konsepsi ilmu budaya dasar ditinjau dalam aspek kesusasteraan dan seni rupa

43
A. KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DITINJAU DALAM ASPEK KESUSASTERAAN DAN SENI RUPA 1. Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang Kesusasteraan a.Hakekat Puisi Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi dianggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena itu minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita dalam menggerakkan emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya. Bahasa puisi dikatakan lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup (compressed, picturesque, vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari. Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan bentuk-bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaaan dan emosi oleh karena puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke

Upload: toolittle

Post on 07-Aug-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

A. KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DITINJAU DALAM ASPEK

KESUSASTERAAN DAN SENI RUPA

1. Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang  Kesusasteraan

a. Hakekat Puisi

Dipandang dari segi bangunan bentuknya pada umumnya puisi dianggap

sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif; oleh karena itu

minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan padatnya struktur yang

dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita dalam menggerakkan

emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya. Bahasa puisi dikatakan

lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup (compressed, picturesque,

vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.

Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan

bentuk-bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaaan dan

emosi oleh karena puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah imajinasi

dan ranah (domain) bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.

Kepadatan bahasa puisi itu sebenarnya sangat berkaitan. Secara sinkron

dan integratif dengan upaya sang penyair dalam memadatkan sejumlah pikiran,

pcrasaan dan emosi serta pe-ngalaman hidup yang diungkapannya. Hal yang

membedakan seorang penyair dari pengarang prosa adalah karena kemampuannya

dalam mengekspresikan hal-hal yang sangat besar dan luas dalam bentuk yang

ringkas dan padat.

Page 2: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Dipandang dari segi isinya puisi yang bagus merupakan ekspresi yang

paling benar (genuine expression) atas keseluruhan kepribadian manusia dan

kerena itu ia dapat menyampaikan secara luar biasa keinsyafan pikiran dan hari

manusia tehadap pcngalaman dan peristiwa kehidupan. Dengan demikian

fenomen- budaya puisi itu tcrcipta dalam proses yang kira-kira bisa dibagankan

sebagai bcrikut:

b. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di semua

tingkatan

Berdasarkan sejumlah pandangan yang terpilih dari para ahli dan kritikus

sastra dapatlah dikatakan bahwa pu isi bersifat koekstensif dengan “hidup”

(W.J.G. race, 1965:5) yang berarti bcrdiri berdampingan dalam kedudukan yang

sama dengan “hidup” sebagai pencerminan dan krilik atau interpretasi terhadap

“hidup”.

Dalam pemikiran aslinya Dr. Smuel Johnson menyebutkan “general

nature” sebagai obyek “percerminan”. Dalam hal ini puisi itu sendiri bukanlah

sebuah cermin, dalam pengertian ia tidak semata-mata mereproduksi suatu

bayangan alam (dan kehidupan), tetapi ia membuat alam itu direfleksikan di

dalam bentuknya yang banyak berisi arti (Northrop Frye, 1957: 84).

Secara aktual apa yang dinyatakan oleh penyair dalam puisinya dapat

merupakan analogi, koresponden atau mirip dengan alam lahir (external nature).

Di sini “cermin” tidak semata-mata mereflcksikan alam lahir itu, oleh karena

“alam” di sini juga mencakup inleligensi manusia, perasaanya dan cara atau

Page 3: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

aktivitas manusia itu melihat dirinya sendiri. Tendensi pandangan dalam kritik

modern mengenai dalil “pencerminan” tersebut menganggap bahwa puisi sebagai

suatu jenis karya scni merupakan “heterokosmos” yakni sebagai “alam kedua”.

Dalam memandang sastra pada umumnya dan puisi pada khususnya sebagai

pencerminan pengalaman, kita tidak akan berpikir bahwa sastra (puisi) sebagai

penyajian norma-norma secara statistik.

Sebegitu jauh sastra/puisi di zaman angkatan Pujangga Baru (tahun 30-an)

boleh disebut hanya mengenal atau cenderung kepada minoritas orang-orang

berpendidikan menengah dan feodal sebagaimana sastra Eropa Barat di abad

pertengahan yang hanya menyuarakan gerak hidupnya kaum bangsawan yang

mencari kekuatannya pada tema-tema tertentu saja, misalnya cinta istana.

Namun sastra/puisi Indonesia di kurun 1942 – 1945 mengumandangkan

tuntutan masyarakat akan kemerdekaan dan di tahun 1960-an meneriakkan

pemberontakan kepada kaum “tirani” dan “despot”. Sedangkan puisi-puisi

Gunawan Muhammad atau Sapardi Joko Damono lebih banyak ber-sifat renungan

pada pencarian nilai-nilai.

1) Hubungun puisi dengan pengalaman hidup manusia

Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra/puisi disebut

“pengalaman perwakilan’ (vicarious experience, (1) D.L. Burton, 1964: 4, (2)

M.E. Fowler, 1965: 219, (3) W.J. Grace, 1965: (4). lni berarti bahwa manusia

senantiasa ingin mcmiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih

menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman

langsung yang terbalas. Dengan ‘pengalaman perwakilan” itu sastra/puisi dapat

Page 4: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

memberikan kepada mahasiswa memiliki kesadaran (insight – wawasan) yang

penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan

tentang masyarakat.

Dengan keseringan membaca dan mendiskusikan hasil karya sastra/puisi

dengan bimbingan dosen yang bijaksana dan matang mcreka dapat berkembang

untuk mengerti tidak saja terhadap diri mereka masing-masing dan hubungannya

dengan masyarakat di mana mereka hidup, tetapi juga terhadap keahlian dan

kearifan senimannya (the craft of the artist).

Pendekatan terhadap ‘pengalaman perwakilan’ ilu dapat dilakukan dengan

suatu kemampuan yang disebut ‘imaginative entry’ (D.L. Burton, 1965: 1544),

yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman

yang diluangkan penyair dalam puisinya. Sebagai pemuda tentulah mahasiswa itu

pcrnah jatuh cinta, kebencian yang mendendam, keberanian memprotes, sakit hati

dan penderitaan olch kesedihan, keterharuan dan kebanggaan olch dalang-nya

suatu harapan yang membahagiakan. Dengan mengidentifikasi pengalaman-

pengalaman itu mereka dapat memasuki pcngalaman dalam puisi dengan

membaca dan mendiskusikannya, sehingga mcreka dapat mempcrluas

ketahuannya terhadap dirinya dan terhadap orang lain.

Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam memperluas pengalaman hidup

aktual dengan jalan mengalur dan mensintesekannya. Pengalaman yang melayani

kebutuhan universal manusia untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari

beban kesibukan hidup yang rutin.

Page 5: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

2) Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual

Dengan membaca puisi kita dapat diajak untuk dapat menjenguk hati dan

pikiran/kesadaran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Hal ini sangat

dimungkinkan oleh puisi itu sendiri, karena melalui puisinya sang penyair

menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan

pengalaman sctiap orang, yang bisa mengenai:

a) topang yang dipakai orang dalam kehidupan yang nyata

b) berbagai peranan yang diperankan orang dalam mcnampilkan diri di dunia

atau lingkungan masyarakatnya.

Adalah hak dan misi seorang penyair lewat puisinya untuk membuka tabir

yang mcnutupi hati manusia dan membawa kita untuk melihat sedekat- dekatnya

rahasia pikiran, perasaan dan impian manusia. Pada akhirnya puisi mempcrluas

dacrah pcrscpsi kita memperlcbar dan memperdalam serta menyempurnakan

sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk merasakan, sehingga kila

dibuatnya menjadi lebih sensitif, lebih responsif dan mejadi manusia yang lebih

simpatik.

3) Puisi dan keinsyafan sosial.

Puisi juga membcrikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai

makhluk sosial, yang tcrlibat dalam issue dan problema sosial. Sccara imajinatif

puisi dapat menafsirkan sittuasi dasar manusia sosial, yang bisa berupa:

a) penderitaan atas ketidak adilan

b) perjuangan untuk kekuasaan.

c) konfliknya dengan secsamanya

Page 6: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

d) pemberontakannya lerhadap hukum Tuhan atau hukum manusia sendiri.

4) Puisi dan nilai-nilai.

Dengan membcrikan pengarahan dna bimbingan yang tepat dalam proses

membaca dan mendiskusikan puisi, mahasiswa akan men-jumpai nilai-nilai

(value) yang bermanfaat bagi lingkungan hidupnnya. Ia akan membaca tentang

manusia laki-laki atau perempuan yang mungkin telah mengambil sikap tertentu

tentang moral dan etika yang menjadi pilihannya.

Kata drama berasal dari kata Greek draien yang berarti to do, to act.

Sementara itu kata teater berasal dari kata Greek the-atron yang berarti to see, to

view. Perbedaan antara kedua istilah itu dapat dilihat pada pasangan ciri-ciri

sebagai berikut ;Drama teater

Drama Teater

Play Performance

Script Production

Text Staging

Author Actor

Creation Interpretation

Theory Practice

Dari perbandingan di atas kiranya nampak bahwa drama lebih me-rupakan

lakon yang belum dipentaskan; atau skrip yang belum diproduksikan; atau teks

yang belum dipanggungkan; atau hasil kreasi pengarang yang dalam batas-batas

tertentu masih bersifat teoritis. Sementara itu teater lebih merupakan performansi

Page 7: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

dari lakon; atau produksi dari skrip; atau pemanggungan dari teks; atau hasil

interpretasi aktor dari kreasi pengarang yang dalam batas-batas tertentu bersifat

mempraktekkan.

Mengapresiasi drama sebagai sastra (terutama jika menggunakan pendekatan

obyektif) tidak dapat dilepaskan dari memahami elemen-elemen atau unsur-unsur

drama yakni : alur (plot) bahasa lakon (terutama dialog), dan tokoh (character).

Namun hendaklah diingat bahwa ketiganya (plot, dialog dan character) bukanlah

monopoli drama, oleh karena prosa fiksi pun memiliki elemen-elemen tadi.

Dari sini jelas bahwa perbedaan antara novelis dengan penulis lakon dalam

menyajikan tokoh, terletak pada alat yang digunakan. Penulis lakon menggunakan

alat dialog dan aksi. Sementara itu novelis akan menggunakan alat dialog dan

wacana narator (narrator’s discourse).Dari apa yang telah disajikan di atas

semakin jelaslah bahwa elemen-elemen drama dalam batas-batas tertentu terdapat

juga di dalam prosa fiksi.

PROSA FIKSI

Istilah prosa fiksi banyak padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative

fiction, fictional narrative, prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin

fictionem dari kata fingere artinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam

bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan

didefinisikan sebagai “Bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai peme-

ran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi”

Page 8: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

(Saad & Moeliono). Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau

novel, atau cerita pendek.

c. Nilai-nilai di dalam prosa fiksi

Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang

diperoleh pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak

semua pembaca dapat mem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya

dapat diperoleh pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak

akan diperoleh secara otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil

mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.

1) Prosa fiksi memberikan kesenangan

Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah

pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri

peristiwa atau keja-dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan

imaginasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum

dikunjunginya, atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca

juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau

mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu sukses. Namun

demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam fiksi itu

mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.

Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa

stimulasi intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau

Page 9: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

pemikiran-pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang

mungkin sangat membahayakan jika diungkap-kan bukan lewat sastra.

2) Prosa fiksi memberikan informasi.

Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.

Jika kita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka buku. Tetapi jika

kita menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta,

maka kita harus memilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan mendapatkan

nilai-nilai dari sesuatu yang mungkin di luar perhatian kita. Dari novel sering

kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik

tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masa lalu, bahkan juga kehidupan

yang akan datang, atau kehidupan yang sama sekali asing. (Kita ingat misalnya

Robinson Crusoe (Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (Djamil Suherman).

Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar

fakta yang hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang

kelemahan, ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa

yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.

Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan seperti

misalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-

prinsip abstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi

ingat misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau

fisikalisasi dari ide keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan

oleh profesor filsafat itu.

Page 10: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

(c).   Prosa fiksi memberikan warisan kultural.

Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada

mahasiswa; demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para

mahasiswa yang mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak

dengan : impian-impian, harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-

akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat menstimulai imaginasi, dan merupakan

sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.

Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar

Terkembang mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-

aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi

kini. Bagi bangsa Indonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan

revolusi seperti Jalan Tak Ada Ujung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel

yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu

tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan.

(d). Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.

Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan

pengalaman-pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan

lebih banyak kesem-patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-

kaian aksi (action) yang mungkin sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan

oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan

tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.

Page 11: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah

yang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam

persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari

banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan

wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya

yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap

memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan

simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan

novel Belenggu, adalah contoh dari “the probable impossibility.” Tetapi justru

dari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.

Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu

dapat memberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang

menyajikan suatu wawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada

yang “gila” (Ingat beberapa novelet Putu Wijaya).

4.2 Aspek ekstrinsik prosa fiksi.

Faktor sejarah dan lingkungan seringkali dapat dibuktikan ada kaitannya

dengan sebuah cipta sastra (fiksi). Dengan kata lain kekuatan-kekuatan di dalam

masyarakat atau lingkungan itulah justru memiliki pengaruh yang kuat pada

diciptakanya sebuah karya prosa fiksi. Sehingga kejadian-kejadian yang

bersamaan dalam proses pembuatan sebuah karya prosa fiksi seringkali menjadi

ide dan inspirasi dari pengarangnya.

 

Page 12: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Konsepsi Budaya Dasar Dalam Seni Rupa

1. HAKEKAT SENI RUPA.

Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui

pemahaman, penghayatan dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam

suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara

naluriah memerlukan pranata budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara

aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.

Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni

rupa seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa

sebagai karya seni yang nampak rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan

indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu disamakan dengan seni visual,

yakni seni yang aktifitasnya erat sangkut pautnya dengan visi indrawi (mata)

Tetapi sebenarnya seni rupa itu lebih dari yang hanya bersifat lahiriah semata,

yakni lebih dalam lagi dan meliputi pula visi bathiniah.

Seni rupa sebagai karya yang kasat mata, perwujudannya itu adalah

merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat bathiniah Dalam mengadakan

pendekatan terhadap seni rupa seluruh pancaindra kita, khususnya penglihatan,

perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asyiknya terhadap bentuk seni

rupa itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang

bersifat lahiriah itu untuk seterusnya menguak alam kesadaran jiwa kita untuk

Page 13: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya seni rupa itu serta idea yang

melatar belakangi kehadirannya.

Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap karya seni rupa kita

tidak cukup hanya bersimpati terhadap karya seni rupa itu, tetapi lebih dari itu

yaitu secara empati (empathy). Empati berasal dari kata Yunani yang berarti

Terasa di dalam, sedangkan simpati yang juga berasal dari kata Yunani berarti

merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita

menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

“Seorang pribadi yang berempati orang ini mencoba melihat dunia dari

makhluk manusia lain, melalui mata dari orang lain. Empati memerlukan

keterlibatan, imajinasi, pengertian, identifikasi dan interaksi. Dengan faktor-faktor

tersebut maka kualitas empati lebih meningkat”

Dengan kesediaan kita mempelajari suatu karya seni secara empati, yaitu

mencoba memahami apa yang sebenarnya terbabar dalam karya seni itu, baik

terhadap karya seni yang berasal dari jaman lampau maupun dari masa kini dari

daerah yang sama atau berjauhan,berarti kita telah terbuka untuk memahaminya.

Memang, pada dasarnya manusia bersifat sukar memahami manusia

lainnya, termasuk bersifat sukar menerima karya seni bentuk-bentuk asing.

Pemahaman terhadap karya seni bentuk-bentuk asing seperti karya seni rupa

prmitif atau karya seni rupa kuno, bahkan juga terhadap karya seni rupa modern

tidaklah mudah, Satu syarat yang masih dituntut oleh seni modern yang bahkan

merupakan ciri khasnya, ialah kreativitas. Dari sebuah perkataan ini tercantumlah

Page 14: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

beberapa sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh karena itu untuk

menghindarkan istilah modern yang bermuka banyak itu tadi, ada yang menamai

seni modern itu dengan “seni kreatif”. Contoh, karya-karya seni rupa modern

adalah karya-karya seniman :

Page 15: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

a. Paul Cezane,

b. Paul Gauguin,

c. Vincent van Gogh,

d. Pablo Picasso,

e. Naum Gabo,

f. Antoine Pevsner,

g. Ozcenfant,

h. Marinelti,

i. Mari Utrillo,

j. Max Chagal,

k. Henry Moor,

l. Kandinsky dan

sebagainya

.

Page 16: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Di Indonesia kita mengenal seniman pelukis dan pemahat modern antara lain:

a. Affandi,

b. Popo Iskandar,

c. Zaini,

d. G. Sidharta,

e. Klul,

f. Cokot,

g. Ida Bagus Nyana dan sedcretan scniman muda lainnya

Karya-karya mereka (sebagian) dipajang di becrapa lempat scperti :Balai Scni Rupa Pusat di

Jakarta, Museum Affcndi di Yogyakarta, Museum bali di Dcnpasar, Museum Ralna Warta di

Ubud (Bali), Pusat Kcsenian Bali di Dcnpasar, Museum Sctcja Neka di Ubud (Bali) dan di

bebcrapa tempat kolcktor lainnya.

2. BEBERAPA GAYA, CORAK, ATAU ISME SENI RUPA.

Di muka telah di singgung, bahwa kclahiran karya-karya seni rupa yang berbeda-beda

pada liap-liap jaman dikarcnakan masing-masing jaman itu mcmiliki aliran-aliran pikiran yang

berbeda-beda. Masing-masing jaman mclahirkan karya-karya scni rupa dengan ciri-cirinya

masing-masing. Ada kalanya pada satu jaman lahir aliran-aliran pikiran yang berbeda-beda,

schingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda.

Page 17: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Jadi yang dimaksud dengan gaya dalam seni rupa adalah corak atau isme yang

dikarenakan aliran-aliran pikiran yang mendorong alau mclatar belakangi kelahiran karya scni

rupa itu.

Karena adanya perbedaan-perbedaan konsepsi pikiran dari masing-masing jaman, maka

masing-masing jaman mclahirkan kcsenian yang mem-punyai ciri-ciri yang khusus. Adanya

bermacam gaya, corak atau isme.itu mempunyai pesona-pesona sendiri yang khusus dan khas. Di

samping itu, tiap-tiap aliran corak, gaya atau ismc itu mempunyai tujuan tcrtcntu atau fungsi

sendiri-sendiri. Atau tiap-tiap aliran itu mempunyai cita-cita seni sendiri, sesuai dengan pikiran

jamannya.

Karena cila-cita seni itu berbeda-beda, yang satu ke arah kemanusiaan, yang satunya kc

arah ke Tuhanan dan sebagainya, maka karya-karya seni itu memperlihatkan wujud yang

berbeda-beda. Namun demikian kesenian mempunyai aspek-aspek persamaan.

 Kesenian Primitif

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang

khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada duanya

itu, maka orang menoleh ke masa seni primitif.

Kesenian primitif kesederhanaannya menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian

primitif tidak di buat atas dasar sadar artistik tctapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda yang

dibuat tidak ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi sebagai benda

sakti. Contoh : patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik pesona seni orang-orang

modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan menurut pesona seni klasik.

Page 18: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Kita sering keliru menilai suatu karya seni dan menilai tidak dari karya scni itu sendiri

pada jamannya, melainkan dengan kriteria dari luar jaman karya scni itu. Biasanya kita

menggunakan ukuran masa kini atau masa klasik untuk menilai karya seni primitif. Gaya klasik

semula dimaksudkan ialah kesenian Yunani kuno.

Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang

kesusastraan melayu juga di scbut klasik. Ciri-ciri seni klasik adalah tenang, harmonis, symetris

atau seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.

Lawan dari klasik ialah seni romantik, yang dengan sadar mengingkari keseimbangan

klasik, bentuk teratur dan tradisional. Sedangkan romantik menyampingkan realitas dan

mengikuti emosi, terutama emosi yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para seniman

romantik mengubah ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya seolah-olah hidup di

dalam impian.

Dengan demikian wajarlah para seniman romantik mencari obyek yang biasa merangsang

fantasi-fantasinya dan bisa memberi jalan untuk melahirkan rasa romantisnya. Pelukis romantis

Indonesia yang terkenal adalah Basuki Abdullah dengan buah karyanya yang menawan

penggemarnya.

Di Barat romantik berkembang pada bagian akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad

ke 19, bersamaan dengan aliran neo-klasik.

Neo-klasik adalah aliran yang berorientasi pada kcbcnaran dan kcindahan Recoco yang

berkembang di Perancis pada pertcngahan abad ke 18 (*).

Page 19: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Apabila gaya rococo mcncerminkan kehalusan dan pcrmainan cinta serta keingingan

menghias tanpa tujuan tertentu, maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap kerinduan

pada masa silam dari kcscnian negara tua. Ciri-cirinya:

1). mengagung-agungkan bentuk,

2). komposisi seimbang,

3). gerak tidak berlebih-lebihan,

4). warnanya dingin dan

5). obyek tentang sejarah dan mitologi

Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya Jacques Louis David yang menunjukkan adanya

kemahiran dalam anatomi dan kctclitian dalam membuat lipatan-lipatan kain serta penyusunan

figur-figur secara scimbang.

Perbedaannya dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok litik berat di scgala

jurusan, tidak ada kescimbangan synctris. Warna dan sinar kontras dan scrba bcrgcrak. Ukuran

tafril scrba besar. Sedangkan seni klasik, titik bcrat pada tengah-tengah lukisan, scimbang dan

symetris. Karya korcvoor dan Hcsscling adalah salah satu contoh gaya Barok yang

mempcrlihatkan bcrmacam-macam efck yang bcrgerak dengan kontras yang kuat sckali.

Sesudah gaya romantik, berturut-turut limbul realisme, impresionisme dan

ekspresionesme. Realisme dibedakan dengan naturalisme. Realisme tidak seperti halnya

romantik yang hanyut pada emosi individual, melainkan tingkah laku di dunia pada umumnya.

Page 20: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Jadi terletak pada arah kebenaran umum dalam hal ini kehidupan sosial. Di Barat karya Daumier

adalah contoh yang baik unluk gaya realisme. Dan di Indonesia kita dapat menunjuk karya-karya

Henk Ngantung yang menggambarkan kchidupan para petani buruh dan nelayan dari tingkat

kelompok sosial bawah.

Gaya Racoco >

Hanya dipakai dalam interior rumah (pintu, mebel, barang-barang kerajinan dan

sebagainya) yang ditaati oleh pemakai ornamen yang berlebih-lebihan seperti motif sulur-sluran

daun,

Apa yang telah di paparkan di atas sebagai gaya realis yang berbeda dengan gaya

naturalis. Gaya naturalis selalu mewujudkan seperti terlihat dalam alam. Dalam lukisan naturalis

seniman menghubungkan hal-hal kecil scbanyak mungkin, membangun lukisan secara teliti dan

tcrperinci dengan selalu mengulang supaya mirip dengan benda scsungguhnya secara foto grafis

dengan mempcrhatikan bentuk maupun tekstur, refleksi warna dari satu benda terhadap yang lain

dan sebagainya. Contoh karya naturalis yang banyak adalah karya-karya Abdullah Suryo Subroto

yang senang melukis obyek-obyek pemandangan di sekitar gunung Merapi dan alam

pegunungan yang indah.

Apabila aliran naluralis sangal leliti dalam melukis obyeknya, tidak demikian halnya

dengan aliran imprcsionismc. Naturalisme mcnimbulkan kesan efck yang pcrmanen dan abadi,

scdang imprcsionisme mcrupakan hasil dari pcrtumbuhan keadaan scpintas lalu serta pcrcobaan

scketika. Imprcsionismc menunjukkan kesan-kesan scketika atau scsaat dan tidak pcrmanen.

Pclukis imprcsionismc tidak Iagi mcncliti dengan ccrmat bentuk-bentuk obyeknya.

Page 21: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

3. ALIRAN SENI LUKIS

a. Surrealisme

Aliran untuk melukiskan suatu aktivitas jiwa manusia yakni aktivitas jiwa yang masih

dalani kcadaan bebas, yang belum terkekang oleh kaidah-kaidah logika, etika, estetika dan

scbagainya. Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering

ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan

kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang

bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

Jadi surrealisme ini hendak melukiskan pcngalaman manusia secara scdalam-dalamnya.

Aliran ini lahir sejak terbitnya manifes yang di tulis oleh A. Breton (manifesto du surrcalisme)

pada tahun 1942 dan memuneak an-tara tahun 1934 – 1938. Karya-karya yang tergolong

surrealis adalah buah karya : Savador Dali, M. Chagall dan Paul Klce.

b. Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam

bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran

ini adalah Pablo Picasso . adalah nama bagi suatu aliran dalam scni lukis dan seni pahat modern

yang lahir pada tahun 1908. Aliran ini mula bcrtujuan untuk mempcrsahajakan benda-benda

menjadi bentuk-bentuk geomctris, kemudian lcbih bcrcorak dekoratif dan non obyektif.

Penganjuran pcrtama adalah Pablo Picasso dan Brauquc. Karya Pablo Picasso yang

bcrgaya kubisme yang tcrkcnal adalah lukisannya yang bcrjudul “Guernice” (1937). Sebenarnya

Page 22: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

lukisan ini kombinasi gaya ekspresionisme, surrealisme dan kubisme. Lukisan ini adalah buah

dari reaksi kemarahan Picasso atas pengeboman scmcna:mcna olch angkatan udara Jerman atas

Guernice yang sama sckali tidak dipertahankan secara milker.

c. Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini

berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan

alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh

pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk

tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah

Raden Saleh

d. Ekspresionisme

Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan

efek-efek emosional . Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan , sastra , film ,

arsitetur , dan musik . Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan

depresi daripada emosi bahagia.

Pelukis Matthias Grünewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis. seniman berusaha

mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obycknya. Jadi corak cksprcsionismc

ilu scsungguhnya mcnggambarkan bagaimana scsungguhnya pcrasaan jiwanya tcrhadap

obycknya, bukan lagi mcngambarkan kesan rasan luar dari sualu obyck. Corak cksprcsionismc

lcbih mcmcntingkan cksprcsi, yaitu pcrnyataan balhin yang sclalu tumbuh karcna dorongan akan

mcnjclmakan pcrasaan atau buah pikiran . Pada corak ekspresionismc itu yang diutamakan

Page 23: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

adalah inti-sari atau hakekat, jadi soal “di dalam” atau ada juga yang mcngatakan soal

“kejawaan”.

Oleh karena yang diungkapkan soal kejiwaan, scdangkan jiwa itu scsuatu yang abstrak,

maka wujudnya ada kalanya abstrak. Corak eksporcsionismc inilah mcnjadi dasar scni modern

dengan bebcrapa cabangnya sepcrti: kubisme, fauvismc, purismc, futurismc, dadaisme, sur-

realisme, naif-primitifismc dan scbagainya.

e. Impresionisme

Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun

1860an . Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet , ” Impression, Sunrise ”

(“Impression, soleil levant”) . Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran

dalam artikelnya di Le Charivari .

Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah

(bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap

bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-

subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa. Impresionisme

menjadi pelopor berkembangnya aliran-aliran seni modern lain seperti Post-Impresionisme ,

Fauvisme , and Kubisme . Ia memiliki ciri khas:

Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan

pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.

Page 24: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan.

Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina .

Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak digunakan

sebagai bayangan).

Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.

Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.

Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian

diterapkan di dalam lukisan.

Dikerjakan di luar ruangan

Apabila warna yang diletakkan terpisah (berjajar) satu persatu yang mempertinggi

kecemerlangan warna terhadap yang lain. Hasilnya melahirkan efek-efek yang menggetar pada

mala pengamal. Contoh karya-karya impresionisme adalah karya-karya seniman : Monet, Manet,

Vincent van Gogh dan sebagainya. Di Indonesia karya Gusti Ngurah Gede Pemecutan yang

bergaya pointilismc adalah salah salu contoh gaya impresionismc.

Apabila gaya imprcsionismc hanya menangkap kesan luar dari suatu Obyek yang

dilukiskannya dengan warna cahaya yang mclclch, lain halnya dengan ekspresionisme. Aliran ini

mengulamakan (untuk dilukis) kesan llahi yang bcrsifat bathiniah. Melalui ekspresionisme,

seniman sedang berusaha mengungkapkan pcrasaan yang biasanya ada, ialah sesualu yang

nenyedihkan. Tidak ada suatu kemungkinan unluk melihat lukisan-lukisan macam ini, tanpa

merasakan sesuatu dari konflik bathin yang menggcrakkan Jiwa. Lukisan ekspresionisme

Page 25: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

memaksa pengamat berfikir tentang bentuk fieri a dislori warna yang dipcrgunakan sebagai

bahasa oleh pelukisnya. Contoh karya Vincent van Gogh dan El Greco. Di Indonesia karya-karya

Affandi adalah contoh yang baik bagi gaya cksprcsionismc.

f. Post-Impresionisme

Post-Impresionisme adalah suatu masa yang masih dipengaruhi sisa-sisa impresionisme.

Pada awal 1880 pelukis mulai mengeksplorasi sisi lain dari penggunaan warna, pola, bentuk, dan

garis yang sedikit berlawanan dari pencapaian impresionisme. Pelukis pada era ini contohnya

adalah Vincent Van Gogh , Paul Gauguin , Georges Seurat dan Henri de Toulouse-Lautrec .

Camille Pissarro , yang sebelumnya adalah seniman impresionis kemudian mengembangkan

gaya pointilisme . Monet meninggalkan kewajiban melukis di luar ruangan. Paul Cézanne ,

meskipun telah tiga kali terlibat dalam pameran impresionis, kemudian mengembangkan

gayanya tersendiri. Karya seluruh seniman ini meskipun tidak lagi menganut aliran

impresionisme namun masih mengandung unsur-unsur dasarnya.

g. Fauvisme

Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang

dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran “fauve” (binatang

liar) oleh Louis Vauxcelles saat mengomentari pameran Salon d’Automne dalam artikelnya

untuk suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2. Kepopuleran aliran ini dimulai dari

Le Havre , Paris , hingga Bordeaux . Kematangan konsepnya dicapai pada tahun 1906.

Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang

hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme , pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni

Page 26: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan

pribadi seniman dengan alam tersebut. Konsep dasar fauvisme bisa terlacak pertama kali pada

1888 dari komentar Paul Gauguin kepada Paul Sérusier :

“Bagaimana kau menginterpretasikan pepohonan itu? Kuning, karena itu tambahkan

kuning . Lalu bayangannya terlihat agak biru, karena itu tambahkan ultramarine . Daun yang

kemerahan? Tambahkan saja vermillion .”

Segala hal yang berhubungan dengan pengamatan secara objektif dan realistis, seperti

yang terjadi dalam lukisan naturalis , digantikan oleh pemahaman secara emosional dan

imajinatif. Sebagai hasilnya warna dan konsep ruang akan terasa bernuansa puitis. Warna-warna

yang dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna di lapangan, tetapi mengikuti keinginan

pribadi pelukis.

Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa

mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat. Akibatnya bentuk benda mudah dikenali tanpa

harus mempertimbangkan banyak detail .

adalah aliran dalam scni lukis yang bcrckspcrimcn dengan bcntuk. Karena kebebasannya

mcnggambarkan bentuk, maka oleh pelukis tradisional disebut “pelukis liar” bahasa Pecrancis

(fauvc = binatang liar), nama yang dikarang olch L. Fauxclles (1903). CIri-cirinya: warnanya

kuat, sapuan-sapuannya lebar bcrjejer berdampingan dan pinggiran warna-war-nanya

dilunakkan. Lahir dan berkembang pada tahun 1904 – 1909. Tokoh-tokohnya : Matisse, Drain

dan Vlaminch.

h. Realisme

Page 27: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana

tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu.

Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran,

bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.

Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang

bermula di Perancis pada pertengahan abad 19 . Namun karya dengan ide realisme sebenarnya

sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal , yang sekarang lebih dikenal dengan

nama India .

Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha

mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di

zaman renaisans , Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya

telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada yang

telah diusahakan sejak zaman Gothic .

Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya Rembrandt yang

dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di

Perancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat

kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme . Di Inggris,

kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian

membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme.

i. Naturalisme

Page 28: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

Naturalisme di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan

penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada

abad19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme . Salah satu perupa naturalisme di Amerika

adalah William Bliss Baker , yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan realis terbaik dari

gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan naturalis adalah pandangan Darwinisme

mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia terhadap alam.

j. Purisme,

Adalah aliran dalam seni lukis yang amat menyederhanakan elcmen-clemcn kontruksi

dan sangat membatasi pemakaian warna. Bahkan dikatakan, purisme adalah pcngolahan lcbih

lanjut tcrhdap kubisme. Tokoh-nya adalah Ozenfant.

k. Futurismc,

Suatu gcrakan sastra yang bcrcorak politik. Lahir olch scorang Italia F.T. Marinelti

dengan suatu manifes yang menganjurkan sifat sportif dan pro tcrhadap scgala apa yang dapat

memajukan tchnik dan keccpatan. Sebaliknya ia mencntang kepada apa yang masih berhubungan

dengan waktu lalu. Anti terhadap sctiap sikap yang bcrdasarkan filsafat atau sikap hidup yang

didapatkan secara intclcktualistis. Kchidupan seni rupa waktu itu sangat dipengaruhi, scbagai

rcaksi tcrhadap akademismc yang mundur waktu itu di Italia.

Lukisan-lukisan futurisme mcngulamakan gerak sehingga lahir macam-macam gcrak dari

suatu benda. Semuanya dilihat dari pangkal tolak motoris (gerak). Pelukis futuristik melukiskan

benda-benda tidak lagi dari suatu tempat tcrtcntu, tetapi mcngumpulkan pecnangkapan kesan

menjadi satu gambaran atau kombinasi, fragmen dari pengamatan yang menggugah. Selanjutnya

Page 29: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

mereka melahirkan gerak dan kekuatan dan juga buah dan suara dari pada warna dan garis.

Mereka mclemparkan jauh-jauh prinsip pcrspektif.

l. Dadaisme,

Adalah suatu gerakan yang radikal sekali dikalangan pelukis dan pujangga-pujangga,

yang menentang segala macam kesenian yang telah diakui dan anli terhadap nilai-nilai

tradisional.

Pcrkataan “dada” berasal dari bahasa Perancis, yaitu pcrkataan yang di ucapkan anak kecil baru

belajar bcrkata-kata. Perkataan “dada” juga bcrarti “hobby” suatu pekerjaan yang digemari. Gaya

dadaisme muncul sewaktu Perang Dunia I di Swiss dan mengalami kemajuan dengan pesat

sesudah tahun 1908, tcrutama di Pcrancis dan Jerman. Tokohnya di bidang seni lukis adalah

Hans Arp.

m. Naif- Primitifismc

> aliran dalam seni lukis yang sederhana kekanak- kanakan. (Naif artinya = kekanak-

kanakan; primitif artinya = sederhana). Aliran ini diikuti oleh pelukis Henri Rousseau (1844 –

1910), Moris Utrillo dan Marval.

Corak dan gaya seni modern ekspresionis tidak terbatas oleh obyek-obyek tertentu. la

dilanjutkan oleh sikap bathin si penciptanya. la melampaui batas ruang dan waktu.Akibat

daripada luasnya daerah seni modern itu, maka variasi yang terdapat di dalamnyapun tidak

terhingga pula jumlahnya sehingga tidak mungkin untuk memasukkannya ke dalam sesuatu

Page 30: Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Ditinjau Dalam Aspek Kesusasteraan Dan Seni Rupa

devinisi yang normal. Seni modern berkisar dari yang paling realislis sampai kepada yang paling

abstrak.