identifikasi kejadian bblr di rsu bahteramas provinsi
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI KEJADIAN BBLR DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan
Poltekes Kemenkes Kendari
OLEH :
NILUH EFI SUFIANTIP00324013054
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-III
2016
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Niluh Efi Sufianti
NIM : P00324013054
Program Studi : Diploma III Jurusan Kebidanan
Judul KTI : Identifikasi Kejadian BBLR di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran
saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Kendari, Juli 2016
Yang membuat pernyataan,
Niluh Efi Sufianti
NIM.P00324013054
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Identifikasi Kejadian BBLR
di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015 merupakan
salah satu syarat yang untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III
Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapatkan
arahan dan bimbingan dari Ibu Hendra Yulita, SKM, MPH sebagai
pembimbing I dan ibu Elyasari, SST, M.Keb. Pada kesempatan ini peneliti
juga ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Petrus SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Aswita, S.Si.T.MPH ( Penguji I ), Hasmia Naningsih,SST,M.Keb
( Penguji II ), dan ibu Yustiari, SST,M.Keb ( penguji III ) serta Dosen-
dosen politeknik kesehatan kendari jurusan kebidanan yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama dibangku
kuliah dan seluruh staf tata usaha yang memberikan pelayanan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Dr. Razak, M.Kes sebagai Direktur RSU Bahteramas atas ijin yang
telah diberikan dalam pengambilan data awal.
vi
5. Ayahanda Made Sumarta dan Ibunda tercinta Made Sudiarti serta
saudaraku Gede Arif atas semua cinta, doa dan dukungan yang
diberikan kepada penulis sampai saat ini.
6. Teman-teman mahasiswi Program Studi D-III Kebidanan khususnya
Kelas III B atas kebersamaan dan bantuan yang diberikan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah
membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah.Penulis menyadari dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangan, untuk itu
diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk kesempurnaan
penulisan. Akhir kata penulis berharap semoga membawa manfaat bagi
pembaca.
Kendari, Juli 2016
Penulis
vii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI KEJADIAN BBLR DI RSU BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015
NiluhEfi Sufianti1, Hendra Yulita2, Elyasari2
LatarBelakang : Bayi yang lahirdengan BBLR berisikokematian 35 kali lebihtinggidibandingkandenganbayiberatbadanlahir di atas 2500 gram. Kelahiran BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak danmemiliki risiko penyakit jantung dan diabetes di masa yang akan datang. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia.TujuanPenelitian : untuk mengidentifikasi kejadian BBLR di RSU Bahteramastahun 2015 berdasarkan umur, pekerjaan, paritas dan umur kehamilan.MetodePenelitian : Penelitian deskriptif dengan sampel penelitian adalah ibu yang melahirkan BBLR tahun 2015 berdasarkan data di ruang PICU NICU RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 92 orang. Kesimpulan : Kejadian BBLR tahun 2015 di RSU Bahteramas 73,91% terjadipada ibu umur 20-35 tahun, 96.74% dialami oleh ibu yang tidak bekerja (IRT), 36,95% terjadi pada ibu dengan paritas I dan 67,40% terjadi pada umurkehamilan preterm.Saran : Upaya meningkatkan pengetahuan ibu melalui informasi dan edukasisehingga diharapkan ibu mempunyai perilaku yang baik dalam perawatankehamilan untuk menghasilkan janin yang lebih baik.DaftarPustaka : 22 (2004 - 2016)
Kata Kunci : BBLR
1. Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................... 3C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4E. KeaslianPenelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. BayiBeratLahirRendah(BBLR) ............................................. 5B. FaktorResiko BBLR ............................................................ 16C. LandasanTeori...................................................................... 25D. KerangkaKonsep .................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 30B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................... 30C. Populasi dan Sampel ........................................................... 30D. Variabel Penelitian ............................................................... 30E. Definisi Opersional ............................................................... 31F. Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 32G. Pengolah Data...................................................................... 32H. Analisis Data......................................................................... 32
ix
I. Penyajian Data ..................................................................... 33BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................... 34B. Hasil Penelitian..................................................................... 37C. Pembahasan ........................................................................ 39
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................... 43B. Saran .................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel1. Distribusi Frekuensi Umur Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015…..………………………..
37
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015…..………………………..
38
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015…..……………………….. 38
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Umur Kehamilan Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015 …..
39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin pengambilan Data Awal Dari RSU Bahteramas
2. Surat Izin Penelitian Dari Poltekkes kendari
3. Surat Izin Penelitian Dari Badan penelitian dan Pengembangan
4. Data Hasil penelitian
5. Surat Telah melakukan Penelitian
6. Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan <2500 gram. BBLR merupakan penyebab utama tingginya
angka kematian bayi pada masa perinatal.Bayi yang lahir dengan BBLR
berisiko kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi berat badan
lahir diatas 2500 gram.Kelahiran BBLR dapat berakibat jangka panjang
terhadap tumbuh kembang anak dan memiliki risiko penyakit jantung dan
diabetes di masa yang akan datang (Pantiawati, 2010). Kelahiran BBLR
dapat menimbulkan gangguan mental dan fisik pada masa usia tubuh
kembang sehingga dapat memberikan biaya yang tinggi (Amalia, 2011).
Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia.
Data World Health Organization WHO (2009) menunjukkan kejadian BBLR
di Indonesia sekitar 10,5%, masih di atas rata-rata Thailand (9,6%) dan
Vietnam (5,2%) (Rahyani, 2012).Data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 kejadian BBLR sebanyak 7,5% (Pusat
Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, 2013). Kelahiran bayi dengan BBLR
sebanyak 11,1% dan sebagian besar meninggal pada masa neonatus pada
bayi dengan berat lahir <2.000 gram (Pantiawati, 2010).
Faktor penyebab BBLR diantaranya usia kehamilan 34-36, antenatal
care (ANC) yang kurang dari empat kali, pengetahuan ibu, merokok (aktif
atau pasif), status gizi ibu (Rahmi dkk, 2013). Umur kehamilan, lingkar
lengan atas, jumlah janin, jarak kelahiran dan paritas berpengaruh terhadap
2
kelahiran BBLR (Manuaba, 2010; Maulinda, 2013).Indeks Massa
Tubuh ibu dibawah normal secara signifikan terkait dengan kejadian BBLR.
Pertambahan berat badan ibu yang tidak normal dapat menyebabkan
terjadinya keguguran, prematur, BBLR, gangguan pada rahim dan
perdarahan setelah melahirkan (Ismi, 2011). Berat badan ibu yang rendah,
ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar, ibu riwayat melahirkan
prematur/berat badan rendah, ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim
yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim) dan
ibu hamil yang sedang sakit (Maryunani, 2009).Faktor ibu penyebab BBLR
antara lain gizi saat hamil yang kurang, umur ibu, jarak hamil dan bersalin
yang terlalu dekat, paritas, penyakit menahun pada ibu, gaya hidup,
komplikasi kehamilan, hamil ganda/gemeli, perdarahan antepartum dan
cacat bawaan (Dian, 2012).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sultra tercatat 161 bayi meninggal
pada tahun 2013 dan 139 meninggal akibat BBLR (Dinkes Sultra, 2014).
