laporan skenario c blok 25
DESCRIPTION
promosi kesehatanTRANSCRIPT
I. SKENARIO C BLOK 25
Dr Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas
Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis
Demam Berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Dr Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan Sako yang
diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi
pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes
aegypti. Dr Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di bawah ini
untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut.
Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan Demam Berdarah bertambah menjadi
15 orang dan 1 orang anak meninggal.
Identifikasi pasien yang terdiagnosis Demam Berdarah :
Identifikasi Px1 Px2 Px3 Px4 Px5
Usia 5 tahun 14 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun
Pendidikan Belum sekolah SMP A SMP A SMP A SMP A
Alamat Jalan A Jalan B Jalan A Jalan X Jalan V
II. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Dokter layanan primer : Dokter pelayanan umum dengan kewenangannya yang
sebatas pelayanan kesehatan tingkat primer (menjadi
kontak pertama pasien, dan memberi pembinaan
berkelanjutan, membuat diagnosis dan penangannnya,
memberikan dukungan personal bagi setiap pasien dengan
berbagai latar belakang dan berbagai stadium penyakit dan
1
menginformasikan pencegahan dan pengendalian penyakit
kronis.
2. Demam berdarah : Penyakit virus didaerah tropis dengan infeksi, erupsi,
demam, ditularkan oleh nyamuk aedes, dan ditandai oleh
nyeri hebat pada kepala, mata, otot, dan sendi, sakit
tenggorok , beringus, serta kadang-kadang disertai erupsi
kulit dan bengkak nyeri pada bagian yg terkena.
3. Penyuluhan : Kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yg
diberikan oleh seorang atau bbrp ahli kpd masy. Sehingga
dpt merangsang trjdinya proses prubahan prilaku mllui
pndidikan nonformal.
4. Aedes Aegypti : Spesies nyamuk yg menjadi vector peny. Yellowfever dan
dengue.
5. Promosi kesehatan : Kombinasi proses perubahan yang ditujukan pada
pendidikan, orgaisasi, ekonomi dan lingkungan yang
mendukung kesehatan.
6. PKK : Organisasi kemasyarakatan yg memberdayakan wanita utk
turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dgn
melaksanakan program-program pokoknya.
III. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Dr. Ani baru 6 bulan praktek di Puskesmas Sako, dalam 1 minggu terakhir
mendapatkan 5 orang anak menderita DBD dan dirujuk ke RS, beserta identifikasi
pasien.
2. Dr. Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan
Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan.
Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah, seperti daur
hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti. Dr. Ani juga membagikan stiker bertuliskan
3M seperti yang terlihat di bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang
mengikuti penyuluhan tersebut.
3. Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan Demam Berdarah bertambah
menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal.
2
IV. ANALISIS MASALAH
1. Apa saja batasan dan cakupan tugas dokter layanan primer?
Jawab : Berdasarkan Perpres nomor 12 tahun 2013 pasal 22 ayat 1 dan buku
panduan pelayanan kesehatan dari BPJS kesehatan, cakupan pelayanan
yang seharusnya diberikan oleh dokter layanan primer selaku pelaksana
rawat jalan tingkat pertama yakni:
administrasi pelayanan, meliputi administrasi biaya pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani
di fasilitas kesehatan tingkat pertama
pelayanan promotif preventif, meliputi:
a) kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit
penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku
hidup bersih sehat.
b) Imunisasi dasar, meliputi BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak
c) keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi,
dan tubektomi, bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana
d) skrining kesehatan yang diberikan secara perorangan dan selektif, serta
ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari resiko penyakit tertentu (DM tipe-2, hipertensi, kanker
leher rahim, kanker payudara, dan penyakit lain yang ditetapkan oleh
menteri).Skrining mengenai DM tipe-2 dan hipertensi dimulai dengan
analisis riwayat kesehatan yang dilakukan sekurang-kurangnya 1 tahun
sekali. Jika teridentifikasi memiliki resiko DM tipe-2 dan hipertensi akan
dilakukan penegakan diagnosa berdasarkan pemeriksaan penunjang
diagnostik tertentu, serta dilakukan pengobatan sesuai indikasi medis.
Namun, skrining kesehatan kanker leher rahim dan kanker payudara
dilakukan sesuai dengan indikasi.
e) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
f) tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif
g) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
h) pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
i) pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi
3
j) upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB paska persalinan
k) rehabilitasi medik dasar.
