web viewalkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas ......
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua
di dunia setelah Brazil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya
keanekaragaman sumber daya alam hayati yang dimiliki Indonesia yang
berpotensi menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi yang
berkelanjutan (green economy). Salah satu bidang yang cukup menjajikan
yakni bidang pertanian.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati dapat berupa pemanfaatan mikroorganisme
dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan
tempe atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Selama proses budidaya tanaman terdapat beberapa kendala yang selalu
menyertai seperti keberadaan hama pengganggu. Kendala tersebut dapat
diatasi dengan pemberian pestisida pada tanaman. Terdapat beberapa jenis
pestisida yang lazim digunakan, salah satunya adalah pestisida nabati yang
dinilai ramah lingkungan karena berasal dari bahan dasar tanaman.
Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida
kimia.
Berbagai bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida nabati
diantaranya adalah tanaman sirsak dari famili Annonaceae. Pestisida nabati
daun sirsak efektif mengendalikan hama trips. Apabila pestisida daun sirsak
ditambahkan dengan bahan lain seperti daun tembakau, jeringau ataupun
bawang putih akan efektif pula mengendalikan hama belalang, ulat ataupun
wereng coklat.
1
1.2. Rumusan Praktikum
Pada percobaan kali ini dapat ditarik rumusan praktikum tentang berapa
konsentrasi larutan pestisida nabati daun sirsak yang tepat untuk
menanggulangi hama belalang?
1.3. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui metode pengolahan pestisida nabati daun sirsak untuk
menanggulangi hama belalang.
b. Membuat pestisida nabati daun sirsak yang ramah lingkungan.
1.4. Manfaat Praktikum
a. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang pestisida nabati daun sirsak.
b. Mahasiswa mampu membuat pestisida nabati daun sirsak sebagai
penanggulangan hama belalang yang ramah lingkungan.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pestisida Nabati
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikroba yang dianggap mengganggu. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, larutan atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida.
Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida nabati
cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama
tanaman komersial. Pestisida nabati pun dapat menjamin keamanan
ekosistem. Dengan pestisida nabati, mayoritas hama hanya terusir dari
tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida nabati
dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari
ketergantungan pada pestisida kimia.
Penggunaan pestisida nabati harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan
kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida nabati yang disemprotkan ke
tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus
diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama(Sudarsono.
2006).
Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya
untuk dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman famili Meliaceae
3
(misalnya nimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae,
Labiateae, dan Canellaceae.
Prinsip kerja pestisida nabati ada tiga yaitu menghambat, merusak, dan
menolak. Cara kerja pengendaliannya bisa melalui perpaduan beberapa cara
ataupun cara tunggal. Berikut adalah beberapa mekanisme kerja pestisida
nabati dalam melindungi tanaman dari organisme pengganggu:
a. Menghambat proses reproduksi serangga hama
b. Mengurangi nafsu makan
c. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa, sehingga
perkembangbiakan serangga hama dapat dihambat
d. Menghambat pergantian kulit
Dalam upaya pengembangan pestisida nabati tersebut, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah (i) mudah didapat, bahan baku cukup tersedia,
berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin; (ii) mudah dibuat, sederhana
dan dalam waktu yang tidak lama; (iii) kandungan senyawa pestisida harus
efektif pada kisaran 3-5% bobot kering bahan; (iv) selektif; (v) bahan yang
digunakan bisa dalam bentuk segar atau kering; (vi) efek residunya singkat,
tetapi cukup lama efikasinya; (vii) sedapat mungkin pelarutnya air (bukan
senyawa sintetis); (viii) budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu
optimal; (ix) tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit; (x) bersifat
multiguna.
2.2. Tanaman Sirsak
Tanaman sirsak memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
4
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Tanaman Annona muricata (sirsak) mengandung zat toksik bagi serangga
hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan
mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang terkandung pada
daun sirsak. Disamping itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga
terhambat, mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak) (Gruber
dan Karganilla, 1989).
Tanaman sirsak (Annona muricata L) cukup potensial untuk digunakan
sebagai bahan pestisida nabati. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa
acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi
tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewan sebagai anti feedent.
Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun
perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Hartati, Z.
2002). Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 30–32 rantai
karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai
furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik,
dan derivat acetogenin yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin, bulatacin,
dan squamocin (Kardinan, A. 2000).
5
Gambar 1. Tanaman sirsakSumber: bsmtestpage.blogspot.com, 2011.
Kematian larva yang diakibatkan oleh pestisida nabati daun sirsak
memperlihatkan indikasi tidak sempurnanya proses ekdisis terbukti dengan
adanya sejumlah larva yang gagal melepaskan kutikula lamanya. Larva yang
mengalami gejala ini lama-kelamaan akan mati dengan memperlihatkan
gejala kematian akibat pengaruh simultan dari toksisitas larutan, kelaparan
dan gagal melepaskan proses ganti kulit, terlihat adanya larva menjadi
mengecil dan berwarna gelap (Gionar, 2004).
Hama sasaran pestisida nabati dari sirsak diantaranya adalah:
a. Macam-macam aphis
b. Wereng coklat (Nilaparvata)
c. Kutu sisik hijau (Coccus viridis)
d. Macam-macam ulat
e. Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis)
f. Kepik hijau
g. Hama kapas (Dysdercus koeniglii)
h. Hama trips
2.3. Kandungan Daun Sirsak
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin,
bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin
memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama
tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya.
Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa
mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Pestisida
nabati daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang
dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000).
Kandungan kimia daun sirsak:
a. Alkaloida
Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang
terbesar. Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian
dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang
6
menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan
(Harborne, 1987).Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam
skrining fitokimia untukmendeteksi alkaloida sebagai pereaksi
pengendapan yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi
Dragendorff (Farnsworth, 1966).
b. Flavonoida
Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai
angiospermae.Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam
bagian vegetatif maupun dalam bunga.Pigmen bunga flavonoida
berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk
bunga.Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur
tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja
terhadap serangga (Robinson, 1995).
c. Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang
menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin tersebar
luas diantara tanaman tinggi.Saponin merupakan senyawa berasa pahit,
menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap
selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang
menimbulkan busa jika dikocok.Dalam larutan yang sangat encer saponin
sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin
telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun
(Robinson,1995: Gunawan, et al, 2004).
d. Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam
golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa
sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit.Tanin terdapat luas
dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).
Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh
pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat.Salah satu fungsi tanin
7
dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan
(herbivora) (Harborne, 1987).
e. Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan
gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula
disebut aglikon atau genin (Gunawan, et al, 2002).Klasifikasi
(penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan
dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari
aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan,
misalnya tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Hampir semua glikosida
dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisis
dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam
tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta
glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase
(Anonimc, 2010).
f. Glikosida Antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon.Beberapa
antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar.
Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae,
Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya berupa senyawa
kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini
biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai
coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah
(Robinson, 1995).
g. Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna,
berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang
banyak digunakan ialah reaksi Liebermann – Burchard (asam asetat
anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol
8
memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka
dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren (Harborne, 1987).
Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini
makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan
tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang
berasal dari tumbuhan.Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada
tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol
(Harborne, 1987).
Beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida.
Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia
annonain.Bijinya mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak
dan racun perut.Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan
antifeedant.
Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin
antara lain akan bersifat asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi
tinggi, senyawa acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga
menyebabkan serangga tidak mau makan.Pada konsentrasi rendah bersifat
racun perut dan dapat menyebabkan kematian.Senyawa acetogenin
bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui
menghambat kerja enzim NADH – ubiquinone reduktase yang diperlukan
dalam reaksi respirasi di mitokondria.
2.4. Karakteristik dan Kandungan Daun Tembakau
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman
genus Nicotiana.Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida,
dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat.Tembakau
dicirikan dengan keadaan tanaman yang kokoh dan besar dengan ketinggian
tanaman sedang, daunnya tipis dan elastis, bentuk daun bulat lebar,
bermahkota slinder dan daunnya berwarna cerah.
Deskripsi morfologi tembakau adalah sebagai berikut:
Habitat : Semak, semusim, tinggi ± 2 m
9
Batang : Berkayu, bulat, berbulu, diameter ± 2 cm, hijau
Daun : Tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runing, pangkal
tumpul 20-50 cm, lebar 2-30 cm, tangkai panjang 1-2 cm, hijau
keputih-putihan.
Bunga : Majemuk, tumbuh di ujung batang, kelopak bungan berbulu,
benangsari lima, kepala sari abu-abu, kepala putik satu, mahkota
berbentuk terompet berwarna merah muda.
