komkes klmpk 7
DESCRIPTION
komunikasi kesehatanTRANSCRIPT
Tugas Kelompok 7
Mata Kuliah : Komunikasi Kesehatan
Dosen : Fairus Prihatin,SKM,M.Kes
“ Mengelola Pesan Dalam Komunikasi Kesehatan”
Disusun oleh :
Ety Apriyani 14120100082
Asriani Hijrah 14120100078
Hardianti Sri Hastuti 141201200
Irma Lestari 14120120140
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang
(symbol). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara
langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
pada komunikan. (Effendy, 2000: 11).
Bahasa adalah lambang yang paling banyak dipergunakan, namun
tidak semua orang pandai berkata-kata secara tepat yang dapat
mencerminkan pikiran dan perasaannya. Kial (gesture) memang dapat
menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik
namun gerakan tubuh hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas.
Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan
lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu, kedua lambang itu
sama-sama terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada
orang lain.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana pesan yang disampaikan dalam komunikasi
kesehatan?
2. Bagaimana perbedaan penyampaian pesan dalam bidang
kesehatan?
3. Bagaimana mengelola pesan dalam komunikasi kesehatan?
C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
mengelola pesan dalam komunikasi dibidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Menurut De Vito, pesan adalah pernyataan tentang pikiran dan
perasaan kita yang dikirim kepada orang lain agar orang tersebut
diharapkan bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh si
pengirim pesan. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema
sebagai pengaruh di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah
laku komunikan. Pesan dapat disampaikan panjang lebar, namun yang
perludiperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir dari pesan itu sendiri.
Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yaitu isi pesan (The
contentof message) dan lambing/simbol untuk mengekspresikannya.
Lambang utama pada komunikasi umumnya adalah bahasa, karena
hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta
dan opini hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan
yang akan dating dan sebagainya. Pesan merupakan seperangkat
lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat
berupa gagasan, pendapat dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam
suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang
lain atau komunikan.
Menurut Hanafi ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pesan,yaitu :
a. Kode pesan, adalah sekumpulan symbol yang dapat disusun
sedemikian rupa, sehingga bermakna bagi seseorang.
b. Isi pesan, adalah bahan atau material yang dipilih sumber untuk
menyatakan maksudnya.
c. Wujud pesan, adalah keputusan-keputusan yang dibuat
sumbermengenai bagaimana cara sebaiknya menyampaikan maksud-
maksuddalam bentuk pesan.
Dan agar pesan yang disampaikan mengena pada sasarannya,
maka suatu pesan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Pesan harus direncanakan secara baik-baik, serta sesuai dengan
kebutuhan kita.
b. Pesan tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
kedua belah pihak.
c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan. Dalam bentuknya pesan merupakan sebuah
gagasan-gagasan yang telah diterjemahkan ke dalam simbol-simbol
yang dipergunakan untuk menyatakan suatu maksud tertentu.
Isi pesan dapat berupa idea tau gagasan, perintah, informasi, dan
ungkapan perasaan. Pesan yang efektif adalah pesan yang dapat
dipahami (decodable) oleh komunikan secara utuh. Dan tidak
menimbulkan bias atau distorsi pesan. Pesan yang disampaikan pada
proses komunikasi mungkin tidak dapat ditangkap dengan utuh oleh
komunikan di persepsikan secara keliru oleh komunikan(terdistorsi) atau
bahkan tidak dapat di tangkap sama sekali oleh komunikan.
(Tamsuri,2005)
B. Hakikat Pesan
Hakikat komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk
menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain untuk mencapai tujuan
tertentu. Hakikat pesan sendiri yaitu:
1. Isi(content) pesan (message) merupakan basis dari pengaruh
komunikator (juga media), inilah yang paling penting untuk dipelajari
2. Isi pesan dirancang secara cermat oleh perancang, produser, penulis,
editor untuk mempengaruhi audiens.
