lapsus anak
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia
lobularis. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.
Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode
yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab
spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada.
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Pola bakteri
penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai
pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan
permasalahan penyakit bronkopneumonia.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi bronkopneumonia
2. Mengetahui dan memahami patofisiologi bronkopneumonia
3. Mengetahui dan memahami gejala dan tanda bronkopneumonia
4. Mengetahui dan memahami cara penanganan bronkopneumonia
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang
patofisiologi, gejala dan tanda, serta penanganan diagnosis bronkopneumonia.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 10 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum Sekolah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Dunrejo, Batu
Tanggal Periksa : 1 November 2013
Nama Ayah : Tn. S
Usia Ayah : 41 Tahun
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny. R
Usia Ibu : 37 Tahun
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 157652
2.2 Anamnesis (Alloanamnesis)
1. Keluhan Utama : Batuk dan muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan muntah dan demam sejak satu
minggu yang lalu. Pasien mengeluh muntah sekitar sekali sampai tiga kali
kali sehari dan keluhan dirasakan setelah makan. Selain itu pasien juga
mengeluh batuk sejak seminggu yang lalu, batuk pada mulanya tidak
berdahak tetapi setelah beberapa hari batuk disertai dengan dahak
berwarna jernih dan tidak berdarah. Sebelum dibawa ke RSI, pasien
dibawa berobat ke bidan desa dan diberi obat namun keluhan tidak
berkurang. Pasien tidak mengeluh kejang, diare, dan sesak nafas.
3
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal
Riwayat MRS : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Kencing Manis : Disangkal
Riwayat Sariawan : Sariawan (+)
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Kencing Manis : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
5. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien selama proses kehamilan menyangkal menderita hipertensi,
kencing manis, dan perdarahan.
6. Riwayat Persalinan
Ibu pasien melahirkan pasien An. A pada usia kehamilan 9 bulan dengan
pertolongan bidan desa dengan panjang 49 cm dan berat badan 2,7 Kg.
7. Riwayat Gizi
Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir dan belum pernah mengkonsumsi
susu formula. Pasien mulai mengkonsumsi makanan berupa bubur sereal
dan air putih pada usia 9 bulan.
8. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Usia Dilakukan Imunisasi
Hepatitis B I, II, III (usia 0, 1, dan 6 bulan)
BCG 0 bulan
DPT I, II, III (usia 2, 3, dan 4 bulan)
Polio I, II, III, IV (usia 0, 2, 3, 4 bulan)
4
Campak 9 bulan
9. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Tangan mengepal : 1 bulan
b. Miring : 3 bulan
c. Mengangkat kepala : 3 bulan
d. Memegang benda : 3 bulan
e. Tengkurap : 5 bulan
f. Merangkak : 7 bulan
g. Berjalan : 7 bulan
h. Berbicara “ mama” : 7 bulan
10. Riwayat Sosial Ekonomi
Ekonomi keluaga An. A kesan cukup, ayah An. A bekerja sebagai
pengawas bangunan, sedangkan ibu hanya sebagai IRT. Hubungan
keluarga An. A dengan tetangga sekitar terbina dengan baik.
2.3 Anamnesis Sistem
1. Kulit :luka (-), bintik merah (-)
2. Kepala :sakit kepala (-),luka pada kepala (-), benjolan di
kepala (-)
3. Mata :pandangan mata berkunang-kunang
(-/-),penglihatan kabur (-/-)
4. Hidung :tersumbat (+/+), mimisan (-/-)
5. Telinga :keluar cairan (-/-), pendengaran berkurang (-/-),
berdengung (-/-)
6. Mulut :sariawan (-), luka (-), perdarahan (-)
7. Tenggorokan :nyeri menelan (-), suara serak (-)
8. Pernafasan :sesak nafas (-)
9. Kadiovaskuler :berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
5
10.Gastrointestinal :nafsu makan menurun (+),mual (-), muntah
(+),nyeri perut (-),sulit BAB (-).
