laporan qa b2 (repaired)
DESCRIPTION
QATRANSCRIPT
LAPORAN PROGRAM JAMINAN MUTU KLINIK
Edukasi dan motivasi pasien diabetes
Klinik Dokter Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Kayu Putih
Kelompok B2
Agatha Grace Fransiska Ivana
Alvin A. Sani Hartanto Reza G
Diana Oei Mega Utami
Pembimbing:
Dr. Dhanasari V. Trisna, MSc, CM-FM
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)
April 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Penulis yang bertandatangan di bawah ini sejujurnya menyatakan bahwa laporan ini dan
seluruh referensi yang dikutip dan/atau dituliskan telah dicantumkan tanpa adanya
plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Bila di kemudian hari penulis ditemukan telah melakukan plagiarisme, penulis akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang diberikan oleh Universitas
Indonesia.
Kelompok B2
Agatha Grace Fransiska Ivana
Alvin A. Sani Hartanto Reza G
Diana Oei Mega Utami
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II. METODOLOGI...........................................................................................................4
2.1. Waktu dan Tempat......................................................................................................4
2.2. Materi..........................................................................................................................4
2.3. Instrumen.....................................................................................................................4
2.4. Prosedur Kerja.............................................................................................................5
BAB III. HASIL.........................................................................................................................7
BAB IV. PEMBAHASAN......................................................................................................12
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................15
5.1. Kesimpulan................................................................................................................15
5.2. Saran..........................................................................................................................15
BAB VI. INTERVENSI DAN EVALUASI INTERVENSI...................................................17
6.1. Intervensi...................................................................................................................17
6.2. Evaluasi Intervensi....................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................20
LAMPIRAN...........................................................................................................................A-1
Kuesioner Pasien................................................................................................................A-1
Kuesioner Petugas Kesehatan............................................................................................A-4
Form Intervensi..................................................................................................................A-6
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data demografis dan karakteristik pasien....................................................................7
Tabel 2. Data karakteristik pasien terkait edukasi DM..............................................................8
Tabel 3. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan pasien................................................................9
Tabel 4. Data demografis dan karakteristik petugas kesehatan...............................................10
Tabel 5. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan petugas kesehatan...........................................10
Tabel 6. Analisis alternatif solusi.............................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur penilaian progam jaminan mutu klinik............................................................5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Klinik Dokter Keluarga (KDK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Kayu
Putih adalah salah satu klinik dokter keluarga yang berada di bawah naungan FKUI. KDK
FKUI Kayu Putih yang berlokasi di Jalan Pondasi nomor 22, Kayu Putih, Jakarta Timur ini,
telah dilengkapi dengan berbagai pelayanan medis, seperti: tenaga dokter umum, dokter gigi,
klinik spesialis (misalnya THT, mata, dan psikiatri), farmasi, laboratorium, serta foto rontgen.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan di sebuah sarana kesehatan, perlu dilakukan suatu
Clinical Quality Assurance atau Program Jaminan Mutu Klinik. Program tersebut
seyogyanya dilaksanakan secara sistematis dan objektif agar dapat mengidentifikasi masalah
yang ada di klinik terkait, mencari tahu kemungkinan penyebab masalah, dan pada akhirnya
memberikan solusi berupa intervensi yang sesuai sehingga mutu pelayanan di fasilitas
kesehatan tersebut dapat meningkat.
KDK FKUI Kayu Putih berperan sebagai pusat penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM)
dilengkapi dengan manajer kasus dan tenaga medis terlatih khusus DM. Pasien-pasien DM
yang datang ke klinik ini umumnya ialah pasien lama yang memang rutin berobat di sana.
KDK FKUI Kayu Putih menyediakan berbagai layanan yang menunjang keseluruhan
penatalaksanaan komprehensif dari penyakit DM. Berbagai pelayanan yang ditawarkan
meliputi: skrining gula darah sewaktu, konsultasi dokter yang ahli dalam menangani penyakit
DM, konsultasi ke dokter spesialis mata dalam rangka deteksi dini, pencegahan, dan
penatalaksanaan komplikasi DM, konsultasi dokter gigi, serta edukasi nutrisi oleh ahli gizi
yang bersertifikasi. Setiap pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih juga dibekali dengan sebuah
buku paspor DM yang berisikan dokumentasi keadaan klinis pasien dan edukasi singkat. Hal
ini semua bertujuan untuk memberikan penatalaksanaan komprehensif bagi penderita DM
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
DM adalah suatu penyakit metabolik yang sering dijumpai di Indonesia. Gangguan metabolic
ini merupakan suatu penyakit dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada penyakit ini
diasosiasikan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan sejumlah organ
1
tubuh, terutama: mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Secara epidemiologik,
diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan bahwa awitan sesungguhnya dari diabetes
adalah 7 tahun sebelum dapat ditegakkannya diagnosis DM itu sendiri. DM tipe dua yang
bersifat didapat memiliki beberapa faktor risiko, antara lain: bertambahnya usia, kejadian
obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas fisik, dan hiperinsulinemia. Semua
faktor ini berinteraksi dengan faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
Modalitas penatalaksanaan DM tipe 2 umumnya dikenal sebagai empat pilar tatalaksana DM.
Pilar-pilar ini terdiri dari terapi non-farmakologis yang meliputi edukasi berkala mengenai
berbagai topik terkait diabetes, modifikasi gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola
makan (terapi gizi medis) dan aktivitas fisik rutin, serta terapi farmakologis. Terapi
farmakologis ini diberikan jika penerapan terapi non-farmakologi masih tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah sebagaimana yang diharapkan. Namun, perlu
diperhatikan selama pemberian terapi farmakologis, terapi non-farmakologis juga tetap harus
diterapkan.
Sebagai pusat penatalaksanaan Diabetes Melitus, KDK FKUI Kayu Putih telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien Diabetes Melitus, misalnya dengan
melakukan berbagai penyuluhan di banyak kesempatan dan edukasi berkala saat pasien
berkunjung ke klinik untuk berobat. Sayangnya, pada beberapa pasien yang kami jumpai
selama praktik klinik kepaniteraan profesi selama 2 minggu di sana, masih terdapat sejumlah
pasien yang tingkat pengetahuannya mengenai DM masih kurang, baik dalam hal penegakkan
diagnosis, penatalaksanaan, hingga komplikasi yang dapat terjadi.
