ii. forensik serologi

8
Identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu, baik dalam kead ataupun mati, yang dilakukan melalui perbandingan berbagai datadariindividu yang diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu tersebu umum dapat dikatakan bahwa : 1. Pada identifikasi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sebanyak mun metode identifikasi. 2. Jika ada data yang tidak cocok, maka kemungkinan tersangka sebagai ind dapat disingkirkan (eksklusi). 3. Setiap kesesuaian data akan menyebabkan ketepatan identifikasi semakin tingg Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi individu diantaranya adalah me pemeriksaan serologi. II. Forensik Serologi Forensik serologi adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan untu darah dan cairan tubuh lainnya dalam berbagai tindak pidana. Serologi forensik melibatkan identifikasi dari berbagai tipe cairan tubuh. Salah satu jenis pemeriks identifikasi golongan darah korban dan pelaku yang dapat dideteksi mela bukti seperti bercak darah ataupun darah kering pada kasus perlukaan, pemerkosaan ataupun saliva pada kasus gigitan. 1 Perbandingan dari antigen-antigen yang ditemukan pada sel-sel darah tubuh manusia merupakan suatubuktiyang eksklusif yang dapat ditemukanuntuk mengidentifikasi seseorang. Bukti macam ini digunakan untuk mengesampingkan sese dari suatu kasus jika ditemukan hasil yang negatif. Hasil positif sendiri hanya menempatkan seseorang masuk dalam populasi individu yang memiliki antige yang sama, namun belum tentu sifatnya spesifik. 1 Sejak awal perkembanganya pemanfaatan serologi / biologi molekuler dalam b forensik lebih banyak untuk keperluan identifikasi personal (perunutan i baikpelaku atau korban.Sistem penggolongan darah (sistem ABO) pertama kali dikembangkan untuk keperluan penyidikan (merunut asal dan sumber bercak tempat kejadian). Belakangan dengan pesatnya perkembangan ilmu genetika (analisi telah membuktikan, bahwa setiap individu memiliki kekhasan sidik DNA, sehingga k sidik DNA dapat digunakan untuk menggantikan peran sidik jari, pada kasus dimana jari sudah tidak mungkin bisa diperoleh. Di lain hal, analisa DNA sang

Upload: frinidya-firman

Post on 08-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Forensik Serologi Saliva

TRANSCRIPT

Identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu, baik dalam keadaan hidup ataupun mati, yang dilakukan melalui perbandingan berbagai data dari individu yang diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu tersebut. Sebagai prinsip umum dapat dikatakan bahwa :1. Pada identifikasi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin metode identifikasi. 2. Jika ada data yang tidak cocok, maka kemungkinan tersangka sebagai individu tersebut dapat disingkirkan (eksklusi). 3. Setiap kesesuaian data akan menyebabkan ketepatan identifikasi semakin tinggi. Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi individu diantaranya adalah melalui pemeriksaan serologi.