11.Genitourinaria :BAK normal
12.Neurologik :kejang (-), lumpuh (-),kaki kesemutan (-/-)
13.Psikiatri :emosi stabil, mudah marah (-)
14.Muskuloskeletal :kaku sendi (-),nyeri otot (-)
15.Ekstremitas :
Atas kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
Atas kiri : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( -)
Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
2.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Composmentis, GCS: 456
3. Tanda Vital (1 November 2013)
Nadi : 100x/menit
Respiratory rate : 20x/menit
Suhu : 36º C
4. Antropometri
Tinggi Badan : 71 cm
Berat Badan : 8 Kg
5. Head to Toe
1. Kulit : Kuning, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
petechie (-), eritem (-)
2. Kepala : bentuk mesocephal, massa (-)
3. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor
(-/-)
4. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (+/+), epistaksis (-/-)
5. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir kering (-/-)
6. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-)
7. Tenggorokan: tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (+)
6
8. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
KGB (-)
9. Thorax : normochest, simetris, pernafasan abdominalthoracal,
retraksi (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tampak (+)
Palpasi : tidak ada data nyeri tekan dan massa
Perkusi : Batas kiri atas : ICS 2 PSL sinistra
Batas kanan atas : ICS 2 PSL dexstra
Batas kiri bawah : ICS 4 PSL sinistra
Batas kanan bawah : ICS5 MCL dexstra
Auskultasi : S1 dan S2 norma regular, HR 100 x/menit. Suara
tambahan (-)
Pulmo :
Inspeksi : retraksi intercostae (-)
Palpasi : stem fremitus meningkat pada infra-supra lobus
dextra-sinistra
Perkusi : sonor menurun
Auskultasi : Suara dasar vesikuler
Rhonki basah
+ +
+
+ +
Abdomen
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-),
bekas jahitan (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi : bising usus (+ N)
10. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
7
11. Ekstremitas :
Akral hangat Oedem
12. Pemeriksaan neurologik :
Kesadaran : compos mentis/ GCS 456
Fungsi luhur : tidak ada data
Fungsi vegetatif : tidak ada data
Fungsi sensorik
Fungsi motorik
Ref.Fisiologis
Ref.Patologis
2.5 Differential Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan differential
diagnosis:
Vomiting
Infeksi Saluran Pernafasan
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap (Tanggal 1 November 2013)
Hb : 10,4 g/dl (11,5-13,5)
Haematokrit : 32,5% (34-40)
Leukosit : 10,58 ribu/ul (5,0-14,5)
Trombosit : 260 ribu/ul (150-440)
Kekuatan Tonus Reflek Fisiologis
+ +
+ +
- -
- -
+ +
+ +
5 5
5 5
+ +
+ +
+ +
+ +
8
Eritrosit : 4,25 juta/ul (3,87-5,39)
PDW : 11,5 fl (9-13)
MPV : 7,55 fl (7,2-11,1)
PCT : 0,2%
LED : 22
Index:
MCV : 76,5 fl (75-87)
MCH : 24,5 pg (24-30)
MCHC : 32,1% (31-37)
Diff.Count:
Basofil : 0,1 % (0-1)
Eosinofil : 0,6 % (1-6)
Limfosit : 65,2 % (30-45)
Monosit : 11,5 % (2-8)
Netrofil : 22,6 % (50-70)
2. Pemeriksaan Serologi Darah (1 November 2013)
Thypi O : negatif
Thypi H : negatif
Parathypi : negatif
Parathypi OA : negatif
Parathypi OB : negatif
3. Pemeriksaan Foto Thorax (3 November 2013)
Cor : bentuk/ukuran/posisi kesan normal
Pulmo : tampak patchy infiltrate di hampir kedua lapang paru
Kedua sinus kostofrenikus tajam
Hemidiafragma D/S baik
Tulang dan jaringan lunak normal
Kesimpulan : mengesankan Bronchopneumonia
2.7 Resume
Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan muntah dan demam sejak satu
minggu yang lalu. Pasien mengeluh muntah sekitar sekali sampai tiga kali
kali sehari dan keluhan dirasakan setelah makan. Selain itu pasien juga
9
mengeluh batuk sejak seminggu yang lalu, batuk pada mulanya tidak berdahak
tetapi setelah beberapa hari batuk disertai dengan dahak berwarna jernih dan
tidak berdarah. Sebelum dibawa ke RSI, pasien dibawa berobat ke bidan desa
dan diberi obat namun keluhan tidak berkurang. Pasien tidak mengeluh
kejang, diare, dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rhinorea dan
suara ronkhi halus pada auskultasi paru. Pada pemeriksaan hematologi
didapatkan penurunan jumlah hemoglobin, neutrofil, monosit, dan
peningkatan limfosit. Pada foto thorax didapat hasil pulmo tampak patchy
infiltrate di hampir kedua lapang paru dengan kesimpulan bronchopneumonia.
