laporan skenario blok 13
TRANSCRIPT
LAPORAN
TUTORIAL BLOK 8 SKENARIO C
Disusun Oleh:
KELOMPOK B9
Anggota Kelompok:
Keidya Twintananda (04111401022)
Nini Irmadoly (04111401036)
Rahmatul Ikbal (04111401009)
Yuda Lutfiadi (04111401051)
Dwi Juwanita Putri (04111401059)
Pierre Ramandha (04111401020)
Niken Kasati (04111401065)
Syena Damara Riza Gustam (04111401081)
Muharam Yoga Kharisma (04111401043)
Robinson (04111401087)
Muhammad Mukhlis (04111401053)
M.Shulakshana Manikam (04111401195)
Tutor: dr. Ella Amalia
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS SRIWIJAYA
TAHUN 2012
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok 12 mengenai farmakologi adalah blok yang berada dalam blok pada
semester 3 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan
datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai interaksi obat dan
makanan.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep
dari skenario ini.
1.2 Data Tutorial
Tutor : Dr. Yan Effendi Hasjim
Moderator : Deswan Capri
Sekretaris Meja : Syena Damara
Sekretaris Papan : Alifvia
Hari,Tanggal : Selasa dan Kamis , 3 Desember dan 5 Desember 2012
Rule Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
1.3 Skenario Kasus
2
Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35 tahun, sudah satu tahun mengalami
disfungsi ereksi (DE). Penyuka makanan terolah sejak SD ini terdiagnosis hipertensi
ketika berumur 33 tahun. Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya
preparat antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika (furosemide) serta obat
pereduksi lemak darah (statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan, kehidupan
seksual bersama istrinya baik-baik saja. Sementara, pengganggu berlatar masalah
psikososial bisa diabaikan.
Riwayat Pangan (Makanan yang disantap 3 bulan terakhir)
Pagi : Mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas
Snack : pukul 10.00: crackers 2 porsi
Siang : Nasi dan ayam goreng KFC 2 porsi dan 2 kaleng softdrink
Snack : pukul 16.00: Dunkin Donat dan 1 kaleng soft drink
Malam : Pizza (Medium), 1 kaleng softdrink
1.4 Paparan
1.4.1 Klarifikasi Istilah
1. Disfungsi ereksi : ketidak mampuan mempertahankan ereksi atau mulai ereksi
2. Makanan terolah : makanan yang diolah dari bahan baku, ditambah atau tidak
dengan bahan tambahan makanan dan/atau bahan penolong.
3. Hipertensi : tekanan darah seseorang >120/80mmHg
4. Atenolol :obat beta blocker yang mempengaruhi jantung dan peredaran darah,
untuk obat hipertensi angina serta jantung.
5. Furosemide : diuretik loop yang dipakai dlm pengobatan edema dan hipertensi
3
6. Statin : obat penurun kolestrol, menghambat enzim HMG-CoA yang mensintesis
kolestrol dalam tubuh
7. Psikososial : perubahan dlm kehidupan individu (psiko dan sosial) yang saling
timbal balik
8. Diuretik : agen utk merangsang sekresi urin
9. Mild obesity : peningkatan berat badan yang melampaui batas kebutuhan fisik dan
skeletal akibat penimbunan lemak tubuh yg berlebihan tetapi masih dalam skala
ringan.
1.4.2 Identifikasi Masalah
KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN
Lelaki gendut (mild obesity), berusia
35thn, sudah 1 tahun mengalami
disfungsi ereksi (DE) . penyuka makanan
terolah sejak SD ini terdiagnosis
hipertensi ketika berumur 33 tahun.
Tidak Sesuai Harapan VV
Mulai saat itu, dia konsumsi obat
antihipertensi (atenolol) , obat diuretika
(furosemide), serta pereduksi lemak
darah (statin)
Tidak Sesuai Harapan VVV
Riwayat pangan Tidak Sesuai Harapan V
1.4. 3 Analisis Masalah1.a. Apa hubungan obesitas dengan DE?
