairan melewati kertas saring sampai habis. Setelah

    habis, baru ditambah cairan untuk pencucian berikutnya. Hal ini dilakukan

    berulang kali hingga endapan bersih.

    Endapan dan cairan pencuci diaduk dan dibiarkan mengendap, setelah

    mengendap cairan dituang ke dalam penyaring, endapan dibiarkan di dalam gelas

    piala, tambahkan lagi cairan pencuci, diaduk, dibiarkan mengendap. Kemudian

    cairan diatas endapan dituang ke dalam penyaring sampai habis. Hal ini dilakukan

    berulang kali hingga endapan bersih.

    Untuk mendapatkan bentuk timbang, endapan yang telah dimurnikan

    dipanaskan atau dipijar. Pemanasan dapat dilakukan dengan cara:

    1. Oven pengering ( 105C), apabila hanya diperlukan untuk

    menghilangkan airnya saja

    Misal: BaSO4.2H2O BaSO4

    2. Oven pemijar (tungku pemijar), apanila diperlukan pemanasan dengan suhu

    tinggi. Akibatnya, kadang-kadang formula endapan sebelum dan sesudah

    pemijaran berbeda.

    Contoh:

    Kalsium gliserofosfat Ca2P2O7

    Endapan CaC2O4 CaCO3 (dipanaskan 880C)

    Endapan CaC2O4 CaO (dipanaskan 1100C)

  • 5

    Pemanasan atau pemijaran dapat diulang-ulang sampai mencapai berat

    yang tetap dalam penimbangan.

    Setelah pemanasan atau pemijaran kemudian didinginkan hingga suhu

    kamar dalam eksikator yang berisi bahan pengering yang masih aktif kemudian

    dilakukan penimbangan.

  • 6

    III. ALAT & BAHAN

    1. Alat-alat :

    Pipet tetes

    Gelas beaker 250 ml

    Gelas ukur 10 ml

    Tabung erlenmeyer

    Corong bruchner

    Kompressor

    Kertas saring

    Eksikator

    Funace

    Cawan porselin

    2. Bahan-bahan :

    Larutan Sampel Ba

    Larutan Sampel Ca

    Larutan HCl 3M

    Larutan H2SO4 3 M

    Larutan Aquadest

    Larutan HCl 1:1

    Indikator Metil merah

    Larutan NH4OH 7 N

    Larutan Amonium oksalat 0,1%

  • 7

    IV. SKEMA PERCOBAAN

    1) Penetapan kadar Ba2+

    Skema 1. Penetapan kadar Ba2+

    Pipet 25 ml Ba2+

    , lalu encerkan sampai 100 ml

    Asamkan dengan 10 ml HCl 3 M

    Panaskan sampai hampir mendidih

    Tambahkan 15 ml asam sulfat 3 M, sambil diaduk-aduk

    Periksa dengan setetes asam sulfat kesempurnaan endapan

    Biarkan endapan di pemanas selama 15 menit

    Lipatlah kertas saring yang basah, lalu masukkan ke cawan porselen

    Pijarkan endapan didalam furnace selama 15 menit pada suhu 800 0C

    Dinginkan sebentar, lalu masukkan ke eksikator

    Hitung kadar Ba2+

    sebagai BaSO4

    Timbang endapan

    Saring endapan dan cuci dengan aquadest yang mengandung sedikit

    asam sulfat

  • 8

    2) Penetapan kadar Ca2+

    Larutkan dengan 100 ml aquadest

    Hentikan pemanasan, lalu tambahkan 2 tetes metil merah

    Biarkan endapan dan larutannya memisah dengan sempurna

    Saring endapan dengan cara dekantasi

    Cuci endapan dengan larutan amonium oksalat 0,1%

    Keringkan pada suhu 475-525 0C, lalu dinginkan dalam eksikator

    Hitung kadar Ba2+

    sebagai BaSO4

    Timbang dan hitung kadar kalsium sebagai CaCO3

    Netralkan larutan dengan NH4OH 7 N sambil diaduk, hingga larutan

    berwarna kuning

    Panaskan hingga hampir mendidih, lalu tambah larutan panas

    amonium oksalat

    Tambahkan 15 ml larutan HCl 1:1 kemudian panaskan hingga

    mendidih beberapa menit

    Timbang 0,2 gr sampel garam kalsium, masukkan ke dalam gelas

    kimia 400 ml

  • 9

    V. DATA HASIL PERCOBAAN

    1. Penetapan Kadar Ba

    No. Berat cawan

    kosong Berat cuplikan

    Berat cawan

    dengan kertas

    Berat

    setelah

    furnace

    Berat

    endapan

    1. 8,4122 gr 0,2184 gr 10,8738 gr 8,4271 gr 0.0149 gr

    Tabel 1. Data hasil percobaan Penentuan kadar Ba2+

    2. Penetapan kadar Ca

    No. Berat cawan

    kosong Berat cuplikan

    Berat cawan

    dengan

    kertas

    Berat

    setelah

    furnace

    Berat

    endapan

    1. 12,5312 gr 0,2086 gr 14,3004 gr 12,6139 gr 0.0827 gr

    Tabel 2. Data hasil percobaan penentuan kadar Ca2+

  • 10

    VI. HASIL PERHITUNGAN

    1. Penetapan Kadar Ba

    Reaksi : Ba2+

    + CO32-

    BaCO3

    Dari hasil perhitungan diketahui :