Kejadian BBLR di RSU Bahtemas Provinsi Sulawesi Tenggara setiap tahun
meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh di rekam medik tercatat 105
BBLR tahun 2012 sebanyak 44 (41,9%) meninggal. Pada tahun 2013
sebanyak 155 kasus BBLR dan 49 (31,6%) meninggaI karena BBLR dan
tahun 2014 kejadian BBLR sebanyak 159dan 40 (25,1%) meninggal karena
BBLR. Data tahun 2015 tercatat 92 kejadian BBLR. Mengingat tinggi dan
besar risiko akibat BBLR maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
kejadian BBLR di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2015.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah penelitian adalah
“Bagaimanakah identifikasi kejadian BBLR di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2015”?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kejadian BBLR di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui umur ibu yang melahirkan BBLR di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui Pekerjaan ibu yang melahirkan BBLR di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
c. Untuk mengetahui Paritas ibu yang melahirkan BBLR di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
d. Untuk mengetahui umur kehamilan ibu yang melahirkan BBLR
di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan diploma III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari sekaligus menambah
pengetahuan dalam mengaplikasikan tentang metode penelitian
deskriptif.
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya wanita tentang
BBLR sehingga diharapkan dapat lebih baik dalam merencanakan
kehamilan termasuk proses dalam menjalani kehamilan.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Imelda Dwi Oktavianti. 2015. Identifikasi Kejadian BBLR di RSU
Bahteramas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan data
kejadian BBLR tahun 2014.Variabel penelitian meliputi umur ibu,
paritas dan jarak kehamilan. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu data BBLR tahun 2015 dengan variabel penelitian
meliputi umur ibu, pendidikan dan pekerjaan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Berat Lahir Rendah
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan <2500 gram
berdampak buruk pada kesehatan, mempunyai risiko 20 kali mengalami
kematian dibandingkan dengan bayi berat lahir cukup atau ≥2500 gram.
Bayi berat lahir rendah dapat disebabkan karena kelahiran prematur
(short gestational age) atau pertumbuhan janin terhambat (IUGR) dalam
kandungan (UNICEF & WHO, 2004). BBLR adalah berat lahir bayi
kurang dari 2500 gram Ada dua hal keadaan BBLR yaitu Bayi lahir kecil
akibat lahir kurang bulan,bayi lahir kecil untuk masa kehamilan akibat
retardasi pertumbuhan janin (Depkes RI, 2005).
Berat badan lahir normal merupakan titik awal yang baik bagi
proses tumbuh kembang pasca lahir dan petunjuk bagi kualitas hidup di
masa mendatang karena risiko menderita penyakit degeneratif saat usia
dewasa lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir rendah
(UNICEF & WHO, 2004). Makin rendah masa gestasi maka bayi yang
dilahirkan juga akan semakin kecil, pertumbuhan organ tubuh kurang
sempurna, mudah mengalami komplikasi dan meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian bayi (Saili, 2008).
6
2. Klasifikasi
Menurut Saifuddin (2010) BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan berat
badan lahir :
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat
1.500-2.500 gram
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu bayi lahir
dengan berat <1.500 gram
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) yaitu bayi yang
lahir dengan berat <1.000 gram
Bayi berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus
preterm/BBLR/SMK (sesuai masa kehamilan).
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan.
3. Diagnosis dan gejala klinik
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus dan lahir mati
7
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
3) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih
lambat, gerakan janin lebih lambat walau usia kehamilan
sudah agak lanjut
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
menurut yang seharusnya
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligihidramnion atau
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum.
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine, secara
klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda -tanda
bayi adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas,
verniks caseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering,
berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata,
jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek
dan berwarna kehijauan.
2) Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37
minggu verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit
sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka
seperti boneka, abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar,
menangis lemah, tonus otot hipotoni dan kulit tipis merah
dan transparan.
8
3) Bayi small for datesama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterin.
4) Bayi berat badan lahir rendah kurang sempurna alat-alat
dalam tubuhnya sehingga sangat peka terhadap gangguan
pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan
sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for
date) alat – alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan
dengan bayi prematur, karena itu akan lebih mudah hidup di
luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan
hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan
normal (Mochtar, 2005).
4. Karakteristik BBLR
Gambaran bayi berat badan lahir rendah tergantung dari umur
kehamilan sehingga semakin kecil bayi semakin muda usia
kehamilan. Karakteristik bayi berat badan lahir rendah antara lain :
1) Berat badan kurang dari 2500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6) Kepala relatif besar dari badan
7) Kulit tipis transparan, lanugo banyak, lemak kulit kurang
8) Otot hipotonik-lemah
9
9) Pernafasan tidak teratur dan sering apnoe (gagal nafas)
10)Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki lurus
11)Kepala tidak mampu tegak
12)Nafas sekitar 45 sampai 50 kali per menit
13)Frekuensi nadi 100 s/d 140 kali per menit (Manuaba, 2010)
5. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 : Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau
per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian
(saat lahir, umur 3-10 hari dan umur 4-6 minggu).
b. Diet etik
Bayi BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisap masih lemah. Sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa
lambung atau sendok.ASI merupakan pilihan utama : (Suradi
R., 2006).
1) Apabila bayi mendapat ASI pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara
pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap.
2) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan berat
naik 20 gr/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2
kali seminggu.
10
3) Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut
berat badan lahir dan keadaan bayi :
a) Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat
bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas
minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam bila perlu). Pantau pemberian minum dan
kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap,
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak
memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi
sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena selama 24 jam pertama. Mulai
berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu. Apabila masalah sakitnya menghalangi
proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan
11
cairan IV dan ASI menurut umur, berikan minum 8 kali
dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu
dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b) Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah
yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum
dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat
berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya
memakan waktu lebih dari 1 minggu). Berikan minum 8
kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
12
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
Bayi Sakit
Berikan cairan intravena selama 24 jam pertama. Beri
ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan
minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum. Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
c) Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung. Beri minum 8 kali
dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam. Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/
sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
13
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2
dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/ sendok.
6. Penatalaksanaan bayi BBLR di rumah
Bayi dengan kelahiran <2500 gram membutuhkan
penatalaksanaan yang baik. BBLR harus menjalani rawat inap.
