laporan pendahuluan penyusunan ded pembuatan database

117

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database
Page 2: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

Laporan Pendahuluan_ Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

KATA PENGANTAR

Atas Berkat Rahmat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,

Laporan Pendahuluan Pekerjaan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di

Kabupaten Bangli dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun maksud dari

pekerjaan ini adalah untuk menyediakan sarana peta ruas jalan dalam bentuk

webGIS yang diharapkan dapat digunakan sebagai kendali perencanaan dan

pelaksanaan program dan kegiatan infrastruktur pada ruas jalan di Kabupaten

Bangli.

Laporan Pendahuluan ini menampilkan pandangan konsultan mengenai

pekerjaan ini termasuk metodologi yang kami ajukan dan tentunya kami berharap

apa yang terangkum dalam buku ini dapat bermanfaat dan barguna bagi

Pemerintah Kabupaten Bangli pada umumnya dan Dinas Pekerjaan Umum

Penataan Ruang, Perumahan Dan Kawasan Permukiman pada khususnya.

Demikian kami sampaikan, terima kasih.

Penyusun

PT. FASADE KOBETAMA

INTERNASIONAL

Page 3: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

1

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan

Permukiman Kabupaten Bangli adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Bangli yang membantu tugas Bupati Bangli dalam melaksanakan

program dan kegiatan pembangunan di Kabupaten Bangli, khususnya bidang

Infrastruktur/ Fasilitas Wilayah dalam rangka meningkatkan keamanan,

kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan daya saing daerah

serta tugas-tugas lainnya yang terkait dengan Infrastruktur ke-PU-an.

Dalam upaya meningkatkan efektifitas kinerja pemerintah di bidang

infrastuktur khususnya infrastruktur jalan darat baik dalam lingkup perencanaan,

pelaksanaan pembangunan operasional dan pemeliharaan serta pengendalian,

maka diperlukan ketersediaan peta dan basis data jalan yang lebih akurat, lengkap

dan dapat diperbaharui.

Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Bangli perlu

memiliki database ruas jalan kabupaten dan jembatan yg dapat diintegrasikan dan

diaplikasikan pada Sistem Informasi Jalan dan Jembatan dengan berbasis Sistem

Informasi Geografis (SIG). Dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan peta

sebagaimana dimaksud diatas, maka Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan

Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten

Bangli akan melaksanakan Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan DED

Pembuatan Data Base Jalan di Kabupaten Bangli melalui dana APBD Kabupaten

Bangli T.A 2017.

1.2. Maksud dan Tujuan

Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan DED Pembuatan Data

Base Jalan di Kabupaten Bangli dimaksudkan untuk menyediakan sarana

basisdata (database) ruas jalan kabupaten dan jembatan yang dapat diaplikasikan

pada Sistem Informasi Jalan dengan berbasis sistem database dan Sistem

Page 4: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

2

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Informasi Geografis (SIG).

Adapun Tujuan Kegiatan adalah:

a. Pembuatan peta jaringan jalan kabupaten dan jembatan, sehingga

terbentuk suatu data-data bereferensi geografis yang terintegrasi sebagai

suatu database jaringan jalan kabupaten dan jembatan di Kabupaten

Bangli.

b. Terintegrasinya database ruas jalan kabupaten dan jembatan pada Sistem

Informasi Jalan yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)

1.3. Sasaran

Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah

sebagai berikut:

a. Terbentuknya Sistem Informasi/ Database Jalan Kabupaten dan Jembatan

Berbasis Spasial di Kabupaten Bangli yang dapat diakses dengan cepat,

akurat, dan mudah

b. Tersedianya data dan informasi yang diperlukan oleh pengguna berupa peta,

dan laporan.

1.4. Produk/ Keluaran

Keluaran/ output yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini adalah:

1. Perangkat lunak aplikasi yang telah dikembangkan yang telah terpasang

dan berfungsi dengan baik

2. Laporan Pendahuluan

3. Draft Laporan Akhir

4. Laporan Akhir

5. Album Peta A0 skala 1: 30.000 atau lebih detail

6. CD Laporan

Page 5: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

3

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Referensi Hukum

2.1.1. Undang-undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan

Pada Undang-undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan BAB IIII

mengenai pengelompokan jalan pada pasal 6 dijelaskan bahwa:

1) Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan

khusus.

2) Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan

menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.

3) Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan

diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang

dan jasa yang dibutuhkan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.

Pada pasal 8 dijelaskan:

1) Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri,

jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

2) Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan

jarak jauh, kecepatannrata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi

secara berdaya guna.

3) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi

dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan

jumlah jalan masuk dibatasi.

Page 6: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

4

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

4) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan

masuk tidak dibatasi.

5) Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri

perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal,

dan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),

ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam peraturan pemerintah.

Pada pasal 9 dijelaskan:

1) Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan

nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

2) Jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional,

serta jalan tol.

3) Jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan

ibukota provinsi dengan

4) ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan

strategis provinsi.

5) Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada ayat

(2) dan ayat (3), yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan

pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum

dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan

jalan strategis kabupaten.

Page 7: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

5

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

6) Jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan umum

dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat

pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,

menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat

permukiman yang berada di dalam kota.

7) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan

umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di

dalam desa, serta jalan lingkungan.

8) Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur

dalam peraturan pemerintah.

Pada BAB IV mengenai Jalan Umum, pada bagian keempat

mengenai wewenang pemerintah Kabupaten/ Kota pada pasal 16 disebutkan:

1) Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan

meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.

2) Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi

penyelenggaraan jalan kota.

3) Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan

desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi

pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.

4) Dalam hal pemerintah kabupaten/kota belum dapat melaksanakan

sebagian wewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2), pemerintah kabupaten/kota dapat menyerahkan wewenang tersebut

kepada pemerintah provinsi.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai wewenang penyelengaraan jalan

kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wewenang

penyelengaraan jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan

penyerahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur

dalam peraturan pemerintah.

Page 8: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

6

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Pada pasal 17 disebutkan pengaturan jalan umum meliputi pengaturan

jalan secara umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi,

pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan kota.

Selanjutnya pada pasal 20 disebutkan: pengaturan jalan kabupaten dan jalan

desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi:

1) perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa

berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan

keserasian antardaerah dan antarkawasan;

2) penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten

dan jalan desa;

3) penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa; dan

4) penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten dan jalan desa

Pada BAB IV mengenai Jalan Umum pada bagian Keenam mengenai

Pembinaan Jalan Umum, pada pasal 23 disebutkan: pembinaan jalan umum

meliputi pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional, jalan provinsi,

jalan kabupaten dan jalan desa, serta jalan kota.

Selanjutnya pada pasal 26 disebutkan: pembinaan jalan kabupaten dan

jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi:

1) Pemberian bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan dan pelatihan

para aparatur penyelenggara jalan kabupaten dan jalan desa;

2) Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan

pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang

pengawasan jalan; dan

3) Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan

kabupaten dan jalan desa.

2.1.2. Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan

Pada Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan BAB II

mengenai Jalan Umum, pada bagian ketiga mengenai Fungsi Jalan, dan

Page 9: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

7

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Persyaratan Teknis Jalan, Paragraf 1 mengenai Fungsi Jalan, pada Pasal 9

disebutkan:

1. Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,

fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan.

2. Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada sistem

jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

3. Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem jaringan

primer dibedakan atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan

lingkungan primer.

4. Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan

sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal primer,

dan jalan lingkungan primer.

5. Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem jaringan

sekunder dibedakan atas arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal

sekunder, dan lingkungan sekunder.

6. Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan

sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal

sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.

Sedangkan pada Paragraf 2 mengenai Persyaratan Teknis Jalan

disebutkan pada Pasal 12:

1. Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,

kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,

perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan

tidak terputus.

2. Persyaratan teknis jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.

Bagian Keempat Status Jalan, pada Pasal 25 disebutkan bahwa jalan

umum menurut statusnya dikelompokkan atas:

a. jalan nasional;

Page 10: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

8

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

b. jalan provinsi;

c. jalan kabupaten;

d. jalan kota; dan

e. jalan desa.

Pada Pasal 26 disebutkan: alan nasional sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25 huruf a terdiri atas:

a. Jalan arteri primer

b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota

provinsi;

c. jalan tol; dan

d. jalan strategis nasional.

Pada Pasal 28 disebutkan: jalan kabupaten sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 huruf c terdiri atas:

1) Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dan jalan provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27;

2) Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antaribukota

kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa;

3) jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27 huruf d dan jalan sekunder dalam kota; dan

4) jalan strategis kabupaten.

Pada BAB VI mengenai Penyelenggaraan Jalan, pada Bagian Ketiga

mengenai Pembinaan, pada Paragraf 1 mengenai bagian Umum, pada Pasal 77

disebutkan:

1) Pembinaan jalan umum meliputi pembinaan jalan secara umum, jalan

nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan desa, serta jalan

kota.

Page 11: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

9

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

2) Pembinaan jalan secara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan

pedoman penyelenggaraan jalan;

b. Pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan

dan pelatihan di bidang jalan; dan

c. Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang

jalan dan yang terkait.

3) Pembinaan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan

desa, serta jalan kota meliputi:

a. pemberian bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan dan

pelatihan para aparatur penyelenggara jalan dan pemangku

kepentingan di bidang jalan;

b. pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang

jalan dan yang terkait;

c. pemberian fasilitas penyelesaian sengketa antarwilayah dalam

penyelenggaraan jalan; dan

d. pemberian izin, rekomendasi, dan dispensasi, pemanfaatan ruang

manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.

2.1.3. KEPMEN No. 375/ KPTS/ M/ 2004 tentang Penetapan Ruas-Ruas

Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya sebagai jalan

arteri, jalan kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3

Pada lampiran KEPMEN No. 375/ KPTS/ M/ 2004 tentang Penetapan

Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya sebagai jalan

arteri, jalan kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3, di Provinsi Bali

terdapat ruas jalan sepanjang 1.341,52 km, dengan panjang jalan arteri

sepanjang 201,06 km, jalan kolektor 1 sepanjang 300,58 km, jalan kolektor 2

sepanjang 474,32 km dan jalan kolektor 3 sepanjang 365,56 km. Tabel 1.1.

menunjukkan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya di

Page 12: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

10

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli dan sekitarnya. Sedangkan Gambar 2.1. menunjukkan Peta

Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya di Provinsi Bali.

Tabel 2.1. Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya di

Kabupaten Bangli.

Sumber: KEPMEN No. 375/ KPTS/ M/ 2004

2.1.4. Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan

Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten

Menurut Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang

Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten terdapat total 407 ruas

jalan kabupaten yang dibagi kedalam 4 kcamatan, yaitu Kecamatan

Kintamani, Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli dan Kecamatan Tembuku.

Total panjang ruas jalan Kabupaten adalah sepanjang 907, 32 km, mencakup

57,635 kilometer jalan dalam kota dan 849, 677 kilometer jalan luar kota

dengan rerata jebar jalan kabupaten adalah 3,43 meter. Ruas jalan kabupaten

dibagi menjadi ruas jalan untuk lalu lintas umum (LU), jalan kota (KOTA)

dan jalan untuk lalu lintas pariwisata (PAR).

Page 13: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

11

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

2.2. Tinjauan Pustaka

2.2.1. Jalan

2.2.1.1. Pengertian Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori, dan jalan kabel (Undang-Undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan).

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat

oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga

dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang

mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat

(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus

ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan

pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan

akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang

aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat

penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna

jalan.

2.2.1.2. Kualifikasi Jalan

Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 3 klasifikasi yaitu:

klasifikasi menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut Administrasi Pemerintah,

klasifikasi menurut Muatan sumbu (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun

2006).

A. Klasifikasi menurut Fungsi Jalan

Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:

a. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara efisien.

Page 14: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

12

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

b. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi

dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan

jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk

tidak dibatasi.

d. Jalan Lingkungan yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata

rendah.

(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

B. Klasifikasi Berdasarkan Administrasi Pemerintahan

Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum

penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah

daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,

jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan

jalan strategis nasional, serta jalan tol.

b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota

kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis

provinsi.

c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer

yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten

dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten

dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum

dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan

strategis kabupaten.

d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

Page 15: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

13

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta

menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

C. Klasifikasi Berdasarkan Muatan Sumbu

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan

angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan

transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan

karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor,

muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.

Pengelompokkan jalan ada 4, menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas

jalan, terdiri dari:

a. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum

digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai

negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat

sebesar 13 ton;

b. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai

untuk angkutan peti kemas

c. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton

d. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500

Page 16: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

14

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan

sumbu terberat yang diizinkan 8 ton

e. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

(KEPMEN PU No. 375/ KPTS/ M/ 2004)

2.2.2. Basisdata

2.2.2.1. Data dan Basisdata

Data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain

yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa,

aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkatnya, data merupakan

suatu kenyataan apa adanya (raw facts). Sedangkan, informasi adalah data yang

ditempatkan pada konteks yang penuh arti oleh penerimanya. Gambar 2.1.

menunjukkan hubungan data dengan informasi (Rahman, 2008).

Gambar 2.1. Hubungan Data dengan Informasi

(Sumber: Rahman, 2008)

Dalam informasi terdapat banyak atribut atau kualitas-kualitas untuk

membantu kita di dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan kebutuhan-

kebutuhan informasi yang spesifik (Prahasta, 2005). Gambar 2.2. menunjukkan

atribut-atribut dari informasi.

Page 17: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

15

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.2. Atribut Informasi

(Sumber: Prahasta, 2005)

Pada saat kebutuhan-kebutuhan informasi diidentifikasi dan didefinisikan,

informasi-informasi tambahan masih mungkinkan dilibatkan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan ini. Jumlah cara yang ditempuh data hingga akhirnya

(dikonversikan) menjadi informasi hampir sama dengan jumlah situasi spesifik

yang bisa diidentifikasi (Mustakini, 2009).

Pada dasarnya, data harus diproses terlebih dahulu sebelum dianggap

sebagai informasi oleh penerimanya. Jika prosesnya kompleks, kompleksitasnya

dapat direduksi dengan memecahkan prosesnya menjadi beberapa sub-proses

yang lebih kecil. Tanpa memperhatikan mekanisme bagaimana datanya diproses,

kita dapat mengidentifikasi paling tidak 10 langkah pemrosesan atau operasi yang

dilakukan untuk mengkonversi data hingga menjadi informasi. Setiap operasi atau

kombinasinya dapat menghasilkan informasi dari suatu data (Mustakini, 2009).

Sedangkan basis data (database) adalah sekumpulan data yang terintegrasi

yang diorganisasi untuk memenuhi kebutuhan pemakai untuk keperluan

organisasi. DBMS (Data Base Management System) adalah perangkat lunak yang

menangani semua pengaksesan ke data base (Ladjamudin, 2005)

Page 18: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

16

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Struktur File Database (Ladjamudin, 2005):

a. Data adalah satu satuan informasi yang akan diolah, dimana sebelum

diolah dikumpulkan di dalam suatu file database. Pengumpulan data

dilakukan secara sistematis menurut struktur file database tersebut.

b. RECORD adalah data yang isinya merupakan satu kesatuan seperti Nama,

Alamat, Nomor Telepon. Setiap keterangan yang mencakup Nama,

Alamat dan Nomor Telepon dinamakan satu record. Dan setiap record

diberi nomor urut yang disebut nomor record (Record Number). Ukuran

suatu file database ditentukan oleh jumlah record yang tersimpan di

dalamnya.

c. FIELD adalah sub bagian dari Record. Dari contoh isi record diatas maka

terdiri dari 3 field, yaitu field Nama, field Alamat dan field Nomor

Telepon.

Tabel 2.1 menunjukkan perbedaan file manajemen tradisional dan file

manajemen basisdata. Sedangkan Tabel 2.2. menunjukkan kelemahan file

manajemen tradisional dan file manajemen basisdata

Tabel.2.1 Perbedaan Data Tradisional dan Basis data

Perbedaan

File manajemen tradisional File manajemen basisdata

1. Program Oriented

2. Kaku

3. Kerangkapan data

1. Data Oriented

2. Luwes

3. Tidak terjadi kerangkapan data

(Sumber: Ladjamudin, 2005)

Page 19: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

17

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Tabel.2.2. Kelemahan File Manajemen Tradisional dan File Manajemen Basis

data

Kelemahan

File manajemen tradisional File manajemen basisdata

1. Timbulnya data rangkap dan

ketidak konsistenan data

2. Data tidak dapat digunakan secara

bersama-sama

3. Kesukaran dalam mengakses data

4. Tidak fleksibel

5. Data tidak standart

1. Storage yang dibutuhkan besar

2. Dibutuhkan tenaga spesialis

3. Software mahal

4. Kerusakan pada data base dapat

mempengaruhi departemen lain

yang terkait

(Sumber: Ladjamudin, 2005)

Keuntungan file manajemen data base :

a. Tidak terjadi kerangkapan data

b. Data lebih konsisten

c. Data dapat digunakan bersama-sama

d. Data dapat distandarisasi

e. Keamanan data dapat terjamin

f. Integritas data terpelihara

g. Data independen

(Ladjamudin, 2005)

Menurut Delima (2007), terdapat serangkaian komponen basisdata yang

membentuk sebuah sistem seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Komponen Rangkaian Sistem Basisdata

Page 20: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

18

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

(Sumber: Delima, 2007)

Hardware

Meliputi PC sampai dengan jaringan komputer.

Tempat penyimpanan secondary (manegtic disk), I/O device ex:

disk drives), device Controller, I/O Channels, dan lainnya.

Hardware processor dan main memory, digunakan untuk

mendukung saat eksekusi system software database.

Software

DBMS, operating system, network software (jika diperlukan) dan

program aplikasi pendukung lainnya.

Data

Data pada sebuah system database baik itu single-user system

maupun multi-user system harus terintegrasi dan dapat digunakan

bersama (Integrated and Shared).

Digunakan oleh organisasi dan deskripsi dari data disebut schema.

Prosedur

Instrukti dan aturan yang harus disertakan dalam mendesain dan

menggunakan database dan DBMS.

Pengguna/ Manusia

DA (Data Administrator), seseorang yang berwenang untuk

membuat keputusan stategis dan kebijakan mengenai data yang ada

DBA (DataBase Administrator), menyediakan dukungan teknis

untuk implementasi keputusan tersebut, dan bertanggung jawab

atas keseluruhan kontrol system pada level teknis

Database Designer (Logical and Physical)

Application Programmers, bertanggungjawab untuk membuat

aplikasi database dengan menggunakan bahasa pemrograman yang

ada, seperti : C++, Java, dan lainnya.

End Users, Siapapun yang berinteraksi dengan sistem secara online

melalui workstation/terminal.

(Delima, 2007)

Page 21: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

19

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Menurut (Ladjamudin, 2005) terdapat beberapa fungsi dari basisdata,

yaitu:

a. Data definition

DBMS harus dapat mengolah pendefinisian data

b. Data editing

DBMS harus dapat menangani permintaan-permintaan dari

pemakai untuk mengakses data

c. Data security and integrity

DBMS harus dapat memeriksa keamanan dan integriti data yang

didefinisikan oleh DBA

d. Data recovery and concurrency

DBMS harus dapat menangani kegagalan pengaksesan database

yang disebabkan oleh kesalahan system, kerusakan disk dan

sebagainya.

DBMS harus dapat memantau pengaksesan data yang konkuren

yaitu bila satu data diakses secara bersama-sama oleh lebih dari

satu pemakai pada saat bersamaan.

e. Data dictionary

Tempat penyimpanan informasi yang menggambarkan data dalam

database. Data dictionary disebut juga metadata (data mengenai

data).

Berisi tentang:

Nama-nama pengguna yang mempunyai wewenang untuk

penggunaan basis data

Nama-nama data

Jenis-jenis dan ukuran data

Batasan untuk masing-masing data

f. Performance

DBMS harus dapat menangani unjuk kerja dari semua fungsi

seefisien mungkin.

Page 22: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

20

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gabungan antara basis data dan perangkat lunak SMBD (Sistem

Manajemen Basis Data) termasuk di dalamnya program aplikasi yang dibuat dan

bekerja dalam satu sistem disebut dengan Sistem Basis Data. Sistem Basis Data

adalah suatu sistem menyusun dan mengelola record-record menggunakan

komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional

lengkap sebuah organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi

yang optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan. Salah

satu cara menyajikan data untuk mempermudah modifikasi adalah dengan cara

pemodelan data. Model yang banyak dipergunakan adalah Entity Relationship

Model. Model Entity Relationship adalah representasi logika dari data pada suatu

organisasi atau area bisnis tertentu dengan menggunakan Entity dan Relationship.

Gambar 2.4 menunjukkan konsep sistem basisdata (Nugroho, 2004).

Gambar 2.4. Konsep Sistem Basis Data

(Sumber: Nugroho, 2004).

Page 23: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

21

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

2.2.2.2. Model Data Spasial

Model data spasial merupakan kumpulan konsep-konsep yang terintegrasi

untuk menggambarkan data, hubungan antar data, dan batasan-batasan data dalam

cakupan keruangan (Fathansyah, 2012).

Data Model terdiri dari:

a. Bagian struktural, berisikan sekumpulan aturan berdasarkan database yang

dapat dibuat;

b. Bagian manipulasi, mendefinisikan tipe operasi yang boleh dilakukan;

c. Aturan-aturan Integritas.

Kegunaan Data Model diantaranya untuk:

a. Merepresentasikan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk

dipahami.

b. Untuk menetapkan konsistensi dalam memandang, mengorganisir,

menginterpretasikan dan memperlakukan database.

Jenis-jenis Model data:

a. Object-Based Data Models

Entity-Relationship, Semantic, Functional, Object-Oriented.

b. Record-Based Data Models

Relational Data Model, Network Data Model, Hierarchical Data Model.

c. Physical Data Models

Menerangkan bagaimana data disimpan dalam komputer,

merepresentasikan informasi seperti; struktur record, permintaan record,

dan jalur akses

d. Conceptual Modelling

- Skema konseptual merupakan bagian utama dari system yang

menampilkan view seluruh user.

- Merupakan representasi yang akurat dan lengkap dari kebutuhan data

pada organisasi.

- Merupakan proses pembentukan suatu model informasi yang digunakan

dalam organisasi yang terlepas dari detail implementasi.

- Hasilnya merupakan model data konseptual

Page 24: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

22

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

2.2.3. Penginderaan Jauh dan Citra satelit

2.2.3.1. Penginderaan Jauh

Beberapa pengertian dan definisi dari penginderaan jauh atau remote

sensing adalah sebagai berikut (Sutanto, 1994):

a. Penginderaan jauh adalah pengambilan atau pengukuran data/ informasi

mengenai sifat dari sebuah fenomena, obyek atau benda dengan

menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan

bahan studi.

b. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi

elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat

diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna

c. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau

perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen

lain di atas jauh dari objek yang diindera. Foto udara, citra satelit, dan citra

radar adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.

Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan informasi

mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari

jarak jauh (Sutanto, 1994). Hal ini biasanya berhubungan dengan pengukuran

pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik.

Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penginderaan jauh merupakan salah satu

teknologi penunjang pengelolaan sumber daya alam yang paling banyak

digunakan saat ini. Teknologi penyediaan data penginderaan jauh pun telah

berkembang dengan sangat pesat terutama dengan munculnya sensor-sensor

beresolusi tinggi (highresolution sensors) seperti IKONOS dan Quickbird.

Beragamnya pilihan data menuntut pemahaman yang mendalam mengenai

karakteristik masing-masing data. Berikut ini penjelasan singkat mengenai

karakteristik beberapa data penginderaan jauh yang paling banyak digunakan saat

ini. Untuk memahami karakteristik citra satelit dapat digunakan beberapa

parameter sederhana seperti:

Page 25: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

23

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

a. Resolusi spasial adalah ukuran terkecil objek di permukaan bumi yang

dapat dibedakan olehcitra satelit. Saat ini dikenal citra satelit dengan

resolusi rendah (low resolution), resolusi menegah (medium resolution)

dan resolusi tinggi (high resolution)

b. Resolusi temporal yaitu waktu yang dibutuhkan oleh satelit untuk meliput

kembali satu objekyang sama di permukaan bumi. Resolusi temporal yang

tinggi berarti satelit hanyamembutuhkan waktu yang singkat untuk

mengorbit (memutari) bumi

c. Resolusi spektral menerangkan tentang jumlah dan lebar panjang

gelombang yang dimiliki olehsensor satelit. Resolusi spektral tinggi

(Hyperspectral) berarti sensor memiliki jumlah saluran (band) yang

banyak dengan lebar panjang gelombang yang sempit

d. Resolusi radiometrik adalah tingkat kesensitifan sensor satelit dalam

merekamnilai reflektansi berbagai jenis objek di permukaan bumi. Contoh

respon data penginderaan jauh terhadap air,vegetasi, dan tanah terbuka

ditunjukkan oleh Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Respon sensor terhadap nilai reflektansi berbagai objek

(Sumber: Lillesand and Kiefer, 1992)

Page 26: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

24

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Selain parameter diatas, beberapa ahli juga menjelaskan karakteristik citra

menjadi (Purwadhi, 2008):

a. Pixel

Pixel (picture element) adalah sebuah titik yang merupakan elemen paling

kecil pada citra satelit. Angka numerik (1 byte) dari pixel disebut digital

number (DN). DN bisa ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar antara

putih dan hitam (gray scale), tergantung level energi yang terdeteksi. Pixel

yang disusun dalam order yang benar akan membentuk sebuah citra.

Kebanyakan citra satelit yang belum diproses disimpan dalam bentuk gray

scale, yang merupakan skala warna dari hitam ke putih dengan derajat

keabuan yang bervariasi. Untuk Penginderaan Jauh, skala yang dipakai

adalah 256 shade gray scale, dimana nilai 0 menggambarkan hitam, nilai

255 putih. Dua gambar di bawah ini menunjukkan derajat keabuan dan

hubungan antara DN dan derajat keabuan yang menyusun sebuah citra.

Untuk citra multispectral, masing masing pixel mempunyai beberapa DN,

sesuai dengan jumlah band yang dimiliki. Sebagai contoh, untuk Landsat

7, masing-masing pixel mempunyai 7 DN dari 7 band yang dimiliki. Citra

bisa ditampilkan untuk masing-masing band dalam bentuk hitam dan putih

maupun kombinasi 3 band sekaligus, yang disebut color composites.

b. Contrast

Contrast adalah perbedaan antara brightness relatif antara sebuah benda

dengan sekelilingnya pada citra. Sebuah bentuk tertentu mudah terdeteksi

apabila pada sebuah citra contrast antara bentuk tersebut dengan

backgroundnya tinggi. Teknik pengolahan citra bisa dipakai untuk

mempertajam contrast. Citra, sebagai dataset, bisa dimanipulasi

menggunakan algorithm (persamaan matematis). Manipulasi bisa

merupakan pengkoreksian error, pemetaan kembali data terhadap suatu

referensi geografi tertentu, ataupun mengekstrak informasi yang tidak

langsung terlihat dari data. Data dari dua citra atau lebih pada lokasi yang

sama bisa dikombinasikan secara matematis untuk membuat composite

Page 27: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

25

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

dari beberapa dataset. Produk data ini, disebut derived products, bisa

dihasilkan dengan beberapa penghitungan matematis atas data numerik

mentah (DN).

c. Resolusi

Resolusi dari sebuah citra adalah karakteristik yang menunjukkan level

kedetailan yang dimiliki oleh sebuah citra. Resolusi didefinisikan sebagai

area dari permukaan bumi yang diwakili oleh sebuah pixel sebagai elemen

terkecil dari sebuah citra. Pada citra satelit pemantau cuaca yang

mempunyai resolusi 1 km, masing-masing pixel mewakili rata-rata nilai

brightness dari sebuah area berukuran 1×1 km. Bentuk yang lebih kecil

dari 1 km susah dikenali melalui image dengan resolusi 1 km. Landsat 7

menghasilkan citra dengan resolusi 30 meter, sehingga jauh lebih banyak

detail yang bisa dilihat dibandingkan pada citra satelit dengan resolusi 1

km. Resolusi adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam rangka

pemilihan citra yang akan digunakan terutama dalam hal aplikasi, waktu,

biaya, ketersediaan citra dan fasilitas komputasi.

2.2.3.2. Citra Satelit

Sebuah citra satelit tersimpan sebagai sebuah grid yang disebut pixels

(picture elements) dan masing-masing pixel tersebut berkorespondensi spasial

dengan sebuah area di permukaan bumi. Dengan melakukan transformasi

matematis terhadap data digital, sebuah perangkat lunak pengolah citra digital

akan bisa melakukan pemrosesan sehingga hasilnya dapat diaplikasikan untuk

berbagai kepentingan, salah satunya adalah untuk perencanaan, pemetaan dan

pengendalian pembangunan daerah (Sutanto. 1994).

Manfaat yang paling sederhana dari tersedianya citra satelit beresolusi

tinggi tidak sebatas memanfaatkan gambar dari citra tersebut. Manfaat turunannya

yang lebih kompleks adalah dengan dukungan aplikasi pengolah citra yang

mampu mengolah atau menentukan algoritma pemrosesan citra untuk kepentingan

analisis tertentu. Algoritma yang dimaksud misalnya pemilihan saluran

gelombang, penentuan permukaan, penentuan layer, dan sebagainya – misalnya

untuk menganalisis area pencemaran sungai. Jadi sesungguhnya dengan hanya

Page 28: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

26

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

sebagai gambar saja, sebuah citra satelit sudah dapat dimanfaatkan untuk berbagai

kepentingan (Purwadhi, 2008).

Tersedianya citra satelit beresolusi tinggi telah mampu menyajikan

”wajah” Provinsi secara nyata. Dengan sajian tersebut banyak hal sudah dapat

dilakukan. Misalnya analisis distribusi kawasan terbangun dan tak terbangun,

informasi jalan dan kondisinya, identifikasi daerah padat pemukiman, pola

pemanfaatan lahan, dan bentuk informasi sajian lainnya. Dari identifikasi obyek

yang tersaji pada citra tersebut selanjutnya sudah dapat dilakukan beberapa

interpretasi maupun analisis sederhana sebagai bahan pertimbangan dalam

penentuan suatu kebijakan tertentu atau untuk pemecahan masalah tertentu

(Purwadhi, 2008).

Yang paling sederhana dari sajian sebuah citra satelit adalah visualisasi

obyek eksisting yang ada di permukaan bumi. Gambaran tersebut selanjutnya bisa

dikembangkan lagi menjadi sebuah peta garis yang detil melalui proses on-screen

digitizing, yakni melakukan digitasi pada layar komputer yang sedang menyajikan

citra satelit. Peta garis tersebut akan menjadi peta detail dan paling up to date

dengan kondisi sebenarnya yang ada dilapangan (Purwadhi, 2008). Gambar 2.6.

menunjukkan peta garis jalan yang diciptakan dari citra satelit.

Gambar 2.6. Peta Garis yang Diciptakan dari Citra Satelit.

(sumber: Data Konsultan, 2017)

Page 29: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

27

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Beberapa kajian pemanfaatan citra satelit sebagai referensi terbentuknya

peta dasar, serta manfaat peta dasar itu sendiri pada pengembangan selanjutnya

diantaranya adalah sebagai berikut (Sutanto, 1994):

1. Data dasar sebagai sumber dan acuan pemetaan secara umum untuk

kepentingan perencanaan dan penataan termasuk keterkaitannya dengan

penggunaan lahan (landuse), pemetaan jaringan transportasi, lingkungan,

peta daerah rawan bencana, kepadatan pemukiman penduduk, pemetaan

pesisir/pantai, sungai/saluran irigasi, saluran limbah, pemetaan perbatasan

kabupaten, dan pemetaan tematik lainnya.

2. Penyedian peta dasar sebagai acuan dalam mendukung perencanaan

pekerjaan spesifik lainnya seperti pengembangan sebuah kawasan tertentu,

pengembangan jaringan persampahan, pengembangan rencana tata ruang

bangunan dan lingkungan, Pemetaan Bahan Tambang Galian C, Pemetaan

Air Tanah dan Air Permukaan dll.

3. Penyediaan peta kadaster berupa peta bangunan dan persil yang

selanjutnya dapat dihubungkan dengan basis data Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB), SITU/HO, dan mendukung rencana peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti untuk kepentingan pengelolaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui pemanfaatan teknologi

Geographic Information System (GIS).

4. Pengembangan aplikasi berbasis GIS untuk kepentingan advise planning

yang menyajikan informasi kepada masyarakat mengenai aturan tata

ruang, Ruang Terbuka Hijau Provinsi (RTHK) atau jalur hijau, informasi

mengenai KDB dan KLB dan sempadan.

Gambar 2.7. adalah diagram alir proses pengolahan citra digital dalam hal

ini memakai citra satelit sampai menghasilkan Peta Tematik 1: 5000. Titik ikat

(Ground Control Point) diperoleh melalui survey lapangan dari daerah kajian.

Titik ikat ini harus menyebar sehingga mewakili daerah kajian. Data dari titik ikat

ini sangat menentukan akurasi citra satelit dalam hal posisi geografis dari suatu

obyek (Harintaka, 2003).

Page 30: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

28

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.7. Diagram Alir Pengolahan Citra Satelit

(Harintaka, 2003)

2.2.4. Sistem Informasi Geografis

2.2.4.1. Pengantar Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang mengandung

data yang bereferensi spasial yang dapat dianalisis dan diubah menjadi informasi

bagi sekumpulan maksud tertentu. Definisi SIG sebagai suatu sistem yang dapat:

1. Mengumpulkan, menyimpan, dan menampilkan kembali informasi yang

berdasarkan lokasi spasial

2. Mengidentifikasi lokasi dalam suatu wilayah tertentu yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan

3. Mengeksplorasi keterkaitan antara berbagai kumpulan data dalam suatu

wilayah tertentu

Page 31: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

29

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

4. Memfasilitasi pemilihan dan pendistribusian data bagi model aplikasi

analitis tertentu yang dapat memperkirakan dampak suatu alternatif bagi

kondisi wilayah tertentu

5. Menyajikan wilayah tertentu secara grafis dan numeris baik sebelum

maupun setelah analisis

(Murai, 2006)

Dari berbagai macam pengertian tentang SIG, terdapat beberapa kata

kunci yang sama, yaitu: data berefensi geografis, analisis data (spasial dan atribut)

untuk menghasilkan informasi, maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan di sini bahwa dibandingkan dengan sistem lain, SIG memiliki

kemampuan dalam menangani data dan informasi dalam perspektif geografis. Hal

ini sangat terasa relevansinya terutama dalam hal perencanaan pembangunan

karena perencanaan pembangunan dilaksanakan dalam suatu konteks daerah

(wilayah) tertentu.

Istilah “Geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua

istilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul istilah

yang ketiga, geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di

dalam konteks SIG. Penggunaan kata “Geografis” mengandung pengertian suatu

persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi (Prahasta, 2005).

Istilah “informasi geografis” mengandung pengertian informasi mengenai

tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi

dimana suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai

keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya

diberikan atau diketahui (Prahasta, 2005).

SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai

sumberdaya fisik yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan

bumi. Jadi, SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan

untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran

informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2005). Gambar 2.8

menunjukkan komponen pembentuk SIG.

Page 32: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

30

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.8 Komponen-Komponen Pembentuk SIG

(Sumber: Prahasta, 2005)

Sistem informasi geografis dapat diterapkan pada berbagai bidang.

Beberapa kemampuan dari sistem ini adalah (Prahasta, 2005):

1. Kemampuan Kartografis

Dengan kemampuan ini, pengguna SIG dapat membuat peta dan gambar

teknik secara efektif dan efisien. Kemampuan kartografis ini terdiri dari

proses digitasi, visualisasi grafis, manipulasi garis interaktif, dan plotting.