4
Ereksi terjadi ketika pembuluh darah menuju penis membesar, dan darah memenuhi pembuluh darah sampai terjadi ereksi. Proses ini dimulai ketika lapisan dalam pembuluh (dikenal sebagai endothelium) melepaskan oksida nitrat, sebuah molekul yang memberi sinyal pada otot-otot sekitarnya untuk relaksasi. Obesitas menyebabkan kerusakan endotelium karena berkembangnya plak aterosklerotik pada arteri akibat adanya kolesterol atau lemak disekitar dinding arteri. Hal ini menyebabkan arteri mengalami sumbatan dan penis mungkin tidak mendapatkan cukup darah untuk memproduksi atau mempertahankan ereksi karena sumbatan aliran darah tersebut.
b. Apa hubungan usia dengan DE?
Disfungsi ereksi (DE) merupakan masalah yang signifikan dan umum di bidang medis,merupakan kondisi medis yang tidak berhubungan dengan proses penuaan walaupun prevalensinya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
c. Bagaimana fisiologi ereksi?
proses ereksi dan detumesens diringkaskan menjadi beberapa fase, yaitu:
Fase 0, yaitu fase flaksid.
Pada keadaan lemas, yang dominan adalah pengaruh sistem saraf simpatik. Otot polos arteriola ujung dan otot poloskavernosum berkontraksi. Arus darah ke korpus kavernosum minimal danhanya untuk keperluan nutrisi saja. Kegiatan listrik otot polos kaverne dapatdicatat, menunjukkan bahwa otot polos tersebut berkontraksi. Arus darah venaterjadi secara bebas dari vena subtunika ke vena emisaria.
Fase 1, merupakan fase pengisian laten.
Setelah terjadi perangsangan seks,sistem saraf parasimpatik mendominan, dan terjadi peningkatan aliran darahmelalui arteria pudendus interna dan arteria kavernosa tanpa ada perubahantekanan arteria sistemik. Tahanan perifer menurun oleh berdilatasinya arterihelisin dan arteri kavernosa. Penis memanjang, tetapi tekanan intrakavernosatidak berubah.
Fase 2, fase tumesens ( mengembang).
Pada orang dewasa muda yang normal, peningkatan yang sangat cepat arus masuk (influks) dari fase flasid dapatmencapai 25 ± 60 kali. Tekanan intrakavernosa meningkat sangat cepat.Karena relaksasi otot polos trabekula, daya tampung kaverne
5
meningkatsangat nyata menyebabkan pengembangan dan ereksi penis. Pada akhir faseini, arus arteria berkurang.
Fase 3 merupakan fase ereksi penuh.
Trabekula yang melemas akanmengembang dan bersamaan dengan meningkatnya jumlah darah akanmenyebabkan tertekannya pleksus venula subtunika ke arah tunika albugineasehingga menimbulkan venoklusi. Akibatnya tekanan intrakaverne meningkatsampai sekitar 10 ± 20 mmHg di bawah tekanan sistol.
Fase 4, atau fase ereksi kaku (rigid erection) atau fase otot skelet.
Tekanan intakaverne meningkat melebih tekanan sistol sebagai akibat kontrasi volunter ataupun karena refleks otot iskiokavernosus dan otot bulbokavernosus menyebabkan ereksi yang kaku. Hal demikian menyebabkan ereksi yang kaku.Pada fase ini tidak ada aliran darah melalui arteria kavernosus.
Fase 5, atau fase transisi. Terjadi peningkatan kegiatan sistem saraf simpatik,yang mengakibatkan meningkatnya tonus otot polos pembuluh helisin dankontraksi otot polos trabekula. Arus darah arteri kembali menurun danmekanisme venoklusi masih tetap diaktifkan.
Fase 6 yang merupakan fase awal detumesens.
Terjadi sedikit penurunantekanan intrakaverne yang menunjukkan pembukaan kembali saluran arusvena dan penurunan arus darah arteri.
Fase 7 atau fase detumesens cepat.
Tekanan intrakaverne menurun dengancepat, mekanisme venoklusi diinaktifkan, arus darah arteri menurun kembaliseperti sebelum perangsangan, dan penis kembali ke keadaan flaksid.Pembuluh darah, otot polos intrinsik penis, dan otot rangka di sekitar penisdikendalikan oleh saraf yang berasal dari tiga sistem saraf perifer yang berbeda, yaitusistem saraf simpatik torakolumbal, sistem saraf parasimpatik lumbosakral, dansistem saraf somatik lumbosakral.
Secara molekular, mekanisme relaksasi otot polos adalah sebagai berikut
6
d. Bagaimana patofisiologi DE?
Penyebab disfungsi ereksi dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor psikis/psikologi.