2.8 Working Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan working diagnosis pada An. A adalah Bronchopneumonia.
2.9 Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
Infus C1:4 10 tetes permenit
o Indikasi: larutan dengan komposisi bervariasi yaitu dextrose 5% : Nacl
0,225% diberikan pada pasien usia 1 bulan-3 tahun dengan indikasi
non-diare.
Injeksi IV Vometron (Ondansetron) 4 mg (3 x 1/6 ampul).
o Indikasi: pengobatan mual muntah paska bedah, radioterapi
o Kontrindikasi: hipersensitivitas
Injeksi IV Glocef (Sefotaksim) 2x100mg
o Indikasi:infeksi saluran pernafasan hebat, kulit, intraabdominal, dan
saluran urine
o Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap sefalosporin
o Dosis: Dewasa dan anak >12 tahun: sehari 1-2 gr, maksimal sehari 12
gr. Anak 1 bulan-12 tahun: 50-100 mg/KgBB/hari dalam 4-6 dosis
terbagi.
Sirup Progresic (paracetamol) 3x1/2 ctk
o Indikasi:penurun demam, mengurangi nyeri
o Kontraindikasi: Hipersensitif, gangguan fungsi hati dan ginjal.
10
o Dosis: 3-4x sehari. Anak 1-6 tahun ½-1 sendok teh, 6-12 tahun 1-2
sendok teh.
Sirup Zenirex 3x1/3 ctk
o Indikasi: Untuk meredakan batuk berdahak atau batuk yang disebabkan
oleh alergi.
o Kontraindikasi: penderita yang hipersensitif terhadap salah satu
komponen.
o Dosis:
- dewasa: sehari 2 - 4 sendok teh setiap 4 jam
- anak-anak 6 - 12 tahun: 1 - 2 sendok teh setiap 4 jam
- 2-6 tahun: ½ sendok teh setiap 4 jam
- dibawah 2 tahun harus dibawah pengawasan dokter
NON-FARMAKOLOGI
KIE (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi):
1. Memberikan pengertian dan pemahan tentang bronkopneumonia
(pencegahan, pengenalan tanda dan gejala klinis, kondisi kegawatan,
penanganan dini atau rujukan, dan komplikasi). kepada keluarga
2. Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya
menjaga kebersihan ruangan, pastikan ruangan tidak lembab.
3. Menjaga asupan makanan dan cairana anak.
4. Memberikan informasi mengenai pencegahan penularan
bronkopneumonia.
2.10Follow Up
Tanggal S O A P
2 Nov
2013
Muntah
sudah
berkurang
sekitar 2 kali,
batuk
berdahak
dengan sekret
berwarna
Nadi 104x/menit
Suhu 36,2º C
Ronkhi halus
pada hampir
seluruh kedua
lapang paru
batuk berdahak
dengan sekret
Vomiting
Infeksi Saluran
Pernapasan
Infus C 1:4
10 tetes
permenit
Injeksi
vometron 4
mg 3x1/6
Amp.
Injeksi Glocef
11
putih bening,
demam.
putih bening. 2x100 mg
Progresic
syrup 3x1/3
ctk
Zenyrex
Syrup 3x1/3
ctk
3 Nov
2013
Batuk
Berdahak
Nadi 100x/menit
Suhu 36º C
Ronkhi halus
pada hampir
seluruh kedua
lapang paru
batuk berdahak
dengan sekret
putih bening
Foto thorax: kesan
bronchopneumoni
a
Bronchopneumonia Infus C 1:4
10 tetes
permenit
Injeksi
vometron 4
mg 3x1/6
Amp.
