laporan skenario 4 step 7

33
STEP 7 1. Pupil anisokor Yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar. Pupil dilatasi atau anisokor menandakan peningkatantekanan intracranial. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksicahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan tekanandarah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma yang dalam, pupilkontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksicahaya lagi yang merupakan tanda kematian.Tenggang waktu antara kejadian trauma kapitis dan mulai timbulnya penurunan kesadaran disebut “lucid interval”. Kedua pupil yang berdilatasi penuh dengan rangsang cahaya yang negatif menujukkan keadaan yang disebut “herniasi tentorial”. Herniasi tentorial terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial dimana batang otak terdesak kearah caudal dan akhirnyaterperangkap oleh tentorium. 2. Battle Sign Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak. Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk gangguan kesadaran. Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu

Upload: saga-sabara

Post on 26-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran UNILA

TRANSCRIPT

STEP 7

1. Pupil anisokorYaitu pupil ipsilateral menjadi melebar. Pupil dilatasi atau anisokor menandakan peningkatantekanan intracranial. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksicahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan tekanandarah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma yang dalam, pupilkontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksicahaya lagi yang merupakan tanda kematian.Tenggang waktu antara kejadian trauma kapitis dan mulai timbulnya penurunan kesadaran disebut lucid interval. Kedua pupil yang berdilatasi penuh dengan rangsang cahaya yang negatif menujukkan keadaan yang disebut herniasi tentorial. Herniasi tentorial terjadi akibatpeningkatan tekanan intracranial dimana batang otak terdesak kearah caudal dan akhirnyaterperangkap oleh tentorium.

2. Battle SignHead injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak.Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk gangguan kesadaran.Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injury yaitu :1.Segera setelah injury.2.Dalam waktu 2 jam setelah injury3.rata-rata 3 minggu setelah injury.Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang memburuk secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh Faktor 2 yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP.Diperkirakan terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap tahun. Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 19.3/100.000 orang. Pada umumnya trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan laluintas atau terjatuh.Jenis Trauma Kepala :1. Robekan kulit kelapa kepala.Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini adalah infeksi.2. Fraktur tulang tengkorak.Fraktur tulang tengkoran tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak :

a.Garis patahan atau tekanan.b.Sederhana, remuk atau compound.c.Terbuka atau tertutup.

Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, moentum, trauma langsung atau tidak.Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan dengan CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea (CSF keluar dari mata).Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu cairan ditampung dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah (Holo/Ring Sign).Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital dimana cairan CSF disekitar periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battles Sign), perdarahan konjunctiva atau edema periorbital.Commotio serebral :Concussion/commotio serebral adalah keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah keotak. Kondisi ini biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi secara nyata tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan kesadaran sebagai akibat saat adanya stres/tekanan/rangsang pada reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi hanya beberapa detik atau beberapa jam.Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.

Contusio serebralContusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan berkumpulnya asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.Kontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat terjadi pada 12 24 jam setelah injury.Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.Diffuse axonal injury.Adalah injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran berlangsung segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan keadaan persistent vegetative.Injury Batang OtakWalaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan injury batang otak akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon okulomotorik, dan abnormal pola nafas.Komplikasi :

Epidural hematoma.Sebagai akibat perdarahan pada lapisan otak yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam ruang epidural. Bila terjadi perdarahan arteri maka hematoma akan cepat terjadi. Gejalanya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. Klien diatas usia 65 tahun dengan peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal dibanding usia lebih mudah.Subdural Hematoma.Terjadi perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena yang mengalir pada permukaan otak masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik.Setelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. Hematoma menunjukkan tanda2 dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala. Pupil dilatasi. Subakut biasanya terjadi dalam waktu 2 14 hari setelah injury.Kronik subdural hematoma terjadi beberapa minggu atau bulan setelah injury. Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.Intracerebral Hematoma.Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head injury. Biasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan intaserebral hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi subarachnoid hemorrhage.Collaborative Care.Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2.Okdigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma serebral. CO2 sangat beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma.CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal injury. Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal functie untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan.Sehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 2 jam di bagian emergensi. Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2 menit, harus tinggal rawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi.Klien yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna menurunkan edema otak dan mempertahankan perfusi otak.Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat diberikan untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan untuk menurunkan edema serebral.Klien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. Dapat juga diberikan infus, enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan ROM exercise untuk mensegah konraktur dan mempertahankan mobilitas.