Penyebab Fisik Disfungsi Ereksi
Yang termasuk kedalam faktor fisik adalah semua gangguan atau penyakit yang berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah, dan saraf.
Salah satu penyebab fisik utama disfungsi ereksi adalah aterosklerosis arteri – arteri penis. Pada aterosklerosis, aliran darah ke penis berkurang dan terjadi penurunan kemampuan arteri – arteri penis untuk berdilatasi sewaktu perangsangan seksual , yang menyebabkan terbatasnya pembengkakan. Penyebab fisik lainnya adalah penayakit – penyakit sistemik misalnya hipotiroidisme, akromegali dan yang tersering diabetes mellitus. Diabetes terutama dihubungkan dengan aterosklerosis serta neuropati ( kerusakan saraf ). Pada tingkat sel , gangguan patofisiologis yang berperan pada ED (Erectile dysfunction, ED) adalah hipersensitivitas otonom, penurunan pembentukan nitrat oksida oleh prostat dan otot – otot polos pembuluh darah penis dan disfungsi sel – sel endotel. Serta penyakit gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar gondok, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, penyakit jantung dan penyakit ginjal yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
Selain karena penyakit, ED karena penyebab fisik dapat juga karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok berlebihan, alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat, dan kurang tidur.
Disamping faktor – faktor fisik , banyak obat diketahui mengganggu kemampuan pria untuk mencapai ereksi dan atau orgasme, seperti obat antihipertensi (metildopa, alfa blocker, beta blocker, reserpine), diuretika (thiazide, sprinolactone, furosemid), antidepresan (amitryptilin, imipramin), antipsikotik (chlorpromazine,
7
haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine), antiandrogen (estrogen, flutamid), H2-blockers (cimetidine), simpatomimetik yang sering digunakan untuk pengobatan asma, flu, obesitas. ED juga dapat timbul setelah pembedahan didaerah genital, misalnya setelah kanker prostat. Keletihan kronis atau akut dapat menyebabkan ED.
Usia merupakan faktor resiko utama untuk disfungsi ereksi. Proses penuaan sangat mempengaruhi kemampuan ereksi seorang laki-laki, bahkan disfungsi ereksi dapat digolongkan sebagai kelainan yang berhubungan dengan usia.
Penyebab Psikologis Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi psikologis dapat terjadi akibat adanya aktivasi impuls – impuls inhibitorik desendens yang berasal dari korteks serebrum. Keadaan psikologis yang berkaitan dengan ED adalah stress, rasa marah, rasa cemas, kejenuhan, perasaan bersalah, takut tidak bisa memuaskan pasangan (depresi), hilangnya daya tarik pasangan.
e. Apa hubungan hipertensi dengan DE?
Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga produksi NO menurun, hal itu menyebabkan sel endotel tidak bisa relaksasi dan terus menerus bervasokonstriksi sehingga permeabilitasnya menurun. Hal itu menyebabkkan dinding pembuluh darah kaku dan menyempit. Penyempitan ini terjadi di genitalia sehingga aliran darah ke genital berkurang dan terjadi disfungsi ereksi
f. Apa hubungan obesitas dengan hipertensi?
Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas diduga berhubungan dengan kenaikan volume tubuh,peningkatan curah jantung dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik .Pada obesitas abdominal/lemak visceral terjadi pembesaran sel sel lemak sehingga sel sel lemak tersebut akan mensekresi produk produk metabolik diantaranya sitokin profinflamasi ,prokoagulan ,peptida ,inflamasi dan angiotensinogen.Produk produk dari sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma bertanggung jawab terhadap berbagai penyakit metabolik seperti diabetes,penyakit jantung,hiperlipidemia,gout,dan hipertensi. beberapa mekanisme lain yang berperan dalam kejadian hipertensi pada obesitas antara lain peningkatan sistem saraf simpatik ,meningkatkan aktivitas renin angiotensin aldosteron (RAAS),peningktan leptin ,peningktan insulin,peningkatan asam lemak bebas (FFA)n,peningktan endoteliaI ,terganggunya aktivitas natriuretic peptide (NP) serta menurunnya nitrit oxside (NO)
g. Apa hubungan penyuka makanan terolah dengan DE?
