laporan kelompok 19 -direktorat konflik an

Upload: rachmat-sihotang

Post on 14-Jul-2015

201 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN ORIENTASI TUGAS CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIADI (ESELON II Direktorat Konflik Pertanahan)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 191. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. RACHMAT RIANSON SIHOTANG, S.E. 198602192011011005 SRI HANDAYANI,S.E. 198703072011012004 HELWINDA TRI ARDIANSYACH, S.T. 198706282011011002 TAUFIQUR RIFQI, S.T. 198801282011011002 LUCIA PRATIWI PRIMANINGTYAS, S.T. 198405122011012004 ERY SURYO SAPUTRO, S.Si 198701222011011005 TRI RAHARJO, S.Si. 198506172011011005 SRI KEMALA, S.Si. 198708262011012011 DAVID CRISTIAN, S.H 198606292011011007 BADAN PERTANAHAN NASIONAL NAFIS DARDIRI, S.H. 198709052011011003 RISKA NOVIANTY, S.H. 198801062011012009 REPUBLIK INDONESIA TEDDY APRILIANTO MASSIE, S.P. 198404022011011006 NI LUH MADE DWI RATNA, S.P. 198409082011012010 2011 DIAN NOOR CAHYO, S.Kom. 198610082011011003

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2011

LAPORAN KELOMPOK ORIENTASI TUGAS CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN PERTANAHAN NASIONAL R.I. FORMASI TAHUN 2010 DI DIREKTORAT KONFLIK PERTANAHAN

Dipersiapkan dan disusun oleh : KELOMPOK 191. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. RACHMAT RIANSON SIHOTANG, S.E. SRI HANDAYANI, S.E. HELWINDA TRI ARDIANSYACH, S.T. TAUFIQUR RIFQI, S.T. LUCIA PRATIWI PRIMANINGTYAS, S.T. ERY SURYO SAPUTRO, S.Si TRI RAHARJO, S.Si SRI KEMALA, S.Si DAVID CRISTHIAN, S.H. NAFIS DARDIRI, S.H. RISKA NOVIANTY, S.H. TEDDY APRILIANTO MASSIE, S.P. NI LUH MADE DWI RATNA, S.P. DIAN NOOR CAHYO, S.Kom 198602192011011005 198703072011012004 198706282011011002 198801282011011002 198405122011012004 198701222011011005 198506172011011005 198708262011012011 198606292011011007 198709052011011003 198801062011012009 198404022011011006 198409082011012010 198610082011011003

Telah diperiksa oleh Koordinator Direktorat Konflik Pertanahan Pada tanggal 24 Juni 201

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada kami sehingga dapat mengikuti orientasi kerja CPNS BPN RI di Direktorat Konflik Pertanahan dari tanggal 13 Juni 2011 sampai dengan 24 Juni 2011. Dari orientasi ini diharapkan kami dapat memperoleh gambaran dan pengetahuan secara umum tentang tugas pokok dan fungsi serta operasional kerja pada Sub direktorat - Sub direktorat yang ada di Direktorat Konflik Pertanahan beserta analisa mengenai kendala dan saran yang dapat kami tampilkan demi melakukan sesuatu yang dirasakan, dipikirkan dan dibutuhkan rakyat, sebagaimana semboyan BPN RI. Sedangkan untuk dapat menjabarkan dan mengetahui secara lebih mendalam, merupakan proses yang harus terus berlanjut. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada jajaran Direktorat Konflik Pertanahan yang telah menerima kami dengan sangat baik dan ramah, serta banyak membantu, membimbing dan memberikan penjelasan mengenai Tupoksi Direktorat Konflik Pertanahan. Kami menyadari laporan ini tidak terlepas dari koreksi, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat membantu kami dalam pelaksanaan tugas dan pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan kami mohon maaf atas kekurangan yang ada dalam penyusunan laporan serta dalam sikap kami selama melaksanakan orientasi pada Konflik Pertanahan.

Jakarta, 24 juni 2011

Kelompok 19

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI.......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. Latar Belakang ........................................................................................ Maksud dan Tujuan ................................................................................ Waktu Pelaksanaan................................................................................. BAB II PELAKSANAAN ORIENTASI ........................................................ Profil Unit Kerja ..................................................................................... Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................................ Peraturan dan Pedoman Kerja ............................................................... Identifikasi, Analisis dan Pemecahan Permasalah ............................... Pembekalan Selama Orientasi ..............................................................