Injeksi Glocef
2x100 mg
Progresic
syrup 3x1/3
ctk
Zenyrex
Syrup 3x1/3
ctk
4 Nov
2013
Semua
keluhan
sebelumnya
berkurang
Bronchopneumonia
Acc pulang dan
kontrol 3 hari
berikutnya
Progresic
syrup 3x1/3
ctk
Zenyrex
Syrup 3x1/3
ctk
Cefat 3x1/2
ctk
12
BAB III
IDENTIFIKASI KELUARGA
3.1 Demografi Keluarga
Nama Pasien : An. A
Nama Kepala Keluarga: Tn. S
Alamat : Dunrejo, Batu
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
No. Nama Status L/P UmurPendidikan
Terakhir
Pekerjaa
n
Pasien
KlinikKet.
1. Tn. S Menikah L41
tahunSMA Swasta -
Kepala
Keluarga
2. Ny. R Menikah P37
tahunSMA IRT - Ibu
3. Nn. RBelum
MenikahP
15
tahunSMA Pelajar - Anak
4. An. AyBelum
MenikahP
10
tahunSD Pelajar - Anak
5. An. IBelum
MenikahL 4 tahun - - - Anak
6. An. ABelum
MenikahL
10
bulan- -
Pasien
RSIAnak
Kesimpulan:
Keluarga An. A adalah nuclear family yang terdiri atas 6 orang dan tinggal dalam
satu rumah. An. A merupakan anak keempat dari Tn. S dan Ny. R.
3.2 Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
An. A sebagai pasien dengan diagnosis bronchopneumonia
2. Fungsi Psikologis
13
An. A tinggal dengan kedua orangtua, dan tiga kakaknya. An. A
merupakan anak bungsu dan suka bermain dan bercanda bersama dengan
orangtua dan kakak-kakaknya.
3. Fungsi Sosial
sehari-hari An. A bermain dengan keluarga. Keluarga An. A memiliki
hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan tidak memiliki
kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.
4.Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Biaya rumah sakit berasal dari dana pribadi dan tidak diliputi oleh
asuransi. Pola makan pasien sehari-hari adalah minum ASI, bubur sereal,
dan minum air putih. Pola makan keluarga pasien sehari-hari cukup teratur
dengan menu tahu, tempe, ika, ayam, telur, daging, dan sayur-sayuran.
Kebutuhan sehari-hari An. A dipenuhi oleh orangtua.
Kesimpulan
Dari seluruh poin tersebut dapat disimpulkan bahwa An. A 10 bulan
dengan diagnosis bronchopneumonia. Dari fungsi psikologis, sosial dan
ekonomi baik.
3.3 Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologis dinilai menggunakan APGAR score. APGAR score adalah
skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang
setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang
lain. APGAR score meliputi :
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
14
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
Tabel APGAR Score Tn. S
Apgar Tn. M terhadap Keluarga
Sering/
selalu
(2)
Kadang-
kadang
(1)
Tidak/
jarang
(0)
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru atau
arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon smosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama√
Total APGAR Score Tn. S adalah 9
15
Tabel APGAR Score Ny. R
Apgar Ny. R terhadap Keluarga
Sering/
selalu
(2)
Kadang-
kadang
(1)
Tidak/
jarang
(0)
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru atau
arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon smosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama√
Total APGAR Score Ny. R adalah 10
Tabel APGAR Score Nn. R
Apgar Nn. R terhadap Keluarga
Sering/
selalu
(2)
Kadang-
kadang
(1)
Tidak/
jarang
(0)
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
√
16
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru atau
arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon smosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama√
Total APGAR Score Ny. R adalah 10
Tabel APGAR Score An. Ay
Apgar An. A terhadap Keluarga
Sering/
selalu
(2)
Kadang-
kadang
(1)
Tidak/
jarang
(0)
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru atau
arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon smosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama√
Total APGAR Score An. Ay adalah 10
17
APGAR score keluarga An. A = (9+10+10+10):4 = 9,75
Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga An. A baik.
3.4 Fungsi Patologis
Fungsi patologis dari keluarga An. A dinilai dengan menggunakan alat
S.C.R.E.E.M sebagai berikut:
Tabel SCREEM Keluarga An. A
Sumber Patologis
Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -
Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -
ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian
juga dalam ketaatannya dalam beribadah.
-
Economic Penghasilan keluarga relatif cukup -
EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini
cukup -
MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An. A
ke praktek dokter umum atau RS -
Kesimpulan
Keluarga An. A tidak memiliki fungsi patologis.
