kudeta militer di nigeria pada tahun 1966 (militer dan politik)

14
Makalah Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 Diajukan Oleh : Julian Muhammad Hasan Nim : 106083003655 Jurusan : Hubungan Internasional V/A Sebagai salah satu syarat melengkapi tugas Mata kuliah Militer Dan Politik semester ganjil ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA OKTOBER 2008 1

Upload: julian

Post on 07-Jun-2015

1.245 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

Makalah

Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966

Diajukan Oleh : Julian Muhammad Hasan

Nim : 106083003655

Jurusan : Hubungan Internasional V/A

Sebagai salah satu syarat melengkapi tugas

Mata kuliah Militer Dan Politik semester ganjil

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

OKTOBER 2008

1

Page 2: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

BAB I

Pendahuluan

:

1.1 Latar Belakang

Nigeria adalah salah satu negara yang mendapatkan kemerdekaan dari

Inggris pada 1 Oktober 1960. Pada tahun 1966, Nigeria – negara yang dianggap

lebih “siap” merdeka dibandingkan negara lain di Afrika – juga mengalami kudeta

pertama selama 20 tahun. Di bagian utara Nigeria dihuni oleh penduduk yang

berbahasa Hausa; di timur oleh Igbo dan kelompoknya, sedangkan di barat oleh

Yoruba. (Dr. Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika.

Penerbit CV. Angkasa, Bandung. 2008. Hal 68 dan Hal 69).

Nigeria resmi menjadi republik pada tahun 1963 dengan empat negara bagian

(timur, barat, selatan, utara). Pelaksanaan demokrasi pertama dalam bentuk pemilu

tahun 1964, gagal mewujudkan kedaulatan rakyat akibat meluasnya boikot.1 Mereka

memprotes pemerintah pusat, yang didominasi etnis dari utara, karena tidak adil. Di

tahun 1965 pemilu dilanjutkan kembali, namun pemerintah pusat membatalkan hasil

pemungutan suara di bagian timur yang didominasi oleh suku Igbo. Ini

membangkitkan kemarahan dan menyulut kerusuhan. Mayjen Johnson Aquiyi-Ironsi

melancarkan kudeta dan menggulingkan pemerintahan sipil tahun 1966 (Lihat

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0105/25/OPINI/nige25.htm). Kudeta yang

terjadi pada tahun 1966 banyak menimbulkan korban jiwa yang dialami oleh suku

Igbo dan Hausa-Fulani karena adanya sikap benci, tidak percaya, cemburu.

Perpecahan etnis di Nigeria menimbulkan kudeta yang seharusnya tidak

terjadi tetapi, perwira Hausa-Fulani yang berkedudukan rendah sangat membenci

para perwira suku Igbo yang mendominir jabatan tingkat atas disebabkan

pencapaian mereka dibidang pendidikan, dan mereka khawatir kalau para perwira

suku Igbo akan menggunakan kedudukan itu untuk kepentingan mereka dan

sukunya sendiri. Perwira Igbo juga takut bila pelaksanaan kuota2 berdasarkan

1 Boikot adalah tidak menginginkan adanya suatu kerjasama antar belah pihak.2 Kuota adalah jumlah, jatah atau bagian untuk menduduki suatu tempat.yang tersedia, suku Igbo tidak mengharapkan suku Hausa-Fulani menduduki suatu jabatan.

2

Page 3: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

presentase akan menguntungkan Hausa-Fulani dalam usaha untuk memperbaiki

ketidakseimbangan etnis dalam jabatan tingkat menengah dan tinggi. Walaupun

rasa sentimen kesukuan tidak sangat berpengaruh terhadap kenaikan pangkat,

tetapi dalam situasi di mana terdapat rasa sentimen, banyak perwira yang

mengalami kelambatan promosi3 akan merasakan bahwa mereka telah diperlakukan

secara tidak adil di masa lampau dan akan terus mendapat pelayanan yang kurang

memuaskan di masa mendatang (Eric A. Nordlinger, Militer Dalam Politik. Penerbit

RINEKA CIPTA, Jakarta. Juli 1990. Hal 61).

Kudeta militer di Nigeria merupakan intervensi militer dan perpecahan etnis

dimana dalam intervensinya tersebut militer melakukan perebutan kekuasaan dan

jabatan antara suku Igbos dan suku Hausa-Fulani yang selalu mempunyai rasa

benci, salah sangka, cemburu yang menyebabkan mereka tidak bersatu. Kudeta

pertama yang terjadi di Nigeria hanya menimbulkan permusuhan antar suku.4 Hal ini

sebenarnya bukan bertujuan untuk balas dendam tetapi untuk menggantikan orang-

orang Timur ke luar dari wilayah Utara dan menginginkan untuk memegang suatu

jabatan atau pangkat.