ii iii iv 1 1 1 2 3 3 4 7 7 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18 Kesimpulan ............................................................................................. 18 Saran ........................................................................................................ 19

iv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. (Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006). Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Mengingat tugas BPN yang sangat luas dan kompleks, maka sebagai Pegawai Baru (CPNS) di lingkungan BPN, maka diharapkan masing-masing CPNS mengerti dan memahami Tugas, Pokok dan Fungsi BPN di setiap 5 Deputi yang ada dan 1 Inspektorat serta 1 Sekretariat Utama. Oleh karena itu, BPN mengadakan Orientasi Tugas bagi setiap CPNS yang akan bekerja di BPN. Cara seperti ini dianggap sangat diperlukan mengingat seluruh pegawai BPN RI merupakan pelayan publik yang dituntut profesional dalam mengemban tugasnya Direktorat Konflik Pertanahan merupakan bagian dari 28 Direktorat yang ada di Lingkungan Eselon II BPN RI dan merupakan bagian dari Deputi V yaitu Deputi V Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan yang juga menjadi salah satu tempat pelaksanaan Orientasi Tugas CPNS BPN Formasi 2010. Dimana di Direktorat ini, CPNS akan mendapat pengetahuan mengenai konflik pertanahan dan cara penanganan serta penyelesaian konflik pertanahan.

B.

Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud dari kegiatan orientasi tugas ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada para Calon Pegawai Negeri Sipil mengenai tugas pokok dan fungsi Direktorat Konflik Pertanahan, tata cara kerja serta permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta tata cara kerja tersebut secara menyeluruh dan utuh.

1

2. Tujuan Setelah mengikuti orientasi tugas, Calon Pegawai Negeri Sipil diharapkan mampu untuk: 1. Memahami tugas pokok dan fungsi Direktorat Konflik Pertanahan dan mampu melaksanakannya. 2. Memahami tata cara kerja Direktorat Konflik Pertanahan dan mampu melaksanakannya. 3. Memahami peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan landasan kerja di Direktorat Konflik Pertanahan. 4. Mampu bersosialisasi di lingkungan kerja dengan memperhatikan aspek tata krama dan etika.

C.

Waktu dan pelaksanaan Orientasi Orientasi kerja Kelompok 19 CPNS BPN RI dilaksanakan di Deputi V pada Direktorat Konflik Pertanahan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Jalan Sisingamangaraja No. 2 Jakarta Selatan. Orientasi kerja CPNS BPN RI Kelompok 19 dilaksanakan selama 10 hari yaitu terhitung sejak tanggal 13 Juni 2011 sampai dengan 24 Juni 2011.

2

BAB II PELAKSANAAN ORIENTASI

A. Profil unit kerja Pada saat ini jumlah pengaduan masyarakat mengenai sengketa dan konflik pertanahan yang ditujukan kepada Badan Pertanahan Nasional RI (BPN RI) semakin banyak, oleh karena itu di dalam lembaga BPN RI yang baru berdasarkan PP No. 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 3 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan dan Tata Kerja BPN RI, masalah sengketa dan konflik pertanahan mendapat perhatian yang lebih serius dengan dibentuknya satu Deputi pada BPN RI yang menangani masalah sengketa dan konflik serta perkara pertanahan secara khusus, yaitu Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan atau disebut dengan Deputi V (Pasal 343 Peraturan Kepala BPN R.I No. 3 Tahun 2006). Selanjutnya di tingkat Propinsi yaitu pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dibentuk Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan, sedangkan ditingkat Kabupaten/Kota yaitu pada setiap Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dibentuk Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara (Pasal 4, 27, 32 dan 53 Peraturan Kepala BPN R.I No. 4 Tahun 2006). Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan terdiri dari 3 (tiga) Direktorat yaitu Direktorat Konflik Pertanahan, Direktorat Sengketa Pertanahan, dan Direktorat Perkara Pertanahan. Pada Direktorat Konflik Pertanahan mempunyai 3 (tiga) Subdirektorat antara lain : 1. Subdirektorat Konflik Lembaga 2. Subdirektorat Konflik Kelompok Masyarakat, dan 3. Subdirektorat Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum

DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN DAN PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

DIREKTORAT KONFLIK PERTANAHAN

DIREKTORAT SENGKETA PERTANAHAN

DIREKTORAT PERKARA PERTANAHAN

Gambar 1. Bagan Susunan Organisasi Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan3

