kelainan pada dentin
DESCRIPTION
Kelainan Pada DentinTRANSCRIPT
Kelainan pada Dentin
1. Dentinogenesis Imperfecta
Proses pembentukan dentin tidak selamanya dapat berlangsung secara
normal. Pada Dentinogenesis Imperfecta, dentin dapat mengalami gangguan berupa
penurunan kandungan mineral akibat sedikitnya kristal hidroksi apatit serta
peningkatan kandungan air dalam matriks ekstraseluler dentin yang mengakibatkan
terjadi gangguan pada struktur dentin. Dentinogenesis Imperfecta terjadi pada
periode perkembangan histodiferensiasi gigi dan dapat mengenai gigi sulung maupun
gigi tetap.
Dentinogenesis Imperfecta merupakan gangguan pembentukan dentin yang
bersifat herediter, dimana terjadi anomali pada struktur dentin. Gangguan ini
menyebabkan kerusakan matriks predentin yang mengakibatkan dentin sirkumpulpa
tidak terbentuk dan tidak teratur. Cacat pertumbuhan dan perkembangan
Dentinogenesis Imperfecta diturunkan secara autosomal dominan yang terjadi pada
satu dari 8.000 kelahiran.
Menurut Shield (1973) secara klinis Dentinogenesis Imperfecta dapa dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu: Tipe I, Tipe II, dan Tipe III.
Dentinogenesis Imperfecta bisa terjadi pada gigi sulung dan gigi permanen
tetapi memiliki dampak yang lebih parah pada gigi sulung dibandingkan gigi
permanen. Secara klinis dari Dentinogenesis ketiga tipe pada umumnya mahkota gigi
berbentuk bulbous (bulat seperti lonceng) dan terjadi perubahan warna biru keabu-
abuan sampai coklat kekuningan, atrisi, dan akar gigi tipis dan pendek. (Regezi, et al)
Menurut Shields (1973) secara klinis Dentinogenesis Imperfecta dapat
diklasifikasikan atas 3 tipe yaitu :
1) Tipe I (dentinogenesis imperfekta)
Kondisi ini merupakan satu dari beberapa manifestasi penyakit tulang
yang secara umum disebut Osteogenesisi Imperfekta (OI) yang
diturunkan secara autosomal dominan.
Gejala klinisnya ditandai dengan mahkota gigi berbentuk bulbous
sebagai akibat penyempitan servikal yang kuat, akar gigi tipis dan pendek.
Ada perubahan warna gigi dengan warna coklat kekuningan dan atrisi
baik pada gigi sulung maupun gigi permanen. (Regezi, et al)
Gambar 1. Dentinogenesis Imperfecta Tipe I
2) Tipe II (dentin opalescent herediter)
Kondisi ini juga dikenal sebagai dentin transparan herediter yang
tidak disertai oleh OI dan diturunkan sebagai suatu rantai perikatan
autosomal dominan.
Gejala klinisnya ditandai dengan adanya perubahan warna gigi biru
keabu-abuan sampai coklat kekuningan, mahkota bulbous, akar yang
sempit, atrisi pada gigi sulung maupun permanen. (Regezi, et al)
Gambar 2. Dentinogenesis Imperfecta Tipe II
3) Tipe III (tipe Brandywine)
Kelainan ini disebut menurut tempat pertama kali kelainan ini
ditemukan yaitu pada tiga kelompok ras penduduk diantaranya orang
Indian, orang Negro dan orang kulit putih yang hidup terisolasi di
Maryland yang dikenal sebagai populasi Brandywine yang menunjukkan
beberapa penyimpangan.
Gejala klinisnya memiliki bentuk dan pewarnaan gigi yang variabel,
dan berbeda dengan tipe I dan II. Mahkota gigi cenderung berbentuk
bulbous dan sudah atrisi sewaktu erupsi, dan berbentuk seperti shell (kulit
kerang). (Regezi, et al)
Gambar 3. Dentinogenesis Imperfecta Tipe III
2. Dentin Dysplasia
Dentin dysplasia merupakan kelainan dalam pembentukan dari dentin.
Kelainan ini biasanya diturunkan sebagai suatu sifat gen autosomal yang
dominan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen dan merupakan
kelainan genetik. Penyakit ini adalah langka yang dapat mempengaruhi
pasien dengan perbandingan 1:100.000.
Shields (1973) membagi dentin dysplasia ke dalam tipe I dan tipe II.
Dentin dysplasia tipe I sebagai perkembangan gigi dengan mahkota yang
normal baik dari bentuk, matriks dan konsistennya tapi memiliki akar yang
pendek, konus dan konstriksi pada ujung apikalnya, bisa mengenai gigi
sulung dan permanen. Dentin dysplasia tipe II hanya mengenai gigi permanen
dengan akar gigi yang terlihat normal tetapi terjadi perubahan warna coklat
keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa yang berbentuk
seperti duri pada rongga pulpa.
1) Dentin Dysplasia Tipe I
Dentin dysplasia dikenal juga sebagai “rootless teeth” karena panjang
akar pendek. Shields menggambarkan dentin dysplasia tipe I sebagai
perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik bentuk, matriks, dan
konsistensinya pada gigi sulung dan gigi permanen. Tetapi dengan akar yang
pendek dan biasanya berbentuk konusdan tajam. (Regezi, et al)
Gambar 4. Dentin Dysplasia Tipe I
2) Dentin Dysplasia Tipe II
Dentin dysplasia tipe II memiliki tampilan klinis dan radiografi yang
berbeda. Pada gigi sulung terlihat tampilan yang kekuning-kuningan yang
translusen. Pada gigi permanen memiliki warna coklat keabu-abuan. Ciri khas
pada tipe ini adalah akar gigi terlihat normal. (Regezi, et al)
Gambar 5. Dentin Dysplasia Tipe II pada gigi permanen
Gambar 6. Dentin Dysplasia Tipe II pada gigi sulung
SUMBER:
1) Regezi, J.A.; Scuibba, J. 1993. Oral Pathology. Clinical
Pathologic Correlation. W.B. Saunders Co.
2) Shields, E. D., Bixler, D., El-Kafrawy, A. M. A proposed
classification for heritable human dentine defect with a
description of a new entity. Arch. Oral Biol. 1973.