8
pola makan yang tidak baik --> kenaikan gula darah --> gangguan pembuluh darah dan saraf --> menghalangi pelepasan NO yang dibutuhkan sebgai chemical mesengger yang memicu otot polos dan arteri di penis untuk berelaksasi --> konstriksi pembuluh darah dan menimbulkan dan berkurangnya aliran darah ke penis --> disfungsi ereksi (DE)
2. Bagaimana mekanisme kerja obat : a. antihipertensi (atenolol)
terutama memblok reseptor adrenergik ß1. Menurunkan frekuensi jantung dan curah jantung dan penurunan pelepasan rennin. Efek bronkokonstriksi kurang dibandng zat-zat yang berikatan dengan reseptor ß2.
b. diuretika (furosemide)
Termasuk dalam kelompok loop diuretik adalah furosemide, torasemide, bumetanide dan asam etanikrat.
Sesuai dengan namanya, loop diuretik bekerja pada ansa Henle yaitu pada segmen tebal pars asendens. Kerjanya dengan menghambat reabsorpsi elektrolit Na, K dan Cl sehingga ion-ion ini akan diekskresikan bersama dengan air. Kalsium dan magnesium pun ditingkatkan eksresinya. Makanya namanya diuretik kuat karena meningkatkan ekskresi sebagian besar elektrolit.
c. obat pereduksi lemak (statin)
Statin ( HMG-CoA Reductase Inhibitors) memperantai langkah awal biosintesis sterol dengan menghambat kerja enzim di jaringan hati yang memproduksi mevalonate sehingga meningkatkan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan katabolisme LDL maupun ekstraksi perkusor LDL oleh hati (VLDL sisa) sehingga mengurangi LDL di dalam plasma sehingga kolesterol ( lemak ) ditubuh turun.
Bagaimana hubungan DE dengan mengkonsumsi obat
d. antihipertensi (atenolol)
Obat atenolol (beta-blocker) dapat menyebabkan pembuluh arteri melebar (vasodilatasi) sehingga aliran darah ke genital juga menurun. Golongan obat ini juga dapat mengganggu sistem syaraf sehingga terjadi penurunan impuls syaraf yang bekerja saat ereksi. Golongan beta bloker (atenolol) merupakan obat yang daya larut lipidnya lemah, sehingga akan dikeluarkan melalui urin dan menambah efek dari diuretika yang sudah menyebabkan eksresi urin meningkat.
9
e. diuretika (furosemide)
Obat hipertensi golongan diuretic dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi karena menyebabkan pembuluh darah vasodilatasi sehingga dapat menurunkan aliran darah termasuk ke penis . Obat diuretik ini juga meningkatkan sekresi urin sehingga zat- zat seperti Zn juga ikut tersekresi bersama urin. Zn sangat dibutuhkan untuk produksi hormon testosteron. Karena kadar Zn menurun, produksi hormon testosteron menurun, libido juga menurun sehingga terjadinya disfungsi ereksi. f. obat pereduksi lemak (statin)
Statin merupakan obat yang berperan sebagai vasodilatator, dimana akan ikut menambah efek penurunan aliran darah. Sehingga aliran darah itu tidak sampai ke genitalia dan terjadilah disfungsi ereksi
g. Bagaimana cara pemberian obat (pada kasus) dengan baik
NO : Obat Dosis Awal yang disarankan Kisaran Umum Dosis Pemeliharaan
1. Atenolol 50 mg/hari 50-100 mg/hari2. Furosemide - 20-80 mg3. Statin (dipenjelasan)
AtenololDapat diberikan sekali sehari sebab mempunyai waktu paruh yang panjang
dalam plasma. Peningkatan dosis untuk mendapat efek antihipertensi yang memuaskan tidak boleh dilakukan lebih sering dari setiap 4 atau 5 hari. Atenolol kurang menyebabkan efek-efek yang berhubungan dengan susunan saraf pusat dibandingkan dengan antagonis beta lainnya yang lebih larut dalam lemak.
StatinSintesis kolesterol terutama terjadi di malam hari, penghambat reductase-
kecuali atorstatin dan rosuvastatin-harus diberikan pada malam hari jika digunakan dosis tunggal. Umumnya absorpsi meningkat dengan makanan. Dosis lovastatin harian bervariasi mulai dari 10 mg hingga 80 mg. Pravastatin pada dasarnya hampir sekuat lovastatin hingga mencapai batas dosis harian yang dianjurkan, yakni 80 mg. Simvastatin dua kali lebih poten dan diberikan dalam dosis 5-80 mg tiap hari. Potensi fluvastatin pada dasarnya separuh potensi lovastatin dan diberikan dalam dosis 10-80 mg tiap hari. Atorvastatin diberikan dalam dosis 10-80 mg/hari dan rosuvastatin, agen yang paling efektif untuk hiperkolesterolemia berat dan dosis 5-40 mg/hari.