BBLR memerlukan rawat jika berat lahirnya kurang dari 1800
gram, bayi dengan usia kehamilan <34 minggu, sulit minum dan
sakit. Adapun yang harus diperhatikan atau tips merawat bayi
berat lahir rendah di rumah setelah masa kritis terlewati dan
sudah diperbolehkan pulang:
a) Pemberian ASI
ASI harus menjadi pilihan utama sebagai salah satu cara
pemberian nutrisi karena ASI berfungsi untuk kekebalan tubuh
serta manfaat psikologis. Beri ASI sedikit demi sedikit tapi
14
sesering mungkin untuk mencukupi kebutuhan kalori dan
protein.
b) Pertahankan suhu badan normal
BBLR memang mempunyai masalah dalam mempertahankan
suhu tubuh, hal ini dikarenakan beberapa organ tubuh bayi
belum siap secara sempurna. Untuk itu diperlukan kondisi
lingkungan sekitar untuk menunjang dalam mempertahankan
suhu tubuh, misalnya dengan cara :
1) Memastikan suhu ruangan bayi hangat
2) Membungkus tubuh bayi dengan kain hangat dan diberikan
kain penutup dikepala/ topi
3) Pastikan tangan selalu dalam kondisi hangat saat
memegang bayi berat lahir rendah
4) Usahakan cepat mengganti popok/kain/baju bila basah.
c) Pencegahan penularan infeksi
Pencegahan infeksi dilakukan dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi dan menghindarkan kontak dengan orang atau
lingkungan yang berisiko tinggi terhadap penularan infeksi
(tempat umum atau orang yang sedang sakit).
d) Segera hubungi dokter jika bayi malas minum, nafas tidak
teratur, suhu badan tidak normal serta tampak kuning
15
7. Prognosis BBLR
Prognosis bayi berat badan lahir rendah tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda
masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka
kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan,
perdarahan intra ventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental
fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia). Prognosis juga tergantung keadaan sosial
ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernafasan,asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia) (Wiknjosastro,
2012).
8. Komplikasi
Komplikasi bayi BBLR akibat gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturasi) organ belum sempurna yang dapat
menyebabkan kematian. Bayi yang lahir kurang bulan (preterm)
mempunyai organ tubuh yang sebagian besar biasanya belum
berfungsi seperti bayi normal cukup bulan (preterm) sehingga bayi
tersebut memiliki kesulitan yang lebih besar untuk hidup di luar
rahim, terlebih lagi bayi yang lahir dengan keadaan tersebut
mengalami BBLR. Makin pendek masa kehamilan, makin kurang
sempurna fungsi- fungsi alat tubuhnya sehingga mengakibatkan
16
makin mudah mengalami komplikasi atau kelainan seperti sindroma
gangguan pernapasan, hipotermia, aspirasi pneumora, infeksi dan
perdarahan intrakardial (Nartono, 2008).
9. Pencegahan BBLR
b. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal
4 kali selama kurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur
kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama
faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
c. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk
merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur
dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat
menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin
untuk menurunkan risiko lahir bayi berat badan lahir rendah.
d. Ibu dapat merencanakan persalinan pada kurun usia reproduksi
sehat.
e. Perlu dukungan sektor lain terkait peningkatan akses
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama
hamil.
B. Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah
Pertumbuhan janin dalam kandungan dipengaruhi faktor
genetik, lingkungan, kelainan kongenital yang berat pada bayi
17
sehingga sering kali mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat
badan lahir rendah. Faktor maternal seperti adanya kehamilan ganda
atau tunggal dan lingkungan ibu. Faktor plasenta juga mempengaruhi
pertumbuhan janin yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat
plasenta pada uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta.
Kelainan plasenta terjadi karena tidak berfungsinya plasenta dengan
baik dapat menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen dalam plasenta.
Lepasnya sebagian plasenta dari perlekatan dan posisi tali pusat yang
tidak sesuai dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan aliran darah plasenta ke
bayi (Sistiarani, 2008).
1. Umur
Usia reproduksi sehat seorang wanita jika menjalankan
fungsi resproduksi kehamilan dan persalinan pada umur antara 20-
35 tahun. Risiko kehamilan dan terjadinya komplikasi meningkat
jika kehamilan terjadi dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun
(Manuaba, 2010). Pengaruh umur ibu terhadap terjadinya bayi
BBLR berkaitan dengan perkembangan biologis dan psikologis dari
ibu tersebut. Pada umur reproduksi sehat wanita secara
fisioanatomis dan psikologis telah siap untuk hamil, sehingga upaya
untuk pemeliharaan kehamila akan lebih baik dan adanya risiko
bayi yang akan dilahirkan dapat dikurangi. Ibu yang melahirkan
pada umur kurang dari 20 tahun, perkembangan organ reproduksi
18
belum optimal, jiwanya masih labil sehingga kehamilannya sering
timbul komplikasi. Keadaan ini akan memperbesar faktor risiko
terhadap kejadian BBLR (Wiknjosastro, 2012).
Komplikasi yang terjadi selama hamil maupun melahirkan
dapat dicegah dengan menerapkan pengetahuan yang ada tentang
perawatan kahamilan. Penundaan usia perkawinan berkaitan
dengan faktor risiko selama kehamilan. Seorang ibu yang
melahirkan dibawah umur 20 tahun mempunyai risiko kematian
maternal terlalu tinggi. Jawa Timur dan di Sumatra Timur 7,75%
kematian maternal terjadi pada ibu yang melahirkan di bawah umur
20 tahun (Manuaba, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan Karawati (2007) hubungan
umur Ibu dengan kejadian BBLR hasil analisis data menunjukkan
sebagian besar ibu dengan umur <20 tahun melahirkan BBLR
sebanyak 87 kasus (56,9%) dan ibu dengan umur >35 tahun
melahirkan BBLR 60 kasus (25,0%). Mekanisme biologi yang
belum sempurna pada wanita remaja meningkatkan kelahiran
prematur dan bayi berat lahir rendah. Wanita remaja atau belum
dewasa saat menjalani kehamilan mengakibatkan kompetisi nutrisi
antara ibu dan janin, ibu membutuhkan juga asupan nutrisi untuk
pertumbuhan sehingga asupan nutrisi untuk janin terganggu (Shah
& Ohlsson, 2002).
19
2. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami
seorang ibu.Paritas mempengaruhi persalinan dan insiden
komplikasi. Ibu primipara (melahirkan bayi pertama kali) belum
mempunyai pengalaman melahirkan sehingga dapat
mempengaruhi proses persalinan, meningkatkan kelainan dan
komplikasi. Persalinan prematur lebih sering terjadi pada kehamilan
pertama. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita
melahirkan anak ke empat atau lebih karena kondisi kesehatan
mulai menurun. Paritas lebih dari 4 berisiko mengalami komplikasi
serius seperti perdarahan dan infeksi yang akan mengakibatkan
kecenderungan bayi lahir dengan kondisi BBLR bahkan kematian
ibu dan bayi (Manuaba, 2010).