2. Bagaimana epidemiologi DBD di Palembang?
Jawab : Di Palembang, meski pada tahun 2010 ada 97 kelurahan dari total 107
kelurahan yang ada di Palembang berstatus endemik DBD, dinas kesehatan
menyatakan, jumlah warga Palembang yang menderita DBD terus menurun
setiap tahun. Jumlah penderita DBD di Palembang pada tahun 2009
menurun cukup tajam jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008
jumlah penderita DBD sebanyak 1.581 orang, berkurang menjadi 468 orang
tahun 2009. Jumlah warga penderita DBD yang meninggal dunia juga
berkurang. Jika pada tahun 2008 ada 7 penderita DBD meninggal dunia,
tahun 2009 korban meninggal dunia turun menjadi 2 orang. Sejak awal
2011 hingga akhir Maret, tercatat ada sekitar 102 orang yang menderita
DBD. Berdasarkan data laporan Dinkes Kota Palembang jumlah penderita
demam berdarah degue (DBD) pada tahun 2012 sebanyak 883 orang dan
pada tahun 2013 menurun berjumlah 438 orang. Bulan Agustus 2013,
didapatkan bahwa Insiden Rate (IR) penyakit DBD sampai bulan Juni
mencapai 21,39 per 100 ribu penduduk. Insiden Rate yang tinggi di
Kecamatan Ilir Barat I dengan IR = 33,22 kemudian Kecamatan Ilir Timur I
dengan IR =31,24 dan Kecamatan Sematang Borang dengan IR = 30,26.
4
3. Apa etiologi dan bagaimana cara penularan DBD?
Jawab : Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedan-
gkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue da-
pat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan
virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit me-
nunjukkan bahwa keempat serotype ditemukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
Cara penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditu-
larkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat
5
juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat meng-
gigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang be-
rada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic in-
cubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada
saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan
kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penu-
laran virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas
46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penu-
laran dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk meng-
gigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul.
4. Makna klinis dari identifikasi pasien?
Jawab : Dari data identifikasi pasien didapatkan 4 orang anak yang bersekolah di
SMP A dan 1 orang anak belum sekolah terdiagnosis DBD.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa SMP A merupakan salah satu factor
penyebab DBD terjadi pada anak-anak tersebut. Kita ketahui bahwa
nyamuk aedes aegypti yang menjadi vektor dari virus dengue aktif pada
pagi hingga sore hari, sementara anak-anak SMP bersekolah dari pagi
hingga sore. Lebih banyak waktu yang mereka habiskan di dalam kelas,
kolong-kolong meja merupakan tempat-tempat yang disukai nyamuk karena
kondisinya yang gelap dan lembab. Dr. Ani juga belum melakukan
penyuluhan sampai ke sekolah-sekolah. Sehingga hal inilah yang membuat
4 orang anak yang bersekolah di SMP A terdiagnosis DBD.
Dari data juga didapatkan ada 2 orang anak yang beralamat di Jalan A
terdiagnosis DBD, dari scenario mungkin bermaksud bahwa lokasi SMP A
itu terletak di Jalan A. nyamuk aedes aegypti sedang berkembang biak di
jalan tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena penyuluhan yang
diberikan masih belum efektif. Dan juga belum ada tindak lanjut dari
puskesmas seperti PJB (Pemantauan Jentik Berkala) dan fogging.
6
5. Apa saja teori-teori promosi kesehatan dan bagaimana penerapannya di masyarakat?
Jawab : Dalam bidang perilaku kesehatan, terdapat beberapa teori tentang faktor
penentu (determinan) atau faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku
yang sering digunakan masyarakat sebagai acuan program-program
kesehatan masyarakat.
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green (1980) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh 3
faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat.
- Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang, termasuk dalam faktor ini
adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-
nilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosio-demografi. Misalnya pada
kasus ini, perilaku masyarakat untuk melaksanakan program 3M akan
dipermudah jika masyarakat tersebuta tahu bagaimana cara
melakukannya dan apa manfaat dari program tersebut.
- Faktor pendorong (enabling factors) yaitu faktor yang memungkinkan
terjadinya perilaku, berupa lingkungan fisik, misalnya sarana kesehatan
7
atau sumber khusus yang mendukung dan keterjangkauan sumber dan
fasilitas kesehatan. Misalnya, untuk terjadinya perilaku masyarakat
melaksanakan program 3M, diperlukan fasilitas berupa peralatan.
Sedangkan untuk mengobati demam berdarah sendiri diperlukan dokter
dan sarana perlayanan kesehatan seperti puskesmas
- Faktor penguat (reinforcing factor) adalah sikap dan perilaku petugas
kesehatan. Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang
belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dalam
hal ini diperlukan tokoh masyarakat yang memberi contoh pelaksanaan
program 3M tersebut.
Teori Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku
petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku.
2. Teori Snehendu B. Kar (1986)
Kar (1986) menganalisis bahwa perilaku merupakan fungsi dari hal-hal
berikut.
- Minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya (behaviour
intention)
- Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
- Ada tidaknya informasi tentang kesehatan (accessibility of information)
- Otonomi pribadi individu dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy)
- Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action
situation)
Teori Snehandu B. Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan
dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu fungsi dari niat orang terhadap
8
objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya,
ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari indivindu
untuk mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan
ia berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/tidak bertindak.
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah:
1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
- Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
- Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
- Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang
lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan
tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang
lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk
dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,
tenaga dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-
sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah,
baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia.