Buah : Kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat
Biji : Kecil, coklat
Akar : Tunggang, putih
Daun tembakau mengandung alkaloida, saponin, flavonida dan politenol
dan mengandung zat alkaloid nikotin yang sangat ampuh untuk membasmi
serangga.Zat ini juaga digunakan sebagai bahan utama insektisida.
Tembakau dikenal sebagai salah satu jenis tanaman penghasil pestisida
nabati dengan bahan aktif nikotin. Bahan aktif yang berperan dalam
mengendalikan serangga hama adalah senyawa nikotin dan turunannya antara
lain alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya. Senyawa ini
bekerja sebagai racun kontak, racun perut dan fumigan.Daun tembakau kering
mangandung 2-8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi
sangat cepat. Nikotin bertindak sebagai racun kontak untuk hama.
2.5. Hama Belalang
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga
pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu.Tumbuhan tidak selamanya
bisa hidup tanpa gangguan.Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh
binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat
disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya.
Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa
contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordoOrthoptera. Serangga ini memiliki antena yang
10
hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan. Salah satu jenis belalang yang sering menjadi pengganggu pertumbuhan tanaman adalah belalang kembara (Locusta migratoria manilensis).
Kerusakan dan kerugian yang ditimbulakan olah hama belalang kembara
sangat bervariasi diikuti dengan peningkatan populasi yang tinggi. Belalang
ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk kelompok yang besar dan
suka berpindah tempat (bermigrasi), sehingga dalam waktu yang singkat
dapat menyebar pada areal yang luas.Kelompok yang bermigrasi dapat
memakan tumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan.Perilaku
makan belalang kembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari
sampai malam dan pada pagi hari sebelum terbang. Kelompok nimfa yang
bermigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilokasi selama dalam perjalanan.
Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok
Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu alang-alang, gelagah dan berbagai
jenis rumput.Selain itu belalang dapat memakan daun kelapa, bambu, kacang
tanah, petsai, sawi, kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain
kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubikayu, tomat, ubi jalar dan kapas.
11
2.6. Keuntungan dan Kelemahan Daun Sirsak sebagai Pestisida Nabati
Pestisida nabati memiliki berbagai macam keuntungan. Menurut Stoll
(1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai
sifat yang lebih menguntungkan yaitu:
a. Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi
b. Tidak mempunyai dampak merugikan bagi musuh alami hama
c. Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua
d. Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak
e. Tidak merusak lingkungan
f. Tidak merusak persediaan air tanah dan air permukaan
g. Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia
h. Biaya dapat lebih murah.
Di samping itu, pestisida nabati juga memiliki beberapa kelemahan,
yaitu:
a. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka
waktu yang cepat
b. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi
hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat
mendekati tanaman budi daya
c. Mudah rusak dan tidak tahan terhadap matahari
d. Perlu dilakukan penyemprotan berulang. Hal ini tentu saja kurang efektif
dan efisien.
12
Gambar 2. Belalang kembaraSumber:saungurip.blogspot.com, 2012
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancang Bangun
Praktikum pembuatan pestisida nabati daun sirsak ini menggunakan
metode eksperimen.Perlakuan terdiri dari 4 macam yaitu tanaman sawi di pot
pertama sebagai kontrol, pot kedua disemprot larutan pestisida nabati daun
sirsak konsentrasi 25%, pot ketiga dengan konsentrasi 50% dan pot keempat
terkonsentrasi 75%. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Pada tiap tanaman sawi setelah disemprot diberi belalang kemudian
ditutup dengan kerangka kasa yang memiliki ventilasi udara. Pengamatan
dilakukan setiap hari (selama tiga hari) terhadap serangan belalang dan
efektivitas pestisida. Dilakukan penghitungan prosentase pada hari terakhir
pengamatan. Setelah itu, akan kita lihat jumlah belalang yang mati setelah
perlakuan penyemprotan pestisida nabati.
Tabel 1. Respon belalang setelah penyemprotan
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Kontrol
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 50%
13
Gambar 3. Tanaman sawiSumber: blog.ub.ac.id , 2012.