Semakin tinggi paritas ibu maka semakin tinggi risiko
kematian maternal. Ibu dengan paritas rendah sebagian besar ibu
belum siap secara fisik maupun mental dalam menjalani kehamilan,
risiko kematian maternal dapat dicegah dengan asuhan obstetri
lebih baik, sedangkan pada paritas tinggi, ibu telah banyak
melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi mengalami
kemunduran, risiko dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana (Wiknjosastro, 2012).
Paritas 1 dan ≥4 (grandemultipara) meningkatkan risiko
komplikasi kehamilan, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia dan
20
bayi imatur. Grandemultipara merupakan faktor predisposisi
timbulnya jaringan fibriotik pada vili choriolis plasenta sehingga
memudahkan terjadinya perdarahan antepartum, gangguan
plasenta sehingga transportasi makanan dan oksigen dari ibu ke
janin terganggu (Shah& Ohlsson, 2002).
Ibu yang hamil berulang-ulang berisiko melahirkan BBLRR
karena kerusakan pembuluh darah dinding uterus sehingga
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin, berkurangnya aliran nutrisi
pada janin menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin berisiko melahirkan BBLR. Persalinan kedua
dan ketiga merupakan keadaan lebih aman untuk melahirkan.
Persalinan lebih dari empat kali berisiko terjadi kerusakan
pembuluh darah dinding uterus(Depkes RI, 2006).
3. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran (birth Interval) yaitu jarak waktu antara 2
kelahiran yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kelahiran yang
pendek secara langsung akan memberikan efek terhadap
kesehatan janin yang dikandung. Jarak kelahiran yang pendek
mengakibatkan seorang ibu tidak cukup waktu untuk
memperbaikidan membangun kembali cadangan nutrisi dan
memperoleh kembali energi. Kondisi tersebut akan berpengaruh
terhadap janin yang dikandung dan anak yang dilahirkan. Wanita
memerlukan 2-3 tahun jarak kelahiran agar dapat pulih secara
21
fisiologis setelah mengalami kehamilan dan persalinan yang lalu
sertamempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Semakin
pendek jarak waktu antara dua kelahiran, semakin besar pula risiko
untuk ibu dan anak. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun dapat
terjadikomplikasi dalam kehamilan dan persalinan seperti anemia
berat, partus preterm dan perdarahan (Saifuddin, 2010).
4. Kehamilan ganda/gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan
dibandingkan kehamilan tunggal dengan umur kehamilan yang
sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin
kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu,
kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang
berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta
berkurang.Berat badan bayi baru lahir pada kehamilan kembar
umumnya kurang dari 2500 gram. Kehamilan ganda cenderung
terjadi partus prematurus dan pertumbuhan berat badan bayi belum
maksimal (Dian, 2012).
5. Pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan kehamilan lebih menekankan pada kualitas
daripada kuantitas. Pemeriksaan kehamilan pertama sebaiknya
dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu dengan
pendekatan bahwa setiap ibu hamil mempunyai risiko mengalami
komplikasi sehingga harus mendapatkan pelayanan yang
22
samauntuk mendeteksi adanya penyimpangan dan kelainan dalam
masa kehamilan secara dini dan melakukan intervensi segera.
Kegiatan pelayanan yang dilakukan dalam antenatal care
mencakup a) anamnesis untuk mengidentifikasi riwayat kesehatan
ibu sekarang dan kehamilan sebelumnya yang mungkin dapat
mempengaruhi outcome janin dan pengobatan segera, monitoring
intensif dan tindak lanjut selama kehamilan misalnya adanya
penyakit kronis, malaria, penyakit menular seksual, anemia,
perdarahan, penyakit jantung, diabetes mellitus, malnutrisi, TBC b)
pemeriksaan fisik/tubuh ibu dari kepala sampai kaki c) pemeriksaan
tanda vital (tekanan darah, nadi, temperatur, berat badan) d)
pemeriksaan obstetrik (tinggi fundus uteri dan penilaian panggul) e)
pemeriksaan laboratorium: darah (hemoglobin, Rh, HIV testing),
urin (protein, aceton, kadar gula) f) tindakan pencegahan dengan
memberikan imunisasi tetanus dan suplementasi asam folat dan Fe
g) promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan konseling untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan janin termasuk tanda bahaya
kehamilan dan saat kapan dan tempat mencari pertolongan,
pentingnya gizi, kebersihan diri, bahaya rokok, alkohol dan obat
bius, persiapan menyusui dan menyusun jadwal kunjungan berikut.
Kelahiran bayi yang sehat bila wanita yang hamil juga dalam
kondisi sehat. Pengawasan antenatal dan perinatal yang baik akan
dapat menghasilkan output janin yang baik (Nurfi, 2011).
23
6. Pekerjaan ibu
Status pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kondisi
kehamilan. Kelelahan yang berlebihan dapat diakibatkan oleh
beban kerja terlalu berat dan posisi tubuh saat bekerja. Kebiasaan
mengangkat beban berat dalam pekerjaan sehari-hari akan
menyebabkan gangguan kesehatan sehingga dapat
membahayakan kehamilan. Pekerjaan yang berat memberikan
peluang besar terjadinya BBLR. Lama waktu bekerja dan peran
ganda seorang ibu akan menciptakan suatu kerentanan sosial
terhadap nutrisi, terutama selama masa reproduksi sehingga dapat
menurunkan status gizi.
Ibu bekerja berisiko melahirkan BBLR sebesar 1,58 kali
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Strata sosial ekonomi
rendah banyak terlibat dengan pekerjaan fisik yang lebih
berat.Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seorang
ibu yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar pekerjaan rumah
tangga dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya
pekerjaan ibu selama kehamilan dapat menimbulkan terjadinya
prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal tersebut
dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandungnya. Pekerjaan
yang berat tanpa istirahat yang cukup meningkatkan risiko
terjadinya BBLR. Pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap
kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil dengan lama kerja
24
melebihi tiga jam perhari mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kematian neonatal (Manuaba, 2010).
7. Umur Kehamilan
Persalinan yang dianggap aman adalah persalinan cukup
bulan atau persalinan aterm antara umur kehamilan 37-42 minggu.
Usia kehamilan <37 minggu atau >42 minggu dapat
mengakibatkan efek buruk terhadap kesehatan bayi. Umur
kehamilan <37 minggu berisiko melahirkan BBLR dibandingkan ibu
yang melahirkan dengan usia kehamilan37-42 minggu.
Kelahiran prematur dapat menimbulkan komplikasi seperti
asfiksia, hipotermi dan komplikasi lain. Klasifikasi umur kehamilan
menurut WHO preterm adalah umur kehamilan <37 minggu, aterm
adalah umur kehamilan antara 37-42 minggu dan post-term adalah
umur kehamilan di atas 42 minggu (Varney, 2007).