II. Forensik SerologiForensik serologi adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan untuk menganalisis darah dan cairan tubuh lainnya dalam berbagai tindak pidana. Serologi forensik melibatkan identifikasi dari berbagai tipe cairan tubuh. Salah satu jenis pemeriksaan serologi adalah identifikasi golongan darah korban dan pelaku yang dapat dideteksi melalui suatu barang bukti seperti bercak darah ataupun darah kering pada kasus perlukaan, semen pada kasus pemerkosaan ataupun saliva pada kasus gigitan.1Perbandingan dari antigen-antigen yang ditemukan pada sel-sel darah dan cairan tubuh manusia merupakan suatu bukti yang eksklusif yang dapat ditemukan untuk mengidentifikasi seseorang. Bukti macam ini digunakan untuk mengesampingkan seseorang dari suatu kasus jika ditemukan hasil yang negatif. Hasil positif sendiri hanya terbatas untuk menempatkan seseorang masuk dalam populasi individu yang memiliki antigen serologik yang sama, namun belum tentu sifatnya spesifik.1Sejak awal perkembanganya pemanfaatan serologi / biologi molekuler dalam bidang forensik lebih banyak untuk keperluan identifikasi personal (perunutan identitas individu) baik pelaku atau korban. Sistem penggolongan darah (sistem ABO) pertama kali dikembangkan untuk keperluan penyidikan (merunut asal dan sumber bercak darah pada tempat kejadian). Belakangan dengan pesatnya perkembangan ilmu genetika (analisi DNA) telah membuktikan, bahwa setiap individu memiliki kekhasan sidik DNA, sehingga kedepan sidik DNA dapat digunakan untuk menggantikan peran sidik jari, pada kasus dimana sidik jari sudah tidak mungkin bisa diperoleh. Di lain hal, analisa DNA sangat diperlukan pada penyidikan kasus pembunuhan mutilasi (mayat terpotong potong),penelusuran paternitas (bapak biologis). Analisa serologi dalam bidang forensik bertujuan untuk:1- Uji darah untuk menentukan sumbernya (darah manusia atau hewan, atau warna dari getah tumbuhan, darah pelaku atau korban, atau orang yang tidak terlibat dalam tindak kejahatan tersebut).- Uji cairan tubuh lainnya (seperti: air liur, semen vagina atau sperma) untuk menentukan sumbernya.- Uji imonologi atau DNA individu untuk mencari identitas seseorang.2

A. Cara Pengambilan Sample SalivaSample saliva bisa didapat dari berbagai skenario dan dari berbagai macam benda seperti baju, makanan, rokok, sikat gigi, tempat minuman, gigi tiruan, perangko dan amplop. Sampel saliva untuk uji DNA bisa diambil dari bitemark atau melalui teknik buccal swab. Saliva utamanya tersusun dari air namun juga mengandung elektrolit, buffer, glikoprotein, antibodi, dan enzim. Tes awal untuk screening saliva adalah dengan mendeteksi satu kelompok enzim pada saliva yaitu enzim alpha amilase. Selain itu bisa juga dilakukan screening secara visual untuk melihat bercak saliva. Screening secara visual ini menggunakan sumber cahaya yaitu laser dan cahaya intensitas tinggi yang difilter sehingga menghasilkan satu panjang gelombang Yang menjadi target uji DNA dari sampel saliva adalah sel-sel yang terdapat didalamnya. Sel ini masuk ke saliva karena aktivitas lingkungan rongga mulut. Contohnya ada sel mukosa mulut yang tercampur dalam saliva karena aktivitas pengunyahan. Kemudian misalnya, ada sel darah putih yang didapat dari cairan sulkus gingiva saat adanya inflamasi.3

1. Bekas GigitanMetode pengambilan sampel saliva dari bekas gigitan di kulit bisa dengan metode double swabbing. Teknik ini membutuhkan dua cotton bud steril dan 3 ml air steril. Prosedurnya: Basahi satu ujung cotton bud dengan air Aplikasikan ujung cotton bud ini ke daerah dimana terdapat saliva dengan gerakan memutar dan tekanan ringan Biarkan cotton bud pertama ini mengering di lingkungan bebas kontaminasi selama paling tidak 30 menit Segera setelah swab pertama diambil, aplikasikan ujung cotton bud kedua yang kering ke daerah bekas saliva yang sudah dibasahi oleh cotton bud pertama. Gunakan gerakan memutar dan tekanan ringan Biarkan cotton bud kedua ini mengering di lingkungan bebas kontaminasi selama paling tidak 30 menit Setelah kering, kedua cotton bud dimasukkan ke satu tempat, ditutup dan ditandai Sampel bisa dikirim ke laboratorium untuk diuji

Penting selain mengambil sampel dari kulit korban, perlu juga diambil sampel dari korban sendiri untuk membedakan hasil uji. Intinya untuk membedakan apakah sampel saliva itu berasal dari korban atau dari orang lain.3