Konsentrasi 75%
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum pembuatan pestisida nabati
daun sirsak adalah sebagai berikut:
a. Blender : Untuk menghaluskan daun sirsak
b. Gunting : Untuk memotong daun sirsak
c. Gelas Ukur : Untuk mengukur konsentrasi larutan
d. Saringan (kain) : Untuk menyaring hasil blender
e. Corong : Mempermudah memasukkan larutan ke dalam botol
f. Tempat larutan : Sebagai tempat penyimpanan larutan, bisa memakai
botol
g. Kerangka jaring : Untuk membatasi jarak terbang belalang
h. Sprayer : Untuk menyemprotkan larutan ke tanaman sawi
i. Pot : Tempat pemindahan tanaman sawi dewasa
j. Stapler : Untuk mengaitkan jaring untuk dojadikan kerangka
jaring
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Daun sirsak 100 lembar (175 gr)
b. Daun tembakau 25 gr
c. Air 1000 mL
d. Hama belalang kembara 8 ekor
e. Tanaman sawi
14
Gambar 4. Lembaran daun sirsakSumber: obatacemaxs.web.id, 2013.
(Sumber :Ae_yhunt, 2012)
3.3. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan tanaman uji coba:
1) Membeli tanaman sawi di petani
2) Memindahkan sawi ke pot
3) Meletakkan di tempat yang terkena sinar matahari
4) Menyiram setiap pagi hari
5) Menutup tanaman sawi dengan menggunakan kerangka jaring
b. Pembuatan pestisida nabati daun sirsak:
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Memotong 100 lembar daun sirsak dan 25 gr daun tembakau kering
dengan menggunaangunting
3) Memasukkan seluruh potongan daun sirsak dan daun tembakau ke
dalam blender
4) Memasukkan air ke dalam blender
5) Menghaluskan dengan blender
6) Menyaring hasil campuran daun sirsak, daun tembakau, dan air lalu
memasukkan ke dalam botol
7) Menutup botol dan mendiamkan selama 1 minggu
(Tujuan didiamkan adalah agar terjadi fermentasi dan pengendapan
larutan. Semakin busuk, semakin ampuh larutan)
8) Setelah 1 minggu, melakukan pengenceran larutan pestisida dengan
konsentrasi berbeda
9) Memasukkan hasil larutan ke dalam gelas ukur sebanyak:
Konsentrasi 25% (larutan 25 ml dan air 75ml)
Konsentrasi 50% (larutan 50 ml dan air 50 ml)
Konsentrasi 75% (larutan 75 ml dan air 25 ml)
10) Setelah bahan tercampur rata, masukkan tiap larutan yang telah diukur
konsentrasinya ke dalam sprayer
11) Mengaplikasikan / menyemprotkan ke tanaman budidaya (sawi)
15
c. Menyiapkan hama:
1) Menangkap hama belalang di sawah
2) Meletakkan 2 ekor belalang ke setiap tanaman sawi yang telah ditutup
dengan kerangka jaring
3.4. Lokasi Praktikum
1) Pembuatan larutan pestisida nabati daun sirsak dan tembakau di rumah
salah satu anggota kelompok, yaitu di Griya Mapan Sentosa EJ-42
Sidoarjo.
2) Peletakan, penyiraman, dan pengaplikasian pestisida nabati pada tanaman
sawi serta pembuatan kerangka jaring dilakukan di asrama putri Kampus
C Universitas Airlangga Surabaya.
3.5. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Tabel 2. Time Schedule Praktikum
No. Waktu Kegiatan1. 27 Maret 2013 Persiapan alat
2. 31 Maret 2013 Pengambilan daun sirsakPembelian daun tembakau kering
3. 10 April 2013Pembuatan pestisida nabati daun sirsakPembelian tanaman sawi
4. 11 April 2013 Pembelian pot5. 11 April 2013 Pemindahan tanaman sawi ke pot6. 12 April 2013 Pembelian jaring / net7. 14 April 2013 Penangkapan belalang8. 16 April 2013 Pembuatan kerangka jaring
9. 17 April 2013 Memasukkan belalang ke tanaman sawi
10. 17-19 April 2013
Penyemprotan pestisida nabati ke tanaman sawiMengamati serangan belalang dan efektivitas pestisida
16
3.6. Rincian Biaya
Pot Rp 5.000,00
Daun tembakau 1 ons Rp 6.000,00
Jaring Rp 40.000,00
Kerangka kawat Rp 10.000,00
Tanaman sawi Rp 20.000,00
Total Rp 81.000,00
17
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 1. Respon belalang hari pertama setelah penyemprotan (Rabu, 17 April
2013)
PERLAKUAN ULANGAN I(7-8 kali)
ULANGAN II(7-8 kali)
ULANGAN III(7-8 kali)
KONTROL