1.2 Perumusan Masalah

Ada beberapa pertanyaan mendasar yang menjadi acuan dalam pembuatan

makalah ini :

1. Apa yang menyebabkan kudeta militer di Nigeria itu terjadi?

2. Bagaimana cara menyelesaikan kudeta militer di Nigeria?

1.3 Tujuan Penulisan

3 Sebuah ajuan atau tawaran untuk mencapai suatu tujuan agar cita-cita yang ingin ditempuh untuk mendapatkan kenaikan pangkat.4 Kudeta pertama yang terjadi di Nigeria menimbulkan banyak korban terutama dari kaum Igbo, karena pemerintahan di Nigeria pada saat itu masih belum berpengalaman untuk mengatasi kudeta tersebut.

3

Page 4: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Militer dan Politik dengan Dosen Pembimbing Bapak Armein Daulay, Drs.,

M.Si. Khusus mengenai substansinya, makalah ini saya tulis bertujuan untuk :

1. Lebih memahami terjadinya kudeta militer di Nigeria pada tahun 1966.

2. Untuk mengetahui sejauh mana Nigeria menyelesaikan konflik internalnya.

BAB II

Pembahasan

2.1 Asal Mula Terjadinya Kudeta

Di bawah rejim sipil yang bebas, Nigeria memang telah terpecah berdasarkan

garis wilayah dan kesukuan, dan konflik yang besar telah terjadi di antara Hausa-

Fulani di Wilayah Utara dan Igbo5 di Wilayah Timur. Jumlah anggota Suku Hausa-

Fulani hampir 1/3 dari jumlah penduduk dan terpusat di bagian utara negara itu,

karenanya mereka menguasai pemerintahan Wilayah Utara dan mendominasi

negara federal. Jumlah anggota Suku Igbo juga mencapai 1/2 dari jumlah penduduk,

dan dengan pendidikan yang lebih baik, mereka berhasil menduduki lebih banyak

jabatan yang menjadi rebutan dalam korps perwira, pemerintahan dan sektor

ekonomi perdagangan.6 Jumlah jabatan yang diperoleh itu melebihi jumlah

penduduk mereka. Dengan demikian timbullah perasaan benci, cemburu dan salah

sangka kaum Hausa-Fulani terhadap kaum Igbo; sejumlah perwira dan penguasa

Igbo yang tinggal di pusat kota di utara telah dianggap sebagai pendatang yang

tidak diundang. Orang Igbo juga memandang rendah orang utara yang miskin dan

tidak berpendidikan. Kedua kelompok merasa khawatir bahwa kedudukan dalam

politik dan pemerintahan akan memungkinkan saingan mereka menguasai

pemerintahan persekutuan (Ibid Hal 228-229).

5 Terdapat perbedaan antara penulisan suku Igbo dan suku Ibos. Di dalam buku Militer Dan Poltik (Eric A. Nordlinger) ia menulis Ibos dan buku Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika (Dr. Abdul Hadi Adnan) ia menulis Igbo. Setelah melihat perbedaan dan wawancara oleh Dr. Abdul Hadi Adnan Igbo adalah penulisan yang benar. Suku Igbo biasanya juga bisa di panggil Ibo. 6 Suku hausa-Fulani adalah suku dimana pendidikannya masih sangat primitif terhadap perkembangan dunia atau teknologi, maka ia mendominasi sistem federal. Suku Igbo adalah suku dimana pendidikanya sangat maju dan masih menerima perkembangan dunia atau teknologi (modern), maka ia banyak menduduki jabatan atau pangkat yang tinggi di Nigeria.

4

Page 5: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

Kaum Hausa-Fulani dan kaum Igbo yang hanya mempunyai rasa benci,

cemburu dan salah sangka ini menimbulkan kudeta yang sangat berkepanjangan.

Pada awalnya penyatuan pretorian bertujuan baik tetapi pelaksanaannya tidak tepat

maka timbullah perpecahan politik di Nigeria. Menurut Eric A. Nordlinger dalam buku

Militer Dalam Politik, pretorianisme mengacu pada situasi di mana tentara tampil

sebagai aktor politik utama yang sangat dominan yang secara langsung

menggunakan kekuasaan atau mengancam dengan menggunakan kekuasaan

mereka. Di Nigeria pretorian menjadi acuan terjadinya kudeta karena suku Igbo dan

suku Hausa-Fulani sama-sama ingin memegang jabatan tinggi.

