keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

39
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa Disusun Oleh : Kamaludin Dini Martianti Panna Putri Isworo Trisna Wijaya

Upload: kaze-va

Post on 29-Jun-2015

5.840 views

Category:

Education


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh : Kamaludin Dini Martianti Panna Putri Isworo Trisna Wijaya

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDIKA CIKARANGD.III KEPERAWATAN

2014

Page 2: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)
Page 3: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang

alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah Gangguan Alam Perasaan

(Mood)”.

Makalah ini disusun agar pembaca mengetahui pengertian, rentang respon emosi,

tipe gangguan alam perasaan, tipe gangguan alam perasaan, faktor – faktor predisposisi

gangguan dan gejala – gejala gangguan mood depresi. Makalah ini kami sajikan

berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan paper ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan paper ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Amin.

Penyusun

i

Page 4: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR …………………………………………..………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………..….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang …………………………………………………. 1

1. 2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 2

1. 3 Tujuan Penulisan ………………………………………………… 2

1. 4 Manfaat Penulisan ……………………………………………...… 2

1. 5 Metode Penulisan …………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian alam perasaan (mood) ………………………………....

2. 2. Rentang Respon Emosi ………………………………….................

2. 3. Tipe – tipe gangguan alam perasaan …………….………………...

2. 4. Faktor – faktor predisposisi gangguan ………………………..……

2. 5. Gejala gangguan mood depresi ........................................................

2. 6. Asuhan keperawatan Gangguan Alam Perasaan (Mood) ...................

BAB III PENUTUP

3. 1. KESIMPULAN …………………………………………….………..

3. 2. SARAN ……………………………………………………………....

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..

ii

Page 5: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Kecendrungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus

berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja

pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi,

tetapi juga kalangan menengah keatassebagai dampak langsung atau tidak langsung

ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus

berubah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,

dengan 4 jenis penyakit langsung yang ditimbulkannya yaitu depresi, penggunaan

alkohol, gangguan bipolar, danskizoprenia.

Dalam hidup semua manusia memiliki perasaan yang berbeda-beda dalam setiap

harinya. Perasaan itu terkadang sedih, senang, marah, dan lain sebagainya yang biasanya

berlangsung sementara. Namun jika berlangsung berkepanjangan dapan mengakibatkan

gangguan terhadap suasana hati (mood) atau depresi berat yang membuat seseorang

selalu tidak bergairah murung dan apatis. Kelompok kondisi kejiwaan, juga dikenal

sebagai mood disorder, dicirikan oleh gangguan yang mempengaruhi emosi, berpikir,

dan prilaku. Depresi adalah dampak yang paling umum terjadi, dan sekitar 10-20% dari

orang – orang yg terkena dampak juga mengalami manic episode. (Abdul Nasir, 2010).

Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari hari ke hari, dan sering

kali terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, namun dapat memperlihatkan variasi diurnal

yang khas seiring berlalunya waktu. (Depkes RI, 1993)

Pengalaman yang kurang menyenangkan menyebabkan seseorang mengalami rasa

tidak aman, kehampaan, kesedihan, dan kemarahan. Hal tersebut menimbulkan kemarahan

yang tidak terkendali dan diintroyeksikan ke dalam alam bawah sadar. Apa yang dialami

sebagai suatu pengalaman yang kurang menyenangkan berakibat duka cita yang

mendalam, kepahitan jiwa, yang semuanya merupakan bentuk gejala depresi. (Abdul

Nasir, 2010) Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan

besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari - harinya

(WHO,2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada

15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.

Page 6: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

1.2 BATASAN MASALAH

Berfokus pada pengertian, rentang respon emosi, tipe gangguan alam perasaan, tipe

gangguan alam perasaan, faktor – faktor predisposisi gangguan dan gejala – gejala

gangguan mood depresi dalam upaya pemberian asuhan keperawatan yang tepat.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui tentang apa itu gangguan alam perasaan (mood).

Untuk mengetahui rentang respon emosional.

Untuk mengetahui tipe – tipe gangguan alam perasaan.

Untuk mengetahui faktor – faktor predisposisi gangguan.