KDK FKUI Kayu Putih sendiri sudah memiliki Standard Operational Procedure untuk
menangani penyakit Diabetes Melitus. Terdapat alur pelayanan khusus, hingga map berkas
status khusus yang diperuntukkan bagi pasien DM yang berobat secara rutin di KDK FKUI
Kayu Putih. Meskipun demikian, kami menilai bahwa masih perlu dilakukan evaluasi
mengenai motivasi dan edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan di KDK FKUI Kayu
Putih. Oleh karena alasan tersebut, maka kami memutuskan untuk melakukan Program
Jaminan Mutu Klinik berupa evaluasi edukasi dan motivasi pasien DM oleh petugas
kesehatan KDK FKUI Kayu Putih.
2
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan program edukasi dan motivasi pada pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Teridentifikasinya karakteristik dan data demografis pasien DM di KDK FKUI Kayu
Putih
2. Teridentifikasinya tingkat pengetahuan dan sumber informasi pasien mengenai DM
3. Teridentifikasinya pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan tentang tatalaksana
komprehensif DM di KDK FKUI Kayu Putih
4. Teridentifikasinya tingkat pemberian edukasi pada pasien DM oleh petugas kesehatan di
KDK FKUI Kayu Putih
5. Teridentifikasinya pencatatan mengenai pemberian edukasi pada pasien DM oleh petugas
kesehatan di KDK FKUI Kayu Putih
6. Teridentifikasinya karakteristik dan data demografis petugas kesehatan di KDK FKUI
Kayu Putih
7. Teridentifikasinya tingkat pengetahuan terkait DM pada petugas kesehatan di KDK FKUI
Kayu Putih
8. Teridentifikasinya masalah dan penyebab masalah program motivasi dan edukasi pasien
DM di KDK FKUI Kayu Putih
9. Tersusunnya perencanaan intervensi pemecahan masalah program motivasi dan edukasi
pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih
3
BAB II
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
Program Jaminan Mutu Klinik dalam pemberian edukasi dan motivasi pada pasien DM ini
dilakukan di KDK FKUI Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur, pada periode 18 – 25
Maret 2013. Penilaian ini dilakukan melalui beberapa cara: lembar kuesioner, observasi
lapangan (catatan medik dan pelayanan), dan analisis data melalui diskusi.
2.2. Materi
2.2.1. Target Populasi
Populasi yang dinilai adalah pasien dengan diagnosis DM dari segala kelompok umur yang
berobat di KDK FKUI Kayu Putih dan para petugas kesehatan yang bekerja di klinik
tersebut.
2.3.2. Sampel/Subjek
Subjek yang dinilai adalah pasien DM yang berobat di KDK FKUI Kayu Putih, petugas
kesehatan yang bekerja di klinik tersebut, dan bersedia untuk menjadi subjek penilaian
Program Jaminan Mutu Klinik. Sejumlah 30 orang pasien DM dan 9 orang petugas kesehatan
dinilai dalam penelitian ini.
2.3.3. Penarikan Sampel
Penarikan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling (30 buah catatan medik, 30
orang pasien DM, dan 9 petugas kesehatan yang bersedia menjadi responden dari total 12
petugas kesehatan).
2.3. Instrumen
2.3.1. Formulir
- Formulir 1: informed consent
- Formulir 2: kuesioner edukasi dan motivasi pasien DM
4
- Formulir 3: kuesioner penerapan edukasi dan motivasi petugas kesehatan kepada pasien
dm
2.4. Prosedur Kerja
Program Jaminan Mutu Klinik edukasi dan motivasi pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih
dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak KDK dan Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas FKUI. Informasi tentang Program Jaminan Mutu Klinik dan informed
consent akan diberikan kepada setiap subjek dan setiap subjek akan diminta untuk
menandatangani lembar informed consent.
2.4.1. Alur Penilaian Program Jaminan Mutu Klinik
Penilaian akan dilakukan pertama kali dengan pengambilan data pasien DM dengan metode
wawancara terpimpin sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Kelengkapan catatan
medik untuk data edukasi dan motivasi akan dinilai.
Gambar 1. Alur penilaian progam jaminan mutu klinik
5
Setelah semua data pasien dan catatan medik terkumpul, para petugas kesehatan akan
diwawancara sesuai kuesioner untuk petugas kesehatan guna menilai tingkat pengetahuan dan
penerapan edukasi dan motivasi dalam tatalaksana pasien DM. Semua data akan
dikumpulkan dalam database sebelum akhirnya dianalisis menggunakan SPSS versi 17.0 dan
didiskusikan dengan pihak Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Intervensi akan
dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan di lapangan. Evaluasi intervensi kemudian
akan dilakukan secara kualitatif. Secara skematis, alur penilaian Program Jaminan Mutu
Klinik yang dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 1.
6
BAB III
HASIL
Tiga puluh orang sampel diambil secara konsekutif dari pasien DM yang sedang berobat di
klinik, pasien yang datang ke senam DM, dan pasien yang datang pada saat penyuluhan DM
bulanan (Tabel 1). Dari 30 responden, mayoritas adalah wanita (73.3%) dengan usia rata-rata
65.03 ± 8.410 tahun. Sebagian besar pasien memiliki riwayat DM di keluarga (66.7%).
Hampir semua pasien didiagnosis oleh dokter (96.7%). Hanya 23.3% dari responden yang
didiagnosis di KDK. Mayoritas diagnosis didapatkan di puskesmas (63.3%) dan sisanya
didiagnosis di rumah sakit.