2. Air liur keringPada beberapa kasus medikolegal biasanya, air liur ditemukan dalam bentuk kering. Oleh karena itu, langkah pertama adalah untuk menentukan apakah noda kering itu adalah air liur atau noda karena bahan lainnya. Noda yang disebabkan air liur, hasil tes amylase akan positif. Prosedur pengambilan sample saliva dari air liur yang telah mengering sebagai berikut :1. Ambil sepotong bahan dari benda yang terkena noda air liur, lalu simpan di dalam tabung tes2. Masukkan 3-4 ml air salin, lalu rendam selama kurang lebih 12 jam. Lalu beri label sebagai 'Extract'.3. Dari ekstrak, 0,5 ml diambil lalu disimpan dalam tabung reaksi yang lain dan sisanya 3,5 ml disimpan dalam inkubator di 37oC selama setengah jam.4. Setelah keluar dari incubator, 0,5 ml ekstrak ditambahkan 5. Lalu tambahkan 0,75 ml asam sulfat (H2SO4) dan 0,25 ml natrium tungstat 6. Larutan ini disentrifus selama 10 menit.7. Lalu 2 ml tembaga sulfat (CuSO4) basa ditambahkan8. Larutan ini disimpan selama 10 menit dalam air mandi mendidih.9. Larutan siap untuk di periksa3

3. Mukosa oralPengambilan sampel dari mukosa mulut bisa menggunakan teknik buccal swab. Targetnya adalah sel epitel pipih berlapis (squamous epithelial cells) yang bisa diperoleh dari mukosa di bukal, namun biasanya ada sejumlah saliva yang juga terambil. Teknik buccal swab ini: Sederhana dan tidak sakit Mudah dilakukan sendiri Donor lebih nyamanPengambilan swab dilakukan dengan cotton bud steril. Pertama kita mencatat identitas donor atau memberi label nomer sampel. Pakai glove dan hindari mengkontaminasi swab. Prosedur buccal swabnya kemudian: Minta donor untuk berkumur dengan air (bila diperlukan*) Lap satu sisi mukosa bukal dengan kain kasa steril (bila diperlukan*) Aplikasikan ujung cotton bud dengan mantap di daerah mukosa 10 kali, dengan sedikit memutar ujung cotton bud setiap kali melakukan swab Ulangi langkahnya dari awal pada mukosa bukal di kontralateral Biarkan kedua swab mengering di lingkungan bebas kontaminasi selama paling tidak 30 menit Masukkan kedua swab di pembungkus, kemudian masukkan ke container yang sejuk, kering, bebas sinar UV. Sampel siap dikirim ke laboratorium4(*) Berkumur sebelum mengambil sampel bertujuan untuk mengurangi sisa makanan dan bahkan mengurangi kontaminasi dari sumber lain (bakteri atau jamur, dll). Mengelap mukosa juga membantu membersihkan debris seperti plak.(*) Jadi, berkumur dan mengelap mukosa bukal jangan dilakukan apabila korban diduga mengalami pemerkosaan dan diduga terjadi seks oral. Pada kondisi ini, pemeriksaan DNA dari buccal swab lebih bertujuan untuk mencari identitas dari si pelaku.

B. Apakah cairan tersebut adalah saliva.Pemeriksaan air liur dapat menjadi alat yang berguna dalam berbagai jenis kasus criminal, meskipun pemeriksaan air liur tidak diminta sesering pemeriksaan untuk air mani atau darah. Pemeriksaan air liur masih memiliki banyak keterbatasan, saat ini metode yang paling banyak di gunakan di laboratorium forensik untuk pemeriksaan air liur adalah deteksi amylase, enzim yang ditemukan dalam air liur.a. Phadebas Forensic Press testEnzim -amilase ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam air liur. Salah satu tes yang digunakan untuk mengidentifikasi amilase di dalam air liur menggunakan Phadebas press test, yang terdiri dari mikrosfer pati dengan pewarna biru. Dengan keberadaan amilase pati dicerna, melepaskan pewarna larut air, yang berdifusi melalui pori-pori kertas saring. Mikrosfer pati biru bergerak pada lembar kertas filter. Jika reaksi yang didapatkan sangat kuat dengan teknik Phadebas Press Tes maka ditafsirkan sebagai air liur.