Untuk mengetahui gejala gangguan mood depresi.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan alam

perasaan (mood)

1.4 MANFAAT PENULISAN

Agar dapat mengetahui tentang pengertian, faktor pemicu timbulnya gangguan

mood, jenis serta gejala yang tampak. Dalam upaya penanganan serta penerapan asuhan

keperawatan pada gangguan alam perasaan (mood).

1.5 METODE PENULISAN

Dalam membuat atau menyusun makalah ini, penyusun menggunakan study

kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan ditulis.

Page 7: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1 Pengertian

Dalam hidup semua manusia memiliki perasaan yang berbeda-beda dalam setiap

harinya. Perasaan itu terkadang sedih, senang, marah, dan lain sebagainya yang biasanya

berlangsung sementara. Perasaan tersebut sering disebut dengan mood. Alam perasaan

(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh

kepribadian dari fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan adalah gangguan

emosional yang disertai gejala mania dan depresi. (Ernawati Dalami, 2009). Perubahan

tersebut akibat adanya suatu pikiran yang negative secara menyeluruh, di mana seseorang

memangdang diri sendiri, dunia dan masa depan sebagai suatu kegagalan yang

menyimpang. Hal ini dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan dalam menginterprestasikan

sebuah pengalaman sehingga merasa terbebani dan menganggapdirinya tidak mampu dan

tidak kompeten, serta tidak bertangguang jawab. Seseorang dengan gangguan afektif

merasa kehilangan hubungan dengan orang lain atau kehilangan peran penting dalam

hidupnya. (Abdul Nasir, 2011).

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam

perasaan yang meningkat. Keadaan ini diiringi dengan prilaku berupa peningkatan

kegiatan, banyak bicara, ide – ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan,

penyimpangan seksual. (Ernawati Dalami, 2009)

Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih

dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi adalah gangguan mental umum

yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan

bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang

konsentrasi. (Ernawati Dalami, 2009).

Berikut pengertian menurut para ahli :

Menurut Stuart Laraia dalam Psychiatric Nursing (1998: 349);

Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh

kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi.

Page 8: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Seperti aspek – aspek lain dalam kepribadian, emosi atau mood berperan dalam

proses adaptasi. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk

komunikasi social, merangsang fungsi fisiologis, keadaan secara subjektif, dan

mekanisme pertahanan psikodinamis.

Menurut John W. Santrock dalam Psychology the Science of Mind and Behavior

(1991: 490);

Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai

meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira

yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat

terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti

mania sebagai gangguan tipe bipolar.

Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Ilness (998: 302);

Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental

yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek)

atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan

emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi berbagai

sklus (tipe).

Buskist Gerbing dalam Psychology Boundaries and frontiers (1990: 548);

Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau

kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu

dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi

(keceriaan) dan depresi.

Menurut Clinton Nelson dalam Mental Health Nursing Practice (1996);

Gangguan mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan

menonjol dan menetap dan bersifat patologis. Sebagian besar gangguan alam

perasaan berupa depresi dan mania. Alam perasaan (mood) merujuk pada keadaan

emosional internal dari individu, seperti “saya merasa bahagia, saya marah, saya

sedih”. Affect merujuk pada tampilan luar dari ekspresi emosi seperti mimik wajah,

atau postur tubuh yang menunjukan perasaan sedih atau marah. (Iyus Yosep, 2009)

Page 9: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

II. 2 Rentang Respon Emosional

Respon adatif Respon

Maladatif

ResponsiveReaksi Kehilangan

yang wajarSupresi

Reaksi

Kehilangan yang

memanjang

Mania/

depresi

Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis. Tidak

merupakan suatu titik yang statis dan tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai

factor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang mengalami

gangguan alam perasaan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang. Tetapi hal

tersebut juga sangat tergantung pada tipe gangguan alam perasaannya. Apakah termasuk

tipe manic, depresif, atau kombinasi dari keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari

emotional responsive sampai mania/ depresi dengan ciri sebagai berikut: (Iyus Yosep,

2009)

Keterangan Gambar :

Responsif adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan

perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal

(memahami harapan orang lain) dan internal (memahami harapan dirinya).

Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh

individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita

dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berfokus

pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan yang

wajar ini tidak berlangsung lama.

Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptif, individu

menyangkal, menekan atau menginternalisasikan semua aspek perasaannya

terhadap lingkungan.

Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan

memanjang, tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi

berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun.

Page 10: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Mania/Depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui

intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial. Yang hebat

dan lama, menetap pada individu yang bersangkutan. (Ernawati Dalami, 2009)

II. 3 Tipe Gangguan Alam Perasaan

Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders.

1. Mood episode

a) Mayor depressive episode

Untuk diagnose kelompok ini, terdapat 5 atau lebih gejala – gejala yang

ditampilkan selama periode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi dan

fungsi sebelumnya paling sedikit dari gejala tersebut adalah salah satu dari 2 hal

berikut: (1) perasaan depresif; (2) kehilangan ketertarikan terhadap kesenangan

(pleasure). Tanda – tanda secara lengkap adalah sebagai berikut:

Perasaan depresif lebih banyak dalam sehari, hamper setiap hari yang

diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.

Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua

aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.

Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.

Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur yang berlebihan (hypersomnia).

Terjadi peningatan aktivitas psikomotor (psychomotor agitation) atau

perlambatan motorik (retardation) hamper setiap hari.

Kelelahan atau kehilangan energy hamper setiap hari.

Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa

yang berlebihan hamper setiap hari.

Berkurangnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi, atau

perasaan ragu-ragu hampir setiap hari.

Terus-menerus berpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh

diri tanpa perencanaan yang jelas, atau percobaan bunuh diri dengan

perencanaan untuk pelaksanaan bunuh dirinya.

b) Manik episode

Page 11: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Episode manik ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan peningkatan

secara menetap, meluap-luap atau mood yang mudahterangsang (irritable) selama 1

minggu (atau beberapa periode saat di rumah sakit juga penting). Selama periode

gangguan, 3 atau lebih gejala-gejala berikut telah menetap dan telah Nampak dalam

tingkat yang berarti:

Melambungnya harga diri atau Grandiosity.

Menurunnya kebutuhan untuk tidur.

Lebih banyak bicara disbanding biasanya atau adanya dorongan yang kuat

untuk bicara.

Ide yang meloncat (fligh of ideas) atau pengalaman subjektif bahwa ia berpikir

meloncat.

Perhatian yang mudah teralih (distractibility).

Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor.

Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang

berpotensi untuk mengakibatkan cedera.

Pada saat episode manik dimulai,penampilan klien menjadi meningkat, tidak

rapi, lebih cepat secara fisik, dalam intelektual, dan emosional. Klien menjadi

meningkat dalam aktivitas (retless) dan agresif. Aspek id terlihat berlebihan, dan

aspek super ego cenderung dilanggar. Klien berpikir ceoat dengan demikian ia

menjadi mudah teralih perhatiannya (distractibility). Hal ini menyebabkan adanya

ide yang meloncat-loncat (fight of ideas). Mood klien menjadi gembira yang

berlebihan (euphoria) dan berganti menjadi exaltation (gembira berlebihan yang

disertai hiperaktivitas motorik) dan akhirnya mencapai puncaknya menjadi gelisah

dan sangat gaduh. Klien dalam keadaan ini tidur dan makan sangat sedikit,

kehilangan berat badan yang sangat cepat ia dapat memukul apa saja apabila

dicegah menjadi marah.

c) Tipe lainnya (other)

Tipe lain dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanic episode

pada mixed episode, kriterianya merupakan perpaduan antara manic episode

dan mayor depressive episode. Sedangkan pada Hypomanic episode secara

jelas menunjukkan meningkatnya mood yang berbeda dari mood

nondepresif yang biasa tetapi tidak dikelompokkan sebagai episode manik.

Page 12: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

2. Depressive disorders

a) Mayor depressive disorders

Mayor depressive disorders dapat berupa episode berulang atau episode

tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adnya

penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyertai

kejadian post partum.

klien yang mengalami Mayor depressive berbicara menjadi lambat, berhenti

bicara (halting), cemas dank lien menjadi menyalahkan diri sendiri. Pada

tipe episode depresif gerakan klien menjadi lambat, lambat untuk duduk di

kursi, kaku (rocking back), suara mengerang yang sedih (moaning

dejectedly), dan lebih banyak duduk dilantai atau tempat tidur. Klien secara

langsung bersikap agresif ke dalam dirinya sendiri dan kadang-kadang

menyalahkan diri sendiri, perasaan berdosa, dan bersalah di dunianya.