Pada 15/01/1966, satu kelompok perwira muda berpangkat mayor

melancarkan percobaan kudeta dengan kekerasan. Pembunuhan secara sistematis

juga dilakukan terhadap sejumlah perwira yang masuk daftar tembak. Dari markas

besar angkatan darat di Lagos,7 Majen Aguiyi-Ironsi,8 menggerakan kesatuan-

kesatuan yang loyal di seluruh negeri dengan cepat dapat mengatasi keadaan. Para

pemberontak menyerah dan Ironsi menjadi pemimpin yang berkuasa. Di bagian

selatan Nigeria, disambut baik atas pengambilalihan militer itu meskipun terdapat

kecurigaan terhadap pelaksanaan para perwira muda tersebut. Celah yang

ditimbulkan oleh pemberontakan para mayor ternyata diisi oleh mereka yang berasal

dari Igbo. Suatu konstitusi baru diumumkan pada Mei 1966. Nigeria tidak lagi

bersifat federasi dan wilayah-wilayah dihapuskan. Pegawai negeri sipil dari daerah-

daerah dipersatukan dalam badan nasional tunggal. Semua organisasi politik dan

kesukuan serta kegiatan politik dilarang (Dr. Abdul Hadi Adnan, Perkembangan

Hubungan Internasional Di Afrika. Penerbit CV. Angkasa, Bandung. 2008. Hal 70).

Dari kejadian tersebut banyak para demonstrasi yang kontra terhadap pemerintah.

Kejadian tersebut banyak dilakukan oleh pihak utara dan banyak terbunuhnya suku

Igbo karena kerusuhan tersbut.

2.2 Keluarnya Dekrit 34

7 Lagos adalah salah satu kota yang berada di negara Nigeria.8 Majen Aguiyi-Ironsi adalah jenderal dari suku Igbo.

5

Page 6: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

Dekrit 34 telah menghapuskan keempat wilayah yang berdasarkan kesukuan

serta rejim-rejim di wilayah itu. Nigeria tidak lagi menjadi negara federal. Telah

diumumkan bahwa tindakan itu bertujuan untuk “menghapuskan tanda-tanda akhir

rasa ke daerahan yang meningkat akhir-akhir ini dan mewujudkan keterpaduan

dalam struktur pemerintahan yang diperlukan guna mencapai dan mempererat

persatuan nasional yang sangat penting itu”. Pretorian mengandaikan bahwa

penghapusan wilayah akan menghapuskan pernyataan politiknya yang bertentangan

menurut pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Majelis Tertinggi Militer, dekrit

penyatuan akan memungkinkan militer “untuk memerintah sebagai sebuah rejim

militer di bawah pemerintahan yang terpusat” (Eric A. Nordlinger, Militer Dalam

Politik. Penerbit RINEKA CIPTA, Jakarta. Juli 1990. Hal 230). Dekrit ini juga

mencita-citakan untuk kaum Hausa-Fulani agar dapat memegang jabatan penting.

Dalam sistem kuota pekerjaan yang dilaksanakan untuk orang-orang dari

utara telah dihapuskan. Hal ini telah dijalankan oleh orang-orang dari utara karena

kurang dalam bidang pendidikan dan ia selalu gugur oleh suku Igbo dan suku

Yoruba dalam ujian saringan yang terbuka.9 Pretorian telah menghapuskan sistem

berdasarkan satu kepercayaan yang keliru bahwa penjelasan sistem kuota akan

mempertahankan ikatan-ikatan wilayah yang besar karena ikatan-ikatan itu akan

dilemahkan, kalaupun tidak dihapuskan,dengan memaksa semua pemohon bersaing

atas dasar pencapaian individu semata. Pretorian memang tidak realistis dengan

memikirkan bahwa penghapusan sistem kuota akan dianggap sebagai bukti akan

perhatian mereka terhadap masalah persatuan nasional. Pengaruh dekrit itu telah

disadari dengan cepat di utara (Ibid Hal 231 dan Hal 232). Kesadaran dari pihak

utara akan pengaruh dekrit dapat menimbulkan rasa benci. Sebenarnya wajar saja

apabila dari persaingan dalam ujian saringan terbuka pihak utara selalu gugur, hal

ini dikarenakan wilayah utara dalam bidang pendidikannya masih sangat rendah.

