laporan_suspensi

Upload: amelia-rizki-nurwahidah

Post on 31-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    FARMASETIKA I

    SUSPENSI

    TRISUSPEN

    Disusun oleh :

    Nama : Linus Seta Adi Nugraha

    No. Mahasiswa : 09.0064

    Hari : Jumat

    Tanggal Praktikum : 10 Februari 2010

    Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti, S.Farm., Apt

    LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

    AKADEMI FARMASI THERESIANA

    SEMARANG

    2010

  • PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SUSPENSI

    1. TUJUAN

    Mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan

    suspensi.

    2. DASAR TEORI

    Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia

    yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau

    campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004)

    Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia

    terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M,

    2005)

    Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu

    cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut.

    Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada

    suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1

    bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan

    kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.

    (Anief, M., 2005)

    Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka

    penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan

    keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan

    atau dicampur. (Anonim, 1995)

    Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak

    larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai

    suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok

    suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-

    lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa

    sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang

    sesuai segera sebelum digunakan.

    Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang

    terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit.

  • Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini.

    (Anonim, 1995)

    Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam

    bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang

    trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahan-

    lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat

    tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus

    menjamin sediaan mudah digojok dan dituang.

    Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila

    obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus

    dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006)

    Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

    1. Ukuran partikel

    Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya

    (dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel

    daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk

    mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan

    dengan memperkecil ukuran partikel.

    2. Kekentalan (viscositas)

    Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel

    yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan

    suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

    3. Jumlah partikel (konsentrasi)

    Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi

    endapan partikel dalam waktu yang singkat.

    4. Sifat / muatan partikel

    Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam

    campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada

    kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan

    yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah

    merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.

    ( Anonim, 2004 )

  • Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi

    1. Metode pembuatan suspensi

    Metode dispersi

    Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang

    telah terbentuk kmudian baru diencerkan.

    Metode praesipitasi

    Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang

    hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan

    pensuspensi dalam air.

    2. Sistem pembentukan suspensi

    System flokulasi

    1. partikel merupakan agregat yang bebas

    2. sedimentasi terjadi capat

    3. sediment terbentuk cepat

    4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah

    terdispersi kembali seperti semula

    5. wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi

    cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

    System deflokulasi

    1. partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

    2. sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap

    terpisah dan ukuran partikel adalah minimal

    3. sediment terbentuk lambat

    4. akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar

    terdispersi lagi. ( Anonim, 2004 )

    Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :

    a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat

    memperlambat terlepasnya obat .

    b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.

  • c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,

    karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.

    Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :

    a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.

    b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya

    pulveres, tablet, dan kapsul.

    c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar

    kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .

    ( Anief, M., 1987 )

    3. FORMULA

    Tiap 5 ml mengandung :

    I II

    Sulfadiazine

    Sulfamerazine

    Sulfadimidin

    Asam Sitrat

    CMC-Na

    Metil Paraben

    NaOH

    Sirupus Simpleks

    Etanol

    Aqua ad

    167 mg

    167 mg

    167 mg

    200 mg

    25 mg

    5 mg

    100 mg

    1,5 mg

    qs

    5 ml

    Sulfadiazine

    Sulfamerazine

    Sulfadimidin

    Asam Sitrat

    CMC-Na

    Metil Paraben

    NaOH

    Sirupus Simpleks

    Etanol

    Aqua ad

    167 mg

    167 mg

    167 mg

    200 mg

    25 mg

    5 mg

    100 mg

    1,5 mg

    qs

    5 ml

    Tiap formula dibuat sebanyak 600 ml

  • 4. PEMERIAN

    Sulfadiazinum

    Serbuk, putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak

    berbau, stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan-

    lahan menjadi hitam. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam

    asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan

    natrium hiroksida dan dalam larutan amonium hidroksida, agak sukar

    larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut dalam serum manusia

    pada suhu 37o.

    Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan)

    (Anonim, 1995)

    Sulfamerazine

    Serbuk atau hablur putih atau agak putih kekuningan, tidak berbau atau

    praktis tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil di

    udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap

    cahaya. Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton,

    sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan dalam

    kloroform.

    Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan)

    (Anonim, 1995)

    Sulfadimidinum

    Serbuk, putih sampai putih kekuningan dapat menjadi gelap pada

    pemaparan terhadap cahaya, rasa agak pahit, praktis tidak berbau. Sangat

    sukar larut dalam air dan dalam eter, larut dalam aseton, sukar larut

    dalam etanol.

    Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan)

    (Anonim, 1995)

  • Acidum Citricum

    Hablur tak berwarna atau serbuk putih tak berbau, sangat asam agak

    higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas. Larut dalam kurang

    dari 1 bagian air dan 1,5 bagian etanol 95%P, sukar larut dalam eter P.

    Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)

    Natrium Carboxymetylcelulosum / CMC sodium

    Serbuk atau butiran putih higroskopis, mudah mendispersi dalam air,

    membentuk suspensi. Praktis tidak larut dalam etanol, dalam eter dan

    dalam pelarut organik lain.

    Khasiat : Bahan tambahan, suspending agent. (Anonim, 1995)

    Methylis Parabenum / Nipagin

    Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa

    kemudian agak membakar diikuti rasa pedas. Larut dalam 500 bagian air,

    dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian eter (95%), dan dalam 3

    bagian aseton, larut dalam eter dan larut dalam alkali hidroksida, larut

    dalam 60 bagian gliserol.

    Khasiat : Bahan pengawet

    (Anonim, 1979)

    Natrii Hydroksidum

    Batang, butiran massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan

    menunjukkan susunan hablur, putih mudah meleleh basah, sangat alkalis

    an korosif, segra menyerap O2. Sangat mudah larut dalam air dan etanol

    95%P.

    Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)

    Sirupus Simpleks

    Cairan jernih tidak berwarna..

    Khasiat : Bahan tambahan, Corringen Saporis

    (Anonim, 1979)

  • Aethanolum

    Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan

    menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada

    suhu rendah dan mendidih pada suhu 78. mudah terbakar. Bercampur

    dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.

    Khasiat : zat tambahan

    (Anonim, 1995)

    Aqua destilata

    Cairan jernih tak berwarna, tak brbau dan tak mmpunyai rasa.

    (Anonim,1979)

    5. PERHITUNGAN BAHAN

    Formula I :

    Sulfadiazine = 600

    /5 x 167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

    Sulfamerazine = 600

    /5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

    Sulfadimidin = 600

    /5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

    Asam Sitrat = 600

    /5 x 200 mg = 24000 mg = 24 gr

    Aqua untuk Asam Sitrat : 24 mL

    CMC-Na = 600

    /5 x 25 mg = 3000 mg = 3 gr

    Aqua untuk CMC-Na : 60 mL

    Metil Paraben = 600

    /5 x 5 mg = 600 mg

    NaOH = 600

    /5 x 100 mg = 12000 mg = 12 gr

    Aqua untuk NaOH : 10 mL

    Sirupus Simpleks = 600

    /5 x 1,5 mL = 180 mL

    Etanol = q.s.

    Aqua ad = 600-(20,04+20,04+20,04+24+24+3+60+0,6+12+180+10)

    = 226,28 mL

  • Formula II :

    Sulfadiazine = 600

    /5 x 167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

    Sulfamerazine = 600

    /5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

    Sulfadimidin = 600

    /5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

    Asam Sitrat = 600

    /5 x 200 mg = 24000 mg = 24 gr

    Aqua untuk Asam Sitrat : 24 mL

    CMC-Na = 600

    /5 x 50 mg = 6000 mg = 6 gr

    Aqua untuk CMC-Na : 120 mL

    Metil Paraben = 600

    /5 x 5 mg = 600 mg

    NaOH = 600

    /5 x 100 mg = 12000 mg = 12 gr

    Aqua untuk NaOH : 10 mL

    Sirupus Simpleks = 600

    /5 x 1,5 mL = 180 mL

    Etanol = q.s.

    Aqua ad = 600 (20,04+20,04+20,04+24+24+6+120+0,6+180+12+10)

    = 163,28 mL

    6. CARA KERJA

    a. Cara Presipitasi

    CMC-Na dikembangkan dalam sebagian air yang tersedia

    Metil paraben dilarutkan dalam etanol

    Ketiga sulfa dicampurkan

    NaOH dilarutkan dalam sebagian air, kemudian ditambahkan pada campuran sulfa

    tersebut

  • Ditmbahkan CMC-Na yang sudah mengembang sambil diaduk, kemudian Metil

    paraben yang telah larut, lalu dihomogenkan dengan mixer

    Tambahkan sirupus simpleks

    Sambil diaduk ditambahkan larutan asam sitrat ke dalam campuran

    Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan

    b. Cara Dispersi

    CMC-Na dilarutkan dalam air panas, dinginkan

    Metil paraben dilarutkan dalam etanol

    Ketiga sulfa dicampurkan

    Ke dalam campuran sulfa, ditambahkan larutan CMC-Na sedikit demi sedikit

    sambil diaduk hingga homogen

    Ditambahkan juga larutan metil paraben, sirupus simpleks, larutan asam sitrat

    dan larutan NaOH sambil dihomogenkan dengan menggunakan mixer.

    Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan

  • 7. PEMBAHASAN

    a. Problema dan pemecahannya

    Pada pembuatan suspensi salah satu perhitungan yang dipakai untuk

    mengetahui kestabilan suspensi adalah Hukum Stokes.

    Hokum Stokes :

    V = d2 (1 2) g

    18

    Keterangan :

    V = kecepatan jatuhnya suatu partikel bulat

    D = diameter partikel

    1 = bobot jenis partikel padat

    2 = bobot jenis partikel cair

    g = gravitasi

    = viskositas medium dispersi

    Dari hokum tersebut diketahui bahwa ada beberapa faktor dari

    pembuatan suspensi yang dapat disesuaikan untuk mengubah kestabilan

    suspensi menjadi lebih stabil. Faktor tersebut antara lain ;

    Semakin kecil ukuran partikel dalam suspensi maka semakin stabil

    pula suspensi tersebut karena laju endap dari partikel tersebut dapat

    berkurang dan suspensi tidak cepat mengendap.

    Jika bobot jenis partikel padat lebih berat dari pada bobot jenis partikel

    cairnya maka suspensi tersebut akan cepat mengendap pula.

    Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

    suspensi agar didapat hasil yang baik.

    Semakin tinggi suhu suspensi yang dibuat maka viskositasnya akan

    lebih rendah sehingga menyebabkan suspensi menjadi lebih cepat

    mengendap, sebaliknya jika semakin rendah suhu suspensi yang dibuat

    maka viskositasnya akan semakin tinggi sehingga suspensi lebih lama

    mengendap.

    Pada saat pencampuran bahan, baik menggunakan blender, mixer, atau

    alat lain yang memiliki kecepatan putaran tinggi, sebaiknya digunakan

  • tingkat kecepatan yang tidak terlalu tinggi dan juga jangan dalam

    waktu yang terlalu lama. Hal ini dikarenakan akan terbentuk busa pada

    suspensi, sehingga dapat menyebabkan hasil yang kurang baik.

    Dalam pembuatan suspensi ada bahan yang digunakan untuk menjaga

    kestabilan suspensi. Bahan tersebut adalah suspending agent. Ada

    beberapa suspending agent yang dapat digunakan, antara lain CMC,

    PGS, dan Kollidon. Dari ketiga bahan tersebut, CMC merupakan

    suspending agent yang paling banyak digunakan. Hal ini karena hasil

    yang diperoleh jika menggunakan CMC tidak mudah mengendap dan

    dapat terdispersi kembali dengan penggojokan ringan. Tetapi perlu

    diingat bahwa penambahan suspending agent tidak perlu terlalu

    banyak. Karena bila demikian maka suspensi akan menjadi terlalu

    kental dan sulit untuk dituang.

    Ada dua metode yang digunakan dalam pembuatan suspensi yaitu

    metode dispersi dan praesipitasi. Pada metode dispersi, suspensi dibuat

    dengan cara serbuk bahan obat ditambahkan dalam mucilage baru

    diencerkan dengan air. Sedangkan pada metode praesipitati, serbuk

    bahan obat dilarutkan dengan pelarut organik terlebih dahulu.

    Ciri-ciri dari kedua system tersebut adalah :

    flokulasi deflokulasi

    1. Partikel obat terflokulasi merupakan

    agregat yang bebas dalam ikatan

    lemah.

    1. Partikel terdeflokulasi mengendap

    perlahan, membentuk cake yang

    keras dan tidak mudah terdispersi

    kembali.

    2. Sedimentasi terjadi cepat (Partikel

    mengendap sebagai flok (kumpulan

    partikel).

    2. Partikel dalam keadaan terpisah,

    masing - masing partikel mengendap

    secara terpisah.

    3. Sedimen dalam keadaan terbungkus,

    dan bebas.

    3. Metode ini lebih disukai karena tidak

    terjadi lapisan yang bening dan

    terbentuk endapan secara perlahan.

    4. Tidak membentuk cake dan mudah

    terdispersi kembali ke bentuk

    semula.