-2 belalang hinggap di daun-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di daun-Daun dimakan
-2 belalang hinggap di daun-Daun dimakan
KONSENTRASI 25%
-1 belalang hinggap di jaring, 1 di daun-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
KONSENTRASI 50%
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
KONSENTRASI 75%
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
Tabel 2. Respon belalang hari kedua setelah penyemprotan (Kamis, 18 April
2013)
PERLAKUAN ULANGAN I(7-8 kali)
ULANGAN II(7-8 kali)
ULANGAN III(7-8 kali)
KONTROL-2 belalang hinggap di daun-Daun dimakan
-2 belalang hinggap di daun-Daun dimakan
-2 belalang hinggap di daun-Daun dimakan
KONSENTRASI 25%
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-1 belalang hinggap di jaring, 1 di daun-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
KONSENTRASI -2 belalang -2 belalang -2 belalang
18
50%hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
KONSENTRASI 75%
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-Daun tidak dimakan
Tabel 3. Respon belalang hari ketiga setelah penyemprotan (Jumat, 19 April
2013)
PERLAKUAN ULANGAN I(7-8 kali)
ULANGAN II(7-8 kali)
ULANGAN III(7-8 kali)
KONTROL-2 belalang di jaring-daun dimakan
-2 belalang di jaring-daun dimakan
-2 belalang di daun-daun dimakan
KONSENTRASI 25%
-2 belalang di jaring-daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-daun tidak dimakan
-1 belalang hinggap di daun, 1 di jaring-daun tidak dimakan
PERLAKUAN ULANGAN 1 ULANGAN II ULANGAN III
KONSENTRASI 50%
-1 belalang hinggap di batang, 1 di jaring-daun tidak dimakan
-1 belalang hinggap di batang, 1 di jaring-daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-daun tidak dimakan
KONSENTRASI 75%
-1 belalang hinggap di daun, 1 di jaring-daun tidak dimakan
-1 belalang hinggap di daun, 1 di jaring-daun tidak dimakan
-2 belalang hinggap di jaring-daun tidak dimakan
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan adalah dengan cara melihat respon belalang
setelah dilakukan penyemprotan pestisida nabati pada tanaman sawi. Belalang
yang digunakan praktikum merupakan jenis belalang yang memang suka
mengkonsumsi tanaman sawi, yaitu belalang kembara. Frekuensi
penyemprotan tanaman sawi adalah sekitar 7-8 kali penyemprotan hingga
seluruh permukaan daun telah merata disemprot dengan pestisida nabati.
19
Pada hasil pengamatan pertama, yaitu pada hari pertama penyemprotan,
terlihat bahwa belalang pada perlakuan kontrol hinggap di daun pada semua
ulangan, namun daun baru dimakan oleh belalang pada ulangan kedua dan
ketiga. Pada ulangan pertama perlakuan kontrol, kemungkinan belalang tidak
atau belum memakan daun sawi dikarenakan belalang baru diletakkan di daun
sawi. Belalang masih beradaptasi dengan lingkungan barunya (di dalam
jaring), sehingga setelah 3 jam atau pada ulangan kedua baru terlihat belalang
mau memakan daun sawi. Perlakuan kedua yaitu konsentrasi 25% terlihat
belalang hinggap di jaring, hanya sekali terlihat hinggap di daun yaitu pada
ulangan pertama, dan satu lagi di jaring. Perlakuan ketiga yaitu konsentrasi
50% pada tiap ulangan belalang hinggap di jaring. Konsentrasi 75%, pada
semua ulangan belalang hinggap di jaring. Dari semua perlakuan 25%, 50%,
dan 75% tidak ada daun yang dimakan oleh belalang.
Pada hasil pengamatan kedua, yaitu pada hari kedua penyemprotan.
Pada perlakuan kontrol belalang hinggap di daun dan daun juga dimakan pada
setiapa ulangan. Pada konsentrasi 25% semua belalang ada di jaring pada
ulangan satu dan tiga. Pada ulangan kedua, satu belalang ada di daun, dan
satu lagi di jaring. Pada konsentrasi 50%, belalang pada semua ulangan
hinggap di jaring. Pada konsentrasi 75%, semua belalang ada di jaring. Tidak
ada daun yang dimakan oleh belalang pada perlakuan konsentrasi 25%, 50%,
dan 75%.
Pada hasil pengamatan ketiga, yaitu pada hari ketiga penyemprotan.
Belalang yang ada pada perlakuan kontrol pada ulangan pertama dan kedua
ada di jaring, sementara pada ulangan ketiga kedua belalang ada di daun dan
sedang makan daun. Jadi, pada perlakuan kontrol daun dimakan belalang
pada setiap ulangan. Pada konsentrasi 25% belalang hinggap di jaring pada
ulangan pertama dan kedua. Sementara pada ulangan ketiga, satu belalang
ada di daun, dan satu lagi di jaring. Namun tetap tidak ada daun yang
dimakan. Konsentrasi 50% pada ulangan pertama dan kedua, satu belalang
ada di batang tanaman dan satunya lagi di jaring. Sementara pada ulangan
ketiga, kedua belalang ada di jaring. Tidak ada daun yang dimakan. Pada
konsentrasi 75% pada ulangan satu dan dua, satu belalang hinggap di daun
20
dan satu lagi di jaring. Namun pada ulangan ketiga belalang keduanya ada di
jaring dan tidak ada daun yang dimakan. Tidak ada daun yang dimakan oleh
belalang pada perlakuan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%.
Dari hasil pengamatan juga dapat dilihat bahwa semua belalang setelah
pengamatan ketiga yang mendapatkan perlakuan penyemprotan pestisida
nabati daun sirsak akan menjauh dari daun dan lebih sering hinggap di jaring.
Semua belalang masih hidup hingga tiga hari perlakuan. Dengan konsentrasi
75%, belalang lebih sering hinggap di jaring di bagian atas, seperti akan
kabur dari jaring. Dapat disimpulkan bahwa pestisida nabati konsentrasi 75%
akan lebih efektif untuk mengusir belalang dari tanaman tanpa harus
membunuh belalang, karena hanya mengusirnya dari tanaman. Dengan
demikian, keamanan dan keseimbangan ekosistem akan dapat terjaga.
Keuntungan menggunakan pestisida nabati daun sirsak antara lain:
1. Dapat mengurangi hama belalang yang menjadi hama bagi tanaman
budidaya tanpa merusak ekosistem.
2. Mengurangi penggunaan bahan kimia dalam budidaya tanaman
3. Lingkungan lebih terjaga karena tidak ada residu bahan kimia
4. Tanaman budidaya terutama sayuran dapat tetap sehat untuk
dikonsumsi karena tidak menggunakan pestisida kimia
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Cara membuat pestisida nabati adalah dengan menghaluskan daun
sirsak dan daun tembakau yang telah dipotong kemudian dicampur dengan
air. Setelah dihaluskan / diblender, menyaring hasil yang sudah diblender dan
hasil saringan disimpan dalam botol selama satu minggu untuk fermentasi.
Setelah 1 minggu, melakukan pengenceran larutan pestisida dengan
konsentrasi berbeda. Setelah itu, mengaplikasikan/ menyemprotkannya ke
tanaman sawi. Tanaman sawi diberi belalang, lalu dilihat perlakuan belalang.
Konsentrasi yang paling cocok digunakan sebagai pestisida nabati
adalah pada konsentrasi 75%. Karena pada konsentrasi tinggi, pestisida nabati
mengandung senyawa acetogenin memiliki keistimewan sebagai anti feedent.
Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya. Sehingga belalang akan pergi meninggalkan
tanaman. Oleh sebab itu, pestisida nabati pun dapat menjamin keamanan
ekosistem. Karena dengan pestisida nabati, mayoritas hama hanya terusir dari
tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida nabati
dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari
ketergantungan pada pestisida kimia.
5.2 Saran
Untuk penggunaan pestisida nabati dalam skala besar masih diperlukan
penelitian lebih lanjut terutama untuk volume penyemprotan dan hama yang
akan dikendalikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ae_yhunt, 2012.Manfaat Daun Sirsak sebagai Pestisida Nabati.http://karyatulisagribisnisku.blogspot.com/2012/11/manfaat-daun-sirsak-sebagai-pestisida.html. Diakses tgl 4 Maret 2013.
Alimin.2012. Ramuan Pestisida Nabati dari Daun Sirsak (Annona muricata L).http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=156:ramuan-pestisida-nabati-dari-daun-sirsak-annona-muricata-l-&catid=15:home. Diakses tgl 11 Desember 2012.
Drs_Oeyo, 2012. Pengaruh Pestisida Nabati Daun Sirsak Terhadap Hama Walang Sangit (Laporan Praktikum Teknik Pertanian Organik). http://drs-oeyo.blogspot.com/2012/06/pengaruhpestisida-nabati-daun-sirsak.html. Diakses tanggal 5 Maret 2013.