2. Kemampuan Manajemen Data

SIG memiliki kemampuan dalam menyimpan, mengolah, dan

memanipulasi data yang bereferensi geografis. Kemampuan manajemen

ini termasuk pula kemampuan dalam melakukan proses pengolahan data

atribut (attribute processing), yaitu kemampuan dalam menyimpan dan

menampilkan data atribut tertentu yang berhubungan dengan gambar

geografis tertentu.

Page 33: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

31

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

3. Kemampuan Analisis

Kemampuan analisis adalah kemampuan menginterpretasikan dan

mempelajari data dan informasi yang telah dikumpulkan, untuk keperluan

tertentu. Kemampuan analisis ini meliputi: analisis fungsi-fungsi rekayasa,

kemampuan prediksi/peramalan, operasi-operasi penghitungan, analisis

demografi, analisis sosial budaya, analisis berbagai macam wilayah dan

distrik, penyajian grafik dan tabulasi, analisis overlay, analisis logika,

analisis seleksi.

4. Integrasi SIG dan Multimedia

Kemampuan memadukan SIG dan Multimedia merupakan salah satu hasil

kreativitas putra-putra daerah Bali. Melalui integrasi antara sistem

multimedia dengan SIG, maka tampilan akhir dari hasil analisis SIG

menjadi lebih menarik dan memudahkan dalam membaca serta memahami

hasil.

2.2.4.2. Proses dan Komponen SIG

SIG pada dasarnya melakukan enam proses, yaitu (Prahasta, 2005):

1. Input Data

Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi

ke dalam format digital. Proses tersebut dinamakan Digitasi. Pada pengerjaan

Tugas Akhir ini digitasi yang dilakukan dinamakan digitasi on screen, dimana

proses konversi data dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi

scanning.

2. Transformasi Data

Tipe data yang digunakan dalam SIG mungkin perlu ditransformasikan atau

dimanipulasi dengan beberapa cara agar sesuai dengan sistem. Misalnya

terdapat perbedaan dalam skala, sehingga sebelum dimasukkan dan

diintegrasikan harus ditransformasikan dahulu ke dalam skala yang sama.

Transformasi ini bias bersifat sementara untuk ditampilkan saja atau secara

permanen untuk proses analisis.

Page 34: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

32

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

3. Editing

Tahap editing merupakan tahap koreksi digital. Koreksi tersebut dapat berupa

penambahan atau pengurangan arc atau feature yaitu dengan mengedit arc

(data grafis) yang berlebih (overshoot) atau menambah arc yang kurang

(undershoot). Editing juga dilakukan untuk menambahkan arc secara manual

seperti membuat polygon, line maupun point.

4. Manajemen Data

Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke

pengolahan data-data deskriftif, dalam hal ini meliputi annotasi (pemberian

tulisan pada coverage), labeling (pemberian informasi pada peta

bersangkutan), dan attributing yaitu tahap dimana setiap label ID hasil proses

labeling diberi tambahan atribut yang dapat memberikan sejumlah informasi

tenteng polygon atau arc yang diwakilinya.

5. Query dan Analisis

Query pada SIG pada dasarnya merupakan proses analisis tetapi dilakukan

secara proses tabular. Secara fundamental analisis pada SIG menggunakan

analisis spasial. SIG memiliki banyak kelebihan dalam analisis spasial, tetapi

dua hal yang paling penting yaitu:

a) Analisis Proximity

Merupakan analisis geografis yang berbasis pada jarak antar layer.

Pertanyaan-pertanyaan seperti, berapa banyak rumah yang berada di

daerah aliran sungai (DAS). Dalam analisis proximity SIG menggunakan

proses yang disebut buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar

layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar

sifat bagian yang ada.

b) Analisis Overlay

Proses integrasi data dari lapisan layer-layer yang berbeda disebut overlay.

Secara sederhana, hal ini dapat disebut operasi visual, tetapi operasi ini

secara analisis membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan

secara fisik. Secara contoh overlay atau special join yaitu integrasi antara

Page 35: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

33

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

data tanah, lereng dan vegetasi atau kepemilikan lahan dengan nilai

taksiran pajak bumi.

6. Visualisasi

Untuk beberapa tipe operasi geografi, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam

peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan

informasi geografis.

Secara umum SIG bekerja berdasarkan integrasi 5 komponen, yaitu

hardware, software, data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai

berikut (Budianto, 2010).

1. Perangkat Keras ( Hardware )

Adalah komputer dimana sistem informasi geografis beroperasi. Kondisi

saat ini, SIG dapat bekerja pada perangkat keras dengan range type yang

luas, mulai dari komputer server terpusat sampai komputer desktop yang

digunakan sebagai stand alone atau konfigurasi jaringan.

2. Perangkat Lunak ( Software )

Perangkat lunak SIG menghasilkan fungsi dan alat yang dibutuhkan untuk

membuat, mengolah, menganalisis dan menampilkan informasi geografis,

misalnya:

a. Tools untuk masukan dan manipulasi data.

b. Suatu sistem pengelolaan basisdata (DBMS).

c. Tools yang mendukung query, analisis dan visualisasi geografis.

d. Graphical User Interface (GUI) untuk pengaksesan tools.

3. Data

Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara

fundamental SIG bekerja dengan dua tipe model data geografis yaitu model

data vektor dan model data raster. Model data vector menampilkan,

menempatkan, dan meyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik,

garis-garis atau kurva, atau polygon beserta atribut-atributnya. Model data

raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan

menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.

Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya

Page 36: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

34

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

yang unik (di sudut grid/pojok), di pusat grid, atau ditempat yang lainnya).

Akurasi model data ini sangan bergantung pada resolusi atau ukuran

pikselnya (sel grid) di permukaan bumi.

4. Manusia

Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola

sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi

dunia nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi lain pemakai SIG pun

memiliki tingkatan tertentu dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan

memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk

menolong pekerjaan mereka sehari-hari.

5. Metode

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan

aturan dunia nyata. Dimana, metode model dan implementasi akan berbeda-

beda untuk setiap permasalahan.

2.2.4.3. Pengolahan Data dalam SIG

Pengolahan data SIG meliputi kegiatan sebagai berikut (Budianto, 2010):

1. Digitasi Peta Dasar

Digitasi peta dilakukan pada peta Rupabumi Indonesia, skala 1: 25.000

yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan survey dan

digitasi peta termasuk pemutakhiran data (map updating). Konversi data

ke dalam format digital ini dilakukan layer demi layer yang dilengkapi

dengan topologi.

2. Import Data

Import data dilakukan pada citra satelit yang memiliki format berbeda

dengan software pengolahnya. Konversi format data ini merupakan proses

awal yang hampir selalu dilakukan pada pekerjaan image processing.

3. Koreksi Geometri Citra

Koreksi geometri citra diperlakukan agar citra satelit mempunyai referensi

atau sistem koordinat peta. Koreksi geometris ini dapat dilakukan dengan

3 (tiga) metode yaitu: citra ke citra (yang telah dikoreksi sebelumnya),

Page 37: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

35

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

citra ke ground, yaitu koordinat peta diukur langsung di lapangan dengan

menggunakan GPS (Global Positioning Systems) dan citra ke peta.

4. Pengolahan Digital Citra

Citra satelit akan di proses secara digital untuk meningkatkan resolusi

spasial standart 25 m pada saluran multispektral menjadi 15 m berwarna.

Proses ini dilakukan dengan model pengolahan digital fusi citra (image

data fusion) dengan metode transformasi Brovey (Brovey Transform).

Proses ini dilakukan untuk keperluan interpretasi visual objek planimetris,

seperti jaringan transportasi dan sungai serta objek planimetris lain yang

ada pada daerah ini.

5. Klasifikasi Citra Satelit

Proses lain yang juga dilakukan adalah melakukan klasifikasi digital yang

dilengkapi dengan pendekatan knowledge base dalam ekstraksi informasi

spasial penggunaan lahannya. Proses klasifikasi ini akan dilakukan dengan

metode klasifikasi beracuan (supervised classification) dan proses

filtering. Model klasifikasi digital dengan akurasi pengelompokan yang

jauh lebih akurat dibandingkan mata manusia ini akan dilengkapi dengan

interprestasi visual data hasil Transformasi Brovey. Model klasifikasi

digital dilakukan dengan mengelompokkan susunan objek yang dikenali

sebagai sampel (sampling area). Secara otomatis software pengolah citra

akan mencari susunan pixel yang sama dengan daerah sampel sehingga

akan membentuk kelas tersendiri. Citra hasil dari klasifikasi ini kemudian

dilakukan uji lapangan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi dan

untuk mengetahui pixel-pixel yang meragukan. Penyimpangan yang

terjadi dari hasil uji lapangan tidak boleh lebih dari 3% daerah uji. Hasil

dari klarifikasi ini dipergunakan untuk pemutahiran peta rupa bumi

Indonesia yang telah didigitasi menggunakan metode digital light table

effect dan raster-vector overlay.

6. Pemutakhiran Informasi Spasial

Pemutakhiran informasi spasial peta akan dilakukan dengan metode

raster-vector overlay yang dilengkapi dengan light table effect untuk

Page 38: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

36

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

interpretasi dan menganalisa informasi spasial penggunaan lahan.

Pemutakhiran informasi spasial planimetris akan dilakukan dengan raster-

vector overlay. Model integrasi ini dilakukan dengan model klasifikasi

digital citra dan interpretasi citra secara visual untuk perolehan data spasial

hasil pemutakhiran yang akurat. Objek tertentu yang dirasa penting untuk

dipetakan dan tidak terlihat jelas pada citra akan dipetakan menggunakan

alat bantu GPS pada suatu pekerjaan survey lapangan. Hasil akhir dari

pekerjaan pemutakhiran ini berupa data spasial penggunaan lahan digital

dalam GIS.

7. Survey Lapangan

Survey lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan

dalam interpretasi di laboratorium, mencari informasi spasial objek yang

meragukan pada citra dan plotting posisi objek yang penting dan tidak

dapat diekstrak secara langsung pada citra.

8. Re-interpretasi dan Editing

Pekerjaan ini dilakukan untuk melakukan perbaikan hasil interpretasi citra

yang tidak akurat berdasarkan hasil pekerjaan lapangan, Pekerjaan ini akan

dilakukan di laboratorium secara digital untuk perolehan informasi spasial

mutahir yang final.

9. Edge Matching

Edge Matching akan dilakukan agar kesesuaian antar lembar sheet peta

dapat dibentuk, proses ini akan dilakukan secara digital pada semua layer

dan bersebelahan.

10. Kartografi Digital dan Produksi Peta

Proses kartografi akan dilakukan secara full digital untuk perolehan layout

peta yang standar sesuai dengan kaidah kartografi yang berlaku selama ini.

Penyusunan model kartografi pada pekerjaan ini akan mengacu pada

model kartografi peta tematik yang dikeluarkan Badan Informasi

Geospasial.

Page 39: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

37

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

11. Penyusunan dan Pemodelan Basis Data

Penyusunan basis data akan dilakukan pada semua data spasial GIS format

hasil pekerjaan, yang terdiri dari data spasial penggunaan lahan, data

attribute dan peta-peta tematik yang dihasilkan.

2.2.4.4. Struktur Data dalam SIG

Struktur data yang digunakan sebagai representasi dari kondisi asli

kenampakan objek yang ada di bumi di dalam pengolahan data base SIG dibagi

dalam dua kelompok jenis data spasial, yaitu basis data dalam struktur vektor dan

basis data dalam struktur grid/raster (Budianto, 2010).

Representasi dari struktur data vektor adalah mengasumsikan dunia nyata

(real world) dalam bentuk objek (entity) yaitu: titik (point), garis (line) dan area

(polygon). Struktur data vektor ini memandang objek-objek data tersebut sebagai

model data diskrit, atau dengan kata lain semua objek tersebut dianggap

mendefinisikan batas-batas fisiknya secara jelas. Batas-batas ini akan sangat jelas

kenampakannya pada peta-peta di mana garis-garis akan mengimplikasikan batas-

batas yang tajam dan tidak halus. Kelemahan dari struktur data vektor ini adalah

apabila harus merepresentasikan nilai-nilai yang eksak dari variabel ketinggian

yang diukur secara eksak pula dari permukaan bumi. Demikian juga apabila harus

menggambarkan fenomena yang mempunyai batas-batas fisik yang tidak jelas

misalnya jenis tanah, densitas penduduk, suhu, curah hujan atau jenis batuan

(geologi) (Budianto, 2010).

Basis data spasial dari SIG untuk merepresentasikan objek yang tidak

dapat terwakilkan oleh data dalam struktur vektor adalah dengan

merepresentasikan objek ke dalam model data grid/raster. Model data grid/raster

ini adalah untuk merepresentasikan objek-objek yang tidak mempunyai batas fisik

yang jelas atau dengan kata lain adalah untuk mewakili objek-objek yang

mempunyai nilai obyek terus menerus (continuous) atau tersebar (distributed).

Model data ini merepresentasikan objek dalam bentuk piksel-piksel matrik dengan

ukuran tertentu sehingga kualitas hasilnya akan bergantung pada ukuran

Page 40: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

38

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

sel/resolusi yang digunakan. Gambar 2.9. menunjukkan model struktur data dalam

GIS (Budianto, 2010).

Gambar 2.9. Model Struktur Data Dalam GIS

(Sumber: Budianto, 2010).

A. Model Data Raster

Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam bentuk

matriks atau piksel dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai tertentu dan

memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat yang unik. Tingkat

keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran piksel atau biasa disebut

dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam penginderaan jauh

yang berbasiskan citra satelit maupun airborne (pesawat terbang). Selain itu

model ini digunakan pula dalam membangun model ketinggian Digital Elevation

Model (DEM) dan model permukaan Digital Terrain Model (DTM) (Purwadhi,

2008).

Model raster memberikan informasi spasial terhadap permukaan di bumi

dalam bentuk gambaran yang di generalisasi. Representasi dunia nyata disajikan

sebagai slemen matriks atau piksel yang membentuk grid yang homogen. Pada

setiap piksel mewakili setiap objek yang terekam dan ditandai dengan nilai-nilai

tertentu. Secara komseptuap, model raster merupakan model data spasial yang

Page 41: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

39

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

paling sederhana. Gambar 2.10 menunjukkan struktur data raster (Purwadhi,

2008).

Gambar 2.10. Struktur Model Data Raster

(Sumber: Purwadhi, 2008)

Karakteristik utama data raster adalah bahwa dalam setiap sel/piksel

mempunyai nilai. Nilai sel/ piksel dapat memiliki nilai positif atau negative,

integer, dan floating point untuk dapat memrepresentasikan nilai continuous (lihat

gambar 2). Data raster disimpan dalam suatu urutan nilai sel/piksel. Sebagai

contoh: 80. 74, 45, 45, 34, dan seterusnya.

Pemanfaatan model data raster banyak digunakan dalam berbagai aplikasi,

akan tetapi Murai (2006), membagi menjadi empat kategori utama, yaitu:

1. Raster Sebagai Peta Dasar

Data raster biasanya digunakan sebagai tampilan latar belakang (background)

untuk suatu layer dari objek yang lain (vektor). Sebagai contoh foto udara

ortho ditampilkan sebagai latar dari objek jalan sperti pada Gambar 2.11. Tiga

sumber utama dari peta dasar raster adalah foto udara, citra satelit, dan peta

hasil scan.

Page 42: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

40

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.11. Foto Udara (Raster)

(Sumber: Murai 2006)

2. Raster Sebagai Peta Model Permukaan

Data raster sangat cocok untuk merepresentasikan data permukaan

bumi. Data dapat menyediakan metode yang efektif dalam menyimpan

informasi nilai ketinggian yang diukur dari permukaan bumi. Selain dapat

merepresentasikan permukaan bumi, dara raster dapat pula merepresentasikan

curah hujan, temperature, konsentrasi, dan kepadatan populasi. Pada Gambar

2.12 ini memperlihatkan nilai ketinggian suatu permukaan bumi. Warna hijau

memperlihatkan permukaan yang rendah, dan berikutnya merah, pink dan

putih menunjukan permukaan yang semakin tinggi.

Gambar 2.12. Data Raster Memodelkan Permukaan Bumi

(Sumber: Murai 2006)

Page 43: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

41

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

3. Raster Sebagai Peta Tematik

Data raster yang merepresentasikan peta tematik dapat diturunkan dari

hasil analisis data lain. Aplikasi analisis yang sering digunakan adalah dalam

hal klarifikasi citra satelit untuk menghasilkan kategori tutupan lahan (land

cover). Pada dasarnya aktifitas yang dilakukan adalah mengelompokan nilai

dari data multispektral kedalam kelas tertentu. (seperti tipe vegetasi) dan

memberikan nilai terhadap kategori tersebut. Peta tematik juga dapat

dihasilkan dari operasi geoprocessing yang dikombinasikan dari berbagai

macam sumber seperti vector, raster, dan data permukaan. Sebagai contoh

dalam menghasilkan peta kesesuaian lahan dihasilkan melalui operasi dengan

menggunakan data raster sebagai masukannya. Gambar 2.13 menampilkan

data raster dalam data tutupan lahan.

Gambar 2.13. Data Raster dalam Data Tutupan Lahan

(Sumber: Murai 2006)

4. Raster Sebagai Attribut dari objek

Data raster dapat pula digunakan sebagai atribut dari suatu objek, baik

dalam foto digital, dokumen hasil scan atau gambar hasil scan yang

mempunyai hubungan dengan objek geografi atau lokasi. Sebagai contoh

dokumen kepemilikan persil dapat ditampilkan sebagai atribut objek persil.

Page 44: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

42

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

B. Model Data Vektor

Model data vector merupakan model data yang paling banyak digunakan,

model ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk

membangun objek spasialnya. Objek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian

lagi yaitu berupa titik (point), garis (line), dan area (polygon) (Rahman, 2008).

1. Titik (Point)

Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada suat objek.

