laporan pendahuluan penyusunan ded pembuatan database
TRANSCRIPT
Laporan Pendahuluan_ Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
KATA PENGANTAR
Atas Berkat Rahmat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
Laporan Pendahuluan Pekerjaan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di
Kabupaten Bangli dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun maksud dari
pekerjaan ini adalah untuk menyediakan sarana peta ruas jalan dalam bentuk
webGIS yang diharapkan dapat digunakan sebagai kendali perencanaan dan
pelaksanaan program dan kegiatan infrastruktur pada ruas jalan di Kabupaten
Bangli.
Laporan Pendahuluan ini menampilkan pandangan konsultan mengenai
pekerjaan ini termasuk metodologi yang kami ajukan dan tentunya kami berharap
apa yang terangkum dalam buku ini dapat bermanfaat dan barguna bagi
Pemerintah Kabupaten Bangli pada umumnya dan Dinas Pekerjaan Umum
Penataan Ruang, Perumahan Dan Kawasan Permukiman pada khususnya.
Demikian kami sampaikan, terima kasih.
Penyusun
PT. FASADE KOBETAMA
INTERNASIONAL
1
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Bangli adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Bangli yang membantu tugas Bupati Bangli dalam melaksanakan
program dan kegiatan pembangunan di Kabupaten Bangli, khususnya bidang
Infrastruktur/ Fasilitas Wilayah dalam rangka meningkatkan keamanan,
kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan daya saing daerah
serta tugas-tugas lainnya yang terkait dengan Infrastruktur ke-PU-an.
Dalam upaya meningkatkan efektifitas kinerja pemerintah di bidang
infrastuktur khususnya infrastruktur jalan darat baik dalam lingkup perencanaan,
pelaksanaan pembangunan operasional dan pemeliharaan serta pengendalian,
maka diperlukan ketersediaan peta dan basis data jalan yang lebih akurat, lengkap
dan dapat diperbaharui.
Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Bangli perlu
memiliki database ruas jalan kabupaten dan jembatan yg dapat diintegrasikan dan
diaplikasikan pada Sistem Informasi Jalan dan Jembatan dengan berbasis Sistem
Informasi Geografis (SIG). Dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan peta
sebagaimana dimaksud diatas, maka Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten
Bangli akan melaksanakan Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan DED
Pembuatan Data Base Jalan di Kabupaten Bangli melalui dana APBD Kabupaten
Bangli T.A 2017.
1.2. Maksud dan Tujuan
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan DED Pembuatan Data
Base Jalan di Kabupaten Bangli dimaksudkan untuk menyediakan sarana
basisdata (database) ruas jalan kabupaten dan jembatan yang dapat diaplikasikan
pada Sistem Informasi Jalan dengan berbasis sistem database dan Sistem
2
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Informasi Geografis (SIG).
Adapun Tujuan Kegiatan adalah:
a. Pembuatan peta jaringan jalan kabupaten dan jembatan, sehingga
terbentuk suatu data-data bereferensi geografis yang terintegrasi sebagai
suatu database jaringan jalan kabupaten dan jembatan di Kabupaten
Bangli.
b. Terintegrasinya database ruas jalan kabupaten dan jembatan pada Sistem
Informasi Jalan yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)
1.3. Sasaran
Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Terbentuknya Sistem Informasi/ Database Jalan Kabupaten dan Jembatan
Berbasis Spasial di Kabupaten Bangli yang dapat diakses dengan cepat,
akurat, dan mudah
b. Tersedianya data dan informasi yang diperlukan oleh pengguna berupa peta,
dan laporan.
1.4. Produk/ Keluaran
Keluaran/ output yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini adalah:
1. Perangkat lunak aplikasi yang telah dikembangkan yang telah terpasang
dan berfungsi dengan baik
2. Laporan Pendahuluan
3. Draft Laporan Akhir
4. Laporan Akhir
5. Album Peta A0 skala 1: 30.000 atau lebih detail
6. CD Laporan
3
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Referensi Hukum
2.1.1. Undang-undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan
Pada Undang-undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan BAB IIII
mengenai pengelompokan jalan pada pasal 6 dijelaskan bahwa:
1) Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan
khusus.
2) Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan
menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
3) Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang
dan jasa yang dibutuhkan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.
Pada pasal 8 dijelaskan:
1) Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
2) Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatannrata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
3) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
4
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
4) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
5) Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal,
dan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam peraturan pemerintah.
Pada pasal 9 dijelaskan:
1) Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
2) Jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
3) Jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan
4) ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
5) Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada ayat
(2) dan ayat (3), yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.
5
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
6) Jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.
7) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dalam peraturan pemerintah.
Pada BAB IV mengenai Jalan Umum, pada bagian keempat
mengenai wewenang pemerintah Kabupaten/ Kota pada pasal 16 disebutkan:
1) Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan
meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.
2) Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi
penyelenggaraan jalan kota.
3) Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.
4) Dalam hal pemerintah kabupaten/kota belum dapat melaksanakan
sebagian wewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), pemerintah kabupaten/kota dapat menyerahkan wewenang tersebut
kepada pemerintah provinsi.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai wewenang penyelengaraan jalan
kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wewenang
penyelengaraan jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan
penyerahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
dalam peraturan pemerintah.
6
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Pada pasal 17 disebutkan pengaturan jalan umum meliputi pengaturan
jalan secara umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi,
pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan kota.
Selanjutnya pada pasal 20 disebutkan: pengaturan jalan kabupaten dan jalan
desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi:
1) perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa
berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan
keserasian antardaerah dan antarkawasan;
2) penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten
dan jalan desa;
3) penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa; dan
4) penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten dan jalan desa
Pada BAB IV mengenai Jalan Umum pada bagian Keenam mengenai
Pembinaan Jalan Umum, pada pasal 23 disebutkan: pembinaan jalan umum
meliputi pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten dan jalan desa, serta jalan kota.
Selanjutnya pada pasal 26 disebutkan: pembinaan jalan kabupaten dan
jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi:
1) Pemberian bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan dan pelatihan
para aparatur penyelenggara jalan kabupaten dan jalan desa;
2) Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan
pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan; dan
3) Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan
kabupaten dan jalan desa.
2.1.2. Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Pada Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan BAB II
mengenai Jalan Umum, pada bagian ketiga mengenai Fungsi Jalan, dan
7
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Persyaratan Teknis Jalan, Paragraf 1 mengenai Fungsi Jalan, pada Pasal 9
disebutkan:
1. Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan.
2. Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
3. Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem jaringan
primer dibedakan atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan
lingkungan primer.
4. Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan
sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal primer,
dan jalan lingkungan primer.
5. Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem jaringan
sekunder dibedakan atas arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal
sekunder, dan lingkungan sekunder.
6. Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan
sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal
sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.
Sedangkan pada Paragraf 2 mengenai Persyaratan Teknis Jalan
disebutkan pada Pasal 12:
1. Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,
perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan
tidak terputus.
2. Persyaratan teknis jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.
Bagian Keempat Status Jalan, pada Pasal 25 disebutkan bahwa jalan
umum menurut statusnya dikelompokkan atas:
a. jalan nasional;
8
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
b. jalan provinsi;
c. jalan kabupaten;
d. jalan kota; dan
e. jalan desa.
Pada Pasal 26 disebutkan: alan nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf a terdiri atas:
a. Jalan arteri primer
b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota
provinsi;
c. jalan tol; dan
d. jalan strategis nasional.
Pada Pasal 28 disebutkan: jalan kabupaten sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf c terdiri atas:
1) Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dan jalan provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27;
2) Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antaribukota
kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa;
3) jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 huruf d dan jalan sekunder dalam kota; dan
4) jalan strategis kabupaten.
Pada BAB VI mengenai Penyelenggaraan Jalan, pada Bagian Ketiga
mengenai Pembinaan, pada Paragraf 1 mengenai bagian Umum, pada Pasal 77
disebutkan:
1) Pembinaan jalan umum meliputi pembinaan jalan secara umum, jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan desa, serta jalan
kota.
9
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
2) Pembinaan jalan secara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan
pedoman penyelenggaraan jalan;
b. Pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan
dan pelatihan di bidang jalan; dan
c. Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang
jalan dan yang terkait.
3) Pembinaan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan
desa, serta jalan kota meliputi:
a. pemberian bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan dan
pelatihan para aparatur penyelenggara jalan dan pemangku
kepentingan di bidang jalan;
b. pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang
jalan dan yang terkait;
c. pemberian fasilitas penyelesaian sengketa antarwilayah dalam
penyelenggaraan jalan; dan
d. pemberian izin, rekomendasi, dan dispensasi, pemanfaatan ruang
manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.
2.1.3. KEPMEN No. 375/ KPTS/ M/ 2004 tentang Penetapan Ruas-Ruas
Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya sebagai jalan
arteri, jalan kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3
Pada lampiran KEPMEN No. 375/ KPTS/ M/ 2004 tentang Penetapan
Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya sebagai jalan
arteri, jalan kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3, di Provinsi Bali
terdapat ruas jalan sepanjang 1.341,52 km, dengan panjang jalan arteri
sepanjang 201,06 km, jalan kolektor 1 sepanjang 300,58 km, jalan kolektor 2
sepanjang 474,32 km dan jalan kolektor 3 sepanjang 365,56 km. Tabel 1.1.
menunjukkan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya di
10
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli dan sekitarnya. Sedangkan Gambar 2.1. menunjukkan Peta
Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya di Provinsi Bali.
Tabel 2.1. Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya di
Kabupaten Bangli.
Sumber: KEPMEN No. 375/ KPTS/ M/ 2004
2.1.4. Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan
Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten
Menurut Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang
Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten terdapat total 407 ruas
jalan kabupaten yang dibagi kedalam 4 kcamatan, yaitu Kecamatan
Kintamani, Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli dan Kecamatan Tembuku.
Total panjang ruas jalan Kabupaten adalah sepanjang 907, 32 km, mencakup
57,635 kilometer jalan dalam kota dan 849, 677 kilometer jalan luar kota
dengan rerata jebar jalan kabupaten adalah 3,43 meter. Ruas jalan kabupaten
dibagi menjadi ruas jalan untuk lalu lintas umum (LU), jalan kota (KOTA)
dan jalan untuk lalu lintas pariwisata (PAR).
11
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
2.2. Tinjauan Pustaka
2.2.1. Jalan
2.2.1.1. Pengertian Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Undang-Undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan).
Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat
oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga
dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan
akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang
aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat
penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna
jalan.
2.2.1.2. Kualifikasi Jalan
Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 3 klasifikasi yaitu:
klasifikasi menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut Administrasi Pemerintah,
klasifikasi menurut Muatan sumbu (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2006).
A. Klasifikasi menurut Fungsi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:
a. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
12
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
b. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
B. Klasifikasi Berdasarkan Administrasi Pemerintahan
Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum
penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah
daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol.
b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.
c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
13
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
C. Klasifikasi Berdasarkan Muatan Sumbu
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan
angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan
transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan
karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor,
muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
Pengelompokkan jalan ada 4, menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas
jalan, terdiri dari:
a. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum
digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai
negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat
sebesar 13 ton;
b. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai
untuk angkutan peti kemas
c. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
d. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
14
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
e. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
(KEPMEN PU No. 375/ KPTS/ M/ 2004)
2.2.2. Basisdata
2.2.2.1. Data dan Basisdata
Data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain
yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa,
aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkatnya, data merupakan
suatu kenyataan apa adanya (raw facts). Sedangkan, informasi adalah data yang
ditempatkan pada konteks yang penuh arti oleh penerimanya. Gambar 2.1.
menunjukkan hubungan data dengan informasi (Rahman, 2008).
Gambar 2.1. Hubungan Data dengan Informasi
(Sumber: Rahman, 2008)
Dalam informasi terdapat banyak atribut atau kualitas-kualitas untuk
membantu kita di dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan kebutuhan-
kebutuhan informasi yang spesifik (Prahasta, 2005). Gambar 2.2. menunjukkan
atribut-atribut dari informasi.
15
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.2. Atribut Informasi
(Sumber: Prahasta, 2005)
Pada saat kebutuhan-kebutuhan informasi diidentifikasi dan didefinisikan,
informasi-informasi tambahan masih mungkinkan dilibatkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Jumlah cara yang ditempuh data hingga akhirnya
(dikonversikan) menjadi informasi hampir sama dengan jumlah situasi spesifik
yang bisa diidentifikasi (Mustakini, 2009).
Pada dasarnya, data harus diproses terlebih dahulu sebelum dianggap
sebagai informasi oleh penerimanya. Jika prosesnya kompleks, kompleksitasnya
dapat direduksi dengan memecahkan prosesnya menjadi beberapa sub-proses
yang lebih kecil. Tanpa memperhatikan mekanisme bagaimana datanya diproses,
kita dapat mengidentifikasi paling tidak 10 langkah pemrosesan atau operasi yang
dilakukan untuk mengkonversi data hingga menjadi informasi. Setiap operasi atau
kombinasinya dapat menghasilkan informasi dari suatu data (Mustakini, 2009).
Sedangkan basis data (database) adalah sekumpulan data yang terintegrasi
yang diorganisasi untuk memenuhi kebutuhan pemakai untuk keperluan
organisasi. DBMS (Data Base Management System) adalah perangkat lunak yang
menangani semua pengaksesan ke data base (Ladjamudin, 2005)
16
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Struktur File Database (Ladjamudin, 2005):
a. Data adalah satu satuan informasi yang akan diolah, dimana sebelum
diolah dikumpulkan di dalam suatu file database. Pengumpulan data
dilakukan secara sistematis menurut struktur file database tersebut.
b. RECORD adalah data yang isinya merupakan satu kesatuan seperti Nama,
Alamat, Nomor Telepon. Setiap keterangan yang mencakup Nama,
Alamat dan Nomor Telepon dinamakan satu record. Dan setiap record
diberi nomor urut yang disebut nomor record (Record Number). Ukuran
suatu file database ditentukan oleh jumlah record yang tersimpan di
dalamnya.
c. FIELD adalah sub bagian dari Record. Dari contoh isi record diatas maka
terdiri dari 3 field, yaitu field Nama, field Alamat dan field Nomor
Telepon.
Tabel 2.1 menunjukkan perbedaan file manajemen tradisional dan file
manajemen basisdata. Sedangkan Tabel 2.2. menunjukkan kelemahan file
manajemen tradisional dan file manajemen basisdata
Tabel.2.1 Perbedaan Data Tradisional dan Basis data
Perbedaan
File manajemen tradisional File manajemen basisdata
1. Program Oriented
2. Kaku
3. Kerangkapan data
1. Data Oriented
2. Luwes
3. Tidak terjadi kerangkapan data
(Sumber: Ladjamudin, 2005)
17
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Tabel.2.2. Kelemahan File Manajemen Tradisional dan File Manajemen Basis
data
Kelemahan
File manajemen tradisional File manajemen basisdata
1. Timbulnya data rangkap dan
ketidak konsistenan data
2. Data tidak dapat digunakan secara
bersama-sama
3. Kesukaran dalam mengakses data
4. Tidak fleksibel
5. Data tidak standart
1. Storage yang dibutuhkan besar
2. Dibutuhkan tenaga spesialis
3. Software mahal
4. Kerusakan pada data base dapat
mempengaruhi departemen lain
yang terkait
(Sumber: Ladjamudin, 2005)
Keuntungan file manajemen data base :
a. Tidak terjadi kerangkapan data
b. Data lebih konsisten
c. Data dapat digunakan bersama-sama
d. Data dapat distandarisasi
e. Keamanan data dapat terjamin
f. Integritas data terpelihara
g. Data independen
(Ladjamudin, 2005)
Menurut Delima (2007), terdapat serangkaian komponen basisdata yang
membentuk sebuah sistem seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Komponen Rangkaian Sistem Basisdata
18
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
(Sumber: Delima, 2007)
Hardware
Meliputi PC sampai dengan jaringan komputer.
Tempat penyimpanan secondary (manegtic disk), I/O device ex:
disk drives), device Controller, I/O Channels, dan lainnya.
Hardware processor dan main memory, digunakan untuk
mendukung saat eksekusi system software database.
Software
DBMS, operating system, network software (jika diperlukan) dan
program aplikasi pendukung lainnya.
Data
Data pada sebuah system database baik itu single-user system
maupun multi-user system harus terintegrasi dan dapat digunakan
bersama (Integrated and Shared).
Digunakan oleh organisasi dan deskripsi dari data disebut schema.
Prosedur
Instrukti dan aturan yang harus disertakan dalam mendesain dan
menggunakan database dan DBMS.
Pengguna/ Manusia
DA (Data Administrator), seseorang yang berwenang untuk
membuat keputusan stategis dan kebijakan mengenai data yang ada
DBA (DataBase Administrator), menyediakan dukungan teknis
untuk implementasi keputusan tersebut, dan bertanggung jawab
atas keseluruhan kontrol system pada level teknis
Database Designer (Logical and Physical)
Application Programmers, bertanggungjawab untuk membuat
aplikasi database dengan menggunakan bahasa pemrograman yang
ada, seperti : C++, Java, dan lainnya.
End Users, Siapapun yang berinteraksi dengan sistem secara online
melalui workstation/terminal.