  • Evaluasi Suspensi

    1. Uji sedimentasi

    a. Masukkan sediaan yang sudah jadi kedalam beker glass.

    b. Biarkan dan amati pemisahannya / pengendapannya dalam waktu

    yang telah ditentukan (15 menit, 30 menit, 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7

    hari).

    c. Kemudian amati sediaan memisah atau tidak, jika tampak memisah

    maka bagian yang bening diukur.

    2. Pengamatan viskositas (kekentalan) dengan menggunakan viscometer

    Brookfield.

    3. Hitung viskositas suspensi menggunakan Hukum Stokes.

    4. Ukur diameter Partikel (minimal 20 partikel)

    5. Bandingkan hasil yang diperoleh dari kedua metode pembuatan

    Cara menghitung BJ

    1. Timbang masing - masing sulfa 25 gr

    2. Masukkan ke dalam mattglass 100 ml

    3. Mampatkan serbuk dengan cara diketuk ketukan di meja sampai

    serbuk tidak bisa turun lagi (mampat)

    4. Ukur volumenya

    5. Hitung BJ dengan rumus

    6. Rata - rata hasil ketiga BJ Sulfa

    Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer

    Brookfield (DV.E viscometer) :

    1. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga

    viscometer dalam keadaan on,

    = m

    v

  • 2. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik

    saat kita pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar

    benar terkunci rapat,

    3. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle

    ke dalam cairan

    4. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan

    sebaliknya

    5. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu

    dengan memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer

    bagian bawah diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara

    memegangnya pada bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif)

    6. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang

    dicelupkan dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian

    bawah tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker.

    7. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang

    digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di

    atur sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

    8. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang

    paling lama muncul, catatlah.

    9. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair

    maka data tidak akan dapat terbaca pada layar.

    Menghitung diameter partikel menggunakan mikroskop

    1. Letakan sedikit cairan sebagai sample diatas objectglass lalu encerkan

    dengan air

    2. Letakkan objectglass di atas meja benda kemudian jepit dengan

    penjepit spesimen

    3. Cari bagian dari objectglass dengan sekrup vertical dan horizontal

    sampai terlihat gambar yang jelas

  • 4. Catat hasil pengukuran diameter minimal 10 partikel lingkaran dan 10

    partikel oval / memanjang yang berbeda beda lalu hitung rata

    ratanya.

    b. Data hasil praktikum

    Bobot jenis

    Sulfadiazine : 25 gr => 55 mL => 25

    /55 = 0,45

    Sulfadimidin : 50 gr => 72 mL => 50

    /72 = 0,69

    Sulfa merazine : 50 gr => 70 mL => 50

    /70 = 0,71

    Rata-rata Bobot jenis = 0,617

    Data viscometer (Viskometer Brookfield tipe DV E)

    CP : 5690

    rpm : 50

    Autorange : 47,4%

    Spindle : 64

    Pengukuran pH

    Dengan cara mencelupkan indicator pH ke dalam suspensi, kemudian

    bandingakn perubahan warna yang terjadi pada indicator dengan tabel

    perubahan warna.

    pH suspensi : 4

    Pengamatan visual (Uji Sedimentasi)

    Tinggi awal sedimentasi = 7 cm

    15 menit :

    30 menit :

    1 hari :

    3 hari : 1 cm

    7 hari : -

    10 hari : 1 mm

    12 hari : 1 mm

  • Pengamatan mikroskop

    No. Lingkaran ( O ) Memanjang ( )

    1. 2 2,5

    2. 3 2,5

    3. 2 3

    4. 1,5 2

    5. 2 2

    6. 1 3

    7. 1 1.5

    8. 1 1,5

    9. 1 2

    10. 1 2,5

    Diameter rata rata : 1,9 x 10-2 cm

    Menghitung viskositas menggunakan Rumus Hukum Stokes

    V = d2 (1 2) g

    18

    V = (1,9 x 10-2

    )2 x (0,617 1) x 981

    18 (5690)

    = 3,61 x 10-4

    x 0,383 x 981

    102420

    = 1,324 x 10-6

    cm/s

    Data 4 kelompok

    Kelompok Formula Diameter partikel Visual Viskositas(Hk.Stoke) Waktu

    endap

    1 1 18,5 x 10-2

    cm 0 cm 7,9 x 10-4

    cm/s

    2 2 2,15 x 10-3

    cm 7,3 cm 1,05 x 10-6

    cm/s 0,22 th

    3 1 2,5 x 10-3

    cm 7,0 cm 0,4252 x 10-6

    cm/s 0,149 th

    4 2 1,9 x 10-3

    cm 7,0 cm 1,324 x 10-6

    cm/s 0,167 th

  • Perhitungan dosis

    TP 1x = 1 gr

    1hr = 2 gr

    Pemakaian 7-11 tahun :