Kesengsaraannya sangat mendalam, selanjutnya setelah periode ini klien

dapat mencoba bunuh diri.

b) Dysthimicdisorder

Dalam Diagnostic and statistical manual of Mental Disordes, kondisi

kelompok ini dikenal dengan Depresi neurosis (neurotic depression)

kondisi ini ditandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagian besar

hari. Dua atau lebih gejala depresi berikut dapat ditampilkan: menurut

nafsu makan (poor appetite), kelelahan yang sangat (low energy level or

fatigue), susah tidur atau tidur berlebihan (insomnia or excessive

sleeping), harga diri rendah (low self esteem),kesulitan konsentrasi atau

kesulitan membuat keputusan (poor concentration or difficulty making

decision) dan perasaan putus harapan (feeling hopelessness).

3. Bipolar disorders

a) Bipolar disorders

Klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan (strong) meluap-

luap (exaggregated) dan menggambarkan siklus irama mood (cyclid mood

swings). Pada semua orang normal subjek mengalami tingkat perubahan

irama mood secara dinamis dan moderate. Bentuk yang ditemukan dalam

tipe gangguan mental ini adalah kapan pun mengalami keadaan meluap-

Page 13: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

luap (exaggregated) selama waktu satu minggu atau satu bulan. Kejadian

tersebut bersifat lambat tetapi secara bertahap meningkat dalam emosi dan

aktivitas sampai klimaks menjadi gaduh gelisah (frenzy). Selanjutnya

terjadi penurunan secara lambat dalam aktivitasnya menuju kea rah perilaku

normal lagi. Selanjutnya klien akan memulai lagi siklus hypoaktivitas,

disertai depresi.

b) Cyclothymic disorders

Individu dengan kelainan cyclothimic cenderung untuk mengalami irama

mood di antara exhilaration and depression (kerianangan dan depresif).

Bagaimana pun ia akan mengalami manic depreeive psychosis pada

situasi kehidupan yang penuh stress (stressfull) dan pada beberapa kasus

terjadi penyebab yang tidak jelas. (change in brain chemistry have been

postulated). (Iyus Yosep, 2009)

II. 4 Faktor – Factor Predisposisi Gangguan Mood

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang

parah. Teori ini menunjukan rentang factor – factor penyebab yang mungkin bekerja

sendiri atau dalam kombinasi.

Faktor genetik,

Faktor genetic dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat

keluarga atau keturunan. Hal ini disebabkan bahwa factor keturunan dan

lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa gangguan mood.

Gangguan tipe bipolar dan mayor depressive terjadi pada keluarga, tetapi fakta

menunjukan bahwa yang menunjukan bahwa yang diturunkan adalah tipe bipolar,

dengan kecenderungan sebagai berikut :

Salah satu orangtua menderita gangguan mood tipe bipolar: kecenderungan

terjadi 25% pada anak.

Dua orang tua menderita gangguan mood bipolar: kecenderungan terjadi

50 – 75% pada anaknya.

Satu monozygote kembar mengalami bipolar : 40 – 70%

kecenderungannya terjadi pada kembarannya.

Page 14: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Satu dizygote kembar mengalami bipolar : kecenderungan 20% terjadi

pada saudara kembarnya.

Satu orangtua mengalami kelainan tipe depresif : 10 -30% kecenderungan

terjadi pada anaknya.

Agression turned inward theory

Teori agresi menyerang ke dalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena

perasaan marah yang ditunjukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Freud

depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu

bawaan yang bersifat merusak (instinc agresif). Untuk beberapa alasan tidak secara

langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan serta

disertai perasaan berdosa/ bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau

perasaan ambivalen terhadap objek yang sant dicintai. Klien merasa marah dan

mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk

mengekspresikan kemarannya sebab dianggap tidak tepat dan tidak rasional.

Misalnya: ia marah pada kekasihnya yang diketahui memiliki kekasih selain

dirinya. Ia ungkapkan kemarahanya kepada diri sendiri karena timbul perasaan

ambivalen pada kekasihnya, yaitu perasaan membenci sekaligus mencintai. Bila hal

tersebut dianggap sebagai pemecahan masalah yang adatif maka seharusnya ia

akan menggunakan koping tersebut yang sebenarnya bersikap destruktif.

Object loss theory

Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan

benda atau seseorang yang sangat berate dalam fase membutuhkan seseorang yang

memberikan rasa aman untuk letakan (attachment). Dua isu penting dalam teori ini

adalah : kehilangan dalam masa kanak – kanak sebagai factor predisposisi

terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah

dewasa yang menjadi factor pencetus terjadinya stress. Fakta untuk model ini

pertamakali dilaporkan oleh Spitz yang mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi

dari ibunya saat usia 6-12 bulan. Reaksi tersebut adalah sebagai berikut:

kekhawatiran (apprehension), menangis, menarik diri, gerakan psikomotor yang

lambat, sedih, dan patah hati, pingsan, kesulitan tidur, tidak nafsu makan,

Page 15: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sindroma ini dikenal dengan

Analytic Depression.

Personality Organization Theory

Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaiman konsep diri yang negative

dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang

terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada variable

utama dari psikososial, yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu

pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi.

Gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatkan manic atau

hippomanic episode. Ancaman terhadap harga diri menimbulkan penampilan peran

yang miskin, merasakan tingkat yang rendah fungsi kehidupan sehari – hari dan

hilangnya identitas diri secara jelas.

Cognitive model

Model congnitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah

congnitive yang didominasi oleh evaluasi negative seseorang terhadap dirinya

sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian

yang merugikan, sebagai contoh: seorang suami mengatakan “ia meninggalkan

saya karena saya tidak mampu mencintainya”, tanpa mempertimbangkan alternatif

lainnya sebagai penyebab, misalnya kepribadiannya yang tidak cocok, istrinya

memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia

selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, ia hanya dapat berpikir tentang

dirinya secara negtif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya,

dan atribut – atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien

depresi didominasi oleh sikap pesimis.

Learned helplessness model

Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata

–mata trauma depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali

terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang

respon yang adatif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat

membantunya, dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya.

Keyakinan yang negative tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif,

dan ketidakmampuan untuk bersikap aseratif pada dirinya dan orang lain.

Page 16: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Behavioral model

Model prilaku berkembvang dari kerangka teori belajar social, yang

mengasumsi bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif

dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara

individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan

perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari factor internal. Mereka

menyeleksi, mengorganisir, dan mentransformasikan stimulus yang datang pada

dirinya.

Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan

lingkungan. Tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa

saja yang mereka pilih tetapi antarindividu dengan lingkungan memiliki pengaruh

yang bermakna antarsatu dengan yang lainnya. Konsep reinforcement sangat

penting dalam pandanganya tentang depresi. Interaksi positif antarindividu dengan

lingkungan menyediakan reinforcement yang positif. Kurangnya reinforcement

yang positif dari lingkungan menyebabkan kesedihan. Asumsi kunci dari model ini

adalah rendahnya jumlah reinforcement positif dari lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya prilaku depressive.

Bilogical model

Model biologic menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi

selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin,

hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang

signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk di dalamnya adalah

kelainan dalam elektrolit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam

neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari aktivitas sistem syaraf

seperti adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter

seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.

Masalah dalam bounding and attachment dan genetik

Gangguan ikatan antara ibu dan anak (mother-child bonding) pada usia dini,

sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian

di kemudian hari. Bila seseorang ibu menderita depresi, makaperan dan fungsinya

sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak.

Pengalaman pada awal pertama kehidupan masa kanak – kanak yang menimbulkan

trauma psikis, dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk mengalami depresi.

Mengapa R lebih rentan atau mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami

Page 17: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

depresi dibandingkan anak – anak lainnya? Karena sebenarnya banyak yang

mendapat perlakuan lebih buruk dari R (pernah dipermalukan atau dikecewakan

oleh guru dan teman – teman sekolah), tetapi mereka tidak sampai depresi. Bila R

menjadi depresi, tentu ada sesuatu yang membuatnya menjadi rentan.