(Delima, 2007)
19
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Menurut (Ladjamudin, 2005) terdapat beberapa fungsi dari basisdata,
yaitu:
a. Data definition
DBMS harus dapat mengolah pendefinisian data
b. Data editing
DBMS harus dapat menangani permintaan-permintaan dari
pemakai untuk mengakses data
c. Data security and integrity
DBMS harus dapat memeriksa keamanan dan integriti data yang
didefinisikan oleh DBA
d. Data recovery and concurrency
DBMS harus dapat menangani kegagalan pengaksesan database
yang disebabkan oleh kesalahan system, kerusakan disk dan
sebagainya.
DBMS harus dapat memantau pengaksesan data yang konkuren
yaitu bila satu data diakses secara bersama-sama oleh lebih dari
satu pemakai pada saat bersamaan.
e. Data dictionary
Tempat penyimpanan informasi yang menggambarkan data dalam
database. Data dictionary disebut juga metadata (data mengenai
data).
Berisi tentang:
Nama-nama pengguna yang mempunyai wewenang untuk
penggunaan basis data
Nama-nama data
Jenis-jenis dan ukuran data
Batasan untuk masing-masing data
f. Performance
DBMS harus dapat menangani unjuk kerja dari semua fungsi
seefisien mungkin.
20
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gabungan antara basis data dan perangkat lunak SMBD (Sistem
Manajemen Basis Data) termasuk di dalamnya program aplikasi yang dibuat dan
bekerja dalam satu sistem disebut dengan Sistem Basis Data. Sistem Basis Data
adalah suatu sistem menyusun dan mengelola record-record menggunakan
komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional
lengkap sebuah organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi
yang optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan. Salah
satu cara menyajikan data untuk mempermudah modifikasi adalah dengan cara
pemodelan data. Model yang banyak dipergunakan adalah Entity Relationship
Model. Model Entity Relationship adalah representasi logika dari data pada suatu
organisasi atau area bisnis tertentu dengan menggunakan Entity dan Relationship.
Gambar 2.4 menunjukkan konsep sistem basisdata (Nugroho, 2004).
Gambar 2.4. Konsep Sistem Basis Data
(Sumber: Nugroho, 2004).
21
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
2.2.2.2. Model Data Spasial
Model data spasial merupakan kumpulan konsep-konsep yang terintegrasi
untuk menggambarkan data, hubungan antar data, dan batasan-batasan data dalam
cakupan keruangan (Fathansyah, 2012).
Data Model terdiri dari:
a. Bagian struktural, berisikan sekumpulan aturan berdasarkan database yang
dapat dibuat;
b. Bagian manipulasi, mendefinisikan tipe operasi yang boleh dilakukan;
c. Aturan-aturan Integritas.
Kegunaan Data Model diantaranya untuk:
a. Merepresentasikan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk
dipahami.
b. Untuk menetapkan konsistensi dalam memandang, mengorganisir,
menginterpretasikan dan memperlakukan database.
Jenis-jenis Model data:
a. Object-Based Data Models
Entity-Relationship, Semantic, Functional, Object-Oriented.
b. Record-Based Data Models
Relational Data Model, Network Data Model, Hierarchical Data Model.
c. Physical Data Models
Menerangkan bagaimana data disimpan dalam komputer,
merepresentasikan informasi seperti; struktur record, permintaan record,
dan jalur akses
d. Conceptual Modelling
- Skema konseptual merupakan bagian utama dari system yang
menampilkan view seluruh user.
- Merupakan representasi yang akurat dan lengkap dari kebutuhan data
pada organisasi.
- Merupakan proses pembentukan suatu model informasi yang digunakan
dalam organisasi yang terlepas dari detail implementasi.
- Hasilnya merupakan model data konseptual
22
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
2.2.3. Penginderaan Jauh dan Citra satelit
2.2.3.1. Penginderaan Jauh
Beberapa pengertian dan definisi dari penginderaan jauh atau remote
sensing adalah sebagai berikut (Sutanto, 1994):
a. Penginderaan jauh adalah pengambilan atau pengukuran data/ informasi
mengenai sifat dari sebuah fenomena, obyek atau benda dengan
menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan
bahan studi.
b. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi
elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat
diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna
c. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau
perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen
lain di atas jauh dari objek yang diindera. Foto udara, citra satelit, dan citra
radar adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan informasi
mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari
jarak jauh (Sutanto, 1994). Hal ini biasanya berhubungan dengan pengukuran
pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik.
Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penginderaan jauh merupakan salah satu
teknologi penunjang pengelolaan sumber daya alam yang paling banyak
digunakan saat ini. Teknologi penyediaan data penginderaan jauh pun telah
berkembang dengan sangat pesat terutama dengan munculnya sensor-sensor
beresolusi tinggi (highresolution sensors) seperti IKONOS dan Quickbird.
Beragamnya pilihan data menuntut pemahaman yang mendalam mengenai
karakteristik masing-masing data. Berikut ini penjelasan singkat mengenai
karakteristik beberapa data penginderaan jauh yang paling banyak digunakan saat
ini. Untuk memahami karakteristik citra satelit dapat digunakan beberapa
parameter sederhana seperti:
23
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
a. Resolusi spasial adalah ukuran terkecil objek di permukaan bumi yang
dapat dibedakan olehcitra satelit. Saat ini dikenal citra satelit dengan
resolusi rendah (low resolution), resolusi menegah (medium resolution)
dan resolusi tinggi (high resolution)
b. Resolusi temporal yaitu waktu yang dibutuhkan oleh satelit untuk meliput
kembali satu objekyang sama di permukaan bumi. Resolusi temporal yang
tinggi berarti satelit hanyamembutuhkan waktu yang singkat untuk
mengorbit (memutari) bumi
c. Resolusi spektral menerangkan tentang jumlah dan lebar panjang
gelombang yang dimiliki olehsensor satelit. Resolusi spektral tinggi
(Hyperspectral) berarti sensor memiliki jumlah saluran (band) yang
banyak dengan lebar panjang gelombang yang sempit
d. Resolusi radiometrik adalah tingkat kesensitifan sensor satelit dalam
merekamnilai reflektansi berbagai jenis objek di permukaan bumi. Contoh
respon data penginderaan jauh terhadap air,vegetasi, dan tanah terbuka
ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Respon sensor terhadap nilai reflektansi berbagai objek
(Sumber: Lillesand and Kiefer, 1992)
24
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Selain parameter diatas, beberapa ahli juga menjelaskan karakteristik citra
menjadi (Purwadhi, 2008):
a. Pixel
Pixel (picture element) adalah sebuah titik yang merupakan elemen paling
kecil pada citra satelit. Angka numerik (1 byte) dari pixel disebut digital
number (DN). DN bisa ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar antara
putih dan hitam (gray scale), tergantung level energi yang terdeteksi. Pixel
yang disusun dalam order yang benar akan membentuk sebuah citra.
Kebanyakan citra satelit yang belum diproses disimpan dalam bentuk gray
scale, yang merupakan skala warna dari hitam ke putih dengan derajat
keabuan yang bervariasi. Untuk Penginderaan Jauh, skala yang dipakai
adalah 256 shade gray scale, dimana nilai 0 menggambarkan hitam, nilai
255 putih. Dua gambar di bawah ini menunjukkan derajat keabuan dan
hubungan antara DN dan derajat keabuan yang menyusun sebuah citra.
Untuk citra multispectral, masing masing pixel mempunyai beberapa DN,
sesuai dengan jumlah band yang dimiliki. Sebagai contoh, untuk Landsat
7, masing-masing pixel mempunyai 7 DN dari 7 band yang dimiliki. Citra
bisa ditampilkan untuk masing-masing band dalam bentuk hitam dan putih
maupun kombinasi 3 band sekaligus, yang disebut color composites.
b. Contrast
Contrast adalah perbedaan antara brightness relatif antara sebuah benda
dengan sekelilingnya pada citra. Sebuah bentuk tertentu mudah terdeteksi
apabila pada sebuah citra contrast antara bentuk tersebut dengan
backgroundnya tinggi. Teknik pengolahan citra bisa dipakai untuk
mempertajam contrast. Citra, sebagai dataset, bisa dimanipulasi
menggunakan algorithm (persamaan matematis). Manipulasi bisa
merupakan pengkoreksian error, pemetaan kembali data terhadap suatu
referensi geografi tertentu, ataupun mengekstrak informasi yang tidak
langsung terlihat dari data. Data dari dua citra atau lebih pada lokasi yang
sama bisa dikombinasikan secara matematis untuk membuat composite
25
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
dari beberapa dataset. Produk data ini, disebut derived products, bisa
dihasilkan dengan beberapa penghitungan matematis atas data numerik
mentah (DN).
c. Resolusi
Resolusi dari sebuah citra adalah karakteristik yang menunjukkan level
kedetailan yang dimiliki oleh sebuah citra. Resolusi didefinisikan sebagai
area dari permukaan bumi yang diwakili oleh sebuah pixel sebagai elemen
terkecil dari sebuah citra. Pada citra satelit pemantau cuaca yang
mempunyai resolusi 1 km, masing-masing pixel mewakili rata-rata nilai
brightness dari sebuah area berukuran 1×1 km. Bentuk yang lebih kecil
dari 1 km susah dikenali melalui image dengan resolusi 1 km. Landsat 7
menghasilkan citra dengan resolusi 30 meter, sehingga jauh lebih banyak
detail yang bisa dilihat dibandingkan pada citra satelit dengan resolusi 1
km. Resolusi adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam rangka
pemilihan citra yang akan digunakan terutama dalam hal aplikasi, waktu,
biaya, ketersediaan citra dan fasilitas komputasi.
2.2.3.2. Citra Satelit
Sebuah citra satelit tersimpan sebagai sebuah grid yang disebut pixels
(picture elements) dan masing-masing pixel tersebut berkorespondensi spasial
dengan sebuah area di permukaan bumi. Dengan melakukan transformasi
matematis terhadap data digital, sebuah perangkat lunak pengolah citra digital
akan bisa melakukan pemrosesan sehingga hasilnya dapat diaplikasikan untuk
berbagai kepentingan, salah satunya adalah untuk perencanaan, pemetaan dan
pengendalian pembangunan daerah (Sutanto. 1994).
Manfaat yang paling sederhana dari tersedianya citra satelit beresolusi
tinggi tidak sebatas memanfaatkan gambar dari citra tersebut. Manfaat turunannya
yang lebih kompleks adalah dengan dukungan aplikasi pengolah citra yang
mampu mengolah atau menentukan algoritma pemrosesan citra untuk kepentingan
analisis tertentu. Algoritma yang dimaksud misalnya pemilihan saluran
gelombang, penentuan permukaan, penentuan layer, dan sebagainya – misalnya
untuk menganalisis area pencemaran sungai. Jadi sesungguhnya dengan hanya
26
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
sebagai gambar saja, sebuah citra satelit sudah dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan (Purwadhi, 2008).
Tersedianya citra satelit beresolusi tinggi telah mampu menyajikan
”wajah” Provinsi secara nyata. Dengan sajian tersebut banyak hal sudah dapat
dilakukan. Misalnya analisis distribusi kawasan terbangun dan tak terbangun,
informasi jalan dan kondisinya, identifikasi daerah padat pemukiman, pola
pemanfaatan lahan, dan bentuk informasi sajian lainnya. Dari identifikasi obyek
yang tersaji pada citra tersebut selanjutnya sudah dapat dilakukan beberapa
interpretasi maupun analisis sederhana sebagai bahan pertimbangan dalam
penentuan suatu kebijakan tertentu atau untuk pemecahan masalah tertentu
(Purwadhi, 2008).
Yang paling sederhana dari sajian sebuah citra satelit adalah visualisasi
obyek eksisting yang ada di permukaan bumi. Gambaran tersebut selanjutnya bisa
dikembangkan lagi menjadi sebuah peta garis yang detil melalui proses on-screen
digitizing, yakni melakukan digitasi pada layar komputer yang sedang menyajikan
citra satelit. Peta garis tersebut akan menjadi peta detail dan paling up to date
dengan kondisi sebenarnya yang ada dilapangan (Purwadhi, 2008). Gambar 2.6.
menunjukkan peta garis jalan yang diciptakan dari citra satelit.
Gambar 2.6. Peta Garis yang Diciptakan dari Citra Satelit.
(sumber: Data Konsultan, 2017)
27
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Beberapa kajian pemanfaatan citra satelit sebagai referensi terbentuknya
peta dasar, serta manfaat peta dasar itu sendiri pada pengembangan selanjutnya
diantaranya adalah sebagai berikut (Sutanto, 1994):
1. Data dasar sebagai sumber dan acuan pemetaan secara umum untuk
kepentingan perencanaan dan penataan termasuk keterkaitannya dengan
penggunaan lahan (landuse), pemetaan jaringan transportasi, lingkungan,
peta daerah rawan bencana, kepadatan pemukiman penduduk, pemetaan
pesisir/pantai, sungai/saluran irigasi, saluran limbah, pemetaan perbatasan
kabupaten, dan pemetaan tematik lainnya.
2. Penyedian peta dasar sebagai acuan dalam mendukung perencanaan
pekerjaan spesifik lainnya seperti pengembangan sebuah kawasan tertentu,
pengembangan jaringan persampahan, pengembangan rencana tata ruang
bangunan dan lingkungan, Pemetaan Bahan Tambang Galian C, Pemetaan
Air Tanah dan Air Permukaan dll.
3. Penyediaan peta kadaster berupa peta bangunan dan persil yang
selanjutnya dapat dihubungkan dengan basis data Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), SITU/HO, dan mendukung rencana peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti untuk kepentingan pengelolaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui pemanfaatan teknologi
Geographic Information System (GIS).
4. Pengembangan aplikasi berbasis GIS untuk kepentingan advise planning
yang menyajikan informasi kepada masyarakat mengenai aturan tata
ruang, Ruang Terbuka Hijau Provinsi (RTHK) atau jalur hijau, informasi
mengenai KDB dan KLB dan sempadan.
Gambar 2.7. adalah diagram alir proses pengolahan citra digital dalam hal
ini memakai citra satelit sampai menghasilkan Peta Tematik 1: 5000. Titik ikat
(Ground Control Point) diperoleh melalui survey lapangan dari daerah kajian.
Titik ikat ini harus menyebar sehingga mewakili daerah kajian. Data dari titik ikat
ini sangat menentukan akurasi citra satelit dalam hal posisi geografis dari suatu
obyek (Harintaka, 2003).
28
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.7. Diagram Alir Pengolahan Citra Satelit
(Harintaka, 2003)
2.2.4. Sistem Informasi Geografis
2.2.4.1. Pengantar Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang mengandung
data yang bereferensi spasial yang dapat dianalisis dan diubah menjadi informasi
bagi sekumpulan maksud tertentu. Definisi SIG sebagai suatu sistem yang dapat:
1. Mengumpulkan, menyimpan, dan menampilkan kembali informasi yang
berdasarkan lokasi spasial
2. Mengidentifikasi lokasi dalam suatu wilayah tertentu yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan
3. Mengeksplorasi keterkaitan antara berbagai kumpulan data dalam suatu
wilayah tertentu
29
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
4. Memfasilitasi pemilihan dan pendistribusian data bagi model aplikasi
analitis tertentu yang dapat memperkirakan dampak suatu alternatif bagi
kondisi wilayah tertentu
5. Menyajikan wilayah tertentu secara grafis dan numeris baik sebelum
maupun setelah analisis
(Murai, 2006)
Dari berbagai macam pengertian tentang SIG, terdapat beberapa kata
kunci yang sama, yaitu: data berefensi geografis, analisis data (spasial dan atribut)
untuk menghasilkan informasi, maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan di sini bahwa dibandingkan dengan sistem lain, SIG memiliki
kemampuan dalam menangani data dan informasi dalam perspektif geografis. Hal
ini sangat terasa relevansinya terutama dalam hal perencanaan pembangunan
karena perencanaan pembangunan dilaksanakan dalam suatu konteks daerah
(wilayah) tertentu.
Istilah “Geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua
istilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul istilah
yang ketiga, geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di
dalam konteks SIG. Penggunaan kata “Geografis” mengandung pengertian suatu
persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi (Prahasta, 2005).
Istilah “informasi geografis” mengandung pengertian informasi mengenai
tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi
dimana suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai
keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya
diberikan atau diketahui (Prahasta, 2005).
SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai
sumberdaya fisik yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan
bumi. Jadi, SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran
informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2005). Gambar 2.8
menunjukkan komponen pembentuk SIG.
30
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.8 Komponen-Komponen Pembentuk SIG
(Sumber: Prahasta, 2005)
Sistem informasi geografis dapat diterapkan pada berbagai bidang.
Beberapa kemampuan dari sistem ini adalah (Prahasta, 2005):
1. Kemampuan Kartografis
Dengan kemampuan ini, pengguna SIG dapat membuat peta dan gambar
teknik secara efektif dan efisien. Kemampuan kartografis ini terdiri dari
proses digitasi, visualisasi grafis, manipulasi garis interaktif, dan plotting.
2. Kemampuan Manajemen Data
SIG memiliki kemampuan dalam menyimpan, mengolah, dan
memanipulasi data yang bereferensi geografis. Kemampuan manajemen
ini termasuk pula kemampuan dalam melakukan proses pengolahan data
atribut (attribute processing), yaitu kemampuan dalam menyimpan dan
menampilkan data atribut tertentu yang berhubungan dengan gambar
geografis tertentu.
31
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
3. Kemampuan Analisis
Kemampuan analisis adalah kemampuan menginterpretasikan dan
mempelajari data dan informasi yang telah dikumpulkan, untuk keperluan
tertentu. Kemampuan analisis ini meliputi: analisis fungsi-fungsi rekayasa,
kemampuan prediksi/peramalan, operasi-operasi penghitungan, analisis
demografi, analisis sosial budaya, analisis berbagai macam wilayah dan
distrik, penyajian grafik dan tabulasi, analisis overlay, analisis logika,
analisis seleksi.
4. Integrasi SIG dan Multimedia
Kemampuan memadukan SIG dan Multimedia merupakan salah satu hasil
kreativitas putra-putra daerah Bali. Melalui integrasi antara sistem
multimedia dengan SIG, maka tampilan akhir dari hasil analisis SIG
menjadi lebih menarik dan memudahkan dalam membaca serta memahami
hasil.
2.2.4.2. Proses dan Komponen SIG
SIG pada dasarnya melakukan enam proses, yaitu (Prahasta, 2005):
1. Input Data
Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi
ke dalam format digital. Proses tersebut dinamakan Digitasi. Pada pengerjaan
Tugas Akhir ini digitasi yang dilakukan dinamakan digitasi on screen, dimana
proses konversi data dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
scanning.
2. Transformasi Data
Tipe data yang digunakan dalam SIG mungkin perlu ditransformasikan atau
dimanipulasi dengan beberapa cara agar sesuai dengan sistem. Misalnya
terdapat perbedaan dalam skala, sehingga sebelum dimasukkan dan
diintegrasikan harus ditransformasikan dahulu ke dalam skala yang sama.
Transformasi ini bias bersifat sementara untuk ditampilkan saja atau secara
permanen untuk proses analisis.
32
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
3. Editing
Tahap editing merupakan tahap koreksi digital. Koreksi tersebut dapat berupa
penambahan atau pengurangan arc atau feature yaitu dengan mengedit arc
(data grafis) yang berlebih (overshoot) atau menambah arc yang kurang
(undershoot). Editing juga dilakukan untuk menambahkan arc secara manual
seperti membuat polygon, line maupun point.
4. Manajemen Data
Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke
pengolahan data-data deskriftif, dalam hal ini meliputi annotasi (pemberian
tulisan pada coverage), labeling (pemberian informasi pada peta
bersangkutan), dan attributing yaitu tahap dimana setiap label ID hasil proses
labeling diberi tambahan atribut yang dapat memberikan sejumlah informasi
tenteng polygon atau arc yang diwakilinya.
5. Query dan Analisis
Query pada SIG pada dasarnya merupakan proses analisis tetapi dilakukan
secara proses tabular. Secara fundamental analisis pada SIG menggunakan
analisis spasial. SIG memiliki banyak kelebihan dalam analisis spasial, tetapi
dua hal yang paling penting yaitu:
a) Analisis Proximity
Merupakan analisis geografis yang berbasis pada jarak antar layer.
Pertanyaan-pertanyaan seperti, berapa banyak rumah yang berada di
daerah aliran sungai (DAS). Dalam analisis proximity SIG menggunakan
proses yang disebut buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar
layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar
sifat bagian yang ada.
b) Analisis Overlay
Proses integrasi data dari lapisan layer-layer yang berbeda disebut overlay.
Secara sederhana, hal ini dapat disebut operasi visual, tetapi operasi ini
secara analisis membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan
secara fisik. Secara contoh overlay atau special join yaitu integrasi antara
33
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
data tanah, lereng dan vegetasi atau kepemilikan lahan dengan nilai
taksiran pajak bumi.
6. Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografi, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam
peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan
informasi geografis.
Secara umum SIG bekerja berdasarkan integrasi 5 komponen, yaitu
hardware, software, data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai
berikut (Budianto, 2010).
1. Perangkat Keras ( Hardware )
Adalah komputer dimana sistem informasi geografis beroperasi. Kondisi
saat ini, SIG dapat bekerja pada perangkat keras dengan range type yang
luas, mulai dari komputer server terpusat sampai komputer desktop yang
digunakan sebagai stand alone atau konfigurasi jaringan.
2. Perangkat Lunak ( Software )
Perangkat lunak SIG menghasilkan fungsi dan alat yang dibutuhkan untuk
membuat, mengolah, menganalisis dan menampilkan informasi geografis,
misalnya:
a. Tools untuk masukan dan manipulasi data.
b. Suatu sistem pengelolaan basisdata (DBMS).
c. Tools yang mendukung query, analisis dan visualisasi geografis.
d. Graphical User Interface (GUI) untuk pengaksesan tools.
3. Data
Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara
fundamental SIG bekerja dengan dua tipe model data geografis yaitu model
data vektor dan model data raster. Model data vector menampilkan,
menempatkan, dan meyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik,
garis-garis atau kurva, atau polygon beserta atribut-atributnya. Model data
raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.
Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya
34
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
yang unik (di sudut grid/pojok), di pusat grid, atau ditempat yang lainnya).
Akurasi model data ini sangan bergantung pada resolusi atau ukuran
pikselnya (sel grid) di permukaan bumi.
4. Manusia
Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola
sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi
dunia nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi lain pemakai SIG pun
memiliki tingkatan tertentu dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan
memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk
menolong pekerjaan mereka sehari-hari.
5. Metode
SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan
aturan dunia nyata. Dimana, metode model dan implementasi akan berbeda-
beda untuk setiap permasalahan.
2.2.4.3. Pengolahan Data dalam SIG
Pengolahan data SIG meliputi kegiatan sebagai berikut (Budianto, 2010):
1. Digitasi Peta Dasar
Digitasi peta dilakukan pada peta Rupabumi Indonesia, skala 1: 25.000
yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan survey dan
digitasi peta termasuk pemutakhiran data (map updating). Konversi data
ke dalam format digital ini dilakukan layer demi layer yang dilengkapi
dengan topologi.
2. Import Data
Import data dilakukan pada citra satelit yang memiliki format berbeda
dengan software pengolahnya. Konversi format data ini merupakan proses
awal yang hampir selalu dilakukan pada pekerjaan image processing.
3. Koreksi Geometri Citra
Koreksi geometri citra diperlakukan agar citra satelit mempunyai referensi
atau sistem koordinat peta. Koreksi geometris ini dapat dilakukan dengan
3 (tiga) metode yaitu: citra ke citra (yang telah dikoreksi sebelumnya),
35
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
citra ke ground, yaitu koordinat peta diukur langsung di lapangan dengan
menggunakan GPS (Global Positioning Systems) dan citra ke peta.
4. Pengolahan Digital Citra
Citra satelit akan di proses secara digital untuk meningkatkan resolusi
spasial standart 25 m pada saluran multispektral menjadi 15 m berwarna.
Proses ini dilakukan dengan model pengolahan digital fusi citra (image
data fusion) dengan metode transformasi Brovey (Brovey Transform).
Proses ini dilakukan untuk keperluan interpretasi visual objek planimetris,
seperti jaringan transportasi dan sungai serta objek planimetris lain yang
ada pada daerah ini.
5. Klasifikasi Citra Satelit
Proses lain yang juga dilakukan adalah melakukan klasifikasi digital yang
dilengkapi dengan pendekatan knowledge base dalam ekstraksi informasi
spasial penggunaan lahannya. Proses klasifikasi ini akan dilakukan dengan
metode klasifikasi beracuan (supervised classification) dan proses
filtering. Model klasifikasi digital dengan akurasi pengelompokan yang
jauh lebih akurat dibandingkan mata manusia ini akan dilengkapi dengan
interprestasi visual data hasil Transformasi Brovey. Model klasifikasi
digital dilakukan dengan mengelompokkan susunan objek yang dikenali
sebagai sampel (sampling area). Secara otomatis software pengolah citra
akan mencari susunan pixel yang sama dengan daerah sampel sehingga
akan membentuk kelas tersendiri. Citra hasil dari klasifikasi ini kemudian
dilakukan uji lapangan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi dan
untuk mengetahui pixel-pixel yang meragukan. Penyimpangan yang
terjadi dari hasil uji lapangan tidak boleh lebih dari 3% daerah uji. Hasil
dari klarifikasi ini dipergunakan untuk pemutahiran peta rupa bumi
Indonesia yang telah didigitasi menggunakan metode digital light table
effect dan raster-vector overlay.
6. Pemutakhiran Informasi Spasial
Pemutakhiran informasi spasial peta akan dilakukan dengan metode
raster-vector overlay yang dilengkapi dengan light table effect untuk
36
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
interpretasi dan menganalisa informasi spasial penggunaan lahan.
Pemutakhiran informasi spasial planimetris akan dilakukan dengan raster-
vector overlay. Model integrasi ini dilakukan dengan model klasifikasi
digital citra dan interpretasi citra secara visual untuk perolehan data spasial
hasil pemutakhiran yang akurat. Objek tertentu yang dirasa penting untuk
dipetakan dan tidak terlihat jelas pada citra akan dipetakan menggunakan
alat bantu GPS pada suatu pekerjaan survey lapangan. Hasil akhir dari
pekerjaan pemutakhiran ini berupa data spasial penggunaan lahan digital
dalam GIS.
7. Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan
dalam interpretasi di laboratorium, mencari informasi spasial objek yang
meragukan pada citra dan plotting posisi objek yang penting dan tidak
dapat diekstrak secara langsung pada citra.
8. Re-interpretasi dan Editing
Pekerjaan ini dilakukan untuk melakukan perbaikan hasil interpretasi citra
yang tidak akurat berdasarkan hasil pekerjaan lapangan, Pekerjaan ini akan
dilakukan di laboratorium secara digital untuk perolehan informasi spasial
mutahir yang final.
9. Edge Matching
Edge Matching akan dilakukan agar kesesuaian antar lembar sheet peta
dapat dibentuk, proses ini akan dilakukan secara digital pada semua layer
dan bersebelahan.
10. Kartografi Digital dan Produksi Peta
Proses kartografi akan dilakukan secara full digital untuk perolehan layout
peta yang standar sesuai dengan kaidah kartografi yang berlaku selama ini.
Penyusunan model kartografi pada pekerjaan ini akan mengacu pada
model kartografi peta tematik yang dikeluarkan Badan Informasi
Geospasial.
37
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
11. Penyusunan dan Pemodelan Basis Data
Penyusunan basis data akan dilakukan pada semua data spasial GIS format
hasil pekerjaan, yang terdiri dari data spasial penggunaan lahan, data
attribute dan peta-peta tematik yang dihasilkan.
2.2.4.4. Struktur Data dalam SIG
Struktur data yang digunakan sebagai representasi dari kondisi asli
kenampakan objek yang ada di bumi di dalam pengolahan data base SIG dibagi
dalam dua kelompok jenis data spasial, yaitu basis data dalam struktur vektor dan
basis data dalam struktur grid/raster (Budianto, 2010).
Representasi dari struktur data vektor adalah mengasumsikan dunia nyata
(real world) dalam bentuk objek (entity) yaitu: titik (point), garis (line) dan area
(polygon). Struktur data vektor ini memandang objek-objek data tersebut sebagai
model data diskrit, atau dengan kata lain semua objek tersebut dianggap
mendefinisikan batas-batas fisiknya secara jelas. Batas-batas ini akan sangat jelas
kenampakannya pada peta-peta di mana garis-garis akan mengimplikasikan batas-
batas yang tajam dan tidak halus. Kelemahan dari struktur data vektor ini adalah
apabila harus merepresentasikan nilai-nilai yang eksak dari variabel ketinggian
yang diukur secara eksak pula dari permukaan bumi. Demikian juga apabila harus
menggambarkan fenomena yang mempunyai batas-batas fisik yang tidak jelas
misalnya jenis tanah, densitas penduduk, suhu, curah hujan atau jenis batuan
(geologi) (Budianto, 2010).
Basis data spasial dari SIG untuk merepresentasikan objek yang tidak
dapat terwakilkan oleh data dalam struktur vektor adalah dengan
merepresentasikan objek ke dalam model data grid/raster. Model data grid/raster
ini adalah untuk merepresentasikan objek-objek yang tidak mempunyai batas fisik
yang jelas atau dengan kata lain adalah untuk mewakili objek-objek yang
mempunyai nilai obyek terus menerus (continuous) atau tersebar (distributed).
Model data ini merepresentasikan objek dalam bentuk piksel-piksel matrik dengan
ukuran tertentu sehingga kualitas hasilnya akan bergantung pada ukuran
38
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
sel/resolusi yang digunakan. Gambar 2.9. menunjukkan model struktur data dalam
GIS (Budianto, 2010).
Gambar 2.9. Model Struktur Data Dalam GIS
(Sumber: Budianto, 2010).
A. Model Data Raster
Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam bentuk
matriks atau piksel dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai tertentu dan
memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat yang unik. Tingkat
keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran piksel atau biasa disebut
dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam penginderaan jauh
yang berbasiskan citra satelit maupun airborne (pesawat terbang). Selain itu
model ini digunakan pula dalam membangun model ketinggian Digital Elevation
Model (DEM) dan model permukaan Digital Terrain Model (DTM) (Purwadhi,
2008).
Model raster memberikan informasi spasial terhadap permukaan di bumi
dalam bentuk gambaran yang di generalisasi. Representasi dunia nyata disajikan
sebagai slemen matriks atau piksel yang membentuk grid yang homogen. Pada
setiap piksel mewakili setiap objek yang terekam dan ditandai dengan nilai-nilai
tertentu. Secara komseptuap, model raster merupakan model data spasial yang
39
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
paling sederhana. Gambar 2.10 menunjukkan struktur data raster (Purwadhi,
2008).
Gambar 2.10. Struktur Model Data Raster
(Sumber: Purwadhi, 2008)
Karakteristik utama data raster adalah bahwa dalam setiap sel/piksel
mempunyai nilai. Nilai sel/ piksel dapat memiliki nilai positif atau negative,
integer, dan floating point untuk dapat memrepresentasikan nilai continuous (lihat
gambar 2). Data raster disimpan dalam suatu urutan nilai sel/piksel. Sebagai
contoh: 80. 74, 45, 45, 34, dan seterusnya.
Pemanfaatan model data raster banyak digunakan dalam berbagai aplikasi,
akan tetapi Murai (2006), membagi menjadi empat kategori utama, yaitu:
1. Raster Sebagai Peta Dasar
Data raster biasanya digunakan sebagai tampilan latar belakang (background)
untuk suatu layer dari objek yang lain (vektor). Sebagai contoh foto udara
ortho ditampilkan sebagai latar dari objek jalan sperti pada Gambar 2.11. Tiga
sumber utama dari peta dasar raster adalah foto udara, citra satelit, dan peta
hasil scan.
40
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.11. Foto Udara (Raster)
(Sumber: Murai 2006)
2. Raster Sebagai Peta Model Permukaan
Data raster sangat cocok untuk merepresentasikan data permukaan
bumi. Data dapat menyediakan metode yang efektif dalam menyimpan
informasi nilai ketinggian yang diukur dari permukaan bumi. Selain dapat
merepresentasikan permukaan bumi, dara raster dapat pula merepresentasikan
curah hujan, temperature, konsentrasi, dan kepadatan populasi. Pada Gambar
2.12 ini memperlihatkan nilai ketinggian suatu permukaan bumi. Warna hijau
memperlihatkan permukaan yang rendah, dan berikutnya merah, pink dan
putih menunjukan permukaan yang semakin tinggi.
Gambar 2.12. Data Raster Memodelkan Permukaan Bumi
(Sumber: Murai 2006)
41
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
3. Raster Sebagai Peta Tematik
Data raster yang merepresentasikan peta tematik dapat diturunkan dari
hasil analisis data lain. Aplikasi analisis yang sering digunakan adalah dalam
hal klarifikasi citra satelit untuk menghasilkan kategori tutupan lahan (land
cover). Pada dasarnya aktifitas yang dilakukan adalah mengelompokan nilai
dari data multispektral kedalam kelas tertentu. (seperti tipe vegetasi) dan
memberikan nilai terhadap kategori tersebut. Peta tematik juga dapat
dihasilkan dari operasi geoprocessing yang dikombinasikan dari berbagai
macam sumber seperti vector, raster, dan data permukaan. Sebagai contoh
dalam menghasilkan peta kesesuaian lahan dihasilkan melalui operasi dengan
menggunakan data raster sebagai masukannya. Gambar 2.13 menampilkan
data raster dalam data tutupan lahan.
Gambar 2.13. Data Raster dalam Data Tutupan Lahan
(Sumber: Murai 2006)
4. Raster Sebagai Attribut dari objek
Data raster dapat pula digunakan sebagai atribut dari suatu objek, baik
dalam foto digital, dokumen hasil scan atau gambar hasil scan yang
mempunyai hubungan dengan objek geografi atau lokasi. Sebagai contoh
dokumen kepemilikan persil dapat ditampilkan sebagai atribut objek persil.
42
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
B. Model Data Vektor
Model data vector merupakan model data yang paling banyak digunakan,
model ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk
membangun objek spasialnya. Objek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian
lagi yaitu berupa titik (point), garis (line), dan area (polygon) (Rahman, 2008).
1. Titik (Point)
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada suat objek.
Titik tidak mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk simbol
baik pada peta maupun dalam layar monitor. Contoh: Kota, Gunung, Candi,
dll.
2. Garis (Line)
Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan
merepresentasikan objek dalam satu dimensi. Contoh: Jalan, Sungai, dll.
3. Area (Polygon)
Polygon merupakan representasi objek dalam dua dimensi. Contoh: Danau,
Persil Tanah, dll.
Vektor berbasis GIS didefinisikan sebagai vektorial dari data geografis.