Tn. M
Tn. A Ny. A Ny. M Ny. STn. P Tn. S
Ny. RNy. NTn. M
Ny. R
Nn. R An. AAy An. I An. A
Tn. S Ny. R
An. A
An. I An. Ay
Ny. R
18
3.5 Genogram Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki : tinggal serumah
: Perempuan : Pasien
3.6 Pola Interaksi Keluarga
Keterangan : hubungan baik
Kesimpulan: hubungan antar anggota keluarga An. A baik dan tidak ada konflik
3.7 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non-Perilaku
A. Faktor Perilaku Keluarga Pengetahuan Keluarga
n
19
Keluarga An. A memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan dengan rutin berobat ke pusat keseharan terdekat setiap kali ada anggota keluarga yang sakit.
SikapKeluarga An. A sangat perduli terhadap kesehatan penderita. Ketika pasien
MRS keluarga pasien bergantian menjaga pasien di rumah sakit. Keluarga
juga saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
Tindakan
Seluruh anggota keluarga selalu mengantarkan dan menemani berobat jika ada
salah satu keluarga yang sakit.
B. Faktor Non-Perilaku Keluarga
Rumah yang dihuni keluarga An. A kondisinya cukup baik dan bersih. Pencahayaan
dan ventilasi rumah cukup, kondisi rumah tidak lembab, dan kebutuhan air minum
menggunakan air mineral dalam kemasan, dan kebutuhan air sehari-hari menggunakan
air PDAM.
Pengetahuan: Keluarga An. A memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan dengan rutin berobat ke pusat keseharan terdekat setiap kali ada anggota keluarga yang sakit.
Sikap: Keluarga An. A sangat perduli terhadap kesehatan penderita. Ketika pasien MRS keluarga pasien bergantian menjaga pasien di rumah sakit. Keluarga juga saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
Tindakan: keluarga mengantar An. A berobat
Keluarga An. A
Lingkungan: rumah cukup memenuh isyarat kesehatan
Keturunan: keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami keluhan seperti pasien.
Pelayanan kesehatan: Jika An. A sakit pergi berobat ke pusat kesehatan terdekat.
FaktorPerilaku Faktor Non Perilaku
20
C. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Lingkungan Dalam RumahKeluarga ini tinggal di sebuah rumah dengan luas 7x8,5 m2. Rumah ini
terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga yang bersambung
dengan ruang makan, satu dapur, dan 21kamar mandi. Rumah An. Aberlantai
keramik. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Kondisi dapur dan kamar
mandi cukup baik dan rapi. Sarana air untuk kegiatan sehari-hari keluarga ini
menggunakan air PDAM tetapi untuk air minum menggunakan air mineral
dalam kmasane. Saluran pembuangan air melalui selokan yang bersatu
dengan rumah lainnya. Saluran jamban memiliki septic tank. Secara
keseluruhan kebersihan rumah sudah cukup.
2. Lingkungan Luar Rumah
Rumh keluarga An. A tidak memiliki pagar pembatas dan
pekarangan.Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah. Rumah ini jauh
21
dari jalan raya dan terletak di sebuah gang yang tidak terlalu ramai dan
bising.
Gambar Denah Rumah
22
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Definisi Bronkopneumonia
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.
Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia
didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal
bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli.
4.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang mencapai 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi saluran pernafasan bawah masih tetap
merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang
berkembang maupun yang sudah maju. Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah
menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
4.3 Etiologi
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomonas sp,
atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A,
S. aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri
tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma Pneumoniae.
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang
mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human
23
metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan estimasi insidens
global pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta episode baru di seluruh dunia
dengan 3.4 juta episode pneumonia berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan
tahun 2005 terjadi kematian 66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV,
99% di antaranya terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas
kembali peran RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia
anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.
4.4 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. Pembagian secara anatomis :
- Pneumonia lobaris
- Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.
- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus
- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis.
- Corpus alienum
4.5 Patofisiologi
Pneumonia dapat timbul akibat masuknya kuman penyebab ke dalam saluran
pernafasan bagian bawah melalui 2 cara, yaitu : inhalasi dan hematogen.