Langkah-langkah pemeriksaan Phadebas Press Test :1. Tempatkan item yang akan diperiksa pada permukaan yang datar. 2. Dengan menggunakan botol semprot, basahi benda dengan air.3. Tempatkan selembar kertas Phadebas diatas item yang akan diuji, dengan sisi reagen biru kontak dengan item. Di sisi non-reagen, menulis identitas sample.4. Semprot air ke kertas Phadebas, jangan terlalu basah dan jangan terlalu kering.5. Ambil sebuah objek glass yang bersih, letakkan di atas kertas phadebas tes dan letakkan pemberat di atas kaca. Gunakan pemberat 4 kg atau lebih, untuk memastikan kontak yang baik antara item dan kertas. Selalu gunakan bobot yang sama untuk semua Pers tes.6. Mulai jalankan timer.7. Tes ini harus diamati untuk jangka waktu maksimal 40 menit. Pemeriksa mencatat waktu saat pertama kali reaksi positif. Setelah itu, catatan perkembangan tes untuk sepuluh menit pertama. Kemudian pada 30 menit berikutnya di amati dan dicatat setiap lima menit. Catatan: Jika reaksi positif yang kuat terjadi maka pengujian dapat dihentikan sebelum 40 menit, tergantung pada keadaan.8. Yang harus di perhatikan selama pemeriksaan adalah intensitas (misalnya, lemah, sedang atau kuat) amilase di setiap daerah positif yang diamati.9. Lepaskan papan kaca, lepaskan kontak kertas Phadebas dengan item.10. Tandai batas-batas dari setiap perubahan warna kertas dengan menggunakan pena yang tepat.11. Tandai juga batas-batas daerah positif pada item yang di periksa.12. Phadebas sekarang dapat digantung hingga kering. Jika hasil negatif dapat, dan hasil positif harus dipertahankan dengan item. Jika area positif diajukan untuk analisis DNA, memotong sekitar 1cm x 1cm bagian dari item dan kertas Phadebas, lalu masukkan ke dalam tabung yang telah dilabeli dengan identitas.5

b. Phadebas Forensic Tube Test.Jika diduga bahwa noda yang akan diperiksa adalah noda air liur yang lemah atau air liur dari swab, maka digunakan Phadebas tube test yang hasilnya lebih sensitif dibandingkan kertas Phadebas. Sebelumnya untuk pengambilan ekstrak air liur dari pemeriksaan swab dilakukan prosedur pemeriksaan yang terpisah. Air liur dari prosedur ekstraksi kemudian dapat diuji dengan menggunakan Phadebas tube di bawah ini.

Langkah-langkah pemeriksaan Phadebas Forensic Tube :1. Siapkan 1 tabung untuk saliva dan 1 tabung untuk control.2. Ekstraksi sampel: Bercak Air liur: Potong sebagian kecil dari bercak dan pindahkan ke tabung steril (kira-kira 3x3 mm.) Tambahkan 0,5-1 ml air suling steril dan rendam selama 1 menit. Biarkan di dalam shaker selama 30 detik.3. Teteskan 0,5-1 ml ekstrak dari bercak atau swab ke dalam tabung lain.4. Tambahkan 1 (satu) tablet Phadebas untuk masing-masing tes dan kontrol tabung.5. Tambahkan 1 ml air salin steril ke sampel dan kontrol tabung lalu masukkan kembali kedalam shaker.6. Inkubasi tabung pada suhu 37 C selama 30 menit. 7. Centrifuge tabung pada 10.000 g selama 1 menit.8. Reaksi amilase positif akan menghasilkan cairan berwarna biru, kepekekatan warna tergantung pada konsentrasi amilase. Reaksi negatif akan menghasilkan cairan yang jernih.6

c. Starch Iodine Radial Diffusion Gel Test

Langkah-langkah pemeriksaan Starch Iodine Radial Diffusion Gel :