Menurut karakteristik dari model data, objek geografis secara ekplisit
digambarkan dengan karakteristik spasial yang di asosiasikan dengan aspek
thematic (Charter, 2004)
Ada cara yang berbeda untuk mengorganisasikan database rangkap ini
(Spasial dan Thematic). Biasanya, sistem vektorial terdiri dari dua komponen;
yang pertama mengatur data spasial dan yang lainnya mengatur data thematic. Ini
dinamakan dengan organisasi sistem hibrid, dimana terhubung sebagai basisdata
relational pada attributnya secara topologi untuk data spasial. Elemen kunci pada
sistem ini diidentifikasikan pada setiap objek. Indentifikasi ini adalah unix dan
berbeda untuk setiap objek dan memungkinkan sistem untuk terhubung dengan
basis data. Pada model dasar vektor, data geospasial di gambarkan dengan bentuk
koordinat. Pada data Vektor unit dasar dari informasi spasial berupa titik, garis
(arch) dan poligon. Masing-masing unit ini secara sederhana terkolaborasi sebagai
sebuah series untuk satu atau beberapa titik koordinat, sebagai contoh sebuah
43
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
garis terdiri dari kumpulan beberapa titik, dan poligon merupakan kumpulan dari
beberapa garis (Charter, 2004). Gambar 2.14 menunjukkan model data vektor.
Gambar 2.14. Model Data Vektor
(Sumber: Charter, 2004)
Model data vector terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya (Charter,
2004)
1. Topologi, biasa digunakan dalam analisis spasial dalam SIG. Tapologi
merupakan model data vektor yang menunjukan hubungan spasial diantara
objek spasial. Salah satu contoh adalah bahwa bentuk titik, dan kedua garis
tersebut secara eksplisit dalam atributnya mempunyai informasi sebelah kiri
dan sebelah kanan. Topologi sangat berguna pada saat melakukan deteksi
kesalahan pada saat proses digitasi. Selain itu berguna pula dalam melakukan
proses analisis spasial yang bersifat kompleks dengan melibatkan data spasial
yang cukup besar ukuran filenya. Salah satu contoh analisis spasial yang dapat
dilakukan dalam format topologi adalah proses tumpang tindih (overlay) dan
analisis jaringan (network analysis) dalam SIG.
2. Non Topologi, merupakan model data yang mempunyai sifat yang lebih cepat
dalam menampilkan, dan yang paling terpenting dapat digunakan secara
langsung dalam perangkat lunak (software) SIG yang berbeda-beda. Non-
topologi digunakan dalam menampilkan atau memproses data spasial yang
44
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
sederhana dan tidak terlalu besar ukuran filenya. Pengguna hendaknya dapat
mengetahui dengan jelas dari kedua format ini. Sebagai contoh dalam format
ESRI, yang dimaksud dengan format non-topologi adalah dalam bentuk
shapefile, sedangkan format dalam bentuk topologi adalah coverage. Model
data vektor dalam topologi lebih jauh lagi dapat dikembangkan dalam dua
kategori yaitu Data Sederhana (Simple Data) yang merupakan representasi
data yang mengandung tiga jenis data (titik, garis, poligon) secara sederhana.
Sedangkan Data Tingkat Tinggi (Higher Data Level), dikembangkan lebih
jauh dalam melakukan permodelan secara tiga dimensi (3D). Model tersebut
adalah dengan menggunakan TIN (Triangulated Irregular Network). Model
TIN merupakan suatu set data yang membentuk segitiga dari suatu data set
dan tidak saling bertampalan. Pada setiap segitiga dalam TIN terdiri dari titik
dan garis yang saling terhubungkan sehingga terbentuk segitiga. Model TIN
berguna dalam merepresentasikan ruang (spasial) dalam bentuk 3D, sehinggal
dapet mendekati kenyataan dilapangan. Salah satu diantaranya adalah dalam
pembangunan Model Permukaan Bumi Digital (Digital Terrain Model/DTM).
3. Region, merupakan sekumpulan polygon dimana masing-masing polygon
tersebut dapat atau tidak mempunyai keterkaitan diantaranya akan tetapi saling
bertampalan dalam satu data set.
4. Segmentation, adalah model data yang dibangun dengan menggunakan
segmen garis dalam rangka membangun model jaringan (network).
Gambar 2.15. menunjukkan kategori model data vector.
45
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
MODEL DATA VEKTOR
NON-TOPOLOGI TOPOLOGI
DATA SEDERHANA
(SIMPLE DATA)
DATA TINGKAT TINGGI
(HIGHER-DATA LEVEL)
TIN
(TRIANGULATED
IRREGULAR NETWORK)
REGIONSDYNAMIC
SEGMENTATION
Gambar 2.15. Kategori Model Data Vektor
(Sumber: Charter, 2004)
2.2.4.5. WebGIS
Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang
untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat
geografi. GIS memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan
melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data.
Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak hanya secara jumlah applikasi namun juga
bertambah dari jenis keragaman applikasinya. Pengembangan applikasi GIS
kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web yang dikenal dengan Web
GIS. Hal ini disebabkan karena pengembangan applikasi di lingkungan jaringan
telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geo
informasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana
pengguna dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online
melalui jaringan intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya.
Secara umum Sistem Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada
prinsip input/masukan data, managemen, analisis dan representasi data. Di
lingkungan web prinsip-prinsip tersebut di gambarkan dan di implementasikan
seperti pada Tabel 2.3 (Nugroho, 2005).
46
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Table 2.3. Prinsip SIG dan Pengembangan Web
Prinsip SIG Pengembangan Web
Data Input Client
Manajemen Data DBMS dengan komponen spasial
Analisys Data GIS Library di Server
Representasi Data Client/server
(Sumber: Nugroho, 2005)
A. Arsitektur WebGIS
Untuk dapat melakukan komunikasi dengan komponen yang berbeda-beda
di lingkungan web maka dibutuhkan sebuah web server. Karena standart dari geo
data berbeda beda dan sangat spesifik maka pengembangan arsitektur system
mengikuti arsitektur ‘Client Server’ seperti pada Gambar 2.16. (Nugroho, 2005)
Gambar 2.16. Arsitektur WEB GIS
(Nugroho, 2005)
Gambar 2.16 menunjukan arsitektur minimum sebuah system Web GIS.
Applikasi berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai
penyedia data melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer
47
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Protocol). Applikasi seperti ini bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila
Firefox, Opera, Internet Explorer, dll). Untuk menampilkan dan berinteraksi
dengan data GIS, sebuah browser membutuhkan Pug-In atau Java Applet atau
bahkan keduanya. Web Server bertanggung jawab terhadap proses permintaan dari
penggunan dan mengirimkan tanggapan terhadap respon tersebut. Dalam
arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi dengan komponen
server side GIS. Server side GIS bertanggung jawab terhadap koneksi kepada
basis data spasial seperti menterjemahkan query kedalam SQL dan membuat
representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Side Server GIS
Komponen berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk
analisis spasial pada data. Selain komponen hal lain yang juga sangat penting
adalah aspek fungsional yang terletak di sisi pengguna/ client atau di server.
Gambar berikut dua pendekatan yang menunjukan kemungkinan distribusi
fungsional pada sistem client/server berdasarkan konsep pipeline visualization
(Charter, 2010). Gambar 2.17 menunjukkan system pada client server.
Gambar 2.17. Thin Vs Thick system pada Client Server
(Charter, 2010)
Pendekatan 1: Thin Client: Memfokuskan diri pada sisi server. Hampir
semua proses dan analisa data dilakukan berdasarkan request disisi server.
Data hasil pemrosesan dikirimkan ke client dalam format HTML, yang
48
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
didalamnya terdapat file gambar sehingga dapat dilihat dengan browser.
Pada pendekatan ini interaksi pengguna terbatas dan tidak fleksibel
(Charter, 2010)
Pendekatan2 : Thick / Client : Pemrosesan data dilakukan disisi client, data
dikirim dari server ke client dalam bentuk data vector yang
disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali dilakukan disisi
client. Cara ini menjadikan penggunan dapat berinteraksi lebih interaktif
dan fleksibel (Charter, 2010).
B. Manajemen Data WebGIS
Untuk melakukan menajeman data geografis paling tidak dibutuhkan
sebuah DBMS (Databese Management System). Pemodelan berorientasi objek
menjadi sangat dibutuhkan karena pemodelan basisdata relational tidak mampu
melakukan penyimpanan data spasial. Pada analisis spasial system manajemen
database memberikan beberapa keragaman. Ada beberapa keragaman applikasi
yang dapat digunakan sebagai database seperti Oracle Spatial, PostgreSQL,
Informix, DB2, Ingres dan yang paling popular saat ini adalah MySQL. Untuk
mendapatkan pengembangan fungsional analisis pada level database beberapa
DBMS telah mendukung procedural bahasa pemrograman. Oracle DBMS
menawarkan dua kemungkinan untuk menghasilkan individual operation dilevel
database. Yang pertama adalah PL/ SQL sebuah procedural bahasa pemrograman.
Yang kedua adalah Java Virtual Machine (JVM) untuk proses Java classes di
level database (Nuryadin, 2005).
C. Mendesain GUI
Untuk berinteraksi, berkomunikasi dan mendapatkan informasi perlu
dirancang sebuah Graphical User Interface (GUI). GUI berinteraksi langsung
dengan user. Karena informasi geografis biasanya sangat kompleks maka akan
ditemui banyak kesulitan dalam pengarsipannya. Menciptakan aspek Dunia
Virtual menjadi hal penting dalam mendesain GUI. Karakteristik untuk
menciptakan dunia virtual adalah Level of Detail (LOD) (Nuryadin, 2005).
Algoritma khusus dibutuhkan untuk mampu menampilkan se-
invisible mungkin tampilan. Penggunaan PHP dan VRML (Virtual Reality
49
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Modeling Language) adalah sebuah ideal perancangan GUI untuk applikasi Web
GIS. PHP menjadi bahasa yang paling popular untuk menciptakan web dinamis
pada saat ini. VRML dikenalkan oleh Konsorsium Web3D untuk menghasilkan
tampilan peta interaktif dalam web. PHP dapat menghasilkan banyak text
informasi. Dalam PHP, salah satunya menjadi pengendali dari banyak informasi
tersebut. Permintaan dikirimkan oleh VRML MIME (‘model/vrml’) dan kemudian
menuliskan VRML nodenya. Server mengkomunikasikan semua kode PHP saat
mengirimkan respon. Jadi pada line dimana kode JSP ditampilkan server
mengirimkan kembali blank line kepada browser. Sangat perlu untuk memasukan
header PHP dan VRML dan content type nya harus berubah sebelum VRML
header ditentukan, hasil akhirnya bisa menjadi seperti dibawah ini:
<?php
Header (“Tipe-kontent : model/vrml”);
Echo “#VRML V2.0 utf8\n”;
?>
Contoh tersebut menggambarkan integrasi antara PHP dan VRML untuk
membangun sebuah objek (Nuryadin, 2005).
D. Detail Proses
Objek Geo Spasial terdiri dari informasi data spasial dan data non spasial.
Informasi Spasial dapat divisualisasikan dengan mengkonversinya VRML dan
data non Spasial ditampilkan secara dinamis di halaman HTML. Gambar berikut
menunjukkan proses request data standart. Request memanggil desain dari PHP
yang berinteraksi dengan database. Setelah menerima respon sistem mengikuti
alur seperti pada Gambar 2.18 (Charter, 2010).
50
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.18. Proses Request dan Respon
(Sumber: Charter, 2010)
Database mengirimkan request data ke PHP, hasil respon dari request
berupa format data dikirimkan kembali melalui browser. Disaat client melakukan
request koneksi dilakukan ke DBMS, kemudian informasi spasial yang dipilih
dari DBMS di convert kedalam bentuk VRML. Browser Plug In di sisi client
menampilkan keluaran VRML sebagai keluaran menjadi peta. VRML juga
menyediakan script yang memungkinkan sebuah proses disaat user mengklik
objek. Melalui VRML ini request dikirimkan ke applikasi di server. Server
menerima dan menterjemahkan menjadi informasi dan mengirimkanya ke HTML
untuk di tampilkan ke browser (Charter, 2010)
Untuk menerima data spasial dan non spasial dari DBMS dibutuhkan
sebuah teknik yang mampu mengkomunikasikan antara client dan basisdatapada
server. Teknik seperti ini sudah tersedia di PHP, ASP, ASP.net, atau JSP.
Pemilihan tekniknya disesuaikan dengan web Server yang digunakan. Detail
arsitektur untuk menampilkan data GIS melalui web seperti pada Gambar 2.19
(Charter, 2010)
51
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.19. Arsitektur Publikasi Web GIS
(Sumber: Charter, 2010)
E. Contoh Pemanfaatan Web GIS
Salah satu webGIS yang dikembangkan oleh consultan terkait jaringan
jalan adalah WebGIS jaringan jalan untuk pemerintah Kota Denpasar.
Pembangunan WebGIS jalan Kota Denpasar juga dilakukan melalui dasar
basisdata spasial yang kuat yang diperoleh melalui survey. Hasilnya dapat dilihat
pada Gambar 2.20.
52
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 2.20. Contoh Aplikasi WebGIS Jalan yang Pernah Dikembangkan.
(Sumber: Data Konsultan, 2007)
Berikut ini adalah beberapa pengembangan applikasi WebGIS yang
memungkinkan untuk dikembangkan ditampilkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Pengembangan Aplikasi WebGIS
Sektor Gambaran Contoh
Facility
Management
Manajemen Gedung Besar
yang kompleks
Organisasi ruangan seperti
Kampus dan Rumah Sakit
Navigation
Support
Navigasi kendaraan
Bermotor, jaringan jalan
Location Base service yang
menampilkan posisi saat ini
dan
53
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Lingkungan Lingkungan perkotaan
seperti karakteristik
kebisingan, arah angin
Menampilkan pengurangan
emisi dan analisis lingkugnan
lainnya
Bencana Alam
Mengorganisasi aliran kerja penanganan bencana
Mengarahkan team penyelamatan, menentukan
dan mengontrol lokasi
pengungsian secara real time
Supply
engineering
Manajemen Supply Mengorganisasi jaringan
(Sumber: Rahman, 2008)
2.2.5. Peta
2.2.5.1. Pengertian Peta
Menurut Prahasta (2005), peta adalah suatu alat peraga untuk
menyampaikan suatu ide berupa sebuah gambar mengenai tinggi rendahnya suatu
daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya yang
berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta dilukiskan dengan skala
tertentu, dengan tulisan atau symbol sebagai keterangan yang dapat dilihat dari
atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat juga hanya mencakup wilayah
yang sempit. Peta dalam bahasa Inggris yang berarti map, dan dalam bahasa
Yunani merupakan mappa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari peta disebut
kartografi Berikut beberapa jenis peta (Jan Kraak dan Ormeling, 2007):
a. Jenis Peta Menurut kegunaan
1. General Referance Map (Peta Referensi Umum)
Peta ini digunakan untuk mengidentifikasikan dan verifikasi macam –
macam bentuk geografis termasuk fitur tanah, badan air, perkotaan, jalan,
dan sebagainya.
54
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
2. Mobility Map
Peta ini bermanfaat dalam membantu masyarakat dalam menentukan jalur
dari suatu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan di darat,
laut, dan udara.
3. Thematic Map
Peta ini menunjukkan penyebaran dari objek tertentu seperti populasi,
curah hujan, dan sumber daya alam.
4. Inventory Map
Peta ini menunjukkan lokasi dan fitur khusu misalnya: posisi pulau –
pulau yang ada di Kepulauan Seribu.
b. Jenis – jenis peta berdasarkan isi:
1. Peta Umum
Melukiskan semua kenampakkan pada suatu wilayah secara umum,
kenampakkan adalah keadaan alam atau daerah dengan berbagai bentuk
permukaan bumi, yaitu gunung, daratan, lembah, sungai, dan sebagainya
yang merupakan satu kesatuan. Contoh: Peta Indonesia, Peta Asia, Peta
Dunia.
2. Peta Tematik
Melukiskan kenampakan tertentu atau menonjolkan satu macam data saja
pada wilayah yang dipetakan. Contoh: Peta Iklim, Peta Perhubungan.
c. Jenis – jenis peta berdasarkan skala:
1. Peta kadaster / teknik: berskala antara 1 : 100 – 1 : 5000
2. Peta berskala kecil: berskala antara 1 : 5000 – 1 : 250.000
3. Peta berskala sedang: berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 500.000
4. Peta berskala besar: berskala antara 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000
5. Peta berskala sangat besar: berskala antara 1 : 1.000.000
d. Jenis-jenis peta berdasarkan keadaan objek:
1. Peta Stasioner
Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil.
Contoh: Peta persebaran gunung merapi
55
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
2. Peta Dinamis
Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah.
Contoh: Peta urbanisasi, peta arah angin, peta ketinggian aliran sungai.
2.2.5.2. Syarat Syarat Peta
Pada umumnya peta dapat digunakan untuk memberitahui berbagai
kenampakan pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni (Jan Kraak dan Ormeling,
2007):
1. Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi berdasarkan skala
dan ukuran peta.
2. Mengukur luasdan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala
dan ukuran peta.
3. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala
tertentu.
4. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.
Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan ssatu
jenis data sajian saja. Misalnya peta iklim, peta curah hujan, peta penyebaran
penduduk dan sebagainya.
Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah, dan jarak yang benar. Peta
yang baik dan lengkap harus mencantumkan judul peta, tahun pembuatan, skala
petunjuk arah, legenda, dan garis astronomis, dengan penjelasan sebagai berikut
(Jan Kraak dan Ormeling, 2007):
1. Judul Peta
Judul peta harus memuat jenis peta dan daerah yang dipetakan, termasuk jenis
peta, misalnya: peta pertambangan, peta iklim, peta perhubungan. Daerah
yang akan dipetakan misalnya: peta Indonesia, peta dunia. Contohnya: Peta
hasil pertambangan di Indonesia. Judul peta diletakan ditengah.
2. Tahun Pembuatan
Tahun pembuatan diletakan di kanan bawah atau kiri bawah. Pencantuman
tahun pembuatan ini sangat penting karena dapat dipakai untuk memastikan
bahwa peta tersebut masih baik digunakan pada saat itu.
56
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
3. Skala Peta
Skala ialah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
permukaan bumi. Ada tiga macam skala, yaitu skala angka, skala inci, dan
skala garis. Skala angka ialah pada peta yang dinyatakan dengan numeric.
Contohnya: 1:500.000. Artinya 1cm dipeta = 500.000 cm di permukaan bumi.
Skala inci adalah skala pada peta yang dinyatakan dalam suatu inci (biasa
digunakan di luar negeri). Satuan inci = 2,539cm. Skala garis adalah peta
berupa garis yang menunjukan jarak sesungguhnya pada permukaan bumi.
4. Petunjuk Arah
Pada setiap pembuatan peta perlu dicantumkan orentasi atau mata angina
sebagai petunjuk arah dari daerah atau wilayah yang dipetakan.
5. Legenda
Pada muatan informasi yang padat, namun tidak mungkin semua data diberi
keterangan rinci. Oleh karena itu, keterangan dibuat beberapa simbol-simbol.
Keterangan tentang simbol-simbol oada suatu peda disebut legenda.
Ada dua macam simbol pada peta yaitu simbol kualitatif dan simbol
kuantitatif. Simbol kualitatif digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk di
permukaan bumi, simbol kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan
simbol warna. Simbol kuantitatif digunakan untuk menunjukan jumlah data
yang diwakili, misalnya jumlah penduduk di daerah tertentu.
6. Garis Astronomis
Setiap peta harus mencantumkan garis astronoms, yaitu garis lintang dan garis
bujur. Garis lintang adalah garis khayal yang melintang permukaan bumi.
Sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungan Kutub Utara
dengan Kutub Selatan, serta digambarkan membujur. Karena merupakan garis
khayal, kedua garis itu sesungguhnya tidak ada dan hanya dalam peta. Garis-
garis itu berfungsi memperjelas kita dalam membaca peta.
Ditinjau daru sifat-sifat yang dipertahankan, penggambaran peta ke bidang
datar atau proyeksi harus mengikuti hal-hal sebagai berikut (Jan Kraak dan
Ormeling, 2007):
57
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
A. Peta harus comform, artinya bentuk peta yang tergambar meskipun kecil harus
sebangun dengan senyatanya, tidak boleh mengubah bangunan-bangunan
kenampakan yang ada.
B. Peta harus ekuidistan, artinya jarak-jarak yang tergambar pada peta harus
sesuai dengan keadaan senyatanya. Contoh: jarak dari kota P ke kota G di peta
10cm. Skala peta 1: 100.000 jarak sesungguhnya adalah 10x100.000 =
1.000.000cm atau 10km.
C. Peta harus ekuivalen, artinya dengan skala yang sudah dicantumkan.
58
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik maka diperlukan beberapa
peralatan pendukung guna memperoleh hasil survey yang maksimal, adapun
peralatan yang digunakan untuk survey ditampilkan sebagai berikut.
3.1.1. Alat Pekerjaan
1. GPS (Global Positioning System)
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi
mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan
cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan
orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi
tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat
memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter
(orde nol) sampai dengan puluhan meter.
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi
jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit
yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya
memiliki empat parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat
X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan
jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan
minimal pengukuran jarak ke empat satelit. Untuk keperluan Sistem Informasi
Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti
mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran. Gambar 3.1.
menunjukkan alat GPS yang digunakan dengan sistem sewa.
59
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.1 Global Positioning System
(Sumber: Konsultan, 2017)
2. Kamera Digital
Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk
selanjutnya dibiaskan melalui lensa pada sensor CCD dan akhir-akhir ini pada
sensor BSI-CMOS (Back Side Illuminated) sensor yang lebih irit daya untuk
kamera yang lebih canggih yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital
ke dalam media simpan digital.
Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini
harus diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin
cetak yang dapat membaca media simpan digital tersebut.
Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat
diketahui hasilnya secara instan, kemudahan memindahkan hasil (transfer), dan
penyuntingan warna, ketajaman, kecerahan dan ukuran yang dapat dilakukan
dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual. Gambar 3.2 menunjukkan
kamera digital yang akan disewa untuk survey.
60
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.2. Kamera Digital
(Sumber: Konsultan, 2017)
3. Meteran
Meteran digunakan sebagai alat ukur panjang dan lebar jalan. Meteran yang
digunakan adalah meteran dorong (walking distance meter) yang biasa
digunakan untuk survey jalan. Alat ukur tersebut mengukur jarak pada
pengukuran panjang suatu lokasi, jalan, pembangunan berbagai macam proyek
, dengan penggunaan yang sangat mudah. Gambar 3.3. menunjukkan meteran
yang digunakan untuk survey.
61
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.3. Walking Distance Meter
(Sumber: Konsultan, 2017)
4. Komputer dengan Perangkat Lunak QGIS
Komputer digunakan sebagai perangkat keras (hardware) dalam
pengolahan hasil survey. Komputer/ laptop yang digunakan hasu memiliki
perangkat lunak (software) dalam mengoldah hasl survey. Laptop akan digunakan
dalam pekerjaan ini dengan spesifikasi Windows 8, RAM sebesar 8 MB dan
dengan prosessor Intel Core i5. Software yang digunakan adalah QGIS Desktop
versi 18. Gambar 3.4 menunjukkan komputer yang akan disewa untuk digunakan
untuk analisa data.
62
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.4. Komputer yang akan Disewa
(Sumber: Konsultan, 2017)
5. Printer A4
Printer digunakan untuk mencetak dokumen dokumen yang digunakan selama
berlangsungnya pekerjaan, baik untuk mencetak form survey, laporan-laporan
ataupun peta kerja. Printer A4 yang akan disewa untuk digunakan pada pekerjaan
ini ditampilkan pada Gambar 3.5.
63
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.5. Printer A4
(Sumber: Konsultan, 2017)
3.1.2. Bahan Pekerjaan
Untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik maka diperlukan beberapa
bahan pendukung guna memperoleh hasil survey yang maksimal, adapun bahan
yang digunakan untuk survey ditampilkan sebagai berikut.
1. Peta Survei
Peta Survei memberikan keterangan mengenai ruas jalan yang akan
disurvei dan mampu mengetahui osisi dengan tepat karena digambarkan dengan
sistem koordinat. Peta survei diambil dari google map dan google satellite guna
memberikan lokasi yang tepat di permukaan bumi. Kemudian data-data jalan yang
akan disurvei digambarkan pada peta survei untuk digitasi ulang. Data jalant
erdahulu digunakan sebagai acuan pekerjaan. Gambar 3.6. menampilkan peta
yang digunakan untuk survey.
64
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.6. Peta yang Digunakan Untuk Survey
(Sumber: Konsultan, 2017)
2. Formulir Survei
Formulir Survei digunakan untuk mencatat data hasil survei. Form survei
berisi baris dan kolom untuk mencatat data-data yang diperlukan seperti nama
ruas, kode ruas, panjang ruas, lebar ruas, koordinat, aksesibilitas, nama desa dan
kecamatan, kondisi dan perkerasan serta kerusakan. Form survey yang digunakan
mengacu pada form survey kondisi jalan dari Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Permen no.
25/PRT/M/2014 yang merupakan basis data standar untuk hasil survey jalan di
Indonesia. Gambar 3.7. menampilkan formulir yang digunakan untuk survey.
65
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.7. Formulir yang Digunakan Untuk Survey
(Sumber: Konsultan, 017)
Secara ringkas, alat dan bahan yang digunakan ditampilkan pada Tabel
3.1.
Tabel 3.1. Alat dan Bahan Pekerjaan
No Nama Alat/
Bahan Kegunaan Sumber
1 GPS (Global
Positioning System)
Alat menentukan lokasi
geografis ruas jalan
Konsultan
(Sewa)
2 Kamera Digital Alat Mendokumentasikan
kondisi jalan,
kerusakan,
pengaspalan
Konsultan
(Sewa)
3 Meteran Alat Mengetahui ukuran
panjang dan lebar
jalan
Konsultan
(Sewa)
4 Komputer Alat Mengolah data
spasial, input data,
pembangunan sistem
informasi dan SIG
Konsultan
(Sewa)
66
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
5 Printer A4 Alat Untuk mencetak
laporan laporan,
form survey dan
kebutuhan lainnya
Konsultan
(Sewa)
6 Peta Survei Bahan Mengetahui lokasi
lapangan dan
sebagai panduan
survey
Konsultan
7 Formulir Survei Bahan Mencatat hasil
survey ruas jalan
Konsultan
(Sumber: Konsultan)
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan secara primer dengan cara pengukuran langsung
dilapangan dan secara sekunder dengan studi literatur taupun data-data yang
diperoleh dari instansi yang berwenang dalam publikasi data tersebut. Untuk
mendapatkan data sekunder yang diperlukan pada pekerjaan ini dilakukan dengan
cara melakukan koordinasi pada Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli serta
KPD yang berkaitan maupun berhubungan dengan data ruas jalan di Kabupaten
Bangli. Pengumpulan data historis dan teknis dari peta yang pernah dibuat untuk
kawasan Kabupaten Bangli.
Survey data primer akan dilakukan per ruas jalan sesuai dengan data
jumlah ruas jalan Kabupaten pada Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016
tentang Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten. Survey primer
meliputi pengumpulan data berikut:
a. ID jalan
b. Kode Ruas Jalan
c. Data nama jalan
d. Data status jalan
e. Data panjang jalan
f. Data lebar jalan
g. Lokasi geografis ruas jalan (Kabupaten, Kecamatan, Desa)
h. Koordinat awal dan koordinat akhir jalan
i. Tipe perkerasan jalan
67
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
j. Kelas kerusakan jalan
k. Aksesibilitas (akses kendaraan)
l. Foto (dokumentasi)
Secara ringkas, data primer yang akan disurvey dirangkum pada form
survey dan atribut data spasial y ang ditampilkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Form survey dan Atribut Data Spasial
Nama Kolom (Permen no. 25/PRT/M/2014)
Masukan
(shp)
Field
Type
Lebar Field
Kelompok Data
Dasar
Kl_Dat_Das Text 250
Nama Ruas Jalan Nm_Ruas Text 250
Tahun Data Thn_Data Short
Integer
5
Status Status Text 250
Fungsi Fungsi Text 250
Mendukung Mendukung Text 250
Uraian
Dukungan
Ura_Dukung Text 250
I. KODEFIKASI KELOMPOK DATA
Kode Bidang Pekerjaan Umum Kd_Bd_PU Text 250
Kode Data Dasar Jenis Infrastruktur Kd_Jns_Inf Text 250
Kode Infrastruktur Kd_Inf Text 250
II. LOKASI
Propinsi Propinsi Text 250
Kabupaten/Kota Kab_Kot Text 250
Kecamatan Kecamatan Text 250
Kelurahan/Desa Desa_Kel Text 250
Titik Pengenal Ruas Awal Tk_Ruas_Aw Text 250
Titik Pengenal Ruas Akhir Tk_Ruas_Ak Text 250
Kode Patok
Kd_Patok Text 250
Km Awal Ruas Km_Awal Double Precision =
30 Scale = 10
Km Akhir Ruas Km_Akhir Double Precision =
30 Scale = 10
Nama Lintas Nm_Lintas Text 250
III. KONDISI (dalam km)
Baik
Kon_Baik Double Precision =
30 Scale = 10
Sedang Kon_Sdg Double Precision =
30 Scale = 10
68
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Rusak Ringan Kon_Rgn Double Precision =
30 Scale = 10
Rusak Berat
Kon_Rusak Double Precision =
30 Scale = 10
Mantap (Baik + Sedang) Kon_Mntp Double Precision =
30 Scale = 10
Tidak Mantap (Rusak Ringan +
Rusak Berat)
Kon_T_Mntp Double Precision =
30 Scale = 10
IV. DATA TEKNIS
Panjang (km)
Panjang Double Precision =
30 Scale = 10
Lebar Perkerasan Jalan (m)
Lbr_Keras Double Precision =
30 Scale = 10
Lalulintas Harian Rata-Rata Tahunan
(LHRT)
LHRT Double Precision =
30 Scale = 10
Volume Capacity Ratio (VCR) VCR Double Precision =
30 Scale = 10
Tipe Jalan
Tipe_Jln Short
Integer
5
Kapasitas MST (ton) MST Double Precision =
30 Scale = 10
Tipe Perkerasan Tipe_Keras Text 250
- Tanah/ Krikil (%) Tanah_Kri Double Precision =
30 Scale = 10
- Penetrasi Macadam (%) Macadam Double Precision =
30 Scale = 10
- Ashpalt (%) Aspal Double Precision =
30 Scale = 10
- Rigid/Beton (%) Rigid Double Precision =
30 Scale = 10
Tahun Penanganan Terakhir Thn_Pen_Ak Short
Integer
5
Jenis Penanganan Jns_Pen Text 250
V. KOORDINAT (DECIMAL DEGREE)
Koordinat X Titik Awal Ruas Koord_X_Aw Double Precision =
30 Scale = 10
Koordinat Y Titik Awal Ruas Koord_Y_Aw Double Precision =
30 Scale = 10
Koordinat X Titik Akhir Ruas Koord_X_Ak Double Precision =
30 Scale = 10
Koordinat Y Titik Akhir Ruas Koord_Y_Ak Double Precision =
30 Scale = 10
(Sumber: Permen no. 25/PRT/M/2014)
Sedangkan data sekunder yang akan dikumpulkan dari dinas terkait adalah
data yang dapat digunakan untuk menunjang proses pekerjaan. Data tersebut
adalah:
69
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
a. Data Spasial
Data citra satelit Kabupaten Bangli
Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bangli terdahulu
Data layer wilayah administrasi
b. Data Non Spasial
Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status
Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten.
Konsultan telah mengumpulkan data spasial dan non-spasial dimaksud
dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Data spasial
a. Data citra satelit Kabupaten Bangli
Data citra satelit yang dimiliki oleh konsultan adalah data Citra Satelit
Tegak Resolusi Tinggi (CSTRT) oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG) tahun perekaman terbaru. Citra tersebut adalah Quickbird yang
dikembangkan oleh perusahaan Digital Globe dari Amerika dengan
tahun perekaman tahun 2017. Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi
(CSTRT) tersebut adalah citra detail dengan resolusi spasial sebesar 30
cm, yang artinya ketika diperbesar (zoom) obyek pada permukaan bumi
dengan panjang minimal 30 cm dapat terlihat dengan jelas. Sehingga
dengan menggunakan CSTRT Quickbird tahun 2017 ini, kenampakan
ruas jalan dan kondisi perkerasannya akan terlihat jelas. Gambar 3.8
menunjukkan lokasi Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli yang terekam
oleh citra Quickbird. Sedangkan Peta Kabupaten Bangli dengan latar
belakang Citra Quickird tersebut ditampilkan pada Gambar 3.9.
70
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.8. Lokasi Sekitar Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli
(Sumber: Data Konsultan, 2017)
71
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.9. Peta Kabupaten Bangli dengan latar belakang Citra Quickbird
(Sumber: Data Konsultan, 2017)
b. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bangli terdahulu
Peta jaringan jalan kabupaten Bangli terdahulu adalah hasil dari
pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Pendataan Ruas-Ruas Jalan
Kabupaten di Kabupaten Bangli tahun 2016 melalui Surat Perintah Kerja
72
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Nomor: 620 / 017.2 / APBDP / PPK / 2016 antara kami (PT Ganesha
Global Sarana) dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangli yang
menghasilkan Peta Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Bangli berupa
peta cetak dan softcopy pada tahun 2016. Konsultan dapat lebih akurat
dan berkualitas mengaplikasikan metode untuk pengerjaan sistem
informasi geografis berbasis web dengan menggunakan data yang
dikembangkanoleh konsultan terdahulu. Salah satu contoh hasil
pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Pendataan Ruas-Ruas Jalan
Kabupaten di Kabupaten Bangli adalah peta jaringan jalan kabupaten di
kawasan Kota Bangli seperti ditampilkan pada Gambar 3.10.
c. Data layer wilayah administrasi
Konsultan telah memiliki data layer wilayah administrasi dari data batas
Kabupaten Bangli, data batas Kecamatan se Kabupaten Bangli dan data
batas Desa per-Kecamatan se-Kabupaten Bangli. Terdapat 4 Kecamatan
yaitu Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli dan
Kecamatan Tembuku dengan total 73 Desa. Gambar 3.11 menunjukkan
peta batas administrasi Kabupaten Bangli dengan latar citra Quickbird
Kab. Bangli tahun 2017 dan data spasial ruas jalan Kabupaten Bangli
menurut status ruas jalan.