Tabel 1. Data demografis dan karakteristik pasien
Usia (rerata ± SD) 65.03 ± 8.410Jenis Kelamin [n(%)]
Laki-laki 8 (26.7)Perempuan 22 (73.3)
Pendidikan [n(%)]SD 3 (10.0)SMP 8 (26.7)SMA 15 (50.0)D3 1 (3.3)S1 3 (10.0)
AntropometriTinggi Badan (rerata ± SD) 155.33 ± 5.378Berat Badan (rerata ± SD) 57.87 ± 5.975Indeks Massa Tubuh (rerata ± SD) 23.98 ± 2.188
Riwayat DM di keluarga [n(%)]Ada 20 (66.7)Tidak ada 10 (33.3)
Didiagnosis DM oleh [n(%)]Dokter 29 (96.7)Petugas Kesehatan Lain 1 (3.3)
Didiagnosis DM di [n(%)]Puskesmas 19 (63.3)KDK 7 (23.3)Rumah sakit 4 (13.3)
Pasien di KDK [n(%)]Ya 27 (90.0)Tidak 3 (10.0)
Mendapatkan info DM di KDK [n(%)]Ya 23 (76.7)Tidak 4 (13.3)
Diberikan info DM oleh [n(%)]Dokter 22 (95.7)Staf kesehatan lainnya 1 (4.3)
Lama sejak pertama terdiagnosis DM (rentang) 0 - 33Lama sejak pertama kontrol di KDK (rentang) 0 - 33
7
Pada saat pengisian kuesioner, 90% responden merupakan pasien KDK dan 76.7% dari total
responden mendapatkan informasi mengenai DM di KDK. Informasi tersebut diberikan
hampir seluruhnya oleh dokter (95.7%).
Sebanyak 83.3% dari responden merupakan peserta senam DM dan hanya 2 orang yang
belum pernah mendapatkan penyuluhan DM. Walau demikian, didapatkan rata-rata IMT
responden senilai 23.98 ± 2.188 kg/m2. Dari hasil pemeriksaan gula darah sewaktu secara
kolektif pada 32 orang responden lain saat penyuluhan DM, didapatkan rata-rata kadar gula
darah sewaktu senilai 216,68 mg/dL.
Tabel 2. Data karakteristik pasien terkait edukasi DM
Media edukasi yang dipilih [n(%)]Poster/spanduk 6 (20.0)Booklet/brosur/leaflet 16 (53.3)Video/film pendek 6 (20.0)Majalah 1 (3.3)Lain-lain (mis: penyuluhan) 1 (3.3)
Membaca brosur DM KDK [n(%)]Ya 25 (83.3)Tidak 5 (16.7)
Senam DM di KDK [n(%)]Ya 13 (43.3)Tidak 17 (56.7)
Jumlah Ikut Penyuluhan DM [n(%)]0 2 (6.7)<5 11 (36.7)5-10 9 (30.0)>10 8 (26.7)
Penyuluhan DM oleh [n(%)]KDK 21 (70.0)Puskesmas 4 (13.3)Rumah sakit 3 (10.0)
Pengetahuan DM dirasakan cukup [n(%)]Ya 10 (33.3)Tidak 20 (66.7(
Lebih dari setengah responden memilih media edukasi yang terbaik bagi mereka berupa
booklet/brosur/leaflet (53.3%) dan 83.3% dari mereka menyatakan pernah membaca brosur
mengenai DM di KDK. Walaupun telah mendapat penyuluhan dan edukasi, 66.7% dari
responden merasa bahwa pengetahuan mereka mengenai DM masihkurang (Tabel 2).
Topik penyuluhan yang ingin diketahui responden lebih lanjut adalah mengenai komplikasi
DM. Meskipun demikian, bila kita lihat data hasil kuesioner tingkat pengetahuan pasien,
didapatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan seputar komplikasi DM (nomor 15, 17-20, dan 24)
dapat dijawab mayoritas responden dengan benar (Tabel 2 dan 3).
8
Tabel 3. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan pasien
No. PernyataanYa
n (%)Tidakn (%)
1. Riwayat diabetes mellitus di keluarga merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus
27 (90.0) 3 (10.0)
2. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis merupakan penyebab diabetes mellitus
30 (100.0) 0 (0.0)
3. Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus
30 (100.0) 0 (0.0)
4. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menular 1 (3.3) 29 (96.7)5. Diabetes mellitus terjadi karena insulin dalam tubuh bermasalah 20 (66.7) 10 (33.3)6. Diabetes mellitus dapat disembuhkan 9 (30.0) 21 (70.0)7. Pasien diabetes mellitus tidak perlu mengatur pola makan 10 (33.3) 20 (66.7)8. Pasien diabetes mellitus harus makan makanan khusus 20 (66.7) 10 (33.3)9. Anjuran olahraga pada pasien diabetes mellitus adalah 1 kali seminggu 21 (70.0) 9 (30.0)10. Aktivitas fisik dan latihan jasmani teratur dapat memperbaiki masalah
insulin29 (96.7) 1 (3.3)
11. Pasien diabetes memerlukan perawatan kaki yang lebih cermat daripada orang tanpa diabetes
27 (90.0) 3 (10.0)
12. Obat-obatan diabetes tidak perlu diminum secara rutin 14 (46.7) 16 (53.3)13. Penggunaan obat diabetes lebih penting daripada olahraga dan pola
diet18 (60.0) 12 (40.0)
14. Luka pada penderita diabetes melitus lebih sulit sembuh daripada pada orang tanpa diabetes
29 (96.7) 1 (3.3)
15. Rasa baal dan kesemutan pada tangan dan kaki merupakan komplikasi dari diabetes mellitus
26 (86.7) 4 (13.3)
16. Pasien diabetes mellitus dianjurkan untuk menggunakan celana/pakaian/sepatu yang ketat
1 (3.3) 29 (96.7)
17. Diabetes mellitus meningkatkan resiko sakit jantung 30 (100.0) 0 (0.0)18. Diabetes mellitus meningkatkan resiko penyakit infeksi 29 (96.7) 1 (3.3)19. Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke 30 (100.0) 0 (0.0)20. Diabetes melitus dapat merusak ginjal 29 (96.7) 1 (3.3)21. Cara terbaik mengecek kadar gula dalam tubuh adalah melalui urine 6 (20.0) 24 (80.0)22. Pada pasien diabetes mellitus, pemeriksaan, HbA1c dilakukan
seminggu sekali6 (20.0) 24 (80.0)
23. Target pengendalian gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus adalah 200 mg/dl
14 (46.7) 16 (53.3)
24. Diabetes mellitus dapat menyebabkan kebutaan 29 (96.7) 1 (3.3)25. Kadar gula darah yang tinggi (>300 mg/dL) tidak berbahaya asalkan
pasien tetap mengkonsumsi obat diabetes24 (80.0) 6 (20.0)
26. Lemas, tangan gemetaran dan keringat dingin merupakan tanda kadar gula yang tinggi dalam tubuh
24 (80.0) 6 (20.0)
Pertanyaan umum mengenai diabetes melitus pada poin 1-4 dapat di jawab dengan benar oleh
mayoritas responden. Namun pada pertanyaan 5-8, banyak responden yang belum dapat
menjawab dengan tepat. Dapat dilihat pula pertanyaan mengenai target gula darah,
pentingnya olahraga dan diet, serta pengobatan tidak dapat dijawab dengan tepat oleh
setengah dari responden. Untuk pertanyaan perihal tanda-tanda kegawatan pada pasien DM,
hanya sebagian kecil responden (20.0%) yang tidak dapat menjawab dengan benar (Tabel 3).
Kuesioner petugas kesehatan diisi oleh 9 orang petugas kesehatan di KDK FKUI Kayu Putih.
Mayoritas responden merupakan wanita (77.8%) dan berpendidikan sarjana (55.6%). Lama
9
bekerja di klinik berkisar dari 1 hingga 36 tahun. Dari 9 responden, 6 responden menangani
pasien DM sejumlah antara 1-5 pasien setiap minggunya. Menurut para petugas kesehatan di
KDK, metode edukasi yang terbaik adalah konseling (44.4%) disusul oleh penyuluhan
(33.3%), kemudian media elektronik (22.2%).
Tabel 4. Data demografis dan karakteristik petugas kesehatan
Jenis kelamin [n (%)]Laki-laki 2 (22.2)Perempuan 7 (77.8)
Pendidikan Terakhir [n (%)]SMA 1 (11.1)D3 2 (22.2)S1 5 (55.6)S2 1 (11.1)
Umur (rerata ± SD) 38.89 ± 11.285Lama Bekerja (rentang tahun) 1 - 36Menangani Pasien DM/minggu [n (%)]
0 2 (22.2)1-5 6 (66.7)6-10 0 (0)11-15 0 (0)>15 1 (11.1)
Sarana Edukasi yang Tepat [n (%)]Konseling 4 (44.4)Penyuluhan 3 (33.3)Media cetak 0 (0)Media elektronik 2 (22.2)
Secara garis besar, 20 pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan dapat dijawab dengan
tepat oleh responden petugas kesehatan. Beberapa pernyataan seperti “pasien DM merupakan
pasien penyakit kronik” masih menghasilkan jawaban yang salah pada sepertiga responden.
Pernyataan bahwa “semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya
wajib melakukan edukasi DM untuk pasien di klinik” dianggap salah oleh sepertiga
responden (Tabel 5).
Pada poin mengenai perlunya screening TB bagi pasien DM dan perlunya untuk memeriksa
kaki pasien DM pada setiap kunjungan, 5 orang responden menyatakan harus screening
sedangkan 4 lainnya menyatakan tidak perlu.
Tabel 5. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan petugas kesehatan
No.Pernyataan
Benarn (%)
Salahn (%)
1 Pasien DM merupakan pasien yang memerlukan perawatan singkat 0 (0.0) 9 (100.0)2 Pasien DM merupakan pasien penyakit kronik 6 (66.7) 3 (33.3)3 Untuk melayani pasien DM perlu pelatihan khusus 7 (77.8) 2 (22.2)4 Program penatalaksanaan DM di klinik memerlukan pengaturan
yang khusus8 (88.9) 1 (11.1)
10
5 Penatalaksanaan DM meliputi obat, diet, aktifitas fisik dan kontrol teratur
9 (100.0) 0 (0.0)
6 Diperlukan seorang manajer kasus di klinik yang khusus melayani pasien DM
9 (100.0) 0 (0.0)
7 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib mendukung skrining DM di klinik
9 (100.0) 0 (0.0)
8 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib mendukung edukasi DM pada pasien
8 (88.9) 1 (11.1)
9 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib melakukan edukasi DM untuk pasien di klinik
6 (66.7) 3 (33.3)
10 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib melakukan motivasi penatalaksanaan untuk semua pasien DM di klinik
9 (100.0) 0 (0.0)
11 Pasien kontrol DM yang datang ke klinik harus diberikan perhatian lebih untuk memperoleh layanan tindak lanjut yang tepat
8 (88.9) 1 (11.1)
12 Pasien DM yang ditemukan di klinik harus melaksanakan skrining TB
5 (55.6) 4 (44.4)
13 Pasien DM yang datang kontrol harus diperiksa kakinya 5 (55.6) 4 (44.4)14 Pasien DM yang datang kontrol harus selalu diperiksa kadar gula
darahnya9 (100.0) 0 (0.0)
15 Pasien DM harus diperiksa kadar HbA1C setiap tiga bulan 8 (88.9) 1 (11.1)16 Pasien DM harus di kontrol retina matanya setiap enam bulan 8 (88.9) 1 (11.1)17 Pasien DM harus diberi passport DM untuk mencatat kegiatan
penatalaksanaan DMnya sehari-hari9 (100.0) 0 (0.0)
18 Pasien DM harus ditelpon untuk diingatkan kedatangan kontrolnya oleh manajer kasus
8 (88.9) 1 (11.1)
19 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan pertemuan antar pasien sebulan sekali
9 (100.0) 0 (0.0)
20 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan senam DM seminggu sekali untuk pasien dan keluarganya
8 (88.9) 1 (11.1)
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil observasi rekam medis dan kinerja petugas medis di KDK Kayu Putih dalam
penanganan pasien DM sudah baik. Di rekam medis pasien DM, dinyatakan bahwa pasien
mendapatkan edukasi pada setiap kunjungan.
Walau demikian, belum terdokumentasi dengan baik apa dan kapan saja edukasi diberikan,
siapa edukator yang mengisi kolom pernyataan pemberian edukasi tersebut, dan kepada siapa
saja selain pasien edukasi telah diberikan. Sebenarnya setiap pasien DM di KDK FKUI Kayu
Putih memiliki paspor DM yang berisi dokumentasi keadaan klinis pasien dan dapat
dimaksimalkan sebagai sarana edukasi dan dokumentasi edukasi yang diberikan.