3. Isi pesan tidak selalu terikat pada hal yang benar tetapi juga pada isu
yang tidak benar.
4. Studi tentang isi pesan menolong kita untuk meramalkan dampak
terhadap audiens.
C. Isi Pesan Kesehatan
Dalam melakukan komunikasi di bidang kesehatan, isi pesan yang
dimaksud adalah:
1. Content/isi adalah kelengkapan jumlah(kuantitas) dan kualitas
informasi verbal dan visual mengenai kesehatan didistribusikan oleh
komunikator oleh media.
2. Jumlah/kuantitatif isi itu merujuk pada jumlah waktu yang digunakan
dalam detik, menti, jam untuk memuat berita, film , dan lain-lain. Atau
jumlah kolom surat kabar /majalah yang memuat berita, opini, gambar,
cerpen, berita daerah kolom, feature, dalam satu kali terbitan.
3. Kualitatif merujuk pada mutu, kualitas isi, penampilan factual,
pemerolehan berita, daya guna sebuah berita, fakta, keabsahan
metode, dan teknik pengolahan. Penting untuk memperhatikan hal-hal
berikut ini:
Prominence/important : pesan yang mau di sampaikan itu
merupakan sesuatu yang menonjol dan penting
Human Interens : pesan yang mau disampaikan itu mengandung
daya tarik kesempurnaan
Conflict/controversy : pesan yang mau disampaikan itu
mengandung konflik, controversial, aneh
The unusual : pesan yang disampaikan itu merupakan peristiwa
yang jarang terjadi dan tidak lazim
Timeliness : pesan yang disampaikan itu merupakan peristiwa
sesuai dengan waktunya
Proximity : pesan yang disampaikan itu merupakan yang dekat
secara sosiologi/antropologis atau psiikologis dengan audiens.
D. Kategori Fungsi-Isi Pesan
Ada beberapa kategori fungsi-isi pesan yaitu :
a. Fungsi mengawasi lingkungan, memperingatkan ancaman dan bahaya
tentang dunia sekeliling kita, memperingatkan bahaya penyakit
menular, bahasa PMS, bahaya HIV/AIDS dan lain-lain.
b. Fungsi korelasi, melalui tajuk dan propaganda sehingga membuat
audiens menghubungkan peringatan tersebut dengan pengawasan
lingkungan diatas.
c. Transmisi, isi mengalihkan norma masyarakat dalam pelbagai cara.
d. Hiburan, manusia normal berpikir bahwa mereka butuh hiburan,
santai, humor, isi pesan biasa dirancang sedemikian rupa untuk
menampilkan juga aspek hiburan agar audiens juga menikmati..
Hiburan berisi kenyataan, pengalaman manusia, kehidupan nyata,
banyak media tidak memanfaatkan aspek sehingga mereka gagal
menjalankan fungsi.
Sasaran pesan kesehatan ada 3 kelompok, yaitu pesan
kesehatan individual dengan sasaran individu, pesan kesehatan kelompok
dengan sasaran kelompok dan pesan kesehatan masyarakat dengan
sasaran masyarakat. Tempat penyampaian pesan kesehatan dapat
dilakukan di mana saja, seperti: institusi pelayanan antara lain
puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sekolah serta dimasyarakat berupa
keluarga masyarakat binaan. Hasil yang diharapkan dalam penyampaian
pesan kesehatan masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat untuk dapat menanamkan
prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai
derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).
E. Teknik Pengelolaan Pesan
Menurut Cassandra, ada dua model dalam penyusunan pesan
yakni (Cangara,Hafied,2007):
a. Penyusunan pesan yang bersifat informative yakni lebih banyak
ditujukan pada perluasan wawassan dan kesadaran khalayak.
Prosesnya lebih banyak bersifat difusi atau penyebaran, sederhana,
jelas dan tidak banyak menggunakan jargon atau istilah-istilah yang
kurang popular di kalangan khalayak. Ada empat macam penyusunan
pesan yang bersifat informative yaitu: space order, time order,
deductive order, inductive order.
b. Penyusunan pesan yang bersifat persuasive yakni memiliki tujuan
untuk mengubah persepsi, sikap dan pendapat khalayak. Sebab itu
penyusunan pesan persuasuive memiliki sebuah proposisi. Proposisi
disini adalah apa yang dikehendaki sumber terhadap penerima
sebagai hasil pesan yang disampaikan, artinya setiap pesan yang
dibuat diinginkan adanya perubahan. Ada beberapa cara yang
digunakan dalam penyusunan pesan yang memakai teknik persuasive,
diantaranya adalah fear appeal, emotional appeal, reward appeal,
motivational appeal dan humorious appeal.
Untuk berhasi mengelola dan menyusun pesan-pesan secara
efektif perlu memperhatikan beberapa hal berikut (Cangara, Hafied,2007):
a. Pesan yang disampaikan harus dikuasai lebih dahulu, termasuk
struktur penyusunannya yang sistematis.
b. Mampu mengemukakan argumentasi secara logis.
c. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa serta gerakan-
gerakan non verbal yang dapat menarik perhatian khalayak.
d. Memiliki kemampuan untuk membumbui pesan yang disampaikan
dengan anekdot-anekdot untuk menarik perhatian dan mengurangi
rasa bosan khalayak.
Syarat pesan yang baik yakni :
a. Sesuai konteks (situasi komunikasi)
b. Singkat dan jelas
c. Menggunakan saluran yang mudah dipahami oleh komunikator dan
komunikan
d. Memungkinkan pengulangan dan penegasan pesan.
F. Jenis-Jenis Himbauan dalam Pesan Kesehatan
Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi
orang lain, atau pesan itu untuk Menghimbau sasaran agar mereka
menerima dan melaksanakan gagasan kita.
a. Himbauan Rasional
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya
makhluk rasional. Contoh pesan:
“Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi
melindungi anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu,
namun kadang tidak bertindak karena keraguan.
b. Himbauan Emosional
Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lenih didasarkan
pada emosi daripada hasil pemikiran rasional. Bebarapa hal
menunjukan bahwa pesan dengan menggunakan imbauan emosional
sering lebih berhasil disbanding dengan imbauan dengan bahasa
rasional.
Contoh:
“Diare merupakan penyakit berbahaya, penyebab kematian bayi.
Cegahlah dengan stop BAB Sembarangan” Kombinasikan dalam
poster hubungan gagasan dengan unsur visual dan nonverbal, misal
dengan gambar anak balita sakit, kemudian tertera pesan “Lindungi
anak Anda”:
c. Himbauan Ketakutan
Penggunaan himbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan
harus digunakan secara berhati-hati. Ada sebagian orang yang
mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan himbauan
semacam ini, tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat
kecemasan tinggi, pesan semacam ini akan lebih effektif.
d. Himbauan Ganjaran
Pesan dengan himbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu
yang diperlukan dan diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik
semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena pada kenyataanya
orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh
imbalan (terutama materi) yang cukup.
e. Himbauan Motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa himbauan motivasi yang
menyentuh kondisi internal diri dari penerima pesan. Manusia dapat
digerakan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus,
keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seprti kasih
sayang, keagamaan, prestasi, dll
Komunikasi dalam suatu organisasi kesehatan dapat berupa
tulisan dan atau komunikasi yang bersifat verbal serta non-verbal.
Bentuk komunikasi tertulis antara lain rekam medik, resep serta surat
edaran. Pada rekam medik, riwayat penyakit, diagnosis, rencana kerja
dan instruksi pengobatan pasien dituliskan. Rekam medik menjadi
sumber informasi siapapun yang ikut merawat pasien tersebut masa
kini atau suatu saat nanti, bahkan pasien pun berhak membaca rekam
medik tersebut, karena itu kelengkapan dan kejelasan tulisannya
menjadi sangat penting. Penulisan resep pada dasarnya adalah
memberikan instruksi kepada petugas apotik untuk memberikan obat
kepada pasien sesuai dengan keinginan si penulis, sedangkan surat
edaran biasanya dikeluarkan oleh direktur utama rumah sakit, direktur
medik, atau kepala divisi, bergantung isi dan kepada siapa surat
edaran tersebut ditujukan.
Cara komunikasi lainnya antar petugas kesehatan adalah
komunikasi verbal dan non-verbal. Cara ini dapat terjadi dalam
berbagai bentuk misalnya komunikasi interpersonal yang melibatkan
dua atau beberapa orang saja, atau dalam bentuk pertemuan yang
bisa melibatkan banyak orang. Pada komunikasi interpersonal,
komunikasi verbal dan non-verbal digunakan baik secara tersendiri,
atau sebagai pendukung dari komunikasi tulisan yang dilakukan.
Sebagai contoh seorang dokter yang telah menuliskan instruksi
pengobatan, menjelaskan instruksinya tersebut kepada perawat atau
bidan. Pada pertemuan apapun akan terjadi komunikasi verbal dan
non-verbal antar peserta pertemuan. Sangat penting bagi hadirin untuk
menguasai keterampilan komunikasi interpersonal agar pertemuan
dapat membuahkan hasil yang optimal. Konferensi kasus merupakan
contoh pertemuan yang diharapkan dapat memberikan solusi yang
terbaik bagi pasien.
G. Pesan (Kode Verbal dan Non Verbal)
Pemberian arti pada symbol adalah suatu proses komunikasi yang
dipengaruhi oleh kondisi social budaya yang berkembang pada suatu
masyaraka. Oleh karena itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Semua kode memiliki unsure nyata
b. Semua kode memiliki arti
c. Semua kode tergantung pada persetujuan para pemakainya
d. Semua kode memiliki fungsi
e. Semua kode dapat dipindahkan, apakah melalu media atau saluran-
saluran komunikasi lainnya
Kode pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a. Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa
dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara
terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mempunyai arti.
Bahasa memiliki banyak fungsi, ada tiga fungsi yang hubungannya
dalam menciptakan komunikasi yang efektif yaitu: untuk mempelajari
tentang dunia sekeliling, untuk membina hubungan baik antar sesame
manusia, dan menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
b. Kode non verbal biasa juga disebut bahasa isyarat atau bahasa diam,
Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaan kode verbal
dalam berkomunikasi memiliki fungsi yaitu: meyakinkan apa yang
diucapkannya, menunjukkan perasaan atau emosi yang tidak bisa
diutarakan dengan kata-kata (substtitution), menunjukkan jati diri
sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity), dan menambahkan
atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode non verbal
dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk antara lain:
a. Kinesics adalah kode non verbal yang ditunjukkan oleh gerakan-
gerakan badan yang emblems, illustratiors, affect displays, regulators,
adaptor. Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan
dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan
bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para
penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tapi juga
memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk
mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat mujarab, cara
memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
b. Gerakan mata (eye gaze) atau kontak mata merupakan symbol non
verbal yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan namun tidak
penting bagi kebudayaan lain. Kalau anda melakukan penyuluhan
kesehatan di pedesaan NTT maka ingatlah bahwa komunikan lebih
suka mendengarkan sambil melakukan kontak mata. Hal ini berbeda
dengan orang Jawa yang lebih mengutamakan telinga untuk
mendengar daripada mata untuk menatap komunikator. Mark Knapp
dalam risetnya menemukan empat fungsi utamagerakan mata yakni:
untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya, untuk
menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu
untuk bicara, sebagai sinyal, dan sebagai pengganti jarak fisik.
c. Sentuhan (touching) adalah isyarat yang dilambangkan dengan
sentuhan badan yakni kenisthetic, sociofugal, dan thermal.
d. Paralanguage adalah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama
suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang
diucapkan. Misalnya “datanglah” bisa diartikan betul-betul
mengundang kehadiran kita atau sekedar basa basi.
e. Diam , menurut Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-
mata mengadung arti bersikap negatif, tetapi bisa juga melambangkan
sikap positif.
f. Postru tubuh, menurut Well dan Siegel (1961) yang merupakan dua
orang ahli psikologi melalui studi yang mereka lakukan berhasil
menggambarkan bentuk-bentuk tubuh manusia dengan karakternya.
Kedua ahli ini membagi bentuk tubuh menjadi tiga tipe yaitu:
ectomorphy (bentuk tubuh kurus tinggi), mesomorphy (bentuk tubuh
tegap, tinggi dan atletis) dan endomorphy (bentuk tubuh pendek, bulat,
dan gemuk).
g. Kedekatan dan ruang (proximity and spatial) : ruang lingkup bahs anon
verbal berikutnya adalah prosemik, yaitu bahasa non verbal yang
ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain
waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek. Prosksemik
dibagi atas prosemik jarak, prosemik ruang, dan prosemik waktu.
h. Artifak dan visualisasi adalah hasil kerajinan manusia (seni)
i. Warna, hampir semua bangsa di dunia punya arti tersendiri terhadap
warna, contoh warna bendera Indonesia yang terdiri atas warna merah
dan putih.
j. Bunyi dimaksudkan untuk mengatasi jarak jauhdan menyatakan
perintah untuk kelompok orang banyak, misalnya dalam kesatuan
tentara.
k. Bau yang merupakan salah satu lambang kosmetik, bau juga
merupakan petunjuk dalam arah contohnya posisi bangkai, karet
terbakar, dan lain-lain.
l. Gestures merupakan bahasa isyarat yang ditampilkan oleh gerakan
anggota tubuh. Contoh seorang komunikator kesehatan
mengancungkan jempol keatas untuk mempengaruhi audiens atau
masyarakat saat menyatakan kebanggaan atas sikap peduli
masyarakat dengan lingkungannya dan komunikator yang
mengancungkan jempol kebawah saat menyatak kegagalan
masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
m. Ekspresi wajah seseorang dapat memberikan informasi atas apa yang
telah dirasakan, di dunia tercatat sekurang-kurangnya terdapat 30.000
lebih ekspresi wajah yang berbeda-beda. Ekspresi wajah tersebut
memiliki banyak makna, sesuai dengan apa yang dirasakan si pemiliki
ekspresi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan ini adalah
komunikasi dalam suatu organisasi kesehatan dapat berupa tulisan dan
atau komunikasi yang bersifat verbal serta non-verbal. Bentuk komunikasi
tertulis antara lain rekam medik, resep serta surat edaran. Pesan
merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat dan sebagainya
yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang
komunikasi diteruskan kepada orang lain atau komunikan. Cara
komunikasi lainnya antar petugas kesehatan adalah komunikasi verbal
dan non-verbal. Cara ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk misalnya
komunikasi interpersonal yang melibatkan dua atau beberapa orang saja,
atau dalam bentuk pertemuan yang bisa melibatkan banyak orang.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah agar dalam
komunikasi dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek terutama
mengelola pesan dalam komunikasi tersebut. Apalagi dalam komunikasi
kesehatan antara dokter dan pasien, perawat dan dokter dan komunikasi
lainnya harusnya dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan
dalam penyampaian pesan.
DAFTAR PUSTAKA
Changara,Hafied,2003. Pengantar Ilmu Komunikasi .PT.Raja
Grafindo.Jakarta
Mulyana.D.2005.Ilmu Komunikasi,Suatu Pengantar.PT.Remaja
Rosdakarya.Cetakan ke delapan.Bandung
Notoatmodjo,S.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Cetakan
Pertama.PT.Rineka Cipta.Jakarta