9
Teori WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu adalah karena adanya alasan seseorang untuk
berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa
orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-
beda.
6. Analisis kesalahan dalam promosi kesehatan yang dilakukan dr. Ani? (penyuluhan,
stiker, materi, sasaran)
Jawab : Dr. ani langsung melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan Sako yang
diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orng perangkat kecamatan
- Seharusnya dr. Ani menentukan terlebih dahulu sasaran/siapa orang
yang akan diberikan penyuluhan, mengumpulkan informasi mengenai
masalah yang timbul (dalam kasus ini DBD), dan mengumpulkan
informasi mengenai masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan.
- Seharusnya yang menjadi sasaran penyuluhan pada kasus ini adalah:
Sasaran primer : Kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anak-
anak
Sasaran sekunder : Misi dukungan sosial yang mencakup tokoh
masyarakat setempat, dan ibu pkk.
Sasaran Tersier : Misi advokasi yang mencakup pembuat
keputusan seperti ketua RT dan RW, dan Camat.
- Dr. Ani hanya memberikan penyuluhan kepada 15 orang ibu PKK
dan 5 oang perangkat kecamatan. Hal tersebut tentunya akan
menyebabkan informasi/penyuluhan yang disampaikan Dr. Ani tidak
langsung didengar oleh masyarakat di daerah tersebut. Sementara
seharusnya Dr. Ani melakukan penyuluhan kepada seluruh warga
dengan dibantu oleh ibu-ibu PKK dan perangkat kecamatan, sehingga
apabila ada yang kurang jelas dari penyuluhan tersebut dapat
langsung bertanya kepada Dr. Ani. Hal tersebut dimaksudkan agar
informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami oleh warga
dengan jelas.
10
Jika selanjutnya ibu-ibu PKK tersebut diberi kewenangan untuk
meneruskan penyuluhan, kemungkinan besar informasi yang
diberikan dr. ani tidak lagi sama saat sampai di telinga masyarakat.
Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah,
seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti
- Seharusnya dr. Ani menjelaskan tentang daur hidup nyamuk Aedes
aegypti secara umumnya saja dengan maksud untuk menjelaskan
cara penularannya, dan dimana nyamuk tersebut betah sekali untuk
hidup dan menghinggapi manusia. Sedangkan bentuk nyamuknya
tidak harus dijelaskan karena masayarakat juga tidak terlalu
memperhatikan morfologi dari nyamuk tersebut. Mengenai DBD-
nya, seharusnya dr. Ani hanya menjelaskan tanda klinis awal
DBD yang patut untuk dicurigai oleh pihak terdekat (keluarga)
sehingga dapat ditatalaksana secepat dan seefektif mungkin.
Dr. Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di
bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti
penyuluhan tersebut.
- Stiker yang dibagikan kurang jelas, karena hanya bertuliskan
menguras, mengubur, menutup. Tidak dijelaskan di poster tentang
apa yang harus dikuras, apa yang harus dikubur, dan apa yang
harus ditutup. Dari penulisan “cegah DBD!” juga kurang tepat,
karena belum tentu masyarakat mengerti apa yang dimaksud
dengan dbd. Sehingga tujuan dari stiker itu sendiri tidak dapat
dipahami masyarakat.
- Stiker hanya dibagikan untuk warga yang mengikuti penyuluhan,
sementara yang tidak mengikuti penyuluhan tidak mendapatkan
stiker tersebut. Seharusnya selain membagikan stiker, puskesmas
juga memasang billboard, spanduk, ataupun poster yang diletakkan
di tempat-tempat yang sering terlihat oleh warga.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pen-
didikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, adat istiadat, kepercayaan
masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat. Materi yang
disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan
11
mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat lang-
sung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pen-
didikan kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Wal-
gino, 1995)
7. Bagaimana perbaikan yang harus dilakukan pada penyuluhan kasus ini sesuai teori?
Jawab: Secara Umum, perbaikan yang harus dilakukan pada penyuluhan kasus ini,
yaitu:
1. Analisis Kasus, sebelum melaksanakan penyuluhan, dr. Ani harus
melakukan analisis terhadap data yang ada. Analisis kasus ini menyangkut,
prevalensi kasus, tempat kejadian, dampak ke lingkungan sekitar, dan yang
menjadi fokus utama dari warga sekitar.
2. Dilakukan penyuluhan dengan perencanaan yang matang. Sasaran harus
jelas, isi penyuluhan serta target telah ditentukan dengan baik. Isi
penyuluhan bukan hanya pencegahan dan daur hidup nyamuknya, tetapi
juga termasuk gelaja-gejala penyakit DBD, cara mengenalinya, dan
tindakan yang harus dilakukan bila terkena. Untuk target dan sasaran harus
mencakup ruang lingkup/ wilayah yang terkena kasus ini.
3. Selain penyuluhan bisa dilakukan promosi kesehatan tipe lainnya, seperti
pada kasus penyebaran sticker, atau bisa ditambah dengan pemasangan
spanduk dll. Media promosi kesehatan yang disebar harusnya jelas maksud
dan tujuannya.
4. Dilakukan evaluasi dan monitoring terhadap penyuluhan yang dilakukan,
misalnya mengunjungi peserta-peserta penyuluhan, apakah telah
melaksanakan hal-hal yang diinformasikan ketika penyuluhan, kemudian
apakah semua rakyat melaksanakannya atau tidak.
5. Melaksanakan program kerja lanjutan dalam penanggulangan kasus ini.
Contohnya dengan fogging atau PJB.
Teori Lawrence Green
Berdasarkan teori Green, terdapat 3 hal yang menjadi fakor utama dari
promosi kesehatan sesuai dengan perilaku kesehatan, yaitu Predisposing Factors,
Enabling Factors, dan Reinforcing Factors. Perbaikan yang dapat kita lakukan
12
terhadap penyuluhan berdasarkan teori Green ini bisa kita fokuskan ke 3 faktor
tersebut.
Predisposing factors adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang, contohnya adalah pengetahuan. Pada Kasus ini masyarakat setempat
kurang memiliki pengetahuan mengenai DBD, maka dari itu sangat rentan bagi
mereka untuk mendarita dan tertular DBD. Perbaikan yang haru dilakukan mengenai
predisposing factors ini, yaitu penyuluhan yang kita sampaikan kepada masyarakat
harusnya dimengerti oleh masyarata, dan harusnya informasi yang benar-benar
dibutuhkan oleh masyarakat. Pada dasarnya penyuluhan yang dilakukan dr. Ani sudah
tepat dilakukan, tetapi isi atau informasi yang disampaikan kurang tepat, beliau hanya
menyampaikan informasi mengenai cara penularan dan pencegahannya, tetapi beliau
tidak menjelaskan bagaimana cara mengenali gejala DBD dan tindakan apa yang
harus dilakukan bila terkena DBD, oleh sebab ini maka kasus DBD semakin
menungkat bukannya berkurang.
Enabling factors adalah faktor-faktor yang memfasilitasi perilaku tersebut
terjadi, contohnya sarana, prasarana dan fasilitas kesehatan. Perlu dipikirkan pula
kemungkinan penyuluhan tersebut telah berhasil, tetapi sarana dan fasilitas untuk
pengobatan DBD di wilayah tersebut belum memadai, atau sasaran penyuluhannya
kurang tepat, seperti pada kasus, bisa dianalisis secara teliti, sebagian besar penderita
bersekolah di sekolah yang sama, yaitu sekolah A, kemungkinan sekolah inilah yang
menjadi sunber penularan daripada DBD, sehingga target penyuluhan dr Ani yang
terpaku pada ibu-ibu pkk untuk menggalakkan 3 M si sekitar rumahnya kurang tepat,
karena bukan merupakan sumber penularan. Perbaikan yang harus dilakukan, yaitu
melaksanakan program-program lebih lanjut, contohnya fogging ditempat-tempat
yang kemungkinan besar menjadi sumber penularan.
Reinforcing factors adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya suatu perilaku, contohnya kade yang menjadi panutan warganya. Faktor
reinforcing merupakan faktor yang sangat penting, masyarakat walaupun memiliki
pengetahuan yang memadai akan apa yang harus ia lakukan dalam mengatasi suatu
masalah tetap tidak akan melaksanakannya apabila tidak ada panutan. Pada kasus dr
Ani sudah tepat melakukan penyuluhan ke ibu-ibu PKK dan ketua camat sebagai
wakil warga yang bisa menjadi panutan, akan tetapi kita tidak mengetahui seberapa
banyak warganya, dan apakah dengan jumlah ibu PKK yang hanya 15, dan ketua
camat yang hanya 5 mencukupi untuk menyebarkan informasi dan menjadi panutan
13
bagi seluruh masyarakay. Perbaikan yang harus kita lakukan, yaitu melakukan
dipenyuluhan tersebut seharusnya sasarannya lebih luas, dan meminta peserta
penyuluhan untuk melaksanakan pencegahan sesuai denganh informasi yang telah
diberikan
8. Apa saja media-media promosi kesehatan?
Jawab : Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati
merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat
bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti
cacing dalam botol pengawet, dll
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan
seperti oralit, dll
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda
tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak
memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat,
dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah
kayu, semen, plastik dan lain-lain.
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan,
dll.
Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar
dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya,
tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang
lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang
mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam
poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
14
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak,
memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus
menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan
saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal
lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar
yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet
digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet
dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan
dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan
rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.
d. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
- Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan
dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada
masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya
album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah
kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai
mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
- Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan
tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok
persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk
bahan brosur, leaflet, dll
Slide
15
Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok.
Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi
dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat
menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih
“trnedi” disbanding dengan gambar, leaflet, dll
Film
Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi
dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah
kelompok besar, dan kolosal
9. Bagaimana cara membuat media promosi kesehatan (stiker) yang tepat?
Jawab : Biasanya media digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan photo, dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat
peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran
Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi
desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan
membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah
melupakan pesan tersebut.
b. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran.
Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis
pesan tersebut gagal.
c. Create trust
16
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya, cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit
diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan
mudah didapat didekat tempat tinggalnya.
d. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak
sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan
memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit
diare misalnya
e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama
dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi
maknanya akan tetap sama
f. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa.
Komunikasi yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis
semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan
membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran
untuk bertindak sesuatu. “Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak
tetap sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu
tindakan.
10. Apa yang menyebabkan peningkatan angka kejadian DBD pada kasus?
Jawab : Kemungkinan besar karena cara dr.Ani yang belum tepat sebagai salah
satu usaha pencegahan. Seharusnya dr.Ani melakukan survey terlebih
dahulu tentang cara yang paling tepat mengenai kejadian DBD yang
sebelumnya terjadi. Paling tidak harus dilakukan tindakan lebih lanjut
setelah promosi kesehatan tersebut.
17
Apalagi unsure-unsur dalam promosi kesehatan tersebut juga belumlah
benar. Dari skenario dilakukan usaha pencegahan melalui penyuluhan dan
stiker. Pertama, dari sasaran penyuluhan. Kita lihat bahwa yang menghadiri
penyuluhan tersebut hanya 15 orang ibu PKK dan 5 orang dari pihak
kecamatan. Jelas ini tidak tepat sasaran. Padahal dari data awal diketahui
bahwa kemungkinan DBD dalam kasus ditularkan dari daerah sekolah. Jadi
salah satu sasaran dari penyuluhan harusnya ke pihak sekolah juga. Apalagi
yang paling terkena adalah anak usia remaja yang notabene dalam usia
sekolah, dan berada di lingkungan sekolah alam waktu yang lama. Kedua,
cara komunikasi dan materi dari penyuluhannya juga kurang tepat.
Dikhawatirkan terjadi salah penyampaian dan penerimaan informasi.
Terakhir, media promosi selain lewat penyuluhan juga lewat stiker. Dari
jumlah yang dibagikan terlalu sedikit, dan isi stikernya juga tidak jelas.
Terlalu banyak salah penafsiran.
11. Apakah penyakit pada kasus ini termasuk KLB? Apa kriteria KLB?
Jawab : Jika ditinjau dari kriteria KLB untuk DBD, maka penyakit pada kasus ini
memenuhi kriteria kejadian luar biasa untuk DBD. Kriterianya adalah seba-
gai berikut:
1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah
kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jen-
tik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.
2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan
sebelumnya.
3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun se-
belumnya pada periode yang sama
Akan tetapi yang berhak untuk mengumumkan bahwa penyakit ini terma-
suk kejadian luar biasa adalah kepala daerah.
12. Bagaimana bentuk komunikasi massa dan komunitas yang seharusnya dilakukan oleh
dr. Ani sebagai dokter umum?
Jawab : Metode Pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
18
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,
misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik
baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV
atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit
juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
e. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa.
Contoh : Billboard
”cegah demam berdarah dengan 3M”
- Menguras bak Mandi
- Mengubur barang-barang bekas
- Menutup tempat penampungan air
13. Apa yang seharusnya dilakukan oleh dr. Ani sebelum melakukan promosi kesehatan?
Jawab :
- Advokasi di Tingkat Provinsi dan Kabupaten
Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM
mengetahui tentang program pencegahan penularan DBD dengan
harapan mereka mau untuk mendukung rencana kegiatan promosi
kesehatan (dapat berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan
kemitraan), sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program
promosi kesehatan, serta mengetahui peran dan fungsi masing-masing
sektor/unsur terkait.
- Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan
Agar pihak kecamatan mendukung program, melakukan
pembinaan teknis, dan mengintegrasikan program promosi kesehatan
19
dengan program lain yang dilaksanakan oleh sektor dan program lain,
terutama program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di
puskesmas.
- Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program
promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan,
monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.
- Persiapan perencanaan partisipatif masyarakat
a. Pendekatan kepada masyarakat, dengan cara mendatangi pihak-pihak
terkait seperti kepala puskesmas, petugas kesehatan lingkungan, kepala
sekolah, pemilik sekolah/staf dinas pendidikan tingkat kecamatan, dan
pihak lainnya untuk mencapai kesepakatan dalam memfasilitasi
masyarakat agar mampu merencanakan program promosi kesehatan
secara partisipatif. Serta untuk dapat memperoleh data dan informasi
seperti data penyakit DBD di daerah, kondisi dan kualitas lingkungan,
fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, jumlah kader kesehatan,
program penyuluhan, serta media komunikasi yang telah dilaksanakan,
dll.
b. Peningkatan kualitas fasilitasi masyarakat. Orientasi awal perlu
dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan para aparat daerah dan
tokoh dmasyarakat, (tokoh agama, kepala desa, dll). Kemudian
bergabung dengan berbagai kegiatan kumpulan seperti pengajian, ibadah
gereja, dan kegiatan kumpulan lainnya untuk membuat hubungan
kedekatan dengan masyarakat. Tujuan pendekatan awal ini adalah
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan
program promosi kesehatan 3M.