8. Kadar hemoglobin ibu
Parameter untuk menilai adanya anemia pada ibu hamil
adalah kadar hemoglobin. Ibu hamil menderita anemia berisiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan
sebelum dan saat persalinan bahkan dapat menyebabkan kematian
ibu dan bayi pada kondisi ibu anemia berat. Hal ini disebabkan
karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta
yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
Selama kehamilan terjadi hyperplasia erythroid dari sumsum tulang
25
dan meningkatnya massa RBC. Peningkatan yang tidak
proporsional dalam volume plasma menyebabkan hemodilusi
(hydremia kehamilan): Hct menurun dari antara 38-45 % pada
wanita sehat yang tidak hamil sampai sekitar 34% selama
kehamilan tunggal dan sampai 30% selama akhir kehamilan
multifetal. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin (Hb)<10g/dl (Ht<30%) (Atikah, 2011).Dampak
anemia pada janin dapat terjadi abortus, kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan
infeksi.Ibu saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan
ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum
karena atonia uteri (Manuaba, 2010).
9. Status Gizi Ibu
Status gizi ibu yang baik baik sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan
dengan berat badan normal. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keaddaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Ibu
yang mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah baik pada ibu maupun janin. Masalah akibat gizi kurang
pada ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi seperti, anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan
26
penyakit infeksi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
memengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan dan bayi lahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
(Almatsier,2008).
Pada masa kehamilan metabolisme energi meningkat untuk
pertumbuhan dan perkembangan janinsehingga dibutuhkan kalori
dan zat gizi yang cukup selama kehamilan. Kekurangan zat gizi
tertentu dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
10.Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau
materi pendidikan kepada sasaran (peserta didik) guna mencapai
perubahan tingkah laku. Input pada proses pendidikan adalah
sasaran atau peserta didik yang mempunyai karakteristik
sedangkan output proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan
yang mempunyai klasifikasi tertentu sesuai tujuan pendidikan yang
diharapkan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
diperlukan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah menerima dan mengembangkan
pengetahuan, semakin meningkatkan produktivitas, semakin
meningkatkan kesejahteraan keluarga (Nurfi, 2011). Hasil penelitian
27
Setyowati bahwa risiko kelahiran BBLR ditemukan 1,18 kali pada
ibu dengan pendidikan dasar (SD dan SMP).
C. Landasan Teori
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram (Depkes, RI, 2005). Prognosis bayi berat
badan lahir rendah tergantung dari berat ringannya masalah perinatal. Bayi
yang lahir dengan BBLR berisiko kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang berat badan lahir di atas 2500 gram (Pantiawati, 2010).
Usia reproduksi wanita dalam menjalankan fungsi resproduksi
kehamilan dan persalinan pada umur antara 20-35 tahun. Risiko komplikasi
meningkat pada kehamilan di bawah umur 20 tahun dan di atas 35 tahun
(Manuaba, 2010). Umur ibu berpengaruh terhadap terjadinya BBLR
berkaitan dengan perkembangan biologis dan psikologis dari ibu. Wanita
pada umur reproduksi sehat secara fisioanatomis dan psikologis telah siap
untuk hamil, sehingga upaya untuk pemeliharaan kehamilan akan lebih baik
sehingga menurunkan risiko pada bayi yang akan dilahirkan. Ibu yang
melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun, perkembangan organ
reproduksi belum optimal, perkembangan jiwa masih labil sehingga pada
proses kehamilan sering timbul komplikasi. Keadaan ini memperbesar faktor
risiko terhadap kejadian BBLR (Wiknjosastro, 2012).
Status pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kondisi kehamilan.
Kelelahan yang berlebihan diakibatkan oleh beban kerja terlalu berat dan
posisi tubuh saat bekerja. Pekerjaan yang berat memberikan peluang besar
terjadinya BBLR. Lama waktu bekerja dan peran ganda seorang ibu akan
28
menciptakan suatu kerentanan sosial terhadap nutrisi, terutama selama
masa reproduksi sehingga dapat menurunkan status gizi (Manuaba, 2010).
Proses persalinan, timbulnya kelainan dan komplikasi meningkat
seiring dengan jumlah paritas ibu. Ibu yang hamil berulang-ulang dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah dinding uterus sehingga
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin, berkurangnya aliran nutrisi pada
janin menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
berisiko melahirkan BBLR. Persalinan kedua dan ketiga merupakan keadaan
lebih aman untuk melahirkan. Persalinan lebih dari empat kali berisiko terjadi
kerusakan pembuluh darah dinding uterus (Depkes RI, 2006).
Kelahiran yang kedua dan ketiga umumnya paling aman bagi wanita.
Paritas 1 dan ≥4 (grandemultipara) meningkatkan risiko komplikasi
kehamilan, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia dan bayi imatur.
Grandemultipara merupakan faktor predisposisi timbulnya jaringan fibriotik
pada vili choriolis plasenta sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
antepartum, gangguan plasenta sehingga transportasi makanan dan oksigen
dari ibu ke janin terganggu (Shah& Ohlsson, 2002).
29
D. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel terikat : BBLR
Variabel bebas : umur ibu, pekerjaan, paritas dan umur kehamilan
Pekerjaan
Bayi Berat
LahirRendahParitas
Umuribu
Umur Kehamilan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan
untuk mendeskripsikan atau mendapatkan fakta mengenai suatu
keadaan secara objektif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian adalah ibu yang melahirkan BBLR berdasarkan
data di ruang PICU NICU RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara yang tercatat dalam register bayi tahun 2015 berjumlah
92 orang.
2. Sampel penelitian adalah keseluruhan ibu yang melahirkan BBLR
berdasarkan data di ruang PICU NICU RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara berjumlah 92 orang. Tehnik pengambilan
sampel dengan total sampling.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi BBLR sebagai variabel terikat
dan umur ibu, pekerjaan, paritas, dan umur kehamilan sebagai variabel
bebas.
31
E. Defenisi Operasional
1. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan kurang dari 2500 gram.
2. Umur ibu adalah usia ibu saat melahirkan yang tercatat dalam buku
register persalinan
a. <20 tahun
b. 20-35 tahun
c. >35 tahun (Wiknjosastro, 2012)
3. Pekerjaan adalah kegiatan atau rutinitas yang dilakukan ibu
dalam kehidupan sehari-hari yang tercatat dalam register
persalinan.
a. Bekerja
b. Tidak bekerja
4. Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu yang tercatat
dalam buku register persalinan
a. Paritas I
b. Paritas II
c. Paritas III
d. Paritas > 4
5. Umur kehamilan adalah masa gestasi ibu dalam menjalani masa
kehamilan yang tercatat dalam register persalinan
a. Preterm
b. Aterm
32
c. Post term
F. Prosedur Pengumpulan Data
Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari register bayi
BBLR beradasarkan data ruang PICU NICU RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi TenggaraTahun 2015.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data menurut Setiawan (2010):
1. Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data penelitian
untuk menghindari kesalahan data.
2. Coding dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai variabel
penelitian
3. Scoring dilakukan dengan menghitung jumlah kejadian (frekuensi)
setiap kategori variabel penelitian
4. Tabulating dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian ke
dalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisis.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai penjelasan. Perhitungan setiap variabel penelitian
menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2007)
Keterangan :
33
X = Jumlah persentase variabel yang diteliti
N = Jumlah sampel penelitian
F = Jumlah responden berdasarkan variabel
K = Konstanta (100%)
I. Penyajian Data
Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel
distribusi frekuensi.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Letak Geografis
Rumah sakit Umum Bahteramas (RSU) Provinsi Sulawesi
Tenggara sejak bulan Oktober 2012 telah menempati lokasi baru
di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 50 Kecamatan Baruga Kota
Kendari. Lokasi rumah sakit sangat strategis karena mudah
dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara : BTN Teporombua
b. Sebelah Timur : POLSEK Baruga
c. Sebelah Selatan : Kantor Laboratorium
d. Sebelah Barat : Jalan Kapten Pierre Tendean
2. Lingkungan Fisik
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri diatas
tanah seluas mencapai 170.000 m2.Dari luas bangunan 54.127 m2
yang direncanakan belum semua dapat terealisasi pada tahun
2012.Semua bangunan yang telah dioperasikan mempunyai
tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Kegiatan pelayanan kesehatan
kepada pasien, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah
35
kegiatan administrasi, pengolahan makanan, pemeliharaan /
perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan lain-lain.
3. Sejarah singkat
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun
secara bertahap pada tahun anggaran 1967/1970 dengan sebutan
“Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi tipe C berdasarkan
SK Menkes Nomor51/Menkes/II/1979 tanggal 22 februari 1979.
Susunan struktur organisasi adalah berdasarkan SK Gubernur
Provinsi Sulawesi Tenggara no 77 tahun 1989 tanggal 28 Maret
1983.Pada tanggal 21 desember 1998, RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara meningkat menjadi Tipe B (non pendidikan)
sesuai dengan SK MenkesNomor 1482/Menkes/SK/1989, dan
ditetapkan dengan Perda Nomor 3 Tahun 1999 tanggal 8 Mei
1999. Kedudukan rumah sakit secara teknis berada dibawah
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara dan secara taktis
operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur.
Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu
Adminitrasi Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Perawatan dan Rekam Medis sesuai dengan
SK Dirjen Yanmed Nomor HK.00.06.3.5.139. Akreditasi 12
36
pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan
Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi,
Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar
Operasi, Pelayanan Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja sesuai dengan SK Dirjen Yanmed Nomor
HK.00.06.3.5.139. tanggal 31 Desember 2010.
Berdasarkan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44
Tahun 2009 dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara telah menjadi badan
Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor: 653 Tahun 2010 tanggal 15
Oktober 2010.
4. Fasilitas pelayanan Kesehatan
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:
a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan yakni Poliklinik Umum,
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Kesehatan Anak, Poliklinik
Bedah, Poliklinik Jantung, Poliklinik Saraf, Poliklinik THT,
Poliklinik Mata, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Poliklinik Gizi, Instalasi
Rehabiliasi Medik, Instalasi Gawat Darurat.
37
b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap yakni Kesehatan Anak,
Kebidanan dan Kandungan, NICU/PICU, VIP dan ICU.
c. Pelayanan Penunjang Medik yakni Patologi Klinik, Patologi
Anatomi, Radiologi dan Farmasi/Apotek.
B. Hasil Penelitian
Data penelitian diperoleh dari register bayi tahun 2015 di ruang PICU
NICU RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara sbb :
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Umur Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Umur Ibu Frekuensi Persentase
<20 tahun 17 18,48
20-35 tahun 68 73,91
>35 tahun 7 7,60
Total 92 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 1 umur ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah di
RSU BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebagian besar
pada umur 20-35 tahun (73,91%).
38
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Bekerja 3 3,26
Tidak Bekerja 89 96,74
Total 92 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 2pekerjaan ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebagian besar
adalah ibu yang tidak bekerja (96,74%).
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Paritas Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Paritas Frekuensi Persentase
P I 34 36,95
P II 31 33,70
P III 10 10,87
≥PIV 17 18,48
Total 92 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3 paritas ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah di
RSU BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 paling banyak
adalah paritas I (36,95%).
39
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Umur Kehamilan Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Umur Kehamilan Frekuensi Persentase
Preterm 62 67,40
Aterm 30 32,60
Posterm 0 0
Total 92 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4 Umur kehamilan ibu yang melahirkan bayi berat lahir
rendah di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 paling
banyak adalah preterm (67,40%).
C. Pembahasan
1. Umur Ibu
Kejadian BBLR di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2015 berjumlah 92 kasus, kejadian BBLR mayoritas terjadi pada ibu
umur 20-35 tahun berjumlah 68 (73,91%). Mayoritas responden penelitian
dalam menjalani fungsi reproduksi hamil dan melahirkan berada dalam
kurun usia reproduksi sehat namun risiko mengalami komplikasi yaitu
kelahiran BBLR.
Ibu yang mengalami BBLR pada usia <20 tahun sebanyak 17
(18,48%) dan pada ibu dengan usia >35 tahun sebanyak 7 (7,60%). Pada
ibu dengan umur <20 tahun perkembangan organ reproduksi belum
optimal sehingga memungkinkan untuk terjadinya komplikasi, sedangkan
40
ibu umur >35 tahun risiko mengalami komplikasi juga meningkat karena
perubahan pada pembuluh darah dan fungsi tubuh selama hamil
sehingga mempengaruhi peredaran darah ke janin dan keadaan rahim,
sehingga berdampak pada sirkulasi nutrisi dan oksigen ke janin sebagai
risiko terjadinya BBLR (Manuaba 2010).
Kejadian BBLR pada kelompok usia reproduksi sehat
dimungkinkan adanya faktor lain paritas, pekerjaan, status gizi bahkan
umur kehamilan ibu. Pada ibu dengan status gizi kurang walaupun berada
dalam kurun usia reproduksi sehat menjalani kehamilan jika kebutuhan
gizi tidak terpenuhinya untuk pertumbuhan janin maka akan berdampak
terhadap berat badan lahir bayi (Amalia, 2011).
2. Pekerjaan
Ibu yang melahirkan BBLR berdasarkan data RSU Bahteramas
tahun 2015 tercatat 96,74% sebagai ibu yang tidak bekerja artinya ibu
yang menjalani tugas utama sebagai ibu rumah tangga (IRT). Hasil
penelitian yang sama juga dilakukan oleh Amalia (2011) dari 140 ibu yang
melahirkan BBLR ditemukan 123 ibu (87,89%) adalah sebagai Ibu Rumah
Tangga.
Tugas sebagai ibu rumah tangga banyak melibatkan pekerjaan
fisik diantaranya mengasuh anak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
memasak dan lain sebagainya.Pekerjaan yang berat tanpa istirahat yang
cukup meningkatkan risiko terjadinya BBLR.. Kerja fisik saat hamil
dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari mempunyai hubungan
bermakna dengan kematian neonatal(Manuaba, 2010).