Perawat perlu mengenal tanda tanda :fraktur dasar tengkorak sulit dideteksi dengan foto rotgen kepala. Kalau perawat tidak mengetahui tanda tanda tersebut pada saat melakukan pengkajian fisik tidak menutup kemungkinan terjadi kekurang hati hatian sehingga data yang didapat tidak mencerminkan dari fraktur dasar tengkorak Oleh karena itu perawat perlu memahami tanda tanda dari fraktur dasar tengkorak .

Tanda tanda dari fraktur dasar tengkorak adalah :- Otorrhea --> atau keluarnya cairan otak melalui telinga menunjukan terjadi fraktur pada petrous pyramid yang merusak kanal auditory eksternal dan merobek membrane timpani mengakibatkan bocornya cairan otak atau darah terkumpul disamping membrane timpani (tidak robek)- Battle Sign (warna kehitaman di belakang telinga) : Fraktur meluas ke posterior dan merusak sinus sigmoid.- Racoon atau pandabear: fraktur dasar tengkorak dari bagian anterior menyebabkan darah bocor masuk ke jaringan periorbital.

Selain tanda diatas fraktur basal juga diindikasikan dengan tanda tanda kerusakan saraf cranial.- Saraf olfaktorius, fasial dan auditori yang lebih sering terganggu. Anosmia dan kehilangan dari rasa akibat trauma kepala terutama jatuh pada bagian belakang kepala. Sebagian besar anosmia bersifat permanen- Fraktur mendekati sella mungkin merobek bagian kelenjar pituitary hal ini dapat mengakibatkan diabetes insipidus- Fraktur pada tulang sphenoid mungkin dapat menimbulkan laserasi saraf optic dan dapat menimbulkan kebutaan, pupil tidak bereaksi terhadap cahaya. Cedera sebagian pada saraf optic dapat menimbulkan pasien mengalami penglihatan kabur .- Kerusakan pada saraf okulomotorius dapat dikarakteriskan dengan ptosis dan diplopia- Kerusakan pada saraf optalmic dan trigeminus yang diakibatkan fraktur dasar tengkorak menyebrang ke bagian tengah fossa cranial atau cabang saraf ekstrakranial dapat mengakibatkan mati rasa atau Paresthesia- Kerusakan pada saraf fasial dapat diakibatkan karena fraktur tranversal melalui tulang petrous dapat mengakibatkan facial palsy segera ,sedangkan jika fraktur longitudinal dari tulang petrous dapat menimbulkan fasial palsy tertunda dalam beberapa hari.- Kerusakan saraf delapan atau auditorius disebabkan oleh fraktur petrous mengakibatkan hilang pendengaran atau vertigo postural dan nystagmus segera setelah trauma.- Fraktur dasar melalui tulang sphenoid dapat mengakibatkan laserasi pada arteri karotis internal atau cabang dari intracavernous dalam hitungan jam atau hari akan didapat exopthalmus berkembang karena darah arteri masuk kes sinus dan bagian superior mengembung dan bagian inferior menjadi kosong dapat mengakibatkan nyeri- Jika fraktur menimbulkan ke bagian meningen atau jika fraktur melalui dinding sinus paranasal dapat mengakibatkan bakteri masuk kedalam cranial cavity dan mengakibatkan meningitis dan pembentukan abses, dan cairan otak bocor kedalam sinus dan keluar melalui hidung atau disebut rinorhea. Untuk menguji bahwa cairan yang keluar dari hidung merupakan cairan otak dapat menggunakan glukotest dm (karena mucus tidak mengandung glukosa). Untuk mencegah terjadinya meningitis pasien propilaksis diberikan antibiotik.- Penimbunan udara pada ruang cranial (aerocele) sering terjadi pada fraktur tengkorak atau prosedur dapat menimbulakn pneumocranium3. Tatalaksana cedera kepala sedang dan berat

I. Anamnesis :

Hampir selalu ditemukan riwayat trauma oleh karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja atau trauma lainnya. Pada orang tua dengan kecelakaan yang terjadi di rumah perlu dipikirkan kemungkinan gangguan pembuluh darah otak (stroke) karena keluarga kadang-kadang tak mengetahui pasti urutan kejadiannya, apakah jatuh kemudian tidak sadar atau kehilangan kesadaran lebih dahulu sebelum jatuh. Anamnesis yang lebih terperinci meliputi sifat kecelakaan atau sebab-sebab trauma untuk estimasi berat ringannya benturan, saat terjadi beberapa jam/hari sebelum dibawa ke rumah sakit, ada tidaknya benturan kepala langsung dan keadaan penderita saat kecelakaan misalnya kejang, kelemahan motorik, gangguan bicara dan perubahan kesadaran sampai saat diperiksa serta adanya nyeri kepala, mual muntah.

Bila si pasien dapat diajak berbicara, tanyakan urutan peristiwa sejak sebelum terjadinya kecelakaan, sampai saat tiba di rumah sakit untuk mengetahui kemungkinan adanya amnesia retrograd. Muntah dapat disebabkan oleh tingginya tekanan intrakranial. Pasien tidak selalu dalam keadaan pingsan (hilang/turun kesadarannya), tapi dapat kelihatan bingung/disorientasi (kesadaran berubah).

Riwayat Penyakit Sebelumya: perlu dianamnesis lebih jauh tentang riwayat penyakit sebelum cedera kepala.

Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan di instalasi gawat darurat mengunakan pendekatan survei primer dengan menilai jalan napas, pernapasan dan sirkulasi kemudian segera melakukan tindakan life saving.II. Penemuan KlinisKesan Umum : Pasien bisa compos mentis atau terdapat penurunan kesadaran sampai dengan koma (kriteria kesadaran Alert Verbal Pain Unresponsiveness )

Survei primer dilakukan menilai ada tidaknya gangguan jalan napas dan stabilisasi servikal, pernapasan dan sirkulasi kemudian segera melakukan tindakan resusitasi jika diperlukan.

Survei sekunder dilakukan pemeriksaan lengkap mulai ujung kepala sampai ujung kaki melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisik lengkap meliputi:1) tanda vital, 2) tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale atau Pediatric Coma Scale, 3) ada tidaknya cedera luar yang terlihat: cedera pada kulit kepala, perdarahan hidung ataupun telinga, hematom periorbital dan retroaurikuler, 4) tanda-tanda neurologis fokal seperti ukuran pupil dan reaksi cahaya, gerakan mata, pola aktivitas motorik dan fungsi batang otak, 5) reflek tendon, 6) fungsi sensorik dan serebeler perlu diperiksa jika pasien sadar.

Kriteria Diagnosis

Cedera kepala ringan (CKR dengan GCS 13-15); Cedera kepala sedang (CKS dengan GCS 9-12); Cedera kepala berat (CKB dengan GCS 2 kali ).* Umur > 65 tahun.* Bukti fisik adanya fraktur di basal skull.

Tujuan utama dari pemeriksaan imajing pada kasus trauma kepala adalah unutuk menentukan adanya cedera intracranial yang membahayakan keselamatan jiwa pasien bila tidak segera dilakukan tindakan secepatnya(Cyto). Pada saat sekarang CT SCAN telah menjadi modalitas utama dalam menunjang diagnosa trauma kepala terutama pada kasus cyto yang sebelumnya sulit terdeteksi pada foto Foto Town atau Occipitomental ( plain foto skull ). Pada kasus trauma kepala pada umumnya pasiennya merupakan pasien yang tidak sadar atau tidak koorperatif, dengan kondisi yang demikian sulit untuk mendapatkan posisi scaning ideal yang kita inginkan, sedangkan bila dilakukan tindakan anestesi sering dihadapkan pada resiko yang harus dihadapi.Dengan demikian Radiografer dipaksa untuk melakukan berbagai cara untuk mengatasinya dalam melakukan pemeriksaan CT SCAN mulai dari persiapan pasien, prosedur, posisi, protokol, post prosesing dan pencetakan film.

Prosedur pemeriksaan CT SCAN Kepala pada trauma kepalaPada pemeriksaan CT Scan kepala tidak persiapan khusus. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh radiografer adalah :* Pastikan di ruangan ada emergency kit.* Identitas pasien secara lengkap.* Universal precaution ( minimal unsteril glove pada saat memindahkan dan mengaturposisi pasien pada kasus trauma dengan luka terbuka ).* Pastikan tidak ada benda-benda yang menyebabkan artefact pada gambar.* Jangan pernah melepas alat fiksasi leher collar bila telah terpasang.* Bila pasien anak-anak sebaiknya ada anggota keluarga yang mendampingi denganmemperhatikan proteksi radiasi ( Berikan apron ).* Lakukan fiksasi kepala pasien dan organ lainnya secara maximal.

Protokol CT SCAN Kepala Orientasi pasien : Head first, supine Orbita Meatal pararel terhadap scan plane Topogram : lateral dari base skull ke vertex Axial base line diambil dari garis inferoorbital floor ke EAM. Angle disesuaikan. Alternatif pilihan irisan (2/10 mm,3/10 mm, 5/10 mm, 5/5 mm, 7/7 mm ). (Post Fossa : 2-5mm Ax - // OML) kV: 140-390 mAs( Brain : 10mm Ax - // OMLkV: 120-360 mAs Lakukan scan ulang pada slice tertentu bila diperlukan ( irisan dapat dirubah ).

Gambaran CT SCAN Kepala

Tanda-tanda vital yang diperhatikan oleh radiografer dalam post prosesing adalah : Focal hyper / hypodens. ( Ukurlah area tersebut dengan automatic volume dapat dihitung secara kasar dengan mengukur Panjang x Lebar x tebal ( slice awal akhir tampaknya lesi ) dibagi 2. Mid line shift, tanda adanya mass effect. ( Bila dijumpai ukurlah dengan membuat garis membagi 2 hemispher cerebrum dan garis shift pada ujung anterior septum pellucidum). Atur WW dan WL (Bone : W = + 1500 , L = + 200 , Brain : W = + 80, L = + 35, Subdural / intermediate : W = + 200, L = + 50 ). Udara di calvarium ( menunjukkan kemungkinan adanya fraktur ). Oedem ( batas sulci / gyri cortical tidak jelas ). Pergerakan pada pasien ( bila diperlukan sebaiknya harus di scan ulang pada slice tertentu ). Print dengan scout / refrensi image ( 15 20 ) dalam 1 lembar, sebaiknya disertakan dengan kondisi tulang terutama bila jelas jelas ada fraktur.

Peranan CT SCAN

Study peranan pemeriksaan CT SCAN pada kasus trauma kepala : Nama Pasien ; Indikasi : CKB, susp. Fraktur basis cranii. 1.hari non name Dilakukan CT SCAN Kepala sehingga diperoleh gambaran CT SCAN-nya : Fraktur os temporal kanan, kedudukan baik. Extracranial tampak soft tissue swelling di puncak parietal kiri. Tampak perdarahan contusio di temporal kanan dan perdarahan subarachnoid di sulcus sylvii kanan, tidak menyebabkan midline shift. Tampak perdarahan epidural kecil ( 4 x 19 mm x 1 slice ) di temporal kiri. Tidak tampak lesi hipo/hiperdens yang mencurigakan infark / s.o.l. Differensiasi white dan gray matter baik, tidak tampak shift dari midline strukutur. Susunanventrikel di tengah, simetris dan sedikit menyempit. Perifer sulci, sulcus syvii dan basal cisterna menyempit. Cerebellum dan batang otak baik. Kesan : * Fraktur os. Temporal kanan, kedudukan baik disertai perdarahan mastoid kiri dan sinus sphenoid kanan. Perdarahan contusio di temporal di temporal lobe kanan, perdarahan subarachnoid di sulcus sylvii kanan dan perdarahan epidural kecil di temporal kiri, tidak menyebabkan midline shift. Cerebellum dan batang otak baik.

Dilakukan CT SCAN Kepala setelah dikonsulkan dengan dr. Spesialis Bedah Saraf dengan klinis contusio cerebri, sehingga diperoleh gambaran CT Scan-nya : Masih tampak perdarahan di mastoid kiri dan sinus sphenoid kanan. Perdarahan contusio di temporal lobe kanan sedikit bertambah ke parietal bawah, sudah tampak perifocal oedema menyebabkan midline shift 3 mm ke kiri. Perdarahan subarchnoid di sulcus sylvii kanan sulit dinilai karena perdarahan contusio dan udem. Perdarahan epidural kecil di temporal kiri tidak bertambah. Tidak tampak lesi hipodens/hiperdens yang mencurigakan infark/ s.o.l. Differensi white di tengah, simetris dan sedikit menyempit. Perifer sulci, sulcus sylvii dan basal cisterna menyempit. Cerebellum dan batang otak baik. Kesan : Perdarahan contusio di temporal lobe kanan sedikit bertambah ke parietal bawah disertai perifocal oedem menyebabbkan midline shift ke kiri 3 mm. Perdarahan epidural kecil di kiri tidak bertambah besar. Cerebellum dan batang otak baik.