Sebelumnya disiapkan control positif dan control negative untuk interpretasi hasil pemeriksaan :a. Kontrol Positif : Air liur cair segar yang dikenal (pengenceran 1/500 di H2O)b. Kontrol Negatif : Air Salin

1. Buat sumur bebentuk lingkaran di cawan petri menggunakan pipet, dengan jarak 1,5 cm antar sumur sampel (sample kontrol positif, sample kontrol negatif dan sample yang diperiksa)2. Teteskan sampel yang akan diperiksa sebanyak 4 ml dalam cawan petri dengan menggunakan pipet.3. Tutup cawan petri dan masukkan dalam inkubator pada suhu 37 C selama 6 jam.4. Tetesi larutan yodium yang telah diencerkan 1:50 ke atas cawan ke dalam masing-masing sumur sampel. Kemudian bilas dengan air.5. Lingkaran jelas di sekitar sumur menunjukkan bidang kegiatan amilase. Diameter lingkaran yang jelas sebanding dengan akar kuadrat dari konsentrasi amilase. Catat diameter dan hasil dalam catatan. Interpretasi :- Sebuah tes positif jika : Ukuran cincin sama atau lebih besar dibanding ukuran kontrol positif. Ukuran cincin kurang dari kontrol positif tapi lebih besar dari kontrol negatif.- Sebuah hasil negatif adalah tidak adanya cincin yang jelas. 7

d. SALIGaE TestPemeriksaan Saligae digunakan untuk menentukan adanya air liur di dalam sebuah sample yang ditemukan di TKP. Dalam prosedur ini, sejumlah kecil sampel ditambahkan ke botol tes yang mengandung larutan tidak berwarna. Jika air liur terdapat di dalam sample tersebut, maka cairan yang tidak berwarna tersebut akan berubah menjadi kuning. 8

Prosedur SALIGaE Tes sebagai berikut :1. Tempatkan sekitar 5mm2 potongan atau 1/2 dari swab yang di ambil di tkp kedalam 1,5ml tabung microcentrifuge steril.2. Masukkan 30 ml - 50 ml air deionisasi steril ke dalam tabung.3. Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar.4. Biarkan botol hangat pada suhu kamar.5. Hapus gelembung dari tabung test dengan menekan botol secara lembut.6. Tambahkan 8 ml sampel ke botol uji7. Mix lembut8. Baca hasil setelah 10 menit.9. Perubahan warna kuning menunjukkan hasil yang positif. Tidak ada perubahan warna menunjukkan hasil negatif. Hasil negatif menunjukkan bahwa tidak ada air liur saat ini atau di bawah batas deteksi tes.8

C. Apakah Cairan Tersebut Berasal Dari Manusia Atau Hewan.Saliva merupakan komponen tubuh yang dapat dihasilkan oleh berbagai mammalia, termasuk manusia. Komponen penting yang membedakan saliva manusia adalah adanya enzim -amylase, yang dihasilkan oleh kelenjar air liur dalam jumlah besar pada manusia. Berbagai pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi enzim ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.9Selain pemeriksaan langsung terhadap enzim yang terdapat pada saliva, terdapat pemeriksaan khusus yang memeriksa antibody. Pemeriksaan tersebut adalah immunochromatographic assay yang menggunakan dua antibody monoclonal yang spesifik khusus untuk saliva -amylase manusia. Jadi antibody tersebut khusus hanya untuk saliva manusia dan tidak untuk saliva dari hewan atau mammalia lainnya.9Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk membedakan saliva manusia dengan lainnya adalah pemeriksaan pH. pH saliva manusia berkisar antara 6.5 sampai 7.5. Hal ini berbeda dengan pH saliva hewan lainnya seperti anjing yang berkisar 8.5 sampai 8.65. Berbeda dengan anjing, pH yang lebih tinggi memungkinkan untuk efek dari lisozim hipocyanite dan peroxidase yang 3 kali lebih tinggi sehingga lebih bersifat antibacterial. Ratio Ca:P pada manusia berkisar 0.5 (0.05-1.9), dimana jauh lebih rendah pada anjing yaitu 9.9. 10