Selain hal tersebut diatas yang tidak boleh dilupakan adalah faktor genetik. Depresi

lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian tertentu, sedang kepribadian

banyak ditentukan oleh genetik. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami

depresi akan berpeluang 10 -15% untuk memiliki anak yang akan menderita depresi di

kemudian hari. Di sisi lain meskipun anak tidak mempunyai riwayat depresi secara

genetik, anak – anak akan belajar untuk meniru perilaku depresi dari orang tuanya.

Seseorang yang sehat kepribadian dan jiwanya, bisa saja menderita depresi apabila yang

bersangkutan tidak mampu menanggulangi stressor psikososial yang dialami. (Iyus Yosep,

2009)

II. 5 Gejala Gangguan Mood Depresi

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,

mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada

semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan

putus asa. (Iyus Yosep, 2009). Dengan kata lain depresi metupakan perasaan berduka yang

belum terselesaikan, mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, denial dan

disosial. Tingkah laku mania merupakan mekanisme koping pertahanan terhadap depresi

yang di akibatkan dari kurang efektifnya koping dalam mengadapi kehilangan. (Ernawati

Dalami, 2009).

Tanda dan gejala depresi mungkin bervariasi bergantung usia, anak – anak yang

depresi sering kali menunjukan keluhan somatis, seperti sakit perut atau sakit kepala,

sedangkan orang dewasa yang depresi sering kali mudah lupa dan mudah terdistraksi.

(Abdul Nasir, 2010). Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah:

Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun

Nafsu makan dan berat badan menurun

Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi – mimpi yang

tidak menyenangkan, missal mimpi orang yang sudah meninggal.

Page 18: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlembatan gerakan motorik).

Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi.

Kreativitas dan produktivitas menurun.

Gangguan seksual (libido menurun).

Pikiran – pikiran tentang kematian dan bunuh diri.

Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain,

biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri (diri kepribadian

depresif), dengan cirri – cirri:

Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable,

tegang dan agitatif.

Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah, dan lebih senang

berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha

atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit ini dan itu.

Pengembalian dorongan dan implus terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih,

sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan

menghindari keterlibatan dengan orang lain.

Suka mencela, mengeritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme

pertahanan penyangkalan. (Iyus Yosep, 2009).

Tindakan depresi

1) depresi ringan

Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya antara lain bersifat

sementara, alaminya adanya rasa sedih, perubahan proses pikir, komunikasi dan hubungan

sosial kurang baik dan merasa tidak nyaman

2). Depresi sedang

Afek:

Murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan dan harga diri rendah

Proses pikir

Perhatian sempit, berpikir lambat, ragu-ragu atau bimbang, konsentrasi menurun,

berpikir rumit dan putus asa serta pesimis

Page 19: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Sensasi somatik dan aktifitas motorik.

Bergerak lamban, tugas-tugas terasa berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada,

mual, muntah, konstipasi, nafsu makan dan berat badan menurun, tidur terganggu.

Pola komunikasi

Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan komunikasi non verbal meningkat.

Partisipasi sosial

Menarik diri, tidak mau berkerja atau sekolah. Mudah tersinggung, bermusuhan, tidak

memperhatiakan kebersihan diri.

3). Depresi berat

Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis ( rasa sedih tertentu depresi

berat ) dan mania ( rasa gembira berlebihan disertai dengan gerakan hiperaktif). (Ernawati

Dalami, 2009).

Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kerentanan remaja

mengalami depresi dan bunuh diri, telah dilakukan penelitian terhadap 39.000 remaja. Dari

penelitian tersebut ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa

ditolak, keputusasaan, depresi, dan bunuh diri telah bergeser, dan mulai pada usia yang

semakin lama semakin dini. Selain itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus depresi

dan bunuh diri di masyarakat, erat kaitannya dengan situasi krisis (politik, social, ekonomi,

dan moral), pengangguran, kemiskinan, persaingan yang keras dan kriminalitas. Dalam

beberapa decade terakhir ini telah terjadi erosi besar – besaran terhadap keluarga inti.

Semakin hari semakin sedikit waktu yang disediakan orangtua untuk anak, berlipat ganda

angka perceraian, semakin jarang keluarga ada di rumah dan semakin banyakkeluarga

menjalankan sikap tidak perduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak remaja. Selain

itu kita dapat menyaksikan peningkatan individualism, lenyapnya keyakinan yang lebih

dalam terhadap agama, serta dukungan masyarakat dan keluarga besar yang menyebabkan

hilangnya sumber penopang dari kekalahan atau kegagalan.

Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri (suicide), sebanyak 40%

penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang15% saja yang

sukses melakukannya. Angka bunuh diri pada remaja di AS dalam satu tahun antara 1,7-

Page 20: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

5,9% dan untuk selam hidup antara 3,0-7,1%. Diperkirakan 12% dari kematian pada

kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh

diri pada anak belum diketahui besar angkanya. (Iyus Yosep, 2009).

II. 6 Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Alam Perasaan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi

dan factor presipitasi dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang

digunakan klien.

2. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional

(gangguan alam perasaan) antara lain :

> Berduka disfungsional

> Ketidakberdayaan

> Peningkatan mobilitas fisik

> Gangguan pola tidur

> Resiko terhadap cedera

> Perubahan nutrisi

> Defisit perawatan diri

> Ansietas

> Potensial bunuh diri

3. Perencanaan

Tujuan keperawatan

Tujuan umum atau jangka pendek mengajarkan klien untuk berespon emosional

yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima

oleh lingkungan

Tujuan jangka panjang

1. Klien dapat mengekspresikan perasaan meningkari,ketidakberdayaan,putus

asa,marah dan rasa bersalah

2. Klien dapat menganalisa stressor dan kekuatan yang dimiliki

Page 21: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

3. Klien dapat meningkatkan control, tanggung jawab dan kesadaran diri

4. Klien dapat membina hubungan intrapersonal yang sehat

5. Klien dapat meningkatkan pengertian tentang respon mal adaptif dan

mengembangkan koping yang adaptif

4. Tindakan Keperawatan

Pada dasarnya intervensi difokuskan pada

Lingkungan

Hubungan perawat klien

Afektif

Kognitif

Perilaku

Sosial

Fisiologis

1. LINGKUNGAN

Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah

terjadinya kecelakaan, karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah, hiperaktif,

senang. Tindakan yang beresiko tinggi, maka klien ditempatkan di lingkungan yang aman

yaitu :

Di lantai dasar

Ruangan dengan perabotan yang sederhana

Kurangi rangsangan/batasi rangsangan ligkungan

Suasana yang tenang

Sedangkan merawat pasien yang lebih di fokuskan pada observasi terhadap

potensi bunuh diri karena klien tidak berdaya, tidak berharga dan keputusan

2. HUBUNGAN PERAWAT KLIEN

Hubungan saling tidak percaya yang terapeutik perlu dibina dan dipertahankan.

Bekerja dengan klien defresi perawat harus bersifat

Hangat

Menerima

Jujur

Empati

Page 22: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Bicara lambat sederhana

Beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab.

Sedangkan pada klien mania, perawat harus membuat batasan yang

konstruktif ,hal ini

Perlu untuk mengontrol perilaku klien. Kontrol dari lingkungan (perawat, dokter,

klien. Yang konsisten akan mempercepat kesadaran diri klien untuk mengontrol

perilakunya.

3. INTERVENSI AFEKTIF

Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan sarat utama. Merawat

Klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik, Sikap

Perawat yang menerima klien dengan hangat, sederhana akan mengekspresikan

pengharapan pada klien. Prinsip intervensi afektif adalah:

Menerima dan menenangkan klien

Bukan menggemirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir

Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan

menyedihkan secara verbal, sehingga akan mengurangi intensitas masalah yang

dihadapi.