41
3. Paritas
Kejadian BBLR di RSU Bahteramas tahun 2015 banyak terdapat
pada ibu dengan paritas I (satu) sebanyak 36,95%. Hasil penelitian yang
dilakukan sama dengan penelitian Ita (2013) di RSUD R.A Kartini Jepara
pada tahun 2011 sebagian besar adalah bayi yang dilahirkan ibu
primipara sebanyak 73orang (53%) sedangkan yang paling sedikit terjadi
dilahirkan oleh ibu dengan grande multipara (paritas 4 atau lebih) yaitu
sebanyak 27 orang (19%) Sedangkan untuk ibumultipara yaitu sebanyak
39 orang (28%).
Risiko komplikasi kehamilan meningkat pada ibu dengan paritas 1
dan ≥4 (grandemultipara), risiko yang dapat timbul seperti gangguan
pertumbuhan janin, asfiksia dan bayi imatur. Grandemultipara merupakan
faktor predisposisi timbulnya jaringan fibriotik pada vili choriolis plasenta
sehingga memudahkan terjadinya perdarahan antepartum, gangguan
plasenta sehingga transportasi makanan dan oksigen dari ibu ke janin
terganggu (Shah& Ohlsson, 2002). Manuaba (2010) risiko terjadinya
BBLR meningkat pada ibu dengan paritas 1 kemudian menurun pada
paritas 2atau 3, selanjutnya meningkat kembali pada paritas 4 dan
selanjutnya.
4. Umur Kehamilan
Umur kehamilan ibu yang melahirkan BBLR di RSU Bahteramas
pada tahun 2015 paling banyak dengan kehamilan preterm (67,40%)
sedangkan yang aterm (32,60%). Persalinan yang aman adalah
persalinan yang cukup bulan (aterm) berkisar umur kehamilan antara 37-
42
42 minggu.Usia kehamilan <37 atau >42 minggu berisiko mengalami
komplikasi termasuk kelahiran BBLR. Bayi Berat Lahir Rendah sebagian
besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik sehingga risiko
kesakitan dan kematian meningkat (Varney, 2007). Secara umum bayi
BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(premature) dan dismatur. Dismatur artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan lebih 38 minggu) tapi berat badan lahir lebih kecil dari masa
kehamilan tidak mencapai 2500 gr.
Hasil penelitian yang oleh Leonardo (2011) di Semarang
menunjukkan ada hubungan antara usia kehamilan ibu dengan kejadian
BBLR. Ibu dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36 minggu atau
kurang dari 37 minggu berisiko melahirkan bayi BBLR.
Hasil penelitian yang dilakukan Rahmi (2013) usia kehamilan ibu
yang melahirkan BBLR sebanyak 48 orang nilai rata-rata usia kehamilan
adalah 35 minggu sedangkan usia kehamilan yang melahirkan BBLN
sebanyak 53 orang dengan nilai rata-rata usia kehamilan adalah 37.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kejadian BBLR sebagian besar terjadi pada ibu umur 20-35 tahun
sebanyak 73,91%.
2. Kejadian BBLR sebagian besar terjadi pada ibu yang tidak bekerja
sebanyak 96.74%.
3. Kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas I
sebanyak 36,95%.
4. Kejadian BBLR sebagian besar terjadi pada ibu dengan umur
kehamilan preterm sebanyak 67,40%.
B. Saran
1. Pelayanan antenatal care sebaiknya diberikan sesuai dengan
standar dengan menekankan prinsip bahwa setiap ibu hamil
berisiko.
2. Upaya meningkatkan pengetahuan ibu melalui informasi dan
edukasi sehingga diharapkan ibu mempunyai perilaku yang baik
dalam perawatan kehamilan untuk menghasilkan janin yang lebih
baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang
serupa dengan penelitian ini agar menambah jumlah variable dan
sampel penelitian sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Amalia L. 2011. Faktor Risiko Kejadian BBLR di RSU MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo. JurnalSainstekVol 6 No.3 Nopember 2011. Universitas Negeri Gorontalo
Atikah. 2011. Anemia dalam Kehamilan. Yogyakarta.Nuha Medika
Departemen Kesehatan. 2005. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga.Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2013. Laporan Pencapaian Indikator Impres 1 tahun 2013 (B12).
Dian. 2012. Faktor penyebab BBLR. http://siti-yulaidah.blogspot.co.id/Diakses 29 Februari 2016.
Ita, R. 2013. Hubungan Paritas dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) RSUD R.A Kartini Jepara.Jurnal Kesehatan dan Budaya Volume 4 No. 1, Maret 2013.ISSN : 1907-1396
Karawati. 2007. “Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Rumah Sakit RSUD kota Bandung Tahun 2007”. Jurnal Media Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. No.10, 2-17.
Leonardo. 2011. Perbedaan Luaran Janin pada Persalinan Preterm Usia Kehamilan 34-36 Minggu dengan dan tanpa Ketuban Pecah Dini. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran : Universitas Diponegoro.
Manuaba IBG, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Maulinda. 2013. Faktor - faktor yang berhubungan dengan Kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Tahun 2013. Skripsi :Stikes Ngudi Waluyo
NartonoKadri. 2008. Jika Buah Hati Lahir Lebih Dini .http :www.tabloid-nakita.com/artikel. diakses 7 November 2015
Notoatmodjo S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
NurfiLaila. 2011.Faktor-faktor Resiko terjadinya BBLR di RSUD Dr. Zainoel Abidin Tahun 2011. Karya Tulis Ilmiah. Stikes Ubidayah Jurusan Kebidanan. Banda Aceh
Pantiawati I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Mulia Medika
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, 2013. Kebijakan Kesehatan Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. http://www.kebijakankesehatanindonesia.netdiakses 24 November 2015.