10
3. a. Bagaimana hubungan gizi makanan yang disantap 3 bulan terakhir dengan interaksi obat yang di konsumsi?
Obat yang di konsumsi oleh lelaki ini dapat menghambat rearbsorbsi elektrolit dan mineral lalu terjadilah defisiensi potasium yang akan meningkatkan ekskresi ginjal dan merusak ginjal sehingga zat seperti K, Ca, Mg, Zn akan melalui urin. Di tambah dengan atenolol yang sifatnya tidak larut lemak tadi sehingga dieksresikan melalui urin pula. Nutrisi yang terus menerus keluar dan asupan gizi dari makanan yang sangat kurang sehingga terjadilah deplesi nutrisi pada lelaki ini yang b. Bagaimana pola makan yang baik dalam kasus ini?
Pola makan lelaki gendut lebih ditekankan untuk mengatasi obesitasnya.
Lemak
Lemak menyumbang 9 kalori per gram. Batasi asupan lemak hingga 30
persen atau kurang dari total kalori, terdiri dari kurang dari 10 persen kalori dari
lemak jenuh dan trans dan kalori yang tersisa dari asam lemak tak jenuh ganda
dan tak jenuh tunggal.
Karbohidrat
Batasi asupan karbohidrat menjadi 55 persen dari total kalori. Makan biji-
bijian utuh glikemik rendah, seperti barley, dan menghindari biji-bijian olahan
glikemik tinggi, seperti roti putih. Indeks glikemik mengukur seberapa cepat
tubuh Anda menyerap gula dari makanan ke dalam darah Anda. Diet indeks
glikemik tinggi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada wanita
kelebihan berat badan, menurut penelitian oleh para ilmuwan di University
Medical Center di Utrecht, Belanda dan diterbitkan dalam "Journal of American
College of Cardiology" pada bulan Juli 2007.
Protein
Makan protein tanpa lemak yang berkontribusi 15 persen dari total kalori.
Makan kedelai dapat mengurangi risiko penyakit penyerta obesitas, termasuk
diabetes, penyakit jantung, osteoporosis dan beberapa jenis kanker. Para
ilmuwan di University Hospital di Freiburg, Jerman menemukan pembatasan
kalori dengan kedelai-protein yang diperkaya hasil diet dalam penurunan berat
badan lebih besar dan lemak pada wanita obesitas dibandingkan dengan diet
moderat-lemak standar, pengurangan seimbang gizi, menurut penelitian yang
11
dipublikasikan dalam " International Journal of Obesity dan Gangguan Terkait
Metabolic "pada Oktober 2004.
Garam
Dari penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg natrium/
hari, dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan
tekanan diastolik sebesar 7-16 mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000 mg
natrium/ hari dianjurkan untuk pengelolaan diet pada kebanyakan penderita
hipertensi.
JNC VII menyarankan pola makan dengan diet yang kaya dengan buah,sayur, dan produk susu rendah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien.