- Perencanaan Secara Partisipatif di Masyarakat
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh
fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dan di
sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat,
sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat (RKM).
20
Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah sebagai
berikut.
1. Identifikasi masalah, potensi dan analisis situasi
a. Identifikasi perilaku beresiko terhadap kesehatan
• Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang ada di masyarakat,
yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit (adakah
faktor perilaku/host yang kurang menjaga kebersihan lingkungan
dan pencegahan terhadap DBD serta imunitas rendah, dan atau
faktor lingkungan padat, banyak tempat penampungan air terbuka,
faktor musim pancaroba yang menyebabkan vektor nyamuk
berkembang biak).
• Menganalisa perilaku yang paling beresiko terhadap kesehatan
diantara banyak faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran
penyakit.
• Mengidentifikasi kelompok sasaran perilaku beresiko (siapakah
berperilaku beresiko, kapan perilaku buruk tersebut dilakukan, dan
dimana perilaku buruk tersebut dilakukan, misalnya di sekolah).
• Menganalisis potensi yang dimiliki seperti tenaga/kader
kesehatan, media komunikasi yang ada, perilaku baik terhadap
kesehatan yang sudah membudaya di masyarakat, dan lain-lain.
• Menganalisa mengapa masyarakat belum melakukan perilaku
kesehatan yang di inginkan? Apakah masyarakat tidak
melakukan karena tidak tahu dan tidak mengerti atau masyarakat
sudah mengerti dan paham tetapi tetapi tidak mau melakukannya.
b. Perumusan masalah dan cara pemecahan masalah
Setelah mengidentifikasi masalah perilaku beresiko terhadap
kesehatan yang ada di masyarakat dan menganalisis potensi
masyarakat, selanjutnya menyusun perumusan masalah dan cara
pemecahan masalah tersebut, dengan memanfaatkan potensi yang
ada di masyarakat . Dalam perumusan masalah perlu memuat
masalah perilaku beresiko, siapa, dimana, mengapa (faktor
penyebab), cara pemecahan masalah, dan potensi masyarakat
untuk memecahkan masalah.
21
2. Penyusunan rancangan rinci kegiatan
Menentukan tujuan, kelompok sasaran, macam/kegiatan pelaksana,
keperluan akan alat/bahan/material dan biaya serta waktu pelaksanaan.
3. Penyusunan rencana monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dan
kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target) program 3M.
V. HIPOTESIS
Angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sako semakin meningkat
dikarenakan promosi kesehatan yang dilakukan dr Ani belum efektif.
VI. LEARNING ISSUE
1. PROMOSI KESEHATAN; TEORI dan PENERAPANNYA di MASYARAKAT
Banyak sekali definisi tentang Promosi Kesehatan. Salah satu yang paling
sering dikutip adalah yang disampaikan dalam Ottawa Charter, yaitu “Promosi
Kesehatan adalah proses yang menyebabkan masyarakat mampu meningkatkan
kontrol, dan memperbaiki tingkat kesehatan mereka”.
Ottawa Charter juga merekomendasikan tiga strategi dasar promosi kesehatan,
yaitu Advokasi kesehatan untuk menciptakan kondisi yang kondusif demi
terciptanya proses di atas, mendorong seluruh komponen masyarakat untuk
mencapai seluruh potensi kesehatan mereka, dan mediasi perbedaan-perbedaan
kepentingan di masyarakat dalam menggapai tingkat kesehatan mereka.
Selain tiga strategi dasar tersebut, terdapat lima area prioritas dalam promosi
kesehatan:
Mengembangkan kebijakan publik berwawasan kesehatan
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan
Memperkuat kegiatan berwawasan kesehatan di masyarakat
22
Mengembangkan kemampuan individu
Re-orientasi pelayanan kesehatan
Pendidikan Kesehatan (Health Education)
Health education mencakup kesempatan untuk belajar melalui jalur-jalur
komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kesehatan. Pendidikan tidak
terbatas hanya pada penyampaian informasi kesehatan, tetapi juga berupaya
meningkatkan motivasi, keterampilan, dan rasa percaya diri yang dibutuhkan agar
dapat mengambil tindakan dalam rangka meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, hal-hal yang
harus diperhatikan adalah:
1. Pesan
Materi atau pesan perlu disesuaikan dengan masalah kesehatan yang banyak
dijumpai dalam masyarakat. Secara garis besar, materi tersebut memiliki
target/ tujuan sebagai berikut:
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu maupun kelompok
Mencegah jangan sampai terserang penyakit atau jangan sampai penyakit yang
pernah diderita kambuh lagi.