Titik tidak mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk simbol

baik pada peta maupun dalam layar monitor. Contoh: Kota, Gunung, Candi,

dll.

2. Garis (Line)

Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan

merepresentasikan objek dalam satu dimensi. Contoh: Jalan, Sungai, dll.

3. Area (Polygon)

Polygon merupakan representasi objek dalam dua dimensi. Contoh: Danau,

Persil Tanah, dll.

Vektor berbasis GIS didefinisikan sebagai vektorial dari data geografis.

Menurut karakteristik dari model data, objek geografis secara ekplisit

digambarkan dengan karakteristik spasial yang di asosiasikan dengan aspek

thematic (Charter, 2004)

Ada cara yang berbeda untuk mengorganisasikan database rangkap ini

(Spasial dan Thematic). Biasanya, sistem vektorial terdiri dari dua komponen;

yang pertama mengatur data spasial dan yang lainnya mengatur data thematic. Ini

dinamakan dengan organisasi sistem hibrid, dimana terhubung sebagai basisdata

relational pada attributnya secara topologi untuk data spasial. Elemen kunci pada

sistem ini diidentifikasikan pada setiap objek. Indentifikasi ini adalah unix dan

berbeda untuk setiap objek dan memungkinkan sistem untuk terhubung dengan

basis data. Pada model dasar vektor, data geospasial di gambarkan dengan bentuk

koordinat. Pada data Vektor unit dasar dari informasi spasial berupa titik, garis

(arch) dan poligon. Masing-masing unit ini secara sederhana terkolaborasi sebagai

sebuah series untuk satu atau beberapa titik koordinat, sebagai contoh sebuah

Page 45: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

43

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

garis terdiri dari kumpulan beberapa titik, dan poligon merupakan kumpulan dari

beberapa garis (Charter, 2004). Gambar 2.14 menunjukkan model data vektor.

Gambar 2.14. Model Data Vektor

(Sumber: Charter, 2004)

Model data vector terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya (Charter,

2004)

1. Topologi, biasa digunakan dalam analisis spasial dalam SIG. Tapologi

merupakan model data vektor yang menunjukan hubungan spasial diantara

objek spasial. Salah satu contoh adalah bahwa bentuk titik, dan kedua garis

tersebut secara eksplisit dalam atributnya mempunyai informasi sebelah kiri

dan sebelah kanan. Topologi sangat berguna pada saat melakukan deteksi

kesalahan pada saat proses digitasi. Selain itu berguna pula dalam melakukan

proses analisis spasial yang bersifat kompleks dengan melibatkan data spasial

yang cukup besar ukuran filenya. Salah satu contoh analisis spasial yang dapat

dilakukan dalam format topologi adalah proses tumpang tindih (overlay) dan

analisis jaringan (network analysis) dalam SIG.

2. Non Topologi, merupakan model data yang mempunyai sifat yang lebih cepat

dalam menampilkan, dan yang paling terpenting dapat digunakan secara

langsung dalam perangkat lunak (software) SIG yang berbeda-beda. Non-

topologi digunakan dalam menampilkan atau memproses data spasial yang

Page 46: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

44

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

sederhana dan tidak terlalu besar ukuran filenya. Pengguna hendaknya dapat

mengetahui dengan jelas dari kedua format ini. Sebagai contoh dalam format

ESRI, yang dimaksud dengan format non-topologi adalah dalam bentuk

shapefile, sedangkan format dalam bentuk topologi adalah coverage. Model

data vektor dalam topologi lebih jauh lagi dapat dikembangkan dalam dua

kategori yaitu Data Sederhana (Simple Data) yang merupakan representasi

data yang mengandung tiga jenis data (titik, garis, poligon) secara sederhana.

Sedangkan Data Tingkat Tinggi (Higher Data Level), dikembangkan lebih

jauh dalam melakukan permodelan secara tiga dimensi (3D). Model tersebut

adalah dengan menggunakan TIN (Triangulated Irregular Network). Model

TIN merupakan suatu set data yang membentuk segitiga dari suatu data set

dan tidak saling bertampalan. Pada setiap segitiga dalam TIN terdiri dari titik

dan garis yang saling terhubungkan sehingga terbentuk segitiga. Model TIN

berguna dalam merepresentasikan ruang (spasial) dalam bentuk 3D, sehinggal

dapet mendekati kenyataan dilapangan. Salah satu diantaranya adalah dalam

pembangunan Model Permukaan Bumi Digital (Digital Terrain Model/DTM).

3. Region, merupakan sekumpulan polygon dimana masing-masing polygon

tersebut dapat atau tidak mempunyai keterkaitan diantaranya akan tetapi saling

bertampalan dalam satu data set.

4. Segmentation, adalah model data yang dibangun dengan menggunakan

segmen garis dalam rangka membangun model jaringan (network).

Gambar 2.15. menunjukkan kategori model data vector.

Page 47: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

45

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

MODEL DATA VEKTOR

NON-TOPOLOGI TOPOLOGI

DATA SEDERHANA

(SIMPLE DATA)

DATA TINGKAT TINGGI

(HIGHER-DATA LEVEL)

TIN

(TRIANGULATED

IRREGULAR NETWORK)

REGIONSDYNAMIC

SEGMENTATION

Gambar 2.15. Kategori Model Data Vektor

(Sumber: Charter, 2004)

2.2.4.5. WebGIS

Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang

untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat

geografi. GIS memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan

melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data.

Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak hanya secara jumlah applikasi namun juga

bertambah dari jenis keragaman applikasinya. Pengembangan applikasi GIS

kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web yang dikenal dengan Web

GIS. Hal ini disebabkan karena pengembangan applikasi di lingkungan jaringan

telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geo

informasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana

pengguna dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online

melalui jaringan intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya.

Secara umum Sistem Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada

prinsip input/masukan data, managemen, analisis dan representasi data. Di

lingkungan web prinsip-prinsip tersebut di gambarkan dan di implementasikan

seperti pada Tabel 2.3 (Nugroho, 2005).

Page 48: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

46

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Table 2.3. Prinsip SIG dan Pengembangan Web

Prinsip SIG Pengembangan Web

Data Input Client

Manajemen Data DBMS dengan komponen spasial

Analisys Data GIS Library di Server

Representasi Data Client/server

(Sumber: Nugroho, 2005)

A. Arsitektur WebGIS

Untuk dapat melakukan komunikasi dengan komponen yang berbeda-beda

di lingkungan web maka dibutuhkan sebuah web server. Karena standart dari geo

data berbeda beda dan sangat spesifik maka pengembangan arsitektur system

mengikuti arsitektur ‘Client Server’ seperti pada Gambar 2.16. (Nugroho, 2005)

Gambar 2.16. Arsitektur WEB GIS

(Nugroho, 2005)

Gambar 2.16 menunjukan arsitektur minimum sebuah system Web GIS.

Applikasi berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai

penyedia data melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer

Page 49: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

47

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Protocol). Applikasi seperti ini bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila

Firefox, Opera, Internet Explorer, dll). Untuk menampilkan dan berinteraksi

dengan data GIS, sebuah browser membutuhkan Pug-In atau Java Applet atau

bahkan keduanya. Web Server bertanggung jawab terhadap proses permintaan dari

penggunan dan mengirimkan tanggapan terhadap respon tersebut. Dalam

arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi dengan komponen

server side GIS. Server side GIS bertanggung jawab terhadap koneksi kepada

basis data spasial seperti menterjemahkan query kedalam SQL dan membuat

representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Side Server GIS

Komponen berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk

analisis spasial pada data. Selain komponen hal lain yang juga sangat penting

adalah aspek fungsional yang terletak di sisi pengguna/ client atau di server.

Gambar berikut dua pendekatan yang menunjukan kemungkinan distribusi

fungsional pada sistem client/server berdasarkan konsep pipeline visualization

(Charter, 2010). Gambar 2.17 menunjukkan system pada client server.

Gambar 2.17. Thin Vs Thick system pada Client Server

(Charter, 2010)

Pendekatan 1: Thin Client: Memfokuskan diri pada sisi server. Hampir

semua proses dan analisa data dilakukan berdasarkan request disisi server.

Data hasil pemrosesan dikirimkan ke client dalam format HTML, yang

Page 50: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

48

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

didalamnya terdapat file gambar sehingga dapat dilihat dengan browser.

Pada pendekatan ini interaksi pengguna terbatas dan tidak fleksibel

(Charter, 2010)

Pendekatan2 : Thick / Client : Pemrosesan data dilakukan disisi client, data

dikirim dari server ke client dalam bentuk data vector yang

disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali dilakukan disisi

client. Cara ini menjadikan penggunan dapat berinteraksi lebih interaktif

dan fleksibel (Charter, 2010).

B. Manajemen Data WebGIS

Untuk melakukan menajeman data geografis paling tidak dibutuhkan

sebuah DBMS (Databese Management System). Pemodelan berorientasi objek

menjadi sangat dibutuhkan karena pemodelan basisdata relational tidak mampu

melakukan penyimpanan data spasial. Pada analisis spasial system manajemen

database memberikan beberapa keragaman. Ada beberapa keragaman applikasi

yang dapat digunakan sebagai database seperti Oracle Spatial, PostgreSQL,

Informix, DB2, Ingres dan yang paling popular saat ini adalah MySQL. Untuk

mendapatkan pengembangan fungsional analisis pada level database beberapa

DBMS telah mendukung procedural bahasa pemrograman. Oracle DBMS

menawarkan dua kemungkinan untuk menghasilkan individual operation dilevel

database. Yang pertama adalah PL/ SQL sebuah procedural bahasa pemrograman.

Yang kedua adalah Java Virtual Machine (JVM) untuk proses Java classes di

level database (Nuryadin, 2005).

C. Mendesain GUI

Untuk berinteraksi, berkomunikasi dan mendapatkan informasi perlu

dirancang sebuah Graphical User Interface (GUI). GUI berinteraksi langsung

dengan user. Karena informasi geografis biasanya sangat kompleks maka akan

ditemui banyak kesulitan dalam pengarsipannya. Menciptakan aspek Dunia

Virtual menjadi hal penting dalam mendesain GUI. Karakteristik untuk

menciptakan dunia virtual adalah Level of Detail (LOD) (Nuryadin, 2005).

Algoritma khusus dibutuhkan untuk mampu menampilkan se-

invisible mungkin tampilan. Penggunaan PHP dan VRML (Virtual Reality

Page 51: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

49

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Modeling Language) adalah sebuah ideal perancangan GUI untuk applikasi Web

GIS. PHP menjadi bahasa yang paling popular untuk menciptakan web dinamis

pada saat ini. VRML dikenalkan oleh Konsorsium Web3D untuk menghasilkan

tampilan peta interaktif dalam web. PHP dapat menghasilkan banyak text

informasi. Dalam PHP, salah satunya menjadi pengendali dari banyak informasi

tersebut. Permintaan dikirimkan oleh VRML MIME (‘model/vrml’) dan kemudian

menuliskan VRML nodenya. Server mengkomunikasikan semua kode PHP saat

mengirimkan respon. Jadi pada line dimana kode JSP ditampilkan server

mengirimkan kembali blank line kepada browser. Sangat perlu untuk memasukan

header PHP dan VRML dan content type nya harus berubah sebelum VRML

header ditentukan, hasil akhirnya bisa menjadi seperti dibawah ini:

<?php

Header (“Tipe-kontent : model/vrml”);

Echo “#VRML V2.0 utf8\n”;

?>

Contoh tersebut menggambarkan integrasi antara PHP dan VRML untuk

membangun sebuah objek (Nuryadin, 2005).

D. Detail Proses

Objek Geo Spasial terdiri dari informasi data spasial dan data non spasial.

Informasi Spasial dapat divisualisasikan dengan mengkonversinya VRML dan

data non Spasial ditampilkan secara dinamis di halaman HTML. Gambar berikut

menunjukkan proses request data standart. Request memanggil desain dari PHP

yang berinteraksi dengan database. Setelah menerima respon sistem mengikuti

alur seperti pada Gambar 2.18 (Charter, 2010).

Page 52: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

50

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.18. Proses Request dan Respon

(Sumber: Charter, 2010)

Database mengirimkan request data ke PHP, hasil respon dari request

berupa format data dikirimkan kembali melalui browser. Disaat client melakukan

request koneksi dilakukan ke DBMS, kemudian informasi spasial yang dipilih

dari DBMS di convert kedalam bentuk VRML. Browser Plug In di sisi client

menampilkan keluaran VRML sebagai keluaran menjadi peta. VRML juga

menyediakan script yang memungkinkan sebuah proses disaat user mengklik

objek. Melalui VRML ini request dikirimkan ke applikasi di server. Server

menerima dan menterjemahkan menjadi informasi dan mengirimkanya ke HTML

untuk di tampilkan ke browser (Charter, 2010)

Untuk menerima data spasial dan non spasial dari DBMS dibutuhkan

sebuah teknik yang mampu mengkomunikasikan antara client dan basisdatapada

server. Teknik seperti ini sudah tersedia di PHP, ASP, ASP.net, atau JSP.

Pemilihan tekniknya disesuaikan dengan web Server yang digunakan. Detail

arsitektur untuk menampilkan data GIS melalui web seperti pada Gambar 2.19

(Charter, 2010)

Page 53: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

51

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.19. Arsitektur Publikasi Web GIS

(Sumber: Charter, 2010)

E. Contoh Pemanfaatan Web GIS

Salah satu webGIS yang dikembangkan oleh consultan terkait jaringan

jalan adalah WebGIS jaringan jalan untuk pemerintah Kota Denpasar.

Pembangunan WebGIS jalan Kota Denpasar juga dilakukan melalui dasar

basisdata spasial yang kuat yang diperoleh melalui survey. Hasilnya dapat dilihat

pada Gambar 2.20.

Page 54: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

52

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 2.20. Contoh Aplikasi WebGIS Jalan yang Pernah Dikembangkan.

(Sumber: Data Konsultan, 2007)

Berikut ini adalah beberapa pengembangan applikasi WebGIS yang

memungkinkan untuk dikembangkan ditampilkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Pengembangan Aplikasi WebGIS

Sektor Gambaran Contoh

Facility

Management

Manajemen Gedung Besar

yang kompleks

Organisasi ruangan seperti

Kampus dan Rumah Sakit

Navigation

Support

Navigasi kendaraan

Bermotor, jaringan jalan

Location Base service yang

menampilkan posisi saat ini

dan

Page 55: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

53

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Lingkungan Lingkungan perkotaan

seperti karakteristik

kebisingan, arah angin

Menampilkan pengurangan

emisi dan analisis lingkugnan

lainnya

Bencana Alam

Mengorganisasi aliran kerja penanganan bencana

Mengarahkan team penyelamatan, menentukan

dan mengontrol lokasi

pengungsian secara real time

Supply

engineering

Manajemen Supply Mengorganisasi jaringan

(Sumber: Rahman, 2008)

2.2.5. Peta

2.2.5.1. Pengertian Peta

Menurut Prahasta (2005), peta adalah suatu alat peraga untuk

menyampaikan suatu ide berupa sebuah gambar mengenai tinggi rendahnya suatu

daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya yang

berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta dilukiskan dengan skala

tertentu, dengan tulisan atau symbol sebagai keterangan yang dapat dilihat dari

atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat juga hanya mencakup wilayah

yang sempit. Peta dalam bahasa Inggris yang berarti map, dan dalam bahasa

Yunani merupakan mappa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari peta disebut

kartografi Berikut beberapa jenis peta (Jan Kraak dan Ormeling, 2007):

a. Jenis Peta Menurut kegunaan

1. General Referance Map (Peta Referensi Umum)

Peta ini digunakan untuk mengidentifikasikan dan verifikasi macam –

macam bentuk geografis termasuk fitur tanah, badan air, perkotaan, jalan,

dan sebagainya.

Page 56: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

54

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

2. Mobility Map

Peta ini bermanfaat dalam membantu masyarakat dalam menentukan jalur

dari suatu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan di darat,

laut, dan udara.

3. Thematic Map

Peta ini menunjukkan penyebaran dari objek tertentu seperti populasi,

curah hujan, dan sumber daya alam.

4. Inventory Map

Peta ini menunjukkan lokasi dan fitur khusu misalnya: posisi pulau –

pulau yang ada di Kepulauan Seribu.

b. Jenis – jenis peta berdasarkan isi:

1. Peta Umum

Melukiskan semua kenampakkan pada suatu wilayah secara umum,

kenampakkan adalah keadaan alam atau daerah dengan berbagai bentuk

permukaan bumi, yaitu gunung, daratan, lembah, sungai, dan sebagainya

yang merupakan satu kesatuan. Contoh: Peta Indonesia, Peta Asia, Peta

Dunia.

2. Peta Tematik

Melukiskan kenampakan tertentu atau menonjolkan satu macam data saja

pada wilayah yang dipetakan. Contoh: Peta Iklim, Peta Perhubungan.

c. Jenis – jenis peta berdasarkan skala:

1. Peta kadaster / teknik: berskala antara 1 : 100 – 1 : 5000

2. Peta berskala kecil: berskala antara 1 : 5000 – 1 : 250.000

3. Peta berskala sedang: berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 500.000

4. Peta berskala besar: berskala antara 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000

5. Peta berskala sangat besar: berskala antara 1 : 1.000.000

d. Jenis-jenis peta berdasarkan keadaan objek:

1. Peta Stasioner

Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil.

Contoh: Peta persebaran gunung merapi

Page 57: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

55

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

2. Peta Dinamis

Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah.

Contoh: Peta urbanisasi, peta arah angin, peta ketinggian aliran sungai.

2.2.5.2. Syarat Syarat Peta

Pada umumnya peta dapat digunakan untuk memberitahui berbagai

kenampakan pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni (Jan Kraak dan Ormeling,

2007):

1. Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi berdasarkan skala

dan ukuran peta.

2. Mengukur luasdan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala

dan ukuran peta.

3. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala

tertentu.

4. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.

Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan ssatu

jenis data sajian saja. Misalnya peta iklim, peta curah hujan, peta penyebaran

penduduk dan sebagainya.

Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah, dan jarak yang benar. Peta

yang baik dan lengkap harus mencantumkan judul peta, tahun pembuatan, skala

petunjuk arah, legenda, dan garis astronomis, dengan penjelasan sebagai berikut

(Jan Kraak dan Ormeling, 2007):

1. Judul Peta

Judul peta harus memuat jenis peta dan daerah yang dipetakan, termasuk jenis

peta, misalnya: peta pertambangan, peta iklim, peta perhubungan. Daerah

yang akan dipetakan misalnya: peta Indonesia, peta dunia. Contohnya: Peta

hasil pertambangan di Indonesia. Judul peta diletakan ditengah.

2. Tahun Pembuatan

Tahun pembuatan diletakan di kanan bawah atau kiri bawah. Pencantuman

tahun pembuatan ini sangat penting karena dapat dipakai untuk memastikan

bahwa peta tersebut masih baik digunakan pada saat itu.

Page 58: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

56

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

3. Skala Peta

Skala ialah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di

permukaan bumi. Ada tiga macam skala, yaitu skala angka, skala inci, dan

skala garis. Skala angka ialah pada peta yang dinyatakan dengan numeric.

Contohnya: 1:500.000. Artinya 1cm dipeta = 500.000 cm di permukaan bumi.

Skala inci adalah skala pada peta yang dinyatakan dalam suatu inci (biasa

digunakan di luar negeri). Satuan inci = 2,539cm. Skala garis adalah peta

berupa garis yang menunjukan jarak sesungguhnya pada permukaan bumi.

4. Petunjuk Arah

Pada setiap pembuatan peta perlu dicantumkan orentasi atau mata angina

sebagai petunjuk arah dari daerah atau wilayah yang dipetakan.

5. Legenda

Pada muatan informasi yang padat, namun tidak mungkin semua data diberi

keterangan rinci. Oleh karena itu, keterangan dibuat beberapa simbol-simbol.

Keterangan tentang simbol-simbol oada suatu peda disebut legenda.

Ada dua macam simbol pada peta yaitu simbol kualitatif dan simbol

kuantitatif. Simbol kualitatif digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk di

permukaan bumi, simbol kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan

simbol warna. Simbol kuantitatif digunakan untuk menunjukan jumlah data

yang diwakili, misalnya jumlah penduduk di daerah tertentu.

6. Garis Astronomis

Setiap peta harus mencantumkan garis astronoms, yaitu garis lintang dan garis

bujur. Garis lintang adalah garis khayal yang melintang permukaan bumi.

Sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungan Kutub Utara

dengan Kutub Selatan, serta digambarkan membujur. Karena merupakan garis

khayal, kedua garis itu sesungguhnya tidak ada dan hanya dalam peta. Garis-

garis itu berfungsi memperjelas kita dalam membaca peta.

Ditinjau daru sifat-sifat yang dipertahankan, penggambaran peta ke bidang

datar atau proyeksi harus mengikuti hal-hal sebagai berikut (Jan Kraak dan

Ormeling, 2007):

Page 59: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

57

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

A. Peta harus comform, artinya bentuk peta yang tergambar meskipun kecil harus

sebangun dengan senyatanya, tidak boleh mengubah bangunan-bangunan

kenampakan yang ada.

B. Peta harus ekuidistan, artinya jarak-jarak yang tergambar pada peta harus

sesuai dengan keadaan senyatanya. Contoh: jarak dari kota P ke kota G di peta

10cm. Skala peta 1: 100.000 jarak sesungguhnya adalah 10x100.000 =

1.000.000cm atau 10km.

C. Peta harus ekuivalen, artinya dengan skala yang sudah dicantumkan.

Page 60: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

58

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

Untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik maka diperlukan beberapa

peralatan pendukung guna memperoleh hasil survey yang maksimal, adapun

peralatan yang digunakan untuk survey ditampilkan sebagai berikut.

3.1.1. Alat Pekerjaan

1. GPS (Global Positioning System)

GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan

penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini

didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi

mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan

cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan

orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi

tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat

memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter

(orde nol) sampai dengan puluhan meter.

Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi

jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit

yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya

memiliki empat parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat

X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan

jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan

minimal pengukuran jarak ke empat satelit. Untuk keperluan Sistem Informasi

Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti

mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran. Gambar 3.1.

menunjukkan alat GPS yang digunakan dengan sistem sewa.

Page 61: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

59

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.1 Global Positioning System

(Sumber: Konsultan, 2017)

2. Kamera Digital

Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk

selanjutnya dibiaskan melalui lensa pada sensor CCD dan akhir-akhir ini pada

sensor BSI-CMOS (Back Side Illuminated) sensor yang lebih irit daya untuk

kamera yang lebih canggih yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital

ke dalam media simpan digital.

Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini

harus diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin

cetak yang dapat membaca media simpan digital tersebut.

Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat

diketahui hasilnya secara instan, kemudahan memindahkan hasil (transfer), dan

penyuntingan warna, ketajaman, kecerahan dan ukuran yang dapat dilakukan

dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual. Gambar 3.2 menunjukkan

kamera digital yang akan disewa untuk survey.

Page 62: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

60

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.2. Kamera Digital

(Sumber: Konsultan, 2017)

3. Meteran

Meteran digunakan sebagai alat ukur panjang dan lebar jalan. Meteran yang

digunakan adalah meteran dorong (walking distance meter) yang biasa

digunakan untuk survey jalan. Alat ukur tersebut mengukur jarak pada

pengukuran panjang suatu lokasi, jalan, pembangunan berbagai macam proyek

, dengan penggunaan yang sangat mudah. Gambar 3.3. menunjukkan meteran

yang digunakan untuk survey.

Page 63: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

61

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.3. Walking Distance Meter

(Sumber: Konsultan, 2017)

4. Komputer dengan Perangkat Lunak QGIS

Komputer digunakan sebagai perangkat keras (hardware) dalam

pengolahan hasil survey. Komputer/ laptop yang digunakan hasu memiliki

perangkat lunak (software) dalam mengoldah hasl survey. Laptop akan digunakan

dalam pekerjaan ini dengan spesifikasi Windows 8, RAM sebesar 8 MB dan

dengan prosessor Intel Core i5. Software yang digunakan adalah QGIS Desktop

versi 18. Gambar 3.4 menunjukkan komputer yang akan disewa untuk digunakan

untuk analisa data.

Page 64: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

62

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.4. Komputer yang akan Disewa

(Sumber: Konsultan, 2017)

5. Printer A4

Printer digunakan untuk mencetak dokumen dokumen yang digunakan selama

berlangsungnya pekerjaan, baik untuk mencetak form survey, laporan-laporan

ataupun peta kerja. Printer A4 yang akan disewa untuk digunakan pada pekerjaan

ini ditampilkan pada Gambar 3.5.

Page 65: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

63

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.5. Printer A4

(Sumber: Konsultan, 2017)

3.1.2. Bahan Pekerjaan

Untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik maka diperlukan beberapa

bahan pendukung guna memperoleh hasil survey yang maksimal, adapun bahan

yang digunakan untuk survey ditampilkan sebagai berikut.

1. Peta Survei

Peta Survei memberikan keterangan mengenai ruas jalan yang akan

disurvei dan mampu mengetahui osisi dengan tepat karena digambarkan dengan

sistem koordinat. Peta survei diambil dari google map dan google satellite guna

memberikan lokasi yang tepat di permukaan bumi. Kemudian data-data jalan yang

akan disurvei digambarkan pada peta survei untuk digitasi ulang. Data jalant

erdahulu digunakan sebagai acuan pekerjaan. Gambar 3.6. menampilkan peta

yang digunakan untuk survey.

Page 66: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

64

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.6. Peta yang Digunakan Untuk Survey

(Sumber: Konsultan, 2017)

2. Formulir Survei

Formulir Survei digunakan untuk mencatat data hasil survei. Form survei

berisi baris dan kolom untuk mencatat data-data yang diperlukan seperti nama

ruas, kode ruas, panjang ruas, lebar ruas, koordinat, aksesibilitas, nama desa dan

kecamatan, kondisi dan perkerasan serta kerusakan. Form survey yang digunakan

mengacu pada form survey kondisi jalan dari Direktorat Jenderal Bina Marga

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Permen no.

25/PRT/M/2014 yang merupakan basis data standar untuk hasil survey jalan di

Indonesia. Gambar 3.7. menampilkan formulir yang digunakan untuk survey.

Page 67: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

65

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.7. Formulir yang Digunakan Untuk Survey

(Sumber: Konsultan, 017)

Secara ringkas, alat dan bahan yang digunakan ditampilkan pada Tabel

3.1.

Tabel 3.1. Alat dan Bahan Pekerjaan

No Nama Alat/

Bahan Kegunaan Sumber

1 GPS (Global

Positioning System)

Alat menentukan lokasi

geografis ruas jalan

Konsultan

(Sewa)

2 Kamera Digital Alat Mendokumentasikan

kondisi jalan,

kerusakan,

pengaspalan

Konsultan

(Sewa)

3 Meteran Alat Mengetahui ukuran

panjang dan lebar

jalan

Konsultan

(Sewa)

4 Komputer Alat Mengolah data

spasial, input data,

pembangunan sistem

informasi dan SIG

Konsultan

(Sewa)

Page 68: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

66

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

5 Printer A4 Alat Untuk mencetak

laporan laporan,

form survey dan

kebutuhan lainnya

Konsultan

(Sewa)

6 Peta Survei Bahan Mengetahui lokasi

lapangan dan

sebagai panduan

survey

Konsultan

7 Formulir Survei Bahan Mencatat hasil

survey ruas jalan

Konsultan

(Sumber: Konsultan)

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan secara primer dengan cara pengukuran langsung

dilapangan dan secara sekunder dengan studi literatur taupun data-data yang

diperoleh dari instansi yang berwenang dalam publikasi data tersebut. Untuk

mendapatkan data sekunder yang diperlukan pada pekerjaan ini dilakukan dengan

cara melakukan koordinasi pada Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum,

Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli serta

KPD yang berkaitan maupun berhubungan dengan data ruas jalan di Kabupaten

Bangli. Pengumpulan data historis dan teknis dari peta yang pernah dibuat untuk

kawasan Kabupaten Bangli.

Survey data primer akan dilakukan per ruas jalan sesuai dengan data

jumlah ruas jalan Kabupaten pada Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016

tentang Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten. Survey primer

meliputi pengumpulan data berikut:

a. ID jalan

b. Kode Ruas Jalan

c. Data nama jalan

d. Data status jalan

e. Data panjang jalan

f. Data lebar jalan

g. Lokasi geografis ruas jalan (Kabupaten, Kecamatan, Desa)

h. Koordinat awal dan koordinat akhir jalan

i. Tipe perkerasan jalan

Page 69: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

67

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

j. Kelas kerusakan jalan

k. Aksesibilitas (akses kendaraan)

l. Foto (dokumentasi)

Secara ringkas, data primer yang akan disurvey dirangkum pada form

survey dan atribut data spasial y ang ditampilkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Form survey dan Atribut Data Spasial

Nama Kolom (Permen no. 25/PRT/M/2014)

Masukan

(shp)

Field

Type

Lebar Field

Kelompok Data

Dasar

Kl_Dat_Das Text 250

Nama Ruas Jalan Nm_Ruas Text 250

Tahun Data Thn_Data Short

Integer

5

Status Status Text 250

Fungsi Fungsi Text 250

Mendukung Mendukung Text 250

Uraian

Dukungan

Ura_Dukung Text 250

I. KODEFIKASI KELOMPOK DATA

Kode Bidang Pekerjaan Umum Kd_Bd_PU Text 250

Kode Data Dasar Jenis Infrastruktur Kd_Jns_Inf Text 250

Kode Infrastruktur Kd_Inf Text 250

II. LOKASI

Propinsi Propinsi Text 250

Kabupaten/Kota Kab_Kot Text 250

Kecamatan Kecamatan Text 250

Kelurahan/Desa Desa_Kel Text 250

Titik Pengenal Ruas Awal Tk_Ruas_Aw Text 250

Titik Pengenal Ruas Akhir Tk_Ruas_Ak Text 250

Kode Patok

Kd_Patok Text 250

Km Awal Ruas Km_Awal Double Precision =

30 Scale = 10

Km Akhir Ruas Km_Akhir Double Precision =

30 Scale = 10

Nama Lintas Nm_Lintas Text 250

III. KONDISI (dalam km)

Baik

Kon_Baik Double Precision =

30 Scale = 10

Sedang Kon_Sdg Double Precision =

30 Scale = 10

Page 70: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

68

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Rusak Ringan Kon_Rgn Double Precision =

30 Scale = 10

Rusak Berat

Kon_Rusak Double Precision =

30 Scale = 10

Mantap (Baik + Sedang) Kon_Mntp Double Precision =

30 Scale = 10

Tidak Mantap (Rusak Ringan +

Rusak Berat)

Kon_T_Mntp Double Precision =

30 Scale = 10

IV. DATA TEKNIS

Panjang (km)

Panjang Double Precision =

30 Scale = 10

Lebar Perkerasan Jalan (m)

Lbr_Keras Double Precision =

30 Scale = 10

Lalulintas Harian Rata-Rata Tahunan

(LHRT)

LHRT Double Precision =

30 Scale = 10

Volume Capacity Ratio (VCR) VCR Double Precision =

30 Scale = 10

Tipe Jalan

Tipe_Jln Short

Integer

5

Kapasitas MST (ton) MST Double Precision =

30 Scale = 10

Tipe Perkerasan Tipe_Keras Text 250

- Tanah/ Krikil (%) Tanah_Kri Double Precision =

30 Scale = 10

- Penetrasi Macadam (%) Macadam Double Precision =

30 Scale = 10

- Ashpalt (%) Aspal Double Precision =

30 Scale = 10

- Rigid/Beton (%) Rigid Double Precision =

30 Scale = 10

Tahun Penanganan Terakhir Thn_Pen_Ak Short

Integer

5

Jenis Penanganan Jns_Pen Text 250

V. KOORDINAT (DECIMAL DEGREE)

Koordinat X Titik Awal Ruas Koord_X_Aw Double Precision =

30 Scale = 10

Koordinat Y Titik Awal Ruas Koord_Y_Aw Double Precision =

30 Scale = 10

Koordinat X Titik Akhir Ruas Koord_X_Ak Double Precision =

30 Scale = 10

Koordinat Y Titik Akhir Ruas Koord_Y_Ak Double Precision =

30 Scale = 10

(Sumber: Permen no. 25/PRT/M/2014)

Sedangkan data sekunder yang akan dikumpulkan dari dinas terkait adalah

data yang dapat digunakan untuk menunjang proses pekerjaan. Data tersebut

adalah:

Page 71: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

69

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

a. Data Spasial

Data citra satelit Kabupaten Bangli

Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bangli terdahulu

Data layer wilayah administrasi

b. Data Non Spasial

Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status

Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten.

Konsultan telah mengumpulkan data spasial dan non-spasial dimaksud

dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Data spasial

a. Data citra satelit Kabupaten Bangli

Data citra satelit yang dimiliki oleh konsultan adalah data Citra Satelit

Tegak Resolusi Tinggi (CSTRT) oleh Badan Informasi Geospasial

(BIG) tahun perekaman terbaru. Citra tersebut adalah Quickbird yang

dikembangkan oleh perusahaan Digital Globe dari Amerika dengan

tahun perekaman tahun 2017. Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

(CSTRT) tersebut adalah citra detail dengan resolusi spasial sebesar 30

cm, yang artinya ketika diperbesar (zoom) obyek pada permukaan bumi

dengan panjang minimal 30 cm dapat terlihat dengan jelas. Sehingga

dengan menggunakan CSTRT Quickbird tahun 2017 ini, kenampakan

ruas jalan dan kondisi perkerasannya akan terlihat jelas. Gambar 3.8

menunjukkan lokasi Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,

Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli yang terekam

oleh citra Quickbird. Sedangkan Peta Kabupaten Bangli dengan latar

belakang Citra Quickird tersebut ditampilkan pada Gambar 3.9.

Page 72: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

70

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.8. Lokasi Sekitar Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Penataan

Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bangli

(Sumber: Data Konsultan, 2017)

Page 73: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

71

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.9. Peta Kabupaten Bangli dengan latar belakang Citra Quickbird

(Sumber: Data Konsultan, 2017)

b. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bangli terdahulu

Peta jaringan jalan kabupaten Bangli terdahulu adalah hasil dari

pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Pendataan Ruas-Ruas Jalan

Kabupaten di Kabupaten Bangli tahun 2016 melalui Surat Perintah Kerja

Page 74: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

72

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Nomor: 620 / 017.2 / APBDP / PPK / 2016 antara kami (PT Ganesha

Global Sarana) dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangli yang

menghasilkan Peta Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Bangli berupa

peta cetak dan softcopy pada tahun 2016. Konsultan dapat lebih akurat

dan berkualitas mengaplikasikan metode untuk pengerjaan sistem

informasi geografis berbasis web dengan menggunakan data yang

dikembangkanoleh konsultan terdahulu. Salah satu contoh hasil

pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Pendataan Ruas-Ruas Jalan

Kabupaten di Kabupaten Bangli adalah peta jaringan jalan kabupaten di

kawasan Kota Bangli seperti ditampilkan pada Gambar 3.10.

c. Data layer wilayah administrasi

Konsultan telah memiliki data layer wilayah administrasi dari data batas

Kabupaten Bangli, data batas Kecamatan se Kabupaten Bangli dan data

batas Desa per-Kecamatan se-Kabupaten Bangli. Terdapat 4 Kecamatan

yaitu Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli dan

Kecamatan Tembuku dengan total 73 Desa. Gambar 3.11 menunjukkan

peta batas administrasi Kabupaten Bangli dengan latar citra Quickbird

Kab. Bangli tahun 2017 dan data spasial ruas jalan Kabupaten Bangli

menurut status ruas jalan.

2. Data Non Spasial

Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status

Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten.

Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status

Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten merupakan data dasar yang sudah

dipahami oleh konsultan. Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016

berisi daftar ruas-ruas jalan yang dikategorikan sebagai Jalan Kabupaten

dengan lokasinya (Desa/ Kecamatan) dan panjangnya.

Total 407 ruas jalan kabupaten dengan total panjang 907, 32 km dan rerata

lebar 3,43 meter. Ruas jalan kabupaten dibagi menjadi ruas jalan untuk lalu

lintas umum (LU), jalan kota (KOTA) dan jalan untuk lalu lintas pariwisata

(PAR).

Page 75: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

73

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.10. Hasil Pemetaan Jalan Kabupaten di Kota Bangli, Kab. Bangli

(Sumber: Data Konsultan, 2017)

Page 76: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

74

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.11. Peta Batas Administrasi dan Jaringan Jalan Kabupaten Bangli

(Sumber: Data Konsultan, 2017)

Page 77: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

75

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

3.3. Metodologi

Metodologi Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Pendataan Ruas - Ruas

Jalan Kabupaten di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut:

3.3.1. Metode Survey dan Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan survei dan pengumpulan data, konsultan pada tahap

awal harus menyusun desain survey yang jelas mengenai data yang akan

dikumpulkan, pembuatan peta kerja dan form survei, lalu secara aktif ke lapangan

untuk mendapatkan data yang akurat. Jenis data untuk pengkajian ini adalah data

kuantitatif dan kualitatif, yang dikumpulkan dari hasil survei lapangan melalui

observasi, dokumentasi dan pengukuran.

Sedangkan penggunaan data yang bersumber dari Instansi/ SKPD terkait

di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangli, laporan hasil penelitian atau studi

yang dilakukan oleh instansi pemerintah, lembaga swasta maupun perguruan

tinggi yang dapat digunakan untuk melengkapi hasil dari survei atau proses lain

yang dilakukan (data sekunder).

3.3.2. Metode Pekerjaan

Metodologi pekerjaan perlu diuraikan untuk mengetahui langkah-langkah

yang lebih sistematis. Perencanaan yang matang sangat penting yang tidak lain

adalah untuk mencapai sasaran pelaksanaan pekerjaan. Adapun metode analisis

yang akan dilakukan adalah meliputi:

1. Tahap persiapan;

Pada tahap awal kegiatan ini, dilakukan persiapan tenaga ahli dan tenaga

pendukung serta penyiapan gambar citra satelit dan peta-peta pendukung

lainnya yang memiliki kordinat bumi yang tepat.

2. Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan atau Reconnaissance Survey meliputi kegiatan

pengumpulan Data sekunder, penentuan rencana awal trase jalan berdasarkan

data sekunder dan uji coba survey.

3. Survey Data Primer

Dalam pelaksanaan survei dan pengumpulan data, konsultan pada tahap awal

harus menyusun desain survey yang jelas mengenai data yang akan

Page 78: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

76

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

dikumpulkan, pembuatan peta kerja dan form survei, lalu secara aktif ke

lapangan untuk mendapatkan data yang akurat. Jenis data untuk pengkajian ini

adalah data kuantitatif dan kualitatif, yang dikumpulkan dari hasil survei

lapangan melalui observasi, dokumentasi dan pengukuran.

4. Kompilasi Data Hasil Survey

Hasil pekerjaan yang berupa data – data hasil survey dikumpulkan dan

dilakukan evaluasi data – data yang diperoleh guna mencegah adanya

kekurangan dan kesalahan data pada waktu survey. Data – data hasil survey

yang dikumpulkan berupa data koordinat permukaan bumi berserta data hasil

foto.

5. Penyusunan Database

Setelah yang dikumpulkan sudah dinyatakan siap, kemudian data hasil survey

itu didigitasi menjadi data spasial jringan jalan kemudian dilakukan pengisian

atribut sekaligus metadata guna menjadi sistem basisdata spasial yang terpadu.

6. Pembuatan Aplikasi SIG

Proses penyusunan database telah selesai dilakukan, maka selanjutnya

konsultan akan membuat Aplikasi jalan dengan tujuan untuk mempermudah

user dalam mencari data, serta menampilkan peta dan data – data multimedia

yang diperoleh.

3.3.3. Metode Analisis

3.3.3.1. Analisis Hasil Survey

Hasil survey akan dikembangkan menjadi format data spasial Shapefile.

Shapefile adalah format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak

sistem informasi geografis. Dikembangkan dan diatur oleh ESRI sebagai

spesifikasi terbuka untuk interoperabilitas data antara ESRI dan produk

perangkat lunak lainnya.

Sebuah "shapefile" biasanya terdiri dari kumpulan file yang berekstensi

".shp", ".shx", ".dbf", dan ekstensi lainnya pada sebuah nama yang sama (e.g.,

"jalan.*"). Saat penggunaan, shapefile sebenarnya yang dipakai adalah yang

berekstensi ".shp", namun file ini tidak lengkap dan membutuhkan file

lainnya.

Page 79: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

77

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Shapefile keruangan digambarkan dengan geometri: titik, garis, dan

luasan. Geometri tersebut, sebagai contoh, dapat mewakili pancuran, jalan,

sungai, danau dan lainnya. Tiap bagian memiliki atribut yang menjelaskan

atribut tersebut, seperti nama jalan atau ketinggian tempat.

Pada setiap shapefile (shp) terdapat satu file dengan format *.dbf atau file

format dBASE. dBASE merupakan salah satu format yang luas digunakan

oleh banyak aplikasi yang membutuhkan format sederhana untuk menyimpan

data-data secara terstruktur. dBASE adalah sebuah sistem manajemen

basisdata relasional (RDBMS) yang secara luas digunakan pada data spasial.

File shapefile dan batabase inilah yang akan dikembangkan menjadi bentuk

basisdata pada sistem WebGIS.

3.3.3.2. Analisis Pembangunan Basisdata dan WebGIS “Portal Jalan

Kabupaten Bangli”

Perangkat lunak aplikasi berbasis web akan diberi nama “Portal Jalan

Kabupaten Bangli” dan akan menggunakan platform opensource sehingga

tidak akan ada benturan dalam masalah hak cipta/ hak pengguna. Platform

WebGIS yang bersifat opensource akan memudahkan dalam instalasi dan

tanpa kaitan hak cipta. Fitur opensource yang digunakan adalah dari OGC

service provider, RDBMS, webserver hingga front-end. Secara rinci

dijelaskan sebagai berikut:

a. OGC Services Provider

Open Geospasial Consensus (OGC) sebuah organisasi nirlaba

internasional yang mendorong pengembangan dan implementasi standar

opensource untuk konten geospasial dan layanan internet, web sensor,

pengolahan data SIG dan berbagi data. Aplikasi opensource OGC yang

dipergunakan adalah:

GeoServer (WMS, WFS, WCS, TMS) GeoServer adalah server

opensource untuk berbagi data geospasial. Dirancang untuk

interoperabilitas. Mampu mempublikasikan data dari sumber data

Page 80: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

78

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

spasial utama manapun dengan menggunakan standar terbuka.

GeoServer adalah implementasi OGC yang sesuai dengan sejumlah

standar opensource untuk pembangunan data spasial seperti Web

Feature Service (WFS), Web Map Service (WMS), dan Web

Coverage Service (WCS).

pyCSW (CSW) merupakan katalog metadata yang ringan untuk

membangun dan menerbitkan (publishing) metadata menggunakan

bahasa pemrograman phyton.

b. RDBMS Provider

RDBMS adalah kependekan dari Relational Database Management

System. RDBMS adalah program yang digunakan yang melayani sistem

basis data yang entitas utamanya terdiri dari tabel-tabel yang mempunyai

relasi dari satu tabel ke tabel yang lain. Suatu basis data terdiri dari banyak

tabel. Tabel ini terdiri dari banyak field yang merupakan kolomnya. Isi

tiap baris dari tabel inilah merupakan data. Untuk membuat sistem basis

data yang terintegrasi maka antara satu tabel dengan tabel lain mempunyai

hubungan yang harus selalu diperlihara. Setiap tabel mempunyai sebuah

primary key, primary key ini kemudian dihubungkan dengan tabel kedua

dan menjadi foreign key untuk tabel kedua ini. Dengan relational database

ini maka data akan secara konsisten disimpan di suatu tabel, kemudian

tabel lain yang membutuhkan data lainnya tinggal menghubungkan

melalui foreign key. Aplikasi RDBMS yang digunakan adalah:

Postgresql 9 (dengan ekstensi PostGIS)

PostgreSQL, seringkali disingkat Postgres, adalah sistem server

manajemen basis data relasional relasional. Sebagai server basis

data, fungsi utamanya adalah menyimpan data dengan aman dan

mengembalikan data tersebut sebagai tanggapan atas permintaan

dari aplikasi perangkat lunak lainnya. Postgres dapat menangani

beban kerja mulai dari aplikasi mesin tunggal kecil sampai aplikasi

internet yang besar (atau untuk data spasial) dengan banyak

pengguna secara bersamaan. PostGIS merupakan ekstensi dari

Page 81: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

79

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

PostgreSQL. PostGIS dapat digunakan untuk menangani dan

memproses data geografis.

c. Web Server

Server web adalah sistem komputer yang memproses permintaan melalui

HTTP, yaitu protokol jaringan dasar yang digunakan untuk

mendistribusikan informasi di world wide web (www). Istilah ini bisa

merujuk ke keseluruhan sistem, atau secara khusus ke perangkat lunak

yang menerima dan mengawasi permintaan HTTP. Fungsi utama

webserver adalah menyimpan, memproses dan mengirimkan halaman web

ke klien/ user untuk bisa dibuka pada web browser. Komunikasi antara

klien dan server berlangsung menggunakan Hypertext Transfer Protocol

(HTTP). Laman yang dikirim paling sering adalah dokumen HTML, yang

mungkin mencakup gambar, lembar dan skrip selain konten teks. Aplikasi

web server yang akan digunakan adalah:

Tomcat (GeoServer)

Perangkat lunak Tomcat adalah implementasi open source dari

Java Servlet, JavaServer Pages, Java Expression Language dan

Java WebSocket technologies. Java Servlet, JavaServer Pages, Java

Expression Language dan Java WebSocket spesifikasi

dikembangkan di bawah Java Community Process. Perangkat

lunak Tomcat dikembangkan di lingkungan opensource dan

partisipatif dan dirilis di bawah versi Lisensi Apache 2. Perangkat

lunak Tomcat memberi banyak aplikasi web mission-critical

berskala besar di berbagai industri dan organisasi. Nginx (Front-

end/Web-API & proxy)

Nginx (Front-end/Web-API & proxy)

NGINX adalah server HTTP open-source berkinerja tinggi, juga

sebagai reverse proxy, serta server proxy IMAP / POP3 dan Web-

API. NGINX dikenal dengan performa tinggi, stabilitas, set fitur

Page 82: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

80

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

yang kaya, konfigurasi sederhana, dan konsumsi sumber daya yang

rendah.

d. Front-end

Dalam rekayasa perangkat lunak, istilah front-end dan back-end mengacu

pada pemisahan antara lapisan tampilan web (front-end), dan akses data

(back-end) dari perangkat lunak, atau infrastruktur fisik atau perangkat

keras. Pada model management front-end, tampilan web yang bisa diakses

oleh administrator/ pengelola dan tampilan front-end untuk user.

Management front-end adalah tampilan dimana administrator bisa

mengubah tampilan, akses data dan sebagainya untuk digunakan oleh user.

User front-end adalah tamilan yang bisa dilihat oleh user namun dengan

limitasi dan berbeda dengan management front-end. Aplikasi front-end

yang digunakan adalah:

AngularJS Framework

AngularJS adalah framework JavaScript berfitur lengkap, dengan

tujuan utama untuk penyederhanaan fitur. Ini unggul dalam

membangun aplikasi web satu halaman dinamis (SPA) dan

mendukung struktur pemrograman Model View Controller (MVC).

Ini adalah situs dengan fitur termasuk situs mobile Google, Virgin

America, dan iPad. Secara umum:

- Open-source, kerangka JavaScript front-end yang

dikembangkan oleh Google

- Sebuah library kode JavaScript berdasarkan standar JS dan

HTML, dengan sedikit modifikasi (artinya, kecil

kemungkinannya untuk eror)

- Menangani manipulasi DOM dan AJAX yang dulu harus

dikodekan dari nol

- Menggunakan blok kode modular kode JavaScript yang

dapat dikategorikan dan mudah untuk diuji

Page 83: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

81

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

- Dapat ditambahkan ke halaman HTML dengan tag <script>

OpenLayers 3 Map Toolkit

OpenLayers 3 adalah salah satu solusi GIS open source terlengkap

dan kuat untuk pengembangan web. OpenLayers memudahkan

untuk menempatkan peta dinamis di halaman web. OpenLayers

bisa menampilkan ubin peta, data vektor dan marker yang diambil

dari sumber manapun. OpenLayers telah dikembangkan untuk

lebih jauh menggunakan informasi geografis dari semua jenis.

Web-API buatan untuk akses ke GeoServer/pyCSW

Web API akan dibuat khusus untuk memudahkan pembuatan

layanan HTTP yang menjangkau beragam klien, termasuk browser

dan perangkat seluler, termasuk akses ke geoserver/pySCW.

Secara jelas, pembangunan aplikasi web portal jalan Kabupaten Bangli

dibagi kedalam empat bagian, yaitu pembangunan basis data, aplikasi server,

interface dan user/client application dimana keempat bagian tersebut

menggunakan aplikasi opensource seperti dijelaskan sebelumnya. Diagram

alir mengenai pembangunan aplikasi web portal jalan kabupaten Bangli

ditampilkan pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Bagian Pembangunan Aplikasi Portal Jalan

(Sumber: Kerangka Pikir Konsultan, 2017)

Page 84: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

82

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Selanjutnya, alur sistem dimulai dari back-end (file base dan DBMS)

menuju pengolahan pada web server, mencakup pembangunan management

front-end untuk administrator/ pengelola dan client front-end untuk pengguna.

Penggunan dapat mengakses web portal jalan melalui computer (desktop) dan

telepon genggam (hp). Gambar 3.13 menunjukkan alur sistem portal jalan.

Gambar 3.13. Alur Pembangunan Portal Jalan

(Sumber: kerangka Pikir Konsultan, 2017)

3.3.4. Metode Pembahasan Hasil Pekerjaan

Pembahasan hasil pekerjaan dilakukan untuk mendapat koreksi/

penyempurnaan hasil pekerjaan. Pembahasan dilakukan dengan mengadakan

seminar/ rapat pembahasan dengan pemberi pekerjaan yaitu Bidang Bina Marga

pada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan

Permukiman Kabupaten Bangli ataupun SKPD lain yang diundang.

3.4. Jadwal pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan Penyusunan DED Pembuatan Data Base Jalan di Kabupaten

Bangli dilaksanakan selama 3,5 (tiga setengah bulan) bulan / 105 (seratus lima)

hari kalender.sejak ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Rincian

Tahapan Pekerjaan dan Jadwal pelaksanaan pekerjaan ditampilkan pada Tabel 3.3.

Page 85: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

83

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Tabel 3.3. Tahapan Pekerjaan dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

No Kegiatan

Bulan

1 2 3 3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

1 Persiapan

a. Mobilisasi Personil - mobilisasi tenaga ahli - mobilisasi tenaga

penunjang Mobilisasi tenaga

pendukung - Persiapan alat dan bahan

b. Perencanaan Metodologi Pekerjaan - Perencanaan

pengumpulan data sekunder

- Perencanaan pengumpulan data primer

- perencanaan pembangunan basisdata

- Perencanaan pemetaan - Perencanaan

pembangunan sistem informasi geografis

2 Pengumpulan Data Sekunder

a. Analisa Data Sekunder - Analisa data jaringan

jalan sebelumnya - Analisa data spasial:

batas desa, batas kecamatan

b. Analisa Kebutuhan Sistem - Analisa kebutuhan

basisdata - Analisa kebutuhan

sistem informasi geografis

3 Survey dan Pengolahan Data

a. Survey Lokasi & Pendataan - Survey pendataan jalan - Survey pendataan

Page 86: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

84

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

jembatan

b. Pengolahan Data Hasil Survey - Pengolahan hasil survey

jalan - Survey hasil survey

jembatan

4 Pengembangan Sistem

a. Analisa dan Perancangan Database - pembuatan data spasial - input metadata - pembangunan basisdata - Pembangunan sistem

manajemen basisdata

b. Pemodelan Alur Sistem - Pemodelan Web Feature

service - Pemodelan Web Map

Service - Pemodelan back-end - Pemodelan front-end - Pembangunan Portal

Engine

c. Pemrograman Sistem - Pemrograman Web

Feature service - Pemrograman Web Map

Service - Pemrograman back-end - Pemrograman front-end - Pemrograman Portal

Engine

d. Perancangan Desain Interface - Perancangan fitur login - Perancangan fitur upload

dokumen - Perancangan fitur

toolbox - Perancangan fitur SIG

5 Implementasi Sistem

a. Pengujian Sistem - Pengujian basisdata - Pengujian portal engine - Pengujian fitur SIG dan

online map - Pengujian interface

Page 87: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

85

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

sistem - Pengujian server

b. Instalasi Sistem - Instalasi sistem pada

server Pemkab Bangli - Ujicoba sistem

6 Pembuatan Laporan

a. Laporan Pendahuluan

b. Draft Laporan Akhir

c. Laporan Akhir - Laporan Akhir - Album Peta A0 - CD data dan laporan - Sistem Road Portal dinas

PU Bangli yang sudah terinstal

(Sumber: Kerangka Acuan Kerja, Kerangka Pikir Konsultan, 2017)

3.5. Susunan Tim Pelaksana

Tim pelaksana dalam Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Penyusunan DED

Pembuatan Data Base Jalan di Kabupaten Bangli ditampilkan pada Tabel 3.4.

Jadwal Penugasan Tenaga Ahli pada Tabel 3.5. Sedangkan struktur organisasi

pelaksana pekerjaan ditampilkan pada diagram pada Gambar 3.14.

Page 88: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

86

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Tabel 3.4. Susunan Tim Pelaksana

No Posisi Yang

Diusulkan

Lingkup

Keahlian Uraian Pekerjaan

Jumlah

TA

Jumlah

Orang

Bulan

Tenaga Ahli

1 Ahli Sistem

Informasi

(Team Leader)

pendidikan S1

(Strata-1) Ilmu

Komputer /

Teknik

Informatika

yang

berpengalaman

di bidang Sistem

Informasi dan

programming

selama 5 (lima)

tahun

• Mengkoordinasikan

pelaksanaan seluruh kegiatan

tim konsultan selama kegiatan

berlangsung.

• Melaksanakan pekerjaan

rancang bangun sistem aplikasi

sistem informasi

• Melaksanakan komunikasi

dengan pihak pemberi kerja dan

instansi terkait lainnya.

• Menyusun laporan

pendahuluan, laporan bulanan,

laporan antara dan laporan

akhir.

• Bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap kualitas dan hasil

pekerjaan sesuai yang

disyaratkan dalam KAK

1 org 3.5

2 Ahli Pemetaan

pendidikan S1

(Strata-1)

Geografi yang

berpengalaman

di bidang

pemetaan

sekurang-

kurangnya 4

(empat) tahun

• Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan bidang keahliannya.

• Memeriksa hasil pengumpulan

dan pengolahan data, melakukan

kegiatan pemetaan,

mengkoordinasikan digitasi, dan

layout peta

1 org 3.5

Page 89: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

87

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

3 Ahli Sistem

Informasi

Geografis

(SIG)

pendidikan S1

(Strata-1)

Teknik Geodesi

dan

berpengalaman

di bidang GIS

sekurang-

kurangnya 4

(empat) tahun

• Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan bidang keahliannya.

• Melaksanakan pekerjaan

rancang bangun sistem informasi

geografis yang akan disinergikan

dengan basisdata spasial dan

aplikasi basisdata

1 org 3.5

4 Ahli Database

dan Integrasi

Data

pendidikan S1

(Strata-1)

Teknik

Informatika dan

berpengalaman

dalam

perancangan

basis data

sekurang-

kurangnya 4

(empat) tahun

• Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan bidang keahliannya.

• Melaksanakan pekerjaan

rancang bangun basisdata dan

bertanggung jawab terhadap

integrasi data spasial, aplikasi

database dan sistem informasi

geografis

1 org 3.5

5 Ahli Sipil

pendidikan S1

(Strata-1)

Teknik sipil dan

berpengalaman

dalam survey

jalan sekurang-

kurangnya 4

(empat) tahun

• Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan bidang keahliannya.

• Melaksanakan pekerjaan

mengenai kondisi fisik jalan dan

bertanggung jawab terhadap

integrasi data sterkait kondisi

jalan, kondisi pengaspalan, dan

kondisi fisik jalan

1 org 3.5

Page 90: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

88

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Tenaga Pendukung

6 Asisten Team

Leader

pendidikan S1

(Strata-1) Ilmu

Komputer /

Teknik

Informatika

yang

berpengalaman

di bidang Sistem

Informasi dan

programming

selama 2 (dua)

tahun

• Mengkoordinasikan

pelaksanaan seluruh kegiatan

bersma team leader selama

kegiatan berlangsung.

• Membantu team leader

laksanakan pekerjaan rancang

bangun sistem aplikasi sistem

informasi

1 org 3.5

8 Asisten Ahli

Pemetaan

pendidikan S1

(Strata-1) bidang

Kartografi yang

berpengalaman

di bidang

pemetaan

sekurang-

kurangnya 2

(dua) tahun

• Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan bidang keahliannya.

• Membantu Ahli Pemetaan

dalam kegiatan pemetaan dan

layout peta

1 org 3.5

7 Asisten ahli

SIG

pendidikan S1

(Strata-1)

Teknik Geodesi

dan

berpengalaman

di bidang GIS

sekurang-

kurangnya 2

(dua) tahun

• Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan bidang keahliannya.

• Membantu Ahli SIG dalam

mlaksanakan pekerjaan rancang

bangun sistem informasi

geografis yang akan disinergikan

dengan basisdata spasial dan

aplikasi basisdata

1 org 3.5

Page 91: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

89

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Tenaga Penunjang

9 Operator

Komputer

pendidikan

SMA / SMK

atau sederajat

yang

berpengalaman

dalam

melaksanakan

input data

selama 2 (dua)

tahun

1. melakukan input data hasil

survey data primer,

2. bertanggung jawab atas

kebenaran penggambaran dan

ketepatan dalam penyajian data.

2 org 7

10 Surveyor

pendidikan

minimal SMA /

SMK atau

sederajat dan

berpengalaman

di bidang survey

sekurang-

kurangnya 2

(dua) tahun

• melaksanakan survey

pengukuran pemetaan dengan

GPS.

• mengambil data atribut peta

yang dibutuhkan.

• bertanggung jawab atas

kebenaran, ketelitian, dan

ketepatan waktu survey sesuai

dengan yang telah ditetapkan.

10 org 35

Page 92: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

90

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

11 Administrator

pendidikan

SMA / SMK

atau sederajat

yang

berpengalaman

dalam

melaksanakan

tugas

administrasi

proyek selama 2

(dua)

Mengatur keuangan, mengurus

administrasi kantor dan

berhubungan langsung dengan

penyedia jasa dalam

hubungannya dengan

penyelesaiannya administrasi

proyek.

1 org 3.5

(Sumber: Kerangka Acuan Kerja, 2017)

Tabel 3.5. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

No Uraian Jumlah

TA

Jumlah Orang Bulan

Bulan

1 2 3 4

I II III IV I II III IV I II III IV I II

1 Ahli Sistem Informasi (Team Leader)

1 org 3.5

2 Ahli Pemetaan

1 org 3.5

3 Ahli Sistem Informasi Geografis (SIG)

1 org 3.5

4 Ahli Database dan Integrasi Data

1 org 3.5

Page 93: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

91

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

5 Ahli Sipil

1 org 3.5

6 Asisten Team Leader

1 org 3.5

7 Asisten ahli SIG

1 org 3.5

8 Asisten Ahli Pemetaan

1 org 3.5

9 Operator Komputer

2 org 7

10 Surveyor

10 org 35

11 Administrator

1 org 3.5

(Sumber: Konsultan, 2017)

Page 94: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

92

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.14. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

(Sumber: Kerangka Acuan Kerja, Kerangka Pikir Konsultan, 2017)

3.6. Fasilitas Pendukung

Bagian ini membahas berbagai fasilitas pendukung yang diperlukan dalam

pelaksanaan pekerjaan ini baik yang kami sediakan sesuai tuntutan

KAK / BQ, maupun fasilitas lain yang akan penyedia jasa siapkan

untuk memaksimalkan pelayanan kami bila dipercaya mengemban

pelaksanaan pekerjaan ini.

Konsultan akan menempatkan peralatan sesuai dengan kebutuhan di lapangan

sehingga pemanfaatannya efisien dan efektif. Penyiapan peralatan

penunjang selain yang terdapat pada RAB yang disusun oleh konsultan,

adalah sebagai berikut:

a. Kantor

Telah kami tanggapi, bahwa meskipun dalam KAK/BQ tidak

disediakan fasilitas kantor, namun kami akan menyiapkan ruangan

PT.

GANESHAGLOBAL

SARANA

Team Leader

Asisten

Team Leader

Ahli SIGAhli database danintegrasi Data

Ahli Pemetaan Ahli Sipil

Asisten Ahli Pemetaan Asisten Ahli SIG

Operator Komputer Operator Komputer

Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor

Administrasi

PT. FASADE

KOBETAMA

INTERNASIONAL

Page 95: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

93

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

kerja untuk koordinasi intern tim teknis maupun untuk melaksanakan

review design yang mungkin perlukan. Gedung yang terletak di Jalan

Tukad Yeh Aya IX/51 termasuk perlengkapan meja, kursi, lemari

buku secukupnya tanpa ada tambahan biaya.

b. Perlengkapan Kantor

Kami selaku konsultan telah menyiapkan fasilitas kantor yang nantinya

dapat membantu kinerja para tenaga ahli dan pendukung guna

kesuksesan pekerjaan ini. Perlengkapan yang disiapkan antara lain :

Meja dan Kursi Tamu

Meja dan Kursi kerja

Meja dan Kursi Rapat

Almari Arsip

White Board.

Telpon dan Fax.

Peralatan gambar

Kalkulator

c. Peralatan Transportasi

Selain perlengkapan kantor, konsultan juga telah menyiapkan fasilitas

transportasi yang dapat membantu kinerja para tenaga ahli dan

pendukung. Peralatan ini diadakan melalui sistem sewa, seperti

kendaraan roda empat ataupun kendaraan roda dua.

d. Peralatan Survey

Untuk peralatan survey kami selaku konsultan juga telah menyiapkan

fasilitas survey seperti kamera digital, GPS dan lain-lain. Peralatan ini

diadakan melalui sistem sewa.

3.7. Gagasan Baru

Konsultan memiliki gagasan baru mengenai output pekerjaan berupa

perangkat lunak aplikasi berbasis web “Sistem Informasi/ Database Jalan

Page 96: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

94

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Kabupaten dan Jembatan berbasis spasial di Kabupaten Bangli yang dapat diakses

dengan cepat, akurat, dan mudah.”

Gagasan baru yang akan dikembangkan adalah:

1. Perangkat lunak aplikasi berbasis web akan menggunakan platform WebGIS

opensource sehingga tidak akan ada benturan dalam masalah hak cipta/ hak

pengguna. Platform WebGIS opensource adalah platform web yang tidak

berbayar (gratis) sehingga akan memudahkan dalam instalasi dan tanpa biaya

tambahan.

2. Pada perangkat lunak aplikasi berbasis web yang akan dibangun akan

dilengkapi dengan beragam fitur yang memudahkan untuk analisis secara

spasial. Yaitu fitur view layer peta, fitur cetak, menggeser peta, informasi,

pengukuran panjang dan luas, memperbesar dan memperkecil (zoom in dan

zoom out), menampilkan legenda peta, hingga fitur 3 dimensi dan fitur editing

data. Fitur editing data akan memudahkan administrator dalam mengedit dan

mengupdate data jalan. Terdapat pula fitur informasi mengenai layer peta yang

ditampilkan dan atribut atau keterangan yang mengiringinya, misalnya atribut

nomor ruas jalan, koordinat, nama desa dan kecamatan dan sebagainya.

Dilengkapi juga fitur download layer peta dan metadatanya. Gambar 3.15

menunjukkan fitur tersebut.

Page 97: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

95

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.15. Fitur Sistem yang Akan Dikembangkan

(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)

2. Pada perangkat lunak aplikasi berbasis web yang akan dibangun akan

dilengkapi dengan fitur sharing data sehingga memudahkan untuk

memindahkan data. Fitur sharing bisa dimanfaatkan untuk mengirim data

melalui email ataupun media sosial. Gambar 3.16 menunjukkan fitur sharing

data yang dimaksud.

Page 98: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

96

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.16. Fitur Sharing Data pada Sistem yang Akan Dikembangkan

(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)

3. Pada perangkat lunak aplikasi berbasis web yang akan dibangun akan

dilengkapi dengan fitur pembuatan peta secara online. Fitur tersebut akan

dilengkapi dengan fitur identifikasi atribut peta, query peta, pengukuran

panjang dan luas, editing layer peta. Gambar 3.17 menampilkan fitur

pembuatan peta online termasuk editing data.

Gambar 3.17. Fitur Pembuatan Peta Online yang Akan Dikembangkan

(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)

Page 99: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

97

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

4. Fitur Basemap (Citra Dasar) yang Dinamis

Konsultan akan mengembangkan fitur citra dasar yang dinamis dan dapat

diubah-ubah. Fitur ini dapat mengganti citra dasar dari openstreet map, bing

map hingga google satellite dan peta rupa bumi Indonesia. Gambar 3.18

menampilkan fitur tersebut.

Gambar 3.18. Fitur Basemap (Citra Dasar) yang Dinamis

(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)

5. Fitur Upload, Berbagi dan Download Dokumen

Selain berbagi data spasial, sistem yang akan dikembangkan juga akan

mampu untuk berbagi dokumen secara online, baik dokumen dalam format,

microsoft office, opendata sheet, dan lainnya. Sistem akan dikembangkan

secara lengkap untuk bisa melihat, editing dan berbagi termasuk pembuatan

peta. Gambar 3.19 menunjukkan fitur tersebut.

Page 100: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

98

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 3.19. Fitur Upload, Berbagi dan Download Dokumen

(Sumber: Gagasan Baru Konsultan, 2017)

Page 101: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

99

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

4.1.1. Kondisi Geografis

Berdasakan dokumen RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033,

Secara geografis Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya wilayah kabupaten di

Provinsi Bali yang tidak memiliki pantai dengan dengan luas 52.081 Ha atau

9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Kabupaten Bangli terletak

pada koordinat 08º3'40” - 08º50'48” LS (lintang selatan) dan 114º25'53” -

115º42'40” BT (Bujur Timur). Kabupaten Bangli dibatasi oleh lima Kabupaten

lainnya di Bali dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Wilayah Kab. Buleleng

Sebelah Timur : Wilayah Kab. Karangasem dan Kab.

Klungkung

Sebelah Selatan : Wilayah Kab. Gianyar

Sebelah Barat : Wilayah Kab. Gianyar, Kabupaten Badung

dan Kab. Buleleng

4.1.2. Kondisi Administratif

Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah

kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu : Kecamatan Susut (9 Desa), Kecamatan

Bangli (4 Kelurahan dan 5 Desa), Kecamatan Tembuku (6 Desa) dan Kecamatan

Kintamani (48 Desa). Luas wilayah Kabupaten Bangli adalah 52.081 Ha atau

9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Ibukota Kabupaten Bangli

adalah Kawasan Perkotaan Bangli, meliputi Kelurahan Kubu, Kelurahan

Cempaga, Kelurahan Kawan dan Kelurahan Bebalang. Data administrasi wilayah

dapat dilihat pada Tabel 4.1. Gambar 4.1. menunjukkan Peta Administrasi

Wilayah Kabupaten Bangli.

Tabel 4.1. Nama Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan

Page 102: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

100

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

No Nama Desa/Kel Luas (Ha) % No Nama Desa/Kel Luas (Ha) %

Kecamatan Susut 4,930 9.47 35 Banua 245 0.47

1 Apuan 437 0.84 36 Abuan 362 0.63

2 Abuan 418 0.8 37 Bonyoh 433 0.83

3 Demulih 463 0.89 38 Sekaan 253 0.49

4 Susut 483 0.93 39 Bayung Gede 1,024 1.97

5 Selat 292 0.56 40 Sekardadi 840 1.61

6 Sulahan (+ Pengiangan) 1,262 2.43 41 Kedisan 1,175 2.26

7 Pengiangan - 42 Buahan 1,423 2.73

8 Tiga 1,090 2.09 43 Suter 1,256 2.41

9 Penglumbaran 484 0.93 44 Abang Batu Dingding 708 1.36

Kecamatan Bangli 5,626 10.8 45 Abang Songan 1,433 2.75

10 Bunutin 474 0.91 46 Terunyan 1963 3.77

11 Tamanbali 657 1.26 47 Songan B 1188 2.28

12 Bebalang 379 0.73 48 Soangan A 1701 3.27

13 Kawan 562 1.01 49 Batur Selatan 1386 2.66

14 Cempaga 589 1.13 50 Batur Tengah 474 0.91

15 Kubu 442 0.85 51 Batur Utara 336 0.65

16 Kayubihi 946 1.82 52 Kintamani 1513 2.91

17 Pengootan (+Landih) 1,613 3.1 53 Serai 538 1.03

18 Landih -- 54 Manikliyu 503 0.97

Kecamatan Tembuku 4,832 9.28 55 Awan 534 1.03

19 Jehem 900 1.73 56 Belantih 906 1.74

20 Tembuku 600 1.15 57 Gunung Bau 195 0.37

21 Yangapi 1,432 2.75 58 Belanga 282 0.54

22 Undisan 300 0.58 59 BatuKaang 192 0.37

23 Bangbang 400 0.77 60 Catur 756 1.45

24 Peninjoan 1,200 2.3 61 Pengejaran 411 0.79

Kecamatan Kintamani 36,692 70.45 62 Selulung 1163 2.23

25 Mengani 427 0.82 63 Satra 591 1.13

26 Binyan 148 0.28 64 Dausa 628 1.21

27 Ulian 353 0.68 65 Daup 269 0.52

28 Bunutin 258 0.5 66 Bantang 980 1.88

29 Langgahan 371 0.71 67 Kutuh 411 0.79

30 Lembean 330 0.63 68 Sukawana 3361 6.45

31 Bayung Cerik 401 0.77 69 Subaya 404 0.78

32 Mangguh 213 0.41 70 Siakin 884 1.7

33 Belancan 973 1.87 71 Pinggan 1653 3.17

34 Katung 280 0.54 72 Belandingan 600 1.15

Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Bangli Tahun 2011-2031

Page 103: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

101

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 4.1. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Bangli

Sumber: RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033

Page 104: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

102

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

4.1.3. Kondisi Fisik

Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033,

kondisi iklim Kabupaten Bangli memiliki iklim tropis, suhu udara relatif rendah

berkisar antara 150 - 30

0C, semakin ke utara suhu semakin dingin. Angka curah

hujan rata-rata tahunan terendah adalah 900 mm dan tertinggi 3.500 mm.

Penyebaran curah hujan relatif tinggi (2.500 - 3.500 mm) meliputi bagian utara

(lereng Gunung Batur) dan semakin rendah ke arah selatan wilayah. Curah hujan

tertinggi terjadi bulan Desember – Maret dan terendah pada bulan agustus.