DIREKTORAT KONFLIK PERTANAHAN

SUBDIREKTORAT KONFLIK LEMBAGA

SUBDIREKTORAT KONFLIK KELOMPOK MASYARAKAT

SUBDIREKTORAT KONFLIK MASYARAKAT DENGAN BADAN HUKUM

SEKSI KONFLIK ANTARA INSTANSI PEMERINTAH DAN DAERAH

SEKSI KONFLIK ANTARA PEMERINTAH DAERAH

SEKSI KONFLIK ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT

SEKSI KONFLIK MASYARAKAT HUKUM ADAT

SEKSI KONFLIK MASYARAKAT DENGAN BADAN HUKUM PUBLIK

SEKSI KONFLIK MASYARAKAT DENGAN BADAN HUKUM PRIVAT

Gambar 2. Bagan Susunan Organisasi Direktorat Konflik Pertanahan

B. Tugas pokok dan Fungsi Tugas pokok yang dimiliki oleh Direktorat Konflik Pertanahan adalah menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakaan penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan. Kemudian dalam melaksanakan tugas, Direktorat Konflik Pertanahan mempunyai fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengkajian, penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan; b. Penyusunan norma, standar, pedoman dan mekanisme penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan; c. Pemetaan akar konflik pertanahan nasional, regional dan daerah; d. Pengkajian aspek hukum, sosial, budaya, ekonomi, politik dalam rangka penanganan konflik; e. Penyiapan bahan penanganan konflik antara lembaga, kelompok masyarakat dan antara masyarakat dengan badan hukum; f. Investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi terkait dalam penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan; g. Penyelesaian konflik melalui mediasi, negosiasi dan fasilitasi. Direktorat Konflik Pertanahan terdiri dari 3 (tiga) Subdirektorat yaitu Subdirektorat Konflik Lembaga, Subdirektorat Konflik Kelompok Masyarakat, dan Subdirektorat Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum.

4

1. Subdirektorat Konflik Lembaga. Subdirektorat ini mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penanganan konflik antara lembaga di bidang pertanahan. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Konflik Lembaga menyelenggarakan fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengkajian dan penanganan konflik antara lembaga; 2) Inventarisasi dan pengolahan data konflik pertanahan; 3) Penyiapan bahan, pelaksanaan investigasi dan koordinasi antara lembaga dan instansi terkait dalam rangka penanganan konflik pertanahan antara lembaga; 4) Pengkajian aspek hukum, sosial, budaya, ekonomi, polliik dalam rangka penanganan konflik pertanahan; 5) Penyiapan penanganan konflik pertanahan antara Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah dengan Pemerintah Daerah; 6) Penyiapan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, rekonsiliasi atau fasilitasi. Subdirektorat ini terdiri dari 2 seksi yaitu: Seksi Konflik antara Instasi Pemerintah dan Daerah dan Seksi Konflik antara Pemerintah Daerah. Seksi Konflik Antara Instansi Pemerintah dan Daerah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, dan penyiapan bahan penyusunan alternatif penyelesaian konflik pertanahan antara Instansi Pemerintah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sedangkan Seksi Konflik Antara Pemerintah Daerah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, dan penyiapan bahan penyusunan alternatif penyelesaian konflik pertanahan antara Pemerintah Daerah.

2. Subdirektorat Konflik Kelompok Masyarakat. Subdirektorat ini mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penanganan konflik antara kelompok masyarakat di bidang pertanahan. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Konflik Kelompok Masyarakat menyelenggarakan fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengkajian dan penanganan konflik pertanahan antara kelompok masyarakat; 2) Inventarisasi dan pengolahan data konflik pertanahan;

5

3) Penyiapan bahan dan pelaksanaan investigasi dan koordinasi penanganan konflik pertanahan antara kelompok masyarakat; 4) Pengkajian aspek hukum, sosial, budaya, ekonomi, politik dalam rangka penanganan konflik pertanahan antara masyarakat hukum adat; 5) Pelaksanaan penanganan konflik pertanahan antara kelompok masyarakat; 6) Penyiapan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, rekonsiliasi atau fasilitasi dalam rangka; 7) Penyelesaian konflik pertanahan antara kelompok masyarakat. Subdirektorat ini terdiri dari 2 seksi yaitu: Seksi Konflik Masyarakat Hukum Adat dan Seksi Konflik antara Kelompok Masyarakat. Seksi Konflik Masyarakat Hukum Adat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, dan penyiapan bahan penyusunan alternatif penyelesaian konflik pertanahan masyarakat hukum adat. Sedangkan Seksi Konflik Antara Kelompok Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, dan penyiapan bahan penyusunan alternatif penyelesaian konflik pertanahan antara kelompok masyarakat.