Membantu proses penyembuhan dan pemulihan
Untuk dapat mengembangkan suatu pesan, ada beberapa unsur yang perlu
masuk menjadi bagian dari pesan tersebut, yaitu:
1. Perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh sasaran
2. Keuntungan kalau menerapkan perilaku tersebut
3. Alasan mengapa perilaku tersebut menguntungkan/bermanfaat
4. Penyampaian pesan: bisa bersifat gembira, lucu, serius, ilmiah dsb,
disesuaikan dengan siapa yang menjadi sasaran dan kondisi pada saat
pemberian pesan tersebut
5. Sumber informasi: adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat.
Dalam menyusun pesan edukasi kepada masyarakat, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran
Isi pesan jangan terlalu banyak, agar tidak membingungkan sasaran
Usahakan agar mengemukakan pesan secara bertahap, dengan urutan yang
sistematis sehingga mudah diingat
23
Sesuaikan dengan tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, agama, dan adat
istiadat sasaran
Ada kemungkinan sasaran memerlukan lebih dari satu topik edukasi, sehingga
persiapkan diri untuk memadukan beberapa materi
2. Metode
Beberapa metode edukasi yang biasa dugunakan adalah sebagai berikut.
Tanya jawab perorangan: dilakukan secara perorangan antara edukator dengan
sasaran. Dapat dilakukan di mana saja, tetapi hendaknya dengan memilih
waktu dan tempat yang tepat.
Ceramah: dilakukan jika ada sekelompok orang yang perlu mendapat
penjelasan yang sama, sedangkan waktu yang tersedia terbatas. Ceramah
jangan terlalu lama, maksimal 30 menit. 10 menit pertama untuk memberi
penjelasan yang singkat tetapi jelas, 20 menit berikutnya untuk tanya jawab.
Konseling: adalah suatu kegiatan dimana ada hubungan yang saling membantu
antara dua orang melalui komunikasi yang intensif untuk mengatasi suatu
masalah. Tujuan konseling adalah membantu seseorang untuk mengambil
keputusan. Langkah konseling sering disingkat sebagai GATHER, yaitu:
Greet: sapa klien
Ask: tanya klien (apa persoalannya)
Tell: beritahu klien tentang pilihan yang ada
Help: bantu klien untuk memilih
Explain: jelaskan apa yang harus dilakukan
Return: beri kesempatan klien untuk bertanya
3. Media/Alat bantu
Dalam melaksanakan edukasi, seorang petugas kesehatan perlu
mempersiapkan media/alat bantu yang dapat digunakan agar materi edukasi
dapat lebih dimengerti oleh sasaran. Beberapa alat bantu yang biasa digunakan
adalah:
Poster: adalah pesan singkat dalam gambar yang bertujuan mempengaruhi
seseorang agar tertarik pada suatu informasi tertentu dan mau
melaksanakannya.
24
Leaflet: adalah selebaran kertas yang dapat dilipat sedemikian rupa dan berisi
tulisan tentang suatu masalah tertentu dan khusus ditujukan untuk sasaran
tertentu.
Flipchart: adalah alat peraga yang menyerupai album gambar, terdiri dari
lembaran-lembaran dan disusun dalam urutan tertentu. Cara menggunakannya
dengan membalik lembaran-lembaran bergambar itu satu persatu, dan
menjelaskan gambar-gambar tersebut.
Prevention
Leavell & Clark mengemukakan teori klasik pencegahan, yang
menyebutkan terdapat lima tingkat pencegahan, yaitu
Health Promotion,
Specific Protection,
Early Diagnosis and Prompt Treatment,
Disability Limitation dan
Rehabilitation.
Secara filosofis, praktik kedokteran yang dilakukan sebenarnya
berlandaskan dan mencoba mencegah perburukan penyakit melalui pendekatan
pencegahan ini. Lima tingkat pencegahan tersebut kemudian juga dibagi
menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.
Bagan di bawah ini menjelaskan secara lengkap lima tingkat
pencegahan beserta aktivitas-aktivitas yang dijalankan dalam tingkat
pencegahan tersebut.
25
2. KOMUNIKASI MASSA dan KOMUNITAS
Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan-pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut
memberikan batasan pada komponen-komponen komunikasi massa yaitu mencakup
pesan-pesan, media massa ( kora, majalah, tv, film dan radio) dan khalayak.
Menurut Defleur dan Dennis, komunikasi masa adalah suatu proses dalam
mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-
pesan secara luas dan secara terus-menerus, menciptakan makna-makna yang
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan
melalui berbagai cara.
Definisi tersebut memiliki gambaran yang lebih luas. Penonjolan definisi ini
terutama pada bagaimana sumber informasi (media massa) mengemas dan
menyajikan pesan. Dengan cara dan gaya tertentu menciptakan makna terhadap suatu
peristiwa, sehingga mempengaruhi khalayak.