Dalam keadaan normal saluran nafas mulai dari trakea ke bawah berada
dalam keadaan steril dengan adanya mekanisme pertahanan paru-paru seperti
refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi, refleks
batuk, pergerakan sel silia, sekret mukus, sel fagositik dan sistem limfatik. Infeksi
paru terjadi apabila mekanisme ini terganggu atau mikroorganisme yang masuk
sangat banyak dan virulensi.
24
Saluran napas bawah dijaga tetap steril oleh mekanisme pertahanan bersihan
mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme pertahanan
imunologik yang membatasi invasi mikroorganisme patogen adalah makrofag
yang terdapat di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobulin lain.
Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas,
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma
ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida
maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen dan hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
25
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
26
4.6 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ; kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
4.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus
leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan
neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri
serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi
mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak
rutin dilakukan.
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir
lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
4.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan umum
• Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr
• Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
b. Penatalaksanaan khusus
27
Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik
awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi.
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis
Antibiotik:
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam
pertama) menurut kelompok usia:
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
- sefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
3. Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat peroral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat.
Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah : ampisilin dan kloramfenikol,
ceftriaxone, dan cefotaxim. Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan
jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik intra vena. Faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
28
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
4.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul jika tidak diobati dengan baik antara lain:
a. Atelektasis
Merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau
keseluruhan akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau brokiolus
oleh
b. Emfisema
Suatu keadaan paru dengan udara yang berlebihan sehingga
mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.
c. Empiema
Keadaan terkumpulnya pus atau nanah dalam jaringan paru hingga rongga
paru.
d. Abses paru
Adanya suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent
berupa sel radang akibat prosesn nekrosis parenkim paru.
e. Endokarditis
Proses peradangan yang terjadi pada endokardium atau selapus jantung
akibat infeksi.
4.10 Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan
hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja
sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif
yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri
29
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Dasar Penegakan Diagnosis
Kriteria diagnose pada kasus bronchopneumonia adalah bila ditemukan tiga
dari 5 gejala berikut:
a. Sesak nafas yang disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada atau retraksi intercostae.
b. Demam
c. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan rhonki basah halus hingga sedang atau
crackles.
d. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax menunjukkan hasil adanya gambaran
infiltrate yang difuse.
e. Pada pemeriksaan darah lengkap terdapat leukositosis. Pada infeksi yang
dikarenakan oleh virus leukosit tidak melebih 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan jika dikarenakan infeksi bakteri maka leukosit.
5.2 Dasar Pemberian Terapi
Infus C1:4
Infus C 1:4larutan dengan komposisi bervariasi yaitu dextrose 5% : Nacl
0,225% diberikan pada pasien usia 1 bulan-3 tahun dengan indikasi non-diare.
Rumus dosis maintenance cairan:
Total kebutuhan cairan bayi usia dibawah 1 tahun (rumus Darrow)
Kebutuhan cairan = 100 ml x usia (bulan)
Kebutuhan cairan = 100ml x 10 = 1000 ml
(1000cc x 15 tetes) / 1440 menit = 10 tetes/menit
Injeksi IV Vometron (Ondansetron)
Ondansetron adalah derivate carbazalone yang strukturnya berhubungan
dengan serotonin dan merupakan antagonis reseptor 5-HT3 subtipe spesifik yang
berada di CTZ dan juga pada aferen vagal saluran cerna, tanpa mempengaruhi
reseptor dopamine, histamine, adrenergik, ataupun kolinergik.Obat ini memilki
30
efek neurologikal yang lebih kecil dibanding dengan Donperidol ataupun
Metoklopramid.
Ondansetron efektif bila diberikan secara oral atau intravena dan mempunyai
bioavaibility sekitar 60% dengan konsentrasi terapi dalam darah muncul tiga
puluh sampai enam puluh menit setelah pemakaian. Metabolismenya di dalam hati
secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukoronida atau sulfat dan di eliminasi
cepat didalam tubuh, waktu paruhnya adalah 3-4 jam pada orang dewasa
sedangkan pada anak-anak dibawah 15 tahun antara 2-3 jam.