2. Data Non Spasial
Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status
Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten.
Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status
Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten merupakan data dasar yang sudah
dipahami oleh konsultan. Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016
berisi daftar ruas-ruas jalan yang dikategorikan sebagai Jalan Kabupaten
dengan lokasinya (Desa/ Kecamatan) dan panjangnya.
Total 407 ruas jalan kabupaten dengan total panjang 907, 32 km dan rerata
lebar 3,43 meter. Ruas jalan kabupaten dibagi menjadi ruas jalan untuk lalu
lintas umum (LU), jalan kota (KOTA) dan jalan untuk lalu lintas pariwisata
(PAR).
73
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.10. Hasil Pemetaan Jalan Kabupaten di Kota Bangli, Kab. Bangli
(Sumber: Data Konsultan, 2017)
74
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.11. Peta Batas Administrasi dan Jaringan Jalan Kabupaten Bangli
(Sumber: Data Konsultan, 2017)
75
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
3.3. Metodologi
Metodologi Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Pendataan Ruas - Ruas
Jalan Kabupaten di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut:
3.3.1. Metode Survey dan Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan survei dan pengumpulan data, konsultan pada tahap
awal harus menyusun desain survey yang jelas mengenai data yang akan
dikumpulkan, pembuatan peta kerja dan form survei, lalu secara aktif ke lapangan
untuk mendapatkan data yang akurat. Jenis data untuk pengkajian ini adalah data
kuantitatif dan kualitatif, yang dikumpulkan dari hasil survei lapangan melalui
observasi, dokumentasi dan pengukuran.
Sedangkan penggunaan data yang bersumber dari Instansi/ SKPD terkait
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangli, laporan hasil penelitian atau studi
yang dilakukan oleh instansi pemerintah, lembaga swasta maupun perguruan
tinggi yang dapat digunakan untuk melengkapi hasil dari survei atau proses lain
yang dilakukan (data sekunder).
3.3.2. Metode Pekerjaan
Metodologi pekerjaan perlu diuraikan untuk mengetahui langkah-langkah
yang lebih sistematis. Perencanaan yang matang sangat penting yang tidak lain
adalah untuk mencapai sasaran pelaksanaan pekerjaan. Adapun metode analisis
yang akan dilakukan adalah meliputi:
1. Tahap persiapan;
Pada tahap awal kegiatan ini, dilakukan persiapan tenaga ahli dan tenaga
pendukung serta penyiapan gambar citra satelit dan peta-peta pendukung
lainnya yang memiliki kordinat bumi yang tepat.
2. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan atau Reconnaissance Survey meliputi kegiatan
pengumpulan Data sekunder, penentuan rencana awal trase jalan berdasarkan
data sekunder dan uji coba survey.
3. Survey Data Primer
Dalam pelaksanaan survei dan pengumpulan data, konsultan pada tahap awal
harus menyusun desain survey yang jelas mengenai data yang akan
76
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
dikumpulkan, pembuatan peta kerja dan form survei, lalu secara aktif ke
lapangan untuk mendapatkan data yang akurat. Jenis data untuk pengkajian ini
adalah data kuantitatif dan kualitatif, yang dikumpulkan dari hasil survei
lapangan melalui observasi, dokumentasi dan pengukuran.
4. Kompilasi Data Hasil Survey
Hasil pekerjaan yang berupa data – data hasil survey dikumpulkan dan
dilakukan evaluasi data – data yang diperoleh guna mencegah adanya
kekurangan dan kesalahan data pada waktu survey. Data – data hasil survey
yang dikumpulkan berupa data koordinat permukaan bumi berserta data hasil
foto.
5. Penyusunan Database
Setelah yang dikumpulkan sudah dinyatakan siap, kemudian data hasil survey
itu didigitasi menjadi data spasial jringan jalan kemudian dilakukan pengisian
atribut sekaligus metadata guna menjadi sistem basisdata spasial yang terpadu.
6. Pembuatan Aplikasi SIG
Proses penyusunan database telah selesai dilakukan, maka selanjutnya
konsultan akan membuat Aplikasi jalan dengan tujuan untuk mempermudah
user dalam mencari data, serta menampilkan peta dan data – data multimedia
yang diperoleh.
3.3.3. Metode Analisis
3.3.3.1. Analisis Hasil Survey
Hasil survey akan dikembangkan menjadi format data spasial Shapefile.
Shapefile adalah format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak
sistem informasi geografis. Dikembangkan dan diatur oleh ESRI sebagai
spesifikasi terbuka untuk interoperabilitas data antara ESRI dan produk
perangkat lunak lainnya.
Sebuah "shapefile" biasanya terdiri dari kumpulan file yang berekstensi
".shp", ".shx", ".dbf", dan ekstensi lainnya pada sebuah nama yang sama (e.g.,
"jalan.*"). Saat penggunaan, shapefile sebenarnya yang dipakai adalah yang
berekstensi ".shp", namun file ini tidak lengkap dan membutuhkan file
lainnya.
77
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Shapefile keruangan digambarkan dengan geometri: titik, garis, dan
luasan. Geometri tersebut, sebagai contoh, dapat mewakili pancuran, jalan,
sungai, danau dan lainnya. Tiap bagian memiliki atribut yang menjelaskan
atribut tersebut, seperti nama jalan atau ketinggian tempat.
Pada setiap shapefile (shp) terdapat satu file dengan format *.dbf atau file
format dBASE. dBASE merupakan salah satu format yang luas digunakan
oleh banyak aplikasi yang membutuhkan format sederhana untuk menyimpan
data-data secara terstruktur. dBASE adalah sebuah sistem manajemen
basisdata relasional (RDBMS) yang secara luas digunakan pada data spasial.
File shapefile dan batabase inilah yang akan dikembangkan menjadi bentuk
basisdata pada sistem WebGIS.
3.3.3.2. Analisis Pembangunan Basisdata dan WebGIS “Portal Jalan
Kabupaten Bangli”
Perangkat lunak aplikasi berbasis web akan diberi nama “Portal Jalan
Kabupaten Bangli” dan akan menggunakan platform opensource sehingga
tidak akan ada benturan dalam masalah hak cipta/ hak pengguna. Platform
WebGIS yang bersifat opensource akan memudahkan dalam instalasi dan
tanpa kaitan hak cipta. Fitur opensource yang digunakan adalah dari OGC
service provider, RDBMS, webserver hingga front-end. Secara rinci
dijelaskan sebagai berikut:
a. OGC Services Provider
Open Geospasial Consensus (OGC) sebuah organisasi nirlaba
internasional yang mendorong pengembangan dan implementasi standar
opensource untuk konten geospasial dan layanan internet, web sensor,
pengolahan data SIG dan berbagi data. Aplikasi opensource OGC yang
dipergunakan adalah:
GeoServer (WMS, WFS, WCS, TMS) GeoServer adalah server
opensource untuk berbagi data geospasial. Dirancang untuk
interoperabilitas. Mampu mempublikasikan data dari sumber data
78
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
spasial utama manapun dengan menggunakan standar terbuka.
GeoServer adalah implementasi OGC yang sesuai dengan sejumlah
standar opensource untuk pembangunan data spasial seperti Web
Feature Service (WFS), Web Map Service (WMS), dan Web
Coverage Service (WCS).
pyCSW (CSW) merupakan katalog metadata yang ringan untuk
membangun dan menerbitkan (publishing) metadata menggunakan
bahasa pemrograman phyton.
b. RDBMS Provider
RDBMS adalah kependekan dari Relational Database Management
System. RDBMS adalah program yang digunakan yang melayani sistem
basis data yang entitas utamanya terdiri dari tabel-tabel yang mempunyai
relasi dari satu tabel ke tabel yang lain. Suatu basis data terdiri dari banyak
tabel. Tabel ini terdiri dari banyak field yang merupakan kolomnya. Isi
tiap baris dari tabel inilah merupakan data. Untuk membuat sistem basis
data yang terintegrasi maka antara satu tabel dengan tabel lain mempunyai
hubungan yang harus selalu diperlihara. Setiap tabel mempunyai sebuah
primary key, primary key ini kemudian dihubungkan dengan tabel kedua
dan menjadi foreign key untuk tabel kedua ini. Dengan relational database
ini maka data akan secara konsisten disimpan di suatu tabel, kemudian
tabel lain yang membutuhkan data lainnya tinggal menghubungkan
melalui foreign key. Aplikasi RDBMS yang digunakan adalah:
Postgresql 9 (dengan ekstensi PostGIS)
PostgreSQL, seringkali disingkat Postgres, adalah sistem server
manajemen basis data relasional relasional. Sebagai server basis
data, fungsi utamanya adalah menyimpan data dengan aman dan
mengembalikan data tersebut sebagai tanggapan atas permintaan
dari aplikasi perangkat lunak lainnya. Postgres dapat menangani
beban kerja mulai dari aplikasi mesin tunggal kecil sampai aplikasi
internet yang besar (atau untuk data spasial) dengan banyak
pengguna secara bersamaan. PostGIS merupakan ekstensi dari
79
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
PostgreSQL. PostGIS dapat digunakan untuk menangani dan
memproses data geografis.
c. Web Server
Server web adalah sistem komputer yang memproses permintaan melalui
HTTP, yaitu protokol jaringan dasar yang digunakan untuk
mendistribusikan informasi di world wide web (www). Istilah ini bisa
merujuk ke keseluruhan sistem, atau secara khusus ke perangkat lunak
yang menerima dan mengawasi permintaan HTTP. Fungsi utama
webserver adalah menyimpan, memproses dan mengirimkan halaman web
ke klien/ user untuk bisa dibuka pada web browser. Komunikasi antara
klien dan server berlangsung menggunakan Hypertext Transfer Protocol
(HTTP). Laman yang dikirim paling sering adalah dokumen HTML, yang
mungkin mencakup gambar, lembar dan skrip selain konten teks. Aplikasi
web server yang akan digunakan adalah:
Tomcat (GeoServer)
Perangkat lunak Tomcat adalah implementasi open source dari
Java Servlet, JavaServer Pages, Java Expression Language dan
Java WebSocket technologies. Java Servlet, JavaServer Pages, Java
Expression Language dan Java WebSocket spesifikasi
dikembangkan di bawah Java Community Process. Perangkat
lunak Tomcat dikembangkan di lingkungan opensource dan
partisipatif dan dirilis di bawah versi Lisensi Apache 2. Perangkat
lunak Tomcat memberi banyak aplikasi web mission-critical
berskala besar di berbagai industri dan organisasi. Nginx (Front-
end/Web-API & proxy)
Nginx (Front-end/Web-API & proxy)
NGINX adalah server HTTP open-source berkinerja tinggi, juga
sebagai reverse proxy, serta server proxy IMAP / POP3 dan Web-
API. NGINX dikenal dengan performa tinggi, stabilitas, set fitur
80
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
yang kaya, konfigurasi sederhana, dan konsumsi sumber daya yang
rendah.
d. Front-end
Dalam rekayasa perangkat lunak, istilah front-end dan back-end mengacu
pada pemisahan antara lapisan tampilan web (front-end), dan akses data
(back-end) dari perangkat lunak, atau infrastruktur fisik atau perangkat
keras. Pada model management front-end, tampilan web yang bisa diakses
oleh administrator/ pengelola dan tampilan front-end untuk user.
Management front-end adalah tampilan dimana administrator bisa
mengubah tampilan, akses data dan sebagainya untuk digunakan oleh user.
User front-end adalah tamilan yang bisa dilihat oleh user namun dengan
limitasi dan berbeda dengan management front-end. Aplikasi front-end
yang digunakan adalah:
AngularJS Framework
AngularJS adalah framework JavaScript berfitur lengkap, dengan
tujuan utama untuk penyederhanaan fitur. Ini unggul dalam
membangun aplikasi web satu halaman dinamis (SPA) dan
mendukung struktur pemrograman Model View Controller (MVC).
Ini adalah situs dengan fitur termasuk situs mobile Google, Virgin
America, dan iPad. Secara umum:
- Open-source, kerangka JavaScript front-end yang
dikembangkan oleh Google
- Sebuah library kode JavaScript berdasarkan standar JS dan
HTML, dengan sedikit modifikasi (artinya, kecil
kemungkinannya untuk eror)
- Menangani manipulasi DOM dan AJAX yang dulu harus
dikodekan dari nol
- Menggunakan blok kode modular kode JavaScript yang
dapat dikategorikan dan mudah untuk diuji
81
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
- Dapat ditambahkan ke halaman HTML dengan tag <script>
OpenLayers 3 Map Toolkit
OpenLayers 3 adalah salah satu solusi GIS open source terlengkap
dan kuat untuk pengembangan web. OpenLayers memudahkan
untuk menempatkan peta dinamis di halaman web. OpenLayers
bisa menampilkan ubin peta, data vektor dan marker yang diambil
dari sumber manapun. OpenLayers telah dikembangkan untuk
lebih jauh menggunakan informasi geografis dari semua jenis.
Web-API buatan untuk akses ke GeoServer/pyCSW
Web API akan dibuat khusus untuk memudahkan pembuatan
layanan HTTP yang menjangkau beragam klien, termasuk browser
dan perangkat seluler, termasuk akses ke geoserver/pySCW.
Secara jelas, pembangunan aplikasi web portal jalan Kabupaten Bangli
dibagi kedalam empat bagian, yaitu pembangunan basis data, aplikasi server,
interface dan user/client application dimana keempat bagian tersebut
menggunakan aplikasi opensource seperti dijelaskan sebelumnya. Diagram
alir mengenai pembangunan aplikasi web portal jalan kabupaten Bangli
ditampilkan pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Bagian Pembangunan Aplikasi Portal Jalan
(Sumber: Kerangka Pikir Konsultan, 2017)
82
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Selanjutnya, alur sistem dimulai dari back-end (file base dan DBMS)
menuju pengolahan pada web server, mencakup pembangunan management
front-end untuk administrator/ pengelola dan client front-end untuk pengguna.
Penggunan dapat mengakses web portal jalan melalui computer (desktop) dan
telepon genggam (hp). Gambar 3.13 menunjukkan alur sistem portal jalan.
Gambar 3.13. Alur Pembangunan Portal Jalan
(Sumber: kerangka Pikir Konsultan, 2017)
3.3.4. Metode Pembahasan Hasil Pekerjaan
Pembahasan hasil pekerjaan dilakukan untuk mendapat koreksi/
penyempurnaan hasil pekerjaan. Pembahasan dilakukan dengan mengadakan
seminar/ rapat pembahasan dengan pemberi pekerjaan yaitu Bidang Bina Marga
pada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Bangli ataupun SKPD lain yang diundang.
3.4. Jadwal pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Penyusunan DED Pembuatan Data Base Jalan di Kabupaten
Bangli dilaksanakan selama 3,5 (tiga setengah bulan) bulan / 105 (seratus lima)
hari kalender.sejak ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Rincian
Tahapan Pekerjaan dan Jadwal pelaksanaan pekerjaan ditampilkan pada Tabel 3.3.
83
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Tabel 3.3. Tahapan Pekerjaan dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
No Kegiatan
Bulan
1 2 3 3.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II
1 Persiapan
a. Mobilisasi Personil - mobilisasi tenaga ahli - mobilisasi tenaga
penunjang Mobilisasi tenaga
pendukung - Persiapan alat dan bahan
b. Perencanaan Metodologi Pekerjaan - Perencanaan
pengumpulan data sekunder
- Perencanaan pengumpulan data primer
- perencanaan pembangunan basisdata
- Perencanaan pemetaan - Perencanaan
pembangunan sistem informasi geografis
2 Pengumpulan Data Sekunder
a. Analisa Data Sekunder - Analisa data jaringan
jalan sebelumnya - Analisa data spasial:
batas desa, batas kecamatan
b. Analisa Kebutuhan Sistem - Analisa kebutuhan
basisdata - Analisa kebutuhan
sistem informasi geografis
3 Survey dan Pengolahan Data
a. Survey Lokasi & Pendataan - Survey pendataan jalan - Survey pendataan
84
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
jembatan
b. Pengolahan Data Hasil Survey - Pengolahan hasil survey
jalan - Survey hasil survey
jembatan
4 Pengembangan Sistem
a. Analisa dan Perancangan Database - pembuatan data spasial - input metadata - pembangunan basisdata - Pembangunan sistem
manajemen basisdata
b. Pemodelan Alur Sistem - Pemodelan Web Feature
service - Pemodelan Web Map
Service - Pemodelan back-end - Pemodelan front-end - Pembangunan Portal
Engine
c. Pemrograman Sistem - Pemrograman Web
Feature service - Pemrograman Web Map
Service - Pemrograman back-end - Pemrograman front-end - Pemrograman Portal
Engine
d. Perancangan Desain Interface - Perancangan fitur login - Perancangan fitur upload
dokumen - Perancangan fitur
toolbox - Perancangan fitur SIG
5 Implementasi Sistem
a. Pengujian Sistem - Pengujian basisdata - Pengujian portal engine - Pengujian fitur SIG dan
online map - Pengujian interface
85
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
sistem - Pengujian server
b. Instalasi Sistem - Instalasi sistem pada
server Pemkab Bangli - Ujicoba sistem
6 Pembuatan Laporan
a. Laporan Pendahuluan
b. Draft Laporan Akhir
c. Laporan Akhir - Laporan Akhir - Album Peta A0 - CD data dan laporan - Sistem Road Portal dinas
PU Bangli yang sudah terinstal
(Sumber: Kerangka Acuan Kerja, Kerangka Pikir Konsultan, 2017)
3.5. Susunan Tim Pelaksana
Tim pelaksana dalam Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan DED
Pembuatan Data Base Jalan di Kabupaten Bangli ditampilkan pada Tabel 3.4.