Berdasarkan observasi lapangan, dokter dan manajer kasus di klinik tersebut telah
memberikan edukasi dan melakukan follow up dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
pengetahuan para pasien mengenai DM yang relatif baik dan frekuensi kontrol rutin dari
pasien-pasien bersangkutan. Meski demikian, peran manajer kasus tampak belum optimal
karena banyaknya tugas lain yang juga merupakan tanggung jawab manajer kasus yang
merangkap sebagai petugas administrasi di KDK FKUI Kayu Putih. Melalui diskusi dan
análisis lapangan, ada baiknya peran manajer kasus dijalankan oleh dua orang agar lebih
optimal.
Dari hasil kuesioner yang dibagikan pada para pasien DM dapat dilihat bahwa usia rerata
pasien diabetes yang berobat di klinik tersebut sekitar 65.03+/- 8.410 tahun, dominan pasien
wanita (73.3%), dengan tingkat pendidikan yang bervariasi: dari SD hingga S1 dengan
frekuensi terbanyak adalah tamatan SMA. Lebih dari setengah jumlah pasien memiliki
riwayat DM di keliarga dan hampir semua pasien yang berobat di KDK mendapatkan
informasi tentang DM dari dokter langsung. Dapat dilihat pula bahwa pasien-pasien tersebut
relatif rajin engikuti penyuluhan tentang DM yang dilaksanakan terutama oleh klinik tersebut
selain dari puskesmas dan rumah sakit. Meski demikian, sebagian besar pasien yang
diwawancara merasa bahwa pengetahuan mereka tentang DM masih kurang. Dari hasil
kuesioner yang dibagikan dapat dilihat bahwa edukasi tentang pengaruh insulin dalam tubuh,
modifikasi pola makan dan olahraga, penggunaan obat-obatan, serta cara memonitor gula
12
darah masih bisa ditingkatkan lagi; walaupun secara umum dapat dilihat bahwa pengetahuan
pasien telah cukup baik.
Temuan menarik dari hasil yang didapatkan adalah tingkat edukasi pasien tentang DM telah
cukup baik tanpa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka. Walau demikian, didapatkan
hasil rerata pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) dan data antropometri dengan rerata
Indeks Massa Tubuh yang menunjukkan hasil kontrol diabetes mereka masih sangat kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang mereka miliki masih belum diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Senada dengan studi yang dilakukan oleh Isniati, yang mengatakan
bahwa hasil gula darah post-prandial (GDPP) masih buruk meskipun pasien telah memiliki
pengetahuan mengenai DM, diet, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemia oral (OHO).1Perlu
digarisbawahi bahwa pemeriksaan GDS kurang akurat dalam memonitor komplikasi DM,
oleh karena sangat mudah dipengaruhi oleh waktu saat pemeriksaan tersebut dilakukan. Studi
yang dilakukan oleh Adebisi et al menunjukkan bahwa nilai HbA1C merupakan prediktor
yang akurat dalam memprediksi terjadinya komplikasi DM, dengan titik potong kadar
HbA1C 8%.2
Untuk mendukung hasil observasi rekam medis dan lapangan, kami juga telah membagikan
kuesioner kepada para petugas kesehatan di KDK Kayu Putih. Secara umum para petugas
tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai DM, namun masih terdapat
beberapa kekurangan.
Hasil dari pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin pada para petugas menunjukkan
bahwa para petugas kesehatan di KDK Kayu Putih telah memiliki pengetahuan yang relatif
baik dalam penatalaksanaan DM sehingga dapat diharapkan bahwa edukasi yang mereka
berikan kepada pasien seharusnya cukup baik dalam memotivasi pasien untuk merubah pola
hidup serta tercapainya kontrol DM yang maksimal.
Dari hasil kuesioner tersebut dapat dilihat juga sejumlah petugas kesehatan yang belum
mengetahui bahwa DM merupakan penyakit kronik dan merasa bahwa bukan merupakan
tugas mereka untuk memberikan edukasi kepada pasien. Selain itu, hampir setengah dari
petugas yang menjadi responden menyatakan bahwa setiap pasien diabetes mellitus di klinik
harus melakukan skrining tuberkulosis. Meskipun terdapat bukti klinis bahwa DM memiki
asosiasi dengan tuberkulosis, namun skrining tuberkulosis pada pasien DM masih belum
13
merupakan indikasi mutlak pada pasien tanpa keluhan ataupun gejala yang mengarah ke
tuberkulosis.
Banyak juga dari responden yang merasa pasien DM tidak perlu diperiksa kakinya.Telah
diketahui bahwa pemeriksaan kaki pada pasien diabetes penting karena salah satu komplikasi
dari DM meliputi neuropati perifer yang dapat menyebabkan rasa baal pada kaki. Neuropati
ini mengakibatkan pasien sering tidak sadar terdapat luka pada kaki mereka. Disertai dengan
komplikasi DM lainnya, penyembuhan luka pada pasien DM relatif lambat dan sulit,
sehingga luka yang tidak sembuh dengan baik akan berujung pada nekrosis jaringan dan
amputasi.
Berdasarkan analisis, terkait dengan peran KDK Kayu Putih sebagai pusat DM, ada baiknya
jika seluruh petugas kesehatan di klinik tersebut memiliki pengetahuan yang baik mengenani
DM; bahkan superior jika dibandingkan petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan lain.
Selain bertujuan untuk meningkatkan edukasi dan motivasi pada pasien DM, tingginya
tingkat pengetahuan terkait DM perlu untuk menghindari penyampaian informasi yang salah
kepada pasien.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi rekam medis, diperlukan instrumen tambahan untuk dokumentasi
lebih baik edukasi yang diberikan pada pasien DM. Hasil observasi lapangan dan kuesioner
petugas kesehatan menunjukkan pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan yang
sudah cukup baik meskipun dapat lebih dimaksimalkan. Dari hasil kuesioner pasien, data
GDS, dan data antropometri, tampak bahwa tingkat pengetahuan pasien mengenai DM
sebenarnya sudah baik, namun tidak diikuti dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Berapa alternatif solusi dapat dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang telah
disebutkan di atas: (1) meningkatkan penggunaan media informasi dan teknologi untuk
mengoptimalkan efektifitas edukasi DM, (2) meningkatkan rutinitas program penyuluhan
DM, (3) supervisi dan monitoring program DM yang sudah direncanakan, dan (4) pelatihan
yang berkesinambungan untuk para kader kesehatan.