Efek samping yang sering timbul pada dosis terapi adalah sakit kepala dan
konstipasi, lemas dan peningkatan enzim hati. Aritmia jantung dan AV blok telah
dilaporkan setelah pemakaian Ondansetron dan Metoklopramid. Iskemia jantung
akut yang berat telah dilaporkan pada pasien tanpa kelainan jantung.
Kontraindikasi Ondansetron adalah selain pada pasien yang hipersensitivitas
terhadap obat ini, juga pada ibu hamil ataupun yang sedang menyusui karena
mungkin disekresi dalam asi. Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami
intoksikasi, tetapi pada pasien yang mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat
digunakan dengan aman. Dosis Ondansetron 4-8 mg IV sangat efektif, sedangkan
sebagai profilaksis dosis 1-8 mg IV sangat efektif.
Injeksi IV Glocef (Sefotaksim)
Sksimefot merupakan salah satu antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga yang dapat diberikan secara injeksi. Obat ini sangat aktif terhadap berbagai
kuman Gram-positifmaupun Gram-negatif aerobik. Aktifitasnya terhadap B.
fragilis sangat lemah dibandingkan klindamisin dan metronidazol. Waktu paruh
plasma sekitar 1 jam dan diberikan tiap 6 sampai 12 jam. Metabolitnya ialah
desasetilsefotaksim yang kurang aktif. Obat ini efektif untuk pengobatan meninitis
oleh bakteri Gram-negatif. Sefotaksim tersedia dalam bentuk injeksi 2 dan 10
gram.
Sirup Progresic (paracetamol)
31
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antpiretik yang
sama. Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilngkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Efek anti-inflamasinya sangat
lemah.Parasetamol merupakan penghambat biosentesis prostaglandin yang
lemah.Efek iritasi, erosi dan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan
pernafasan dan keseimbangan asam basa.
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Indikasi parasetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena
kemungkinan mengakibatkan nefropati analgesik.
Efek samping yang ditimbulkan seperti reaksi alergi terhadap derivate para-
aminofenol jarang terjadi.Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala
yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup
yang mengandung 120 mg/5 mL.Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg-1 gr
perkali, dengan makimum 4 gr per hari.Penggunaanya diberikan maksimal 6 hari.
Sirup zenirex
Satu sendok teh (5 ml) mengandung: Promethazini HCl 5 mg, Ipecacuanhae
Extractum 4 mg, dan Glicerylis Guaiacolas 50 mg. Indikasi zenirex digunakan
sebagai Untuk meredakan batuk berdahak atau batuk yang disebabkan oleh alergi.
Promethazini HCl termasuk derivat phenothiazin yang bekerja secara
kompetitive dengan reseptor H 1. Ipecacuanhae extractum dan glycerilis
guaiacolas sebagai expectorant dengan merangsang sekresi saluran pernapasan
sehingga menurunkan viscositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
32
BAB VI
PENUTUP
8.1 Kesimpulan Holistik
a. Diagnosis dari segi biologis
Bronchopneumonia
b. Diagnosis dari segi psikologis
Hubungan pasien dengan ayah, ibu dan kakak-kakaknya baik. Intensitas
waktu untuk berkumpul bersama keluarga juga sering. Selain itu
mereka juga sering berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar.
c. Diagnosis dari segi sosial
Pasien setiap hari bermain dengan saudara-saudaranya
8.2 Saran Komprehensif
a. Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.A,
mengenai brokopneumonia (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala
klinis, kondisi kegawatan, penanganan dini atau rujukan, dan
komplikasi).
b. Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan
dan mencegah komplikasi.
c. Memberikan informasi mengenai pemakaian masker untuk mencegah
timbulnya penularan bakteri
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan Victor C.
Nelson Textbook of Pediatrics.17th Edition. EGC. Jakarta : 2000
2. Ikatan dokter anak indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1.
jakarta :pengurus pusat IDAI
3. ISO Indonesia edisi 2010-2011. IAI.
4. Mirzanie, Hanifah. 2006. Pediatricia. Jogjakarta
5. Pedoman Terapi Ilmu Kesehatan Anak, 2005.Unpad: Bandung
6. Pedoman pelayanan kesehatan anak dirumah sakit. 2009. Jakarta : WHO
indonesia
7. Rahajoe. NN, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1 cetakan
Pertama IDAI Jakarta h.350-365
8. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC