laporan praktikum analisis pangan protein
DESCRIPTION
Laporan Analisis Kandungan ProteinTRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/1.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan hasil pengamatan penentuan kadar protein dengan menggunakan uji biuret :
Tabel 1. Tabel Hasil Perhitungan Kadar dengan Uji Biuret
Sampel A C (mg/0,2 ml) C (mg/ml) Literatur Literatur
(mg/ml)Telur Puyuh 0,891 11,680 58,431 10,7
g/100g 109,89
Telur ayam buras 0,533 7,006 35,032 10,8
g/100g 110,92
Susu pasteurisasi 0,919 12,0522 60,261 11g/250 ml 44,00
Susu Steril 0,928 12,169 60,849 6 g/189 ml 31,75Sari kacang
kedelai 0,208 2,7581 13,79 3 g/200 ml 15,00
Telur ayam kampung 0,882 11,568 57,84 10,8
g/100g 110,92
Telur bebek 0,842 11,046 35,23 11 g/100 g 112,97
Susu UHT 1,181 15,478 77,39 6 g/200 ml 30,00
Yogurt 0,674 8,8497 44,2485 2,15 g/220 ml 9,77
Sari kacang hijau 0,058 0,797 3,396 3 g/200 ml 15,00
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur
C, H, O, dan N yang tidak dimiliki lemak atau karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsure
logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991). Protein dapat berfungsi sebagai
sumber energi, pembangun tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh (Muchtadi,
2009). Penentuan kadar protein metode biuret merupakan metode penentuan
secara kuantitatif.
Metode biuret digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa
yang mengandung gugus amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus
amida asam yang lain atau gugus yang lain seperti -CSNH2, -CH2NH2, -
C(NH)NH2, -CRHNH2, -CHOHCH2NH2 -CHOHCH2NH2, -CHNH2CH2O2, -
CHNH2CHOH. Dengan demikian uji biuret tidak hanya untuk protein tapi untuk
zat lain seperti biuret atau malonamida juga memberikan reaksi positif yaitu
ditandai dengan timbulnya warna merah-violet atau biru-violet (Sudarmadji,
![Page 2: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/2.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
1989). Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif
untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Percobaan dilakukan pada sampel diantaranya sampel telur puyuh, telur
ayam buras, susu pasteurisasi, susu steril dan sari kacang kedelai. Sebanyak 0,5
ml sampel dilarutkan dengan pereaksi biuret. Larutan biuret ini terdiri dari CuSO4
encer. Campuran ini dipanaskan dengan suhu 370C selama 10 menit. Dalam
larutan basa Cu2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida atau
polipetida. Kompleks ini akan menghasilkan warna ungu dengan absorbansi
maksimal pada 540 nm. Untuk mengetahui nilai absorbansi larutan ini digunakan
spektrofotometer.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur
pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
(Winarno, 1992). Pembuatan kurva dapat dilakukan dengan mengetahui nilai
absorbansi larutan BSA pada konsentrasi tertentu, yaitu dengan mencampurkan
larutan BSA (Bovine Serum Albumine) dengan larutan biuret. Berikut ini adalah
kurva standar BSA:
![Page 3: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/3.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Metode Kjeldahl
Sampel W sampel (mg)
V titrasi (ml)
% Kadar N % Protein Literatur(%)
Kopi arabika 104,3 1,1 0,2148 1,343 1,41-1,6
Kornet 103,8 0,9 0,162 1,0125 0,16Susu UHT 187,0 1,1 0,122 0,7800 2,713
Bubur Kacang Hijau
110,7 0,5 0,051 0,3200 1/0,19
Bubur Kacang Merah
106,1 0,4 0,026 0,170 10%/
Kopi arabika 105,0 1,1 0,2134 1,334 1,41-1,6
Kornet 112,5 1,4 0,2744 1,715 0,16Susu UHT 140,7 0,4 0,0199 0,127 2,713
Bubur Kacang Hijau
103,3 1,4 0,298 1,860 1/0,19
Bubur Kacang Merah
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Prinsip dari penentuan kadar protein dengan metode Kjeldahl adalah
penetapan protein berdasarkan oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi
nitrogen menjadi ammonia. Selanjutnya ammonia bereaksi dengan kelebihan
asam membentuk ammonia sulfat. Larutan dibuat menjadi basa dan ammonia
diuapkan untuk kemudian diserap dalam larutan asam borat. Nitrogen yang
terkandung dalam larutan dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl 0.1
N. Pertama dilakukan tahap destruksi untuk memisahkan N. Sampel sebanyak
0.05 g dimasukkan ke labu kjeldahl dan ditambahkan HgO 0.04 gram dan K2SO4
0.9 g yang berfungsi sebagai katalisator. Katalisator ini ditambahkan untuk
mempercepat proses destruksi dengan mempertinggi titik didihnya. Kemudian
ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml untuk membentuk senyawa kompleks
berupa ammonium sulfat. Setelah itu dilakukan proses destruksi menggunakan
suhu 600oC pada hotplate sampai warnanya berubah menjadi hijau jernih.
