lap. florikultur

12
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit,tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik. Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor : a. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya. b. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri.

Upload: junichi-kenziro

Post on 01-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

Page 1: lap. florikultur

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak

diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman

dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu

pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik. Disamping

kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit,tanaman ini

masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari

unsur hara anorganik. Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal

dengan aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman

menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat

terjadi karena beberapa faktor :

a. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau

ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot

sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai

dengan habitatnya.

b. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki

kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan

tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila

dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat

sendiri.

Aklimatisasi adalah kegiatan mengadaptasikan tanaman atau mengkondisikan

tanaman dari yang semula kondisinya terkendali ke kondisi yag tak terkendali, untuk menjadi

tanaman yang autotrof. Aklimatiasi dilakukan dengan memindahkan eksplan keluar dari

ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu

dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar

dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap

serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan

lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit

dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Aklimatisasi. Dapat

dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian, yang kondisinya (terutama

kelembaban) dapat dikendalikan.

Page 2: lap. florikultur

Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet atau tunas mikri

kemedia aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi.Secar

berangsur-angsur kelembaban diturunkan dan intensitas cahaya dinaikan. Cara

yang paling mudah mengaklimatisasi dengan memindahkan ke bak aklimatisasi dengan

media campuran tanah, pasir dan kompos, kemudian disemprotkan dengan air, dan

disungkup dengan plastik. Media aklimatisasi yangd ip aka i j uga b i s a be r upa

campuran med ia l a i n yan g cocok . Ben tuk bak a tau struktur aklimatisai bisa

beragam, tergantung pada kebutuhan, skala produksi bibit, serta jenis tanaman yang

diaklimatisasi.

b. tujuan

praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat melakukan dan mengetahui teknik

repotting dan aklimatisasi tanaman pada anggrek.

Page 3: lap. florikultur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan

yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang

kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya

dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop. Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan

plantlet hasil seleksi. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit

yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan

organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya

lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus

pandang dan pertumbuhan akar bagus.

Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat

dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang

menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar

seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah

mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5

– 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet

dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi

bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi

mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan

mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa

dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol

sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006).

Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan

tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan

lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah,

tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam

botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh

dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber

energi berkecukupan.

Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti

bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang

sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana

mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah. Aklimatisasi

dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang

kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu /

Page 4: lap. florikultur

genting. Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu

pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari

planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu

tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC.

Setelah proses aklimatisasi anggrek diperlakukan sebagai berikut:

Compotting

Ukuran pot yang digunakan untuk kompot berdiameter sekitar 7 cm pada pot ini diisi

bibit sekitar 30 bibit anggrek atau tergantung ukuran bibitnya. Pertama-tama pot yang akan

digunakan diisi dengan sterofoam sekitar 1/3 bagian, kemudian pakis cacah lalu bibit

anggrek ditata dengan rapi.

Seedling (Penanaman ke Single Pot)

Seedling adalah proses memindahkan bibit dari kompot ke pot individu. Seedling

dilakukan pada saat bibit berusia 5 bulan. Apabila tanaman terlambat diseedling dapat

mengakibatkan bibit dalam kompot kompetisi sehingga penyerapan hara terhalang dan akar

beresiko menjadi rusak. Biasanya seedling dilakukan diletakkan di dalam gelas bekas air

mineral. Media yang digunakan untuk setiap anggrek berbeda-beda tergantung pada

kebutuhan airnya. Media untuk Dendrobium adalah sphagnum yang dibalutkan pada akar

tanaman, kemudian tanaman ditanam dalam gelas plastic yang telah diisi sterofoam dan

pakis cacah. Biasanya juga ditanam pada media pakis batangan yang kemudian diikat

menggunakan tali raffia. Ciri-ciri dari bibit yang siap di seedling yaitu ditandai dengan

perakaran yang tumbuh lebih kuat dan daun daun tampak sudah keluar dari bibir pot.

Overpot (Pemindahan Bibit)

Overpot dilakukan ketika tanaman dalam single pot memenuhi syarat untuk dipindahkan,

yaitu ditandai denga banyaknya umbi. Tanamn dipindahkan ke pot yang lebih besar.

Biasanya dilakukan setelah seedling berumur 2-3 bulan. Media yang digunakan adalah

potongan pakis batangan yang disusun secara teratur atau satu per satu dan diikat denga

tali raffia.