Melalui observasi dan survey lapangan serta analisis alternatif solusi (Tabel 6) penulis
berkesimpulan bahwa sebuah instrumen spesifik yang lebih dapat membantu pasien dan
memfasilitasi petugas kesehatan dalam edukasi dan motivasi tatalaksana komprehensif DM
sangat dibutuhkan.
Tabel 6. Analisis alternatif solusi
No Alternatif SolusiEfektifitas Efisiensi Prioritas
M I V CM x I x V
C1 Meningkatkan penggunaan media informasi dan teknologi
untuk mengoptimalkan efektifitas edukasi DM5 5 5 1 75
2 Meningkatkan rutinitas program penyuluhan DM untuk memotivasi kesadaran komunitas akan masalah DM
5 5 3 3 25
3 Supervisi dan monitoring program DM yang sudah direncanakan
5 5 5 2 62.5
4 Pelatihan yang berkesinambungan untuk para kader kesehatan 5 5 5 3 41,67
5.2. Saran
Penulis menyarankan dokumentasi pemberian edukasi pada pasien yang lebih terperinci
menggunakan instrumen yang akan disiapkan oleh penulis. Selain itu, diperlukan penyerataan
15
tingkat pengetahuan DM pada para petugas kesehatan dan optimalisasi peran manajer kasus.
Perlu juga dilakukan studi lebih lanjut untuk menilai tingkat kontrol gula darah pada pasien
DM di KDK FKUI Kayu Putih berupa pemeriksaan HbA1C. Terakhir, untuk lebih
memotivasi pasien dan mempermudah pemberian edukasi oleh petugas kesehatan, penulis
menyarankan penggunaan instrumen tambahan berupa paspor DM yang telah direvisi.
16
BAB VI
INTERVENSI DAN EVALUASI INTERVENSI
6.1. Intervensi
Intervensi pertama yang penulis lakukan berupa perancangan sebuah daftar tilik edukasi DM
yang digunakan sebagai instrumen dokumentasi edukasi pada pasien DM dan keluarga.
Daftar tilik ini kami rancang berdasarkan prinsip penatalaksanaan DM dan bertujuan untuk
memfasilitasi baik edukator/petugas kesehatan maupun pasien. Daftar tilik ini direncanakan
dijadikan bagian dari rekam medis khusus pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih. [lihat
Lampiran]
Intervensi kedua yang penulis lakukan berupa perancangan sebuah paspor DM yang direvisi
agar tidak hanya berfungsi dalam dokumentasi keadaan klinis pasien, namun juga sebagai
sarana edukasi. Sesuai dengan hasil kuesioner pasien yang menunjukkan bahwa sebagian
besar pasien menyatakan sarana edukasi yang mereka inginkan berupa booklet, penulis
berusaha merancang sebuah sumber edukasi yang praktis dan dapat dibawa oleh pasien.
Adapun isi materi edukasi penulis paralelkan dengan daftar tilik dokumentasi edukasi sebagai
intervensi pertama dan dengan lembar edukasi timbal balik/flipchart yang tersedia di KDK
FKUI Kayu Putih. Hal ini bertujuan agar materi edukasi yang disampaikan dapat selalu
berkesinambungan dan tidak membingungkan pasien maupun teknis pelaksanaan oleh
petugas kesehatan.
Pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih memang sudah diwajibkan memiliki dan membawa
paspor DM pada setiap kunjungan, sehingga seyogyanya paspor DM terevisi ini selalu ada
bersama pasien dan meminimalisir hilangnya sumber edukasi; terutama bila diberikan dalam
bentuk booklet biasa. Diharapkan bahwa dengan dimilikinya paspor DM terevisi ini oleh
setiap pasien DM, edukasi pasien akan maksimal dan motivasi pasien terkait tatalaksana
komprehensif DM akan meningkat.
6.2. Evaluasi Intervensi
Evaluasi intervensi dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan pendapat dari ketiga
dokter yang ada di KDK FKUI Kayu Putih. Penulis memberikan draf daftar tilik dokumentasi
edukasi dan draf paspor DM terevisi dan ketiga dokter tersebut memberikan pendapat apakah
17
intervensi tersebut mampu laksana sekaligus memberikan masukan-masukan, baik berupa
materi isi maupun teknis bentuk fisik dari intervensi penulis.
Secara umum, daftar tilik dokumentasi edukasi bagi pasien DM dan keluarga sangat disambut
baik oleh pihak KDK FKUI Kayu Putih. Sedikit penambahan materi diberikan oleh salah satu
dokter dan ketiga dokter menyatakan bahwa daftar tilik tersebut mampu laksana di KDK.
Daftar tilik akan dicetak di kertas berwarna merah jambu dan dijadikan bagian dari
kelengkapan rekam medis pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih yang berisi formulir
administrasi (warna putih), formulir medis (warna hijau), dan formulir kontrol (warna
kuning).
Intervensi berupa paspor DM terevisi masih menuai berbagai pendapat yang bertentangan
dari ketiga dokter di atas. Ide bahwa akan dibuat sebuah instrumen edukasi yang lengkap,
praktis, dan dapat dibawa oleh setiap pasien disambut baik oleh pihak KDK FKUI Kayu
Putih. Materi edukasi yang diparalelkan dengan daftar tilik dan lembar edukasi timbal balik
pun disetujui oleh pihak KDK, namun teknis bentuk fisik dan penerapan instrumen ini masih
belum mencapai suara bulat.
Satu pihak menyatakan bahwa penerapan instrumen dalam bentuk paspor DM terevisi
mampu laksana, dengan akan dicetaknya paspor DM terevisi ini untuk kemudian dibagikan
pada setiap pasien DM menggantikan paspor DM yang lama. Hambatan berupa biaya
pencetakan dapat diatur dari anggaran KDK dan sebagian akan dibebankan pada pasien agar
pasien juga mendapatkan rasa memiliki paspor DM yang baru ini. Dokter ini mengharapkan
bentuk paspor DM yang tadinya relatif kecil menjadi lebih besar agar ukuran tulisan materi
edukasi jelas terbaca.
