makalah kimia

11
KOLOID “EMULSI” 1. Pengertian Emulsi Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Akan tetapi, pada umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat cair. Farmakope Indonesia Ed.III mengatakan bahwa emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh zat pengemulsinya atau surfaktan yang cocok. Ilmuan lain mengatakan emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsa yang stabil . Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling butir – butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak . Zat-zat pengemulsi ( Emugator ) yang biasa digunakan adalah PGA, PGS, Gelatin, Tragacantha, Sapo, ammonium kwartener, senyawa kolestrol, Surfaktan seperti Tween dan Span, kuning telur atau merah telur, CMC, TEA, Sabun, dll. 1.1 Teori Emulsifikasi Ada 3 teori tentang pembentukan emulsi , yaitu : a. Teori Tegangan Permukaan Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara 2 cairan yang tidak bercampur . b. Teori Orientasi Bentuk Baji

Upload: habibah-nur-fauziyah

Post on 22-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah kimia

TRANSCRIPT

KOLOID EMULSI1. Pengertian EmulsiEmulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Akan tetapi, pada umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat cair. Farmakope Indonesia Ed.III mengatakan bahwa emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh zat pengemulsinya atau surfaktan yang cocok. Ilmuan lain mengatakan emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsa yang stabil .Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling butir butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak .

Zat-zat pengemulsi ( Emugator ) yang biasa digunakan adalah PGA, PGS, Gelatin, Tragacantha, Sapo, ammonium kwartener, senyawa kolestrol, Surfaktan seperti Tween dan Span, kuning telur atau merah telur, CMC, TEA, Sabun, dll.1.1 Teori EmulsifikasiAda 3 teori tentang pembentukan emulsi , yaitu :a. Teori Tegangan PermukaanTeori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara 2 cairan yang tidak bercampur .b. Teori Orientasi Bentuk BajiTeori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka terhadap air atau mudah larut dalam air ( hidrofil ) dan ada bagian yang suka dengan minyak atau larut dalam minyak ( Lifofil ) .c. Teori Film PlastikTeori ini menjelaskan bahwa emulgator ini mengendap pada permukan masing-masing butir tetesan fase dispersi dalam bentuk film yang plastis.Surfaktan dapat membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka, dengan menurunkan tegangan iterfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu a. Penurunan tegangan antar muka ( stabilisasi termodinamika ).b. Terbentuknya film antar muka yang kaku ( pelindung mekanik terhadap koalesen ).c. Terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari pertikel.1.2 Ketidakstabilan emulsi Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut , yaitu :

1. Flokulasi dan Creaming

Flokulasi dan creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda.2. Koalesen dan pecahnya emulsi ( Craking atau breaking )Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Penggojokkan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil. 3. Inversi Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipa A/M atau sebaliknya.2. Macam-macam Emulsi Dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi tiga jenis emulsi, yaitu emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat ( gel).2.1 Emulsi Gas (aerosol cair)

Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair, seperti hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu efek Tyndall, gerak Brown, dan kesetabilan dengan muatan partikel.2.2 Emulsi Cair

Emulsi cair melibatkan campuran dia zat cair yang tidak dapat saling melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti munyak (meski dapat berupa lemak). Emulsi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu, Emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam lemak.

2.3 Emulsi padat atau Gel

Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan seagian sol cair. Pada menggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel. Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis, dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak dapat berubah ketika di beri gaya.Beberapa sifat gel yang penting , sebagai berikut:a. HidrasiGel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non-elastis yangterdehidrasi tidak dapat diubahkembali ke bentuk awalnya.b. MenggembungGel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau menggembung.c. SinersisGel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sinersis.d. TiksotropoBeberapa gel dapat diubah kemabali menjadi sol cairapabila diberi agitasi(diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.Contohnya: gel besi oksida, perak oksida dan cat tiksotropi modern.3. Sifat EmulsiBeberapa sifat emulsi yang penting adalah : 3.1 DemulsifikasiKestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Pada proses demulsifikasi dapat terbentuk krim (creaming) atau sedimentasi. Pembentukan krim dijumpai pada emulsi minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi terjadi pada emulsi air dalam minyak. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel -partikel air akan turun ke bawah. 3.2 Pengenceran Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan jenis emulsi. 4. Pembuatan EmulsiDalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan 3 metode , yaitu :4.1 Metode Gom Basah ( Metode Inggris )Metode Gom basah yaitu suatu metode yang mana terledih dahulu membuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air.4.2 Metode Gom KeringMetode ini juga disebut metode 4:2:1 ( 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ), selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi .4.3 Metode HLBDalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif dari keseimbangan HLB (Hydrophiel-Lyphopiel Balance ).