Rahmi, Dian SidikArsyad, Rismayanti. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di RSIA Pertiwi Makassar. Universitas Hasanuddin :FakultasKesehatan Masyarakat
Saifuddin, AB. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Shah, P. &Ohlsson, A. (2002) Literature review of low birthweight including small for gestational age and preterm birth. Toronto: public health Toronto
Sistiarani. C. 2008. Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi Pada Ibu Yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan Di RSUD Banyumas. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang
United Nations Children’s Fund and World Health Organization. 2004. Low Birthweight: Country Regional And Global Estimates. New York: UNICEF dan WHO
Varney,H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta;EGC
DATA HASIL PENELITIAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI
SULAWESI TENGGARATAHUN 2015
No NamaUmur(thn)
Pekerjaan ParitasUmur
KehamilanBBL
(gram)
1 Ny. A 20 IRT GIIPIIA0 36 mgg 1800
2 Ny. H 40 IRT GIVPIVA0 40 mgg 1800
3 Ny. K 26 IRT GIPIA0 36 mgg 1300
4 Ny. L 18 Honorer GIPIA0 36 mgg 2300
5 Ny. A 18 IRT GIPIA0 36 mgg 2300
6 Ny. N 34 IRT GVIPVIA0 36 mgg 2000
7 Ny. Y 30 IRT GIPIA0 36 mgg 2300
8 Ny. F 30 IRT GIIPIIA0 36 mgg 2000
9 Ny. S 18 IRT GIPIA0 28 mgg 1350
10 Ny. F 17 IRT GIPIA0 36 mgg 2100
11 Ny. A 20 PNS GIIPIIA0 36 mgg 1900
12 Ny.S 38 IRT GVPVA0 28 mgg 1100
13 Ny.M 28 IRT GIIIPIIIA0 36 mgg 1800
14 Ny.Wd A 25 IRT GIIPIIA0 34 mgg 2500
15 Ny.H 33 IRT GIIIPIIIA0 38 mgg 2450
16 Ny.A 36 IRT GIIPIIA0 32 mgg 1700
17 Ny.C 17 IRT GIIPIIA0 36 mgg 2100
18 Ny.S 34 IRT GIPIA0 36 mgg 2400
19 Ny. N 20 IRT GIPIA0 38 mgg 1850
20 Ny.D 28 IRT GIVPIIIAI 36 mgg 2200
21 Ny.A 22 IRT GIIPIIA0 40 mgg 1700
22 Ny.S 25 IRT GIIPIIA0 36 mgg 1900
23 Ny.Y 22 IRT GIPIA0 38 mgg 2300
24 Ny.M 30 IRT GIIPIIA0 40 mgg 1000
25 Ny.R 26 IRT GIIPIIA0 26 mgg 2400
26 Ny,L 31 IRT GIIPIIA0 36 mgg 1800
27 Ny.C 25 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1200
28 Ny.S 30 IRT GIIIPIIIA0 36 mgg 2450
29 Ny.H 25 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1200
30 Ny.H 25 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1200
31 Ny.S 33 IRT GIVPIVA0 28 mgg 1100
32 Ny.S 30 IRT GIIPIIA0 34 mgg 2200
33 Ny.H 25 IRT GIVPIVA0 36 mgg 2400
34 Ny.A 34 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1150
35 Ny.D 35 IRT GIIPIIA0 40 mgg 1900
36 Ny.M 19 IRT GIPIA0 32 mgg 2300
37 Ny.M 19 IRT GIPIA0 32 mgg 1900
38 Ny.H 43 IRT GVPVA0 26 mgg 850
39 Ny.S 19 IRT GIPIA0 40 mgg 2300
40 Ny.Y 24 IRT GIPIA0 38 mgg 2100
41 Ny.O 28 IRT GIIPIIA0 38 mgg 1700
42 Ny.S 29 IRT GIPIA0 38 mgg 2400
43 Ny.T 20 IRT GIPIA0 40 mgg 2000
44 Ny.R 33 Honorer GVPVA0 20 mgg 850
45 Ny.S 20 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1600
46 Ny.R 26 IRT GIPIA0 38 mgg 2300
47 Ny.Y 27 IRT GIPIA0 28 mgg 1100
48 Ny.V 17 IRT GIPIA0 40 mgg 2400
49 Ny.E 20 IRT GIIIPIIIA0 40 mgg 2400
50 Ny.N 28 IRT GIIIPIIIA0 32 mgg 2200
51 Ny.S 18 IRT GIPIA0 40 mgg 2000
52 Ny.F 34 IRT GVPVA0 40 mgg 2100
53 Ny.Wd K 28 IRT GIPIA0 35 mgg 1900
54 Ny.O 40 IRT GIVPIVA0 28 mgg 1900
55 Ny.N 26 IRT GIPIA0 28 mgg 1700
56 Ny.A 27 IRT GIVPIVA0 28 mgg 1800
57 Ny.T 21 IRT GIPIA0 28 mgg 2000
58 Ny.L 30 IRT GIIPIIA0 36 mgg 2000
59 Ny.S 40 IRT GIIPIIA0 36 mgg 2200
60 Ny.I 28 IRT GIIIPIIIA0 28 mgg 1900
61 Ny.K 23 IRT GIPIA0 40 mgg 2000
62 Ny.D 29 IRT GIPIA0 38 mgg 2200
63 Ny.D 25 IRT GIIPIIA0 32 mgg 2300
64 Ny.O 28 IRT GIIPIIA0 40 mgg 2000
65 Ny.M 30 IRT GIIIPIIIA0 38 mgg 2300
66 Ny.S 16 IRT GIPIA0 40 mgg 2200
67 NY.St.J 32 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1900
68 Ny.H 28 IRT GIIPIIA0 33 mgg 2300
69 Ny.I 22 IRT GIIPIIA0 38 mgg 2300
70 Ny.R 30 IRT GIIIPIIIA0 36 mgg 2400
71 Ny.R 19 IRT GIIPIAI 20 mgg 800
72 Ny.S 28 IRT GIIPIIA0 28 mgg 1700
73 Ny.N 25 IRT GIPIA0 40 mgg 2400
74 Ny.S 40 IRT GVIIPVIIA0 28 mgg 2200
75 Ny.M 28 IRT GIIPIIA0 38 mgg 2000
76 Ny.H 30 IRT GIVPIVA0 40 mgg 2200
77 Ny. W 17 IRT GIPIA0 40 mgg 2400
78 Ny.D 40 IRT GVPVA0 32 mgg 2200
79 Ny.S 35 IRT GVPVA0 40 mgg 2000
80 Ny.S 28 IRT GIIPIIA0 36 mgg 1800
81 Ny.S 28 IRT GIVPIVA0 36 mgg 1600
82 Ny.M 27 IRT GIPIA0 32 mgg 2300
83 Ny.R 37 IRT GIPIA0 20 mgg 900
84 Ny.H 18 IRT GVIPVIA0 32 mgg 1900
85 Ny.A 18 IRT GIPIA0 38 mgg 2200
86 Ny.D 19 IRT GIPIA0 40 mgg 2400
87 Ny.E 25 IRT GIPIA0 32 mgg 2200
88 Ny.S 28 IRT GIPIA0 28 mgg 1700
89 Ny.F 32 IRT GIIPIIA0 40 mgg 2000
90 Ny. U 30 IRT GIIPIIA0 27 mgg 2200
91 Ny.S 35 IRT GIIIPIIIA0 36 mgg 2200
92 Ny.S 18 IRT GIPIA0 32 mgg 1500
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Niluh Efi Sufianti
2. Tempat/Tanggal Lahir : Mulyasari, 2 Agustus 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Hindu
5. Suku/Kebangsaan : Bali / Indonesia
6. Alamat : Desa Monapa Kec. Mowila
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 2 Mowila tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 2 Landono tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 2 Konawe tamat tahun 2013
4. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan tahun
2013 sampai sekarang