3. Subdirektorat Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum. Subdirektorat ini mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penanganan konflik pertanahan antara masyarakat dengan badan hukum privat atau badan hukum publik. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Konflik Kelompok Masyarakat menyelenggarakan fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penanganan konflik pertanahan antara masyarakat; 2) Dengan badan hukum privat atau badan hukum publik; 3) Inventarisasi dan pengolahan data konflik pertanahan; 4) Penyiapan bahan dan pelaksanaan investigasi dan koordinasi antara lembaga dan instansi terkait penanganan konflik pertanahan antara masyarakat dengan badan hukum privat atau badan hukum publik; 5) Pengkajian aspek hukum, sosial, budaya, ekonomi, politik dalam rangka penanganan konflik pertanahan antara masyarakat dengan badan hukum; 6) Pelaksanaan penanganan konflik pertanahan antara kelompok masyarakat dengan badan hukum;6

7) Penyiapan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, rekonsiliasi atau fasilitasi dalam rangka penyelesaian konflik pertanahan antar masyarakat dengan badan hukum. Subdirektorat ini terdiri dari 2 seksi yaitu: Seksi Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum Publik dan Seksi Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum Privat. Seksi Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum Publik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, dan penyiapan bahan penyusunan alternatif penyelesaian konflik pertanahan antara masyarakat dengan badan hukum publik. Sedangkan Seksi Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum Privat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, dan penyiapan bahan penyusunan alternatif penyelesaian konflik pertanahan antara masyarakat dengan badan hukum privat.

C. Peraturan dan Pedoman Kerja Peraturan-peraturan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan di Direktorat Konflik Pertanahan adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Dasar RI 1945. 2. Undang-Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 3. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. 4. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPN RI. 5. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan. 6. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertahanan. 7. Keputusan Kepala BPN RI Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan:

D. Identifikasi, Analisis dan Pemecahan Permasalahan Selama pelaksanaan orientasi di Direktorat Konflik Pertanahan, ditemukan beberapa hal yang menarik. Direktorat Konflik pertanahan telah melaksanakan tupoksinya sesuai dengan perkaban No. 3 tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja BPN RI.

7

Permasalahan yang sering dihadapi oleh direktorat konflik pertanahan dalam menjalankan tugasnya adalah: 1. Selama mengikuti orientasi di Direktorat Konflik Pertanahan, kami mendapatkan tugas simulasi pekerjaan di Direktorat Konflik pertanahan yaitu menelaah suatu kasus konflik pertanahan berdasarkan surat berkas yang masuk ke Direktorat konflik Pertanahan. Berdasarkan tugas yang kami kerjakan, ada beberapa hal yang menjadi hambatan dalam menjalankan tugas di Direktorat Konflik Pertanahan. Yaitu kurangnya inventarisasi dan updating peraturan-peraturan pertanahan, sehingga ketika menelaah suatu perkara konflik pertanahan, terkadang staf penelaah lupa atas beberapa landasan hukum yang terkait kasus konflik pertanahan dan ketika di cari file peraturannya tidak di temukan. 2. Penyimpanan data konflik pertanahan melalui media komputer sering kali mendapat gangguan seperti komputer-komputer yang bervirus dan ada komputer yang tidak berfungsi karena rusak yang mengakibatkan hilangnya data-data yang telah dikerjakan dan pekerjaan dirasakan terganggu. 3. Pengelolaan sistem arsip konflik pertanahan, perlunya dilakukan pengaturan tata ruang kerja yang baik dan rapi serta pengaturan dalam pengarsipan dokumen sehingga memudahkan dalam pencarian arsip yang dibutuhkan dan mengurangi resiko arsip yang hilang. 4. Jumlah staf yang kurang, dalam penanganan permasalahan konflik pertanahan yang banyak seharusnya seorang Kepala Seksi dibantu oleh minimal 2 atau 3 orang staf sehingga mengurangi penumpukan pekerjaan pada setiap seksi. 5. Komunikasi dua arah serta koordinasi yang baik antar sesama pegawai baik pimpinan maupun staff terutama dalam pembahasan penanganan pekerjaan sehingga diharapkan agar pekerjaan yang ditangani dapat terselesaikan dengan tuntas dan cepat. 6. Diperlukan kerjasama yang erat baik secara internal antar bagian dalam Direktorat Konflik Pertanahan maupun dengan lembaga/instansi terkait diluar BPN untuk mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat. 7. Kesesuaian latar belakang dan tingkat pendidikan pegawai dalam tingkat staf dalam penanganan permasalahan konflik pertanahan seperti dalam pelaksanaan penelaahan permasalahan pertanahan yang seharusnya memiliki latar belakang pendidikan hukum.

8

E. Pembekalan Selama Orientasi Jenis status tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Tanah Negara Tanah Ulayat Tanah Swapraja Tanah Hak Barat yang tidak terdaftar

2. Tanah Bekas Milik Adat Tanah Gogol Tanah Andabeni Dll Syarat syarat konversi pertanahan adalah : 1. 2. Kartu identitas (Kartu Tanda Penduduk) Bukti perolehan tanah : surat keterangan waris, jual beli, hibah, tukar menukar, lelang, dll 3. 4. 5. 6. Bukti Pajak Bumi Bangunan Keterangan tidak bersengketa Keterangan sporadik / keterangan fisik Map (blanko)