Pada bulan Juli 1966, kudeta itu dilancarkan dengan tujuan untuk

menghalangi niat suku Igbo untuk mendominasi negara. Dua bulan setelah dekrit

dikeluarkan, para perwira dari Utara melancarkan kontra-kudeta dan Ironsi

ditangkap, dipukuli dan dibunuh. Kudeta ini terjadi karena suku Hausa-Fulani ingin

9 Peraturan yang sebelumnya dapat menggembirakan kaum Hausa-Fulani karena ia berharap akan memegang jabatan-jabatan yang menjadi target mereka. Ujian saringan yang terbuka merupakan jembatan untuk menduduki suatu jabatan atau pangkat.

6

Page 7: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

menghalangi suku Igbos dari jabatan-jabatan tinggi dalam mendominasi kedudukan

negara. Rasa takut dan letih dari suku Igbo yang berada di utara selalu terbayang

atas kejadian yang dilakukan oleh suku Hausa-Fulani yang menyebabkan suku Igbo

mencari perlindungan di wilayah timur.10

2.3 Berakhirnya Kudeta Di Nigeria

Pada 30 Mei 1967, setahun setelah kerusuhan pecah melawan kelompok

Igbo yang tinggal di utara, Ojukwu11 mengumumkan bahwa wilayah Timur

memisahkan diri dari federasi Nigeria. Di tengah perayaan kemerdekaan suatu

negara baru terbentuk bernama “Biafra”,12 perang sipil Nigeria dimulai sebulan

kemudian (Dr. Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika.

Penerbit CV. Angkasa, Bandung. 2008. Hal 71). Setelah diadakannya rundingan-

rundingan ternyata menemui jalan buntu dan orang Igbo juga merasa tidak aman

tinggal di Nigeria yang dikuasai oleh Utara, pihak Timur menarik diri pada bulan Mei

1967 dan mengisyaratkan permusuhan dengan Republik Biafra yang merdeka.

Dengan demikian terjadilah perang saudara yang berlangsung selama lebih dari dua

tahun (Eric A. Nordlinger, Militer Dalam Politik. Penerbit RINEKA CIPTA, Jakarta.

Juli 1990. Hal 234).

Pemerintah pusat menjawabnya dengan pernyataan darurat yaitu perang di

seluruh negeri, serta memekarkan Nigeria dari empat menjadi 12 negara bagian.

Sejak itu, terjadilah pembantaian yang sangat sadis terhadap warga Igbo. Peristiwa

yang dikenal dengan Perang Biafra ini menewaskan sekurang-kurangnya satu juta

manusia, dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Perang Biafra baru resmi

usai pada 15 Januari 1970. Sejak peristiwa itu, militer mendominasi politik. Kudeta

dan kontra kudeta silih berganti (lihat

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0105/25/OPINI/nige25.htm).

Dengan demikian, para pemberontak Biafra disatukan kembali dengan

tentara federal. Para pegawai negeri Igbo kembali pada pos-pos mereka di

10 Banyak korban pembunuhan yang dilakukan oleh wilayah utara terhadap suku Igbo yang berada di utara agar suku Igbo dapat tersingkirkan oleh wilayah utara. Pada saat itu kurang lebih 7.000 orang dari satu setengah juta orang telah terbunuh sebelum sampai tempat tujuan. 11 Letkol Emeka Ojukwu adalah gubernur militer wilayah timur.12 Biafra adalah negara yang terbentuk dari pecahan negara Nigeria yang dipimpin oleh Kolonel Gowon. Biasanya bisa disebut perang saudara.

7

Page 8: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

pemerintahan. Hak yang dimiliki Igbo telah dipulihkan pada para pemilik semula.

Tidak adanya tuntutan maupun ganti rugi. Tidak ada tanda jasa yang diberikan pada

mereka yang terlibat dalam perang itu. Pada akhirnya syarat perdamaian yang

dicapai adalah bahwa Nigeria tidak lagi dibagi tiga wilayah administrasi, tetapi

terbagi menjadi lebih banyak negara bagian, Nigeria ditransformasikan menjadi 36

negara bagian, 12 di antaranya memiliki sumber minyak (Dr. Abdul Hadi Adnan,

Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika. Penerbit CV. Angkasa, Bandung.