5. Kegunaan EmulsiPenggunaan Emulsi dibagi menjadi 2 golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi peroral atau injeksi intravena sedangkan untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membran mukosa yaitu liniment, lotion, krim dan salep. Emulsi utuk penggunaan oral biasanya mempuyai tipe M/A. Emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi rasa obat yang tidak enak. Emulsi juga berfaedah untuk menaikkan absorpsi lemak melalui dinding usus. Emulsi parental banyak digunakan pada makanan dan minyak obat untuk hewan dan juga manusia. Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi M/A atau A/M, tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolient atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan dengan keadaan permukaan kulit. Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.6. Contoh Emulsi dalam kehidupan sehari-hari6.1 Pengertian SampoSampo yaitu sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan pemakai.Semula sampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, dan sari abu merang (sekam padi).Sampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan sampo yang dibuat dari detergen, yakni zat sabun sintetik.Agar sampo berfungsi sebagaimana disebutkan di atas, sampo harus memiliki sifat berikut : Sampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan saat dibilas dengan air. Sampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering. Sampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam komposisi sampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata. Sampo harus tetap stabil. Sampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskosita dan pH-nya juga harus tetap konstan, sampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke dalamnya.Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk sampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan mempunyai daya pembersih kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas lemak rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam, dan mudah kusut sehingga sukar diatur.Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk sampo adalah kemampuan membangkitkan busa. Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama lauril sulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C 10 18. Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan sampo, harus memiliki sifat berikut :1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.3. Warnanya tidak boleh menyolok.6.2 Zat tambahan sampo Zat tambahan sampo terdiri dari berbagai jenis zat, yang dikelompokkan sesuai dengan kesamaan fungsi yang diharapkan dalam formulasi sampo. Zat tersebut yaitu sebagai berikut:a. Alkilbromida asam lemak Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina (MEA), dietanolamina (DEA), atau isopropanolamina yang sesuai. Zat ini juga menunjukkan sifat dengan mendispersi kerak sabun kalisium atau magnesium, dan mencegah pengerakan kedua jenis sabun itu pada kulit kepala dan rambut.b. Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida Digunakan untuk makud memperbaiki efek kondesioner detergen dasar sampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramas-sampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi. Lanolin atau serbuk telur acapkali digunakan sebagai zat tambahan sampo dan dinyatakan khusus untuk maksud memberikan rambut berkilau dan mudah diatur.c. Asam aminoTerutama asam amino esensial digunakan sebagai zat tambahan sampo dengan harapan, setelah rambut dikeramas-sampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.d. Zat tambahan sampo lainTerdiri dari berbagai jenis zat, umumya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan stabilisasi busa; meliputi zat golongan glikol, polivinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.6.3 Penyajian SampoSampo disajikan dalam bebagai bentuk, meliputi bubuk, emulsi, krim atau pasta, dan larutan. 6.3.1 Sampo bubukSebagai dasar sampo digunakan sabun bubuk, sedangkan sebagai zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat atau boraks. Sampo jenis ini dapat dikombinasikan dengan zat warna alam hena atau kamomil, sehingga dapat memberikan sedikit efek pewarnaan pada rambut. Agar dalam air sadah dapat berbusa, biasanya bubuk sabun diganti dengan natrium laurilsulfat.6.3.2 Sampo emulsiSampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, sampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti sampo lanolin, sampo telur, sampo protein, sampo brendi, sampo susu, sampo lemon atau bahkan sampo strawberry. 6.3.3 Sampo krim atau pastaSebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kental. Untuk membuat sampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagi pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.6.3.4 Sampo larutanMerupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi sampo ini meliputi, viskosita, warna, keharuman, pembentukan dan stabilitas busa dan pengawetan.Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi, 0,2% larutan formaldehida 40%, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat beracun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah.Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3%-1,0%, tetapi umumnya berkadar 0,5%7. Cara pembuatana. Sampo krim atau pastaDetergen dipanaskan dengan air pada suhu pada lebih kurang 800 dalam panci dinding rangkap, sambil terus diaduk. Tambahkan zat malam, terus diaduk lebih kurang 15 menit. Biarkan campuran ini pada suhu lebih kurang 40-500C. Tambahkan parfum, aduk terus hingga homogen; lanjutkan pengadukan untuk menghilangkan udara. Wadahkan selagi panas.b. Sampo larutan Jika digunakan alkilolamida, mula-mula zat ini dilarutkan dalam setengah bagian detergen yang digunakan dengan pemanasan hati-hati. Kemudian tambahkan sisa detergen sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk; tambahkan zat warna yang telah dilarutkan dalam air secukupnya; jika masih terdapat sisa air tambahkan sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk untuk mencegah terjadinya busa. 7.1 Kriteria Shampoo yang baikHarus dapat mencuci rambut dan kulit kepala dengan bersih dan tidak menimbulkan rangsanganHarus mempunyai sifat detergent yang baik tetapi tidak membuat kulit kepala menjadi keringHarus dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak mudah patah, serta mudah diaturHarus memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat, lembut, dan mudah dihilangkan dengan pembilasan7.2 Bahan Utama SampoBahan utama pada shampoo adalah surfaktan (sabun dan detergent). Sabun adalah garam dan asam lemak. Hasil reaksi antara lemak dan minyak hewan dan tumbuhan dengan alkali (cth. NaOH, KOH)Surfactant a. AnionikGol. Alkyl benzene sulfonatMis. Sodium dodecyl benzene sulfonate Gol. Primary alkyl sulfatMis. Triethanolamine lauryl sulfate Gol. Secondary alkyl sulfatMis. Lauryc monoglyceride ammonium sulfate Gol. SarcosineMis. Laurosyl sarcoine, Cocoyl sarcosineb. KationikGaram amonium kuarternerMis. Dstearyl dimethyl ommonium chloride, dilauryl dimethyl ammonium chloride, cetyl trimethyl ammonium bromidec. AmfoterikMis. Miranold. Non IonikMis. Tween, Pluronic F-68