Syarat untuk memperoleh Hak Guna Usaha adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kartu Tanda Penduduk pemohon Surat kuasa Akte pendirian badan hukum berikut dengan perubahannya dan SISMINBAKUM Surat Keterangan pelepasan hak Rekomendasi dinas terkait Amdal (reservasi air, kesuburan tanah, kerusakan) Ijin lokasi

9

Diagram Alir Penerbitan Sertipikat Hak Guna Usaha

8 Persyaratan

Pengukuran

Panitia B

Cek Lokasi (Tim 9) Diajukan ke BPN RI pusat

Menghasilkan : Berita acara / Risalah

Diterbitkan Surat Keputusan di KantahGambar. Diagram Alir Penerbitan Sertipikat Hak Guna Usaha

Format Resume / Telaahan menurut Perkaban Nomor. 34 Tahun 2007 adalah : I. Dasar

II. Kasus posisi / Uraian singkat riwayat tanah III. Analisa masalah 1. Subyek dan pihak pihak yang bersengketa 2. Tipologi sengketa 3. Pokok masalah 4. Akar masalah 5. Analisa yuridis IV. Kesimpulan V. Tindak lanjut

10

Format resume menurut Perkaban No.8 Tahun 2009 adalah : I. Persoalan

II. Pra Anggapan III. Fakta fakta yang mempengaruhi IV. Simpulan V. Saran Contoh pembuatan resume : 1. Resume konflik kelompok masyarakat KASUS : Permasalahan permohonan pembatalan setipikat Hak Milik No. 1867 dan Hak Milik No.1868 di Desa Batulayar an Pura Giri Natha I. DASAR Surat permohonan dari Kasirim dkk selaku perwakilan masyarakat Duduk tanggal 16 Oktober 2007 Surat dari Kepala Kantor Pertanahan Kab. Lombok Barat No. 570/472/2007 tanggal 29 Oktober 2007 Surat dari kepala Kanwil BPN Propinsi Nusa Tenggara Barat No. 570/34/2007 tanggal 12 Nopember 2007

II.

KASUS POSISI/URAIAN SINGKAT RIWAYAT TANAH

1. Bahwa yang dimohonkan pembatalan adalah setipikat Hak Milik No. 1867 dan sertipikat Hak Milik No. 1868 an Pura Giri Natha yang terletak di Desa Batulayar, Kec. Batulayar, Kab. Lombok Barat, Prop. Nusa Tenggara Barat 2. Bahwa tanah seluas sekitar 35 Ha dikelola, digarap, dan ditempati secara turun temurun oleh masyarakat Duduk yang merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat Duduk yang sekarang sudah menjadi pemukiman. 3. Bahwa tanah yang menjadi pemukiman tersebut didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kab. Lombok Barat oleh I Made Kraste, sehingga terbitlah sertipikat Hak Milik No. 1867 dan No. 1868

11

4. Bahwa masyarakat Duduk memprotes dan meminta pembatalan atas sertipikat Hak Milik 1867 dan 1868 karena setelah diselidiki tidak memiliki bukti dan dasar yang kuat.

III.

ANALISA MASALAH

1. Subyek Dan Pihak Pihak Yang Bersengketa Kasirim dkk selaku perwakilan masyarakat Duduk dan pemilik tanah an Pura Giri Natha 2. Tipologi Sengketa Penguasaan dan pemilikan tanah 3. Pokok Masalah Permohonan pembatalan sertipikat Hak Milik No. 1867 dan No. 1868 di Dusun Duduk Desa Batulayar. 4. Akar Masalah Adanya klaim sepihak atas tanah masyarakat Duduk oleh pemilik tanah an Pura Giri Natha Adanya rekayasa dalam penerbitan sertipikat hak secara sporadik

IV.

KESIMPULAN Bahwa tanah yang dikuasai oleh masyarakat Duduk adalah tanah warisan dan kemudian diklaim oleh pihak Pura Giri Natha dengan bukti kepemilikan sertipikat Hak Milik No. 1867 dan No. 1868

V.

SARAN Meminta kepada BPN untuk meninjau kembali pemberian sertipikat tsb dan membatalkannya

12

2. Resume konflik Masyarakat dengan Badan Hukum RESUME PERMOHONAN PENYELESAIAN MASALAH TANAH YANG TERLETAK DI KEC. PENAJAM KAB. PENAJAM PASER UTAMA PROV. KALTIM

I.

Dasar Surat dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia Nomor : B261/Kemsetneg/D-3/SR.04.07/04/2011 tanggal 20 April 2011, perihal pengaduan masyarakat permohonan penyelesaian masalah tanah seluas 5632 m2 yang diakui milik Sdr. Udin Guttu bin H. Abdullah

II.