Karakteristik Komunikasi Massa
26
Ditujukan kekhalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak
mengenal batas geografi kultural
Bentuk kegiatan komunikasi bersifat umum
Pola penyampaian pesan berjalam cepat dan mampu menjangkau khalayak luas
Penyampaian pesan cenderung satu arah- umpan balik sifatnya tertunda
Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana,
terjadwal dan terorganisasir
Pesan disampaikan secara berkala
Isi pesan yang disampaikan dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia
menyangkut social, politik, ekonomi dan budaya
Proses Komunikasi Massa
Proses Komunikasi Massa Model proses komunikasi massa dari Wilbur
Schramm adalah pengorganisasian media, yang menggambarkan tentang fungsi-
fungsi yang dilaksanakan oleh komunikator (organisasi media) dan penerima
(khalayak), yakni fungsi encoding, interpreting dan decoding.
Fungsi Komunikasi Massa
1. Fungsi terhadap masyarakat
Pengawasan lingkungan
Korelasi antar bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkugannya
Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai
Hiburan
2. Fungsi terhadap individu
Pengawasan dan pencarian informasi
Mengembangkan konsep diri
Fasilitas dalam hubungan sosial
Substitusi dalam hubungan sosial
Membantu melegakan emosi
Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan
Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi
3. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
27
Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi
(www.pamsimas.org, 2009)
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui
media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar ruang, sehingga
sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya (DEPKES RI, 2006)
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005):
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Dapat memperjelas informasi
4. Media dapat mempermudah pengertian.
5. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
6. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
7. Memperlancar komunikasi.
Jenis Media Promosi Kesehatan
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah,
buletin, dan sebagainya.
Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan,
slide, film, dan seterusnya.
2. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi:
Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-
pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama media
cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat
kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
28
Kelebihan media cetak diantaranya: Tahan lama, Mencakup
banyak orang, Biaya tidak tinggi, Tidak perlu listrik, Dapat dibawa
ke mana-mana, Dapat mengungkit rasa keindahan, Meningkatkan
gairah belajar,
Kelemahan media cetak yaitu: Media ini tidak dapat menstimulir
efek suara dan efek gerak, dan Mudah terlipat (Notoatmodjo,
2005)
Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video
film, cassete, CD, VCD.
Kelebihan media elektronika diantaranya: Sudah dikenal
masyarakat, Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih mudah
dipahami, Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,
Bertatap muka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan relatif
lebih besar, Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
Kelemahan media elektronika diantaranya: Biaya lebih tinggi,
Sedikit rumit, Perlu listrik, Perlu alat canggih untuk produksinya,
Perlu persiapan matang, Peralatan selalu berkembang dan berubah.
Perlu keterampilan penyimpanan, Perlu terampil dalam
pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).
Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar
ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,
misalnya: Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat
dilihat secara umum di perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam
bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain
dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat
yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang, pameran, banner dan
TV layar lebar (DEPKES RI, 2006).
Kelebihan media luar ruang diantaranya: Sebagai informasi
umum dan hiburan, Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih
mudah dipahami, Lebih menarik karena ada suara dan gambar
bergerak, Bertatap muka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan
29
Kasus DBD di Puskesmas Kec. Sako
Kasus DBD di Puskesmas Kec. Sako meningkat
Persiapan/perencanaan belum optimal
Program kerja lanjutan belum dilaksanakan
Media promosi kesehatan belum efektif
Penyuluhan belum efektif
relatif lebih besar, Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail,
Dapat menggunakan semua panca indra secara langsung, dan lain-
lain.
Kelemahan media luar ruang diantaranya: Biaya lebih tinggi,
Sedikit rumit, Ada yang memerlukan listrik, Ada yang memerlukan
alat canggih untuk produksinya, Perlu persiapan matang, Peralatan
selalu berkembang dan berubah, Perlu keterampilan penyimpanan,
Perlu keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI, 2006).
VII. KERANGKA KONSEP
VIII. KESIMPULAN
Angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sako semakin meningkat
dikarenakan promosi kesehatan yang dilakukan dr Ani belum efektif.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. BPJS Kesehatan. 2013. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.Jakarta
2. BTKL-PP Palembang. 2013. Survei Jentik Aedes aegypty di Tiga Kelurahan di
Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013 [internet]. Available from
http://btklppmpalembang.or.id/buletin_view.php?nourut=6 (diakses tanggal 27 Mei
2014).
3. Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta : EGC
31
4. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan.2008. Field Book Bagaimana
Membuat Media Promosi Kesehatan. Jakarta
5. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009
6. Dinkes Palembang. 2009. Profil Kesehatan Kota Palembang 2009. Palembang.
7. Herqutanto. 2001. Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
FKUI IkmUnsri. 2013. Pendidikan Kesehatan dan Media Kesehatan (online,
http://download.docstoc.com/document/160356765?key=&pass= )
8. Ilmas, Tria Hasbi Akbar. 2008. Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit Tropis
Demam Berdarah oleh Dinas Kesehatan Surabaya. Surabaya
9. Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
10. Notoatmodjo,soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Renekacita. Depok. 2010
11. Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
12. Supriyantoro. 2013. Jaminan AksesabilitasTerhadap Pelayanan Primer, Sekunder, dan
tertier yang merata. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
32