2008. Hal 71).

Strategi penyatuan yang dilakukan oleh pretorian sangat ambisius13 tetapi

tidak berpandang jauh ke depan dan tidak terlaksana dengan baik, maka negara

Nigeria timbul ke arah reruntuhan. Memandang gencarnya konflik etnis dan wilayah

sebelum militer merebut kekuasaan, maka tentunya ada kemungkinan akan

terjadinya hal yang sama di bawah pemerintahan sipil. Mungkin masalah tersebut

tidak dapat diputuskan dengan pasti. Menurut pandangan Fist dalam buku Militer

Dalam Politik, walaupun; “Nigeria mungkin berperang sesama sendiri di bawah

pemerintahan sipil, tetapi (ia) tentu tidak terjadi dengan sangat cepat. Partai politik

telah menggunakan rasa kesukuan untuk keuntungan mereka sendiri; tetapi

kehadiran partai itulah yang telah mengelakkan terjadinya konflik yang eksplosif.

Konflik kesukuan sebagian telah diproses melalui partai, dan muncul kemudian

dengan perubahan dan menjadi lebih terkontrol; ketegangan di antara suku mungkin

dihapuskan atau diserap dalam rancangan politik yang berkesinambungan.

(Pretorian) juga telah menempuh kerumitan yang lebih cepat, tetapi dengan

keberanian mereka, ia tidak dapat memutarbalikan fakta” (Eric A. Nordlinger, Militer

Dalam Politik. Penerbit RINEKA CIPTA, Jakarta. Juli 1990. Hal 234 dan Hal 235).

Dengan demikian perpecahan etnis yang menyebabkan kudeta militer di

Nigeria akhirnya berdamai dengan membagikan negara Nigeria menjadi 36 negara

bagian dengan republic federal. Kudeta pertama di Nigeria ini menjadi pengalaman

yang sangat berharga bagi bangsa Nigeria itu sendiri.

BAB III

13 Ambisius adalah haus kekuasaan. Dengan adanya pretorian yang sangat ambisius tersebut pada awalnya memang hanya mengincar kenaikan pangkat dan jabatan.

8

Page 9: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

Penutup

3.1 Kesimpulan

Kudeta pertama yang terjadi di Nigeria pada tanggal 15 Januari 1966,

ditimbulkan karena adanya perang etnis yaitu suku Hausa-Fulani di wilayah utara

dan suku Igbo di wilayah timur. Suku Hausa-Fulani yang pendidikannya sangat

rendah dan selalu gugur dalam ujian saringan terbuka membuat ia sadar bahwa

suku hausa-Fulani tidak bisa menduduki suatu jabatan, maka timbullah rasa benci,

salah sangka, cemburu terhadap suku Igbo. Sebaliknya suku Igbo selalu

mendominasi jabatan dan selalu naik pangkat di pemerintahan tetapi ia memandang

rendah suku Hausa-Fulani yang kurang akan pendidikannya.

Pretorian yang menjadi acuan terjadinya kudeta di Nigeria sangat terjalin

buruk. Banyak kematian dan pembunuhan atas terjadinya korban kudeta di Nigeria.

Beberapa mayor-mayor tertinggi pada saat itu kebanyakan dari suku Igbo dan

seorang Jenderal Majen Aguiyi-Ironsi yang menjadi pemimpin rejim milter, karena

perwira senior yang dari utara banyak yang terbunuh, maka suku Igbo jadi lebih

menonjol. Pada saat itu militer mendominasi politik. Dan pada akhirnya timbul

negara Biafra yang disebut Perang Biafra atau perang saudara. Biafra menyerah,

kalah dan dihancurkan pada Januari 1970. Dengan demikian, syarat perdamaian

muncul dan Nigeria ditransformasikan menjadi 36 negara bagian. Kesadaran militer

telah melihat bahwa negara ini sulit untuk diselesaikan, dan mereka berjanji tidak

akan melakukan kudeta lagi.

3.2 Saran

Kelompok etnis yang menyebabkan kudeta militer di Nigeria sangatlah

merugikan bagi negara Nigeria. Perang saudara menimbulkan banyak sekali

pertumpahan darah sesama bangsa sendiri. Dalam perbedaan etnis janganlah

saling merendahkan dan janganlah saling benci dan buruk sangka karena hal itu

dapat menyebabkan terjadinya konflik yang berkepanjangan.

DAFTAR PUSTAKA

9

Page 10: Kudeta Militer Di Nigeria Pada Tahun 1966 (Militer Dan Politik)

Nordlinger, Eric A., Militer Dalam Politik, Penerbit RINEKA CIPTA, Jakarta, Juli

1990.

Adnan, Abdul Hadi, Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika, Penerbit

CV. Angkasa, Bandung, 2008.

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0105/25/OPINI/nige25.htm

10