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli pada Tabel 3.5. Sedangkan struktur organisasi
pelaksana pekerjaan ditampilkan pada diagram pada Gambar 3.14.
86
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Tabel 3.4. Susunan Tim Pelaksana
No Posisi Yang
Diusulkan
Lingkup
Keahlian Uraian Pekerjaan
Jumlah
TA
Jumlah
Orang
Bulan
Tenaga Ahli
1 Ahli Sistem
Informasi
(Team Leader)
pendidikan S1
(Strata-1) Ilmu
Komputer /
Teknik
Informatika
yang
berpengalaman
di bidang Sistem
Informasi dan
programming
selama 5 (lima)
tahun
• Mengkoordinasikan
pelaksanaan seluruh kegiatan
tim konsultan selama kegiatan
berlangsung.
• Melaksanakan pekerjaan
rancang bangun sistem aplikasi
sistem informasi
• Melaksanakan komunikasi
dengan pihak pemberi kerja dan
instansi terkait lainnya.
• Menyusun laporan
pendahuluan, laporan bulanan,
laporan antara dan laporan
akhir.
• Bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap kualitas dan hasil
pekerjaan sesuai yang
disyaratkan dalam KAK
1 org 3.5
2 Ahli Pemetaan
pendidikan S1
(Strata-1)
Geografi yang
berpengalaman
di bidang
pemetaan
sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
• Melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidang keahliannya.
• Memeriksa hasil pengumpulan
dan pengolahan data, melakukan
kegiatan pemetaan,
mengkoordinasikan digitasi, dan
layout peta
1 org 3.5
87
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
3 Ahli Sistem
Informasi
Geografis
(SIG)
pendidikan S1
(Strata-1)
Teknik Geodesi
dan
berpengalaman
di bidang GIS
sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
• Melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidang keahliannya.
• Melaksanakan pekerjaan
rancang bangun sistem informasi
geografis yang akan disinergikan
dengan basisdata spasial dan
aplikasi basisdata
1 org 3.5
4 Ahli Database
dan Integrasi
Data
pendidikan S1
(Strata-1)
Teknik
Informatika dan
berpengalaman
dalam
perancangan
basis data
sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
• Melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidang keahliannya.
• Melaksanakan pekerjaan
rancang bangun basisdata dan
bertanggung jawab terhadap
integrasi data spasial, aplikasi
database dan sistem informasi
geografis
1 org 3.5
5 Ahli Sipil
pendidikan S1
(Strata-1)
Teknik sipil dan
berpengalaman
dalam survey
jalan sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
• Melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidang keahliannya.
• Melaksanakan pekerjaan
mengenai kondisi fisik jalan dan
bertanggung jawab terhadap
integrasi data sterkait kondisi
jalan, kondisi pengaspalan, dan
kondisi fisik jalan
1 org 3.5
88
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Tenaga Pendukung
6 Asisten Team
Leader
pendidikan S1
(Strata-1) Ilmu
Komputer /
Teknik
Informatika
yang
berpengalaman
di bidang Sistem
Informasi dan
programming
selama 2 (dua)
tahun
• Mengkoordinasikan
pelaksanaan seluruh kegiatan
bersma team leader selama
kegiatan berlangsung.
• Membantu team leader
laksanakan pekerjaan rancang
bangun sistem aplikasi sistem
informasi
1 org 3.5
8 Asisten Ahli
Pemetaan
pendidikan S1
(Strata-1) bidang
Kartografi yang
berpengalaman
di bidang
pemetaan
sekurang-
kurangnya 2
(dua) tahun
• Melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidang keahliannya.
• Membantu Ahli Pemetaan
dalam kegiatan pemetaan dan
layout peta
1 org 3.5
7 Asisten ahli
SIG
pendidikan S1
(Strata-1)
Teknik Geodesi
dan
berpengalaman
di bidang GIS
sekurang-
kurangnya 2
(dua) tahun
• Melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidang keahliannya.
• Membantu Ahli SIG dalam
mlaksanakan pekerjaan rancang
bangun sistem informasi
geografis yang akan disinergikan
dengan basisdata spasial dan
aplikasi basisdata
1 org 3.5
89
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Tenaga Penunjang
9 Operator
Komputer
pendidikan
SMA / SMK
atau sederajat
yang
berpengalaman
dalam
melaksanakan
input data
selama 2 (dua)
tahun
1. melakukan input data hasil
survey data primer,
2. bertanggung jawab atas
kebenaran penggambaran dan
ketepatan dalam penyajian data.
2 org 7
10 Surveyor
pendidikan
minimal SMA /
SMK atau
sederajat dan
berpengalaman
di bidang survey
sekurang-
kurangnya 2
(dua) tahun
• melaksanakan survey
pengukuran pemetaan dengan
GPS.
• mengambil data atribut peta
yang dibutuhkan.
• bertanggung jawab atas
kebenaran, ketelitian, dan
ketepatan waktu survey sesuai
dengan yang telah ditetapkan.
10 org 35
90
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
11 Administrator
pendidikan
SMA / SMK
atau sederajat
yang
berpengalaman
dalam
melaksanakan
tugas
administrasi
proyek selama 2
(dua)
Mengatur keuangan, mengurus
administrasi kantor dan
berhubungan langsung dengan
penyedia jasa dalam
hubungannya dengan
penyelesaiannya administrasi
proyek.
1 org 3.5
(Sumber: Kerangka Acuan Kerja, 2017)
Tabel 3.5. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
No Uraian Jumlah
TA
Jumlah Orang Bulan
Bulan
1 2 3 4
I II III IV I II III IV I II III IV I II
1 Ahli Sistem Informasi (Team Leader)
1 org 3.5
2 Ahli Pemetaan
1 org 3.5
3 Ahli Sistem Informasi Geografis (SIG)
1 org 3.5
4 Ahli Database dan Integrasi Data
1 org 3.5
91
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
5 Ahli Sipil
1 org 3.5
6 Asisten Team Leader
1 org 3.5
7 Asisten ahli SIG
1 org 3.5
8 Asisten Ahli Pemetaan
1 org 3.5
9 Operator Komputer
2 org 7
10 Surveyor
10 org 35
11 Administrator
1 org 3.5
(Sumber: Konsultan, 2017)
92
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.14. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan
(Sumber: Kerangka Acuan Kerja, Kerangka Pikir Konsultan, 2017)
3.6. Fasilitas Pendukung
Bagian ini membahas berbagai fasilitas pendukung yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini baik yang kami sediakan sesuai tuntutan
KAK / BQ, maupun fasilitas lain yang akan penyedia jasa siapkan
untuk memaksimalkan pelayanan kami bila dipercaya mengemban
pelaksanaan pekerjaan ini.
Konsultan akan menempatkan peralatan sesuai dengan kebutuhan di lapangan
sehingga pemanfaatannya efisien dan efektif. Penyiapan peralatan
penunjang selain yang terdapat pada RAB yang disusun oleh konsultan,
adalah sebagai berikut:
a. Kantor
Telah kami tanggapi, bahwa meskipun dalam KAK/BQ tidak
disediakan fasilitas kantor, namun kami akan menyiapkan ruangan
PT.
GANESHAGLOBAL
SARANA
Team Leader
Asisten
Team Leader
Ahli SIGAhli database danintegrasi Data
Ahli Pemetaan Ahli Sipil
Asisten Ahli Pemetaan Asisten Ahli SIG
Operator Komputer Operator Komputer
Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor
Administrasi
PT. FASADE
KOBETAMA
INTERNASIONAL
93
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
kerja untuk koordinasi intern tim teknis maupun untuk melaksanakan
review design yang mungkin perlukan. Gedung yang terletak di Jalan
Tukad Yeh Aya IX/51 termasuk perlengkapan meja, kursi, lemari
buku secukupnya tanpa ada tambahan biaya.
b. Perlengkapan Kantor
Kami selaku konsultan telah menyiapkan fasilitas kantor yang nantinya
dapat membantu kinerja para tenaga ahli dan pendukung guna
kesuksesan pekerjaan ini. Perlengkapan yang disiapkan antara lain :
Meja dan Kursi Tamu
Meja dan Kursi kerja
Meja dan Kursi Rapat
Almari Arsip
White Board.
Telpon dan Fax.
Peralatan gambar
Kalkulator
c. Peralatan Transportasi
Selain perlengkapan kantor, konsultan juga telah menyiapkan fasilitas
transportasi yang dapat membantu kinerja para tenaga ahli dan
pendukung. Peralatan ini diadakan melalui sistem sewa, seperti
kendaraan roda empat ataupun kendaraan roda dua.
d. Peralatan Survey
Untuk peralatan survey kami selaku konsultan juga telah menyiapkan
fasilitas survey seperti kamera digital, GPS dan lain-lain. Peralatan ini
diadakan melalui sistem sewa.
3.7. Gagasan Baru
Konsultan memiliki gagasan baru mengenai output pekerjaan berupa
perangkat lunak aplikasi berbasis web “Sistem Informasi/ Database Jalan
94
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Kabupaten dan Jembatan berbasis spasial di Kabupaten Bangli yang dapat diakses
dengan cepat, akurat, dan mudah.”
Gagasan baru yang akan dikembangkan adalah:
1. Perangkat lunak aplikasi berbasis web akan menggunakan platform WebGIS
opensource sehingga tidak akan ada benturan dalam masalah hak cipta/ hak
pengguna. Platform WebGIS opensource adalah platform web yang tidak
berbayar (gratis) sehingga akan memudahkan dalam instalasi dan tanpa biaya
tambahan.
2. Pada perangkat lunak aplikasi berbasis web yang akan dibangun akan
dilengkapi dengan beragam fitur yang memudahkan untuk analisis secara
spasial. Yaitu fitur view layer peta, fitur cetak, menggeser peta, informasi,
pengukuran panjang dan luas, memperbesar dan memperkecil (zoom in dan
zoom out), menampilkan legenda peta, hingga fitur 3 dimensi dan fitur editing
data. Fitur editing data akan memudahkan administrator dalam mengedit dan
mengupdate data jalan. Terdapat pula fitur informasi mengenai layer peta yang
ditampilkan dan atribut atau keterangan yang mengiringinya, misalnya atribut
nomor ruas jalan, koordinat, nama desa dan kecamatan dan sebagainya.
Dilengkapi juga fitur download layer peta dan metadatanya. Gambar 3.15
menunjukkan fitur tersebut.
95
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.15. Fitur Sistem yang Akan Dikembangkan
(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)
2. Pada perangkat lunak aplikasi berbasis web yang akan dibangun akan
dilengkapi dengan fitur sharing data sehingga memudahkan untuk
memindahkan data. Fitur sharing bisa dimanfaatkan untuk mengirim data
melalui email ataupun media sosial. Gambar 3.16 menunjukkan fitur sharing
data yang dimaksud.
96
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.16. Fitur Sharing Data pada Sistem yang Akan Dikembangkan
(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)
3. Pada perangkat lunak aplikasi berbasis web yang akan dibangun akan
dilengkapi dengan fitur pembuatan peta secara online. Fitur tersebut akan
dilengkapi dengan fitur identifikasi atribut peta, query peta, pengukuran
panjang dan luas, editing layer peta. Gambar 3.17 menampilkan fitur
pembuatan peta online termasuk editing data.
Gambar 3.17. Fitur Pembuatan Peta Online yang Akan Dikembangkan
(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)
97
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
4. Fitur Basemap (Citra Dasar) yang Dinamis
Konsultan akan mengembangkan fitur citra dasar yang dinamis dan dapat
diubah-ubah. Fitur ini dapat mengganti citra dasar dari openstreet map, bing
map hingga google satellite dan peta rupa bumi Indonesia. Gambar 3.18
menampilkan fitur tersebut.
Gambar 3.18. Fitur Basemap (Citra Dasar) yang Dinamis
(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)
5. Fitur Upload, Berbagi dan Download Dokumen
Selain berbagi data spasial, sistem yang akan dikembangkan juga akan
mampu untuk berbagi dokumen secara online, baik dokumen dalam format,
microsoft office, opendata sheet, dan lainnya. Sistem akan dikembangkan
secara lengkap untuk bisa melihat, editing dan berbagi termasuk pembuatan
peta. Gambar 3.19 menunjukkan fitur tersebut.
98
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 3.19. Fitur Upload, Berbagi dan Download Dokumen
(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)
99
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
4.1.1. Kondisi Geografis
Berdasakan dokumen RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033,
Secara geografis Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya wilayah kabupaten di
Provinsi Bali yang tidak memiliki pantai dengan dengan luas 52.081 Ha atau
9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Kabupaten Bangli terletak
pada koordinat 08º3'40” - 08º50'48” LS (lintang selatan) dan 114º25'53” -
115º42'40” BT (Bujur Timur). Kabupaten Bangli dibatasi oleh lima Kabupaten
lainnya di Bali dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Wilayah Kab. Buleleng
Sebelah Timur : Wilayah Kab. Karangasem dan Kab.
Klungkung
Sebelah Selatan : Wilayah Kab. Gianyar
Sebelah Barat : Wilayah Kab. Gianyar, Kabupaten Badung
dan Kab. Buleleng
4.1.2. Kondisi Administratif
Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah
kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu : Kecamatan Susut (9 Desa), Kecamatan
Bangli (4 Kelurahan dan 5 Desa), Kecamatan Tembuku (6 Desa) dan Kecamatan
Kintamani (48 Desa). Luas wilayah Kabupaten Bangli adalah 52.081 Ha atau
9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Ibukota Kabupaten Bangli
adalah Kawasan Perkotaan Bangli, meliputi Kelurahan Kubu, Kelurahan
Cempaga, Kelurahan Kawan dan Kelurahan Bebalang. Data administrasi wilayah
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Gambar 4.1. menunjukkan Peta Administrasi
Wilayah Kabupaten Bangli.
Tabel 4.1. Nama Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan
100
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
No Nama Desa/Kel Luas (Ha) % No Nama Desa/Kel Luas (Ha) %
Kecamatan Susut 4,930 9.47 35 Banua 245 0.47
1 Apuan 437 0.84 36 Abuan 362 0.63
2 Abuan 418 0.8 37 Bonyoh 433 0.83
3 Demulih 463 0.89 38 Sekaan 253 0.49
4 Susut 483 0.93 39 Bayung Gede 1,024 1.97
5 Selat 292 0.56 40 Sekardadi 840 1.61
6 Sulahan (+ Pengiangan) 1,262 2.43 41 Kedisan 1,175 2.26
7 Pengiangan - 42 Buahan 1,423 2.73
8 Tiga 1,090 2.09 43 Suter 1,256 2.41
9 Penglumbaran 484 0.93 44 Abang Batu Dingding 708 1.36
Kecamatan Bangli 5,626 10.8 45 Abang Songan 1,433 2.75
10 Bunutin 474 0.91 46 Terunyan 1963 3.77
11 Tamanbali 657 1.26 47 Songan B 1188 2.28
12 Bebalang 379 0.73 48 Soangan A 1701 3.27
13 Kawan 562 1.01 49 Batur Selatan 1386 2.66
14 Cempaga 589 1.13 50 Batur Tengah 474 0.91
15 Kubu 442 0.85 51 Batur Utara 336 0.65
16 Kayubihi 946 1.82 52 Kintamani 1513 2.91
17 Pengootan (+Landih) 1,613 3.1 53 Serai 538 1.03
18 Landih -- 54 Manikliyu 503 0.97
Kecamatan Tembuku 4,832 9.28 55 Awan 534 1.03
19 Jehem 900 1.73 56 Belantih 906 1.74
20 Tembuku 600 1.15 57 Gunung Bau 195 0.37
21 Yangapi 1,432 2.75 58 Belanga 282 0.54
22 Undisan 300 0.58 59 BatuKaang 192 0.37
23 Bangbang 400 0.77 60 Catur 756 1.45
24 Peninjoan 1,200 2.3 61 Pengejaran 411 0.79
Kecamatan Kintamani 36,692 70.45 62 Selulung 1163 2.23
25 Mengani 427 0.82 63 Satra 591 1.13
26 Binyan 148 0.28 64 Dausa 628 1.21
27 Ulian 353 0.68 65 Daup 269 0.52
28 Bunutin 258 0.5 66 Bantang 980 1.88
29 Langgahan 371 0.71 67 Kutuh 411 0.79
30 Lembean 330 0.63 68 Sukawana 3361 6.45
31 Bayung Cerik 401 0.77 69 Subaya 404 0.78
32 Mangguh 213 0.41 70 Siakin 884 1.7
33 Belancan 973 1.87 71 Pinggan 1653 3.17
34 Katung 280 0.54 72 Belandingan 600 1.15
Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Bangli Tahun 2011-2031
101
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 4.1. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Bangli
Sumber: RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033
102
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
4.1.3. Kondisi Fisik
Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033,
kondisi iklim Kabupaten Bangli memiliki iklim tropis, suhu udara relatif rendah
berkisar antara 150 - 30
0C, semakin ke utara suhu semakin dingin. Angka curah
hujan rata-rata tahunan terendah adalah 900 mm dan tertinggi 3.500 mm.
Penyebaran curah hujan relatif tinggi (2.500 - 3.500 mm) meliputi bagian utara
(lereng Gunung Batur) dan semakin rendah ke arah selatan wilayah. Curah hujan
tertinggi terjadi bulan Desember – Maret dan terendah pada bulan agustus.
Topografi wilayah Kabupaten Bangli berada pada ketinggian antara 100 –
2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum
rentang ketinggian wilayah Kecamatan Susut (225 – 950 m dpl), Kecamatan
Bangli (200 – 1.175 m dpl), Kecamatan Tembuku (300 – 891 m dpl) dan
Kecamatan Kintamani (100 – 2.152 m dpl). Kelerengan wilayah bervariasi antar
wilayah kecamatan dan secara umum berada pada kondisi dataran sampai landai
(0-15%) seluas 12,11% dari luas wilayah, bergelombang (15-30%) seluas 21,7%
dari luas wilayah, curam (30-40%) seluas 18,18% dari luas wilayah dan sangat
curam (>40%) seluas 48,01% luas wilayah. Kondisi datar relatif hanya terdapat
pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah
Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta
sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani.
Hidrologi wilayah terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan
terdiri dari Danau Batur dan beberapa sungai yang melintasi wilayah Kabupaten
Bangli. Jumlah potensi mata air di Kabupaten Bangli tersebar di 88 buah titik di
42 desa dengan debit total 1.534,30 ltr/dt. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah
umumnya pendek dan jenis alirannya bersifat ephemeral, yang sebagian besar
terletak di sebelah Utara, sedangkan yang mengalir ke bagian Selatan lebih
panjang, aliran sungainya kebanyakan bersifat perenmial. Sistem wilayah sungai
merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis
Nasional) pada sebagian Sub WS 03.01.01, Sub WS 03.01.12, Sub WS 03.01.13,
Sub WS 03.01.18, dan Sub WS 03.01.19 yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan
14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, Tabel 4.2. menunjukkan
103
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli. Gambar 4.2.
menunjukkan kondisi Hidrologi/DAS di Wilayah Kabupaten Bangli
Tabel 4.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli
No Nama DAS
Luas
(Ha)
1 Danau Batur 1.667
2 sebagian DAS Bubuh 3.934,3
3 sebagian DAS Melangit 4.247,7
4 sebagian DAS Sangsang 6.602,5
5 sebagian DAS Ayung 9.507,6
6 sebagian DAS Yehalang 1.298,9
7 sebagian DAS Anyar 997,8
8 sebagian DAS Batas 86,8
9 sebagian DAS Silagading Tiga 517,2
10 sebagian DAS Puseh 221,5
11 sebagian DAS Jinah 1.314,9
12 sebagian DAS Luah 604,6
13 sebagian DAS Bungbung 10.782,9
14 sebagian DAS Pengasangan 62,7
15 sebagian DAS Deling 408
Sumber : Dokumen RTRW Kab. Bangli 2013 – 2033
104
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 4.2 Hidrologi/DAS di Wilayah Kabupaten Bangli
Sumber: RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033
105
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Kondisi hidrologis Kabupaten Bangli dapat dijelaskan bahwa Danau Batur
dengan luas 1.667 Ha, kedalaman 70 meter, volume 815,58 juta/m3, panjang garis
pantai (shoreline) 21,4 km dengan daerah tangkapan seluas 10.535 Ha. Sungai
yang ada di Kabupaten Bangli berjumlah 14 buah yang merupakan hulu-hulu
sungai utama yang bermuara di bagian Selatan Pulau Bali. Berdasarkan peta
pengendalian pengambilan air tanah dan perlindungan daerah resapan (Dep.
ESDM), wilayah Kabupaten Bangli dari bagian utara Kota Bangli ke arah utara
semuanya merupakan Daerah Resapan Air yang mengisi Cekungan Air Tanah
(CAT) wilayah Kabupaten/Kota Sarbagita termasuk wilayah Kabupaten Bangli
bagian selatan.
3.2. Kondisi Demografi
Berdasarkan hasil Registrasi penduduk, oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bangli tahun 2017 jumlah penduduk di kabupaten bangli tercatat
216.017 jiwa, Jumlah penduduk tahun ini naik 0,13 persen dari sebelumnya
215.792 jiwa. Dengan luas wilayah 520,81 km2, kepadatan penduduk kabupaten
bangli pada tahun 2011 mencapai 415 jiwa/km2. Diantara kecamatan di
Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani merupakan daerah yang berpenduduk
terbesar dengan jumlah penduduk mencapai 92.531 jiwa atau 42,85 persen dari
seluruh penduduk Kabupaten Bangli. Berdasarkan analisis data kependudukan,
diperoleh jumlah penduduk per tahun yang terus mengalami peningkatan dengan
laju pertumbuhan 0.374% per tahun. Sedangkan data jumlah dan Kepadatan
penduduk lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.3.
106
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Tabel 4.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bangli Tahun 2010-2016
Kecamatan Kepadatan penduduk (km
2)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Susut 878.7 882.35 886.82 890.06 894.12 897.77 900.81
Bangli 860.57 868.56 875.67 882.42 889.52 896.63 903.73
Tembuku 702.07 704.76 707.87 710.56 712.63 716.77 718.63
Kintamani 246.44 247.91 249.36 251.08 252.71 254.13 255.66
Kabupaten
Bangli 414.93 417.43 419.92 422.42 424.92 427.41 429.72 Sumber: BPS Kabupaten Bangli, 2016
Proyeksi penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2018
menggunakan Metoda Rata-Rata Aritmatik dengan Rumus yang digunakan :
Pn = Po + r (dn)
Di mana : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun.
dn = kurun waktu proyeksi
Berdasarkan analisis laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 sampai
2020 dari BPS Kabupaten Bangli, diketahui bahwa proyeksi penduduk didasarkan
pada data jumlah penduduk tahun 2010 sebagai data awal proyeksi perencanaan
dan tahun 2020 sebagai tahun akhir perencanaan memperoleh hasil yaitu pada
tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2020 proyeksi penduduk mencapai 228.400
jiwa. Tabel 4.4 menampilkan Proyeksi penduduk Kabupaten Bangli
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bangli
Kelompok
Umur
Jumlah (dalam ribu jiwa)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
0-4 19,3 18,8 18,4 18,0 17,7 17,4 17,3 17,1 16,9 16,7 16,6
5-9 19,4 19,6 19,6 19,5 19,3 19,0 18,6 18,2 17,9 17,5 17,3
10-14 18,1 18,3 18,5 18,9 19,2 19,4 19,6 19,6 19,6 19,4 19,1
15-19 16,2 16,1 15,9 15,7 15,6 15,6 15,7 16,0 16,3 16,5 16,8
20-24 14,8 14,9 14,9 14,9 14,8 14,6 14,4 14,2 14,0 13,9 13,9
107
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
25-29 16,5 16,3 16,3 16,3 16,3 16,5 16,6 16,6 16,6 16,5 16,3
30-34 17,2 17,0 16,8 16,5 16,3 16,1 16,0 15,9 16,0 16,1 16,1
35-39 17,4 17,4 17,2 17,0 16,9 16,7 16,5 16,3 16,0 15,8 15,6
40-44 15,2 15,4 15,4 15,5 15,5 15,4 15,4 15,3 15,1 14,9 14,9
45-49 13,7 14,3 15,1 15,6 16,1 16,3 16,5 16,7 16,7 16,7 16,7
50-54 12,0 12,5 12,9 13,3 13,9 14,5 15,3 16,1 16,7 17,1 17,4
55-59 9,5 9,8 10,2 10,6 10,9 11,3 11,7 12,1 12,5 13,1 13,8
60-64 8,2 8,3 8,5 8,7 8,9 9,3 9,6 9,9 10,3 10,7 11,1
65-69 6,5 6,5 6,7 6,8 7,0 7,3 7,4 7,5 7,8 8,0 8,3
70-74 5,5 5,5 5,7 5,7 5,9 5,9 6,1 6,2 6,4 6,6 6,7
75+ 6,6 6,7 6,6 7,0 7,0 7,3 7,1 7,4 7,4 7,8 7,8
Jumlah 216,1 217,4 218,7 220,0 221,3 222,6 223,8 225,1 226,2 227,3 228,4
Sumber: BPS Kabupaten Bangli, 2016
4.3. Tata Ruang Wilayah
Berdasakan dokumen RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033,
kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli. Kebijakan dan
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten Bangli berfungsi :
Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah.
Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pemanfaatan
ruang wilayah.
Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli dirumuskan
berdasarkan: tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli, karakteristik
wilayah kabupaten Bangli, kapasitas sumber daya wilayah kabupaten Bangli
dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya dan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli dirumuskan dengan
kriteria:
Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan
penataan ruang wilayah provinsi Bali;
108
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan;
Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli disusun untuk
mencapai tujuan yang telah diuraikan, meliputi :
a. pemerataan pengembangan wilayah melalui peningkatan pusat-pusat
pelayanan kawasan perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan
perdesaan dengan menterpadukan sistem perkotaan wilayah kabupaten
yang terintegrasi dengan sistem perkotaan nasional dan Provinsi Bali;
b. peningkatan aksesibilitas antar wilayah, antar kawasan perkotaan, dan
antar kawasan perdesaan di seluruh wilayah kabupaten;
c. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana di seluruh
wilayah kabupaten dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan
terpadu antar desa dalam bentuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL),
kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan yang terintegrasi dengan
sistem perkotaan, serta meningkatkan keterkaitan antar kawasan
perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, antara
kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
d. pemantapan Kabupaten Bangli yang hijau, produktif, dan berkelanjutan
sebagai penopang pelestarian lingkungan alam Bali;
e. pemantapan potensi keunikan alam dan budaya daerah sebagai potensi
kepariwisataan;
f. peningkatan peran komoditas unggulan pertanian, hortikultura,
perkebunan, tanaman kehutanan, peternakan, perikanan dan industri kecil
untuk mendorong perekonomian daerah; dan
g. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung, daya tampung,
mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Kabupaten Bangli sebagai bagian dari Pulau Bali rentan akan adanya
bencana alam, karena kedudukan Pulau Bali pada pada pertemuan tiga lempeng
109
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
tektonik utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap
bencana alam. Dilihat dari potensi bencana yang ada, beberapa bencana yang
berpotensi menimpa Kabupaten Bangli dapat dilihat pada, antara lain :
Kawasan rawan bencana tanah longsor
Kawasan rawan bencana letusan gunung api
Kawasan rawan bencana gempa bumi
Kawasan rawan bencana Kebakaran
Kawasan rawan bencana kekeringan
Kawasa rawan bencana angin siklon tropis
a. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor
Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan-kawasan yang
mempunyai potensi terjadinya gerakan tanah terutama pada kawasan-
kawasan yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal. Sebaran
kawasan rawan bencana tanah longsor di Pulau Bali terbagi menjadi 4
(empat) kategori yang disebut Zona Kerentanan Gerakan Tanah yaitu :
sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi. Kawasan yang dianggap
termasuk rawan gerakan tanah rawan tanah lomgsor adalah kawasan yang
memiliki zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Sebaran kawasan rawan
gerakan tanah di Kabupaten Bangli terutama terdapat pada kawasan yang
memiliki kemiringan tanah di atas 40% yang sebarannya terutama terdapat
pada di seluruih dinding Kaldera Gunung Batur, baik kaldera luar maupun
kaldera dalam serta pada beberapa spot kawasan tersebar di wilayah
Kecamatan Kintamani lainnya serta di pinggir sungai. Kawasan-kawasan
tersebut merupakan kawasan yang termasuk dalam zona kerentanan
geralan tanh tinggi.
b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Gunung Batur
Gunung berapi Gunung Batur terletak di Kecamatan Kintamani.
Berdasarkan analisis data dari Direktorat Vulkanologi, Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral, kawawan rawan bencana alam letusan gunung
berapi Gunung Batur hanya berada disekitar lembah Gunung Batur.
110
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Berdasarkan uraian sejarah, terjadinya Bahaya Gas beracun dapat
berupa mofet (CO dan CO2), Solfatara (H2S, H2SO4) dan adanya gas
beracun lainnya yang hanya muncul dan terkonsentrasi di daerah kawah dan
lubang letusan terutama bila keadaan cuaca buruk. Berdasarkan data-data
yang ada serta memperhatikan bentang alam kaldera Batur, maka kawasan
rawan bencana letusan gunung berapi Gunung Batur menjadi 3 (tiga) zona,
terdiri atas:
1. Kawasan Rawan Bencana III (Zona Terlarang)
Adalah kawasan yang terlanda aliran lava, hujan abu dan
kemungkinan adanya gas beracun. Kawasan ini terutama di terletak daerah
puncak Gunung Batur, lereng bagian tenggara, selatan, barat daya, barat dan
barat laut. Pada kawasan yang termasuk Rawan Bencana III, tidak
diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk kegiatan wisata.
2. Kawasan Rawan Bencana II (Zona Bahaya)
Adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan
kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar. Kawasan ini
mencakup kaki gunung sebelah utara, timur laut dan timur hingga berbatasan
dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur. Luas zona bahaya
meliputi jari-jari ± 3 Km dari puncak Gunung Batur.
3. Kawasan Rawan Bencana I (Zona Waspada);
Adalah kawasan yang hanya terancam hujan abu dan kemungkinan
lontaran batu pijar, meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius ± 6 Km
dari puncak Gunung Batur. Kawasan cukup layak dan diperbolehkan adanya
kegiatan pemukiman dan penunjangnya.
c. Kawasan Rawan Gempa Bumi
Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu
banyak, kecuali gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang
berupa Gempa Vulkanik. Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi
di Bali yang diterbitkan oleh Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral,
Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten
111
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Bangli serta data potensi Kawasan rawan bencana Provinsi Bali termasuk
dalam Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah.
d. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran
Kawasan rawan bencana kebakaran, terutama terjadi pada kawasan
lahan kering dan kawasan hutan. Pemicu terjadinya potensi kebakaran adanya
pembakaran untuk pembukaan lhan yang disengaja serta karena kondisi iklim
dan cuaca yang merangsang terjadinya kebakaran.
Salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan adalah adanya hutan
bervegetasi homogen dan curah hujan rendah, serta dominasi pohon pinus
yang mengeluarkan zat ektraktif yang mudah terbakar. Kawasan hutan yang
rawan kebakaran yaitu RPH Kintamani Barat, RPH Kintamani Timur dan
RPH Penelokan.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat
dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan
d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
lingkungan;dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Gambar 4.3 memnunjukkan Peta Pola Ruang Kabupaten Bangli. Rencana
pola ruang wilayah kabupaten Bangli merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan
dalam RTRWN, RTRWP Bali dan RTRW Kabupaten Berbatasan.
112
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Gambar 4.3. Pola Ruang Kabupaten Bangli
Sumber: RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033
113
Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli
Penataan ruang merupakan proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karenanya dalam proses penataan
ruang, tidak terbatas pada proses perencanaan saja. Tetapi, meliputi aspek
pemanfaatan yang merupakan wujud operasional rencana tata ruang serta proses
pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan tata ruang merupakan wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan mapun tidak
direncanakan. Tujuan tata ruang adalah terselenggaranya pemanfaatan ruang
berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional. Sehingga kehidupan yang harmonis, lestari dan asri dapat diperoleh oleh
manusia.
Laporan Pendahuluan_ Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, E. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arc View GIS.
Yogyakarta: Andi Offset.Jakarta: PPM.
Charter, D. 2004. Desain dan Applikasi GIS. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web Geographic Information System (SIG) Untuk
Mencari Jalur Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.
Fathansyah. 2012. Basis Data. Bandung: Informatika.
Harintaka. 2003. Penggunaan Persamaan Kolinier Untuk Rektifikasi Citra Satelit
SPOT Secara Parsial. Media Teknik. Yogyakarta: Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
Jan Kraak, Menno dan Ferjan Ormelling. 2007. Kartografi, Visualisasi Data
Geopasial (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ladjamudin, A.B. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Graha
Ilmu
Lillesand dan Kiefer, 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri
(Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Murai, Shunji. 2006. GIS Workbook Vol I, University of Tokyo. Diterjemahkan
oleh Prayitno
Mustakini, J.H. 2009. Sistem Informasi Teknologi. Yogyakarta: Andi Offset.
Moffitt, F. H. And E.M. Mikhail. 1980. Photogrammetry. 2nd
Edition. New York:
Harper and Row Publisher
Nugroho, Adi. 2004. Konsep Pengembangan Sistem Basis Data. Bandung:
Informatika
Nugroho, Bunafit. 2005. Perancangan Web Dengan Fireworks dan Dreamweaver
MX. Yogyakarta: Gava Media
Nuryadin, Ruslan. 2005. Panduan Menggunakan MapServer. Bandung:
Informatika
Prahasta, E. 2005. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar. Bandung:
Penerbit Informatika.
Laporan Pendahuluan_ Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli
Purwadhi, 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Jakarta;
LembagaPenerbangan Antariksa Nasional
Rahman, Abdul. 2008. Spasial Data Modelling For 3D GIS. Springer, Berlin.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid II, Edisi 2. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Undang-Undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan
PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 25/PRT/M/2014 tentang Tata Cara Survey Jalan
KEPMEN PU No. 375/ KPTS/ M/ 2004 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan
dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya sebagai jalan arteri, jalan
kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3
Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan
Sebagai Jalan Kabupaten.
Tata Cara Pelaksanaan Survei lalu Lintas, No. 01/T/BNKT/1990
Tata Cara Survey Kondisi Jalan Kota, No. 05/T/BNKT/1991