4. INTERVENSI KOGNITIF

Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien terhadap

tujuan dan perilakunya, meningkatkan harga diri dan membantu klien

memodifikasi harapan yang negative. Cara merubah pikiran yang negatif adalah

Identifikasi semua ide, pikiran yang negative

Identifikasi aspek yang positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan )

Dorong klien menilai persepsi, logika, rasional

Bantu klien mengubah persepsi yang salah /negatif kepositif dan dan yang tidak

realitas ke realitas

Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan dan beri penguatan dan pujian

akan keberhasilan yang di capai klien

5. INTERVENSI PERILAKU

Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang

realitas, yaitu dengan member tanggung jawab secara bertaha dalam kegiatan di

Page 23: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

ruangan. Klien depresiberat dengan penurunan motivasi perlu di buat kegiatan yang

terstruktur, tugas yang diberikan tidak sulit dan tidak memerlukan waktu yang lama

untuk mencegah rasa bosan , berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan

dengan baik. Pada klien mania diberikan tugas yang sederhana dan cepat selesai

6. INTERVENSI SOSIAL

Intervensi social bertujuan untuk meningkatkan huungan social dengan cara

Kaji kemampuan ,dukungan dan minat klien

Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien

Bimbing klien melakukan hunbungan interpersonal yang positis

Beri reinforcement posistif terhadap keterampilan sosial yang efektif

Dorong klien memulai hubungan sisal yang lebih luas (perawat, klien lain )

7. INTERVENSI FISIOLOGIS

Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien. Bila

klien tidak mampu merawat diri,bantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya seperti

makan, istirahat dan kebersihan diri. Terapi somatic diberikan pada klien yang

mengalami depresi berulang dan resisten terhadap obat.

Kewaspadaan perawat

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan

alam perasaan berat,perawat harus memberikan prioritas yang utama terhadap

potensial bunuh diri. Perawatan di rumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh

diri ,yaitu gejala meningkat secara cepat dan support system tidak atau kurang.

Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin afar klien

tidak mencelakakan diri sendiri. Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat

klien keluar dari fase depresi. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat

mengancam kehidupan.

EVALUASI

Adanya perubahan respon emosi maladaptive kearah adaptif, dimana klien

dapat :

1. Menerima dan mengakui perasaannya dan perasaan orang lain

2. Memulai komunikasi

3. Mengontrol perilaku sesuai keterbatasannya

Page 24: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

4. Menggunakan proses pemecahan masalah. (Ernawati Dalami, 2009).

BAB III

PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

Alam perasaan (mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan

yang mempengaruhi seluruh kepribadian dari fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam

perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania dan depresi. Seseorang

Page 25: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

dengan gangguan afektif merasa kehilangan hubungan dengan orang lain atau kehilangan

peran penting dalam hidupnya. Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak

secara dinamis. Tidak merupakan suatu titik yang statis dan tetap. Dinamisasi tersebut

dipengaruhi oleh berbagai factor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada

klien yang mengalami gangguan alam perasaan, reaksinya cenderung menetap dan

memanjang. Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan berupa mood episode,

depressive disorder, dan bipolar disorders. Faktor – Factor Predisposisi Gangguan Mood

berupa factor genetic, Agression turned inward theory, Object loss theory, Personality

Organization Theory, Cognitive model, Learned helplessness model, Behavioral model,

Bilogical model dan Masalah dalam bounding and attachment dan genetic.

Tanda dan gejala depresi mungkin bervariasi bergantung usia, anak – anak yang

depresi sering kali menunjukan keluhan somatis, seperti sakit perut atau sakit kepala,

sedangkan orang dewasa yang depresi sering kali mudah lupa dan mudah terdistraksi.

(Abdul Nasir, 2010). Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah:

Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun

Nafsu makan dan berat badan menurun

Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi – mimpi yang

tidak menyenangkan, missal mimpi orang yang sudah meninggal.

Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlembatan gerakan motorik).

Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi.

Kreativitas dan produktivitas menurun.

Gangguan seksual (libido menurun).

Pikiran – pikiran tentang kematian dan bunuh diri

III. 2 Saran

Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan

khusunya klien dengan Gangguan Alam Perasaan harus memiliki pengetahuan yang luas

dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan

hendaknya diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.

                                                                  

Kesehatan jiwa dapat didapatkan dengan jalan ada kesinkronan antara pasien,

keluarga dan tenaga medis dalam upaya proses penyembuhan. Jika salah satu dari

komponen tersebut, maka akan menghambat proses penyembuhan.

Page 26: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ernawati, dkk. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Trans Info

Media. Jakarta: 2009

Nasir, Abdul. Muhith, Abdul. Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan teori.

Salemba Medika. Jakarta: 2010

Page 27: Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)

Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung: 2009