4. Bagaimana penatalaksanaan DE?
Dalam terapi disfungsi ereksi, yang menjadi sasaran terapi (bagian yang akan diterapi)
adalah ereksi penis. Berdasarkan sasaran yang diterapi, maka tujuan terapi adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas ereksi penis yang nyaman saat berhubungan
seksual. Kualitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menjaga
ereksi. Sedangkan kuantitas yang dimaksud adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menjaga ereksi (waktu untuk tiap-tiaporang berbeda untuk mencapai kepuasan
orgasme,tidak ada waktu normal dalamereksi).Sebelum memilih terapi yang tepat,
perlu diketahui penyebab atau faktor resiko pada pasien yang berperan dalam
menyebabkan munculnya disfungsi ereksi.hal ini terkait dengan beberapa penyebab
disfungsi ereksi yang terkait. Dengan demikian, jika diketahui penyebab disfungsi
ereksi yang benar maka dapat diberikanterapi yang tepat pula. Terapi untuk disfungsi
ereksi dapat dibedakan menjadi duayaitu terapi tanpa obat (nonfarmakologis-pola
hidup sehat dan menggunakan alatereksi seperti vakum ereksi) dan terapi
menggunakan obat (farmakologis).Yang pertama kali harus dilakukan oleh pasien
disfungsi ereksi harusmemperbaiki pola hidup menjadi sehat. Beberapa cara dalam
menerapkan pola hidupsehat antara lain olah raga, menu makanan sehat(asam amino arginin,
bioflavonoid,seng, vitamin C dan E dan makanan berserat), kurangi dan hindari rokok
atau alkohol,menjaga kadar kolesterol dalam tubuh, mengurangi berat badan hingga
12
normal), dan mengurangi stres. Jika dengan menerapkan pola hidup sehat, pasien
sudah mengalami peningkatan kepuasan ereksi maka pasien disfungsi ereksi tidak
perlu menggunakanobat atau vakum ereksi.Obat-obatan yang digunakan untuk
pengobatan disfungsi ereksi antara laingolongan phosphodiesterase inhibitor5
(sildenafil, vardenafil, dan tadalafil),alprostadil (disuntikkan di penis-intracevernosal
dan dimasukkan dalam ureter-intrauretral), papaverine, trazodone, dan dengan
testosteron replacing hormone(penambahan homon estrogen). Obat yang digunakan sebagai obat pilihan untuk pengobatan disfungsi ereksi adalah sildenafil. Lihat gambar 5 dan 6.
1.4.5 Topik Pembelajaran
1. Obesitas
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan
dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah
kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian
bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu
apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada
wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003).
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan
maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara
lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga
dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi
rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga
dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini
diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial
ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat
secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004).
Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti
menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam.
Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal
melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga
menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak
tubuh.
13
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas
menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh
bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower
body obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan
lemak tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada
trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling
umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh
bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini
lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih
kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada
obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu
keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe
obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid
obesity”.
Obesitas Abdominal sebagai Faktor Risiko Metabolik
Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang
berkaitan secara langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler
artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia
atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma,
keadaann prototombik, dan proinflamasi (Semiardji, 2004). Saat ini
berkembang beberapa kriteria definisi dari sindroma metabolik yang pada
akhirnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala
gangguan metabolik sebelum seseorang jatuh ke dalam beberapa komplikasi
yang terjadi. Beberapa kriteria definisi sindroma metabolik yang sering
digunakan antara lain WHO tahun 1998, European Group for The Study of
Insulin Resistance (EGIR) tahun 1999, National Cholesterol Education
Program Third Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III) tahun 2001, dan
American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) tahun 2003..
Secara garis besar, terdapat kepentingan klinis dari kriteria-kriteria tersebut.
2. Food-drug interaction
3. Hipertensi
14
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90mmHg (Kaplan N.M. , 2006). Tekanan darah
diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80%
dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman,
posisi duduk punggung tegak. Hipertensi didiagnosis berdasarkan peningkatan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Ketika tekanan darah sistolik dan
diastolik berada pada pada kategori yang berbeda, maka dipilih kategori yang
lebih tinggi untuk mengklasifikasikan tekanan darah individu.
Hipertensi dengan Faktor Risiko Obesitas - Hipertensi pada Obesitas
Berbagai penelitian epidemiologik telah membuktikan adanya hubungan yang
kuat antara obesitas dan hipertensi. Data yang diperoleh dari NHANES pada
populasi orang Amerika Serikat memberikan gambaran yang jelas mengenai
hubungan linier antara kenaikan rasio lingkar pinggang dan pinggul dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik serta tekanan nadi. Farmingham study
(2007) melaporkan risiko terjadinya hipertensi sebesar 65% pada wanita dan
78% pada laki-laki berhubungan langsung dengan obesitas dan kelebihan
berat badan. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas
diduga berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah
jantung, dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik. Beberapa mekanisme
lain yang berperan dalam kejadian hipertensi pada obesitas antara lain
peningkatan sistem saraf simpatik, meningkatnya aktivitas renin angiotensin
aldosteron (RAAS), peningkatan leptin, peningkatan insulin, peningkatan
asam lemak bebas (FFA),peningkatan endotelin 1, terganggunya aktivitas
natriuretic peptide (NP), serta menurunnya nitrit oxide (NO).
4. Disfungsi Ereksi
5. Obat antihipertensi
15