Irianti Cristina Silaban. 2012. Manfaat Sirsak. http://blog.ub.ac.id/iriantis/2012/06/25/manfaat-sirsak/. Diakses tanggal 5 Maret 2013.
Neti Suriana. 2013. Pestisida Nabati: Pengertian, Kelebihan, Kelemahan, dan Mekanisme Kerja. http://informasitips.com/pestisida-nabati-pengertian-kelebihan-kelemahan-dan-mekanisme-kerja. Diakses tanggal 5 Maret 2012.
Urip SR. 2012.Jenis-jenis Belalang.http://saungurip.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-belalang.html. Diakses 10 Maret 2013.
23
LAMPIRAN
Alat dan Bahan serta Proses Pembuatan Pestisida Nabati
24
Gelas Ukur Timbangan
Blender Blender
25
Daun Sirsak (timbang)
Daun Tembakau (timbang)
Gunting Botol Memotong daun
Hasil potongan daun sirsak dan daun tembakau
26
Air 1000 ml Memasukkan semua daun yang telah dipotong
Memasukkan air
Menghaluskan dengan blender
Saring hasilnya
Memasukkan hasil saringan ke dalam botol
Menghaluskan dengan blender
Pembuatan kerangka jaring / net, pemasangan pada tanaman sawi, dan pengaplikasian / penyemprotan pestisida nabati pada tanaman sawi.
27
Jaring / Net yang sudah dipotong
Mengaitkan jaring dengan stapler
Tanaman Sawi
28
Tanaman sawi yang sudah dipasang jaring di tiap satu pot
(masing-masing untuk tanaman kontrol, pemberian pestisida nabati 25%, 50%, dan 75%)
Belalang yang sudah dimasukkan ke dalam jaring tanaman sawi
Penyemprotan pestisida nabati ke tanaman sawi
Memasangkan jaring ke tanaman sawi
Rangkuman Diskusi
1. Isshaini Abzizah
Pertanyaan :
Apakah penyemprotan pestisida nabati dari daun sirsak tidak berdampak
bagi kesegaran tanaman sawi itu sendiri?
Jawaban :
Tujuan dari pembuatan pestisida nabati itu sendiri pada dasarnya adalah
untuk mengurangi ketergantungan penggunaan pestisida yang terbuat dari
bahan kimia karena pestisida kimia berdampak mematikan bagi hama
tanaman. Pestisida kimia tidak hanya berdampak pada hama pengganggu itu
saja, tetapi juga berdampak pada tanaman yang akan dikonsumsi oleh
manusia karena sudah terkontaminasi oleh pestisida kimia yang beracun dan
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pada pestisida nabati ini, bahannya alami karena terbuat dari tanaman.
Pada hewan uji yang dalam pembahasan makalah adalah belalang, tidak
mengakibatkan belalang uji tersebut mati, tetapi hanya terusir saja dari
tanaman, sehingga pestisida nabati aman dan tidak mengganggu
keseimbangan ekosistem serta tidak berdampak buruk bagi kesehatan
manusia. Pestisida nabati yang notabene terbuat dari tanaman diaplikasikan
juga ke tanaman. Jadi, pestisida nabati daun sirsak tidak berdampak bagi
kesegaran tanaman sawi itu sendiri.
29
2. Tiffani Lasianjayani
Pertanyaan :
Apa kandungan dan fungsi daun tembakau sebagai pestisida nabati daun
sirsak?
Jawaban :
Salah satu kandungan bahan aktif dari daun tembakau adalah nikotin. Zat
nikotin tersebut ampuh untuk mengendalikan serangga hama termasuk
belalang. Menurut literatur untuk mengendalikan hama belalang perlu
penambahan daun tembakau, karena apabila pestisida terbuat dari daun sirsak
saja tidak bisa secara khusus mengendalikan hama belalang, jadi memang
harus ditambahkan daun tembakau.
Dalam judul makalah tidak disebutkan daun tembakau dikarenakan daun
tembakau hanya sebagai tambahan saja dan bukan merupakan bahan utama
pestisida. Jumlah daun sirsak yang dipakai untuk praktikum adalah sebanyak
75 gram sedangkan daun tembakau yang dipakai adalah sebanyak 25 gram.
Jadi, daun tembakau adalah sebagai bahan tambahan.
30