    Kadar Ba dalam cuplikan adalah 3.86 %

    2. Penetapan kadar Ca

    Reaksi : Ca2+

    + CO32-

    CaCO3

    Dari hasil perhitungan diketahui :

    Kadar Ca dalam cuplikan adalah 15,86 %

  • 11

    VII. PEMBAHASAN

    Pada percobaan yang dilakukan, metode gravimetri diaplikasikan untuk

    menentukan kadar Ba2+

    sebagai BaSO4 dan untuk menentukan kadar Ca2+

    sebagai

    CaCO3. Prosedur kerja yang dilakukan hampir sama, yaitu dengan pengendapan

    dan pemanasan dengan furnace.

    Dalam percobaan gravimetri untuk menentukan kadar Ba2+

    , digunakan

    HCl untuk ditambahkan ke dalam larutan sampel dimaksudkan untuk melarutkan

    ion-ion Ba2+

    secara sempurna. Sayangnya, penambahan HCl secara belebihan

    dapat menyebabkan gangguan yang disebabkan oleh ion Cl-, sehingga dalam

    percobaan dilakukan pemanasan hingga hampir mendidih untuk menghilangkan

    kelebihan dari ion-ion pengganggu, termasuk ion Klorida, karbonat, dan lain-lain.

    Setelah ion-ion pengganggu dihilangkan dengan cara pemanasan,

    dilakukan pengendapan ion Ba2+

    dengan menggunakan larutan H2SO4 3M.

    Pengendapan dilakukan secara perlahan-lahan dan diaduk agar reaksi berlangsung

    secara sempurna. Pastikan lagi bahwa Ba2+

    diendapkan seluruhnya dengan

    menambahkan beberapa tetes lagi H2SO4, jika tidak terlihat endapan lagi berarti

    ion Ba2+

    sudah mengendap seluruhnya. Selanjutnya dilakukan pemanasan lagi

    untuk menghilangkan kelebihan sulfat.

    Endapan kemudian disaring dengan kertas saring, kemudian kertas saring

    beserta endapan yang basah tadi diletakkan ke dalam cawan porselen kering yang

    telah diketahui beratnya. Pijarkan ke dalam muffle furnace, secara perlahan-lahan

    hingga suhunya 8000C selama 15 menit. Dalam proses pemijaran ini, pelarut dan

    zat-zat organik terurai menjadi gas dan memisah dari endapan, sehingga produk

    akhir yang tersisa hanya BaSO4 yang murni. Abu inilah yang akan ditimbang dan

    dihitung secara kuantitatif untuk menentukan konsentrasi Ba2+

    .

    Percobaan selanjutnya menentukan konsentrasi Ca2+

    , diawali dengan

    penambahan HCl untuk mengikat dan mengionisasi ion Ca2+

    . Kemudian

    dilakukan pemanasan, bertujuan untuk menghilangkan karbondioksida yang

    terlarut. Penambahan metil merah dimaksudkan sebagai indikator pH larutan.

    Kemudian penambahan ammonium oksalat ke dalam larutan bertujuan untuk

    menghilangkan ion klorida yang mengganggu. Kemudian larutan dinetralkan

  • 12

    dengan menggunakan ammonium hidroksida, dengan bantuan indikator metil

    merah dapat diketahui bahwa larutan sudah netral apabila larutan berwarna

    kuning. Endapan yang terjadi kemudian disaring dan dioven (1000C-120

    0C) ,

    kemudian diabukan pada suhu 5250C. Abu yang tersisa mengandung ion Ca

    2+

    kemudian ditimbang dan dihitung konsentrasinya sebagai CaCO3.

  • 13

    VIII. KESIMPULAN

    1. Analisa secara gravimetri dilakukan dengan prinsip

    pemisahan/pengendapan dan penimbangan berat cuplikan, sehingga

    dapat diperhitungkan secara kuantitatif konsentrasi dari zat yang

    diketahui.

    2. Proses pemisahan atau isolasi zat yang akan dihitung konsentrasinya

    dilakukan dengan menghilangkan zat-zat pengganggu, seperti karbonat

    dan klorida dengan cara pemanasan maupun filtrasi, serta penambahan

    zat kimia tertentu.

    3. Hasil percobaan untuk penentuan kadar Ba2+ sebagai BaSO4 adalah

    sebesar 3,86% Ba sedangkan kadar Ca2+

    sebagai CaCO3 adalah sebesar

    15,86% Ca.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Day, R. A. Dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

    Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

    Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

    Purba, Michael. 1990. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.

    Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.

  • APENDIKS

    1. Penetapan Kadar Ba

    Reaksi : Ba2+

    + SO42-

    BaSO4

    Berat cuplikan Ba2+

    = 0,2184 gram

    Berat Endapan Ba sebelum dibakar = 10,8738 gram

    Berat Endapan Ba setelah dibakar = 8,4271 gram

    2. Penetapan kadar Ca

    Reaksi : Ca2+

    + CO32-

    CaCO3

    Berat cuplikan Ca2+

    = 0,2086 gram

    Berat Endapan Ca sebelum dibakar = 14,3004 gram

    Berat Endapan Ca setelah dibakar = 12,6139 gram