Menurut Sudarmadji (2007), reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
HgO + H2SO4 HgSO4 + H2O
2HgSO4 Hg2SO4 + SO2 + 2On
![Page 4: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/4.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
Hg2SO4 + 2H2SO4 2HgSO4 + 2H2O + SO2
(CHON) + On + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4
Tahap kedua adalah destilasi yang bertujuan untuk memecah ammonium
sulfat menjadi ammonia (NH3). Pemecahan ammonium sulfat menjadi ammonia
dilakukan dengan penambahan NaOH 60% sebanyak 10 ml. Amonia yang
dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar yaitu H3BO3
sebanyak 15 ml dan ditambahkan indikator N (metil orange dan metil biru)
sebanyak 3 tetes. Destilasi diakhiri bila sudah semua ammonia terdestilasi
sempurna dengan ditandai destilat tidak bereaksi basis yaitu dilakukan uji pH.
Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dalam penampung
destilat dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0.1 N. Akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen.
Kadar nitrogen yang terkandung di dalamnya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
% N = ml HCl (sampel-blanko) x N HCl x FP x 14.007 x 100
W sampel (mg)
% Protein = %N x 6,25
Konstanta 6,25 didapat dari faktor konversi protein 100/16, sedangkan
angka 16 di dapatkan dari rata-rata kadar protein bahan pangan yaitu antara 13-19.
Angka konversi 6,25 digunakan untuk produk selain susu, sedangkan untuk susu
digunakan angka 6,38.
Sampel kopi arabika percobaan dengan literature tidak terlalu jauh
berbeda, sedangkan kornet untuk kedua percobaan lebih besar dibanding dengan
literature. Kadar protein susu UHT pada praktikum juga lebih rendah
dibandingkan dengan literature kadar protein susu. Selain itu kadar bubur kacang
hijau dan beras merah juga tidak sesuai dengan literature. Kadar protein pada
sampel bubur beras merah mengalami perbedaan dengan literature karena sampel
mengalami destilasi yang terlalu lama. Perbedaan kadar protein pada literatur dan
perhitungan dapat disebabkan karena tidak adanya perlakuan pendahuluan pada
sampel sehingga akan mempengaruhi daya oksidasi asam sulfat pada proses
![Page 5: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/5.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
destruksi. Terlalu lama melakukan titrasi juga akan menyebabkan kesalahan
perhitungan karena asam borat akan rusak. Kesalahan titrasi seperti terlalu banyak
HCl yang diberikan juga mempengaruhi hasil akhir yang tidak akurat. Kesalahan
juga dapat terjadi karena ammonium sulfat yang terbentuk selama proses destruksi
akan membentuk senyawa kompleks dengan HgO. Sebelum dilakukan destilasi
endapan ini harus diendapkan dulu agar senyawa kompleks merkuri-amonia pecah
menjadi ammonium sulfat (Sudarmadji, 1989).
VI. PENUTUP
![Page 6: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/6.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :
Penentuan kadar protein menggunakan metode biuret dianalisa
berdasarkan kurva standar absorbansinya
Penentuan kadar protein menggunakan metode kjhedal dianalisa
berdasarkan total N yang terhitung sebagai protein
Pada sampel susu UHT, kornet, bubur kacang hijau dan bubur kacang
merah terdapat perbedaan kadar protein yang dianalisa dengan literatur
6.2 Saran
Dalam melakukan pengukuran absorbansi lebih teliti lagi agar
mendapatkan hasil yang akurat.
Pada saat fase destruksi lebih diperhatikan lagi penambahan larutan dan
saat destruksi diruang asam sampai benar-benar hijau jernih.
Pada metode mikro-khjedal diperlukan waktu yang cukup karena proses
ini waktunya lama dan lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA
![Page 7: Laporan Praktikum Analisis Pangan Protein](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072106/55cf9068550346703ba5aa73/html5/thumbnails/7.jpg)
Venitha Dwi Hertanti240210120028
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F.G.. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.