Pihak lainnya menyatakan bahwa lebih baik instrumen edukasi ini dicetak dalam bentuk
booklet terpisah dari paspor DM yang lama bagi pasien DM lama dan dicetak dalam bentuk
paspor DM terevisi bagi pasien DM baru. Hal ini bertujuan untuk penghematan biaya karena
masih banyaknya tersedia paspor DM yang lama di KDK FKUI Kayu Putih serta
menghindari kebingungan pasien-pasien DM akan perubahan bentuk paspor, terutama pasien-
pasien usia lanjut yang sekarang ini saja sering lupa akan paspor DM mereka. Konsekuensi
dari hal ini adalah bentuk booklet yang harus seukuran dengan paspor DM yang lama agar
dapat disatukan (dengan perekat atau cara lain) dengan paspor DM lama. Walau demikian,
terdapat keuntungan dari saran ini karena booklet edukasi yang terpisah akan dapat
18
digunakan bukan hanya untuk pasien DM, namun juga sebagai materi edukasi pada pasien-
pasien lain, serta pada berbagai pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan di KDK FKUI
Kayu Putih, misalnya untuk pihak kader.
Hasil evaluasi intervensi di atas telah penulis telaah dan diskusikan bersama pihak
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dengan keputusan:
1. Akan dicetaknya daftar tilik dokumentasi edukasi pasien DM dan keluarga pada kertas
merah jambu dan dijadikan bagian kelengkapan rekam medis khusus pasien DM di KDK
FKUI Kayu Putih
2. Akan diberikannya materi edukasi dalam dua versi: booklet dan paspor DM terevisi,
dalam bentuk softcopy kepada pihak KDK FKUI Kayu Putih untuk dicetak lebih lanjut
sesuai kebijakan/suara bulat di KDK nantinya. Penulis akan memberikan contoh
tercetak/hardcopy dari kedua versi untuk dipertimbangkan oleh pihak KDK.
19
DAFTAR RUJUKAN
1. Isniati. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan
Keterkendalian Gula Darah di Poliklinik RS Perjan Dr. M. Djamil Padang Tahun 2003.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2007: 1; 74-7.
2. Adebisi SA, Oqhaqbon EK, Akande TM, and Olarinove JK. Glycated hemoglobin
glycaemic control of diabetics in Ilorin. Niger J Clin Pract. 2009, 12: 87-91.
20
LAMPIRAN
Kuesioner Pasien
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
2013
Kuesioner
Selamat siang, terimakasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden pada kajian mengenai tingkat pengetahuan terkait diabetes mellitus di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih pada hari ______ tanggal ________________2013 ini.Kajian ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana pasien diabetes mellitus mengetahui tentang penyakit tersebut dan pengetahuan apa yang menurut responden penting untuk diketahui. Dengan kesediaan ibu menjadi responden maka diharapkan dapat memberi masukkan kepada pelayanan dan menuju ke perbaikan yang diharapkan.Tidak ada paksaan dan tekanan dalam menjawab. Jawaban dari ibu akan menjadi rahasia peneliti.
Menyetujui,
………………………….
Identitas Responden
Nama :Jenis Kelamin : L / PUmur :Alamat :Pekerjaan :Pendidikan Terakhir :Antropometri : TB cm; BB kgRiwayat Diabetes dalam keluarga
: ada / tidak ada
1. Kapan anda didiagnosis menderita diabetes mellitus? a. Oleh siapa: b. Dimana:
2. Apakah anda berobat di KDK Kayu Putih? Ya / Tidak
A-1
a. Bila Ya,- Sejak kapan?- Apakah ada dokter tertentu yang biasa anda kunjungi untuk konsultasi atau kontrol
kondisi kesehatan bapak/ibu?- Alasan memilih dokter di atas:
b. Apakah anda mendapatkan informasi tentang diabetes mellitus dari petugas kesehatan di KDK Kayu Putih setiap kali kunjungan? Ya / Tidak- Oleh siapa?- Bila tidak, berapa kali anda pernah mendengar informasi tentang diabetes mellitus dan
dari mana saja?
Jawablah Pertanyaan di Bawah Ini (Lingkari Jawaban Anda)
1. Riwayat diabetes mellitus di keluarga merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus
Ya / Tidak
2.Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus
Ya / Tidak
3. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis merupakan penyebab diabetes
Ya / Tidak
4.Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menular
Ya / Tidak
5. Diabetes mellitus terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
Ya / Tidak
6.Diabetes mellitus dapat disembuhkan
Ya / Tidak
7. Pengaturan pola makan tidak termasuk dalam penatalaksanaan diabetes mellitus
Ya / Tidak
8.Anjuran olahraga pada pasien diabetes mellitus adalah 1 kali seminggu
Ya / Tidak
9. Aktivitas fisik dan latihan jasmani teratur dapat menurunkan kebutuhan insulin
Ya / Tidak
10. Pasien diabetes memerlukan perawatan kaki yang lebih cermat daripada orang tanpa diabetes
Ya / Tidak
11.Obat-obatan diabetes tidak perlu diminum secara rutin
Ya / Tidak
12. Penggunaan obat diabetes lebih penting daripada olahraga dan pola diet Ya / Tidak
13. Luka pada penderita diabetes melitus lebih sulit sembuh daripada pada orang tanpa diabetes
Ya / Tidak
14. Rasa baal dan kesemutan pada tangan dan kaki merupakan komplikasi dari diabetes mellitus
Ya / Tidak
15.Diabetes mellitus meningkatkan resiko sakit jantung
Ya / Tidak
16.Diabetes mellitus meningkatkan resiko penyakit infeksi
Ya / Tidak
A-2
17.Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke
Ya / Tidak
18. Diabetes melitus dapat merusak ginjal Ya / Tidak
19 Penggunaan celana/pakaian/sepatu yang ketat dianjurkan untuk penderita diabetes melitus
Ya / Tidak
20. Pada pasien diabetes mellitus, pemeriksaan, HbA1c dilakukan seminggu sekali
Ya / Tidak
21. Cara terbaik mengecek kadar gula dalam tubuh adalah melalui urine Ya / Tidak
22. Target pengendalian gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus adalah 200 mg/dl
Ya / Tidak
23.Diabetes mellitus dapat menyebabkan kebutaan
Ya / Tidak
24. Kadar gula darah yang tinggi (>300 mg/dL) tidak berbahaya asalkan pasien tetap mengkonsumsi obat diabetes
Ya / Tidak
25. Lemas, tangan gemetaran dan keringat dingin merupakan tanda bahaya pada penderita diabetes
Ya / Tidak
3. Media informasi apa di bawah ini yang menurut anda paling menarik untuk memberikan edukasi tentang diabetes mellitus (lingkari jawaban anda)a. Poster/spandukb. Booklet/brosur/leafletc. Video/film pendekd. Majalahe. Internetf. Lain-lain (sebutkan):
4. Apakah anda pernah membaca brosur/pamflet diabetes mellitus yang tersedia di KDK KayuPutih? Ya / Tidak; bila tidak, sebutkan alasannya:
5. Apakah anda rutin mengikuti senam diabetes yang dilaksanakan di KDK KayuPutih? Ya / Tidak; mengapa:
6. Seberapa seringkah anda mengikuti penyuluhan tentang diabetes mellitus?a. Tidak pernahb. <5 kalic. 5-10 kalid. >10 kali
7. Dimanakah anda sering mendapatkan penyuluhan?8. Menurut anda, apakah pengetahuan anda tentang diabetes sudah cukup? Ya / Tidak9. Topik apa terkait diabetes mellitus yang ingin lebih anda ketahui?