Kasus Posisi/Uraian Singkat 1. Sebelum tahun 1974, Udin Guttu bin H. Abdullah memiliki sebidang tanah seluas 5632 m2 , yang terletak di Kelurahan Penajam RT 14 RW 05 Nomor 52, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan timur ; 2. Camat/ Kep. Pemerintah Kecamatan Bpp Seberang tanggal 21 Oktober 1974, nomor : 27/Pem-Um/1974 mengirimkan surat kepada PT. Pertamina yang intinya agar pihak PT. Pertamina mengadakan pemeriksaan kembali atas kebenaran dari pengaduan dari Sdr. Udin Guttu bin H. Abdullah mengenai penggunaan tanah yang belum dilakukan pembayaran oleh PT. Pertamina. 3. Kemudian tanggal 20 Nopember 1974 kembali Camat/ Kep. Pemerintah Kecamatan Bpp Seberang mengirimkan surat yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Pertamina Unit IV untuk segera menyelesaikan permasalahan mengenai tuntutan ganti rugi tanah di daerah pelabuhan keruk yang dimiliki oleh Sdr. Udin Guttu bin H. Abdullah. Sekaligus membenarkan bahwa Udin Guttu bin H. Abdullah belum menerima ganti rugi dari pihak PT. Pertamina. 4. 3 tahun tahun kemudian PT. Pertamina menindak lanjuti surat dari Camat/ Kep. Pemerintah Kecamatan Bpp Seberang 3 tahun kemudian, dengan surat tanggal 22 Agustus 1977, Nomor : 665/HUKUM/ Utama yang berisi bahwa menindak lanjuti pertemuan pada tanggal 10 Agustus 1977 antara Udin Guttu bin H. Abdullah dan Sdr. Suharyo sebagai wakil dari pihak Union Oil dengan13

inti kesepakatan adalah sebagai berikut : kesepakatan sewa menyewa tanah milik Udin Guttu Bin H. Abdullah yang terletak di kampung Penajam seluas 768 m . Permulaan persewaan di mulai sejak bulan Januari tahun 1975 dan berakhir pada bulan Desember tahun 1977 dengan kesepakatan pembayaran sewa sebesar Rp.25/m/bulan, sehinga totalnya menjadi Rp. 691.200 ( enam ratus sembilan puluh satu duaratus ribu rupiah). Proses pembayaran akan dilakukan pada saat Sdr. Udin Guttu Bin H, Abdullah menandatangani copy surat ini. 5. Setelah masa sewa tanah seluas 768 m itu berakhir pada tahun 1977, pihak PT. Pertamina tetap menggunakan lahan tersebut untuk kepentingan akses jalan tanpa membayar kembali atau memperbaharui sewa menyewa yang telah berakhir hingga kini telah berjalan selama 47 tahun. Tanah milik Udin Guttu bin H. Abdullah seluas 5632 m diklaim juga oleh pihak PT. Pertamina merupakan miliknya, padahal para pihak yang merupakan pemilik tanah tidak pernah merasa menjual tanah mereka tersebut kepada PT. Pertamina. III. Analisa Masalah 1. Subyek dan Pihak-pihak yang bersengketa : Udin Guttu bin H. Abdullah dengan PT. Pertamina Unit V balikpapan 2. Tipologi Sengketa : Penyerobotan Tanah 3. Pokok Masalah : a. Penyerobotan Tanah milik Udin Guttu bin H. Abdullah oleh PT. Pertamina unit V yang terletak di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Panser Utara, Provinsi Kalimantan Timur 4. Akar Masalah : a. Udin Guttu bin H. Abdullah tidak memiliki sertipikat atas tanah yang di klaim sebagai miliknya. b. Tidak adanya itikad baik dari PT. Pertamina untuk mengganti atau membeli tanah yang di miliki oleh Udin Guttu bin H. Abdullah. c. Udin Guttu bin H. Abdullah tidak mengusahakan tanah yang miliknya sebagaimana mestinya.

14

3. Resume konflik Lembaga

Kasus

: Permohonan lahan untuk pertapakan/perumahan PEPABRI (Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan POLRI) Kota Medan diatas lahan bekas HGU PTP. Nusantara II Medan yang terletak di pasar III, IV, V dan VI Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

I.

Dasar

:

1. Surat dari Dewan Pimpinan cabang PEPABRI Kota Medan No. K/10/DPCKM/XII/10 tanggal 10 Maret 2010 tentang Permohonan Lahan untuk pertapakan / perumahan PEPABRI Kota Medan. 2. Surat dari Dewan Pimpinan cabang PEPABRI Kota Medan No. K/23/DPCKM/XII/10 tanggal 21 Maret 2010 tentang Permohonan Lahan untuk pertapakan / perumahan PEPABRI Kota Medan.

II. Kasus Posisi / Uraian Singkat Riwayat Tanah : A. Pada Tahun 2002 diterbitkan SK BPN No. 42/HGU/BPN/2002 pada tanggal 29 November 2002 tentang Pelepasan asset non produktif sebagian HGU sertipikat No. 110/Sampali. B. Pada Tahun 2004 diterbitkan Surat Kementerian Negara BUMN RI No. S-57/MBUS/2004 pada tanggal 13 Maret 2004 tentang Permohonan Pelepasan areal tanah seluas 5,873 Ha milik PTP. Nusantara II Medan yang pelepasannya diajukan Gubernur Sumatera Utara. C. Bahwa areal lahan milik PTP. Nusantara II Medan yang dilepas haknya, termasuk didalamnya bangunan perumahan dinas dan bangunan lainnya, pada umumnya telah dikuasai secara fisik dan digarap oleh warga masyarakat. D. Bahwa telah diterbitkan surat kepemilikan yang diberikan kepada masyarakat oleh Kepala Desa dan Kecamatan. E. Pada Tahun 2005 telah disepakati tentang tata cara pelepasan asset milik PTP. Nusantara II Medan sesuai hasil rapat pembahasan oleh DPRD, BPN dan Pemda Tkt. I Sumatera Utara dengan Kementerian BUMN di Jakarta pada tanggal 24 Maret 2005.

15

III. Analisis Masalah A. Subjek dan Objek yang bersangkutan 1. Subjek 2. Objek : PEPABRI Kota Medan dengan PTP. Nusantara II Medan. : Areal yang akan dimintakan untuk dijadikan pertapakan/perumahan

PEPABRI Kota Medan yang terletak di pasar III, IV, V dan VI Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. B. Tipologi Sengketa Permohonan Hak atas Tanah. C. Pokok Masalah Permohonan lahan untuk pertapakan/perumahan anggota PEPABRI/Warakawuri dan anak-anak yatim piatu Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia se Kota Medan. D. Akar Masalah 1. Penerbitan Surat Kepemilikan oleh Kepala Desa dan Kecamatan kepada masyarakat. 2. Penguasaan secara fisik atas rumah dinas dan bangunan lainnya milik PTP. Nusantara II Medan oleh masyarakat. 3. Penguasaan dan penggarapan lahan bekas HGU PTP. Nusantara II Medan oleh masyarakat. 4. Belum adanya ganti rugi atas rumah dinas dan bangunan lainnya milik PTP. Nusantara II Medan yang masuk dalam areal yang dilepaskan haknya oleh PTP. Nusantara II Medan. E. Analisis Yuridis 1. Bahwa dasar yang dijadikan masyarakat untuk menguasai dan menggarap areal lahan bekas HGU PTP. Nusantara II adalah Surat Kementerian Negara BUMN RI No. S-57/MBU-S/2004 pada tanggal 13 Maret 2004 tentang Permohonan Pelepasan areal tanah seluas 5,873 Ha milik PTP. Nusantara II Medan. 2. Bahwa dasar yang dijadikan oleh Kepala Desa dan Kecamatan untuk Penerbitan Surat Kepemilikan kepada masyarakat adalah Surat Kementerian Negara BUMN RI No. S-57/MBU-S/2004 pada tanggal 13 Maret 2004 tentang Permohonan Pelepasan areal tanah seluas 5,873 Ha milik PTP. Nusantara II Medan. 3. Bahwa dalam hal pelepasan hak areal lahan PTP. Nusantara II belum diberikan ganti rugi terhadap rumah dinas dan bangunan lainnya milik PTP. Nusantara II Medan yang masuk ke areal yang dilepaskan haknya.16

4. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan pengecekan ulang/penelitian lebih lanjut terhadap bukti yuridis dan fisik yang ada.

IV. Kesimpulan 1. Tanah yang telah dilepaskan haknya sesuai Surat Kementerian Negara BUMN RI No. S-57/MBU-S/2004 telah dikuasai secara fisik dan digarap oleh masyarakat. 2. Telah diterbitan Surat Tanda Bukti Kepemilikan oleh Kepala Desa dan Kecamatan kepada masyarakat. 3. Belum adanya ganti rugi atas rumah dinas dan bangunan lainnya milik PTP. Nusantara II Medan yang masuk dalam areal yang dilepaskan haknya. 4. Telah disepakati tentang tata cara pelepasan asset milik PTP. Nusantara II Medan sesuai hasil rapat pembahasan oleh DPRD, BPN dan Pemda Tkt. I Sumatera Utara dengan Kementerian BUMN di Jakarta. 5. Diperlukan pengecekan ulang/penelitian lebih lanjut terhadap bukti yuridis dan fisik yang ada.

V. Tindak Lanjut Untuk penyelesaian kasus ini yaitu dengan melaksanakan hasil kesepakatan dari pertemuan antara PTP. Nusantara II Medan, DPRD, BPN dan Pemda Tkt. I Sumatera Utara di Jakarta pada tanggal 24 Maret 2005 tentang tata cara pelepasan asset milik PTP. Nusantara II Medan serta pendistribusiannya kepada pihak masyarakat maupun pengembang yang dilakukan secara parsial dan bertahap serta pendistribusiannya menurut rekomendasi yang diterbitkan Kepala Daerah sehingga Program Rencana Umum Tata Ruang Kota/Kabupaten (RUTRWK) dapat tersusun baik. Selain itu juga perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap bukti-bukti yuridis dan fisik yang ada.

17

BAB III PENUTUP

A

Kesimpulan Setelah kami melakukan identifikasi dan analisa permasalahan maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu bahwa BPN sebagai lembaga negara yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan serta unsur didalamnya yaitu Direktorat Konflik Pertanahan yang bertugas menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dengan sangat baik, berbagai kekurangan yang ada kiranya dapat diperbaiki guna peningkatan capaian kinerja dalam diri Direktorat Konflik Pertanahan yaitu percepatan penanganan permasalahan pertanahan yang akan meningkatan kepercayaan rakyat kepada BPN. Dalam masa orientasi ini pun kami memperolah manfaat antara lain pemahaman akan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing Sub Direktorat Konflik Pertanahan, mengetahui alur serta prosedur penanganan permasalahan konflik pertanahan serta dapat ikut serta melaksanakan penanganan permasalahan konflik pertanahan dengan pembuatan resume atau telaahan suatu permasalahan pertanahan. Setelah melaksanakan orientasi di Direktorat Konflik Pertanahan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Direktorat Direktorat Konflik Pertanahan termasuk dalam Deputi V Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa Dan Konflik Pertanahan Masyarakat yang terdiri dari 3 Direktorat, yaitu: Subdirektorat Konflik Lembaga; Subdirektorat Konflik Kelompok Masyarakat; Subdirektorat Konflik Masyarakat Dengan Badan Hukum. 2. Direktorat Konflik Pertanahan adalah suatu direktorat yang berada di bawah Deputi V yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan. Direktorat Konflik pertanahan telah melaksanakan tupoksinya sesuai dengan perkaban no. 3 tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja BPN RI. Namun dalam pelaksanaan tugasnya sering ditemui beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh direktorat konflik pertanahan dalam menjalankan tugasnya.18

B

Saran Direktorat Konflik Pertanahan telah melaksanakan program sesuai dengan tupoksi, sebagai bahan pertimbangan untuk lebih baik lagi kami menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Koordinasi dan kerjasama antar direktorat yang masih ada hubungan tupoksi agar lebih ditingkatkan. 2. Sebaiknya dapat diusahakan koordinasi yang baik antara BPN dengan berbagai instansi terkait sehubungan dengan penanganan dan penyelesaian masalah pertanahan di tingkat pemerintah pusat dan daerah termasuk PEMDA, sehingga mempermudah masyarakat dalam mengurus permasalahan tanahnya. 3. Dengan terwujudnya percepatan penanganan dan penyelesaian permasalahan pertanahan maka dapat membantu terwujudnya trust building masyarakat kepada BPN sesuai dengan 11 agenda prioritas BPN RI. 4. Perlu adanya komunikasi dua arah serta koordinasi yang baik antar sesama pegawai baik pimpinan maupun staff terutama dalam pembahasan dalam penanganan pekerjaan sehingga diharapkan agar pekerjaan yang ditangani dapat terselesaikan dengan tuntas dan cepat. 5. Perlu adanya penambahan jumlah staf dalam penanganan permasalahan konflik pertanahan sehingga mengurangi penumpukan pekerjaan pada setiap seksi. 6. Perlunya penyesuaian latar belakang dan tingkat pendidikan pegawai dalam tingkat staf dalam penanganan permasalahan konflik pertanahan seperti dalam pelaksanaan penelaahan permasalahan pertanahan yang seharusnya memiliki latar belakang pendidikan hukum. 7. Perlunya dilakukan perbaikan dalam sarana dan prasarana kerja yang memadai seperti fasilitas pendingin ruangan yang tidak berfungsi normal sehingga menimbulkan ketidaknyaman dalam melakukan pekerjaan. Penataan ruang kerja dan fasilitas yang lebih kondusif untuk meningkatkan kinerja. 8. Perlunya dilakukan pengaturan tata ruang kerja yang baik dan rapi serta pengaturan dalam pengarsipan dokumen sehingga memudahkan dalam pencarian arsip yang dibutuhkan dan mengurangi resiko arsip yang hilang.

19