Page 5: lap. florikultur

Repotting

Repotting atau pengepotan ulang adalah pemindahan tanaman tanaman dari pot yang

lama ke pot yang baru. Repotting dilakukan jika anggrek pada pot seedling telah tumbuh

besar dan memenuhi popt plastik. Pengepotan ulang dilakukan dengan alasan media dalam

pot seedling telah lapuk dan hancur sehingga ph menjadi rendah (asam) dan rentan

terhadap serangan penyakit (Parnata, 2005). Selain itu juga untuk mengantisipasi media

yang telah kehabisan unsur hara. Media untuk repotting juga berbeda untuk setiap jenis

anggrek tergantung kebutuhan airnya.

Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet

dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum

ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran

pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai

pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan

pertumbuhan akar bagus.

Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan

tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang

menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar

seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah

mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5

– 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet

dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi

bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi

mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan

mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa

dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol

sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).

Page 6: lap. florikultur

BAB III

METODE PRAKTIKUM

a. Tempat dan waktu

Parktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan kali urang

b. Bahan dan alat

bahan yang digunakan adalah bibit anggrek, pakis, larutan fungisida dan air.

Sedangkan alat yang digunakan adalah kawat yang dilengkungkan pada bagian

ujungnya untuk mengambil bibit anggrek di dalam botol, pot, tali rapia, kertas koran

dan alat tulis untuk membuat label.

c. Cara kerja

1) Bibit yang masih ada didalam botol dikeluarkan dengan hati-hati

menggunakan

2) kawat atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas.

3) Bibit kemudian dibilas diatas tray plastik berlubang sebelum disemprot

dengan air mengalir untuk membersihkan sisa media agar.

4) Rendam planlet pada larutan Fungisida selama 30 menit

5) Tiriskan bibit yang sudah bersih diatas kertas koran.

6) Tanam bibit secara berkelompok tanpa media tanam, kemudian tempatkan

ditempat teduh yang memiliki sirkulasi udara yang baik.

Page 7: lap. florikultur

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. hasil

tanaman anggrek tidak tumbuh dan mengalami kematian.

Gambar :

b. pembahasan

Angrek merupakan tanaman yang sering di budidayakan dengan menggunakan

teknik kultur jaringan. Hal ini dilakukan karena anggrek merupakan salah satu tanaman yang

pada pembudidayanya secara generative sangat sulit dilakukan karena rendahnya

perkecambahan benih. Setelah tumbuhan dirasa cukup kuat untuk bertahan dilingkungan

luar maka angrek siap untuk di aklimatisasi.

Aklimatisasi sendiri adalah pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke

lingkungan non aseptic. Hal ini menyebabkan angrek yang baru di aklimatisasi akan

melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru, proses adaptasi ini meliputi

kemampuan anggrek untuk memenuhi kebutuhan haranya serta ketahanan anggrek

terhadap hama dan penyakit. Oleh sebab itu pada saat memindakan bibit anggrek ke pot di

berikan zat adaptan yang membantu anggrek untuk beradaptasi.

Dari data yang diperoleh bahwasanya praktikum ini gagal karena pada saat masa

perawatan praktikan tidak pernah melihat dan merawatnya. Kegagalan ini mutlak karena

kesalahan praktikan dan buruknya cuaca pada saat praktikum ini.

Page 8: lap. florikultur

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan :

1) Aklimatisasi sendiri adalah pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke

lingkungan non aseptic.

2) Angrek mrupakan tanaman yang sering di budidayakan dengan menggunakan teknik

kultur jaringan

3) Akar pakis berfungsi sebagai penyedia unsure hara bagi anggrek, akar pakis akan

terdekomposisi dengan bantuan mikro organism dan di percepat dengan

penambahan air.

4) Kegagalan yang terjadi karena kesalahan praktikan pada saat masa perawatan.

5) Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau

ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot

sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan

habitatnya.

Page 9: lap. florikultur

DAFTAR PUSTAKA

Afriastini, F. 2004. Perbanyakan Vegetatif : Kultur

Jaringan.http://www.wikipedia.id.org/ teknik/veg. Diakses 26 mei2011

Budiarta, Atat. (2004). Dasar – Dasar Kultur Jaringan. Cianjur: Pusat

Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian.

______, 2005. [online] artikel “Budidaya Tanaman Anggrek” tersedia di :

http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/ , diunduh pada Jum’at, 17 Desember 2010, pukul

16.40 WIB.

Nogroho, H Sugito., Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan, 1996