Catatan:
A-3
Kuesioner Petugas Kesehatan
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
2013
Kuesioner
Selamat siang, terimakasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden pada kajian mengenai tingkat pengetahuan terkait diabetes mellitus di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih pada hari ______ tanggal ________________2013 ini.Kajian ini bermaksud untuk mengidentifikasi pelayanan edukasi dan motivasi pasien Diabetes Mellitus di klinik. Dengan kesediaan bapak/ibu menjadi responden maka diharapkan dapat memberi masukkan kepada pelayanan dan menuju ke perbaikan yang diharapkan.Tidak ada paksaan dan tekanan dalam menjawab. Jawaban dari bapak/ibu akan menjadi rahasia peneliti.
Bersama ini saya menyatakan setuju untuk menjadi responden kajian ini
(………………………….)
Identitas Responden
Nama :Jenis Kelamin : L / PUmur :Alamat :Tugas di Klinik :Pendidikan Terakhir :Lama Bekerja di Klinik :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda pada lajur yang sesuai.
No. Pernyataan Benar Salah1 Pasien DM merupakan pasien yang memerlukan perawatan singkat2 Pasien DM merupakan pasien penyakit kronik3 Untuk melayani pasien DM perlu pelatihan khusus4 Program penatalaksanaan DM di klinik memerlukan pengaturan yang khusus5 Penatalaksanaan DM meliputi obat, diet, aktifitas fisik dan kontrol teratur6 Diperlukan seorang manajer kasus di klinik yang khusus melayani pasien DM7 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya
wajib mendukung skrining DM di klinik8 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya
wajib mendukung edukasi DM pada pasien9 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya
wajib melakukan edukasi DM untuk pasien di klinik10 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya
wajib melakukan motivasi penatalaksanaan untuk semua pasien DM di klinik
A-4
11 Pasien kontrol DM yang datang ke klinik harus diberikan perhatian lebih untuk memperoleh layanan tindak lanjut yang tepat
12 Pasien DM yang ditemukan di klinik harus melaksanakan skrining TB 13 Pasien DM yang datang kontrol harus diperiksa kakinya14 Pasien DM yang datang kontrol harus selalu diperiksa kadar gula darahnya15 Pasien DM harus diperiksa kadar HbA1C setiap tiga bulan16 Pasien DM harus di kontrol retina matanya setiap enam bulan17 Pasien DM harus diberi passport DM untuk mencatat kegiatan
penatalaksanaan DMnya sehari-hari18 Pasien DM harus ditelpon untuk diingatkan kedatangan kontrolnya oleh
manajer kasus19 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan pertemuan antar pasien sebulan
sekali20 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan senam DM seminggu sekali untuk
pasien dan keluarganya
21. Seberapa seringkah anda menanggani pasien DM dalam 1 minggu?a. Tidak Pernah b.1-5 pasien c.6-10 pasien d.10-15 pasien e.>15 pasien
22. Menurut Anda, apakah sarana edukasi yang paling efektif untuk pasien DM di KDK?a. Konseling b. Penyuluhan c. Media cetak (leaflet) d. Media elektronik (video) e. Lainnya,......
23. Apa saran anda untuk meningkatkan edukasi dan motivasi pasien DM di KDK?
…………………………………………………………………………………………………………….
TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA
A-5
Form Intervensi
Daftar Tilik Edukasi dan Motivasi Pasien DM dan KeluargaKlinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Indonesia Kayu Putih
Jl. Pondasi no. 22, Cipinang, Jakarta TimurNama Pasien:Usia:No RM:Pelaku Rawat:
Tgl.Edukato
rTopik
Yang Menerima Edukasi
Ket
Paraf
Pengetahuan umum mengenai diabetes
(definisi, tipe 1, tipe2, penyakit kronis dan familial, sindrom metabolik)
Diet DM (jadwal, jumlah,jenis) Aktifitas Fisik (jenis, intensitas, frekuensi) Obat hypoglikemia oral (jenis, cara kerja, efek samping, cara minum obat) Insulin (jenis, cara menyuntik dan penyesuaian dosis) Hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum (gejala dan tata laksana) Monitor test gula darah (GDP, GDPP, HbA1C, target gula darah dan pencatatan) Perawatan Kaki (gunting kuku, cara perawatan luka, pemilihan alas kaki) Komplikasi (Jantung, ginjal, stroke, mata dan saraf) Kontrol dan Konsultasi lebih lanjut sesuai keperluan
(screening, kontrol ke bagian gizi, mata, gigi, dll sesuai keperluan)
Peran keluarga dalam penanganan DM
A-6