    1x : 501 mg

    1hr : 1503 mg

    TP (7 th)

    1x : 7/19 x 1 gr = 368,42 mg

    1hr : 7/19 x 2 gr = 736,8 mg

    TP (8 th)

    1x : 8/20 x 1 gr = 400 mg

    1hr : 8/20 x 2 gr = 800 mg

    TP (9 th)

    1x : 9/20 x 1 gr = 450 mg

    1hr : 9/20 x 2 gr = 900 mg

    TP (10 th)

    1x : 10/20 x 1 gr = 500 mg

    1hr : 10/20 x 2 gr = 1000 mg

    TP (11 th)

    1x : 11/20 x 1 gr = 550 mg

    1hr : 11/20 x 2 gr = 1100 mg

    1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)

    Jadi dosis 7 11 th = 3 x sehari 1 2 cth

    Pemakaian 12-17 tahun :

    1x : 501 mg

    1hr : 1503 mg

    TP (12 th)

    1x : 12/20 x 1 gr = 600 mg

    1hr : 12/20 x 2 gr = 1200 mg

    TP (13 th)

    1x : 13/20 x 1 gr = 650 mg

    1hr : 13/20 x 2 gr = 1300 mg

    TP (15 th)

    1x : 15/20 x 1 gr = 750 mg

    1hr : 15/20 x 2 gr = 1500 mg

    TP (16 th)

    1x : 16/20 x 1 gr = 800 mg

    1hr : 16/20 x 2 gr = 1600 mg

  • TP (14 th)

    1x : 14/20 x 1 gr = 700 mg

    1hr : 14/20 x 2 gr = 1400 mg

    TP (17 th)

    1x : 17/20 x 1 gr = 850 mg

    1hr : 17/20 x 2 gr = 1700

    1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)

    Jadi dosis 12 17 th = 3 x sehari 2 3

    cth

    Pemakaian 18 20 tahun

    1x : 501 mg

    1hr : 1503 mg

    TP (18 th)

    1x : 18/20 x 1 gr = 900 mg

    1hr : 18/20 x 2 gr = 1800 mg

    TP (19 th)

    1x : 19/20 x 1 gr = 950 mg

    1hr : 19/20 x 2 gr = 1900 mg

    TP (20 th)

    1x : 20/20 x 1 gr = 1000 mg

    1hr : 20/20 x 2 gr = 2000 mg

    1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)

    Jadi dosis 18 20 th = 3 x sehari 3 4

    cth

    8. KESIMPULAN

    Obat dibuat suspensi karena obat obat tertentu tidak stabil secara kimia, bila ada

    dalam larutan tapi stabil bila dibuat dalam bentuk suspensi, dan jika ada bahan

    obat yang tidak dapat larut.

    Faktor yang mempengaruhi kestabilan suspensi :

    Pengecilan ukuran partikel dari suatu suspensoid berguna untuk kestabilan

    suspensi karena laju endap dari partikel padat berkurang jika ukuran partikel

    diperkecil. Selain itu jumlah bahan pensuspensi jangan terlalu sedikit dan jangan

    terlalu banyak karena mempengaruhi kestabilan cairan tersebut. Sedikit

    banyaknya pergerakan partikel, tolak menolak antar partikel karena adanya

  • muatan listrik pada partikel, dan konsentrasi suspensoid juga dapat

    mempengaruhi.

    Suspending agent yang terlalu banyak (CMC) menyebabkan daya alir kurang baik

    karena terlalu kental, pada penyimpanan dengan suhu rendah dapat terbentuk

    cacking yang keras sehingga sulit dituang.

    Formula yang digunakan adalah formula no.II dengan metode pembuatan dispersi.

    Semakin kecil partikel,luas permukaannya akan semakin besar dan suspensi akan

    lama mengendap atau sebaliknya semakin besar partikel, luas permukaan akan

    semakin kecil dan menyebabkan suspensi akan cepat mengendap

    Selama 7 hari pengamatan,suspensi mengendap 1,1 cm.

  • 9. DAFTAR PUSTAKA

    Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.

    Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.

    Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, Jakarta.

    Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, Jakarta.

    Semarang, 10 Februari 2010

    (Linus Seta Adi Nugraha)