Topografi wilayah Kabupaten Bangli berada pada ketinggian antara 100 –

2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum

rentang ketinggian wilayah Kecamatan Susut (225 – 950 m dpl), Kecamatan

Bangli (200 – 1.175 m dpl), Kecamatan Tembuku (300 – 891 m dpl) dan

Kecamatan Kintamani (100 – 2.152 m dpl). Kelerengan wilayah bervariasi antar

wilayah kecamatan dan secara umum berada pada kondisi dataran sampai landai

(0-15%) seluas 12,11% dari luas wilayah, bergelombang (15-30%) seluas 21,7%

dari luas wilayah, curam (30-40%) seluas 18,18% dari luas wilayah dan sangat

curam (>40%) seluas 48,01% luas wilayah. Kondisi datar relatif hanya terdapat

pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah

Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta

sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani.

Hidrologi wilayah terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan

terdiri dari Danau Batur dan beberapa sungai yang melintasi wilayah Kabupaten

Bangli. Jumlah potensi mata air di Kabupaten Bangli tersebar di 88 buah titik di

42 desa dengan debit total 1.534,30 ltr/dt. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah

umumnya pendek dan jenis alirannya bersifat ephemeral, yang sebagian besar

terletak di sebelah Utara, sedangkan yang mengalir ke bagian Selatan lebih

panjang, aliran sungainya kebanyakan bersifat perenmial. Sistem wilayah sungai

merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis

Nasional) pada sebagian Sub WS 03.01.01, Sub WS 03.01.12, Sub WS 03.01.13,

Sub WS 03.01.18, dan Sub WS 03.01.19 yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan

14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, Tabel 4.2. menunjukkan

Page 105: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

103

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli. Gambar 4.2.

menunjukkan kondisi Hidrologi/DAS di Wilayah Kabupaten Bangli

Tabel 4.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli

No Nama DAS

Luas

(Ha)

1 Danau Batur 1.667

2 sebagian DAS Bubuh 3.934,3

3 sebagian DAS Melangit 4.247,7

4 sebagian DAS Sangsang 6.602,5

5 sebagian DAS Ayung 9.507,6

6 sebagian DAS Yehalang 1.298,9

7 sebagian DAS Anyar 997,8

8 sebagian DAS Batas 86,8

9 sebagian DAS Silagading Tiga 517,2

10 sebagian DAS Puseh 221,5

11 sebagian DAS Jinah 1.314,9

12 sebagian DAS Luah 604,6

13 sebagian DAS Bungbung 10.782,9

14 sebagian DAS Pengasangan 62,7

15 sebagian DAS Deling 408

Sumber : Dokumen RTRW Kab. Bangli 2013 – 2033

Page 106: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

104

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 4.2 Hidrologi/DAS di Wilayah Kabupaten Bangli

Sumber: RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033

Page 107: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

105

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Kondisi hidrologis Kabupaten Bangli dapat dijelaskan bahwa Danau Batur

dengan luas 1.667 Ha, kedalaman 70 meter, volume 815,58 juta/m3, panjang garis

pantai (shoreline) 21,4 km dengan daerah tangkapan seluas 10.535 Ha. Sungai

yang ada di Kabupaten Bangli berjumlah 14 buah yang merupakan hulu-hulu

sungai utama yang bermuara di bagian Selatan Pulau Bali. Berdasarkan peta

pengendalian pengambilan air tanah dan perlindungan daerah resapan (Dep.

ESDM), wilayah Kabupaten Bangli dari bagian utara Kota Bangli ke arah utara

semuanya merupakan Daerah Resapan Air yang mengisi Cekungan Air Tanah

(CAT) wilayah Kabupaten/Kota Sarbagita termasuk wilayah Kabupaten Bangli

bagian selatan.

3.2. Kondisi Demografi

Berdasarkan hasil Registrasi penduduk, oleh Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bangli tahun 2017 jumlah penduduk di kabupaten bangli tercatat

216.017 jiwa, Jumlah penduduk tahun ini naik 0,13 persen dari sebelumnya

215.792 jiwa. Dengan luas wilayah 520,81 km2, kepadatan penduduk kabupaten

bangli pada tahun 2011 mencapai 415 jiwa/km2. Diantara kecamatan di

Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani merupakan daerah yang berpenduduk

terbesar dengan jumlah penduduk mencapai 92.531 jiwa atau 42,85 persen dari

seluruh penduduk Kabupaten Bangli. Berdasarkan analisis data kependudukan,

diperoleh jumlah penduduk per tahun yang terus mengalami peningkatan dengan

laju pertumbuhan 0.374% per tahun. Sedangkan data jumlah dan Kepadatan

penduduk lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Page 108: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

106

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Tabel 4.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bangli Tahun 2010-2016

Kecamatan Kepadatan penduduk (km

2)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Susut 878.7 882.35 886.82 890.06 894.12 897.77 900.81

Bangli 860.57 868.56 875.67 882.42 889.52 896.63 903.73

Tembuku 702.07 704.76 707.87 710.56 712.63 716.77 718.63

Kintamani 246.44 247.91 249.36 251.08 252.71 254.13 255.66

Kabupaten

Bangli 414.93 417.43 419.92 422.42 424.92 427.41 429.72 Sumber: BPS Kabupaten Bangli, 2016

Proyeksi penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2018

menggunakan Metoda Rata-Rata Aritmatik dengan Rumus yang digunakan :

Pn = Po + r (dn)

Di mana : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode

Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi

r = rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun.

dn = kurun waktu proyeksi

Berdasarkan analisis laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 sampai

2020 dari BPS Kabupaten Bangli, diketahui bahwa proyeksi penduduk didasarkan

pada data jumlah penduduk tahun 2010 sebagai data awal proyeksi perencanaan

dan tahun 2020 sebagai tahun akhir perencanaan memperoleh hasil yaitu pada

tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2020 proyeksi penduduk mencapai 228.400

jiwa. Tabel 4.4 menampilkan Proyeksi penduduk Kabupaten Bangli

Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bangli

Kelompok

Umur

Jumlah (dalam ribu jiwa)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

0-4 19,3 18,8 18,4 18,0 17,7 17,4 17,3 17,1 16,9 16,7 16,6

5-9 19,4 19,6 19,6 19,5 19,3 19,0 18,6 18,2 17,9 17,5 17,3

10-14 18,1 18,3 18,5 18,9 19,2 19,4 19,6 19,6 19,6 19,4 19,1

15-19 16,2 16,1 15,9 15,7 15,6 15,6 15,7 16,0 16,3 16,5 16,8

20-24 14,8 14,9 14,9 14,9 14,8 14,6 14,4 14,2 14,0 13,9 13,9

Page 109: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

107

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

25-29 16,5 16,3 16,3 16,3 16,3 16,5 16,6 16,6 16,6 16,5 16,3

30-34 17,2 17,0 16,8 16,5 16,3 16,1 16,0 15,9 16,0 16,1 16,1

35-39 17,4 17,4 17,2 17,0 16,9 16,7 16,5 16,3 16,0 15,8 15,6

40-44 15,2 15,4 15,4 15,5 15,5 15,4 15,4 15,3 15,1 14,9 14,9

45-49 13,7 14,3 15,1 15,6 16,1 16,3 16,5 16,7 16,7 16,7 16,7

50-54 12,0 12,5 12,9 13,3 13,9 14,5 15,3 16,1 16,7 17,1 17,4

55-59 9,5 9,8 10,2 10,6 10,9 11,3 11,7 12,1 12,5 13,1 13,8

60-64 8,2 8,3 8,5 8,7 8,9 9,3 9,6 9,9 10,3 10,7 11,1

65-69 6,5 6,5 6,7 6,8 7,0 7,3 7,4 7,5 7,8 8,0 8,3

70-74 5,5 5,5 5,7 5,7 5,9 5,9 6,1 6,2 6,4 6,6 6,7

75+ 6,6 6,7 6,6 7,0 7,0 7,3 7,1 7,4 7,4 7,8 7,8

Jumlah 216,1 217,4 218,7 220,0 221,3 222,6 223,8 225,1 226,2 227,3 228,4

Sumber: BPS Kabupaten Bangli, 2016

4.3. Tata Ruang Wilayah

Berdasakan dokumen RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033,

kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan

untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli. Kebijakan dan

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten Bangli berfungsi :

Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah.

Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pemanfaatan

ruang wilayah.

Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan

ruang wilayah.

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli dirumuskan

berdasarkan: tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli, karakteristik

wilayah kabupaten Bangli, kapasitas sumber daya wilayah kabupaten Bangli

dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya dan ketentuan peraturan

perundang-undangan terkait.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli dirumuskan dengan

kriteria:

Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan

penataan ruang wilayah provinsi Bali;

Page 110: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

108

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu

perencanaan;

Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang

diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan

Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli disusun untuk

mencapai tujuan yang telah diuraikan, meliputi :

a. pemerataan pengembangan wilayah melalui peningkatan pusat-pusat

pelayanan kawasan perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan

perdesaan dengan menterpadukan sistem perkotaan wilayah kabupaten

yang terintegrasi dengan sistem perkotaan nasional dan Provinsi Bali;

b. peningkatan aksesibilitas antar wilayah, antar kawasan perkotaan, dan

antar kawasan perdesaan di seluruh wilayah kabupaten;

c. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana di seluruh

wilayah kabupaten dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan

terpadu antar desa dalam bentuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL),

kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan yang terintegrasi dengan

sistem perkotaan, serta meningkatkan keterkaitan antar kawasan

perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, antara

kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

d. pemantapan Kabupaten Bangli yang hijau, produktif, dan berkelanjutan

sebagai penopang pelestarian lingkungan alam Bali;

e. pemantapan potensi keunikan alam dan budaya daerah sebagai potensi

kepariwisataan;

f. peningkatan peran komoditas unggulan pertanian, hortikultura,

perkebunan, tanaman kehutanan, peternakan, perikanan dan industri kecil

untuk mendorong perekonomian daerah; dan

g. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung, daya tampung,

mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Kabupaten Bangli sebagai bagian dari Pulau Bali rentan akan adanya

bencana alam, karena kedudukan Pulau Bali pada pada pertemuan tiga lempeng

Page 111: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

109

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

tektonik utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap

bencana alam. Dilihat dari potensi bencana yang ada, beberapa bencana yang

berpotensi menimpa Kabupaten Bangli dapat dilihat pada, antara lain :

Kawasan rawan bencana tanah longsor

Kawasan rawan bencana letusan gunung api

Kawasan rawan bencana gempa bumi

Kawasan rawan bencana Kebakaran

Kawasan rawan bencana kekeringan

Kawasa rawan bencana angin siklon tropis

a. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan-kawasan yang

mempunyai potensi terjadinya gerakan tanah terutama pada kawasan-

kawasan yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal. Sebaran

kawasan rawan bencana tanah longsor di Pulau Bali terbagi menjadi 4

(empat) kategori yang disebut Zona Kerentanan Gerakan Tanah yaitu :

sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi. Kawasan yang dianggap

termasuk rawan gerakan tanah rawan tanah lomgsor adalah kawasan yang

memiliki zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Sebaran kawasan rawan

gerakan tanah di Kabupaten Bangli terutama terdapat pada kawasan yang

memiliki kemiringan tanah di atas 40% yang sebarannya terutama terdapat

pada di seluruih dinding Kaldera Gunung Batur, baik kaldera luar maupun

kaldera dalam serta pada beberapa spot kawasan tersebar di wilayah

Kecamatan Kintamani lainnya serta di pinggir sungai. Kawasan-kawasan

tersebut merupakan kawasan yang termasuk dalam zona kerentanan

geralan tanh tinggi.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Gunung Batur

Gunung berapi Gunung Batur terletak di Kecamatan Kintamani.

Berdasarkan analisis data dari Direktorat Vulkanologi, Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral, kawawan rawan bencana alam letusan gunung

berapi Gunung Batur hanya berada disekitar lembah Gunung Batur.

Page 112: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

110

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Berdasarkan uraian sejarah, terjadinya Bahaya Gas beracun dapat

berupa mofet (CO dan CO2), Solfatara (H2S, H2SO4) dan adanya gas

beracun lainnya yang hanya muncul dan terkonsentrasi di daerah kawah dan

lubang letusan terutama bila keadaan cuaca buruk. Berdasarkan data-data

yang ada serta memperhatikan bentang alam kaldera Batur, maka kawasan

rawan bencana letusan gunung berapi Gunung Batur menjadi 3 (tiga) zona,

terdiri atas:

1. Kawasan Rawan Bencana III (Zona Terlarang)

Adalah kawasan yang terlanda aliran lava, hujan abu dan

kemungkinan adanya gas beracun. Kawasan ini terutama di terletak daerah

puncak Gunung Batur, lereng bagian tenggara, selatan, barat daya, barat dan

barat laut. Pada kawasan yang termasuk Rawan Bencana III, tidak

diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk kegiatan wisata.

2. Kawasan Rawan Bencana II (Zona Bahaya)

Adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan

kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar. Kawasan ini

mencakup kaki gunung sebelah utara, timur laut dan timur hingga berbatasan

dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur. Luas zona bahaya

meliputi jari-jari ± 3 Km dari puncak Gunung Batur.

3. Kawasan Rawan Bencana I (Zona Waspada);

Adalah kawasan yang hanya terancam hujan abu dan kemungkinan

lontaran batu pijar, meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius ± 6 Km

dari puncak Gunung Batur. Kawasan cukup layak dan diperbolehkan adanya

kegiatan pemukiman dan penunjangnya.

c. Kawasan Rawan Gempa Bumi

Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu

banyak, kecuali gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang

berupa Gempa Vulkanik. Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi

di Bali yang diterbitkan oleh Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral,

Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten

Page 113: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

111

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Bangli serta data potensi Kawasan rawan bencana Provinsi Bali termasuk

dalam Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah.

d. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran

Kawasan rawan bencana kebakaran, terutama terjadi pada kawasan

lahan kering dan kawasan hutan. Pemicu terjadinya potensi kebakaran adanya

pembakaran untuk pembukaan lhan yang disengaja serta karena kondisi iklim

dan cuaca yang merangsang terjadinya kebakaran.

Salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan adalah adanya hutan

bervegetasi homogen dan curah hujan rendah, serta dominasi pohon pinus

yang mengeluarkan zat ektraktif yang mudah terbakar. Kawasan hutan yang

rawan kebakaran yaitu RPH Kintamani Barat, RPH Kintamani Timur dan

RPH Penelokan.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi

peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan

ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat

dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan

d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;

c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan

lingkungan;dan

d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Gambar 4.3 memnunjukkan Peta Pola Ruang Kabupaten Bangli. Rencana

pola ruang wilayah kabupaten Bangli merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan

dalam RTRWN, RTRWP Bali dan RTRW Kabupaten Berbatasan.

Page 114: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

112

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Gambar 4.3. Pola Ruang Kabupaten Bangli

Sumber: RTRW Kabupaten Bangli tahun 2013 – 2033

Page 115: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

113

Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Leger Jalan di Kabupaten Bangli

Penataan ruang merupakan proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang,

dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karenanya dalam proses penataan

ruang, tidak terbatas pada proses perencanaan saja. Tetapi, meliputi aspek

pemanfaatan yang merupakan wujud operasional rencana tata ruang serta proses

pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan tata ruang merupakan wujud

struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan mapun tidak

direncanakan. Tujuan tata ruang adalah terselenggaranya pemanfaatan ruang

berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan

nasional. Sehingga kehidupan yang harmonis, lestari dan asri dapat diperoleh oleh

manusia.

Page 116: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

Laporan Pendahuluan_ Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, E. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arc View GIS.

Yogyakarta: Andi Offset.Jakarta: PPM.

Charter, D. 2004. Desain dan Applikasi GIS. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web Geographic Information System (SIG) Untuk

Mencari Jalur Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik

Elektronika Negeri Surabaya.

Fathansyah. 2012. Basis Data. Bandung: Informatika.

Harintaka. 2003. Penggunaan Persamaan Kolinier Untuk Rektifikasi Citra Satelit

SPOT Secara Parsial. Media Teknik. Yogyakarta: Fakultas Teknik,

Universitas Gadjah Mada

Jan Kraak, Menno dan Ferjan Ormelling. 2007. Kartografi, Visualisasi Data

Geopasial (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ladjamudin, A.B. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Graha

Ilmu

Lillesand dan Kiefer, 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri

(Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Murai, Shunji. 2006. GIS Workbook Vol I, University of Tokyo. Diterjemahkan

oleh Prayitno

Mustakini, J.H. 2009. Sistem Informasi Teknologi. Yogyakarta: Andi Offset.

Moffitt, F. H. And E.M. Mikhail. 1980. Photogrammetry. 2nd

Edition. New York:

Harper and Row Publisher

Nugroho, Adi. 2004. Konsep Pengembangan Sistem Basis Data. Bandung:

Informatika

Nugroho, Bunafit. 2005. Perancangan Web Dengan Fireworks dan Dreamweaver

MX. Yogyakarta: Gava Media

Nuryadin, Ruslan. 2005. Panduan Menggunakan MapServer. Bandung:

Informatika

Prahasta, E. 2005. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar. Bandung:

Penerbit Informatika.

Page 117: Laporan Pendahuluan Penyusunan DED Pembuatan Database

Laporan Pendahuluan_ Penyusunan DED Pembuatan Database Jalan di Kabupaten Bangli

Purwadhi, 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Jakarta;

LembagaPenerbangan Antariksa Nasional

Rahman, Abdul. 2008. Spasial Data Modelling For 3D GIS. Springer, Berlin.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid II, Edisi 2. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Undang-Undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan

PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 25/PRT/M/2014 tentang Tata Cara Survey Jalan

KEPMEN PU No. 375/ KPTS/ M/ 2004 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan

dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya sebagai jalan arteri, jalan

kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3

Keputusan Bupati Bangli No. 620/ 879/ 2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan

Sebagai Jalan Kabupaten.

Tata Cara Pelaksanaan Survei lalu Lintas, No. 01/T/BNKT/1990

Tata Cara Survey Kondisi Jalan Kota, No. 05/T/BNKT/1991