Dilakukan CT Scan kepala setelah selesai operasi, sehingga diperoleh gambaran CT Scan-nya sbb : Defect tulang temporoparietal kanan post craniotomy. Masih tampak sedikit sisa perdarahan di temporal lobe kanan dengan perofocal udem sampai ke lateral basal ganglia kanan, tampak sedikit herniasi melalui defect tulang. Lesi infark kecil-kecil di ukleus lentiformis kanan. Mencurigakan perdarahan epidural kecil di temporal kiri. Differensiasi white dan gray matter baik, tidak tampak shift dari midline struktur. Susunanventrikel di tengah, simetris dan tidak melebar / menyempit. Perifer sulci,sulcus Syvii dan basal cisterna tidak melebar / menyempit. Cerebellum dan batang otak baik. Kesan : Post craniotomy, tampak defect os temporal kanan dengan sedikit sisa perdarahan di temporo lobe kanan dengan dan perofocal udem sampai ke lateral basal ganglia kanan, tampak sedikit herniasi melalui defect tulang. Lesi infark kecil-kecil dinukleus lenfiformis kanan. Suspect perdarahan epidural kecil di temporal kiri. Tidak tampak midline shift. Cerebellum dan batang otak baik.

Dilakukan CT SCAN Kepala ketika control ke sp.BS, sehingga diperoleh gambaran CT Scan-nya sbb : Defect tulang parietal kanan post craniotomy.Tidak tampak lagi perdarahan sinus sphenoid. Parenkim otak baik, tidak tampak lesi hipo/hyperdens yang mencurigakan infark/ s.o.l /perdarahan. Differensiasi white dan gray matter baik, tidak tampak midline struktur. Susunan ventrikel di tengah, simetris dan basal cisternatidakmelbar/menyempit. Cerebellum dan batang otak baik. Kesan : Post craniotomy, tampak defect os parietal kanan. Parenkim otak baik, tidak tampak tanda-tanda infark/s.o.l / perdarahan. Tidak tampak tanda-tanda cerebral atrofi / cerebral udem. Cerebellum dan batang otak baik.

Jika diperhatikan pada pemeriksaan tersebut dapat diperoleh gambaran CT SCAN pada trauma kepala intrakranial yaitu a.l :1. Fraktur Fraktur pada trauma kepala dapat terdiri dari : * Linear non displacement. * Depressed (adanya displacement dari fragment ). * Diastatic fracture ( fraktur yang melibatkan sutura ). 2. Epidural Hematoma (EDH) > Merupakan kumpulan massa darah akibat robeknya middle meningeal arteri antara skull dan duramater di regio temporal, yang sangat kuat hubungannya dengan fraktur linear. Dapat juga terjadi akibat robeknya vena & tipikalnya, terjadi di region posterior fosa atau dekat daerah occipital lobe.

Gambaran pada CT : Tampak sebagai bentuk BI CONVEX & adanya pemisahan jaringan otak dengan skull. Akut > Hyperdens, Sub Akut > Isodens, Kronis > Hyperdens 3. Sub dural Hematoma ( SBH ) >>>Merupakan kumpulan perdarahan vena yang berlokasi antara duramater & arachnoid membrane ( subdural space). Biasanya terjadi akibat kepala berbenturan dengan bentuk tak bergerak yang menyebabkan robeknya vena antara cerebral cortex & vena dura.

Gambaran pada CT : Tampak sebagai bentuk BULAN SABIT mengikuti kontur dari cranium bagian dalam. Perdarahan akut > hyperdens, sub akut > isodens, kronis > hypodens. 4.Sub arachnoid Hemmorage (SAH)>>> Terjadi karena keluarnya darah ke sub arachnoid space, umumnya basal cisterna & jalur cerebral spinal fluid, penyebab utama SAH > Trauma, dapat juga karena rupturnya saccular (berry) aneurysm & arteriovenous malformation (AVM).Gambaran hyperdens / perdarahan akut yang ada di subarachnid space.

Kesimpulan Peranan CT SCAN sebagai salah satu modalitas imajing pada kasus trauma kepala sangat diperlukan karena memiliki kelebihan a.l : * Pemeriksaan yang singkat dan mudah.* Tidak merupakan invasif.* Lebih informatif dalam mengidentifikasi / melokalisir adanya fraktur fragmentnya pada tulang- tulang kepala.* Dapat mengetahui adanya perdarahan extrakranial dan menghitung volumenya.* Dapat mengetahui adanya kelaianan intrakranial/ perdarahan intracranial (Subdural,Epidural,Sub arachnoid hemmorage)* Infark akut, oedema cerebri, cerebral contusion. CT SCAN juga sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan pasien mulai dari awal trauma, post trauma, akan operasi , post operasi serta perawatan pasca operasi sehingga perkembangan pasien senantiasa dapat dipantau.